BUKU PEGANGAN MAHASISWA BLOK AL - ISLAM II ISL (Islamic Skill Lab

advertisement
BUKU PEGANGAN MAHASISWA
BLOK AL - ISLAM II
ISL (Islamic Skill Lab)
Manual Praktik
Untuk mahasiswa Semester IV
Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ
Oleh
TIM BLOK AL - ISLAM II
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2015
PENGANTAR
Sistem Blok AL - Islam II merupakan sistem terintegrasi yang diselenggarakan oleh
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta merupakan sistem berkesinambungan dengan sistem Blok Al - Islam I.
Sistem Blok Al - Islam II diberikan pada mahasiswa semester IV, Konsepnya diawal semester,
mereka diberikan pembekalan dasar tentang Al - Islam,kemudian pada tahap selanjutnya
diberikan kasus-kasus yang harus dianalisis dalam tinjauan medis, hukum dan agama.
Konsep pembelajaran Al - Islam II ini, pemahaman dan penatalaksanaannya berupa
kuliah, literature searching secara mandiri, diskusi tutorial disertai Manual Praktik. Pada
pelaksanaan kali ini praktek yang diselenggarakan adalah (1) Tajhiz Janazah (2) Praktik
memandikan dan mengkafani (3) menyolatkan
Sebelum menggunakan manual ini, mahasiswa dan instruktur diharapkan membaca
manual secara mendetail terlebih dahulu sehingga pelaksanaan praktek bisa terarah dan sesuai
dengan maksud pembelajaran blok ini.
Allah senantiasa membantu bagi siapa saja yang dekat padaNya.
Jakarta, 6 Juli 2015
Penyusun
DR.Dr.Tjahaja Haerani S,MS,SpParK
Dr.Atthariq, MPH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………..…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………..
TATA TERTIB ……………………………………………………………………..................................
TATA TERTIB UMUM ……………………………………………………………………......................
TATA-TERTIB KEGIATAN ALIH KETERAMPILAN / PRAKTIK ....................................
TATA TERTIB UJIAN ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK ……………………………..
TATA TERTIB UJIAN REMEDIAL ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK …………….
SANKSI-SANKSI ……………………………………………………………………............................
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB UMUM .....................................................
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB PRAKTIK ..................................................
Ii
Iii
Iv
Iv
Iv
v
vi
Vii
vii
vii
TATA TERTIB
TATA TERTIB UMUM
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ harus mematuhi tata tertib seperti di
bawah ini :
1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih.
3. Mahasiswi diwajibkan memakai jilbab dan busana muslimah di setiap kegiatan
berlangsung.
4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan PSPD FKK UMJ.
5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan PSPD FKK UMJ.
6. Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang akan berjalan.
7. Memakai papan nama resmi yang dikeluarkan dari PSPD FKK UMJ di setiap kegiatan
akademik kecuali perkuliahan. Jika papan nama rusak atau dalam proses pembuatan,
maka mahasiswa wajib membawa surat keterangan dari bagian pendidikan.
8. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu
bagian pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti
diagnosis dari dokter (diterima paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit).
TATA-TERTIB KEGIATAN ALIH KETERAMPILAN / PRAKTIK
Sebelum pelatihan
Membaca Penuntun Belajar (manual) praktik Keterampilan blok Al - Islam yang bersangkutan dan bahan
bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
Pada saat pelatihan
1. Datang 10 menit sebelum kegiatan dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian sholat saat praktik sholat jenazah, dan mengenakan jas
laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan ISL. Bagi mahasiswi
yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah
medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah
medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam
dimasukan pada tempat sampah tajam.
6.
7.
8.
9.
Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
Bekerja dengan hati-hati.
Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada tempat praktik.
10. Setiap selesai kegiatan mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
11. Pengulangan praktik dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a.
Membuat surat permohonan pengulangan praktik ke bagian pendidikan tembusan
ke bagian ISL dengan melampirkan materi yang akan diulang dan jumlah peserta
yang akan ikut paling lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Pengulangan praktik dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal perkuliahan dengan
atau tanpa pendamping dari instruktur.
TATA TERTIB UJIAN ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK ISL
1. Mengikuti kegiatan praktik dengan minimal kehadiran adalah 75%.
2. Mengikuti briefing pelaksanaan ujian bersama koordinator/ sekretaris sistem.
3. Wajib membawa logbook yang telah diisi.
4. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
5. Mengenakan pakaian sholat saat ujian sholat jenazah dan jas laboratorium yang bersih
selama proses ujian berlangsung. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus
dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
6. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah
medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah
medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Mengikuti ujian ISL sesuai daftar urut, penguji dan waktu yang telah ditentukan.
TATA TERTIB UJIAN REMEDIAL ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK
1.
2.
3.
Ujian remedial praktik dilaksanakan pada akhir semester atau sistem.
Peserta ujian remedial praktik adalah Mahasiswa yang tidak lulus ujian praktik ( Nilai <
80% ).
Bagi mahasiswa yang tidak ujian praktik karena sakit, maka mahasiswa tersebut berhak
mengikuti ujian remedial praktik dengan syarat wajib memberitahu bagian pendidikan
saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari dokter
(diterima paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit).
4.
5.
6.
7.
Bila mahasiswa yang remedial tidak hadir pada pelaksanaan ujian remedial, maka tidak
akan diadakan ujian remedial susulan.
Ujian remedial praktik dilaksanakan sebanyak dua kali. Penguji pada remediasi ke-2
berbeda dari yang pertama.
Bila mahasiswa tetap tidak lulus pada remediasi ke-2, maka mahasiswa berhak
mendapatkan bimbingan praktik kembali dengan instruktur yang ditentukan oleh bagian
pendidikan untuk kemudian mendapatkan ujian remediasi ke-3. Biaya pelaksanaan
bimbingan ISL dan remediasi ke-3 ini dibebankan kepada mahasiswa.
Hasil nilai ujian remedial praktik maksimal ”80%” atau sesuai dengan kebijakan masingmasing sistem.
SANKSI-SANKSI
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB UMUM
Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat mengikuti setiap kegiatan
akademik.
1. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak memperoleh
pelayanan akademik.
2. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program studinya (mengisi KRS)
pada waktu yang telah ditentukan sesuai kalender akademik tidak boleh mengikuti
segala aktifitas perkuliahan.
3. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap kegiatan.
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB PRAKTIK
1.
2.
3.
4.
5.
Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan praktik pada materi tertentu, maka
mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktik pada jadwal
berikutnya untuk materi tertentu tersebut.
Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan praktik tidak sesuai dengan jadwal rotasinya
dianggap tidak hadir.
Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran praktiknya < 80 % dari seluruh jumlah tatap
muka, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian praktik.
Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang praktik yang terjadi karena ulah
mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang praktik akan mendapatkan sanksi tegas sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Tiem Penyusun Islamic Skill Lab :
DR,Dr Tjahaja Haerani S.MS,SpParK
Dr.Atthariq,MPH
Drs. Husni Thoyar,MA
DR.Sopa,M.A
Drs.Fakhrurazi,MAg
MANUAL KETRAMPILAN PERAWATAN JENAZAH
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Setelah mengikuti ketrampilan perawatan jenazah pada blok Al - Islam II mahasiswa diharapkan
mampu melakukan perawatan jenazah, sholat jenazah dan menguburkan jenazah sesuai
tuntunan Rosululloh SAW.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti ketrampilan perawatan jenazah pada blok Al - Islam II:
1. Mahasiswa mampu memandikan jenazah laki-laki dan perempuan sesuai tuntunan
Rasulullah SAW.
2. Mahasiswa mampu mengkafani jenazah laki-laki dan perempuan sesuai tuntunan
Rasulullah SAW.
3. Mahasiswa mampu melakukan shalat jenazah dan mendoakannya sesuai tuntunan
Rasulullah SAW.
Media dan alat Bantu Pembelajaran
1. Daftar panduan belajar untuk perawatan jenazah yang mencakup memandikan,
mengkafani dan mensholatkan jenazah.
2. Media Audiovisual
3. Alat dan bahan
Metode Pembelajaran :
1.
2.
3.
4.
5.
Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar.
Ceramah.
Diskusi
Partisipasi aktif dalam praktik (simulasi)
Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
Deskripsi Kegiatan
A. PERTEMUAN I (kegiatan dalam kelas besar)
Kegiatan
Pembukaan dan penjelasan
Deskripsi
Praktek dibuka dengan berdoa kemudian
instruktur utama menjelaskan tujuan umum,
tujuan khusus.
Demonstrasi
Instruktur memberi contoh dan penjelasan
langkah-langkah perawatan jenazah dan
mahasiswa
memperhatikan
penjelasan
instruktur.
Praktek merawat atau shalat Mahasiswa bersama-sama mempraktekkan
jenazah
perawatan jenazah sesuai dengan daftar tilik
manual dan dibimbing oleh instruktur utama
dan instruktur pendamping.
Penutup
Instruktur memberi umpan balik atas praktek
yang dilakukan mahasiswa kemudian ditutup
dengan berdoa (doa kafaratul majelis).
Waktu kegiatan
Waktu
10 menit
40 menit
90 menit
10 menit
150 menit
B. PERTEMUAN II (kegiatan dalam kelas kecil)
Kegiatan
Pembukaan dan penjelasan
Deskripsi
Praktek dibuka dengan berdoa kemudian
instruktur utama menjelaskan tujuan umum,
tujuan khusus.
Demonstrasi
Instruktur mengulang secara singkat dan
meminta umpan balik dari mahasiswa tentang
perawatan jenazah. Hal yg belum jelas harus
diperjelas.
Praktek merawat atau shalat Mahasiswa bersama-sama mempraktekkan
jenazah
perawatan jenazah sesuai dengan daftar tilik
manual dan dibimbing oleh instruktur.
Penutup
Instruktur memberi umpan balik atas praktek
yang dilakukan mahasiswa kemudian ditutup
dengan berdoa (doa kafaratul majelis).
Waktu kegiatan
Waktu
10 menit
30 menit
100 menit
10 menit
150 menit
TAJHIZ JANAZAH
A.
Sakaratul Maut
Setiap manusia akan mengalami kematian. Allah berfirman dalam al-Quran surat Ali
Imran/03 ayat 185 yang berbunyi :
ِ ‫س ذَآئَِقةُ الْمو‬
ٍ ‫ ُك ُّل نَ ْف‬artinya Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati
‫ت‬
َْ
Sebelum menghadapi kematian, manusia mengalami fase sakaratul maut. Sakaratul maut
(dying) merupakan kondisi seseorang yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki
berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut
sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah.
Allah berfirman dalam al-Quran surat Ali Imran/03 ayat 102 sebagai berikut:
}102{
ِ َّ
‫ين ءَ َامنُوا اتَّ ُقوا هللاَ َح َّق تُ َقاتِِه َوالَ ََتُوتُ َّن إِالَّ َوأَنتُم ُّم ْسلِ ُمو َن‬
َ ‫ََيأَيُّهاَ الذ‬
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Untuk itu, agar seorang muslim tetap berada dalam keimanan dalam menghadapi fase
sakaratul maut perlu adanya bimbingan. Selain itu, fase sakaratul maut adalah fase yang sangat
berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah. Namun, sangat berbeda bagi orang
yang mengerjakan amal saleh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati. Ini
adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,” Dalam al-Quran surat Qaf/50 : 19 Allah
berfirman:
}19{
ِ
ِ ‫وجآءت سكْرةُ الْمو‬
‫يد‬
ُ ‫نت ِمْنهُ ََِت‬
َ ‫ت ِِب ْْلَِق ذَل‬
َ ‫ك َما ُك‬
َْ َ َ ْ َ َ َ
19. Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya
Sementara itu, otang-orang yang suka melakukan kezaliman akan merasakan sakit yang luar
biasa saat sakartaul maut. Allah berfirman dalam al-Quran surat al-An’am/6 ayat 93 yang
berbunyi sebagai berikut:
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
‫اب‬
ْ ‫َولَ ْوتَ َرى إِذ الظَّال ُمو َن ِِف َغ َمَرات الْ َم ْوت َوالْ َمالَئ َكةُ َِبسطُوا أَيْدي ِه ْم أ‬
َ ‫َخ ِر ُجوا أَن ُف َس ُك ُم الْيَ ْوَم ََُُْْو َن َع َذ‬
ِ ‫ا ْْل‬
}93{ ‫اْلَِق َوُكنتُ ْم َع ْن ءَ َاَيتِِه تَ ْستَكِِْبُو َن‬
ْ ‫ون ِِبَا ُكنتُ ْم تَ ُقولُو َن َعلَى هللاِ َغْي َر‬
ُ
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayatNya..” (QS. 6:93).
Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan
duka akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan
pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga seseorang yang sedang
menghadapinya hendaknya dibimbing dengan cara-cara berikut:
1. Menalqin (menuntun) dengan kalimat tahlil (lā ilāha illallāh) . Sesuai sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ِ
ٍ ِ‫عن أَِِب سع‬
َِّ ‫ول‬
ْ ‫يد‬
ُ ‫اَّللُ َعْنهُ قَ َال قَ َال َر ُس‬
َّ ‫اْلُ ْد ِر ِى َر ِض َى‬
َ‫« لَقنُوا َم ْو ََت ُك ْم الَ إِلَه‬: -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬
َْ
َ
‫ رواه اجلماعة َّاال البخارى‬.» ُ‫اَّلل‬
َّ َّ‫إِال‬
Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri ra. Ia berkata:”Rasulullah saw. bersabda: ”Hendaklah
kalian menalqin orang yang akan meninggal diantara kalian dengan mengucap lā ilāha illallāh.”
(HR Jama’ah kecuali al-Bukhari)
2.
Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang
baik.
Demikian berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.
َِّ ‫ول‬
‫ت فَ ُقولُوا َخْي ًرا فَِإ َّن‬
ُ ‫ت قَ َال َر ُس‬
َ ‫« إِ َذا َح‬: -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬
ْ َ‫َع ْن أُِم َسلَ َمةَ قَال‬
َ ِ‫ض ْرُُتُ الْ َمي‬
ِ
ِ
‫اَّللِ؟ قَ َال‬
َ ‫ول ََي َر ُس‬
ُ ُ‫ف أَق‬
َّ ‫ول‬
ْ َ‫ قَال‬.» ‫الْ َمالَئ َكةَ يُ َؤمنُو َن َعلَى َما تَ ُقولُو َن‬
َ ‫ َكْي‬: ‫ت‬
َ ‫ت فَلَ َّما َم‬
ُ ‫ات أَبُو َسلَ َمةَ قُ ْل‬
ِ ‫« اللَّه َّم ا ْغ ِفر لَه واع ِقب نا ِمْنه ع ْقَب‬: ‫قُ ِوِل‬
‫صلى هللا‬- ِ‫اَّلل‬
َ ‫اَّللُ َخْي ًرا ِمْنهُ َر ُس‬
َّ ‫ول‬
َّ ‫ت فَأ َْع َقبَِِن‬
ْ َ‫ قَال‬.» ً‫صاْلَة‬
َ َ ُ ُ َْ ْ َ ُ ْ
ُ
‫َخَر َجهُ ُم ْسلِم‬
ْ ‫ أ‬.-‫عليه وسلم‬
Artinya : Diriwayatlkan dari Ummi Salamah ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila
kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah
kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang
kalian ucapkan.” Ketika Abu Salamah meninggal, Ummu Salamah bertanya: “Apa yang harus
saya ucapkan ya Rasulullah?” Beliau menjawab:”Bacalah : Allāhummaghfir lahū wa’qibnā
minhu ‘uqba shālihah.” Ia berkata; Kemudian Allah mengganti kepadaku yang lebih baik
daripadanya yaitu Rasulullah. (HR Muslim)
Dalam kondisi demikian, setiap orang hendaknya berupaya memberikan suport mental
agar orang yang akan meninggal merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu
memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang
terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
3.
Berbaik Sangka kepada Allah
Setiap muslim yang akan menghadapi kematian agar berbaik sangka kepada Allah SWT,
seperti di dalam hadits Rasulullah saw. sebagai berikut:
‫أح ُد ُك ْم إال َوُه َو‬
َ ‫ "ال َيَُوتَ َّن‬:‫ مسعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول قبل موته بثالث‬:‫عن جابر قال‬
‫ُُْي ِس ُن الظَّ َّن ِِبهللِ َعََّ َو َج َّل" رواه مسلم‬
Artinya: Diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda
(mengulangnya sampai) tiga kali menjelang wafatnya :”Janganlah kalian mati kecuali dalam
keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.”
Hal tersebut menunjukkan agar kita selalu berprasangka baik kepada Allah hingga menjelang
ajal pun.
4.
Membasahi
kerongkongan
orang
yang
sedang
sakaratul
maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yang telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya
kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang
mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan
dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5.
Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
tetapi dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal
tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :
a)
Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.
b)
Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya
posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring ke arah
manapun yang membuatnya selesai.
Ketika pasien menghadapi sakaratul maut, petugas kesehatan hendaknya memberikan
pendampingan agar pasien bersabar dalam menghadapi sakit yang dideritanya. Setiap orang
sakit yang bersabar akan dihapuskan dosanya. Demikian riwayat Abu Hurairah bahwa
Rasulullah saw. bersabda:
)‫صبَ َر َوَر ِض َي ِِبَا َع ِن هللا َخَر َج ِم ْن ذُنُ ْوبِِه َكيَ ْوِم َولَ َدتْهُ أ ُُّمهُ (رواه الرتمذي‬
َ ‫َم ْن َم ِر‬
َ َ‫ض لَْي لَةً ف‬
“Barangsiapa sakit satu malam, kemudian ia bersabar dan pasrah kepada Allah, maka
terlepaslah dosanya seperti hari dilahirkan dari ibunya.” (HR al-Turmudzi)
Dukungan dan support dari petugas kesehatan sangat membantu pasien terutama saat
sakaratul maut. Perilaku petugas kesehatan dalam mengeksperikan dukungan kepada pasien
meliputi :
1.
Menghimbau pasien agar Ridlo kepada qadha dan qadarnya-Nya serta berbaik sangka
terhadap Allah Swt.
2.
Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Allah Swt.
3.
Memberikan empati kepada pasien.
4.
Apabila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.
5.
Melakukan Komunikasi dengan keluarga pasien.
6.
Menumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu.
7.
Membantu apabila pasien membutuhkan pertolongan.
8.
Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh perhatian,
serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
9.
Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak Allah Swt (zakat, puasa, haji,
dll) atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah dipenuhi atau wasiat kepada kepada
orang yang dapat memenuhi bagi dirinya. Wasiat wajib atas orang yang mempunyai
tanggungan atau hak kepada orang lain.
B. Kematian
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah
serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak
atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Apabila seseorang telah melewati
sakaratul maut dan sampai pada kematian, maka hendaknya dipejamkan matanya dan tutup
dengan kain yang baik. Apabila ia memiliki hutang, segera lunasi hutangnya , dan kabarkanlah
kepada kerabat dan teman-temannya. Segerakanlah pengurusan jenazahnya.
Apabila menjenguk orang yang meninggal dunia maka bacalah:
ِ ‫اللَّه َّم ا ْغ ِفر لَه واع ِقب نا ِمْنه ع ْقَب ص‬
ً‫اْلَة‬
َ َ ُ ُ َْ ْ َ ُ ْ ُ
Jika jenazahnya perempuan, bacalah:
ِ ‫اللَّه َّم ا ْغ ِفر َْلا واع ِقب نا ِمْن ها ع ْقَب ص‬
ً‫اْلَة‬
َ َ ُ َ َْ ْ َ َ ْ ُ
Langkah Pendampingan Seseorang yang Menghadapi Kematian*
A
1.
2.
3.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Langkah Tuntunan Menghadapi Kematian
0
Membaringkan yang bersangkutan dengan posisi kaki ke
arah kiblat
Mentalqinkan (Membimbing lafal tahlil ; Laa ilahaillallah)
Verifikasi tanda-tanda kematian ; dilatasi pupil, nadi tidak
teraba
Langkah Tuntunan Menangani Jenazah yang Baru
Meninggal
Membaca irtija’ (Innalillahi Wainna ilaihi rajiun)
Mengatupkan kelopak mata yang terbuka.
Menutup mulut dengan perban (kain), mengikat dagu
dengan kain ,
Melepaskan pakaian dan melipatkan tangan
Menutup seluruh badan dengan kain
Mengikat dagu dengan kain
Membaca doa bagi jenazah
1
2
*Syarat-syarat Pendamping seseorang yang menghadapi kematian :
1. Mahromnya atau orang lain yang Sejenis Kelaminnya.
2. Paham tentang naza’
Doa bagi Jenzah
Allahuummagh firlahu warfa’darajatahu fil mahdiyyin wafsahlahu fii qabrihi wa nawwir lahu
fihi wahlufhu fii a’qibihi.
Penuntun dan Langkah Pendampingan Seseorang yang Menghadapi Kematian
Perawatan Jenazah
Apabila seorang muslim meninggal dunia, maka fardlu kifayah atas muslim yang masih
hidup menyelenggarakan empat perkara, yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Menshalatkan jenazah
Pada manual ini akan dibicarakan tentang 3 hal di awal, sementara menguburkan jenazah
tidak dibicarakan di sini.
A. MEMANDIKAN JENAZAH
Semua jenazah muslim wajib dimandikan kecuali muslim yang mati syahid, yakni yang
terbunuh dalam peperangan melawan kaum kafir. Memandikan mayat hukumnya fardlu
kifayah atas muslimin yang lain yang masih hidup. Artinya, apabila diantara mereka ada yang
mengerjakannya, maka kewajiban itu sudah terbayar dan gugur bagi muslimin lainnya. Karena
perintah memandikan mayat itu adalah kepada umumnya kaum muslimin.
Syarat wajib mandi ialah:
1) Mayat orang Islam
2) Ada tubuhnya walaupun sedikit, dan
3) Mayat itu bukan mati syahid
A.1. Yang Berhak Memandikan Mayat
Jika mayat itu laki-laki, yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan tidak boleh
memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan mahramnya. Sebaliknya juga jika mayat itu adalah
perempuan. Jika suami/ istri dan mahram sama-sama ada, maka istri lebih berhak memandikan
suaminya.
Bila seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami atau
mahramnya, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh dimandikan oleh
laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak, maka laki-laki boleh
memandikanya. Begitu juga kalau yang meninggal adalah seorang laki-laki.
Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang
terdekat dengan si mayyit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi serta dapat
dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang berpengetahuan serta
amanah (dipercaya).
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
Dari ‘Aisyah, Rasulullah bersabda: “Barang siapa memandikan mayat dan dijaganya
kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu, maka
bersihlah ia dari segala dosanya, seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya”. Kata
Beliau lagi: “Yang memimpinnya hendaklah keluarga yang terdekat kepada mayat jika ia
pandai memandikan mayat. Jika ia tidak pandai, maka siapa saja yang dipandang berhak
karena wara’nya atau karena amanahnya. (H.R Ahmad)
A.2. Kewaspadaan terhadap infeksi
-
-
-
-
Mencuci tangan
o Lakukan cuci tangan rutin sesuai kaidah medis yang bertujuan untuk membuang
kotoran dan mengurangi risiko penularan kuman penyebab penyakit.
Memakai pelindung tubuh
o Sarung tangan
o Pelindung wajah: masker dan kacamata
o Celemek
o Sepatu boot
Dekontaminasi
o Pada jenazah yang kemungkinan bisa menularkan penyakit, proses
dekontaminasi harus dilakukan, Cairan atau bagian tubuh jenazah yang mungkin
mengenai orang yang memandikan, alat-alat yang digunakan, lantai dan
sebagainya selama memandikan bisa jadi berisiko menyebarkan penyakit.
Dekontaminasi dilakukan dengan mencuci, menyiram, atau merendam yang
terkontaminasi dengan larutan antiseptic/disinfektan.
Pengelolaan limbah
o Limbah atau sampah yang ada harus dikelola dengan baik. Sampah medis, yang
berupa zat padat harus dibakar, sementara yang berupa cairan yang diperkirakan
menularkan penyakit harus didisinfeksi. Air bekas memandikan sebaiknya
dialirkan ke tempat yang aman.
A.3. Persiapan memandikan
1. Persiapan yang memandikan
o Orang yang memandikan harus mengikuti prosedur kesehatan, meskipun
prosedurnya bisa mengikuti situasi dan kondisi yang ada. Jenazah dengan
riwayat infeksi menular atau dengan luka-luka parah harus mengikuti prosedur
yang lengkap.
2. Persiapan mandi
o Kamar tempat mandi diusahakan yang layak dan tertutup, ada dinding dan atap.
o Dipan atau bangku sebagai tempat memandikan. Bila tidak ada, jenazah bisa
dipangku oleh 3 – 5 orang anggota keluarganya.
o Air mandi yang cukup disertai gayung dan ember.
o Sabun, kapur barus, daun bidara (bila ada), bubuk cendana dan sisir.
o Handuk besar 2 atau 3 lembar.
o Kain basahan.
o Air dalam ember kecil yang sudah diberi kapur barus.
A.4. Cara Memandikan Jenazah
Dalam memandikan jenazah sebaiknya mayat diletakkan di tempat yang tinggi, seperti
ranjang atau balai-balai; di tempat yang sunyi, berarti tidak ada orang yang masuk ke tempat itu
selain orang yang memandikan dan orang yang menolong mengurus keperluan yang
bersangkutan.Pakaian mayat diganti dengan kain mandi atau basahan, sebaiknya kain sarung
supaya auratnya tidak mudah terlihat.
Mula-mula jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring ke belakang,
orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu jenazah dengan ibu jarinya pada
lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah.Lalu perut jenazah diurut dengan
tangan kiri untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar.Kemudian jenazah
ditelentangkan dan kedua kemaluannya dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut dengan
perca. Setelah perca pembalut tangan diganti, mulut, gigi dan lubang hidungnya juga
dibersihkan.
Dengan melakukan rangkaian ini, berarti telah selesai satu kali mandi, namun masih
disunnahkan melakukannya sampai tiga kali. Nabi Muhammad bersabda kepada para wanita
yang memandikan putrinya Ummi Kulsum:
Artinya: “Kamu mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih jika kamu pandang hal itu perlu,
dengan air dan sidr; dan taruhlah kapur atau sedikit kapur pada yang terakhir. Mulailah dengan
bagian sebelah kanan dan tempat-tempat wudhu’nya”. (H.R Bukhari)
Apabila ternyata setelah selesai dimandikan masih ada najis yang keluar, maka najis itu wajib
dibersihkan.
A.5. Memandikan jenazah wanita muslimah
Yang wajib dilakukan dalam memandikan jenazah wanita muslimah adalah:
membasuhkan air ke seluruh tubuhnya sekali saja, meskipun jenazah tersebut berada dalam
kondisi junub maupun haid, dengan melepas seluruh pakaiannya. Diusahakan agar
memandikan di tempat yang jauh dari pandangan mata atau ditutupi sekelilingnya dengan kain,
sehingga tidak terlihat auratnya. Diutamakan supaya ditempatkan pada posisi yang agak tinggi.
Tidak diperkenankan masuk bagi orang yang tidak disukainya ketika jenazah masih hidup.
Hendaknya wanita yang memandikan ini benar-benar jujur dan dapat dipercaya, sehingga tidak
akan menyebarluaskan keburukan (cacat) yang ia dapati pada tubuh jenazah.
Memandikan jenazah ini dilakukan dalam jumlah siraman yang ganjil. Selanjutnya
mengusapkan kain yang dimulai dari bagian perut jenazah secara perlahan dan halus, guna
membersihkan dan menghilangkan najis yang terdapat pada tubuhnya. Disunnatkan untuk
tidak menyentuh aurat si mayit. Karena, hal itu merupakan sesuatu yang dharamkan untuk
disentuh. Jika mencuci bagian aurat, maka harus menggunakan kain, sehingga tangan orang
yang mencuci tidak menyentuh aurat si mayit.
Setelah itu, basuhlah bagian-bagian wudhu’ seperti hendak melaksanakan shalat.
Seperti yang disabdakan Rasulullah saw :
“Mulailah dari anggota tubuh sebelah kanan serta bagian-bagian wudhu’ ”(HR. Muttafaqun
‘Alaih)
Disunnatkan untuk menggunakan sabun jika kesulitan mendapatkan daun bidara. Yaitu :
membasuh bagian-bagian wudhu’ dengan air dan sabun sebanyak tiga kali, yang dimulai dari
sebelah kanan. Jika diperlukan, maka boleh membasuhnya lima sampai tujuh kali atau lebih,
yang jelas harus tetap dalam hitungan ganjil. Selain itu disunnatkan untuk menguraikan rambut
jenazah wanita dan kembali mengikatnya. Mengikat rambut tersebut merupakan amalan yang
diperintahkan, demikian menurut Ibnu Hibban, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah :
“Dan buatlah rambutnya menjadi tiga ikatan”
Sedangkan menurut riwayat Imam Muslim disebutkan :
“Kemudian kami mengikat rambut kepalanya menjadi tiga ikatan, yaitu bagian kedua berada
pada tepi dari kepalanya dan yang satu lagi pada bagian ubun-ubun’ (HR. Muslim)
Setelah selesai dimandikan, kemudian dikeringkan dengan kain yang bersih dan suci,
supaya kafannya tidak basah, serta diberikan minyak wangi pada kain tersebut.
Dimakruhkan memotong kuku sang mayit, mencabut bulu ketiak atau rambut kemaluannya.
Demikian menurut pendapat sebagian besar ulama. Sedangkan Ibnu Hazm
memperbolehkannya.
Apabila keluar dari kedua lubang pembuangan si mayit berupa hadats, setelah proses
dimandikan dan sebelum dikafani, maka para ulama bersepakat dengan mewajibkan
membasuh bagian yang terkena najis tersebut. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat
mengenai perlunya untuk memandikannya kembali. Sebagian besar dari mereka mengatakan,
bahwasanya hal itu tidak diwajibkan. Namun ada yang berpendapat harus berwudhu’,
sedangkan yang lain berpendapat harus dimandikan lagi. Rambut mayit setelah diurai dibasuh
dan diikat menjadi tiga ikatandiletakkan dibagian belakang tubuhnya. Sebagaimana dijelaskan
dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu “Athiyah berikut ini :
“ Kemudian kami mengikat rambut kepalanya menjadi tiga ikatan dan kami letakkan di bagian
belakang tubuhnya “ (HR. Bukhari)
A.6. Langkah kegiatan memandikan jenazah
Memandikan jenazah
1
4
Persiapan ruang dan tempat memandikan. Ruang diusahakan yang ada dinding
dan atapnya sehingga jauh dari pandangan, dan ada dipan atau bangku untuk
tempat memandikan.
Persiapan orang yang memandikan, misalnya memakai pakaian pelindung dan
prosedur cuci tangan,menyesuaikan dengan kondisi.
Menempatkan jenazah di tempat yang tinggi seperti di dipan, bangku, ranjang,
balai-balai atau yang lain. Jika tidak ada, jenazah bisa dipangku oleh 3-5 orang
anggota keluarganya.
Membaca basmalah dan berniat karena Alloh.
5
Sepanjang kegiatan harus sopan, serius, dan khidmat.
6
Seluruh pakaian yang melekat pada jenazah dilepas dan diganti dengan kain
basahan (kain atau sarung) yang menutupi aurat. Aurat harus tetap terlindungi
dan tertutup.
Benda-benda yang menempel pada jenazah dilepas, misalnya: arloji, cincin,
giwang, gigi palsu, dan sebagainya.
2
3
7
8
15
Jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring ke belakang,
orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu jenazah dengan ibu
jarinya pada lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah
Angkat badan bagian atas, lalu tekan bagian perutnya perlahan (kecuali wanita
hamil).
Istinja’kan qubul dan duburnya dengan tangan kiri yang disertai kucuran air,
untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar.
Jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya dibersihkan dengan tangan kiri
yang dibalut dengan perca.
Bersihkan bagian tubuh lainnya yang berlubang, seperti hidung, mulut, dan
telinga.
Kepala dan jenggot dibasuh dengan menggunakan sidr, dan dirapikan dengan
sisir, rambut yang rontok dikembalikan
Menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki, dahulukan
menyiram anggota tubuh sebelah kanan, baru setelah itu seluruh tubuh.
Menyiram dalam bilangan ganjil.
Bersihkan kedua kakinya sampai ke kuku jarinya.
16
Gosok dengan sabun secara perlahan dan merata.
17
18
Miringkan ke kiri untuk membersihkan bagian tubuh sebelah kanan sampai
belakang, dan lanjutkan sebaliknya.
Siram sampai bersih (dalam bilangan ganjil). Dibasuhbagian kanan kemudian
bagian kiri badannya, lalu tubuhnya dibaringkan ke kiri dan dibasuh bagian
belakang sebelah kanan
19
Sumbat lubang duburnya dengan kapas gulung kecil basah.
20
Kain basahan ditutupkan ke seluruh tubuh, selanjutnya disiram dengan air
kapur barus.
Keringkan dengan handuk yang bersih dan suci.
9
10
11
12
13
14
21
22
23
Sisir rambutnya (jenazah wanita diikat rambutnya menjadi 3 dan diletakkan di
belakang).
Jenazah selesai dimandikan, siap dikafani.
B. MENGKAFANI JENAZAH
Sebagaimana memandikan mayat, maka mengkafaninyapun fardhu kifayah hukumnya.
Karena perintah mengkafani itu ditujukan kepada umumnya kaum muslimin, sedang pekerjaan
itu cukup dilakukan oleh sebahagian mereka saja.
Cara mengkafani jenazah yaitu:
a. Kafanilah Dengan Baik.
Yang dimaksud mengkafani dengan baik ialah mengkafani dengan kafan yang baik dan
dengan cara yang baik. Kafan yang baik ialah kafan yang suci, bersih, cukup tebal,
ukurannya mecukupi, kwalitasnya sedang dan tidak berlebih-lebihan atau terlalu mewah
baik dalam kwalisas maupun ukuran.
b. Pakailah Kafan Yang Berwarna Putih.
Menggunakan kain kafan berwarna putih adalah sunnah Rasulullah SAW.
c. Kafanilah Mayat Laki-laki Tiga Lapis
Dan lima lapis bagi mayat perempuan, atau tepatnya diawali dengan sarung, lalu baju
kurung, kerudung, pembungkus, kemudian dibungkus satu lapis lagi. Sebagaimana
keterangan hadits berikut:
Artinya: “Aku adalah di antara orang-orang yang memandikan Ummu Kulsum, putri
Rasulullah SAW pada waktu wafatnya, dan adalah yang pertama diberikan kami oleh
Rasulullah adalah kain sarung, lalu baju kurung, lalu kerudung, lalu kafan pembungkus.
Kemudian sesudah itu ia dimasukkan ke dalam kain kafan” dan Laila berkata: “Dan
Rasulullah berdiri di pintu membawa kafannya, memberikannya kepada kami selembar
demi selembar”. (H.R Ahmad dan Abu Daud dari Laila binti Qaanif at-Tsaqafiyah)
Tapi ada orang yang mengatakan bahwa jumlah kain kafan bagi perempuan sama dengan
laki-laki.
d. Memberi wangi-wangian yang bisa untuk mayat, kecuali mayat yang mati dalam keadaan
ihram.
B.1 Persiapan mengkafani
1. Untuk jenazah laki-laki:
o 5 helai tali pengikat
o 3 lembar kain kafan putih sesuai panjang tubuh jenazah dengan melebihkan 2025 cm di atas kepala dan di bawah kaki.
o Kapas 2 gulung besar.
o Bubuk cendana atau gaharu kira-kira 0,25 kg
o Bubuk kapur barus 0,5 kg
o Minyak wangi 1 botol.
2. Untuk jenazah perempuan:
o 5 helai tali pengikat
o 5 lembar kain kafan putih
 2 lembar sesuai panjang tubuh jenazah dengan melebihkan 20-25 cm di
atas kepala dan di bawah kaki.
 1 lembar untuk sarung
 1 lembar untuk baju kurung
 1 lembar untuk kerudung/ jilbab
o Kapas 2 gulung besar.
o Bubuk cendana atau gaharu kira-kira 0,5 kg
o Bubuk kapur barus 0,5 kg
o Minyak wangi 1 botol.
B.2. Langkah kegiatan mengkafani jenazah
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Mengkafani Jenazah
Jenazah laki-laki
Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi datar dan dibawa ke
tempat yang telah disiapkan.
Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung kepala, dada/ bahu,
pinggul, lutut, dan ujung kaki.
Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan, kain ke dua lebih
melebar ke kiri, kain ke tiga paling atas di tengah-tengahnya.
Hamparkan kapas secukupnya di atas kain kafan unutk menutup jenazah.
Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan agar cairan tidak
bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau dibawa ke luar kota).
Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas kapas secara merata.
Disiapkan kapas untuk menutup badan yang ditaburi bubuk cendana dan kapur
barus, serta kapas khusus penutup muka.
Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam keadaan tertutup
selubung kain.
Sisir rambutnya, tutup lubang hidung dan telinganya dengan kapas yang
digulung kecil.
Tutup tubuh bagian atas (dada ke bawah) dengan kapas yang telah dibubuhi
bubuk cendana dan kapur barus (pada kemaluan kapas lebih tebal).
Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai. Dahulukan kain kafan
14
bagian kiri disusul bagian kanan, tarik, rapatkan dan rapikan.
Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian kiri dengan simpul
hidup.
Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi secukupnya dari atas sampai
bawah dan dahulukan sebelah kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan
ihram. Beri juga di tempat menyemayamkannya.
Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk disholatkan.
II
Jenazah perempuan
1
Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi datar dan dibawa ke
tempat yang telah disiapkan.
Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung kepala, dada/ bahu,
pinggul, lutut, dan ujung kaki.
Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan, kain ke dua lebih
melebar ke kiri.
Hamparkan juga kain ke tiga yang telah dilubangi tengahnya untuk
memasukkan kepala. Digunakan sebagai baju kurung dan disesuaikan dengan
tubuh jenazah.
Hamparkan kain ke empat untuk kain sarung dalam posisi melintang sebatas
pinggang sampai ujung kaki.
Siapkan kain ke lima berbentuk segitiga untuk jilbab.
12
13
2
3
4
5
6
7
12
Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan agar cairan tidak
bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau dibawa ke luar kota).
Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas kapas secara merata,
letakkan di atas kain.
Disiapkan kapas untuk menutup badan depan yang ditaburi bubuk cendana dan
kapur barus, serta kapas khusus penutup muka.
Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam keadaan tertutup
selubung kain.
Tutup tubuh jenazah bagian depan dengan kapas yang telah disiapkan (pada
kemaluan lebih tebal).
Pakaikan sarung pada jenazah, dilanjutkan baju kurung.
13
Rambutnya dikepang 3, bila pendek diikat 3.
14
Jenazah boleh dibedaki dengan bedak bubuk cendana.
8
9
10
11
15
Pakaikan kerudung, seperti memakai jilbab.
16
Menutup muka dengan kapas yang telah disiapkan.
17
Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai. Dahulukan kain kafan
bagian kiri disusul bagian kanan, tarik, rapatkan dan rapikan.
Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian kiri dengan simpul
hidup.
Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi secukupnya dari atas sampai
bawah dan dahulukan sebelah kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan
ihram. Beri juga di tempat menyemayamkannya.
Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk disholatkan.
18
19
20
C. SHALAT JENAZAH
C.1. Hukum shalat jenazah
Menurut kesepakatan para ulama, hukum shalat jenazah yang dilakukan atas diri seorang
muslim maupun muslimah adalah fardlu kifayah. Dengan pengertian, apabila telah dikerjakan
bagi sebagian orang, maka tidak ada lagi kewajiban sebagian lainnya. Yang menjadi landasan
dari pendapat ini adalah hadits dari Abu Hurairah r.a berikut ini :
“ Nabi SAW pernah mendatangi seorang laki-laki yang meninggal dunia, namun masih
mempunyai tanggungan utang. Lalu beliau bertanya ; Apakah ia meninggalkan sisa harta
untuk membayar hutangnya? Jika ternyata ia meniggalkan harta yang dapat membayar
hutangnya, maka beliau akan menshalatkannya. Jika tidak, maka beliau bersabda kepada
kaum muslimin yang hadir pada saat itu : Shalatkanlah teman kalian ini.” (HR. Muttafaqun
Alaih)
C.2. Syarat shalat jenazah
Syarat shalat jenazah sama seperti shalat-shala lainnya seperti thaharah, wudhu’ atau
tayamum, menghadap kiblat dan niat. Adapun perbedaan dengan shalat lainnya adalah, bahwa
shalat ini boleh dikerjakan setiap waktu
C.3. Rukun shalat jenazah
Rukun shalat jenazah antara lain :
1. Niat melakukan shalat jenazah semata-mata karena Allah
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir empat kali
4. Membaca surah al-Fatihah
5. Membaca shalawat atas Rasulullah
6. Berdo’a untuk jenazah
7. Salam
C.4. Cara mengerjakan shalat jenazah.
a. Jenazah diletakkan di depan dan imam di sebelahnya, sedangkan jamaah di belakangnya
berdiri tiga baris atau lebih.
b. Menangkat kedua tangan dengan niat shalat jenazah laki-laki atau wanita disertai takbir.
c. Membaca takbir yang kedua adalah shalawat kepada Nabi SAW dengan membaca do’a :
“Allaahumma shalli’alaamuhammadin wa ‘alaa aalimuhammadin. Kamaa
shallaita’alaaa ibraahiim wa’aali Ibraahiim, wa baarik’alaa muhammadin wa’alaa
aali muhammadin kamaa baarakta’alaa Ibraahiim wa’aali Ibraahiim “
(Ya Allah, limpahkanlah shalawat (kebahagiaan) kepada Nabi Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Engkau telah bersalawat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarganya. Juga berikanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Nabi Ibrahim beserta keluarganya).
d. Selanjutnya bertakbir untuk yang ketiga kalinya, diikuti dengan berdo’a bagi sang mayit.
Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa doa tersebut setelah takbir ketiga. Namun
demikian, diperbolehkan berdoa setelah takbir yang ketiga ini atau setelah takbir
berikutnya. Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, doa tersebut berbunyi :
Allaahummaghfirlahu warhamhu, wa’fu ‘anhu wa’aafihi wa akrimnuzulahu,
wawassi’madkholahu
waghsilhubimaa’i
watsaljiwabarad,
wanaqqihi
minalkhothooyaa kamaa yunaqqotstsaubul’abyadzuminaddanas. Wa’abdilhu
daaraammindaarihi wa ahlihi wazaujankhoiramminzaujih, waqihfitnatalqobri
wa’adzaabinnaar.
(Ya Allah, ampunilah ia, berikanlah rahmat kepadanya, maafkan dan sejahterakanlah ia.
Muliakanlah kedudukannya, lapangkanlah tempat masuknya, basuhlah ia dengan air
salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana baju putih yang
dibersihkan dari segala kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik
daripada tempat tinggalnya di bumi. Juga keluarga yang lebih baik dari keluarganya
yang dulu dan pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Jauhkanlah ia dari
adzab kubur dan siksa api neraka’ (HR. Muslim))
e. Pada takbir yang keempat adalah berdo’a untuk diri sendiri :
Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu, wa laa taftinaa ba’dahu
(Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi pahalanya sehingga tidak sampai kepada
kami dan jangan pula kami mendapatkan fitnah sesudah kepergiannya)
Abu Hurairah r.a mengatakan, bahwa para syaikh terdahulu pada saat takbir yang
keempat, mereka mengucapkan doa :
Allaahumma aatinaa fiddunyaa hasanatawwafil aakhiratihasanatawwaqinaa
adzaabannaar
(Ya Allah, berikanlah kepada kami di dunia ini kebaikan dan begitu pula di akhirat kelak.
Serta peliharalah kami dari siksa api neraka)
Kemudian mengucapkan salam.
C.5. Posisi imam dalam shalat jenazah
Dalam shalat jenazah, seorang imam disunnatkan berdiri di tepat di hadapan kepala jenazah,
jika jenazah tersebut laki-laki. Sedangkan apabila jenazah itu wanita, maka disunnatkan berdiri
di tengah-tengah jenazah (bagian dada)
C.6. Shalat yang dilakukan untuk lebih dari satu jenazah
Mengerjakan satu kali shalat jenazah untuk beberapa mayit ini diperbolehkan. Jika kaum
muslimin mengerjakan shalat jenazah atas seorang wanita dan seorang anak laki-laki, maka
sang anak diletakkan tepat di depan imam, sedangkan sang wanita diletakkan di belakang anak
laki-laki tersebut. Apabila dalam shalat jenazah terdapat beberapa jenazah, baik laki-laki,
wanita, dan anak-anak, maka yang laki-laki dewasa ditempatkan tepat di depan imam, lalu
diikuti anak-anak dan selanjutnya jenazah wanita.
C.7. Langkah kegiatan sholat jenazah
C.
1
2
3
4
5
Shalat jenazah
Jenazah diletakkan di depan arah kiblat dengan kepala
jenazah diposisikan sebelah kanan di depan imam. Posisi
imam sejajar kepala jenazah laki-laki, sementara pada
jenazah perempuan sejajar perut.
Makmum diusahakan merapat di belakang imam, dengan
jumlah shaf sedikitnya 3. Makmum perempuan di belakang
makmum laki-laki.
Posisi melakukan sholat jenazah tetap dalam keadaan
berdiri dari awal sampai selesai.
Mengucap basmalah dan berniat mengerjakan sholat
jenazah karena Alloh.
Mengucap takbir sambil mengangkat kedua tangan,
kemudian disedekapkan di dada dengan tangan kanan
menutup tangan kiri.
6
Membaca Al Fatihah.
7
Mengucap takbir ke dua sambil mengangkat kedua tangan,
dilanjutkan membaca sholawat ke atas Nabi Muhammad
SAW.
8
Mengucap takbir ke tiga sambil mengangkat kedua tangan,
dilanjutkan membaca do’a untuk jenazah.
9
Mengucap takbir ke empat sambil mengangkat kedua
tangan, dilanjutkan berdo’a untuk sendiri.
10. Mengucapkan salam
REFERENSI
1. Tata Laksana Penyelenggaraan Jenazah dan Bimbingan Husnul Khatimah. Sukiman
Rusli. RS Islam Jakarta Sukapura, Jakarta
2. Fiqh Wanita. Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah. Pustaka Al Kautsar, 1998, Jakarta
3. Ringkasan Fikih Lengkap. Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Darul Falah, 2005,
Jakarta
4. Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, cetakan ketiga. Pimpinan Pusat
Muhammadiyah
5. Musthafa Kamal Pasha, Fiqih Islam Sesusai dengan Putusan Majelis Tarjih
6. Syakir Jamaludin, Shalat sesuai Tuntunan Nabi saw : Mengupas Kontriversi Hadis Sekitas
Shalat
7. Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah
8. Wahbah az-Zuahaili, Fiqhul Islam wa Adillatuh
DAFTAR TILIK PRAKTEK PERAWATAN JENAZAH
No
Kegiatan
A.
Memandikan jenazah
1
Persiapan ruang dan tempat memandikan. Ruang
diusahakan yang ada dinding dan atapnya sehingga jauh
dari pandangan, dan ada dipan atau bangku untuk tempat
memandikan.
Persiapan orang yang memandikan, misalnya memakai
pakaian pelindung dan prosedur cuci tangan,
menyesuaikan dengan kondisi.
Menempatkan jenazah di tempat yang tinggi seperti di
dipan, bangku, ranjang, balai-balai atau yang lain. Jika tidak
ada, jenazah bisa dipangku oleh 3-5 orang anggota
keluarganya.
Membaca basmalah dan berniat karena Allah.
Sepanjang kegiatan harus sopan, serius, dan khidmat
Seluruh pakaian yang melekat pada jenazah dilepas dan
diganti dengan kain basahan (kain atau sarung) yang
menutupi aurat. Aurat harus tetap terlindungi dan
tertutup.
Benda-benda yang menempel pada jenazah dilepas,
misalnya: arloji, cincin, giwang, gigi palsu, dan sebagainya.
Jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi
miring ke belakang, orang yang memandikan meletakkan
tangan kanan di bahu jenazah dengan ibu jarinya pada
lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah
Angkat badan bagian atas, lalu tekan bagian perutnya
perlahan (kecuali wanita hamil).
Istinja’kan qubul dan duburnya dengan tangan kiri yang
disertai kucuran air, untuk mengeluarkan kotoran yang
mungkin keluar.
Jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya
dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca.
Bersihkan bagian tubuh lainnya yang berlubang, seperti
hidung, mulut, dan telinga.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0
1
2
12
13
14
15
16
17
18
19
Kepala dan jenggot dibasuh dengan menggunakan air, dan
dirapikan dengan sisir, rambut yang rontok dikembalikan
Menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari kepala
sampai kaki, dahulukan menyiram anggota tubuh sebelah
kanan, baru setelah itu seluruh tubuh. Menyiram dalam
bilangan ganjil.
Bersihkan kedua kakinya sampai ke kuku jarinya.
Gosok dengan sabun secara perlahan dan merata
Miringkan ke kiri untuk membersihkan bagian tubuh
sebelah kanan sampai belakang, dan lanjutkan sebaliknya.
Siram sampai bersih (dalam bilangan ganjil). Dibasuhbagian
kanan kemudian bagian kiri badannya, lalu tubuhnya
dibaringkan ke kiri dan dibasuh bagian belakang sebelah
kanan
Sumbat lubang duburnya dengan kapas gulung kecil basah.
Kain basahan ditutupkan ke seluruh tubuh, selanjutnya
disiram dengan air kapur barus.
Keringkan dengan handuk yang bersih dan suci.
20
Sisir rambutnya (jenazah wanita diikat rambutnya menjadi
3 dan diletakkan di belakang).
Jenazah selesai dimandikan, siap dikafani
B.
Mengkafani Jenazah
Jenazah laki-laki
1
2
3
4
5
Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi
datar dan dibawa ke tempat yang telah disiapkan.
Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung
kepala, dada/ bahu, pinggul, lutut, dan ujung kaki.
Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan,
kain ke dua lebih melebar ke kiri, kain ke tiga paling atas di
tengah-tengahnya.
Hamparkan kapas secukupnya di atas kain kafan unutk
menutup jenazah.
Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan
agar cairan tidak bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
dibawa ke luar kota).
Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas
kapas secara merata.
Disiapkan kapas untuk menutup badan yang ditaburi bubuk
cendana dan kapur barus, serta kapas khusus penutup
muka.
Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam
keadaan tertutup selubung kain.
Sisir rambutnya, tutup lubang hidung dan telinganya
dengan kapas yang digulung kecil.
Tutup tubuh bagian atas (dada ke bawah) dengan kapas
yang telah dibubuhi bubuk cendana dan kapur barus (pada
kemaluan kapas lebih tebal).
Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai.
Dahulukan kain kafan bagian kiri disusul bagian kanan,
tarik, rapatkan dan rapikan.
Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian
kiri dengan simpul hidup.
Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi
secukupnya dari atas sampai bawah dan dahulukan sebelah
kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan ihram. Beri
juga di tempat menyemayamkannya.
Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk
disholatkan
Jenazah perempuan
Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi
datar dan dibawa ke tempat yang telah disiapkan.
Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung
kepala, dada/ bahu, pinggul, lutut, dan ujung kaki.
Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan,
kain ke dua lebih melebar ke kiri.
Hamparkan juga kain ke tiga yang telah dilubangi
tengahnya untuk memasukkan kepala. Digunakan sebagai
baju kurung dan disesuaikan dengan tubuh jenazah.
Hamparkan kain ke empat untuk kain sarung dalam posisi
melintang sebatas pinggang sampai ujung kaki.
6
Siapkan kain ke lima berbentuk segitiga untuk jilbab.
7
12
Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan
agar cairan tidak bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau
dibawa ke luar kota).
Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas
kapas secara merata, letakkan di atas kain.
Disiapkan kapas untuk menutup badan depan yang ditaburi
bubuk cendana dan kapur barus, serta kapas khusus
penutup muka.
Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam
keadaan tertutup selubung kain.
Tutup tubuh jenazah bagian depan dengan kapas yang
telah disiapkan (pada kemaluan lebih tebal).
Pakaikan sarung pada jenazah, dilanjutkan baju kurung.
13
Rambutnya dikepang 3, bila pendek diikat 3
14
Jenazah boleh dibedaki dengan bedak bubuk cendana.
15
Pakaikan kerudung, seperti memakai jilbab.
16
Menutup muka dengan kapas yang telah disiapkan.
17
Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai.
Dahulukan kain kafan bagian kiri disusul bagian kanan,
tarik, rapatkan dan rapikan.
Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian
kiri dengan simpul hidup.
Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi
secukupnya dari atas sampai bawah dan dahulukan sebelah
kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan ihram. Beri
juga di tempat menyemayamkannya.
Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk
disholatkan.
Shalat jenazah
8
9
10
11
18
19
20
C.
1
Jenazah diletakkan di depan arah kiblat dengan kepala
jenazah diposisikan sebelah kanan di depan imam. Posisi
imam sejajar kepala jenazah laki-laki, sementara pada
jenazah perempuan sejajar perut.
2
Makmum diusahakan merapat di belakang imam, dengan
jumlah shaf sedikitnya 3. Makmum perempuan di belakang
makmum laki-laki.
3
Posisi melakukan sholat jenazah tetap dalam keadaan
berdiri dari awal sampai selesai.
4
Mengucap basmalah dan berniat mengerjakan sholat
jenazah karena Alloh.
5
Mengucap takbir sambil mengangkat kedua tangan,
kemudian disedekapkan di dada dengan tangan kanan
menutup tangan kiri.
6
Membaca Al Fatihah.
7
Mengucap takbir ke dua sambil mengangkat kedua tangan,
dilanjutkan membaca sholawat ke atas Nabi Muhammad
SAW.
8
Mengucap takbir ke tiga sambil mengangkat kedua tangan,
dilanjutkan membaca do’a untuk jenazah.
9
Mengucap takbir ke empat sambil mengangkat kedua
tangan, dilanjutkan berdo’a untuk sendiri.
10. Mengucapkan salam
Penilaian:
a. Memandikan jenazah=
x 100% = ………………… %
b. Mengkafani jenazah laki-laki=
x 100% = ………………… %
c. Mengkafani jenazah perempuan =
d. Mensholatkan jenazah=
x 100% = ………………… %
x 100% = ………………… %
4.CARA MENGUBUR JENAZAH
Sesudah dishalatkan, bawalah janazah itu ke pekuburan dengan cepat-cepat dan iringilah ia dengan
berjalan di sekelilingnya, dekat padanya, dengan diam. Wanita tidak boleh pergi mengiringinya.
Hendaklah jangan duduk sehingga janazah itu diletakkan. Apabila melihat janazah lewat, meskipun
janazah Yahudi, maka berdirilah sehingga melalui kamu atau diletakkan. Kuburan itu hendaknya
dalam.
Beberapa aturan dalam penguburan jenazah, yaitu:
1. Tidak boleh menguburkan mayat pada waktu matahari terbit kecuali sesudah naik, pada
waktu tengah-tengah hari(matahari di arah atas kepala) dan pada waktu hampir terbenam
kecuali sesudah terbenam,
2. Tidak boleh meninggikan kubur lebih dari sejengkal serta membuat tembok di atasnya tetapi
buatlah tanda di atasnya dengan batu umpanyanya, pada arah kepalanya.
3. Jika tiba di kuburan sedang kubur belum selesai digali maka duduklah menghadap qiblat .
4. Tidak boleh duduk di atas kuburan
5. Tidak boleh berjalan di antara kuburan dengan alas kaki.
Langkah mengubur:
1. Galilah kuburan sedalam mungkin agar bau busuk yang ditimbulkan dari jenazah tidak tercium
keluar. Ukuran kedalamannya setinggi tubuh orang dewasa.
2. Orang yang akan meletakkan jenazah turun masuk lahad (disyaratkan tidak berhubungan badan
di malam hari)
3. Masukanlah mayat itu dari arah kaki kubur dan bacalah ketika meletakkannya dalam kubur:
‫بسم هللا وعلى ملة رسول هللا‬
"Bismilla-hi wa 'ala- millati Rasulillah".
4.
Jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap
kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.
5. Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki
dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu
dari atasnya (agak samping).
6. Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu
yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
7. Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah
tersebut
8. Apabila sudah selesai menguburkan maka do'akanlah, mintakan ampun dan ketetapan hati bagi
mayat.
‫ وافسح له ىف قربه ونور له فيه واخلُفه ىف عقبه‬، ‫وارفع درجته ىف املهديني‬............ ‫اللهم اغفر ِل‬
Alla-hummagh fir li ….. warfa' darajatahu- fil mahdiyyi-n, wafsah lahu- fi- qabrihi- wa nawwir lahufi-hi, wakhluf hu fi- 'aqibihiYa Allah berilah ampunan kepada … (sebutkan namanya) dan angkatlah derajatnya dalam golongan
orang yang lebih shalih(mendapat petunjuk) lapangkanlah dalam kuburnyadan berilah penerangan di
dalamnya serta berilah gantinya pada sesudahnya.
N0
1
2
3
LANGKAH MENGUBUR ORANG MENINGGAL
0
1. Galilah kuburan sedalam mungkin agar bau busuk yang
ditimbulkan dari jenazah tidak tercium keluar Ukuran
kedalamannya setinggi tubuh orang dewasa
2. Orang yang akan meletakkan jenazah turun masuk lahad
(disyaratkan tidak berhubungan badan di malam hari)
3. Masukanlah mayat itu dari arah kaki kubur dan bacalah ketika
meletakkannya dalam kubur:
‫بسم هللا وعلى ملة رسول هللا‬
4
"Bismilla-hi wa 'ala- millati Rasulillah".
4. Jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas talitalinya selain tali kepala dan kedua kaki.
5
5. Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan
tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang
lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
6
6. Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat
agar menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk
menguatkannya.
7
7. Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga
genggaman tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah
diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu
ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut
8
8. Apabila sudah selesai menguburkan maka do'akanlah, mintakan
ampun dan ketetapan hati bagi mayat.
‫ وافسح له ىف قربه ونور‬، ‫وارفع درجته ىف املهديني‬............ ‫اللهم اغفر ِل‬
‫له فيه واخلُفه ىف عقبه‬
Alla-hummagh fir li ….. warfa' darajatahu- fil mahdiyyi-n, wafsah lahufi- qabrihi- wa nawwir lahu- fi-hi, wakhluf hu fi- 'aqibihiYa Allah berilah ampunan kepada … (sebutkan namanya) dan angkatlah
derajatnya dalam golongan orang yang lebih shalih(mendapat petunjuk)
lapangkanlah dalam kuburnyadan berilah penerangan di dalamnya serta
berilah gantinya pada sesudahnya.
1
2
Download