ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Disusun oleh : Addina Fitriana Rosyada 201210105309 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA JULI 2013 ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA CASE STUDY RESEARCH Diajukan Untuk Menyusun Case Study Research Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh : Addina Fitriana Rosyada 201210105309 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA JULI 2013 i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakaatuh Puji syukur atas kehadirat allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Case Study Research dengan judul asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus di ruang bayi RS PKU Yogyakarta maksud penyusunan Case Study Researchini diajukan guna melengkapi sebagian syarat mencapai gelar D3 Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta. Penyusunan Case Study Research ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, pengarahan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Warsiti, S.Kep.,Sp.Mat., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2. Ismarwati, SKM.,S.SiT., M.PH selaku kepalaprodi DIII kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.. 3. Ima Kharimaturrohmah, S.SiT,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu penyusunan Case Study Research. 4. Dra Umu Hani E N, M.Kes selaku penguji Case Study Research yang telah meluangkan waktu memberikan saran dan kritik guna terselesaikannya penulisan studi kasus ini. 5. Seluruh dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan semangat selama menempuh pendidikan. 6. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penyusunan Case Study Researchini. Penulis Menyadari dalam Case Study Researchini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga Case Study Research ini dapat memberikan manfaat sebaik-baiknya. Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakaatuh Yogyakarta , Juli 2013 Penulis iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. i ii iii iv v vi vii viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan .................................................................................................. D. Manfaat ................................................................................................ E. Ruang Lingkup ..................................................................................... 1 5 5 6 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep ikterus...................................................................................... 9 B. Teori Manajemen Kebidanan ............................................................... 23 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus ................................ 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................................... B. Tempat dan waktu penelitian ............................................................... C. Jenis data dan teknik pengumpulan data .............................................. D. Analisis data ........................................................................................ 30 30 30 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................... 25 B. Pembahasan Kasus ............................................................................... 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 40 B. Saran ................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v DAFTAR TABEL Tabel 1.KlasifikasiIkterus ................................................................................ Tabel 2. Derajat Kremer Ikterus ....................................................................... Tabel3.Penanganan Ikterus ............................................................................. Tabel 4.Patway Ikterus ..................................................................................... Tabel5.SOP (standar oprasional) Ikterus ......................................................... vi 11 22 23 27 28 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Derajat Kramer Ikterus ..................................................................... 21 vii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Time schedule PenyusunanCase Study Research Lampiran 2 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 3Surat Balasan studi pendahuluan Lampiran 4 Surat Penelitian Lampiran 5Informed Consent Lampiran 6Lembar Bimbingan Penyusunan Case Study Research viii ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 20131 Addina Fitriana R2, Umu Hani E N3 INTISARI Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupan neonatus. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi yang mengalami Ikterus Neonatorum Patologis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tujuan penulisan karya tulis ini memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ikterus Neonatorum Patologis dengan menggunkan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada Ikterus Neonatorum Patologis ini dilakukan selama 5 hari, dari tanggal 23 juni sampai 27 juni 2013 dikamar bayi perinatologi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dari hasil penulisan studi kasus ini, penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi Ikterus Neonatorum Patologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi dengan Ikterus Neonatorum Patologis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci: Ikterus Neonatorum Patologis Referensi: 15 buku (2006-2013) Halaman: i-x, 67 halaman, 7 lampiran ____________________________________ Judul Penulisan Ilmiah 2 Mahasiswa Kebidanan STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 1 ix MIDWIFERY CARE IN NEONATAL JAUNDICE WITH BABY IN THE PATHOLOGICAL IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 201311 Addina Fitriana R2, Umu Hani E N3 ABSTRACT Jaundice will be found in the first week of life. Stated that the incidence of jaundice is present in 60% of aterm infants and 80% of preterm infants. One cause of mortality in newborns is bilirubin encephalopathy (more commonly known as kern icterus). Bilirubin encephalopathy is a complication of the most severe neonatal jaundice. Besides having a high mortality rate, it can also lead to sequelae such as cerebral palsy, high tone deafness, paralysis and dental dysplasia which greatly affect the quality of life. This study aims to provide midwifery care in infants with birth weight Low in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. The purpose of writing this paper gain real experience in carrying out midwifery care in Neonatorum Pathological jaundice by using the approach of midwifery management process. Midwifery care in Neonatorum Pathological jaundice was conducted for 5 days, from 23 June to 27 June 2013 the baby's room perinatology RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. From the results of this case study, the authors gain insight and real experience in the manufacture of midwifery care Neonatorum Pathological jaundice in babies. Conclusions from the results of the implementation of midwifery care in Infants with jaundice Pathological Neonatorum in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta executed quite well. Keywords: Ikterus neonatorum Pathologists References: 15 books (2006-2013) Pages: i-x, 67 pages, 7 attachments _________________________________ Tittle Scientific Writing 2 Student Midwifery STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 3 Lecture STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 1 x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia. Salah satu tujuan MDGs adalah mengurangi kematian anak dengan target menurunkan angka kematian anak di bawah lima tahun (balita) sebesar dua per tiga jumlahnya selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2015. Indikator Angka Kematian Balita yang sangat penting adalah Angka Kematian Bayi (AKB) karena bayi lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi tubuh yang tidak sehat. Selain itu AKB merupakan indikator penting dalam pembangunan sektor kesehatan sehingga dapat menggambarkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat (Bappenas, 2007). Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada neonatus yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa ikterus pada neonatus harus dilakukan pada waktu melakukan kunjungan neonatal/pada saat memeriksa bayi diklinik. (Depkes RI. 2006. hlm. 24) Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan 1 2 Philipina 26/1000 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia cukup tinggi yakni 26,9/2000 per kelahiran hidup (Depkes, 2007). AKB di Indonesia sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup Hasil ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, meskipun demikian penurunan yang terjadi tidak berlangsung cepat, tetapi turun perlahan. Berdasarkan pola ini, diperkirakan di tahun 2015 AKB di Indonesia mencapai 21 kematian bayi per 1000 kelahiran maka salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup (SDKI tahun 2007). Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%). Ikterus(jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. (Risa,2006) 3 Angka kejadian ikterus di yogyakarta tahun 2009 di ruang perawatan bayi dari 132 bayi memerlukan perawatan lanjutan sebagian besar (68%) karena ikterus neonatorum.(Profil Kesehatan Kota Yogyakarta,2009). Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk : Hipertensi dalam kehamilan, (Preeklampsia, Eklampsia), Tindakan Pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan,Perdarahan post partum, Infeksi nifas,BBLR dan Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi, Asfiksia pada bayi, Gangguan nafas pada bayi, Kejang pada bayi baru lahir Infeksi neonatal, Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal antara lain Kewaspadaan Universal Standar(Bappenas,2008). Seperti yang di terangkan dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam yaitu dalam QS. Al Mu’minun (23) ayat 12 sampai dengan ayat 14 ﺴﺎنَ ِﻣ ۡﻦ ﺳ ُٰﻠﻠَﺔٍ ﱢﻣ َ اﻻ ۡﻧ ِ ۡ ( ۡۚﻦ ِط ۡﯿ ٍﻦ َوﻟَﻘَ ۡﺪ َﺧﻠَ ۡﻘﻨَﺎ23:12) ۡ ۡ ار ﱠﻣ ِﻜ ۡﯿﻦ ٍ (ﺛُ ﱠﻤ َﺠ َﻌﻠ ٰﻨﮫُ ﻧُﻄﻔَﺔً ﻓِﻰۡ ﻗَ َﺮ23:13) ۡ ﻀ َﻐﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ۡﻘﻨ َﺎ ۡاﻟ ُﻤ ۡ ؕﻟ َ ۡﺤ ًﻤﺎ ﺛُ ﱠﻢ اَ ۡﻧﺸ َۡﺎ ٰﻧﮫُ ﺧ َۡﻠﻘًﺎ ٰا َﺧ َﺮﺛُ ﱠﻢ َﺧﻠَ ۡﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡ ۡﻄﻔَﺔَ َﻋﻠَﻘَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ۡﻘﻨَﺎ ۡاﻟ َﻌﻠَﻘَﺔَ ُﻣ ﻀ َﻐﺔَ ِﻋ ٰﻈ ًﻤﺎ ﻓ َ َﻜ َﺴ ۡﻮﻧَﺎ ۡاﻟ ِﻌ ٰﻈ َﻢ ّٰ ك َ ﺴﻦُ ۡاﻟ ٰﺨﻠِﻘِ ۡﯿﻦَ ؕ ﻓَﺘَ ٰﺒـ َﺮ َ (ﷲُ ا َ ۡﺣ23:14) artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh yaitu (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Maka Maha Sucilah Allah SWT. Pencipta Yang Paling Baik.” 4 Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya manusia tidak hanya karena nidasi yang langsung menjadi janin, namun melalui beberapa fase yaitu dari segumpal darah sampai menjadi janin di dalam kandungan kemudian lahir seorang bayi hingga menjadi manusia dewasa di dunia. Jika terdapat gangguan atau masalah pada salah satu proses perkembangan dan pertumbuhan manusia seperti ayat diatas akan tejadi kelainan seperti Bayi dengan Ikterus sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi masalah yang serius. Angka kejadian dan angka kematian neonatus akibat komplikasi seperti Asfiksia,Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia masih tinggi, Ikterus, dan BBLR didiharapkan Bidan sebagai ujung tombak pelayanan yang mungkin menjumpai kasus Ikterus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi dan fasilitas yang tersedia. Bidan dan perawat yang terampil dan kompeten dalam manajemen Ikterus diharapkan dapat menangani kasus Ikterus dengan baik dan benar, serta dapat menyebarkan pengetahuannya kepada keluarga mengenai penanganan Ikterus menggunakan cara yang mudah . Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 April 2013 dengan melihat data sekunder untuk data tahun 2012 yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember angka kejadian Ikterus di RS PKU Yogyakarta sebanyak 203 bayi untuk jumlah bayi dengan ikterus fisiologis sebanyak 127 bayi dan bayi dengan ikterus patologis sebanyak 96 bayi. 5 Mengingat banyaknya masalah kejadian Ikterus di Indonesia terutama di daerah DIY maka perlu penanganan yang memadai untuk mencegah terjadinya masalah Ikterus maupun komplikasi lebih lanjut agar dapat menekan dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, maka penulis merasa tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Balita Dengan Ikterus Patologis di RS PKU Yogyakarta Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah diatas yaitu Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus di RS PKU YOGYAKARTA Tahun 2013 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus adalah sebagai berikut: 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar ikterus serta melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus sesuai dengan manajement kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan : a. Melakukan pengkajian data subjektif dan obyektif pada neonatus dengan ikterus. 6 b. Melakukan interpretasi data pada neonatus dengan ikterus. c. Mengidentifikasi diagnosa pada neonatus dengan ikterus. d. Mengidentifikasi antisipasi tindakan segera pada neonatus dengan ikterus. e. Mengidentifikasi kebutuhan pada neonatus dengan ikterus. f. Melaksanakan rencana asuhan pada neonatus dengan ikterus.. g. Melakukan evaluasi pada neonatus dengan ikterus. h. Melakukan kolaborasi dengan lain tenaga kesehatan yang lain yaitu dokter anak i. Mengidentifikasi kesenjangan teori dan praktik . j. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP D. Manfaat 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat menambah informasi dan pustaka dalam ilmu kebidanan mengenai asuhan kebidanan neonatus dengan ikterus. 2. Bagi Institusi a. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta Membantu mengembangkan ilmu dan menambah wacana serta informasi bagi pembaca perpustakaan dan meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya kebidanan pada neonatus dengan ikterus . 7 b. Bagi petugas ruang bayi PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini sebagai bahan masukan agar bidan dan perawat yang ada di ruang bayi PKU Muhammadiah Yogyakarta mampu memberikan pelayanan dan asuhan kebidanan yang dilakukan secara maksimal dan komprehensif. 3. Bagi profesi kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi bidan dan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya balita sehingga tercipta derajat kesehatan yang optimal. 4. Bagi pengguna a. Orang tua Diharapkan bagi para ibu untuk lebih waspada kepada kesehatan anaknya dan para orang tua dapat mengenal ciri – ciri ikterus pada anaknya. b. Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, membangun kerangka empiri (hasil lapangan) dan sebagai masukan bagi pihak yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut,terutama berkaitan dengan informasi kesehatan neonatus 8 E. Ruang Lingkup 1. Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini mengambil materi kesehatan neonatus dengan ikterus. 2. Ruang Responden Responden dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 1-28 hari dengan ikterus. 3. Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2013 – Juli 2013,dari penyusunan proposal sampai penyusunan laporan hasil penelitian. 4. Lingkup Tempat Penelitian dilakukan di kamar bayi RS PKU YOGYAKARTA 2013 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ikterus 1. Pengertian Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkongjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009). Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm). (Winkjosastro, 2007) 2. Klasifikasi ikterus Ikterus fisiologis adalah : a. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua. 9 10 b. Tidak mempunyai dasar patologis c. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan d. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus e. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi f. Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidah menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.(Sarwono, 2008) Ikterus patologis Adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. (Sarwono, 2002). a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan. c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari. d. Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7 11 e. Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning melebihi/melewati daerah muka f. Ikterus yang cenderung menjadi patologik adalah : Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg % atau lebih setiap 24 jam Ikterus yang disertai : a. Berat lahir kurang dari 2000 gram b. Masa gestasi kurang dari 36 minggu c. Asfiksia,hipoksia,dan sindroma gawat nafas pada neonatus d. Infeksi e. Trauma lahir pada kepala f. Hipoglikemia , g. Hiperosmolaritas darah h. Proses hemolisis i. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang dari 8 hari atau 14 hari Tabel 1. Klasifikasi Ikterus Klasifikasi Ikterus Tanya dan Lihat Mulai kapan ikterus ? Daerah mana yang ikterus ? Bayinya kurang bulan ? Warna tinja ? Ikterus usia 3-13 hari Tanda patologis (-) Tanda / Gejala Klasifikasi Ikterus segera setelah lahir Ikterus patologis Ikterus pada 2 hari pertama Ikterus pada usia > 14 hari Ikterus lutut/ siku/ lebih Bayi kurang bulan Tinja pucat Ikterus fisiologis 12 3. Tanda Dan Gejala Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi : 1. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni. 2. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis). Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l. Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala: a. Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah) b. Pucat, Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular. c. Trauma lahir, Bruising, sefalhematom (peradarahan kepala), perdarahan tertutup lainnya. 13 d. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat. e. Letargik dan gejala sepsis lainnya. f. Petekiae (bintik merah di kulit). Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis. g. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati h. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa) i. Omfalitis (peradangan umbilikus) j. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid) k. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus) l. Feses dempul disertai urin warna coklat. Pikirkan ke arah ikterus obstruktif. 4. Etiologi Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek. b. Produksi bilirubin serum yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah 14 lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis. c. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar. d. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak. e. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. 5. Penyebab Ikterus a. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat. 15 b. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin. c. Polisitemia. d. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir. e. Ibu diabetes. f. Asidosis. g. Hipoksia/asfiksia. h. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik. i. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya. j. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver. k. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin. l. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver 6. Penegakan Diagnosis a. Visual Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya bias 16 penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut. WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut: Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang. Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan. Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning. b. Bilirubin Serum Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil). 17 Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu. c. Bilirubinometer Transkutan Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa. Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining, bukan untuk diagnosis. d. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah. Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas. Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah. Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini, 18 maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin. 7. Faktor Resiko Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum: Faktor Maternal a. Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani) b. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) c. Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik. d. ASI Faktor Perinatal a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis) b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa) Faktor Neonatus a. Prematuritas b. Faktor genetik c. Polisitemia d. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol) e. Rendahnya asupan ASI f. Hipoglikemia g. Hipoalbuminemia 8. Patofisiologi 1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase,biliverdin 19 reduktase,dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial, 2. Setelah pemecahan hemoglobin,bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein intraseluler ‘’Y protein’’dalam hati.pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan protein. 3. Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar larut dalam air (bereaksi direk). 4. Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal dengan konjugasi bilirubin masuk dalam empedu melalui membran kanalikular kemudian ke sistem gastointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urin.beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik. 5. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut dalam lemak,tak terkonjugasi,non polar(bereaksi indirek) 6. Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferase.rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatik. 7. Jundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam 20 lemak yang terdapat dalam ASI terjadi 4- 7 hari setelah lahir dimana terdapat tkenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 – 30 mg/dl selama minggu ke 2- ke 3.biasanya bisa mencapai usia 4 minggu dan menurun setelah 10 minggu.jika pemberian ASI dilanjutkan,hyperbilirubinemia akan menurun berangsur angsur dapat menetap selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih rendah.jika pemberian ASI dihentikan,kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat biasanya 1-2 hari dan pengganti ASI dengan susu formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengn cepat,sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti sebelumanya. 8. Bilirubin yang patologi tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama kelahiran.sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis muncul antara 3-5 hari sesedah kelahiran. 9. Penatalaksanaan Ikterus ﻣﺎ أَ ْﻧ َﺰ َل ﷲ دَا ًء إﻻ أَ ْﻧ َﺰ َل ﻟﮫ ِﺷﻔَﺎ ًء ““Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah telah menurunkan untuknya obat penyembuh.” (HR.Bukhari,no:5354). a. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. b. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau 21 tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai. c. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat. 9. Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir: Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar matahari, sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin pada bayi prematur yang diselidikinya. Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga efektif terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara ini menunjukkan efek samping yang minimal, dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang yang berbahaya. Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan: a. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi. 22 b. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi. c. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal. d. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh. e. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam. f. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam. g. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis. h. Pengawasan nutisi/ASI Pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.Perintah menyusui sudah dijelaskan dalam QS Al-Baqarah (2) ayat 233 yang artinya : “ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya,dan juga seorang ayah karena ankanya, dan warispun kewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan musyawarah,maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,maka tidak ada dosa bagimu. Apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Untuk pemberian ASI sangat dianjurkan untuk memberikan ASI ekslusif yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan pendamping lainnya selama 6 bulan penuh kemudian dilanjutkan sampai usia dua tahun dengan ditambah makanan pendamping ASI. 23 Bila dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar bilirubin, perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang kkurang efektif, atau ada komplikasi pada bayi seperti dehidrasi, hipoksia (kekurangan oksigen), infeksi, gangguan metabolisme, dan lain-lain. 10. Komplikasi Setiap pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping. Dalam penelitian yang dilakukan selama ini, tidak ditemukan pengaruh negatif terapi sinar terhadap tumbuh kembang bayi. Efek samping hanya bersifat sementara, dan dapat dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar. Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain: a. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesering mungkin berikan ASI. b. Frekwensi buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan usus yang meningkat). c. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat gerak. d. Kenaikan suhu tubuh. e. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang hanya bersifat sementara. 24 Komplikasi biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan manfaat penggunaannya. Karena itu terapi sinar masih merupaka pilihan dalam mengatasi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. 11. Mencegah Ikterus Pada Bayi Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya. 12. Kremer Ikterus Gambar 1. Derajat Kremer Ikterus 25 Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar. Tabel 2. Derajat Kremer Ikterus 1 2 3 Derajat kremer I II III 4 IV 5 V No Kadar bilirubin Daerah kepala dan leher 5,0 mg% Sampai batas atas 9,0 mg% Sampai badan bawah hingga 11,4mg%. tungkai. Sampai daerah lengan, kaki 12,4mg% bawah dan lutut Sampai Daerah telapak tangan 16,0 mg% dan kaki. Bagian tubuh yang kuning 26 13. Bagan Penanganan Ikterus Tabel 3. Penanganan Ikterus Tanda-Tanda Kategori Penilaian 1. Daerah ikterus (rumus kremer) 2. Kuning hari ke: 3. Kadar bilirubin Penanganan Bidan atau puskesmas Rumah sakit Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang kejang Normal Fisiologik Patologik 1 1+2 1 sampai 4 1 sampai 5 1-2 ≤5mg% >3 5-9mg% >3 11-15mg% >3 >15-20mg% Terus diberi ASI Sama dengan diatas 1 sampai 5 >3 >20mg% 1. Jemur dimatahari pagi jam 7-9 1. Rujuk kerukah selama 10 menit 2. Badan bayi telanjang,mata ditutup sakit 3. Terus diberi ASI 2. Banyak 4. Banyak minum minum Sama Terapi Terapi sinar dengan sinar diatas Periksa golongan darah ibu dan bayi periksa kadar bilirubin Nasihat bila Waspadai Tukar semakin bila kadar darah kuning bilirubin naik ,kembali > 0.5mg/jam coomb’s test 27 14. Patway Iketerus Tabel 4.Patway Ikterus 28 15. SOP (Standar Operasional) Tabel 5. Standar Operasional Ikterus Neonatorum IKTERUS NEONATORUM Pengertian Tujuan Prosedur Ikterus neonatorum ialah diskolorisasi pada kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin,keadaan ini disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebih,eksresi berkurang atau campuran antara keduanya. Mengatasi ikterus neonatorum pada neonatus penyebabnya dengan segera. Menejemen awal 1. Mulai dengan terapi sinar 2. Ambil sample darah bayi untuk tes bilirubin 2.1.Tentukan apakah bayi punya faktor resiko (lahir <2500 gr atau UK <37 mg,hemolisis,atau sepsis. 2.2.Bila kadar bilirubin serum dibawah kadar yang tidak memerlukan terapi sinar (hentikan terapi sinar) 2.3.Bila kadar bilirubin serum melebihi kadar yang memerlukan terapi sinar (lakukan terapi sinar) 3. Bila ada riwayat ikterus hemolisis atau inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya. 3.1.Ambil sample darah bayi dan ibu dan lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan golongan darah lakukan tes coombs. 3.2.Bila faktor Rh dan golongan darah ABO bukan merupkan penyebabnyadari hemolisis,atau bila ada riwayat pada keluarga dengan definisi G6PD lakukan pemeriksaan. 4. Bila kadar bilirubin dan tes lain telah diperoleh tentukan dignosis yang memungkinkan. 29 Menejemen ikterus hemolitik 1. Bila kadar bilirubin serum masuk indikasi lakukan fototerapi. 2. Bila kadar bilirubin serum masuk indikasi lakukan tranfuse tukar (rujuk RS Tipe A) 3. Nasehat ibu 3.1.Bila penyebab ikterus adalah incompatibilitas faktor Rh yakinkan ibu sudah mendapat konseling tentang kehamilannya. 3.2.Bila bayi dengan definisi G6PD,beri nasehat kepada ibu tentang hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah krisis hemolisis pada bayi contohnya (anti malaria dan aspirin) 4. Bila hemoglobin <12 g% dan Ht <39 % beri tranfuse tukar 5. Setelah terapi sinar dihentikan perhatikan: 5.1.Pantau bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan kadar bilirubin bila memungkinkan atau perkiraan ikterus dengan menggunakan perkiraan klinik 5.2.Bila ikterus telah sampai pada kadar untuk dilakukan tarapi sinar,ulangi terapi sinar dalam waktu yang sama seperti sebelumnya 5.3.Ulangi langkah G6Pdini setiap kali terapi sinar dihentikan sampai dapat dipastikan kadar biliribin dalam bata normal tidak melenihi kadar yang ditentukan 6. Bila ikterus berang G6Pdsur angsur 2 mg atau lebih dan air seni pucat /gelap lakukan terapi prolonged jaundic 7. Tindak lanjuti setelah bayi dipulangkan dr RS dengan mengukur Hb setiap minggu selama 4 minggu bila Hb < 10grm/dl dan Ht <30% beri tranfusi darah. 30 Mamajemen ikterus pada prematuritas 1. Bila kadar bilirubin serum berada dalam kadar untuk dilakukan terapi sinar lanjutkan fototerapi. 2. Begitu terapi sinar dihentikan dan usia bayi kurang dari 3 hari panntau dalam 24 jam 3. Jika ikterus pada 2 mg dan kencing gelap lakukan prologted joundic. PELAKSANAAN FOTOTERAPI Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur pelaksanaan Fototerapi ialah terapi menggunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang tertentu dan waktu tertentu untuk menurunkan kadar bilirubin Sebagai acuan langkah-langkah menurunkan kadar bilirubin indirek pada kadar yang tidak memerlukan fototerapi lagi. Melakukan fototerapi pada semua bayi dengan ikterik dan kadar bilirubin indirek lebih tinggi dari batas tertentu yang merupakan kewenangan dokter spesialis anak. 1. Pastikan pelindung penutup agar bayi aman bila tiba-tiba lampu pecah 2. Hangatkan ruangan suhu dibawah lampu 280-300 3. Nylakan dan pastikan lampu menyala dengan baik 4. Ganti lampu bila terbakar/berkedipkedip 5. Catat tanggal lampu dipasang 6. Ganti lampu setiap 1000 jam setelah 3 bulan,walaupun lampu masih menyala. 7. Letakkan tirai putih agar cahayanya dapat memantul kearah bayi secara merata. 31 Cara melakukan fototerapi 1. Letakkan bayi dibawah lampu fototerapi 1.1.Bila BB bayi 2000 gr/lebih maka letakkan bayi pada box dengan keadaan telanjang dan letakkan bayi kecil didalam incubator. 1.2.Tutup mata bayi dengan penutup pastikan tidak menutupi lubang hidung. 2. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai petunjuk/manual dari pabrik. 3. Diusahakan tubuh bayi seluasluasnya terkena sinar 4. Mengubah posisi bayi tiap 3 jam sekali. 5. Pastikan bayi diberikan minum 5.1.Minum setiap 3 jam sekali. 5.2.Pindahkan bayi ke unit lain saat di beri minum dan lepaskan matanya. 5.3.Tidak perlu diberikan PASI cukup diberikan ASI saja. 5.4.Bila bayi tidak menyusu berikan ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum 6. Bila bayi menerima cairan IV,naikkan jumlah volume cairan 10%selama bayi fototerapi 7. Bila bayi menggunakan OGT tidak perlu di pindah dari fototerapi 8. Timbang bayi setiap hari awasi penurunan BB akibat kehilangan cairan atau diare terutama pada bayi prematur 9. Feses bayi mungkin keluar warna kuning saat disinar 10. Hentikan fototerapi jika orangtua menjenguk untuk memudahkan interaksi alami orang tua dan bayi 11. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain 11.1. Bayi dipindah hanya jika ingin melakukan prosedur yang harus jauh bdari fototerapi 32 11.2. Bila bayi menerima O2 matikan lampu saat memeriksa bayi untuk mengetahui sianosis sentral 12. Pantau suhu bayi dan suhu sekitar bayi setiap 3 jam untuk bayi didalam incubator termistir prob harus terlindungi dari sinar. 13. Periksa kadar tiap 12 jam 13.1. Hentikan fototerapi ketika kadar bilirubin dibawah kadar indikasi dilakukannya fototerapi 13.2. Bila kadar bilirubin mendekati nilai untuk dilakukan tranfuse tukar maka lakukan tranfuse tukar 14. Bila kadar bilirubin tidak dapat diperiksa pada BBLR /UK <37 atau sepsis maka hentikan fototerapi setelah 3 hari 15. Bila ada kecurigaan ikterus hemilitik/ikterus dalam 24 jam hentikan fototerapi setelah 4 hari Sumber : RS PKU Yogyakarta,2002 33 B. Teori Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Asri. 2009). Menejemen asuhan kebidanan menurut Varney (7 langkah) meliputi : 1. Langkah I : Pengumpulan data dasar Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien / orang yang minta asuhan. Pengumpulan data mengenai seseorang tidak akan selesai jika setiap informasi yang dapat diperoleh hendak dikumpulkan. Maka dari itu sebelumnya harus mempertanyakan : data apa yang cocok dalam situasi kesehatan seseorang pada saat bersangkutan. Data yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang ditinjau.Data yang mempunyai pengaruh atas/ berhubungan dengan situasi yang sedang ditinjau. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data secara garis besar, di klasifikasikan menjadi data subjektif dan objektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan harus mengembangkan antar personal yang efektif dengan pasien/klien yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal -hal yang menjadi keluhan utama 34 pasien dan yang mencemaskan berupaya mendapat data fakta yang sangat bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien. 2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. 3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial Mengidentifikasikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan penceghan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dan bersiap siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. 4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu tindakan segera demi keselamatan bayi dan balita, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. 35 5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang komperhesif menyeluruh Pada langkah ini direcanakan asuhan yangmenyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya.Langka ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. 6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah ini bidan dapat berkolaborasi dengan dokter dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi. 7. Langkah VII : Evaluasi Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan diagnosa.Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus 1. Data subyektif : a. Identitas data pasien dan orangtua Menurut darwan budi suyanto, identitas merupakan bagian terpenting dalam suatu anamesis.Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa anak yang diperiksa benar-benar adalah anak yang dimaksud. 36 b. Alasan datang/kunjungan Pada pengkajian alasan kunjungan meliputi apa yang menjadi alasan pasien untuk datang ke rumah sakit yaitu apakah bayi baru lahir ataukah ada alasan bahwa pasien datang dengan keluhan seperti malas minum, earna kulit bayi kuking atau ada alasan yang lainnya. c. Keluhan utama Anamesis ini dimulai dengan keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa oleh orangtua berobat misalnya orang tua mengeluh tubuh bayi kuning ataupun bayi malas minum. d. Riwayat perkawinanan Pengkajian riwayat perkawinan meliputi usia menikah, lama pernikahan, menikah berapa kali, dan status pernikahan syah atau tidak. e. Riwayat obstetri Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hamil ke berapa, umur kehamilan, jenis kelamin, jenis persalinan, penolong komplikasi persalinan dan keadaannya. f. Riwayat Kehamilan Berapa kali ANC, imunisasi TT, merasakan gerakan janin pertama, keluhan pada TM I, II, dan TM III, HPHT, serta HPL. g. Riwayat persalinan Riwayat perslainan harus ditanya denga teliti termasuk tanggal, tempat kelahiran, siapa yang menolong misalnya dokter, bidan atau dukun, cara kelahiran misalnya spontan ,dibantu dengan alat, atau secara SC, umur kehamilannya (UK) apakah < 37 minggu (preterem) atau > 37 37 minggu (aterem), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada kelahiran pada hari pertama misalnya apakah bayi mengalami asfiksia,hipotermi atau ikterus dalam 24 jam. Masa kehamilan pasien juga perlu ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak. h. Riwayat imunisasi Status imunisasi harus ditanyakan secara rutin khususnya BCG, DPT, Polio, Campak dan hepatitis B. Kemudian dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat ( KMS ). i. Riwayat penyakit Riwayat penyakit meliputi riwayat penyakit keluarga, keturunan kembar, dan riwaayat operasi. j. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari Pengkajian pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi pada neonatus dengan ikterus diberikan lebih banyak nutrisi berupa ASI eksklusif dengan frekuensi secara on demand atau paling tidak 3 jam sekali, pola eliminasi pada bayi dengan ikterus biasanya feses berwarna kuning, personal hygiene, dan istirahat. k. Data psikolososial Data psikososial misalnya seperti apakah kehadiran bayinya disambut dengan baik atau tidak, siapa yang merawatnya apakah bayi dirawat oleh kedua orang tua kandung, oleh neneknya, atau diasuh oleh orang lain 38 2. Data obyektif : a. Pemeriksaan umum Pada pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum, kesadaran pasien, tanda-tanda vital meliputi nadi, tensi, suhu, respirasi. b. Pemeriksaan Fisik Inspeksi : Kepala : Adakah caput susadenum, bagaimana warna rambut, terdapat bekas luka atau tidak, bagaimana keadaan suturanya. Wajah : Terdapat pucat, odem atau tidak pada muka, pewarnaan pada muka bagaimana apakah pucat, kuning, atau biru. Mata : Cekung atau tidak, pewarnaan pada konjungtiva pucat, kemerahan atau putih, dan warna sklera kuning atau merah muda. Mulut dan gigi : Apakah terdapat karies atau tidak, mulut bersih atau tidak, berwarna pucat, biru,atau kemerahan. Leher :adakah pembesaran pada Kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan getah bening . Dada : Ada tarikan dinding dada atau tidak, simetris atau tidak, serta pewarnaan pada bagian dada apakah kuning atau kemerahan. 39 Abdomen : Kembung atau tidak, keadaan talipusat apakah kering atau basah,terdapat tanda-tanda infeksi talipusat atau tidak, pewarnana pada bagian abdomen kuning atau kemerahan, serta dinding abdomen. Genetalia : Ada lubang ureter, atau adanya kelainan pada bagian genetalia untuk jenis kelamin laki-laki apakah ada penis,apakah ada 2 testis dalam 1 scrotum apakah penis berlubang di ujung dan untuk jenis kelamin perempuan apakah labia mayora kanan dan kiri menutupi labia minora kanan dan kiri atau tudak, terdapat wagina atau tidak,terdapat clitoris atau tidak. Anus : Berlubang apa tidak Ekstrimitas : Adanya kelainan pada bagian ektrimitas seperti pembengkak pada bagian kaki dan tangan adakah fraktur pada bagian ekstremitas serta pewarnaan pada bagian ekstremitas apakah kuning atau tidak. Palpasi : Setelah diinspeksi dilakukan pemeriksaan lanjut dengan meraba telapak tangan sehingga dapat ditentukan bentuk, besar , tepi permukaan serta konsistensi organ. 40 Perkusi : Tujuan nya untuk mengetahui perbedaan suara ketuk sehingga dapat ditentukan batas batas suatu organ pada paru, jantung dan hati. c. Data Penunjang Melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui jenis penyakit 3. Analisa/Diagnosa : Data yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Interpretasi data pada bayiseperti : a. Diagnosa : Asuhan kebidanan pada neonatus umur 0-28 hari dengan ikterus Dasarnya : 1) Data subyektif 2) Data obyektif b. Masalah : kurangnya pengetahuan tentang penyakit ikterus pada bayi c. Kebutuhan : KIE tentang penyakit bayi 4. Diagnosa potensial Diagnosa potensial pada penyakit ikterus antar lain : terjadi akumulasi bilirubin dalam darah sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan dan muncul pewarnaan kuning pada permukaan kulit, bayi mengalami dehidrasi/kekurangan cairan, serta berpotensial juga terjadi kern ikterus. 41 5. Antisipasi Antisipasi yang dilakukan pada neonatus dengan penyakit ikterus adalah melakukan pemeriksaan laboratorium berupa cek bilirubin 24 jam sekali, memberikan asi secara ekslusif, serta bila kadar bilirubin < 10 mg/dl pada bayi prematur dan < 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan maka lakukan fototerapi. 6. Rencana Rencana tindakan nya dengan cara Jemur dimatahari pagi jam 7-9 selama 10 menit, badan bayi telanjang, mata ditutup, terus diberi ASI dan banyak minum untuk bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis dan perencanaan untuk fototerapi dan pemenuhan nutrisi untuk bayi dengan ikterus patologis. 7. Evaluasi Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada neonatus adalah tidak terjadi akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit (terutama) dan sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan serta tidak terjadi komplikasi yang lebih berat, dan adakah kesenjangan antara teori dengan praktik atau tidak. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Pengkajian (Data Subjektif) Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2013 pukul 15.00 WIB yang meliputi : a. Identitas Nama Bayi : By. Ny. W Umur : 6 Hari Tgl./Jam Lahir : 18 Juni 2013 / 21.25 WIB Jenis Kelamin : Perempuan BB Lahir : 1.700 gr Panjang Badan : 39 cm Identitas Orang Tua : Ibu : Nama : Ny. Wiwik Tn. Soib Umur : 24 tahun 26 tahun Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia Agama : Islam Islam Pendidikan : SMA SMA Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta Alamat : Umbulharjo, Yogyakarta, Yogyakarta 44 Ayah : 43 c. Observasi Pada jenis pengamatan ini, pengamat (Observer) benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan (Observer). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif berpartisipasi dalam aktifitas dalam kontak dengan klien (Notoatmodjo 2002:95). 2. Data sekunder a. Telaah dokumentasi Data yang diperoleh dengan cara mempelajari status pasien, catatan asuhan kebidanan dan studi kepustakaan. D. Analisis data Dilakukan secara deskriptif mengggunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan menurut varney. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Pengkajian (Data Subjektif) Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2013 pukul 15.00 WIB yang meliputi : a. Identitas Nama Bayi : By. Ny. W Umur : 6 Hari Tgl./Jam Lahir : 18 Juni 2013 / 21.25 WIB Jenis Kelamin : Perempuan BB Lahir : 1.700 gr Panjang Badan : 39 cm Identitas Orang Tua : Ibu : Ayah : Nama : Ny. Wiwik Tn. Soib Umur : 24 tahun 26 tahun Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia Agama : Islam Islam Pendidikan : SMA SMA Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta Alamat : Umbulharjo, Yogyakarta, Yogyakarta 45 b. Anamnesa Tanggal : 23 Juni 2013 Pukul : 15.00 WIB 1) Riwayat Kehamilan Pada kehamilan yang ke 2 ini ibu lebih berhati-hati terhadap kesehatan diri dan janinnya. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya di bidan Praktek Swasta sebanyak TMI = 1 kali, TMII = 2 kali, TMIII = 3 kali. Pada saat hamil ibu tidak pernah mengalami pendarahan, tekanan darah tinggi atau sakit yang lain, ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan selain yang diberikan pada saat periksa. Selama kehamilan ibu tidak memperoleh Imunisasi TT sama sekali. 2) Riwayat Obstetri : P1A0AH1 No Tahun 1. 2. 2012 2013 Uk Penolong Jenis Tempat Jk/bb persalinan persalinan persalinan 7 mg Dokter Curetage RS 30mg Bidan Spontan RS Perempuan/ 1700gr Komplikasi 3) Riwayat persalinan Bayi lahir pada tanggal 18 juni 2013, UK 30 minggu, di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan Abortus Tidak ada 46 Lama Persalinan : Kala I : 8 jam Kala II : 30 menit Kala III : 15 menit Kala IV : 2 jam 10 jam 45 menit 4) Riwayat apgar score Apgar score 1 menit 5 menit Denyut jantung 2 2 Pernapasan 2 2 Refleks 1 2 Tonus otot 1 2 Warna kulit 1 2 Jumlah 7 9 5) Riwayat Kesehatan Pasien (RS) KU cukup, bayi menangis kuat, reflek menghisap kurang kuat terutama pada hari I, turgor kulit elastis, tonus otot normal, abdomen normal, tali pusar kering, pernafasan normal, tidak terdapat suara ronchi, kulit berwarna kuning pada muka dan leher, bayi berada di dalam incubator. 6) Riwayat kesehatan keluarga Ibu pasien mengatakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit menurun yaitu hipertensi pada ibu (nenek bayi dari pihak ibu) dan ada yang menderita DM (diabetes militus) pada ayah 47 (kakek dari pihak ibu), serta tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS. 7) Pola Kebiasaan Pasien a) Pola Nutrisi Jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI eksklusif sebanyak 7,5cc setiap 3 jam sekali melalui OGT. b) Pola Eliminasi Pasien BAK rata-rata 5-7 kali dalam sehari , warna jernih, bau tidak berbau dan BAB 4-5 kali sehari warna kuning kehijauan, bau khas feses. c) Pola Aktifitas Gerakan pasien cukup aktif. d) Pola Kebersihan Diri Pasien dimandikan dengan air hangat sebanyak 1 kali sehari pada pagi hari dengan cara mandi cemplung. 8) Pola Istirahat Pasien tidur dalam sehari rata-rata 19 jam yaitu tidur malam ± 10 jam dan tidur siang ± 9 jam. II. Pengkajian (Data Objektif) Pemeriksaan Umum - Keadaan Umum : Cukup - Kesadaran : Composmentis - Tanda Vital : Suhu : 37° C 48 : Pernafasan : 44 kali/mnt : Nadi : 132 kali/mnt Pemeriksaan Fisik a. Kepala : Ubun-ubun datar, sutura tidak teraba penyusupan, tidak ada caput succedaneum dan tidak ada cepal hematoma. b. Rambut : Bersih, hitam, tidak mudah rontok. c. Mata : Mata tidak cekung, sklera berwarna kuning kuning, konjungtiva d. Teling merah muda, simetris : Bersih, tidak ada serumen, kanan dan kiri simetris warna kuning. e. Hidung : Bersih, tidak terdapat secret, simetri, warna kuning. f. Mulut : Bibir warna tidak pucat, tidak ada labioskisis dan labiopalatoskisis, tidak ada stomatitis. g. Kulit : Bersih, kering, turgor masih bagus, tampak kekuningan pada tubuh bagian atas yaitu bagian muka hingga leher dan anggota tubuh lain berwarna kemerahan. h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe serta vena jugularis pewarnaan kuning. 49 i. Dada :Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara ronci dan wezing, serta dada berwarna kuning. j. Perut : Tidak teraba benjolan, tiadak ada perdarahan tali pusat, talipusat sudah kering,dan tidak ada tanda-tanda infeksi, serta perut berwarna kemerahan dan dinding perut tidak lembek. k. Ekstermitas : Gerak tidak terlalu aktif, jari kaki dan tangan lengkap, dan tidak terjadi fraktur pada ekstremitas, pewarnaan pada ekstremitas tidak kuning. l. Genetalia : labia mayora kanan dan kiri menutupi labia minora kanan dan kiri, terdapat 1 lubang uretra dan 1 lubang vagina m. Anus : berlubang n. : moro (+) Reflek Pemeriksaan penunjang : No 1 Tanggal/jam 23 juni pukul 20.16 Hasil bilirubin total : 9,91 mg/dl normal Bilirubin total : < 10 mg/dl pada bayi prematur. < 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan. 50 III. ANALISA Tanggal/jam:23 juni 2013/15.00 By Ny W umur 6 hari dengan ikterus neonatorum patologis IV. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:23 juni 2013/15.00 1. Melakukan fototerapi kepada By Ny W 2. Melakukan fototerapi pada By Ny W dengan durasi 3X6 jam 3. Sudah dilakukan fototerapi dimulai jam 15.00 Bayi Ny W dilakukan fototerapi dengan durasi 3X6 jam Mengobservasi pelaksanaan Fototerapi untuk mengetahui kondisi bayi dan kelancaran Fototerapi 4. fototerapi berjalan dengan lancar selama 6 jam Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. 5. Sudah dilakukan Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali. No Tanggal/jam 1 23 Juni 2013 pukul 15.00 2 23 Juni 2013 pukul 18.00 3 23 Juni 2013 pukul 21.00 4 23 Juni 2013 pukul 00.00 Hasil RR : 48 X/menit, Residu : 2cc, ASI : OGT , BAB : tidak, BAK : ya RR : 50 X/menit, Residu : tidak ada, melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya RR : 50 X/menit, Residu : tidak ada, melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya RR : 54 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : OGT , BAB : tidak, BAK : ya 10 cc melalui ASI : 10 cc ASI : 10 cc 10 cc melalui 51 6. Mengukur nadi dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali No Tanggal/jam Hasil 0 1 tanggal 23 juni Suhu : 37,2 C , Nadi : 141 x/menit , SpO2 : pukul 18.00 99%. 2 tanggal 23 juni Suhu : 37,3 0C , Nadi : 149 x/menit , SpO2 : pukul 00.00 99%. Data Perkembangan Tanggal/jam : 24 juni 3013/03.00 1. Pengkajian (Data Subjektif) : - 2. Pengkajian (Data Objektif) : Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 10 cc/3 jam, Ikterik 3. ANALISA Tanggal/jam:24 juni 2013/03.00 By Ny W umur 7 hari dengan ikterus neonatorum patologis. 4. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:24 juni 2013/03.00 1. Melakukan penimbangan berat badan pada bayi Ny. W Sudah dilakukan BB : 1680 gram 2. Mengobservasi pelaksanaan fototerapi untuk mengetahui kondisi bayi dan kelancaran fototerapi fototerapi berjalan dengan lancar selama 3 x 6 jam 3. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. Sudah dilakukan 52 4. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali. No Tanggal /jam Hasil 1 24 Juni 2013 RR : 52 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 10 pukul 03.00 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak 2 24 Juni 2013 RR : 48 X/menit, Residu : 2cc, ASI : 12,5 pukul 06.00 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya 3 24 Juni 2013 RR : 44 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : pukul 09.00 12,5 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya 4 24 Juni 2013 RR : 41 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : pukul 12.00 12,5 cc, melalui OGT , BAB : tidak, BAK: ya 5 24 Juni 2013 RR : 44 X/menit, Residu : 1 cc, susu pukul 15.00 formula :10cc, ASI : 2,5 cc melalui OGT, BAB : tidak, BAK : tidak 6 24 Juni 2013 RR : 43 X/menit, Residu :tidak ada, ASI : pukul 18.00 12,5 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK: tidak 7 24 Juni 2013 RR : 45 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 10 pukul 21.00 cc melalui OGT , ASI oral : 2,5cc, BAB : tidak, BAK : ya 8 24 Juni 2013 RR : 44 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 12,5 pukul 00.00 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya 5. Mengukur nadi dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali No Tanggal/jam 1 tanggal 24 juni pukul 06.00 2 tanggal 24 juni pukul 12.00 3 tanggal 24 juni pukul 18.00 4 tanggal 24 juni pukul 00.00 Hasil Suhu : 370C , Nadi : 158 x/menit , SpO2 : 99%. Suhu : 36,2 0C , Nadi : 147x/menit , SpO2 : 99%. Suhu : 370C , Nadi : 155 x/menit , SpO2 : 93%. Suhu : 36,5 0C , Nadi : 149 x/menit , SpO2 : 98%. 53 Tanggal/jam : 25 Juni 3013/03.00 I. Pengkajian (Data Subjektif) : - II. Pengkajian (Data Objektif) : Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 12,5 cc/3 jam. III. ANALISA Tanggal/jam:25 juni 2013/03.00 By Ny W umur 8 hari dengan keadaan normal. IV. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:25 juni 2013/03.00 1. Melakukan penimbangan berat badan pada By Ny W Sudah dilakukan BB : 1690 gram 2. Mematikan fototerapi pada tanggal 25 juni 2013 jam 03.00 Fototerapi sudah dimatikan. 3. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali. No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tanggal/jam 25 Juni 2013 pukul 03.00 25 Juni 2013 pukul 06.00 25 Juni 2013 pukul 09.00 25 Juni pukul 12.00 25 Juni pukul 15.00 25 Juni pukul 18.00 25 Juni pukul 21.00 25 Juni pukul 00.00 2013 2013 2013 2013 2013 Hasil RR : 50 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 12,5 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak RR : 46 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 12,5 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya RR : 40 X/menit, Residu : 2cc, ASI : 5cc melalui oral, ASI : 7,5 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya RR : 41 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : 12,5 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya RR : 40 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 11,5cc melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya RR : 43X/menit, Residu : 5cc, ASI : 7,5 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya RR : 45 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui OGT , ASI oral : 15cc, BAB : tidak, BAK : ya RR : 46 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 15 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya 54 4. Mengukur suhu, nadi, dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali No 1 2 3 4 Tanggal/jam Hasil 0 tanggal 25 juni Suhu : 36,5 C , Nadi : 157 x/menit , SpO2 : 97%. pukul 06.00 tanggal 25 juni Suhu : 35,5 0C , Nadi : 131x/menit , SpO2 : 97%. pukul 12.00 tanggal 25 juni Suhu : 35,90C , Nadi : 146 x/menit , SpO2 : 98%. pukul 18.00 tanggal 25 juni Suhu : 36,40C , Nadi : 158 x/menit , SpO2 : 98%. pukul 00.00 Tanggal/jam:26 Juni 3013/03.00 I. Pengkajian (Data Subjektif) : ibu mengatakan senang atas perkembangan anaknya yang semakin membaik dan sudah dapat menyusui anaknya II. Pengkajian (Data Objektif) : Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 15 cc/3 jam. III. ANALISA Tanggal/jam:26 juni 2013/03.00 By Ny W umur 9 hari dengan keadaan normal . IV. PENATALAKSANAAN Tanggal/jam:26 juni 2013/03.00 1. Melakukan penimbangan berat badan pada By Ny W Sudah dilakukan BB : 1630 gram 2. Mengajarkan kepada ibu untuk menyusui bayinya Sudah dilakukan dan ibu masih kurang bisa menyusui dengan benar. 55 3. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali. No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tanggal /jam Hasil 26 Juni 2013 RR : 42 X/menit, Residu : 3 cc, ASI : 15 cc pukul 03.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak 26 Juni 2013 RR : 45 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 15 cc pukul 06.00 melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya 26 Juni 2013 RR : 44 X/menit, Residu : 3cc, ASI : 15 cc pukul 09.00 melalui OGT ,netek : 0cc BAB : tidak, BAK : ya 26 Juni 2013 RR : 41 X/menit, Residu : tidak ada, netek : 0cc pukul 12.00 ASI : 15 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya 26 Juni 2013 RR : 41 X/menit, Residu : 0 cc, netek : 0 cc ASI : pukul 15.00 15 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya 26 Juni 2013 RR : 44 X/menit, Residu : 1/2 cc, netek :1/2cc, pukul 18.00 ASI : 14 cc melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya 26 Juni 2013 RR : 40 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 10 cc pukul 21.00 melalui OGT , ASI oral : 7,5cc, BAB : tidak, BAK : tidak 26 Juni 2013 RR : 40 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 17,5 cc pukul 00.00 melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya 4. Mengukur nadi dan Spo2 bayi setiap 6 jam sekali No 1 2 3 4 Tanggal/jam Hasil 26 juni Suhu : 37,20C , Nadi : 125 x/menit , SpO2 : 98%. pukul 06.00 26 juni pukul Suhu : 36,70C , Nadi : 132x/menit , SpO2 : 97%. 12.00 26 juni pukul Suhu : 37,40C , Nadi : 155 x/menit , SpO2 : 97%. 18.00 26 juni pukul Suhu : 370C , Nadi : 138 x/menit , SpO2 : 92%. 00.00 5. Mengganti tusukan infus pada pukul 06.00 Sudah dilakukan 56 Tanggan/jam :27 Juni 3013/03.00 I. Pengkajian (Data Subjektif) : ibu mengatakan senang atas perkembangan anaknya yang semakin membaik dan sudah dapat menyusui anaknya II. Pengkajian (Data Objektif) : Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 10 cc/3 jam. III. ANALISA Tanggal/jam:27 juni 2013/03.00 By Ny W umur 9 hari dengan keadaan normal. IV. PENATALAKSANAAN 1. Tanggal/jam:27 juni 2013/06.00 Melakukan penimbangan berat badan pada bayi ny W Sudah dilakukan BB : 1620 gram 2. Menghitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali. No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tanggal/jam 27 Juni 2013 pukul 03.00 27 Juni 2013 pukul 06.00 27 Juni 2013 pukul 09.00 27 Juni 2013 pukul 12.00 27 Juni 2013 pukul 15.00 27 Juni 2013 pukul 18.00 27 Juni 2013 pukul 21.00 Hasil RR : 42 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 17,5 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak RR : 44 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 17,5 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya RR : 43 X/menit, Residu : 7,5 cc, ASI : 10 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : tidak RR : 40 X/menit, Residu : tidak ada,netek : 0 cc, ASI : 17,5 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya RR : 42 X/menit, Residu : 0cc, netek :3cc, ASI : 20 cc melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya RR : 43X/menit, Residu :tidak ada, ASI : 20 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya RR : 40 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 0 cc melalui OGT , ASI oral : 20 cc, BAB : ya, BAK : ya 27 Juni 2013 RR : 42 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 20 cc pukul 00.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya 57 3. Mengukur nadi dan SpO2 bayi setiap 6 jam sekali No Tanggal/jam 1 27 juni 2013 pukul 06.00 2 27 juni 2013 pukul 12.00 3 27 juni 2013 pukul 18.00 4 27 juni 2013 pukul 00.00 Pembimbing Lahan (Siti Arifah, S.Kep.Ns) Hasil Suhu : 37,1 C , Nadi : 155x/menit , SpO2 : 96%. Suhu : 36,80C , Nadi : 148x/menit , SpO2 : 97%. Suhu : 36,40C , Nadi : 145 x/menit , SpO2 : 95%. Suhu : 36,30C , Nadi : 128 x/menit , SpO2 : 99%. 0 Peneliti (Addina Fitriana R) B. Pembahasan Kasus Pada pembahasan kasus ini dilakukan sesuai dengan tahapan kebidanan yang meliputi pengkajian, interprestasi data, identifikasi diagnosa atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan rencana evaluasi. 1. Pada tahap pengkajian pada teori didapatkan yaitu tanda-tanda ikterus patologis seperti kulit bayi dan sklera tampak kuning dan pucat, konsentrasi urine pekat, insomnia (susah tidur), letargi (keadaan kesadaran yang menurun, seperti tidur lelap), hypotrie (berkurangnya tonus otot) 58 reflek hisap kurang, moro lemah, irritabel, tremor, konvulsi suara tangisan tinggi sedangkan pada kasus bayi Ny. W diperoleh karakteristik bayi sebagai berikut, pewarnaan kuning melewati daerah muka.dan sklera tampak kuning, feses tampak kuning, dan reflek hisap kurang. 2. Pada tahap Interpetasi data diambil dari data dasar, dapat dibedakan menjadi data obyektif dan data subyektif. Dari data obyektif yang mendukung untuk diagnosis pasien dengan ikterus patologis pada teori yaitu tampak ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, warna kuning pada tubuh, dan sklera tampak kuning, feses gelap,sedangkan pada bayi Ny W didapatkan ikterus yang disertai berat badan lahir 1700 gram, masa gestasi 30 minggu, warna kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher, dan sklera tampak kuning, feses berwarna kuning. 3. Pada tahap identifikasi diagnosa potensial pada teori yaitu munculnya potensial karena ikterus yaitu dehidarasi, perubahan warna kulit karena peninggkatan kadar bilirubin. Sedangkan pada kasus bayi Ny.W dimunculkan diagnosa potensial berupa peningkatan kadar hiperbilirubin segingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher dan pemenuhan nutrisi pada bayi masih kurang kemudian dari data subjektif pada teori kejadian ikterus bisa karena riwayat kehamilan misalnya terjadi hemolisis akibat inkompatibilitas ABO, isoimunisasi rhesus, atau ibu dengan diabetes,dari riwayat persalinan misalnya seperti kelainan bawaan, bayi dengan asfiksia, asidosis, terjadi 59 kern ikterus sedangkan pada kasus By Ny W didapatkan riwayat kehamilan ibu baik, ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular dan menurun,serta pada riwayat persalinan Bayi lahir pada tanggal 18 juni 2013, UK 30 minggu, di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan,dan tidak ada komplikasi pada persalinan. Pada langkah ini juga dimunculkan antisipasi masalah bila mungkin dilakukan pencegahan. Pada tahap antisipasi masalah pada kasus ikterus patologis pada bayi Ny. W berupa kolaborasi dengan Dr. Spesialis anak dan juga proses rehidrasi atau pemenuhan kebutuhan cairan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. 4. Pada identifikasi masalah kebutuhan yang memerlukan tindakan segera pada teori tindakan segera disesuaikan dengan keadaan bayi, dan sarana prasarana yang ada di RS sedangkan pada kasus ini dimunculkan 3 identifikasi berupa gangguan kebutuhan cairan, gangguan kebutuhan nutrisi, dan gangguan integritas kulit oleh peningkatan bilirubin darah. 5. Pada tahap perencanaan semua rencana yang dibuat disesuaikan dengan teori, keadaan pasien, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk diagnosa kekurangan volume cairan dan elektrolit serta ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ,Pada diagnosa adanya gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan bilirubin darah pada rencana dilakukan monitor warna dan kondisi kulit serta pemeriksaan laboratorium dapat dilaksanakan begitu juga adanya rencana kolaborasi 60 dengan dr. anak untuk pemberian terapi serta melihat keluarga pasien (orang tua) sehingga diharapkan dapat mempermudah penyelesaian masalah yang dialami sedangkan pada kasus By Ny W pemenuhan kebutuhan diberikan berupa ASI melalui OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan akan dilakukan terapi dengan melakukan kolaborasi dengan dr spesialis anak untuk pemberian fototerapi. 6. Pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat akan tetapi tidak semua rencana dapat dilakukan. Pada diagnosa kekurangan volume cairan tindakan pengelolaan pemberian terapi cairan sesuai program, tindakan monitoring intake dan output tidak dilakukan sendiri oleh penulis melainkan berkerjasama dengan tim kesehatan lain yaitu dengan perawat kamar bayi secara langsung (lisan) maupun tertulis melalui catatan perawatan, karena keterbatasan waktu penulis untuk dapat bersama dengan pasien. Pada diagnosa gangguan integritas kulit tindakan untuk monitoring bilirubin direct dan indirect (pemeriksaan laboratorium lainnya) dilaksanakan dengan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam hal ini dari petugas dengan dokter, pemberian terapi penulis bekerjasama dengan perawat dan dr. di kamar bayi.pemberian fototerapi dilakuakan selama 3X6 jam, bayi didalam incubator, Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak 61 membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4jam. Pengawasan nutisi/ASI setiap 3 jam sekali. 7. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat setelah dilakukan perawatan, evaluasi hasil yaitu evaluasi yang didapat selama 5 hari dilakukannya tindakan setelah tujuan rencana tindakan tercapai yaitu berupa perbaikan pemberian nutrisi dengan memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan, perbaikan gangguan pemberian cairan dengan mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya serta gangguan integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah dilakukan dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil studi kasus ini penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman secara nyata tentang pemberian asuhan kebidanan pada bayi ikterus patologis dengan fototerapi, dengan menggunakan proses manajemen kebidanan yang meliputi pengkajian, interpretasi data, identifikasi diagnosa, atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan rencana dan evaluasi. 1. Pada pengkajian didapatkan hasil yaitu karakteristik bayi sebagai berikut, pewarnaan kuning melewati daerah muka hingga leher dan sklera tampak kuning, feses tampak kuning, dan reflek hisap kurang, pemenuhan nutrisi bayi dari OGT. 2. Pada Interpetasi data diambil dari data dasar, dapat dibedakan menjadi data obyektif dan data subyektif. Dari data obyektif yang mendukung untuk diagnosis pasien dengan ikterus patologis yaitu pada bayi Ny W didapatkan ikterus yang disertai berat badan lahir 1700 gram, masa gestasi 30 minggu, warna kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher, dan sklera tampak kuning, feses berwarna kuning. 3. Pada identifikasi diagnosa potensial pada teori yaitu munculnya potensial karena ikterus yaitu dehidarasi, perubahan warna kulit karena 62 63 peninggkatan kadar bilirubin. Sedangkan pada kasus bayi Ny.W dimunculkan diagnosa potensial berupa peningkatan kadar hiperbilirubin segingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher dan pemenuhan nutrisi pada bayi masih kurang kemudian dari data subjektif pada teori kejadian ikterus bisa karena riwayat kehamilan misalnya terjadi hemolisis akibat inkompatibilitas ABO, isoimunisasi rhesus, atau ibu dengan diabetes,dari riwayat persalinan misalnya seperti kelainan bawaan, bayi dengan asfiksia,dan asidosis sedangkan pada kasus By Ny W didapatkan riwayat kehamilan ibu baik, ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular dan menurun,serta pada riwayat persalinan Bayi lahir pada tanggal 18 juni 2013, UK 30 minggu, di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan,dan tidak ada komplikasi pada persalinan. Pada langkah ini juga dimunculkan antisipasi masalah bila mungkin dilakukan pencegahan. Pada tahap antisipasi masalah pada kasus ikterus patologis pada bayi Ny. W berupa kolaborasi dengan Dr. Spesialis anak dan juga proses rehidrasi atau pemenuhan kebutuhan cairan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. 4. Pada identifikasi masalah kebutuhan yang memerlukan tindakan segera pada teori tindakan segera disesuaikan dengan keadaan bayi, dan sarana prasarana yang ada di RS sedangkan pada kasus ini dimunculkan 3 64 identifikasi berupa gangguan kebutuhan cairan, gangguan kebutuhan nutrisi, dan gangguan integritas kulit oleh peningkatan bilirubin darah. 5. Pada perencanaan semua rencana yang dibuat disesuaikan dengan teori, keadaan pasien, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk diagnosa kekurangan volume cairan dan elektrolit serta ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ,Pada diagnosa adanya gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan bilirubin darah pada rencana dilakukan monitor warna dan kondisi kulit serta pemeriksaan laboratorium dapat dilaksanakan begitu juga adanya rencana kolaborasi dengan dr. anak untuk pemberian terapi serta melihat keluarga pasien (orang tua) sehingga diharapkan dapat mempermudah penyelesaian masalah yang dialami sedangkan pada kasus By Ny W pemenuhan kebutuhan diberikan berupa ASI melalui OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan akan dilakukan terapi dengan melakukan kolaborasi dengan dr spesialis anak untuk pemberian fototerapi. 6. Pada pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan rencana yang dilakukan. telah dibuat akan Pada diagnosa tetapi tidak semua rencana dapat kekurangan volume cairan tindakan pengelolaan pemberian terapi cairan sesuai program, tindakan monitoring intake dan output tidak dilakukan sendiri oleh penulis melainkan berkerjasama dengan tim kesehatan lain yaitu dengan perawat kamar bayi secara langsung (lisan) maupun tertulis melalui catatan perawatan, karena keterbatasan waktu penulis untuk dapat bersama dengan pasien. Pada 65 diagnosa gangguan integritas kulit tindakan untuk monitoring bilirubin direct dan indirect (pemeriksaan laboratorium lainnya) dilaksanakan dengan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam hal ini dari petugas dengan dokter, pemberian terapi penulis bekerjasama dengan perawat dan dr. di kamar bayi.pemberian fototerapi dilakuakan selama 3X6 jam, bayi didalam incubator, Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4jam. Pengawasan nutisi/ASI setiap 3 jam sekali. 7. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat setelah dilakukan perawatan, evaluasi hasil yaitu evaluasi yang didapat selama 5 hari dilakukannya tindakan setelah tujuan rencana tindakan tercapai yaitu berupa perbaikan pemberian nutrisi dengan memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan, perbaikan gangguan pemberian cairan dengan mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya serta gangguan integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah dilakukan dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. 66 B. Saran Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus, kesimpulan di atas penulis memberikan sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan untuk menyediakan waktu khusus untuk pengembalian kasus (penelitian) diluar waktu praktek lapangan. 2. Bagi RS. Umum PKU Muhammadiyah Khusus untuk kamar bayi agar dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan mutu pemberian asuhan kebidanan yang lebih baik pelaksanannya, yang dapat dirasakan penulis sangat mendukung dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.. 3. Bagi profesi kebidanan Diharapkan bagi Bidan jika menemukan kasus ikteru neonatorum untuk dapat melakukan pemeriksaan secara seksama dan mampu mengidentifikasi dan memberiakan pertolongan pertama pada bayi ikterik dan merujuk kasus tersebut ketingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. 4. Bagi Orang tua Diharapkan bagi para ibu agar tetap dapat memberikan ASI yang adekuat untuk bayi sehingga dapat menurunkan kadar ikterus, mengontrol BAK dan BAB bayinya serta memperhatikan dalam perawatan bayi sehari-hari, dan membantu mempercepat penyembuhan. 67 5. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, membangun kerangka empiri (hasil lapangan) dan sebagai masukan bagi pihak yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut, terutama berkaitan dengan informasi kesehatan neonatus DAFTAR PUSTAKA Al-Hikmah. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya, QS. Al Baqarah ayat 233. Jakarta:Diponegoro, Cet. 5 Al-Hikmah. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya, QS. Al-Mu’minun ayat 12-14. Jakarta:Diponegoro, Cet. 5 Ambarwati, E dan Rismintari, Y. 2009. Yogyakarta: Nuha Medika Asuhan Kebidanan Komunitas. Bappenas.(2007) Bappenas [Internet].Yogyakarta: Bappenas.Tersedia Dalam <Http://angka mortalitas dan morbiditas pada bayi.org>[Diakses 6 Februari 2013] Bappenas.(2008) Bappenas [Internet].Yogyakarta: Bappenas.Tersedia Dalam <Http://angka kematian bayi di indonesia.org>[Diakses 6 Februari 2013] Buku Panduan Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa. (2011) Buku Panduan Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa [Internet]. Yogyakarta: Buku Panduan. Tersedia dalam: http://www.gizikia.depkes.go.id [Diakses 16 juni 2013] Depkes RI. 2006. hlm. 24.(2006) Depkes RI. [Internet].Yogyakarta: Depkes RI. 2006. hlm. 24.Tersedia Dalam <Http://Depkes> [Diakses 17 Februari 2013] Depkes. 2007. hlm. 24.(2007) Depkes. [Internet].Yogyakarta: Depkes. 2007. Tersedia Dalam <Http://Depkes.org> [Diakses 18 Februari 2013] Imam Ibnu hajar Al Atsqolani–rahimahullah. 1979. HR.Bukhari,no:5354. Jakarta: Pustaka Azzam Bulughul maram, Manuaba,IBG. 2005. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. EGC.Jakarta Maryunani, A. dan Nurhayati., 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. CV. Trans Info Media, Jakarta Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.2009:5. Mufdilah dan hiayat.A, 2008. Catatan kuliah konsep kebidanan,Tim Mitra cendikia,Yogyakarta Muslimatun,dkk.2009. dokumentasi Fitramaya Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta Prawirohardjo,S. 2002. BukuAcuanNasionalPelayananKesehatan Neonatal.Jakarta :YayasanBinaPustaka : Maternal .2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatural, Jakarta : EGC. .2008.Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Pudjiadi, H., Hegar Badriul, dkk. 2010.Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI. RISKESDAS.(2007).RISKESDAS [Internet].Yogyakarta:RISKESDAS. Tersedia Dalam <Http://ikterus neonatorum.org> [Diakses 20 Februari 2013] Rukiyah,A. 2010.Asuhan Neonatus,Bayi dan AnakBalita. Jakarta : Trans Info Media Saifuddin, A. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal danNeonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sudarti,A.2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Kegawadaruratan. Yogyakarta : Nuha Medika Tinggi dan Tim FK Unpadj, 2000.Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.Bandung : FK Unpadj . Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 vol. 1. Jakarta. EGC. Yogyakarta : Nuha Medika. Yulifah, R dan Yuswanto, T. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Zulvadi,D.2010.Etika dan Manajemen Kebidanan.Yogyakarta LAMPIRAN TIME SCHEDULE PENYUSUNAN STUDI KASUS TAHUN AJARAN 2012/2013 NAMA NIM Judul Kti : Addina Fitriana Rosyada : 201210105309 : Asuhan Kebidanan Pada By.Ny X Dengan Ikterus Patologis Di Ruang Bayi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Tahap penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pengajuan judul Studi pendahuluan Pendahuluan Proposal Seminar proposal Revisi proposal Penelitian Penyusunan Bab IV Penyusunan Bab V Ujian studi kasus Revisi dan penjilidan studi kasus Pengumpulan studi kasus Februari 2013 Maret 2013 Waktu April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013