BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik daerah provinsi maupun daerah kabupaten/kota. Legalitas Standar Pelayanan Minimal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005, tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM. SPM dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik melalui penerapan prinsipprinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Seiring dengan pelayanan minimal yang harus diberikan kepada masyarakat, untuk mendukung pelayanan minimal tersebut ada beberapa prinsip khusus yang berlaku dalam pelayanan publik, antara lain: kesederhaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, keramahan, kesopanan dan kenyamanan. Prinsip-prinsip pelayanan publik ini sejalan dengan prinsip-prinsip SPM yang diatur dalam kebijakan Peraturan Pemerintah diatas, yaitu: sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkaudan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas pencapaian yang dapat diselenggarakan secara bertahap. Impelementasi prinsip pelayanan publik maupun SPM tersebut dapat diindikasikan dari berubahnya bentuk pelayanan publik, dari pelayanan yang sulit dan berbelit menjadi pelayanan yang mudah, pelayanan yang mahal menjadi lebih terjangkau, pelayanan yang tadinya memakan waktu yang lama menjadi lebih cepat, dan tempat pelayanan yang aksesnya jauh menjadi lebih dekat. Dengan demikian efisiensi dan produktivitas pelayanan publik akan semakin baik.ada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 menyatakan bahwa kewenangan yang telah diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota merupakan pelayanan minimal. Pelayanan Minimal yang dilaksanakan ini harus disesuaikan dengan standar yang ditentukan oleh propinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang dilaksanakan di Kabupaten/Kota ini telah dibuat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 1 Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragan, berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat, perlu diimbangi oleh tenaga kesehatan yang memadai dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar, membuat semakin kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal. Bab 1 Ayat 7 pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan. Pada ayat 8 menyatakan : Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Ayat 10 menyatakan : Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM, berupa masukan, proses, keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar. Dengan adanya SPM maka kinerja rumah sakit dapat diukur, apakah dapat melaksanakan pelayanan yang minimal atau dibawah minimal atau lebih dari minimal. Oleh karenanya SPM dapat dijadikan indikator keberhasilan kinerja suatu rumah sakit. B. Maksud dan Tujuan Tujuan umum : Terwujudnya pelayanan prima di rumah sakit. Tujuan Khusus : a. Terlaksananya pelayan an minimal yang sesuai standar. b. Terwujudnya akuntabilitas pelayanan di rumah sakit. C. Pengertian Umum 1. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan 2 kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 3. Standar pelayanan minimal : Yang dimaksud dengan standar pelayanan minimal adalah tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah. 4. Indikator kinerja Yang dimaksud dengan indikator kinerja adalah yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Khusus 1. Dimensi kinerja adalah dimensi-dimensi yang digunakan sebagai dasar penyusunan standar pelayanan minimal yang meliputi : akses, efektifitas, efisiensi, keselamatan / keamanan, kenyamanan, kesinambungan pelayanan, kompetensi tehnis, dan hubungan antar manusia. 2. Indikator adalah latar belakang / alasan mengapa suatu kinerja tersebut perlu diukur. 3. Defenisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator. 4. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk tiap indikator tersedia 5. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator kinerja yang dikumpulkan. 6. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus indikator kinerja 7. Penyebut ( denominator) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus indikator kinerja 8. Standar adalah ukuran pencapaian mutu / kinerja yang diharapkan bisa dicapai 9. Sumber data adalah sumber bahan nyata / keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan. 3 D. Landasan Hukum 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, 2. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, 3. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendarahaan Negara, 4. Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional tahun 2000-2005, 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal. 11. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik, 12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/MenKes/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Dilaksananakan Daerah. 4 Rumah Sakit Yang Wajib BAB II SISTEMATIKA DOKUMEN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT Sistematika dokumen SPM disusun dalam bentuk : 1. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari ; a. Latar Belakang b. Maksud dan tujuan c. Pengertian umum dan khusus d. Landasan Hukum 2. Bab II Sistematika Dokumen Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit 3. Bab III Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit a. Jenis Pelayanan b. SPM setiap jenis pelayayan, Indikator dan Standar 4. Penutup 5. Lampiran 5 BAB III STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT A. Jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi : 1. Pelayanan gawat darurat 2. Pelayanan rawat jalan 3. Pelayanan rawat inap 4. Pelayanan bedah 5. Pelayanan persalinan dan Perinatologi 6. Pelayanan intensif 7. Pelayanan radiologi 8. Pelayanan laboratorium patologi klinik 9. Pelayanan rehabilitasi medik 10.Pelayanan farmasi 11.Pelayanan gizi 12.Pelayanan trnsfusi darah 13.Pelayanan keluarga miskin 14.Pelayanan rekam medis 15.Pengelolaan limbah 16.Pelayanan administrasi manajemen 17.Pelayanan ambulans / kereta jenazah 18.Pelayanan pemularasan jenazah 19.Pelayanan Laundry 20.Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit 21.Pencegahan Pengendalaian Infeksi 22.Pelayanan Keamanan B. SPM Setiap Jenis Pelayanan, Indikator dan Standar No 1 Jenis Pelayanan Gawat Darurat Indikator 1. Kemampuan menangani saving anak dan dewasa. 2. Jam buka darurat pelayanan Standar life gawat 1. 100% 2. 24 jam 3. Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat (BLS/PPGD/GELS/ALS) 3. 100% 4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana 4. 1 tim 6 2. 3 4. Rawat Jalan Rawat Inap Bedah Sentral 5. Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat. 5. ≤ lima menit terlayani, setelah pasien datang 6. Kepuasan pelanggan pada Gawat Darurat 6. ≥ 70% 7. Kematian Pasien ≤24 jam di Gawat Darurat 8. Tidak ada keharusan untuk membayar uang muka 1. Pemberian pelayanan di klinik spesialis 7. ≤ 2/1000 2. Ketersediaan Pelayanan Rawat Jalan 2. 100% 8. 100% 1. 100% 3. Buka pelayanan sesuai ketentuan 3. 100% 4. Waktu tunggu di rawat jalan 4. 60 menit 5. Kepuasan pelanggan pada rawat jalan 1. Pemberi pelayanan di Rawat Inap 5. ≥ 90% 1. 100% 2. Dokter penanggung pasien rawat inap jawab 2. 100% 3. Ketersediaan Pelayanan rawat Inap 3. 100% 4. Jam Visite Dokter Spesialis 4. 100 % 5. Kejadian infeksi pasca operasi 5. ≤ 1,5% 6. Angka Kejadian nasokomial infeksi 6. ≤ 1,5% 7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian 7. 100% 8. Kematian pasien > 48 jam 8. ≤ 0,24% 9. Kejadian pulang paksa 9. ≤5% 10. Kepuasan pelanggan rawat inap 1. Waktu tunggu operasi efektif 10. ≥ 90% 1. 2 hari 2. Kejadan kematian di meja operasi 2. ≤ 1% 3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi 2. 100% 4. Tidak adanya kejadian operasi salah orang 3. 100% 5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi 4. 100% 6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah operasi 5. 100% 7 Komplikasi anestesi karena over dosis, reaksi anastesi dan salah penempatan endotrachela tube Kejadian kematian ibu karena persalinan a. Pendarahan b. Pre-eklampsia c. Sepsis 6. ≤6% 2. Pemberi pelayanan persalinan normal 2. 100% 3. Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit 3. 100% 4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi 4. 100% 5. Kemampuan menangani BBLR 1500gr-2500gr 5. 100% 6. Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria 6. ≤ 20% 7. Keluarga Berencana Mantap 7. 100% 8. Konseling Keluarga Berencana Mantap 8. 100% 9. 1. Kepuasan Pelanggan Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam 9. 1. 80% ≤ 3% 2. Pemberi Pelayanan unit Intensif Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto 7. 5. 6. 7. 8. 9. Persalinan dan Perinatologi dan KB Intensif Radiologi Lab. Patologi Klinik Rehabilitasi Medik 1. 1. 1. a. ≤ 1% b. ≤ 30% c. ≤ 0,2% 100% 1. ≤3 jam 2. Pelaksana ekspertisi pemeriksaan rontgen hasil 2. 100% 3. Kejadian kegagalan pelayanan rontgen 3. ≤ 2% 4. 1. kepuasan pelanggan Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium 4. 1. ≥ 80% ≤140 mnt 2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium 2. 100% 3. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium 3. 100% 4. kepuasaan pelanggan 4. ≥80% 1. Kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang direncanakan 1. ≤ 50% 2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik 2. 100% 8 10 11 12 Farmasi Gizi Transfusi Darah 3. Kepuasan pelanggan 3. ≥80% 1. Waktu tunggu pelayanan Obat Jadi 1. ≤ 30 mnt 2. Waktu tunggu pelayanan obat racikan 2. ≤ 60 mnt 3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 3. 100% 4. Kepuasan pelanggan 4. ≤ 80% 5. Penulisan resep formularium sesuai 5. 100% 1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien. 1. ≥ 90% 2. ≤ 20% 2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien 3. Tidak adanya pemberian diet kesalahan 3. 100% Pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi Kejadian reaksi transfusi 1. 100% 2. ≤ 0.01% 1. 2. Pelayanan GAKIN Pelayanan terhadap pasien Gakin yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan 100% Rekam Medik 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan 1. 100% 2. Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas 2. 100% 3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan 3. ≤ 10 menit 4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap 4. ≤ 15 menit 1. Baku Mutu limbah cair. 1. 100% 2. Pengelolaan limbah padat berbahaya sesuai dengan aturan 2. 100% 1. Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi 1. 100% 2. Kelengkapan akuntabilitas kinerja laporan 2. 100% 3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat 3. 100% 4. Ketepatan waktu pengurusan gaji berkala 4. 100% Pengelolaan Limbah Administrasi Manajemen 9 17. Ambulance/kereta Jenazah 5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun 5. ≥ 60% 6. Cost Recovery 6. ≥ 40% 7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan 7. 100% 8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap 8. ≤ 2jam 9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu 9. 100% 1. waktu pelayanan ambulance/ kereta jenazah 1. 24 jam 2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah sakit 2. 100% ≤ 2 jam 18 Pemulasaraan Jenazah Waktu tanggap pemulasaraan jenazah 19 Pelayanan Pemeliharaan Rumah Sakit 1. Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat 1. ≥ 80% 2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat Peralatan laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi 2. 100% 3. 100% 1. Tidak adanya kejadian linen yang hilang 1. 100% 2. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap Tim PPI 2. 100% 1. 75% 2. Tersedia APD (Alat Pelindung Diri) 2. 60% 3. Terlaksananya kegiatan dan pencatatan pelaporan infeksi nosokomial di rumah sakit Tidak ada hilangnya kendaraan dan barang-barang milik pasien, pengunjung dan pegawai 3. 75% 1. 100% Tenaga satuan pengemanan memiliki sertifikat satpam 2. 100% Sarana 3. 20 21 22 Pelayanan Laundry Pencegahan dan penanggulangan infeksi (PPI) Pelayanan Keamanan 1. 1. 2. 10 pelayanan BAB V PENUTUP Standar pelayanan minimal rumah sakit pada hakekatnya merupakan jenis-jenis pelayanan rumahsakit yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten kota dengan standar kinerja yang ditetapkan. Dengan disusunnya Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan Standar Minimal Rumah Sakit. Rumah Sakit Meuraxa Kota Banda Aceh dalam menyelenggarakan fungsinya diharapkan dapat menjalankan pelayanan yang terjangkau dan merata, serta mengutamakan kepedulian kepada masyarakat yang tidak mampu. SPM ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumahsakit dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan. 11