BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Morgan et.al (dalam Rifa’i dan Anni 2009) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif permanen, yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Dalam teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting dalam belajar adalah masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respon. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis. Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Skinner (1958), belajar adalah merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Kemudian Hintzman dalam Muhibbinsyah (2010) dalam bukunya the psychology of learning and memory berpendapat leraning is a change in organism due to experience which can affact the organism’s behavior. Artinya belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memenuhi tingkah laku organisme tersebut. Dari beberapa pengertian belajar di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang kearah 7 8 yang positif baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil proses latihan dan pengalaman yang didapat dari lingkungan. 2.1.2 Prinsip - prinsip belajar Gagne membagi prinsip belajar ke dalam dua kategori yaitu prinsip belajar internal dan prinsip belajar eksternal. Prinsip belajar internal tersebut adalah keterdekatan, pengulangan, dan penguatan. Sedangkan prinsip eksternalnya adalah informasi faktual, kemahiran intelektual dan strategi. Sedangkan Davies (1991) mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran yaitu : a. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. b. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). d. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. e. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar dan ia akan belajar dan mengingat dengan baik. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa prinsip belajar adalah mengarahkan guru pada hal - hal yang harus dilakukan dalam pembelajaran yang terarah dan terorganisir, agar potensi yang dimiliki siswa dapat meningkat secara komprehensif serta keaktifan siswa dalam pembelajaran menjadi meningkat. 9 2.1.3 Aktivitas Belajar Anitah (2008) menyatakan bahwa proses belajar merupakan rangkaian aktivitas siswa melalui pengalaman belajar (learning experience) untuk membentuk perilaku siswa. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti, sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar dan lain sebagainya. Menurut Diendrich dalam (Sardiman, 2011) menggolongkan aktivitas sebagai berikut: 1) Visual activities, misalnya: gambar, demonstrasi, percobaan. membaca, memperhatikan 2). Oral activities, misalnya: bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi. activities, misalnya: 3). Listening mendengarkan uraian, diskusi dalam kelompok. 4). Writing activities, misalnya: menulis laporan, menyalin hasil laporan. 5). Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, dan membuat diagram. 6). Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, 7). Mental activities, misalnya: mengingat, menganalisis, mengambil keputusan, memecahkan permasalahan 8). Emotional activities, misalnya: Berani dalam mengeluarkan pendapat. Trinandita (1984) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. 10 Dari pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa yang terjadi selama proses pembelajaran harus menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa sendiri. Kegiatan-kegiatan tersebut terdiri dari bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. 2.1.4 Hasil belajar Menurut Nasution (1996) hasil belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Selain itu menurut Oemar Hamalik (2001) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Selanjutnya menurut Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Kemudian Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Menurut Anni (2007) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu, hasil belajar dapat dilihat dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajar setelah mengalami proses belajar. Sedangkan Bloom (dalam Anni, 2007) mengemukakan bahwa belajar dibagi menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dari pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan pola dari tindakan, nilai, sikap apresiasi dan keterampilan sebagai hasil pengalaman kegiatan belajar. Kegiatan belajar tersebut melibatkan tiga ranah yang melibatkan pemikiran, sikap serta keterampilan siswa. 11 2.2 IPA dan Pengajarannya IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahaun seperti keterampilan keingintahuan, keteguhan hati, dan juga keterampilan dalam hal melakukan penyelidikan ilmiah. Para ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam, menggunakan proses dan sikap ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Kamdi (2010) mengemukakan bahwa dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuanpenemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum - hukum, dan teori sains. 1) Fakta dalam IPA adalah pertanyaan - pertanyaan tentang benda yang benar ada, atau peristiwa yang betul terjadi dan sulit dikonfirmasi secara obyektif. Contoh atom hydrogen mempunyai satu elektron, merkuri adalah planet terdekat dengan matahari, ular termasuk golongan reptilia. 2) Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta - fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubunganya. Contoh semua zat tersusun atas partikel - partikel, benda benda hidup dipengaruhi oleh lingkungan, materi akan berubah tingkat wujudnya bila menyerap atau melepaskan energi. 3) Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep konsep IPA. Contoh udara yang panas dapat menimbulkan pemuaian, adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas dan pemuaian. 4) Hukum alam adalah prinsip - prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat relatif tetapi karena mengalami pengujian - pengujian yang lebih 12 keras daripada prinsip, maka hukum alam bersifat lebih kekal. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta - fakta, konsep konsep, dan prinsip - prinsip yang saling berhubungan. Teori ilmiah membantu kita memahami, memprediksi dan kadang mengendalikan berbagai gejala alam. Contoh teori meteorologi membantu para ilmuwan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk (Srini, 2001). Jadi pada hakekatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, melainkan IPA bersumber dari berbagai komponen yang membentuknya. IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala - gejala alam yang belum dapat direnungkan. IPA menggunakan apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan untuk memahami apa yang belum diketahui. Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan kemudian berhasil dipecahkan akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara dinamis. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses. Siswa dituntun untuk menemukan fakta - fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah. Siswa dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan. Muchtar dkk (2004) menjelaskan bahwa prinsip - prinsip pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar sebagai berikut : a) Materi pembelajaran di susun berdasarkan penyesuaian terhadap kurikulum berbasis kompetensi (KBM) dan memiliki keterbacaan tinggi agar siswa tidak bosan dalam membacanya. b) Pemberian Ilustrasi, dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kepada siswa dengan mempergunakan contoh - contoh gambar dari setiap materi 13 belajar dan untuk manarik minat siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. c) Aktivitas kegiatan merupakan penerapan percobaan-percobaan yang dilakukan siswa baik individu maupun kelompok yang bertujuan agar siswa memiliki pengalaman nyata dalam memahami suatu materi pelajaran yang diberikan. d) Aktivitas tugas, pemberian tugas baik individu maupun kelompok dimaksudkan agar siswa aktif dan dapat memecahkan masalah yang ditemukan. Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran IPA diorientasikan pada tercapainya tujuan pembelajaran. kelas V SD/MI Melalui model pembelajaran Goup Investigation (GI) diharapkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA kelas V SDN Salatiga 03. 2.2 Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Menurut Depdiknas (2007) pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dalam proses ilmiah. Menurut Winataputra (1992) sifat demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh keputusan - keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam kontek masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan namun dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran, serta guru membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang dibutuhan siswa untuk 14 dapat menggali berbagai informasi yang sesuai serta dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Ibrahim dkk (2000) menyatakan dalam pembelajaran model Group Investigation (GI), yaitu guru membagi kelas menjadi kelompok - kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep - konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa. Menurut Slavin (Asthika, 2005) mengemukakan tahapan tahapan dalam menerapkan model pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut : a. Tahap Pengelompokan (Grouping) Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan. b. Tahap Perencanaan (Planning) Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang 1) Apa yang mereka pelajari, 2) bagaimana mereka belajar, 3) siapa dan melakukan apa, dan 4) untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut. 15 c. Tahap Penyelidikan (Investigation) Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan sebagai berikut, 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki. 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok. 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya 1) siswa menemukan cara-cara pembuktian sifat – sifat cahaya, 2) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumuplan informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki. 3) siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki. d. Tahap Pengorganisasian (Organizing) Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut, 1). Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, 2). Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. e. Tahap Presentasi (Presenting) Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut, (1). Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian. (2). Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar. (3). Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Misalnya 1) siswa 16 yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan. 2) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan. 3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji. f. Tahap evaluasi (evaluating) Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut, 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya. 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya, 1) siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan. 2) siswa menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain. 3) guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus. 2.3.1 Kelebihan Model pembelajaran Group Investigation (GI) Setiawan (2006) mendeskripsikan beberapa kelebihan pembelajaran Group Investigation (GI) yaitu sebagai berikut : 1) Secara Pribadi a) Dalam proses belajar siswa dapat bekerja secara bebas. b) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. c) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat. d) Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah. dari model 17 2) Secara Sosial a) Meningkatkan belajar bekerjasama. b) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru. c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis. d) Belajar menghargai pendapat orang lain. e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. 3) Secara Akademis a) Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan. b) Bekerja secara sistematis. c) Mengembangkan dan melatih keterampilan ilmu IPA dalam berbagai bidang. d) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya. e) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat. 2.3.2 Kelemahan Model pembelajaran Group Investigation (GI) Model Pembelajaran Group Investigation selain memiliki kelebihan juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut : a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal. c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, modelpembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri. d) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. e) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami. 18 Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, jelas bahwa model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mencari sendiri secara penyelesaiannya. Dengan demikian siswa akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar siswa akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama (Setiawan, 2006). 2.4 Teori Belajar yang Mendasari model pembelajaran group Investigation (GI). 2.4.1 Teori Kognitif Teori kognitif berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Prinsip kognitif banyak dipakai dalam dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem intruksional. Prinsip-prinsip tersebut anatar lain : 1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu. 2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks. 3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada hanya dengan menghafal. Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra operasioal, konkrit dan abstrak. 19 2.4.2 Teori Kontruktivisme Menurut Thobroni (2011), teori kontruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan dan teknologi. Adapun karakteristik atau ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah sebagai berikut : a. Memberi peluang kepada pembelajar untuk membina pengetahuan baru melalui keterlibatannya dalam dunia yang sebenarnya. b. Mendorong ide - ide pembelajar sebagai panduan merancang pengetahuan c. Mendukung pembelajaran secara kooperatif d. Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh pembelajar e. Mendorong pembelajar mau bertanya dan berdialog dengan guru f. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran g. Mendorong proses inkuiri pembelajar melalui kajian dan eksperimen 2.5 Pembelajaran IPA dengan menggunakan model Group Investigation (GI) Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajarann Group Investigation (GI) yaitu guru memilih materi yang sesuai untuk diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran GI. Misalnya pada materi IPA kelas V mengenai sifat – sifat cahaya. Alasannya dengan mempelajari materi ini siswa secara berkelompok dapat melakukan percobaan terhadap sifat – sifat cahaya seperti cahaya merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat dibiaskan. Sumber atau bahan bisa digunakan berupa benda asli, seperti cahaya matahari, cahaya listrik, cahaya api, lampu senter, dan lain-lain sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Hal ini kemudian didiskusikan dengan anggota kelompok tentang hasil percobaan tersebut. 20 2.6 Penelitian yang Relevan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh Apriliana, Nining Ramadani (2011) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) Untuk Meningkatkan Pelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN Soso 03 Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan pada siklus I rata-rata penerapan model pembelajaran GI diperoleh 76%. Pada siklus II meningkat menjadi 83,6% kenaikan dari siklus I ke siklus II pada penerapan pembelajaran IPA dengan model GI sebesar 7,6%. Aktivitas pada siklus I rata-rata klasikal yang didapat yaitu 53,5 aktivitas siswa meningkat pada siklus II yang mendapatkan rata-rata klasikal 70,5. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I meningkat, dari rata-rata 57,5 menjadi 70,5 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan pembelajaran IPA secara bertahap pada siswa kelas V SDN Soso 03 Kec. Gandusari Kab. Blitar dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI). Selain itu, Achmad Taufiq (2011) melalukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Klampok 03 Singosari Malang, dengan judul PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION di SDN KLAMPOK 03 SINGOSARI KABUPATEN MALANG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif group investigation (GI) untuk pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Klampok 03 Singosari dengan standar kompetensi. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dapat dilaksanakan dengan efektif. Keaktifan siswa meningkat dari 53,33 pada awal siklus I menjadi 63,17 pada akhir siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari rata-rata 55,75 dan ketuntasan kelas 39,02% sebelum tindakan menjadi rata-rata 67,05 dan ketuntasan kelas mencapai 65% pada akhir siklus II. 21 Dari beberapa kajian tentang penelitian tindakan kelas di atas, bisa dijadikan acuan peneliti dalam memilih model pembelajaran dalam mengatasi permasalahan pembelajaran khususnya pelajaran IPA. Dengan acuan yang sudah didapat dari peneliti-peneliti sebelumnya dan melihat permasalahan yang berada di lapangan, maka peneliti dalam penelitian tindakan kelas khususnya mata pelajaran IPA ini mengambil judul Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 03 Tahun Ajaran 2012 / 2013. 2.7 Kerangka Berfikir Bertolak dari pemikiran bahwa membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa menerima konsep yang harus dikuasainya secara otomatis. Langkah membawa siswa aktif dalam belajar merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaikan suatu materi ajar, terutama pada materi ajar cahaya dan sifatnya yang selama ini masih dirasakan belum cukup baik, walaupun guru sudah menggunakan dan mengkolaborasikan beberapa model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas selama ini. Dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Kondisi akhir yang diharapkan adalah meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti bagan dibawah ini. 22 Hasil Akhir Tindakan Kondisi Awal Guru : Mengajar dengan model konvensional Penerapan model pembelajaran group investigation (GI) Siswa : Siklus 1 : Menerapkan model pembelajaran GI materi ajar cahaya dan sifatnya Keaktifan dan hasil belajar siswa rendah Mengevaluasi kegiatan pembelajaran pada siklus 1. Mempersiapkan bahan yang diperlukan siklus ke II Melalui penerapan model pembelajaran group investigation (GI), diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada Siklus : mata II pelajaran Menerapkan model IPA. pembelajaran GI materi ajar cahaya dan sifatnya dengan maksimal. Gambar 2.1 Skema kerangka berfikir 2.8 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipótesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Melalui penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI), maka dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 03 Salatiga pada mata pelajaran IPA tentang cahaya dan sifatnya semester II tahun ajaran 2012 / 2013. 2. Dengan penggunaan model pembelajaran Group Investigation ( GI ), maka hasil belajar IPA kelas V di Sekolah Dasar Negeri Salatiga 03 akan meningkat.