4-struktur-dan-fungsi-pemerintahan

advertisement
Pertemuan 4
STRUKTUR, FUNGSI, KEWENANGAN
DAN TUGAS PEMERINTAHAN LOKAL
SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA
MPR
DPR
DPD
PRESIDEN
BPK
MA
MENTERI2
DEKONSENTRASI
GUBERNUR &
INSTANSI
VERTIKAL
DESENTRALISASI
DAERAH
OTONOM
MK
LEMBAGA
NEGARA
LAINNYA
DELEGASI
TUGAS
PEMBANTUAN
(DESENTRALISASI
FUNGSIONAL)
PEMERINTAHAN
DAERAH/
PEMERINTAHAN
DESA
BADAN
PENGELOLA
BUMN,
OTORITA,DLL
2
KEKUASAAN PEMERINTAHAN
PRESIDEN
PEMEGANG KEKUASAAN
PEMERINTAHAN – PSL 4
(1) UUD 1945
PUSAT
Kementerian/LPNK
PRESIDEN MEMEGANG
TANGGUNG JAWAB AKHIR
ATAS PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN TERMASUK
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Psl 17 UUD 1945
Koordinasi
Sebagian
Urusan
Koordinasi
KEMENDAGRI
Koordinator dlm
penyeleng. urusan
pem. di daerah
Tanggungjawab
DAERAH
Otonomi Seluas-luasnya
Ps 18 (5) UUD ‘45
Pemerintahan Daerah
3
Struktur Penyelenggara Pemerintahan
Daerah (prov dan kab/kota)
1.
2.
3.
Kepala Daerah
DPRD
Perangkat Daerah
Kepala daerah dan wakil kepala
derah
Provinsi  Gubernur VS Wakil Kepala Daerah
 Kabupaten  Bupati VS Wakil Bupati
 Kota  Walikota VS Wakil Walikota

Tugas, wewenang, kewajiban dan hak
kepala daerah dan wakil kepala daerah

Tugas kepala daerah :
1. Melaksanakan urusan pemerintahan
2. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
3. Menyusun dan mengajukan rancangan PERDA ttg
RPJPD dan PERDA RPJMD kepada DPRD utk di bahas
bersama DPRD, serta menyusun rencana kerja
pemerintah daerah (RKPD)
4. Menyusun dan mengajukan rancangan perda ttg APBD,
rancangan perda ttg perubahan APBD dan rancangan
perda ttg pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kpd
DPRD utk dibahas bersama
Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar
pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
6. Mengusulkan pengangkatan wakil kepala
daerah; dan
7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
5.
Wewenang kepala daerah
1.
2.
3.
4.
5.
Mengajukan rancangan Perda;
Menetapkan Perda yang telah mendapat
persetujuan bersama DPRD;
Menetapkan Perda dan keputusan kepala
daerah;
Mengambil tindakan tertentu dalam
keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan
oleh Daerah dan/atau masyarakat;
Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Wakil kepala daerah

Tugas :
1. Membantu kepala daerah dalam urusan
pemerintahan, mengkordinasikan keg.perangkat
daerah, menindaklanuti temuan hasil
pengawasan, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2. Memberikan saran dan pertimbangan kpd kepala
daerah dlm pelaksanaan pemerintahan daerah
3. Melaksanakan tugas dan wewenang kepala
daerah apabila kepala daerah menjalani masa
tahanan/berhalangan sementara
4. Melaksanakan tugas lain sesuai ketentuan
perundang-undangan
Beberapa perubahan pasca
reformasi
Era desentralisasi  reformasi politik dan
administrasi (hub. pusat dan daerah)
 Era desentralisasi  problem pemekaran
daerah, konflik kewenangan antar elit
daerah, mengakarnya politik uang, praktek
cronyism (pemerintahan oligarkhis/dinasti)

Pertemuan 5 - 6
DEMOKRATISASI
LOKAL
Konsep demokrasi
Demokrasi  asal dr kata demos dan
kratein (pemerintahan rakyat)
 Prinsip-prinsip demokrasi  kebebasan
dan kemerdekaan
 Konsekuensi era reformasi  Mendorong
tumbuhnya demokrasi lokal berupa
partisipasi dari masyarakat, pengelolaan
sumber daya yg akuntabel dan transparan
oleh masyarakat dan bisa dimanfaatkan
secara responsive

Ciri-ciri demokrasi (Ebenstein,
1967)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Empirisme rasional
Individu oriented
Negara sbg alat
Kesukarelaan
Hukum diatas hukum
Cara
Persetujuan
persamaan
Freedom house, USA
Political
freedom
UKURAN
PEMERINTAHAN
DEMOKRATIS
Civil
liberties
Demokrasi vs otonomi daerah


Perkembangan demokratisasi di berbagai
bidang menuntut perubahan-perubahan
system ketatanegaraan dari sentralistik
menuju desentralisasi.
Desentralisasi  mendorong
berkembangnya demokrasi lokal bila
memenuhi tiga tradisi kewargaan lokal, yaitu :
1. Meningkatnya trust
2. Toleransi kerjasama
3. Solidaritas sosial
Syarat pertumbuhan demokrasi
lokal
1.
2.
3.
Partisipasi dari masyarakat
Pengelolaan sumber daya akuntabel dan
transparan oleh masyarakat
Dimanfaatkan scr responsive utk
kepntingan umum
Problem demokrasi lokal
Demam otonomi daerah pasca reformasi
menyulut euphoria masyarakat dalam
beberapa fenomena sosial seperti :
1. Demokrasi electoral
2. Semangat keaslian
3. Parlemen lokal
4. Kepialangan politik
5. NGOs lokal
6. Protes sosial / pembangkangan sipil
Akibat dari euphoria….
1.
2.
3.
Perubahan blm sempurna dari floating
mass society menuju civil society
Daerah2 di indo masih mewarisi kuatnya
tradisi politik feodal, otoritarian,
birokratis dan sentralistis.
Fragmentasi masyarakat dan modal
sosial
Penyebab konflik dan ketidakstabilan
politik
Kesenjangan antara keinginan dan
kenyataan pada proses modernisasi
berdampak pada ketidakstabilan politik
(huntington, 1968)
 Robert Gurr (1961), “kekerasan politik dpt
disebabkan oleh ketidakpuasan rakyat akan
saluran-saluran politik yg ada”.

Demokrasi lokal membutuhkan…
Integrasi rakyat scr politik melalui ikatanikatan sosial, pemimpin2 tradisional, tokoh
agama lainnya dalam politik daerah.
 Tersedianya akses politik yg legitimate
shngga mendorong edukasi politik
masyarakat utk berdemokrasi.

Pertemuan 7
POTENSI KONFLIK
ETNIS-RELIGIUS
Pengertian Konflik :


Pertentangan antara individu atau kelompok dalam
masyarakat, atau antar-negara. Konflik dapat
terjadi antara dua atau lebih orang, gerakan sosial,
kelompok kepentingan, kelas, gender, organisasi,
partai politik, dan kelompok-kelompok etnis, ras
dan agama.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua atau lebih orang atau
kelompok dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain atau membuatnya tidak
berdaya.
Jenis Konflik
1.
2.
3.
4.
5.
Konflik Dalam Diri Individu
Konflik Antar Individu Dalam Organisasi
Yang Sama
Konflik Antara Individu Dan Kelompok
Konflik Antar Kelompok Dalam
Organisasi Yang Sama
Konflik Antar Organisasi
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK



Adanya kompetisi dalam memperebutkan
sumberdaya dan akses-akses (politik) yang
terbatas.
Adanya kepentingan (interest, dan bisa juga
ideology) yang berbeda satu sama lain,
sehingga saling bersaing untuk
memperebutkan pengaruh dan kekuasaan.
Adanya perbedaan penafsiran di dalam
menterjemahkan aturan main, sebagaimana
digariskan organisasi.
24
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK…
Dalam kasus-kasus tertentu konflik
terjadi karena megemukanya
sentimen primordial dan
mengemukanya sikap-sikap eksklusif,
irasional, dan tidak toleran.
 Dalam kasus-kasus tertentu pula
konflik terjadi karena adanya
kesalahahaman akibat adanya
provokasi-provokasi yang menyulut
permusuhan.

25
CARA MEMANDANG KONFLIK
A.
Pandangan yang salah
 Konflik dapat ditiadakan/dimatikan, akibatnya yang
mengemuka adalah pola-pola otoritarian dalam
mengelola organisasi
 Konflik akan selesai dengan sendirinya, akibatnya
konflik berlangsung berlarut-larut tanpa kejelasan
penyelesaiaanya
 Konflik adalah musuh yang tidak dapat dikelola,
akibatnya konflik tidak dapat dimanfaatkan sebagai
pengalaman yang berharga bagi pendewasaan
organisasi
2
6
CARA MEMANDANG KONFLIK…
B. Pandangan yang Benar
 Konflik merupakan realitas yang selalu ada,
sepotensial atau selaten apapun, karenanya
kehadirannya tidak dapat diabaikan
 Konflik tidak akan pernah selesai atau berlarut-larut
apabila tidak terselesaikan melalui mekanisme
pengelolaan konflik yang baik
 Konflik bukanlah musuh, tetapi merupakan bagian
integral dari dinamika organisasi yang dapat
membuat organisasi tumbuh-dewasa
 Manajemen konflik yang baik membuat organisasi
berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan.
2
7
Prosentase konflik sosial
dibeberapa daerah
Tabulasi konflik Sosial 2012
(Catatan KontraS)
14%
1.
2.
3.
4.
5.
6.
86%
KORBAN TEWAS
KORBAN LUKA
Lampung
Aceh
Papua
Sul-teng
Maluku
kaltim
Konflik-konflik kebebasan beragama
1.
2.
3.
4.
Kekerasan thd komunitas syiah
disampang
Pelarangan ibadah, intimidasi dan
kekerasan thd jamaah greja HKBP di
Bekasi
Perusakan masjid An-nashir di bandung
Dll.
Beberapa factor penyebab konflik
komunal di indonesia







Polarisasi etnis-religius
Ketimpangan sumber dan distribusi pendapatan
Daya kerekatan sosial
Ketersediaan saluran aspirasi politik masyarakat
Tingkat kesatupaduan dan keterbagian
pemerintahan
Tingkat keterlibatan aparat negara dlm
menyelesaikan konflik
Kapasitas kelembagaan daerah dlm menangani
konflik
Polemik otoda dan kesejahteraan
masyarakat
Otoda satu sisi membuka ruang partisipasi publik
yg luas semntara sisi lain justru memperluas dan
menggeser pola konflik vertical-horizontal, antara
pemerintah pusat dg daerah menuju konflik
antar anggota masyarakat sendiri.
2. Desentralisasi dipandang sbg kekuatan yg mampu
membawa kebijakan pembangunan lbh dekat dg
masyarakat. Para penggagas juga memiliki
argument bahwa model pembuatan dan
impelementasi kebijakan dari atas (Bottom up)
sering dianggap tdk sesuai dg kebutuhan
masy.lokal
1.
Hubungan state - society
1.
2.
Pendekatan stabilitas
politik utk meredam
konflik komunal
berbasis etnis-religius
dpt dilihat dari pola
pergeseran hubungan
state – society.
Untuk itu diperlukan
pelibatan “society” dalam
proses pengambilan
keputusan maupun dlm
pelaksanaan keputusan
Pertemuan 8
PROBLEM KEBIJAKAN
DAERAH PEMILIHAN DAN
PEMEKARAN DAERAH
Kebijakan pemilu di daerah

Sistem pemilu menentukan bagaimana
pemungutan suara dlm pemilu dilakukan
Pemekaran daerah
Syarat-syarat pembentukan daerah meliputi syarat
administrative, teknis dan fisik kewilayahan.
 Syarat administrative berupa persetujuan DPRD
kab/kota dan bupati/walikota, persetujuan DPRD prov
induk dan gubernur serta rekom kemendagri.
 Syarat teknis meliputi kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan,
luas daerah, pertahanan dan keamanan
 Syarat fisik meliputi paling sedikit 5 kab utk
pembentukan provinsi dan paling sdikit 5 kec utk
pembentukan kabupaten dan 4 kec utk pembentukan
kota, lokasi calon ibu kota, sarana dan prasarana
pemerintahan

Pertemuan 10-11
STATUS OTONOMI DAN
DAMPAKNYA TERHADAP
POLITIK LOKAL
Beberapa daerah dg status otonomi
DI Yogyakarta
 DKI Jakarta
 DI Aceh
 Daerah Khusus Papua

Karakter suatu daerah turut memberikan
gambaran bentuk status otonomi sesuai
dg daerah tersebut
 Pemberian status daerah otonom,
istimewa ataupaun otonomi khusus tentu
merujuk pada kekhasan daerah-daerah
yang ada.

Sejak 1999 desentralisasi di indonesia lebih
merupakan program restrukturisasi nasional yg
diresepkan oleh World Bank.
 Dampak Pemekaran dari 2001-2007, sejak tahun
2004 jumlah provinsi di Indonesia telah
bertambah secara pesat, dari 26 menjadi 33
(26,9%) dan kabupaten/kota bertambah dari 303
to 404 (45.2%). Laporan tersebut juga
mengidentifikasi lebih dari 114 distrik dan 21
provinsi baru yang sedang menunggu untuk
disahkan di Dewan Perwakilan Rakyat di tingkat
nasional maupun daerah

Download