BUKU PEGANGAN MAHASISWA BLOK AL - ISLAM II ISL (Islamic Skill Lab) Manual Praktik Untuk mahasiswa Semester IV Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ Oleh TIM BLOK AL - ISLAM II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2015 PENGANTAR Sistem Blok AL - Islam II merupakan sistem terintegrasi yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta merupakan sistem berkesinambungan dengan sistem Blok Al - Islam I. Sistem Blok Al - Islam II diberikan pada mahasiswa semester IV, Konsepnya diawal semester, mereka diberikan pembekalan dasar tentang Al - Islam,kemudian pada tahap selanjutnya diberikan kasus-kasus yang harus dianalisis dalam tinjauan medis, hukum dan agama. Konsep pembelajaran Al - Islam II ini, pemahaman dan penatalaksanaannya berupa kuliah, literature searching secara mandiri, diskusi tutorial disertai Manual Praktik. Pada pelaksanaan kali ini praktek yang diselenggarakan adalah (1) Tajhiz Janazah (2) Praktik memandikan dan mengkafani (3) menyolatkan Sebelum menggunakan manual ini, mahasiswa dan instruktur diharapkan membaca manual secara mendetail terlebih dahulu sehingga pelaksanaan praktek bisa terarah dan sesuai dengan maksud pembelajaran blok ini. Allah senantiasa membantu bagi siapa saja yang dekat padaNya. Jakarta, 6 Juli 2015 Penyusun DR.Dr.Tjahaja Haerani S,MS,SpParK Dr.Atthariq, MPH DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………..………………………………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………….. TATA TERTIB …………………………………………………………………….................................. TATA TERTIB UMUM ……………………………………………………………………...................... TATA-TERTIB KEGIATAN ALIH KETERAMPILAN / PRAKTIK .................................... TATA TERTIB UJIAN ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK …………………………….. TATA TERTIB UJIAN REMEDIAL ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK ……………. SANKSI-SANKSI ……………………………………………………………………............................ SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB UMUM ..................................................... SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB PRAKTIK .................................................. Ii Iii Iv Iv Iv v vi Vii vii vii TATA TERTIB TATA TERTIB UMUM Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ harus mematuhi tata tertib seperti di bawah ini : 1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos (dengan/tanpa kerah), dan sandal. 2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih. 3. Mahasiswi diwajibkan memakai jilbab dan busana muslimah di setiap kegiatan berlangsung. 4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan PSPD FKK UMJ. 5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan PSPD FKK UMJ. 6. Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang akan berjalan. 7. Memakai papan nama resmi yang dikeluarkan dari PSPD FKK UMJ di setiap kegiatan akademik kecuali perkuliahan. Jika papan nama rusak atau dalam proses pembuatan, maka mahasiswa wajib membawa surat keterangan dari bagian pendidikan. 8. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu bagian pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari dokter (diterima paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit). TATA-TERTIB KEGIATAN ALIH KETERAMPILAN / PRAKTIK Sebelum pelatihan Membaca Penuntun Belajar (manual) praktik Keterampilan blok Al - Islam yang bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan. Pada saat pelatihan 1. Datang 10 menit sebelum kegiatan dimulai. 2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan. 3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm. 4. Mengenakan pakaian sholat saat praktik sholat jenazah, dan mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan ISL. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium. 5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam dimasukan pada tempat sampah tajam. 6. 7. 8. 9. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia. Bekerja dengan hati-hati. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan bahan yang ada pada tempat praktik. 10. Setiap selesai kegiatan mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan. 11. Pengulangan praktik dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Membuat surat permohonan pengulangan praktik ke bagian pendidikan tembusan ke bagian ISL dengan melampirkan materi yang akan diulang dan jumlah peserta yang akan ikut paling lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan. b. Pengulangan praktik dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal perkuliahan dengan atau tanpa pendamping dari instruktur. TATA TERTIB UJIAN ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK ISL 1. Mengikuti kegiatan praktik dengan minimal kehadiran adalah 75%. 2. Mengikuti briefing pelaksanaan ujian bersama koordinator/ sekretaris sistem. 3. Wajib membawa logbook yang telah diisi. 4. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm. 5. Mengenakan pakaian sholat saat ujian sholat jenazah dan jas laboratorium yang bersih selama proses ujian berlangsung. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium. 6. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi 7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia 8. Bekerja dengan hati-hati. 9. Mengikuti ujian ISL sesuai daftar urut, penguji dan waktu yang telah ditentukan. TATA TERTIB UJIAN REMEDIAL ALIH KETERAMPILAN KLINIK / PRAKTIK 1. 2. 3. Ujian remedial praktik dilaksanakan pada akhir semester atau sistem. Peserta ujian remedial praktik adalah Mahasiswa yang tidak lulus ujian praktik ( Nilai < 80% ). Bagi mahasiswa yang tidak ujian praktik karena sakit, maka mahasiswa tersebut berhak mengikuti ujian remedial praktik dengan syarat wajib memberitahu bagian pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari dokter (diterima paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit). 4. 5. 6. 7. Bila mahasiswa yang remedial tidak hadir pada pelaksanaan ujian remedial, maka tidak akan diadakan ujian remedial susulan. Ujian remedial praktik dilaksanakan sebanyak dua kali. Penguji pada remediasi ke-2 berbeda dari yang pertama. Bila mahasiswa tetap tidak lulus pada remediasi ke-2, maka mahasiswa berhak mendapatkan bimbingan praktik kembali dengan instruktur yang ditentukan oleh bagian pendidikan untuk kemudian mendapatkan ujian remediasi ke-3. Biaya pelaksanaan bimbingan ISL dan remediasi ke-3 ini dibebankan kepada mahasiswa. Hasil nilai ujian remedial praktik maksimal ”80%” atau sesuai dengan kebijakan masingmasing sistem. SANKSI-SANKSI SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB UMUM Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat mengikuti setiap kegiatan akademik. 1. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak memperoleh pelayanan akademik. 2. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program studinya (mengisi KRS) pada waktu yang telah ditentukan sesuai kalender akademik tidak boleh mengikuti segala aktifitas perkuliahan. 3. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap kegiatan. SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB PRAKTIK 1. 2. 3. 4. 5. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan praktik pada materi tertentu, maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktik pada jadwal berikutnya untuk materi tertentu tersebut. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan praktik tidak sesuai dengan jadwal rotasinya dianggap tidak hadir. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran praktiknya < 80 % dari seluruh jumlah tatap muka, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian praktik. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang praktik yang terjadi karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang praktik akan mendapatkan sanksi tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tiem Penyusun Islamic Skill Lab : DR,Dr Tjahaja Haerani S.MS,SpParK Dr.Atthariq,MPH Drs. Husni Thoyar,MA DR.Sopa,M.A Drs.Fakhrurazi,MAg MANUAL KETRAMPILAN PERAWATAN JENAZAH Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum Setelah mengikuti ketrampilan perawatan jenazah pada blok Al - Islam II mahasiswa diharapkan mampu melakukan perawatan jenazah, sholat jenazah dan menguburkan jenazah sesuai tuntunan Rosululloh SAW. Tujuan Khusus Setelah mengikuti ketrampilan perawatan jenazah pada blok Al - Islam II: 1. Mahasiswa mampu memandikan jenazah laki-laki dan perempuan sesuai tuntunan Rasulullah SAW. 2. Mahasiswa mampu mengkafani jenazah laki-laki dan perempuan sesuai tuntunan Rasulullah SAW. 3. Mahasiswa mampu melakukan shalat jenazah dan mendoakannya sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Media dan alat Bantu Pembelajaran 1. Daftar panduan belajar untuk perawatan jenazah yang mencakup memandikan, mengkafani dan mensholatkan jenazah. 2. Media Audiovisual 3. Alat dan bahan Metode Pembelajaran : 1. 2. 3. 4. 5. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar. Ceramah. Diskusi Partisipasi aktif dalam praktik (simulasi) Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor Deskripsi Kegiatan A. PERTEMUAN I (kegiatan dalam kelas besar) Kegiatan Pembukaan dan penjelasan Deskripsi Praktek dibuka dengan berdoa kemudian instruktur utama menjelaskan tujuan umum, tujuan khusus. Demonstrasi Instruktur memberi contoh dan penjelasan langkah-langkah perawatan jenazah dan mahasiswa memperhatikan penjelasan instruktur. Praktek merawat atau shalat Mahasiswa bersama-sama mempraktekkan jenazah perawatan jenazah sesuai dengan daftar tilik manual dan dibimbing oleh instruktur utama dan instruktur pendamping. Penutup Instruktur memberi umpan balik atas praktek yang dilakukan mahasiswa kemudian ditutup dengan berdoa (doa kafaratul majelis). Waktu kegiatan Waktu 10 menit 40 menit 90 menit 10 menit 150 menit B. PERTEMUAN II (kegiatan dalam kelas kecil) Kegiatan Pembukaan dan penjelasan Deskripsi Praktek dibuka dengan berdoa kemudian instruktur utama menjelaskan tujuan umum, tujuan khusus. Demonstrasi Instruktur mengulang secara singkat dan meminta umpan balik dari mahasiswa tentang perawatan jenazah. Hal yg belum jelas harus diperjelas. Praktek merawat atau shalat Mahasiswa bersama-sama mempraktekkan jenazah perawatan jenazah sesuai dengan daftar tilik manual dan dibimbing oleh instruktur. Penutup Instruktur memberi umpan balik atas praktek yang dilakukan mahasiswa kemudian ditutup dengan berdoa (doa kafaratul majelis). Waktu kegiatan Waktu 10 menit 30 menit 100 menit 10 menit 150 menit TAJHIZ JANAZAH A. Sakaratul Maut Setiap manusia akan mengalami kematian. Allah berfirman dalam al-Quran surat Ali Imran/03 ayat 185 yang berbunyi : ِ س ذَآئَِقةُ الْمو ٍ ُك ُّل نَ ْفartinya Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati ت َْ Sebelum menghadapi kematian, manusia mengalami fase sakaratul maut. Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi seseorang yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah. Allah berfirman dalam al-Quran surat Ali Imran/03 ayat 102 sebagai berikut: }102{ ِ َّ ين ءَ َامنُوا اتَّ ُقوا هللاَ َح َّق تُ َقاتِِه َوالَ ََتُوتُ َّن إِالَّ َوأَنتُم ُّم ْسلِ ُمو َن َ ََيأَيُّهاَ الذ 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Untuk itu, agar seorang muslim tetap berada dalam keimanan dalam menghadapi fase sakaratul maut perlu adanya bimbingan. Selain itu, fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah. Namun, sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal saleh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,” Dalam al-Quran surat Qaf/50 : 19 Allah berfirman: }19{ ِ ِ وجآءت سكْرةُ الْمو يد ُ نت ِمْنهُ ََِت َ ت ِِب ْْلَِق ذَل َ ك َما ُك َْ َ َ ْ َ َ َ 19. Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya Sementara itu, otang-orang yang suka melakukan kezaliman akan merasakan sakit yang luar biasa saat sakartaul maut. Allah berfirman dalam al-Quran surat al-An’am/6 ayat 93 yang berbunyi sebagai berikut: ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ اب ْ َولَ ْوتَ َرى إِذ الظَّال ُمو َن ِِف َغ َمَرات الْ َم ْوت َوالْ َمالَئ َكةُ َِبسطُوا أَيْدي ِه ْم أ َ َخ ِر ُجوا أَن ُف َس ُك ُم الْيَ ْوَم ََُُْْو َن َع َذ ِ ا ْْل }93{ اْلَِق َوُكنتُ ْم َع ْن ءَ َاَيتِِه تَ ْستَكِِْبُو َن ْ ون ِِبَا ُكنتُ ْم تَ ُقولُو َن َعلَى هللاِ َغْي َر ُ Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya..” (QS. 6:93). Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya) Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga seseorang yang sedang menghadapinya hendaknya dibimbing dengan cara-cara berikut: 1. Menalqin (menuntun) dengan kalimat tahlil (lā ilāha illallāh) . Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ِ ٍ ِعن أَِِب سع َِّ ول ْ يد ُ اَّللُ َعْنهُ قَ َال قَ َال َر ُس َّ اْلُ ْد ِر ِى َر ِض َى َ« لَقنُوا َم ْو ََت ُك ْم الَ إِلَه: -صلى هللا عليه وسلم- اَّلل َْ َ رواه اجلماعة َّاال البخارى.» ُاَّلل َّ َّإِال Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri ra. Ia berkata:”Rasulullah saw. bersabda: ”Hendaklah kalian menalqin orang yang akan meninggal diantara kalian dengan mengucap lā ilāha illallāh.” (HR Jama’ah kecuali al-Bukhari) 2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik. Demikian berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. َِّ ول ت فَ ُقولُوا َخْي ًرا فَِإ َّن ُ ت قَ َال َر ُس َ « إِ َذا َح: -صلى هللا عليه وسلم- اَّلل ْ ََع ْن أُِم َسلَ َمةَ قَال َ ِض ْرُُتُ الْ َمي ِ ِ اَّللِ؟ قَ َال َ ول ََي َر ُس ُ ُف أَق َّ ول ْ َ قَال.» الْ َمالَئ َكةَ يُ َؤمنُو َن َعلَى َما تَ ُقولُو َن َ َكْي: ت َ ت فَلَ َّما َم ُ ات أَبُو َسلَ َمةَ قُ ْل ِ « اللَّه َّم ا ْغ ِفر لَه واع ِقب نا ِمْنه ع ْقَب: قُ ِوِل صلى هللا- ِاَّلل َ اَّللُ َخْي ًرا ِمْنهُ َر ُس َّ ول َّ ت فَأ َْع َقبَِِن ْ َ قَال.» ًصاْلَة َ َ ُ ُ َْ ْ َ ُ ْ ُ َخَر َجهُ ُم ْسلِم ْ أ.-عليه وسلم Artinya : Diriwayatlkan dari Ummi Salamah ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Ketika Abu Salamah meninggal, Ummu Salamah bertanya: “Apa yang harus saya ucapkan ya Rasulullah?” Beliau menjawab:”Bacalah : Allāhummaghfir lahū wa’qibnā minhu ‘uqba shālihah.” Ia berkata; Kemudian Allah mengganti kepadaku yang lebih baik daripadanya yaitu Rasulullah. (HR Muslim) Dalam kondisi demikian, setiap orang hendaknya berupaya memberikan suport mental agar orang yang akan meninggal merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya. 3. Berbaik Sangka kepada Allah Setiap muslim yang akan menghadapi kematian agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits Rasulullah saw. sebagai berikut: أح ُد ُك ْم إال َوُه َو َ "ال َيَُوتَ َّن: مسعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول قبل موته بثالث:عن جابر قال ُُْي ِس ُن الظَّ َّن ِِبهللِ َعََّ َو َج َّل" رواه مسلم Artinya: Diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda (mengulangnya sampai) tiga kali menjelang wafatnya :”Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal tersebut menunjukkan agar kita selalu berprasangka baik kepada Allah hingga menjelang ajal pun. 4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yang telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah) 5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., tetapi dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat : a) Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat. b) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring ke arah manapun yang membuatnya selesai. Ketika pasien menghadapi sakaratul maut, petugas kesehatan hendaknya memberikan pendampingan agar pasien bersabar dalam menghadapi sakit yang dideritanya. Setiap orang sakit yang bersabar akan dihapuskan dosanya. Demikian riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: )صبَ َر َوَر ِض َي ِِبَا َع ِن هللا َخَر َج ِم ْن ذُنُ ْوبِِه َكيَ ْوِم َولَ َدتْهُ أ ُُّمهُ (رواه الرتمذي َ َم ْن َم ِر َ َض لَْي لَةً ف “Barangsiapa sakit satu malam, kemudian ia bersabar dan pasrah kepada Allah, maka terlepaslah dosanya seperti hari dilahirkan dari ibunya.” (HR al-Turmudzi) Dukungan dan support dari petugas kesehatan sangat membantu pasien terutama saat sakaratul maut. Perilaku petugas kesehatan dalam mengeksperikan dukungan kepada pasien meliputi : 1. Menghimbau pasien agar Ridlo kepada qadha dan qadarnya-Nya serta berbaik sangka terhadap Allah Swt. 2. Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Allah Swt. 3. Memberikan empati kepada pasien. 4. Apabila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain. 5. Melakukan Komunikasi dengan keluarga pasien. 6. Menumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu. 7. Membantu apabila pasien membutuhkan pertolongan. 8. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien 9. Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak Allah Swt (zakat, puasa, haji, dll) atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah dipenuhi atau wasiat kepada kepada orang yang dapat memenuhi bagi dirinya. Wasiat wajib atas orang yang mempunyai tanggungan atau hak kepada orang lain. B. Kematian Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Apabila seseorang telah melewati sakaratul maut dan sampai pada kematian, maka hendaknya dipejamkan matanya dan tutup dengan kain yang baik. Apabila ia memiliki hutang, segera lunasi hutangnya , dan kabarkanlah kepada kerabat dan teman-temannya. Segerakanlah pengurusan jenazahnya. Apabila menjenguk orang yang meninggal dunia maka bacalah: ِ اللَّه َّم ا ْغ ِفر لَه واع ِقب نا ِمْنه ع ْقَب ص ًاْلَة َ َ ُ ُ َْ ْ َ ُ ْ ُ Jika jenazahnya perempuan, bacalah: ِ اللَّه َّم ا ْغ ِفر َْلا واع ِقب نا ِمْن ها ع ْقَب ص ًاْلَة َ َ ُ َ َْ ْ َ َ ْ ُ Langkah Pendampingan Seseorang yang Menghadapi Kematian* A 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Langkah Tuntunan Menghadapi Kematian 0 Membaringkan yang bersangkutan dengan posisi kaki ke arah kiblat Mentalqinkan (Membimbing lafal tahlil ; Laa ilahaillallah) Verifikasi tanda-tanda kematian ; dilatasi pupil, nadi tidak teraba Langkah Tuntunan Menangani Jenazah yang Baru Meninggal Membaca irtija’ (Innalillahi Wainna ilaihi rajiun) Mengatupkan kelopak mata yang terbuka. Menutup mulut dengan perban (kain), mengikat dagu dengan kain , Melepaskan pakaian dan melipatkan tangan Menutup seluruh badan dengan kain Mengikat dagu dengan kain Membaca doa bagi jenazah 1 2 *Syarat-syarat Pendamping seseorang yang menghadapi kematian : 1. Mahromnya atau orang lain yang Sejenis Kelaminnya. 2. Paham tentang naza’ Doa bagi Jenzah Allahuummagh firlahu warfa’darajatahu fil mahdiyyin wafsahlahu fii qabrihi wa nawwir lahu fihi wahlufhu fii a’qibihi. Penuntun dan Langkah Pendampingan Seseorang yang Menghadapi Kematian Perawatan Jenazah Apabila seorang muslim meninggal dunia, maka fardlu kifayah atas muslim yang masih hidup menyelenggarakan empat perkara, yaitu : 1. Memandikan jenazah 2. Mengkafani jenazah 3. Menshalatkan jenazah Pada manual ini akan dibicarakan tentang 3 hal di awal, sementara menguburkan jenazah tidak dibicarakan di sini. A. MEMANDIKAN JENAZAH Semua jenazah muslim wajib dimandikan kecuali muslim yang mati syahid, yakni yang terbunuh dalam peperangan melawan kaum kafir. Memandikan mayat hukumnya fardlu kifayah atas muslimin yang lain yang masih hidup. Artinya, apabila diantara mereka ada yang mengerjakannya, maka kewajiban itu sudah terbayar dan gugur bagi muslimin lainnya. Karena perintah memandikan mayat itu adalah kepada umumnya kaum muslimin. Syarat wajib mandi ialah: 1) Mayat orang Islam 2) Ada tubuhnya walaupun sedikit, dan 3) Mayat itu bukan mati syahid A.1. Yang Berhak Memandikan Mayat Jika mayat itu laki-laki, yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan mahramnya. Sebaliknya juga jika mayat itu adalah perempuan. Jika suami/ istri dan mahram sama-sama ada, maka istri lebih berhak memandikan suaminya. Bila seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami atau mahramnya, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak, maka laki-laki boleh memandikanya. Begitu juga kalau yang meninggal adalah seorang laki-laki. Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang terdekat dengan si mayyit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang berpengetahuan serta amanah (dipercaya). Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Dari ‘Aisyah, Rasulullah bersabda: “Barang siapa memandikan mayat dan dijaganya kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu, maka bersihlah ia dari segala dosanya, seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya”. Kata Beliau lagi: “Yang memimpinnya hendaklah keluarga yang terdekat kepada mayat jika ia pandai memandikan mayat. Jika ia tidak pandai, maka siapa saja yang dipandang berhak karena wara’nya atau karena amanahnya. (H.R Ahmad) A.2. Kewaspadaan terhadap infeksi - - - - Mencuci tangan o Lakukan cuci tangan rutin sesuai kaidah medis yang bertujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi risiko penularan kuman penyebab penyakit. Memakai pelindung tubuh o Sarung tangan o Pelindung wajah: masker dan kacamata o Celemek o Sepatu boot Dekontaminasi o Pada jenazah yang kemungkinan bisa menularkan penyakit, proses dekontaminasi harus dilakukan, Cairan atau bagian tubuh jenazah yang mungkin mengenai orang yang memandikan, alat-alat yang digunakan, lantai dan sebagainya selama memandikan bisa jadi berisiko menyebarkan penyakit. Dekontaminasi dilakukan dengan mencuci, menyiram, atau merendam yang terkontaminasi dengan larutan antiseptic/disinfektan. Pengelolaan limbah o Limbah atau sampah yang ada harus dikelola dengan baik. Sampah medis, yang berupa zat padat harus dibakar, sementara yang berupa cairan yang diperkirakan menularkan penyakit harus didisinfeksi. Air bekas memandikan sebaiknya dialirkan ke tempat yang aman. A.3. Persiapan memandikan 1. Persiapan yang memandikan o Orang yang memandikan harus mengikuti prosedur kesehatan, meskipun prosedurnya bisa mengikuti situasi dan kondisi yang ada. Jenazah dengan riwayat infeksi menular atau dengan luka-luka parah harus mengikuti prosedur yang lengkap. 2. Persiapan mandi o Kamar tempat mandi diusahakan yang layak dan tertutup, ada dinding dan atap. o Dipan atau bangku sebagai tempat memandikan. Bila tidak ada, jenazah bisa dipangku oleh 3 – 5 orang anggota keluarganya. o Air mandi yang cukup disertai gayung dan ember. o Sabun, kapur barus, daun bidara (bila ada), bubuk cendana dan sisir. o Handuk besar 2 atau 3 lembar. o Kain basahan. o Air dalam ember kecil yang sudah diberi kapur barus. A.4. Cara Memandikan Jenazah Dalam memandikan jenazah sebaiknya mayat diletakkan di tempat yang tinggi, seperti ranjang atau balai-balai; di tempat yang sunyi, berarti tidak ada orang yang masuk ke tempat itu selain orang yang memandikan dan orang yang menolong mengurus keperluan yang bersangkutan.Pakaian mayat diganti dengan kain mandi atau basahan, sebaiknya kain sarung supaya auratnya tidak mudah terlihat. Mula-mula jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring ke belakang, orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu jenazah dengan ibu jarinya pada lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah.Lalu perut jenazah diurut dengan tangan kiri untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar.Kemudian jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca. Setelah perca pembalut tangan diganti, mulut, gigi dan lubang hidungnya juga dibersihkan. Dengan melakukan rangkaian ini, berarti telah selesai satu kali mandi, namun masih disunnahkan melakukannya sampai tiga kali. Nabi Muhammad bersabda kepada para wanita yang memandikan putrinya Ummi Kulsum: Artinya: “Kamu mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih jika kamu pandang hal itu perlu, dengan air dan sidr; dan taruhlah kapur atau sedikit kapur pada yang terakhir. Mulailah dengan bagian sebelah kanan dan tempat-tempat wudhu’nya”. (H.R Bukhari) Apabila ternyata setelah selesai dimandikan masih ada najis yang keluar, maka najis itu wajib dibersihkan. A.5. Memandikan jenazah wanita muslimah Yang wajib dilakukan dalam memandikan jenazah wanita muslimah adalah: membasuhkan air ke seluruh tubuhnya sekali saja, meskipun jenazah tersebut berada dalam kondisi junub maupun haid, dengan melepas seluruh pakaiannya. Diusahakan agar memandikan di tempat yang jauh dari pandangan mata atau ditutupi sekelilingnya dengan kain, sehingga tidak terlihat auratnya. Diutamakan supaya ditempatkan pada posisi yang agak tinggi. Tidak diperkenankan masuk bagi orang yang tidak disukainya ketika jenazah masih hidup. Hendaknya wanita yang memandikan ini benar-benar jujur dan dapat dipercaya, sehingga tidak akan menyebarluaskan keburukan (cacat) yang ia dapati pada tubuh jenazah. Memandikan jenazah ini dilakukan dalam jumlah siraman yang ganjil. Selanjutnya mengusapkan kain yang dimulai dari bagian perut jenazah secara perlahan dan halus, guna membersihkan dan menghilangkan najis yang terdapat pada tubuhnya. Disunnatkan untuk tidak menyentuh aurat si mayit. Karena, hal itu merupakan sesuatu yang dharamkan untuk disentuh. Jika mencuci bagian aurat, maka harus menggunakan kain, sehingga tangan orang yang mencuci tidak menyentuh aurat si mayit. Setelah itu, basuhlah bagian-bagian wudhu’ seperti hendak melaksanakan shalat. Seperti yang disabdakan Rasulullah saw : “Mulailah dari anggota tubuh sebelah kanan serta bagian-bagian wudhu’ ”(HR. Muttafaqun ‘Alaih) Disunnatkan untuk menggunakan sabun jika kesulitan mendapatkan daun bidara. Yaitu : membasuh bagian-bagian wudhu’ dengan air dan sabun sebanyak tiga kali, yang dimulai dari sebelah kanan. Jika diperlukan, maka boleh membasuhnya lima sampai tujuh kali atau lebih, yang jelas harus tetap dalam hitungan ganjil. Selain itu disunnatkan untuk menguraikan rambut jenazah wanita dan kembali mengikatnya. Mengikat rambut tersebut merupakan amalan yang diperintahkan, demikian menurut Ibnu Hibban, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah : “Dan buatlah rambutnya menjadi tiga ikatan” Sedangkan menurut riwayat Imam Muslim disebutkan : “Kemudian kami mengikat rambut kepalanya menjadi tiga ikatan, yaitu bagian kedua berada pada tepi dari kepalanya dan yang satu lagi pada bagian ubun-ubun’ (HR. Muslim) Setelah selesai dimandikan, kemudian dikeringkan dengan kain yang bersih dan suci, supaya kafannya tidak basah, serta diberikan minyak wangi pada kain tersebut. Dimakruhkan memotong kuku sang mayit, mencabut bulu ketiak atau rambut kemaluannya. Demikian menurut pendapat sebagian besar ulama. Sedangkan Ibnu Hazm memperbolehkannya. Apabila keluar dari kedua lubang pembuangan si mayit berupa hadats, setelah proses dimandikan dan sebelum dikafani, maka para ulama bersepakat dengan mewajibkan membasuh bagian yang terkena najis tersebut. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat mengenai perlunya untuk memandikannya kembali. Sebagian besar dari mereka mengatakan, bahwasanya hal itu tidak diwajibkan. Namun ada yang berpendapat harus berwudhu’, sedangkan yang lain berpendapat harus dimandikan lagi. Rambut mayit setelah diurai dibasuh dan diikat menjadi tiga ikatandiletakkan dibagian belakang tubuhnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu “Athiyah berikut ini : “ Kemudian kami mengikat rambut kepalanya menjadi tiga ikatan dan kami letakkan di bagian belakang tubuhnya “ (HR. Bukhari) A.6. Langkah kegiatan memandikan jenazah Memandikan jenazah 1 4 Persiapan ruang dan tempat memandikan. Ruang diusahakan yang ada dinding dan atapnya sehingga jauh dari pandangan, dan ada dipan atau bangku untuk tempat memandikan. Persiapan orang yang memandikan, misalnya memakai pakaian pelindung dan prosedur cuci tangan,menyesuaikan dengan kondisi. Menempatkan jenazah di tempat yang tinggi seperti di dipan, bangku, ranjang, balai-balai atau yang lain. Jika tidak ada, jenazah bisa dipangku oleh 3-5 orang anggota keluarganya. Membaca basmalah dan berniat karena Alloh. 5 Sepanjang kegiatan harus sopan, serius, dan khidmat. 6 Seluruh pakaian yang melekat pada jenazah dilepas dan diganti dengan kain basahan (kain atau sarung) yang menutupi aurat. Aurat harus tetap terlindungi dan tertutup. Benda-benda yang menempel pada jenazah dilepas, misalnya: arloji, cincin, giwang, gigi palsu, dan sebagainya. 2 3 7 8 15 Jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring ke belakang, orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu jenazah dengan ibu jarinya pada lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah Angkat badan bagian atas, lalu tekan bagian perutnya perlahan (kecuali wanita hamil). Istinja’kan qubul dan duburnya dengan tangan kiri yang disertai kucuran air, untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar. Jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca. Bersihkan bagian tubuh lainnya yang berlubang, seperti hidung, mulut, dan telinga. Kepala dan jenggot dibasuh dengan menggunakan sidr, dan dirapikan dengan sisir, rambut yang rontok dikembalikan Menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki, dahulukan menyiram anggota tubuh sebelah kanan, baru setelah itu seluruh tubuh. Menyiram dalam bilangan ganjil. Bersihkan kedua kakinya sampai ke kuku jarinya. 16 Gosok dengan sabun secara perlahan dan merata. 17 18 Miringkan ke kiri untuk membersihkan bagian tubuh sebelah kanan sampai belakang, dan lanjutkan sebaliknya. Siram sampai bersih (dalam bilangan ganjil). Dibasuhbagian kanan kemudian bagian kiri badannya, lalu tubuhnya dibaringkan ke kiri dan dibasuh bagian belakang sebelah kanan 19 Sumbat lubang duburnya dengan kapas gulung kecil basah. 20 Kain basahan ditutupkan ke seluruh tubuh, selanjutnya disiram dengan air kapur barus. Keringkan dengan handuk yang bersih dan suci. 9 10 11 12 13 14 21 22 23 Sisir rambutnya (jenazah wanita diikat rambutnya menjadi 3 dan diletakkan di belakang). Jenazah selesai dimandikan, siap dikafani. B. MENGKAFANI JENAZAH Sebagaimana memandikan mayat, maka mengkafaninyapun fardhu kifayah hukumnya. Karena perintah mengkafani itu ditujukan kepada umumnya kaum muslimin, sedang pekerjaan itu cukup dilakukan oleh sebahagian mereka saja. Cara mengkafani jenazah yaitu: a. Kafanilah Dengan Baik. Yang dimaksud mengkafani dengan baik ialah mengkafani dengan kafan yang baik dan dengan cara yang baik. Kafan yang baik ialah kafan yang suci, bersih, cukup tebal, ukurannya mecukupi, kwalitasnya sedang dan tidak berlebih-lebihan atau terlalu mewah baik dalam kwalisas maupun ukuran. b. Pakailah Kafan Yang Berwarna Putih. Menggunakan kain kafan berwarna putih adalah sunnah Rasulullah SAW. c. Kafanilah Mayat Laki-laki Tiga Lapis Dan lima lapis bagi mayat perempuan, atau tepatnya diawali dengan sarung, lalu baju kurung, kerudung, pembungkus, kemudian dibungkus satu lapis lagi. Sebagaimana keterangan hadits berikut: Artinya: “Aku adalah di antara orang-orang yang memandikan Ummu Kulsum, putri Rasulullah SAW pada waktu wafatnya, dan adalah yang pertama diberikan kami oleh Rasulullah adalah kain sarung, lalu baju kurung, lalu kerudung, lalu kafan pembungkus. Kemudian sesudah itu ia dimasukkan ke dalam kain kafan” dan Laila berkata: “Dan Rasulullah berdiri di pintu membawa kafannya, memberikannya kepada kami selembar demi selembar”. (H.R Ahmad dan Abu Daud dari Laila binti Qaanif at-Tsaqafiyah) Tapi ada orang yang mengatakan bahwa jumlah kain kafan bagi perempuan sama dengan laki-laki. d. Memberi wangi-wangian yang bisa untuk mayat, kecuali mayat yang mati dalam keadaan ihram. B.1 Persiapan mengkafani 1. Untuk jenazah laki-laki: o 5 helai tali pengikat o 3 lembar kain kafan putih sesuai panjang tubuh jenazah dengan melebihkan 2025 cm di atas kepala dan di bawah kaki. o Kapas 2 gulung besar. o Bubuk cendana atau gaharu kira-kira 0,25 kg o Bubuk kapur barus 0,5 kg o Minyak wangi 1 botol. 2. Untuk jenazah perempuan: o 5 helai tali pengikat o 5 lembar kain kafan putih 2 lembar sesuai panjang tubuh jenazah dengan melebihkan 20-25 cm di atas kepala dan di bawah kaki. 1 lembar untuk sarung 1 lembar untuk baju kurung 1 lembar untuk kerudung/ jilbab o Kapas 2 gulung besar. o Bubuk cendana atau gaharu kira-kira 0,5 kg o Bubuk kapur barus 0,5 kg o Minyak wangi 1 botol. B.2. Langkah kegiatan mengkafani jenazah I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Mengkafani Jenazah Jenazah laki-laki Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi datar dan dibawa ke tempat yang telah disiapkan. Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung kepala, dada/ bahu, pinggul, lutut, dan ujung kaki. Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan, kain ke dua lebih melebar ke kiri, kain ke tiga paling atas di tengah-tengahnya. Hamparkan kapas secukupnya di atas kain kafan unutk menutup jenazah. Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan agar cairan tidak bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau dibawa ke luar kota). Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas kapas secara merata. Disiapkan kapas untuk menutup badan yang ditaburi bubuk cendana dan kapur barus, serta kapas khusus penutup muka. Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain. Sisir rambutnya, tutup lubang hidung dan telinganya dengan kapas yang digulung kecil. Tutup tubuh bagian atas (dada ke bawah) dengan kapas yang telah dibubuhi bubuk cendana dan kapur barus (pada kemaluan kapas lebih tebal). Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai. Dahulukan kain kafan 14 bagian kiri disusul bagian kanan, tarik, rapatkan dan rapikan. Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian kiri dengan simpul hidup. Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi secukupnya dari atas sampai bawah dan dahulukan sebelah kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan ihram. Beri juga di tempat menyemayamkannya. Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk disholatkan. II Jenazah perempuan 1 Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi datar dan dibawa ke tempat yang telah disiapkan. Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung kepala, dada/ bahu, pinggul, lutut, dan ujung kaki. Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan, kain ke dua lebih melebar ke kiri. Hamparkan juga kain ke tiga yang telah dilubangi tengahnya untuk memasukkan kepala. Digunakan sebagai baju kurung dan disesuaikan dengan tubuh jenazah. Hamparkan kain ke empat untuk kain sarung dalam posisi melintang sebatas pinggang sampai ujung kaki. Siapkan kain ke lima berbentuk segitiga untuk jilbab. 12 13 2 3 4 5 6 7 12 Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan agar cairan tidak bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau dibawa ke luar kota). Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas kapas secara merata, letakkan di atas kain. Disiapkan kapas untuk menutup badan depan yang ditaburi bubuk cendana dan kapur barus, serta kapas khusus penutup muka. Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain. Tutup tubuh jenazah bagian depan dengan kapas yang telah disiapkan (pada kemaluan lebih tebal). Pakaikan sarung pada jenazah, dilanjutkan baju kurung. 13 Rambutnya dikepang 3, bila pendek diikat 3. 14 Jenazah boleh dibedaki dengan bedak bubuk cendana. 8 9 10 11 15 Pakaikan kerudung, seperti memakai jilbab. 16 Menutup muka dengan kapas yang telah disiapkan. 17 Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai. Dahulukan kain kafan bagian kiri disusul bagian kanan, tarik, rapatkan dan rapikan. Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian kiri dengan simpul hidup. Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi secukupnya dari atas sampai bawah dan dahulukan sebelah kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan ihram. Beri juga di tempat menyemayamkannya. Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk disholatkan. 18 19 20 C. SHALAT JENAZAH C.1. Hukum shalat jenazah Menurut kesepakatan para ulama, hukum shalat jenazah yang dilakukan atas diri seorang muslim maupun muslimah adalah fardlu kifayah. Dengan pengertian, apabila telah dikerjakan bagi sebagian orang, maka tidak ada lagi kewajiban sebagian lainnya. Yang menjadi landasan dari pendapat ini adalah hadits dari Abu Hurairah r.a berikut ini : “ Nabi SAW pernah mendatangi seorang laki-laki yang meninggal dunia, namun masih mempunyai tanggungan utang. Lalu beliau bertanya ; Apakah ia meninggalkan sisa harta untuk membayar hutangnya? Jika ternyata ia meniggalkan harta yang dapat membayar hutangnya, maka beliau akan menshalatkannya. Jika tidak, maka beliau bersabda kepada kaum muslimin yang hadir pada saat itu : Shalatkanlah teman kalian ini.” (HR. Muttafaqun Alaih) C.2. Syarat shalat jenazah Syarat shalat jenazah sama seperti shalat-shala lainnya seperti thaharah, wudhu’ atau tayamum, menghadap kiblat dan niat. Adapun perbedaan dengan shalat lainnya adalah, bahwa shalat ini boleh dikerjakan setiap waktu C.3. Rukun shalat jenazah Rukun shalat jenazah antara lain : 1. Niat melakukan shalat jenazah semata-mata karena Allah 2. Berdiri bagi yang mampu 3. Takbir empat kali 4. Membaca surah al-Fatihah 5. Membaca shalawat atas Rasulullah 6. Berdo’a untuk jenazah 7. Salam C.4. Cara mengerjakan shalat jenazah. a. Jenazah diletakkan di depan dan imam di sebelahnya, sedangkan jamaah di belakangnya berdiri tiga baris atau lebih. b. Menangkat kedua tangan dengan niat shalat jenazah laki-laki atau wanita disertai takbir. c. Membaca takbir yang kedua adalah shalawat kepada Nabi SAW dengan membaca do’a : “Allaahumma shalli’alaamuhammadin wa ‘alaa aalimuhammadin. Kamaa shallaita’alaaa ibraahiim wa’aali Ibraahiim, wa baarik’alaa muhammadin wa’alaa aali muhammadin kamaa baarakta’alaa Ibraahiim wa’aali Ibraahiim “ (Ya Allah, limpahkanlah shalawat (kebahagiaan) kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah bersalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Juga berikanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Nabi Ibrahim beserta keluarganya). d. Selanjutnya bertakbir untuk yang ketiga kalinya, diikuti dengan berdo’a bagi sang mayit. Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa doa tersebut setelah takbir ketiga. Namun demikian, diperbolehkan berdoa setelah takbir yang ketiga ini atau setelah takbir berikutnya. Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, doa tersebut berbunyi : Allaahummaghfirlahu warhamhu, wa’fu ‘anhu wa’aafihi wa akrimnuzulahu, wawassi’madkholahu waghsilhubimaa’i watsaljiwabarad, wanaqqihi minalkhothooyaa kamaa yunaqqotstsaubul’abyadzuminaddanas. Wa’abdilhu daaraammindaarihi wa ahlihi wazaujankhoiramminzaujih, waqihfitnatalqobri wa’adzaabinnaar. (Ya Allah, ampunilah ia, berikanlah rahmat kepadanya, maafkan dan sejahterakanlah ia. Muliakanlah kedudukannya, lapangkanlah tempat masuknya, basuhlah ia dengan air salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana baju putih yang dibersihkan dari segala kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada tempat tinggalnya di bumi. Juga keluarga yang lebih baik dari keluarganya yang dulu dan pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Jauhkanlah ia dari adzab kubur dan siksa api neraka’ (HR. Muslim)) e. Pada takbir yang keempat adalah berdo’a untuk diri sendiri : Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu, wa laa taftinaa ba’dahu (Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi pahalanya sehingga tidak sampai kepada kami dan jangan pula kami mendapatkan fitnah sesudah kepergiannya) Abu Hurairah r.a mengatakan, bahwa para syaikh terdahulu pada saat takbir yang keempat, mereka mengucapkan doa : Allaahumma aatinaa fiddunyaa hasanatawwafil aakhiratihasanatawwaqinaa adzaabannaar (Ya Allah, berikanlah kepada kami di dunia ini kebaikan dan begitu pula di akhirat kelak. Serta peliharalah kami dari siksa api neraka) Kemudian mengucapkan salam. C.5. Posisi imam dalam shalat jenazah Dalam shalat jenazah, seorang imam disunnatkan berdiri di tepat di hadapan kepala jenazah, jika jenazah tersebut laki-laki. Sedangkan apabila jenazah itu wanita, maka disunnatkan berdiri di tengah-tengah jenazah (bagian dada) C.6. Shalat yang dilakukan untuk lebih dari satu jenazah Mengerjakan satu kali shalat jenazah untuk beberapa mayit ini diperbolehkan. Jika kaum muslimin mengerjakan shalat jenazah atas seorang wanita dan seorang anak laki-laki, maka sang anak diletakkan tepat di depan imam, sedangkan sang wanita diletakkan di belakang anak laki-laki tersebut. Apabila dalam shalat jenazah terdapat beberapa jenazah, baik laki-laki, wanita, dan anak-anak, maka yang laki-laki dewasa ditempatkan tepat di depan imam, lalu diikuti anak-anak dan selanjutnya jenazah wanita. C.7. Langkah kegiatan sholat jenazah C. 1 2 3 4 5 Shalat jenazah Jenazah diletakkan di depan arah kiblat dengan kepala jenazah diposisikan sebelah kanan di depan imam. Posisi imam sejajar kepala jenazah laki-laki, sementara pada jenazah perempuan sejajar perut. Makmum diusahakan merapat di belakang imam, dengan jumlah shaf sedikitnya 3. Makmum perempuan di belakang makmum laki-laki. Posisi melakukan sholat jenazah tetap dalam keadaan berdiri dari awal sampai selesai. Mengucap basmalah dan berniat mengerjakan sholat jenazah karena Alloh. Mengucap takbir sambil mengangkat kedua tangan, kemudian disedekapkan di dada dengan tangan kanan menutup tangan kiri. 6 Membaca Al Fatihah. 7 Mengucap takbir ke dua sambil mengangkat kedua tangan, dilanjutkan membaca sholawat ke atas Nabi Muhammad SAW. 8 Mengucap takbir ke tiga sambil mengangkat kedua tangan, dilanjutkan membaca do’a untuk jenazah. 9 Mengucap takbir ke empat sambil mengangkat kedua tangan, dilanjutkan berdo’a untuk sendiri. 10. Mengucapkan salam REFERENSI 1. Tata Laksana Penyelenggaraan Jenazah dan Bimbingan Husnul Khatimah. Sukiman Rusli. RS Islam Jakarta Sukapura, Jakarta 2. Fiqh Wanita. Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah. Pustaka Al Kautsar, 1998, Jakarta 3. Ringkasan Fikih Lengkap. Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Darul Falah, 2005, Jakarta 4. Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, cetakan ketiga. Pimpinan Pusat Muhammadiyah 5. Musthafa Kamal Pasha, Fiqih Islam Sesusai dengan Putusan Majelis Tarjih 6. Syakir Jamaludin, Shalat sesuai Tuntunan Nabi saw : Mengupas Kontriversi Hadis Sekitas Shalat 7. Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 8. Wahbah az-Zuahaili, Fiqhul Islam wa Adillatuh DAFTAR TILIK PRAKTEK PERAWATAN JENAZAH No Kegiatan A. Memandikan jenazah 1 Persiapan ruang dan tempat memandikan. Ruang diusahakan yang ada dinding dan atapnya sehingga jauh dari pandangan, dan ada dipan atau bangku untuk tempat memandikan. Persiapan orang yang memandikan, misalnya memakai pakaian pelindung dan prosedur cuci tangan, menyesuaikan dengan kondisi. Menempatkan jenazah di tempat yang tinggi seperti di dipan, bangku, ranjang, balai-balai atau yang lain. Jika tidak ada, jenazah bisa dipangku oleh 3-5 orang anggota keluarganya. Membaca basmalah dan berniat karena Allah. Sepanjang kegiatan harus sopan, serius, dan khidmat Seluruh pakaian yang melekat pada jenazah dilepas dan diganti dengan kain basahan (kain atau sarung) yang menutupi aurat. Aurat harus tetap terlindungi dan tertutup. Benda-benda yang menempel pada jenazah dilepas, misalnya: arloji, cincin, giwang, gigi palsu, dan sebagainya. Jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring ke belakang, orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu jenazah dengan ibu jarinya pada lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah Angkat badan bagian atas, lalu tekan bagian perutnya perlahan (kecuali wanita hamil). Istinja’kan qubul dan duburnya dengan tangan kiri yang disertai kucuran air, untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar. Jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca. Bersihkan bagian tubuh lainnya yang berlubang, seperti hidung, mulut, dan telinga. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 1 2 12 13 14 15 16 17 18 19 Kepala dan jenggot dibasuh dengan menggunakan air, dan dirapikan dengan sisir, rambut yang rontok dikembalikan Menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki, dahulukan menyiram anggota tubuh sebelah kanan, baru setelah itu seluruh tubuh. Menyiram dalam bilangan ganjil. Bersihkan kedua kakinya sampai ke kuku jarinya. Gosok dengan sabun secara perlahan dan merata Miringkan ke kiri untuk membersihkan bagian tubuh sebelah kanan sampai belakang, dan lanjutkan sebaliknya. Siram sampai bersih (dalam bilangan ganjil). Dibasuhbagian kanan kemudian bagian kiri badannya, lalu tubuhnya dibaringkan ke kiri dan dibasuh bagian belakang sebelah kanan Sumbat lubang duburnya dengan kapas gulung kecil basah. Kain basahan ditutupkan ke seluruh tubuh, selanjutnya disiram dengan air kapur barus. Keringkan dengan handuk yang bersih dan suci. 20 Sisir rambutnya (jenazah wanita diikat rambutnya menjadi 3 dan diletakkan di belakang). Jenazah selesai dimandikan, siap dikafani B. Mengkafani Jenazah Jenazah laki-laki 1 2 3 4 5 Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi datar dan dibawa ke tempat yang telah disiapkan. Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung kepala, dada/ bahu, pinggul, lutut, dan ujung kaki. Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan, kain ke dua lebih melebar ke kiri, kain ke tiga paling atas di tengah-tengahnya. Hamparkan kapas secukupnya di atas kain kafan unutk menutup jenazah. Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan agar cairan tidak bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 dibawa ke luar kota). Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas kapas secara merata. Disiapkan kapas untuk menutup badan yang ditaburi bubuk cendana dan kapur barus, serta kapas khusus penutup muka. Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain. Sisir rambutnya, tutup lubang hidung dan telinganya dengan kapas yang digulung kecil. Tutup tubuh bagian atas (dada ke bawah) dengan kapas yang telah dibubuhi bubuk cendana dan kapur barus (pada kemaluan kapas lebih tebal). Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai. Dahulukan kain kafan bagian kiri disusul bagian kanan, tarik, rapatkan dan rapikan. Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian kiri dengan simpul hidup. Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi secukupnya dari atas sampai bawah dan dahulukan sebelah kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan ihram. Beri juga di tempat menyemayamkannya. Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk disholatkan Jenazah perempuan Jenazah yang selesai dimandikan diangkat dengan posisi datar dan dibawa ke tempat yang telah disiapkan. Tali pengikat 5 buah diletakkan melintang pada posisi ujung kepala, dada/ bahu, pinggul, lutut, dan ujung kaki. Hamparkan kain kafan pertama lebih melebar ke kanan, kain ke dua lebih melebar ke kiri. Hamparkan juga kain ke tiga yang telah dilubangi tengahnya untuk memasukkan kepala. Digunakan sebagai baju kurung dan disesuaikan dengan tubuh jenazah. Hamparkan kain ke empat untuk kain sarung dalam posisi melintang sebatas pinggang sampai ujung kaki. 6 Siapkan kain ke lima berbentuk segitiga untuk jilbab. 7 12 Bagian dubur bila perlu dilapisi plastik di antara kain kafan agar cairan tidak bocor (untuk jenazah yang diinapkan atau dibawa ke luar kota). Tebarkan bubuk cendana dan bubuk kapur barus di atas kapas secara merata, letakkan di atas kain. Disiapkan kapas untuk menutup badan depan yang ditaburi bubuk cendana dan kapur barus, serta kapas khusus penutup muka. Angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain. Tutup tubuh jenazah bagian depan dengan kapas yang telah disiapkan (pada kemaluan lebih tebal). Pakaikan sarung pada jenazah, dilanjutkan baju kurung. 13 Rambutnya dikepang 3, bila pendek diikat 3 14 Jenazah boleh dibedaki dengan bedak bubuk cendana. 15 Pakaikan kerudung, seperti memakai jilbab. 16 Menutup muka dengan kapas yang telah disiapkan. 17 Bungkus jenazah dengan kain kafan helai demi helai. Dahulukan kain kafan bagian kiri disusul bagian kanan, tarik, rapatkan dan rapikan. Ikat dengan tali yang sudah disiapkan, simpul pada bagian kiri dengan simpul hidup. Beri wangi-wangian atau percikan minyak wangi secukupnya dari atas sampai bawah dan dahulukan sebelah kanan, kecuali mayat yang mati dalam keadaan ihram. Beri juga di tempat menyemayamkannya. Jenazah siap dipindahkan ke tempat sholat untuk disholatkan. Shalat jenazah 8 9 10 11 18 19 20 C. 1 Jenazah diletakkan di depan arah kiblat dengan kepala jenazah diposisikan sebelah kanan di depan imam. Posisi imam sejajar kepala jenazah laki-laki, sementara pada jenazah perempuan sejajar perut. 2 Makmum diusahakan merapat di belakang imam, dengan jumlah shaf sedikitnya 3. Makmum perempuan di belakang makmum laki-laki. 3 Posisi melakukan sholat jenazah tetap dalam keadaan berdiri dari awal sampai selesai. 4 Mengucap basmalah dan berniat mengerjakan sholat jenazah karena Alloh. 5 Mengucap takbir sambil mengangkat kedua tangan, kemudian disedekapkan di dada dengan tangan kanan menutup tangan kiri. 6 Membaca Al Fatihah. 7 Mengucap takbir ke dua sambil mengangkat kedua tangan, dilanjutkan membaca sholawat ke atas Nabi Muhammad SAW. 8 Mengucap takbir ke tiga sambil mengangkat kedua tangan, dilanjutkan membaca do’a untuk jenazah. 9 Mengucap takbir ke empat sambil mengangkat kedua tangan, dilanjutkan berdo’a untuk sendiri. 10. Mengucapkan salam Penilaian: a. Memandikan jenazah= x 100% = ………………… % b. Mengkafani jenazah laki-laki= x 100% = ………………… % c. Mengkafani jenazah perempuan = d. Mensholatkan jenazah= x 100% = ………………… % x 100% = ………………… % 4.CARA MENGUBUR JENAZAH Sesudah dishalatkan, bawalah janazah itu ke pekuburan dengan cepat-cepat dan iringilah ia dengan berjalan di sekelilingnya, dekat padanya, dengan diam. Wanita tidak boleh pergi mengiringinya. Hendaklah jangan duduk sehingga janazah itu diletakkan. Apabila melihat janazah lewat, meskipun janazah Yahudi, maka berdirilah sehingga melalui kamu atau diletakkan. Kuburan itu hendaknya dalam. Beberapa aturan dalam penguburan jenazah, yaitu: 1. Tidak boleh menguburkan mayat pada waktu matahari terbit kecuali sesudah naik, pada waktu tengah-tengah hari(matahari di arah atas kepala) dan pada waktu hampir terbenam kecuali sesudah terbenam, 2. Tidak boleh meninggikan kubur lebih dari sejengkal serta membuat tembok di atasnya tetapi buatlah tanda di atasnya dengan batu umpanyanya, pada arah kepalanya. 3. Jika tiba di kuburan sedang kubur belum selesai digali maka duduklah menghadap qiblat . 4. Tidak boleh duduk di atas kuburan 5. Tidak boleh berjalan di antara kuburan dengan alas kaki. Langkah mengubur: 1. Galilah kuburan sedalam mungkin agar bau busuk yang ditimbulkan dari jenazah tidak tercium keluar. Ukuran kedalamannya setinggi tubuh orang dewasa. 2. Orang yang akan meletakkan jenazah turun masuk lahad (disyaratkan tidak berhubungan badan di malam hari) 3. Masukanlah mayat itu dari arah kaki kubur dan bacalah ketika meletakkannya dalam kubur: بسم هللا وعلى ملة رسول هللا "Bismilla-hi wa 'ala- millati Rasulillah". 4. Jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki. 5. Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping). 6. Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya. 7. Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut 8. Apabila sudah selesai menguburkan maka do'akanlah, mintakan ampun dan ketetapan hati bagi mayat. وافسح له ىف قربه ونور له فيه واخلُفه ىف عقبه، وارفع درجته ىف املهديني............ اللهم اغفر ِل Alla-hummagh fir li ….. warfa' darajatahu- fil mahdiyyi-n, wafsah lahu- fi- qabrihi- wa nawwir lahufi-hi, wakhluf hu fi- 'aqibihiYa Allah berilah ampunan kepada … (sebutkan namanya) dan angkatlah derajatnya dalam golongan orang yang lebih shalih(mendapat petunjuk) lapangkanlah dalam kuburnyadan berilah penerangan di dalamnya serta berilah gantinya pada sesudahnya. N0 1 2 3 LANGKAH MENGUBUR ORANG MENINGGAL 0 1. Galilah kuburan sedalam mungkin agar bau busuk yang ditimbulkan dari jenazah tidak tercium keluar Ukuran kedalamannya setinggi tubuh orang dewasa 2. Orang yang akan meletakkan jenazah turun masuk lahad (disyaratkan tidak berhubungan badan di malam hari) 3. Masukanlah mayat itu dari arah kaki kubur dan bacalah ketika meletakkannya dalam kubur: بسم هللا وعلى ملة رسول هللا 4 "Bismilla-hi wa 'ala- millati Rasulillah". 4. Jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas talitalinya selain tali kepala dan kedua kaki. 5 5. Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping). 6 6. Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya. 7 7. Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut 8 8. Apabila sudah selesai menguburkan maka do'akanlah, mintakan ampun dan ketetapan hati bagi mayat. وافسح له ىف قربه ونور، وارفع درجته ىف املهديني............ اللهم اغفر ِل له فيه واخلُفه ىف عقبه Alla-hummagh fir li ….. warfa' darajatahu- fil mahdiyyi-n, wafsah lahufi- qabrihi- wa nawwir lahu- fi-hi, wakhluf hu fi- 'aqibihiYa Allah berilah ampunan kepada … (sebutkan namanya) dan angkatlah derajatnya dalam golongan orang yang lebih shalih(mendapat petunjuk) lapangkanlah dalam kuburnyadan berilah penerangan di dalamnya serta berilah gantinya pada sesudahnya. 1 2