SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Beberapa pandangan

advertisement
SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
1. Beberapa pandangan tokoh yang menunjukkan perhatian terhadap masyarakat
sebelum Auguste Comte:
a. Plato (filsuf Romawi 429-347SM) menganalisis lembaga-lembaga dalam
masyarakat, dan berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara lembagalembaga tersebut yang pada hakekatnya merupakan kesatuan yang menyeluruh.
Plato berhasil merumuskan teori organis tentang masyarakat, yang mencakup
bidang-bidang kehidupan ekonomis dan social. Selain itu Plato juga menyatakan
bahwa masyarakat merupakan refleksi dari manusia perorangan dan suatu
masyarakat akan mengalami kegoncangan sebagaimana manusia yang terganggu
keseimbangan jiwanya yang terdiri dari nafsu, semangat dan intelegensia dimana
intelegensia merupakan unsur pengendali.
b. Aristoteles (384-322SM), mengadakan analisis terhadap lembaga-lembaga politik
dalam masyarakat. Basis dari masyarakat adalah moral (etika dalam arti sempit)
c. Ibnu Khaldun (Filsuf arab 1332-1406), mengemukakan prinsip pokok untuk
menafsirkan kejadian-kejadian social dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah.
Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia dalam suku-suku klan, negara
dan sebagainya adalah rasa solidaritas yang menyebabkan adanya ikatan dan
usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antara manusia.
d. Zaman Renaissance (1200-1600), Thomas More (Utopia) dan Campanella (city of
the sun) memberikan gagasan tentang masyarakat yang ideal. N.Machiavelly(il
principe) mengemukaakan bagaimana cara mempertahankan kekuasaan.
e. Thomas Hobbes (1588-1679), melalui karyanya the leviathan, beranggapan
bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada keinginankeinginan yang mekanis sehingga manusia selalu saling berkelahi. Keadaan
tentram terjadi apabila mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak
dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang dan harus sepenuhnya patuh
pada pihak yang mempunyai wewenang.
f. John Locke (1632-1704), menyatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai
hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta
benda. Kontrak warga masyarakat dengan pihak yang mempunyai wewenang
bertujuan untuk menjaga hak-hak tersebut dan apabila gagal maka warga
masyarakat berhak untuk memilih pihak lain.
g. JJ.Rouseau (1712-1778), berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan
yang diperintah menyebabkan timbulnya kolektivitas yang mempunyai
keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum yang berbeda dengan
keinginan masing-masing individu.
h. Saint Simon(1760-1825), menyatakan bahwa manusia hendaknya dipelajari
dalam kehidupan berkelompok.
2. Sosiologi Auguste Comte(1798-1853). Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi selain
karena orang pertama yang mamakai istilah “sosiologi” juga merupakan orang
pertama yang membedakan ruang lingkup dan isi sosiologi dengan ruang lingkup
dan isi ilmu-ilmu lainnya. Selain itu, Comte juga memberikan pandangan mengenai
tahap perkembangan intelektual yaitu: tahap teologis (yaitu tahap dimana manusia
menafsirkan gejala-gejala disekelilingnya secara teologis yaitu dengan kekuatankekuatan yang dikendalikan roh, dewa atau tuhan), tahap metafisis (dalam tahap ini
manusia menganggap bahwa setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti
tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan tetapi manusia belum
berusaha untuk mencari sebab akibat gejala tersebut) dan tahap positif(merupakan
tahap dimana manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah). Sosiologi terdiri
dari dua bagian pokok yaitu sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis
memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya
masyarakat. Studi ini semacam anatomi sosial yang mempelajari aksi-aksi dan reaksi
timbal balik dari sistem-sistem sosial. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang
perkembangan dalam arti pembangunan. Manusia akan berkembang dari tingkat
intelegensia rendah ke intelegensia yang lebih tinggi dan akan berpengaruh
terhadap dinamika masyarakat yang menunjukkan perkembangan. Masyarakat akan
berkembang menuju suatu kesempurnaan.
3. Teori teori sosiologi sesudah Comte
a. Mazhab geografi dan lingkungan. Ajaran dan teorinya mengungkapkan adanya
korelasi antara tempat tinggal dengan adanya aneka ragam karakteristik
kehidupan sosial suatu masyarakat tertentu. Edward Buckle melakukan
penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa terjadinya bunuh diri sebagai
akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya penghasilan tergantung dari
keadaan alam(terutama iklim dan tanah). Taraf kemakmuran suatu masyarakat
juga sangat tergantung pada keadaan alam di mana masyarakat hidup. Le Play
menganalisis keluarga sebagai unit sosial yang fundamental dari masyarakat.
Organisasi keluarga ditentukan oleh cara-cara mempetahankan kehidupan yaitu
cara mereka bermata pencaharian. Hal itu sangat tergantung pada lingkungan
timbal balik antara factor tempat, pekerjaan dan manusia(masyarakat). Atas
dasar factor-faktor tersebut, maka dapatlah diketemukan unsure-unsur yang
menjadi dasar adanya kelompok-kelompok yang lebih besar, yang memerlukan
analisis terhadap semua lembaga-lembaga politik dan social suatu masyarakat
tertentu.
b. Mazhab organis dan evolusioner. Ajaran teorinya dipengaruhi oleh ajaran dan
teori bidang biologi. Herbert Spencer menyatakan bahwa suatu organisme akan
bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya
diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti adanya organisasi fungsi
yang lebih matang antar bagian organisme tersebut, dan integrasi yang lebih
sempurna juga. Kriteria diatas dapat diterapkan dalam masyarakat. Evaluasi
social dan perkembangan social pada dasarnya berarti bertambahnya diferensiasi
dan integrasi, peningkatan pembagian kerja dan suatu transisi dari keadaan
homogen ke keadaan yang heterogen. W.G.Sumner mengemukakan tentang
Folkways yaitu kebiasaan-kebiasaan social yang timbul secara tidak sadar dalam
masyarakat yang menjadi bagian dari tradisi. Hampir semua aturan-aturan
kehidupan social, upacara, sopan santun, kesusilaan dan sebagainya termasuk
dalam folkways tersebut. Apabila suatu kaidah dianggap sedemikian pentingnya,
maka kaidah tersebut dinamakan tata kelakuan (mores). Emile Durkheim
memberikan pandangan tentang masyarakat yang membedakan antara
masyarakat yang bercirikan factor solidaritas mekanis (kepentingan dan
kesadaran yang sama) dan masyarakat dengan solidaritas organis (mempunyai
pembagian kerja dan derajat spesialisasi tertentu). Ferdinand Tonnies
memberikan pandangan tentang bentuk kehidupan social yang ditentukan oleh
dasar hubungan dengan sesamanya. Paguyuban (gemeinscaft) apabila dasar
hubungannya adalah factor perasaan, simpati pribadi dan kepentingan bersama
dan Patembayan (gesellscaft) apabila dasar hubungan adalah kepentingankepentingan rasional dan ikatan yang tidak permanen sifatnya.
c. Mazhab Formal. Georg Simmel menyatakan bahwa elemen-elemen masyarakat
mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antar
elemen-elemen tersebut. Seseorang menjadi warga masyarakat untuk
mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Seseorang mengalami proses
interaksi antara individu dengan kelompok dalam masyarakat. Masyarakat dapat
berproses apabila setiap orang mempunyai peranan yang harus dijalankan
individu. Leopold van Wiese berpandangan bahwa sosiologi harus memusatkan
perhatian pada hubungan-hubungan antar manusia tanpa mengaitkannya
dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah.
d. Mazhab Psikologi. Gabriel Tarde berusaha menjelaskan gejala-gejala social di
dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang. Menurutnya, gejala sosial
mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu,
dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginankeinginan. Bentuk-bentuk utama dari interaksi mental individu-individu adalah
imitasi, oposisi, dan adaptasi atau penemuan baru. Imitasi sering berhadapan
dengan oposisi yang menuju pada bentuk adaptasi baru yang memungkinkan
adanya perubahan social yang disebabkan adanya penemuan-penemuan baru.
L.T. Hobhouse salah seorang pelopor psikologi sosial menolak prinsip-prinsip
biologis terhadap studi masyarakat manusia dan menganggap psikologi dan etika
merupakan criteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan sosial.
e. Mazhab eonomi. Karl Marx menggunakamn metode-metode sejarah dan filsafat
untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan
perkembangan masyarakat menuju keadaan di mana ada keadilan sosial. Selama
masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas berkuasalah akan
terhimpun segala refleksi dari status ekonomi kelas tersebut. Namun demikian,
hukum perubahan berperan dalam sejarah, sehingga keadaan tersebut dapat
berubah baik melalui suatu revolusi maupun secara damai. Selama masih ada
kelas yang berkuasa, maka tetap terjadi ekspoitasi terhadap kelas yang lebih
lemah, pertikaian yang timbul akan berakhir apabila salah satu kelas (kelas
proletar) menang sehingga terjadilah masyarakat tanpa kelas. Max Weber
berpandangan bahwa bentuk organisasi sosial harus diteliti menurut
tindakan/aksi dari warganya, yang motivasinya serasi dengan harapan warga
lainnya. Weber juga memberikan empat tipe ideal aksi sosial individu dalam
masyarakat yaitu : aksi bertujuan (tingkah laku yang ditujukan untuk
mendapatkan hasil-hasil yang efisien), aksi yang berisikan nilai yang telah
ditentukan (perbuatan untuk merealisasikan dan mencapai tujuan), aksi
tradisional (tingkah laku yang melaksanakan suatu aturan yang bersanksi) dan
aksi emosional (menyangkut perasaan seseorang). Gejala sosial akan dapat
dianalisis dengan menggunakan kriteria tertentu yan terdapat dalam tipe-tipe
ideal
tersebut.
Metode
yang
dipergunakan
adalah
metode
pengertian(verstehen).
f. Mazhab Hukum. Durkheim memandang hukum merupakan kaidah-kaidah yang
bersanksi yang berat ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapananggapan serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya tindakan. Kaidah
hukum mempunyai sanksi yang bersifat represif dan restitutif. Represif
mendatangkan penderitaan, merampas kemerdekaan dan kenikmatan hidup
seseorang. Hukum pidana termasuk didalamnya. Sedangkan sanksi restitutif
ditujukan untuk mengembalikan keadaan pada situasi semula, sebelum
kegoncangan sebagai akibat dilanggarnya kaidah hukum. Hukum perdata, hukum
dagang, hukum administrasi, hukum tata negara termasuk di dalamnya.
Friedman dan Daniel Lev memberikan konsep tentang budaya hukum dimana
terdapat hukum substantif( isi) dan hukum ajektif (prosedur).
Tugas Mahasiswa:
1. Pelajari berbagai macam teori sosiologi diatas.
2. Menurut anda, mengapa para ahli sosiologi mengembangkan teori-teori yang
berbeda ?
Download