PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2.AGUSTUS 2015 : 103-117 ISSN : 2355-5483 ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 PERIODE 2010–2014 Revicristia Cyo’Ensev Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Ma Chung, Malang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh faktor fundamental dan ekonomi terhadap return saham perusahaan yang termasuk dalam LQ 45 selama periode 2010–2014. Faktor fundamental diproksikan dengan rasio ROA, NPM, DER, DAR, EPS, PBV, CR, QR, TATO dan ITO. Faktor ekonomi diproksikan oleh tingkat suku bunga SBI dan inflasi terhadap return saham. Sampel penelitian terdiri dari 16 perusahaan yang termasuk dalam LQ 45 selama periode 2010–2014. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Data faktor fundamental dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Data faktor ekonomi diperoleh dari situs Bank Indonesia. Pemilihan faktor menggunakan uji PCA. Teknik analisa yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan setelah dilakukan uji PCA (DAR, DER, QR, CR, ITO, SBI dan inflasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental dan ekonomi tidak memengaruhi return saham. Dari hasil penelitian diketahui variabel independen dapat menjelaskan return saham hanya sebesar 3.1% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian. Hal Ini menunjukkan return saham dipengaruhi determinan lain diluar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Kata-kata Kunci : Return Saham, fundamental, SBI, inflasi Abstract This research aims to test on how the effects of fundamental and economic factors on the return of company share including in LQ 45 for the period of 2010-2014. The fundamental factor is proxied with ratios of ROA, NPM, DER, DAR, EPS, PBV, CR, QR, TATO and ITO. The economic factor is proxied by the SBI interest rate level and inflation on the share return. The research samples consist of 16 companies including in LQ 45 for the period of 2010-2014. The sample collection method was using purposive sampling. The fundamental factor data in this research was obtained from Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The economic factor data was obtained from Bank Indonesia sites. The factor selection used PCA test. The analysis technique used in this research was multiple linier regression to obtain the overall description on the correlation of one variable and other variables. The independent variables used after the PCA test are DAR, DER, QR, CR, ITO, SBI and inflation. The findings showed that the fundamental and economic factors have no effects on share return. From the findings, it is known that the independent variables can describe the share return namely only 3.1% and the remaining is described by other variables beyond the research. This shows that the share return is affected by other determinant beyond the independent variables used in this research. Keywords : share return, fundamental, SBI, inflation 103 PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2. AGUSTUS 2015 : 103--117 PENDAHULUAN Di setiap negara, pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi finansial, sehingga pertumbuhannya harus dipacu untuk pasar modal yang efisien dan dapat memberi semua informasi yang relevan untuk sekuritasnya. Fungsi ekonomi maksudnya pasar modal menyalurkan dana dari investor ke perusahaan, sehingga memperlancar akses perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan investasinya. Sedangkan fungsi finansial maksudnya reward bagi investor atas hasil investasinya yang berupa keuntungan untuk memaksimalkan kekayaan. Return saham suatu perusahaan selalu mengalami pergerakan naik atau turun. Pergerakan pada return saham inilah yang dapat memberikan keuntungan bagi para investor. Oleh karena itu, para investor sangat membutuhkan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi return saham baik secara langsung maupun tidak. Informasi yang didapat bisa berasal dari eksternal maupun internal perusahaan. Dari eksternal perusahaan berhubungan dengan kondisi perekonomian dan tingkat suku bunga. Sedangkan dari internal perusahaan berhubungan dengan laporan keuangan dari perusahaan. Dalam hal ini akuntansi berfungsi sebagai penyedia informasi. Ditinjau dari sudut pandang pemegang saham, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap return saham yaitu faktor yang bersifat fundamental dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut akan membentuk kekuatan pasar yang akan memengaruhi terjadinya transaksi saham perusahaan, sehingga mengakibatkan berbagai kemungkinan akan kenaikan maupun penurunan return saham di lantai bursa (Jogiyanto, 2010). Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa faktor fundamental merupakan faktor yang memberikan gambaran yang jelas, yang bersifat analitis, terhadap prestasi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan return saham suatu perusahaan akan menggambarkan bahwa nilai perusahaan semakin meningkat, baik ditinjau dari pihak internal maupun eksternal. Bagi manajemen perusahaan peningkatan return saham dapat dicapai apabila manajemen dapat menggunakan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien. Hasil optimal dapat dicapai dengan menggunakan keseluruhan modal perusahaan yang diinvestasikan dalam aset untuk menghasilkan keuntungan. Faktor ekonomi secara tidak langsung akan berdampak terhadap harga suatu saham yang ada di bursa efek (Jogiyanto, 2010). Saham memiliki risiko paling tinggi di antara semua jenis instrumen investasi. Investor bisa kehilangan semua modalnya apabila emiten bangkrut. Namun kejadian bangkrutnya emiten jarang terjadi. Hal ini dikarenakan investor tetap selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu. Dibutuhkan berbagai informasi untuk memastikan bahwa investasi saham yang dilakukan adalah tepat, salah satunya adalah dengan analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor mencoba untuk meramalkan masa depan portofolio yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data historis keuangan meliputi: posisi keuntungan kompetitif perusahaan, profit margin dan pertumbuhan laba perusahaan, likuiditas aset perusahaan terutama berhubungan dengan keuangan perusahaan didalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tingkat leverage terhadap shareholrder’s equity serta komposisi dan pertumbuhan operasional penjualan perusahaan. Berdasarkan data historis tersebut, selanjutnya dapat diketahui kinerja keuangan perusahaan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan melalui perhitungan rasio-rasio keuangan. Rasio merupakan perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan indikator keuangan pada periode tertentu (Harianto & Sudomo, 2001) 104 Cyo’Ensev : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2010–2014 Berdasarkan penelitian terdahulu rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan serta memunyai kekuatan untuk memprediksi return saham di pasar modal. Ang (2010) mengelompokkan rasio keuangan tersebut ke dalam 5 jenis yaitu rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio solvabilitas dan rasio pasar. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari rasio-rasionya maka semakin tinggi return saham perusahaan. Return On Asset (ROA) menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa mengembalikan laba. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penjualan total yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan bersih total yang dicapai oleh perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor (Ircham, et al., 2014). Debt to Total Assets (DAR) menunjukkan posisi aset perusahaan dalam membiayai operasionalnya lebih banyak menggunakan utang atau modal sendiri. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Price to Book Value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi aset lancar perusahaan dengan utang lancarnya. Quick Ratio (QR) yaitu kemampuan aset lancar persediaan untuk membayar utang lancar. Total Assets Turnover (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aset perusahaan digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. Inventory Turnover (ITO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecepatan perputaran persediaan menjadi kas. Analisis kondisi ekonomi merupakan analisis terhadap faktor-faktor eksternal dan bersifat makro berupa persitiwa-peristiwa yang terjadi di luar perusahaan dan memengaruhi semua perusahaan, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Pergerakan arah ekonomi memengaruhi pergerakan pasar modal yang berguna bagi pengembangan keputusan para investor. Kondisi ekonomi yang stabil merupakan kabar baik bagi para investor, sehingga berpengaruh positif terhadap pasar modal (Husnan, 2005). Tingkat suku bunga yang meningkat menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi suatu saham. Di samping itu, tingkat suku bunga yang meningkat juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito (Tandelilin, 2011). Sedangkan inflasi adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan harga-harga pada umumnya atau turunnya nilai mata uang yang beredar (Herman , 2003). Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji pengaruh faktor fundamental terhadap return saham pada perusahaan LQ45 periode 2010–2014. 2. Untuk menguji pengaruh faktor ekonomi terhadap return saham pada perusahaan LQ45 periode 2010–2014. 105 PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2. AGUSTUS 2015 : 103--117 Gambar 1 Model Penelitian APT Return saham Faktor Fundamental ROA PBV NPM CR DER QR DAR TATO EPS ITO Faktor Ekonomi Tingkat Suku Bunga Deposito Inflasi Hipotesis Ha1: Diduga ada pengaruh simultan variabel faktor fundamental dan faktor ekonomi terhadap return saham. Ha2: Diduga ada pengaruh parsial variabel faktor fundamental dan faktor ekonomi terhadap return saham. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap masalah yang diteliti. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tidak pernah diberhentikan perdagangannya oleh BEI. 2. Difokuskan pada saham-saham perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 secara konsisten selama periode pengamatan 2010–2014. 3. Perusahaan yang laporan keuangannya memiliki rasio keuangan atau faktor-faktor untuk menghitung rasio keuangan yang lengkap. Perusahaan yang memiliki rasio yang dinotasikan n/a dan faktor-faktor untuk menghitung rasio tidak lengkap dikeluarkan dari sampel. Tabel 1 Emiten Sampel Penelitian No Nama Emiten 1. Astra Agro Lestari 2. Adaro Energy 3. Astra International 4. Gudang Garam 5. Indofood Sukses Makmur 6. Indocement Tunggal Prakarsa 7. Indo Tambangraya Megah 8. Kalbe Farma Sumber: ICMD 2010-2014 106 Kode AALI ADRO ASII GGRM INDF INTP ITMG KLBF No 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Nama Emiten Lippo Karawaci London Sumatera Plantation Perusahaan Gas Negara Tambang Batubara Bukit Asam Semen Indonesia Telekomunikasi Indonesia United Tractors Unilever Indonesia Kode LPKR LSIP PGAS PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR Cyo’Ensev : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2010–2014 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham yang digunakan adalah dengan cara membandingkan selisih indeks harga saham individu tahun sebelumnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor Fundamental dan faktor ekonomi. Faktor fundamental adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan. Menurut Ang (2010), analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan. 1. Return on Asset (ROA). 2. Net Profit Margin (NPM). 3. Debt to Equity Ratio (DER). 4. Debt to Total Assets (DAR). 5. Earning Per Share (EPS). 6. Price To Book Value (PBV). 7. Current Ratio (CR). 8. Quick Ratio (QR). 9. Total Assets Turnover (TATO). 10. Inventory Turnover (ITO). Variabel independen kedua adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi merupakan faktor-faktor eksternal dan bersifat makro berupa persitiwa-peristiwa yang terjadi di luar perusahaan dan memengaruhi semua perusahaan, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor ekonomi terdiri dari: 1. Tingkat Suku Bunga. Tingkat suku bunga diukur melalui tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia atau SBI selama periode pengamatan dari tahun 2010—2014. Data tingkat suku bunga diperoleh dari situs Bank Indonesia (www.bi.go.id). 2. Inflasi. Tingkat inflasi adalah suatu keadaan dimana flow of money lebih besar dari flow of good. Tingkat inflasi dimaksudkan tingkat inflasi setiap tahun, menurut data bulanan tahun 2010—2014. Data inflasi diperoleh dari situs Bank Indonesia (www.bi.go.id). Uji Principal Component Analysis (PCA) Uji principal component analysis (PCA) berguna untuk mengetahui faktor mana yang unggul atau yang dominan dari beberapa variabel yang akan dipilih. Untuk mengetahui variabel mana saja yang layak dimasukan dalam analisis lanjutan dilihat pada KMO dan Barlett test. Jika nilai KMO MSA (Kaiser Meyer Olikin Measure of Sampling Adequacy) lebih besar dari 0.5, maka dapat melanjutkan proses analisis. Kemudian, setelah melihat nilai KMO MSA juga dilihat dari table Anti-image Matrix. Variabel yang layak untuk dianalisis adalah nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) lebih dari 0.5. Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan α = 5%. Dalam menguji keabsahan dari persamaan regresi yang berkaitan dengan hipotesis yang diajukan maka dapat dilakukan dengan uji-F, Koefisien Determinasi (R2), Uji t. 107 PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2. AGUSTUS 2015 : 103--117 HASIL Hasil Uji PCA Faktor Fundamental Hasil perhitungan menunjukkan nilai Determinant of Correlation Matrix sebesar 0,062. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa matrik korelasi variabel saling terkait karena nilai determinan mendekati 0. Tabel 2 Tabel Matrik Korelasi Correlation DER DAR CR QR ITO Sig. (1DER tailed) DAR CR QR ITO a. Determinant = .062 DER 1.000 .939 -.392 -.183 .070 .000 .000 .052 .269 DAR .939 1.000 -.419 -.200 .094 .000 .000 .038 .203 CR -.392 -.419 1.000 .548 .203 .000 .000 .000 .036 QR -.183 -.200 .548 1.000 .195 .052 .038 .000 ITO .070 .094 .203 .195 1.000 .269 .203 .036 .041 .041 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling sebesar 0,585. Hal ini menunjukkan persyaratan KMO terpenuhi karena memiliki nilai lebih dari 0,5. Tabel 3 KMO dan Bartlett Test of Sphericity Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy Bartlett’s Test of Approx. Chi-Square Sphericity Df Sig. .585 212.937 10 .000 Tabel 4 Tabel Anti Images Matrices Anti-image Covariance DER DAR CR QR ITO DER DAR CR QR ITO DER .118 -.107 -.003 -.005 .019 .555a -.926 -.010 -.016 .058 DAR -.103 .113 .041 -.002 -.041 -.926 .552a .161 -.007 -.129 CR -.003 .041 .579 -.312 -.134 -.010 .161 .689a -.493 -.185 QR -.005 .002 -.312 .692 -.077 -.016 -.007 -.493 .620a -.098 ITO .019 -.041 -.134 -.077 .908 .058 -.129 -.185 -.098 .594A Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai MSA variabel DER sebesar 0,555, nilai MSA variabel DAR sebesar 0,552, nilai MSA variabel CR 0,699, nilai MSA variabel QR 0,620 dan nilai MSA variabel ITO 0,594. Dari kelima variabel yang diuji memenuhi persyaratan MSA di atas 0,5. 108 Cyo’Ensev : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2010–2014 Tabel 5 Tabel Komunalitas DER DAR CR QR ITO Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Extraction .918 .936 .721 .653 .530 Tabel di atas menunjukkan kelima variabel memenuhi persyaratan komunalitas (komunalitas > 0,5). Tabel di atas menunjukkan seberapa besar sebuah variabel dapat menjelaskan faktor. DER bernilai 0.918, artinya variabel DER dapat menjelaskan faktor fundamental sebesar 91,8%. Begitu pula dengan variabel lainnya DAR 93,6%, CR 72,1%, QR 65,3% dan ITO 53 %. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel DER, DAR, CR, QR dan ITO dapat menjelaskan faktor fundamental. Berdasarkan tabel 6, pada kolom component menunjukkan bahwa ada 5 komponen yang dapat mewakili. Pada kolom Initial Eigenvalues ditentukan nilainya satu. Varians bisa diterangkan oleh faktor 1 adalah 2,391/5 x 100% = 47,82%. Oleh faktor 2 sebesar 1,368/5 x 100% = 27,36%. Sehingga total kedua faktor akan mampu menjelaskan variabel sebesar 47,82% + 27,36% = 75,18%. Dengan demikian, karena nilai Eigenvalues yang ditetapkan 1, maka nilai total yang akan diambil adalah yang nilai totalnya > 1, yaitu komponen 1 dan 2. Setelah mengetahui bahwa faktor maksimal yang bisa terbentuk adalah dua faktor, maka akan dilakukan penentuan masing-masing variabel akan masuk ke dalam faktor mana, apakah faktor 1 atau 2. Tabel 6 Tabel Eigenvalue Component 1 2 3 4 5 Total 2.391 1.368 .772 .409 .060 Initial Eigenvalues % of Variance Cumulative % 47.829 47.829 27.361 75.190 15.437 90.627 8.175 98.802 1.198 100.000 Tabel 7 Tabel Rotated Component Matrix DAR DER QR CR ITO Component 1 2 .965 -.076 .956 -.068 -.193 .785 -.450 .720 .274 .675 Penentuan variabel masuk faktor mana ditentukan dengan melihat nilai korelasi terbesar. DAR berkorelasi terbesar dengan faktor 1 yaitu 0,965 dan DER dengan nilai 0,956. Sedangkan QR lebih berkorelasi dengan faktor 2 sebesar 0,785, CR sebesar 0,720 begitu juga dengan ITO masuk ke 109 PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2. AGUSTUS 2015 : 103--117 faktor 2 sebesar 0,675. Maka dapat disimpulkan anggota faktor 1 adalah DAR dan DER. Sedangkan anggota faktor 2 adalah QR, CR dan ITO. Tabel 8 Tabel Component Transformation Matrix Component 1 2 1 .879 .477 2 -.477 .879 Tabel di atas menunjukkan bahwa pada komponen 1 nilai korelasi 0,879 > 0,5 dan komponen 2 nilai korelasinya 0,879 > 0,5. Karena kedua komponen memiliki nilai yang lebih besar dari 0,5 maka kedua faktor yang terbentuk dapat dikatakan tepat dalam merangkum kelima variabel yang ada. Setelah mendapatkan faktor-faktor yang terbentuk maka analisis dilanjutkan dengan menentukan faktor skor. Pada program SPSS akan muncul variabel baru yaitu FAC1_1 yang merupakan faktor skor dari faktor dan FAC2_1 yang merupkan faktor skor dari faktor 2. Dari nilai inilah peneliti dapat melakukan analisis lanjutan yaitu analisis regresi. Tabel 9 Tabel Faktor Skor FAC1_1 -1.16474 0.89198 0.70343 -0.55627 0.84579 FAC2_1 -0.58576 -0.23694 -0.52847 -0.51652 -0.20267 Hasil Uji PCA Faktor Ekonomi Hasil perhitungan menunjukkan nilai Determinant of Correlation Matrix sebesar 0,229. Matrik korelasi dikatakan antar variabel saling terkait apabila determinan bernilai mendekati 0. Tabel 10 Tabel Matrik Korelasi Correlation Sig. (1-tailed) SBI INFLASI SBI INFLASI SBI 1.000 .878 INFLASI .878 1.000 .000 .000 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling sebesar 0,500. Kemudian, dibutuhkan untuk melihat nilai MSA yang terdapat dalam tabel Anti Image Matrices. Tabel 11 KMO dan Bartlett Test of Sphericity Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy Bartlett’s Test of Approx. Chi-Square Sphericity Df Sig. 110 .500 114.347 1 .000 Cyo’Ensev : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2010–2014 Pada tabel di atas terlihat SBI dan inflasi memiliki nilai MSA 0,500. Dari kedua variabel yang diuji memenuhi persyaratan MSA, sehingga dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya yaitu komunalitas. Tabel 12 Tabel Anti Image Matrices Anti-image Covariance Anti-image Correlation SBI .229 -.201 .500a -.878 SBI INFLASI SBI INFLASI INFLASI -.201 .229 -.878 .500a Dari tabel di atas menunjukkan dua variabel yang diuji memenuhi persyaratan komunalitas yaitu lebih dari 0,5. Tabel di atas menunjukkan variabel SBI dapat menjelaskan faktor ekonomi sebesar 93,9%. Serta, variabel inflasi dapat menjelaskan faktor ekonomi sebesar 93,9%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel SBI dan inflasi dapat menjelaskan faktor ekonomi. Tabel 13 Tabel Komunalitas SBI INFLASI Initial 1.000 1.000 Extraction .939 . 939 Berdasarkan tabel di atas, pada kolom component menunjukkan bahwa ada satu komponen yang dapat mewakili. Pada kolom Initial Eigenvalues ditentukan nilainya satu. Varians bisa diterangkan oleh faktor 1 adalah 1,878/2 x 100% = 93,9%. Sehingga, faktor total akan mampu menjelaskan variabel sebesar 93,9%. Dengan demikian, karena nilai Eigenvalues yang ditetapkan 1, maka nilai total yang akan diambil adalah yang nilai totalnya > 1, yaitu komponen 1. Tabel 14 Tabel Eigenvalue Component 1 2 Initial Eigenvalues % of Variance 93.912 6.088 Total 1.878 .122 Cumulative % 93.912 100.000 Tabel di atas menunjukkan seberapa besar sebuah variabel berkorelasi dengan faktor yang akan dibentuk. SBI berkorelasi 0,969 dengan faktor 1 dan inflasi berkorelasi sebesar 0,969 dengan faktor 1. Kemudian, dilanjutkan dengan penentuan faktor skor. Tabel 15 Tabel Component Matrix Component 1 SBI INFLASI .969 .969 111 PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2. AGUSTUS 2015 : 103--117 Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai minimum fundamental 1 adalah sebesar -1.65126 dan maksimum 3.78048. Fundamental 2 memiliki nilai minimum -1.49381 dengan nilai maksimum 4.45403. Sedangkan ekonomi memunyai nilai minimum -1.38493 dan nilai maksimum 1.33658. Tabel 16 Hasil Statistik Deskriptif fundamental 1 fundamental 2 ekonomi Valid N (listwise) N 80 80 80 80 Minimun -1.65126 -1.49381 -1.38493 Maximum 3.78048 4.45403 1.33658 Mean -2.01E-16 Std. Deviation 1.00000000 1.00000000 1.00000000 Regresi Linier Berganda Tabel 17 Hasil Regresi Berganda Model 1 (Constant) fundamental 1 fundamental 2 ekonomi Unstandardized Coefficients B Std. Error .085 .011 -.025 -.023 .042 .042 .043 .043 Berdasarkan koefisien regresi berganda tersebut, maka dapat dibuat persamaan regresi berganda sebagai berikut. Y = 0.085 + 0.011 X1 – 0.025 X2 - 0.023 X3 Keterangan: X1: faktor fundamental 1 (DAR dan DER) X2: faktor fundamental 2 (QR, CR dan ITO) X3: faktor ekonomi (SBI dan inflasi) Hasil Uji F Tabel 18 Hasil Uji F Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares .082 10.662 10.744 df 3 76 79 Mean Square .027 .140 F .196 Sig. .899a Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai dari Fhitung adalah 0.196 sedangkan nilai dari Ftabel senilai 2.72. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel faktor fundamental dan faktor ekonomi tidak beperngaruh secara simultan terhadap return saham. 112 Cyo’Ensev : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2010–2014 Hasil Uji R2 Tabel 19 Hasil Uji R2 Model R .088a 1 R Square .008 Adjusted R Square -.031 Std. Error of the Estimate .374546590 Berdasarkan uji R2, nilai dari Adjusted R Square sebesar 3.1%, hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu faktor fundamental (DER, DAR, CR, QR dan ITO) dan faktor ekonomi (inflasi dan SBI) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 3.1% atau dapat dikatakan sebesar 3.1% dari return saham dapat dijelaskan oleh faktor fundamental dan ekonomi, sedangkan sisanya sebesar 96.9% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian. Hasil Uji t Tabel 20 Hasil Uji t Model 1 (Constant) fundamental 1 fundamental 2 ekonomi t 2.031 .261 -.578 -.530 Sig. .046 .795 .585 .597 Hasil uji statistik t untuk masing-masing variabel independen yang berpengaruh signifikan secara parsial berdasarkan Tabel 24 adalah sebagai berikut. 1. Nilai thitung fundamental 1 adalah sebesar 0.261 berada di antara –ttabel dan ttabel (0.67773). Berdasarkan nilai signifikansi uji t pada fundamental 1 adalah sebesar 0.795 atau berada di atas 0.05, sehingga menolak Ha dan menerima H0. Jadi, fundamental 1 (DER dan DAR) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Nilai thitung fundamental 2 adalah sebesar -0.578 berada di antara –ttabel dan ttabel (0.67773). Berdasarkan nilai signifikansi uji t pada fundamental 2 adalah sebesar 0.565 atau berada di atas 0.05, sehingga menolak Ha dan menerima H0. Jadi, fundamental 2 (QR, CR dan ITO) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 3. Nilai thitung ekonomi adalah sebesar -0.530 berada di antara –ttabel dan ttabel (0.67773). Berdasarkan nilai signifikansi uji t pada ekonomi adalah sebesar 0.597 atau berada di atas 0.05, sehingga menolak Ha dan menerima H0. Jadi, ekonomi (SBI dan inflasi) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. PEMBAHASAN 1. Dari penelitian diperoleh hasil DER tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Utang perusahaan semakin besar menunjukkan modal perusahaan yang digunakan untuk menutupi utang menjadi semakin sedikit. Pada umumnya, investor kurang menyukai perusahaan yang memiliki utang yang tinggi. 113 PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2. AGUSTUS 2015 : 103--117 2. Dari penelitian diperoleh hasil DAR tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Perusahaan yang memiliki utang semakin meningkat akan menunjukkan nilai DAR semakin tinggi. Hal ini menunjukkan perusahaan lebih banyak menggunakan utang untuk membiayai operasionalnya. 3. Dari penelitian diperoleh hasil CR tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Perusahaan yang mengalami aset lancarnya tidak mengalami perputaran akan sulit untuk menjamin seluruh utang lancarnya. Perputaran aset lancar menurun bisa disebabkan oleh kelambatan pembayaran piutang. Semakin tinggi nilai piutang perusahaan maka perusahaan akan sulit untuk memenuhi kewajiban lancarnya dan kewajiban lancar perusahaan semakin membengkak. 4. Dari penelitian diperoleh hasil QR tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa informasi perubahan QR yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tidak berpengaruh pada keputusan investasi. Perusahaan yang memiliki persediaan yang banyak akan membuat nilai rasio QR menjadi negatif. Sehingga, perusahaan tidak bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aset lancarnya. 5. Dari penelitian diperoleh hasil ITO tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Ini menunjukkan bahwa informasi perputaran persediaan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tidak berpengaruh pada keputusan investasi. Perputaran persediaan suatu perusahaan juga tergantung dari daya beli masyarakat. Apabila daya beli masyarakat menurun maka, persediaan perusahaan bertambah. Sehingga, perusahaan mengalami penurunan order yang menyebabkan persediaan menumpuk atau tidak terjual. 6. Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini menunjukkan investor tidak mempertimbangkan besarnya tingkat suku bunga dan kurang menyukai untuk memindahkan dana investasinya dari berupa saham menjadi tabungan ataupun deposito. 7. Inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham. Inflasi menunjukkan daya beli masyarakat menurun. Beberapa investor akan menahan pilihan investasinya setelah daya beli masyrakat kembali normal atau meningkat. Krisis Eropa yang diawali dengan kejatuhan perekonomian negara anggota Uni Eropa yang dipicu oleh melonjaknya beban utang dan defisit negara anggota Uni Eropa terutama Yunani. Pengeluaran pemerintah yang begitu banyak serta keserakahan beberapa negara di Eropa seperti Yunani, Portugal, Irlandia, dan Spanyol menyebabkan pemerintah kesulitan dalam membayar utang, khususnya kepada bank dan lembaga keuangan lain dan tentunya hal ini akan menjalar ke pihak lain. Saling keterkaitan antara berbagai bank dan lembaga keuangan akan berdampak pada meluasnya dampak krisis keuangan ini ke banyak negara Eropa termasuk Jerman dan Perancis. Di luar Eropa, negara yang keuangan pemerintahnya tidak baik akan mudah terkena dampak ini, termasuk Jepang. Terutama negara-negara yang menggantungkan pada kegiatan ekspor impor akan terkena dampak krisis ekonomi global ini. Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin memuncak pada pertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF akhirnya menyetujui paket bail out (pinjaman) sebesar €110 milyar untuk Yunani, €85 milyar untuk Irlandia dan €78 milyar untuk Portugal. Efek krisis ekonomi Eropa ini cukup berdampak pada IHSG, yang ketika itu anjlok besar-besaran dari 2.971 ke posisi 2.514. Dampak krisis keuangan Eropa dan AS ke pasar keuangan dalam negeri berupa perubahan harga saham pasar bereaksi terhadap berita dan kondisi ekternal dan internal. Kemudian nilai tukar juga mengalami pelemahan karena adanya aksi jangka pendek investor menarik portofolionya. Selain itu, dampak lainnya adalah kenaikan yield surat utang pemerintah karena dipengaruhi oleh 114 Cyo’Ensev : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2010–2014 sentiment global akibat adanya ketidakpastian di pasar global serta kemungkinan adanya pengetatan bila terjadi resesi ekonomi global. Pada akhirnya dampaknya terhadap ekonomi domestik akan terasa pada sektor riil yang berupa voluma dan nilai ekspor dapat mengalami penurunan, investasi menurun dan pendapatan masyarakat melemah. Krisis global juga pada gilirannya juga akan memengaruhi inflasi domestik dimana arah dan magnitude-nya tergantung pada beberapa hal seperti perubahan harga komoditas, perubahan nilai tukar dan imported inflation. Adanya kemungkinan perlambatan perekonomian dan gejolak inflasi akan berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan masyarakat. Kondisi tersebut membawa dampak pada sisi fiskal yaitu meningkatnya kebutuhan pembiayaan pemerintah dalam menggerakkan perekonomian nasional maupun untuk mendukung langkah-langkah kebijakan pemerintah dalam upaya penurunan kemiskinan dan pengangguran. Bursa saham Indonesia mengalami penurunan indeks yang signifikan, sampai melebihi 11%, sehingga memaksa Otoritas Bursa untuk melakukan penghentian perdagangan selama 3 hari untuk mencegah lebih terpuruknya bursa akibat sentiment negatif. Dampak krisis keuangan jelas terlihat pada nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap dolar AS bahkan sempat mencapai Rp 10.000/USD pada minggu kedua Oktober 2008. Hal ini lebih dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan global. Dampak sejenis juga akan terjadi pada inflasi. Karena melemahnya Rupiah terhadap USD, maka harga barang-barang juga akan terimbas untuk naik, karena Indonesia masih mengimpor banyak kebutuhan termasuk tepung dan kedelai. Selain itu juga, krisis Eropa memberikan dampak terhadap sektor riel di Indonesia. Dampak pertama adalah menurunnya order dari rekanan di luar negeri sehingga banyak perusahaan kesulitan memasarkan produknya yang pada akhirnya harus melakukan efisiensi atau rasionalisasi supaya dapat bertahan hidup. Kedua, melemahnya daya beli masyarakat Indonesia karena melemahnya mata uang Rupiah dan kenaikan inflasi serta kesulitan likuiditas atau modal kerja dari perbankan yang mengetatkan kebijakan pemberian kreditnya. Kedua hal tersebut mengakibatkan industri di sektor riel menjadi tertekan, sehingga apabila hal ini berlarut-larut akan melemahkan daya tahan perusahaan yang akan berimbas pada kemungkinan melakukan PHK bagi para karyawannnya demi mengurangi beban perusahaan atau karena memang perusahaan sudah tidak mampu lagi beroperasi. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari penelitian dapat diketahui bahwa selama periode 2010–2014 faktor fundamental 1 (DER dan DAR), fundamental 2 (QR, CR dan ITO) dan ekonomi (SBI dan inflasi) tidak memengaruhi return saham. 2. DER tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Utang perusahaan semakin besar menunjukkan modal perusahaan yang digunakan untuk menutupi utang menjadi semakin sedikit. Terjadinya krisis Eropa membuat perusahaan memiliki utang yang membengkak. Sehingga, modal perusahaan kurang bisa menutupi utang dari perusahaan tersebut. 3. DAR tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Nilai DAR yang semakin tinggi menunjukkan perusahaan lebih banyak menggunakan utang untuk membiayai operasionalnya. Dampak dari krisis Eropa juga terlihat dari rasio DAR. Selain berdampak pada ekspor dan 115 PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 2. AGUSTUS 2015 : 103--117 4. 5. 6. 7. 8. impor Indonesia, krisis Eropa juga berdampak pada sektor riel. Apabila perusahaan mengalami keterlambatan pembayaran utang dari perusahaan rekanan, maka perusahaan akan melakukan pinjaman untuk membiayai operasional untuk bertahan hidup. CR tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Perusahaan yang mengalami aset lancarnya tidak mengalami perputaran akan sulit untuk menjamin seluruh utang lancarnya. Perputaran aset lancar menurun bisa disebabkan oleh kelambatan pembayaran piutang. Pada saat krisis Eropa, perusahaan mengalami kelambatan pembayaran dari rekanan bisnis yang menimpor barang. Sehingga, perusahaan tidak mendapatkan pemasukan yang dapat digunakan untuk melunasi piutangnya. Semakin tinggi nilai piutang perusahaan maka perusahaan akan sulit untuk memenuhi kewajiban lancarnya dan kewajiban lancar perusahaan semakin membengkak. QR tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Perusahaan yang memiliki persediaan yang banyak akan membuat nilai rasio QR menjadi negatif. Sehingga, perusahaan tidak bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aset lancarnya. Terjadinya krisis Eropa memberikan dampak penurunan order sehingga persediaan perusahaan semakin membengkak. ITO tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Perputaran persediaan suatu perusahaan juga tergantung dari daya beli masyarakat. Apabila daya beli masyarakat menurun maka, persediaan perusahaan bertambah. Sehingga, perusahaan mengalami penurunan order yang menyebabkan persediaan menumpuk atau tidak terjual. Selain itu juga dampak terjadinya krisis Eropa adalah menurunnya order dari rekanan di luar negeri sehingga banyak perusahaan memasarkan produknya sehingga, persediaan perusahaan menumpuk atau pada akhirnya perusahaan harus melakukan efisiensi atau rasionalisasi supaya dapat bertahan hidup. Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini menunjukkan investor kurang menyukai untuk memindahkan dana investasinya dari berupa saham menjadi tabungan ataupun deposito. Apabila krisis Eropa semakin bertambah parah, maka kekhawatiran masyarakat juga akan meningkat yang dapat mengakibatkan meningkatnya animo masyarakat untuk mengambil simpanannya di bank-bank nasional, sehingga akan membuat ambruknya perbankan Indonesia. Inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham. Inflasi menunjukkan daya beli masyarakat menurun. Beberapa investor akan menahan pilihan investasinya setelah daya beli masyrakat kembali normal atau meningkat. Pada saat terjadinya krisis Eropa nilai rupiah melemah sehingga, harga barang-barang juga terkena imbasnya. Hal ini dikarenakan Indonesia masih mengimpor kebutuhan termasuk tepung dan kedelai. Saran 1. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel yang lain seperti nilai tukar, produk domestik bruto, dan lain sebagainya. Nilai tukar rupiah merupakan salah satu faktor yang bisa saja berpengaruh terhadap return saham. Hal ini disebabkan nilai tukar rupiah selalu mengalami pergerakan naik dan turun setiap waktu 2. Untuk memberikan hasil yang lebih baik, rasio-rasio lain (ROE, PER, dll) yang termasuk dalam fundamental perusahaan dimasukkan menjadi prediktor, sehingga analisis tentang return saham menjadi luas dan dapat memberikan informasi yang lebih baik kepada para pengambil kebijakan investasi di sektor saham pada umumnya. 116 Cyo’Ensev : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2010–2014 3. Perlu adanya pemisahan dalam analisis untuk faktor fundamental dan ekonomi, hal ini dikarenakan faktor fundamental datanya dibatasi oleh periode publikasi ICMD dan laporan keuangan perusahanan. Atas dasar laporan keuangan para investor dapat melakukan penilain kinerja keuangan perusahaan terutama dalam hal melakukan investasi. Sementara faktor ekonomi perubahannya lebih bersifat temporer. Hal ini dikarenakan faktor teknikal berdasarkan pada informasi dari luar perusahaan, umumnya mempertimbangkan kondisi negara, seperti kondisi ekonomi, politik dan finansial suatu negara. Dengan pemisahan analisis tersebut, mungkin akan lebih bermanfaat bagi para investor. DAFTAR PUSTAKA Ang, R. (2010). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (Edisi Ketujuh). Jakarta: Mediasoft Indonesia. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang: Universitas Diponegoro. Gujarati, D. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Harianto, F. & Sudomo, S. (2001). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT Bursa Efek Jakarta. Herman, B. S. (2003). Pengaruh Perbedaan Laju Inflasi dan Suku Bunga pada Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dalam Kurun Waktu Januari 2000–Desember 2002, Majalah Ekonomi, Th. XIII, No. 3, Desember. Husnan, S. (2005). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: AMP YKPN. Jogiyanto. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE. Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC. Santoso, S. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Tandelilin, E. (2011). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius. 117