BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika SMP 1. Belajar Belajar pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang memfungsionalkan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan untuk menerapkan matematika pada bidang-bidang lain. Menurut Budiningsih (2004: 34) belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Menurut Sagala (2003: 12) belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan, melainkan perubahan kelakuan. 8 Bower & Hilgart (1981: 11) yang mendefinisikan belajar sebagai berikut: Learning is the process by which an activity originates or is chargedthrought training procedures (whether in the laboratory or in thenatural environment) as distinguished from changes by factor notattributable to training. It refers to the change in a subject'sbehavior or behavior potential to a given situation brought about bythe subject's repeated experiences in that situation, provided thebehavior change cannot be explained on the basis of the subject'snative response tendencies, maturation, or temporary states. Dapat diartikan bahwa belajar merupakan proses aktivitas yang didasarkan dari prosedur pelatihan (baik di dalam laboratorium ataupun di lingkungan alami) yang hasilnya diperlihatkan oleh faktor yang tidak terkait langsung dengan pelatihan. Hal ini mengacu pada perubahan perilaku dari subjek atau potensi perilaku yang akan ditunjukkan oleh subjek pada suatu situasi yang subjek munculkan kembali dari pengalaman subjek pada situasi semacam itu, perubahan perilaku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon alami dari subjek, kematangan atau keadaan sementara. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dana pengetahuan dari generasi ke generasi (Dimyati & Mudjiono, 2006: 42). Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, baik 9 yang segera kelihatan dalam perilaku nyata atau pun yang masih tersembunyi. Perubahan itu juga dapat terjadi hanya pada penyempurnaan terhadap hal yang sudah pernah dipelajarinya. Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa belajar adalah proses atau kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan ajar dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan, melainkan perubahan kelakuan. Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, baik yang segera kelihatan dalam perilaku nyata atau pun yang masih tersembunyi. Perubahan itu juga dapat terjadi hanya pada penyempurnaan terhadap hal yang sudah pernah dipelajarinya. 2. Pembelajaran Konsep dasar pembelajaran sebenarnya telah dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Hamalik (2001: 44) mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau murid di sekolah, sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa, guru mengharapkan siswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih oleh guru hendaknya relevan dengan tujuan pelajaran yang akan diberikan dan disesuaikan dengan struktur kognitif siswa. Dengan demikian mengajar dapat digunakan untuk 10 melihat bagaimana proses belajar berjalan. Tidak hanya menyatakan dan memerintahkan atau tidak hanya membiarkan siswa belajar sendiri, tetapi mengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari, bertanya, menebak, menalar, dan mendebat. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru, guru menyampaikan pengetahuan kepada siswa dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari, bertanya, menebak, menalar, dan mendebat. 3. Matematika SMP Matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur, satu bagian tidak terlepas dari bagian lainnya. Selanjutnya menurut Runtukahu & Kandou (2014: 42) sebuah topik matematika yang telah dipelajari anak tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan topik matematika yang mendahuluinya. Seandainya anak tidak mengetahui topik pertama, ia akan mengalami kesulitan belajar topik yang kedua dan seterusnya. Lebih lanjut menurut Resnick & Ford (Hamzah & Muhlisrarini, 2014: 42) menyatakan bahwa “a hierarchy is generated by considering the target task and asking, what would (this child) have to know and how to do in order to perfprm this task?”. Hirarki belajar matematika harus didusun dari atas ke bawah dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, prasyarat yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari kemampuan dan keterampilan yang di atasnya. Prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula, 11 misalkan dalam problem solving membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya, yang masih membutuhkan kemampuan membedakan sebagai prasyarat berikutnya lagi. Chambers (2008: 7) memberikan definisi matematika sebagai berikut: Mathematic is objective fact a study of reason and logic, a system of rigour, purity and beauty; free from societal influences; self contained; and interconnected structure. “Mathematic is study of petterns, relationship, and rich interconnectedideas (the puris view). It also tool for solving problem in a wide range of contexis. Matematika adalah fakta objektif, belajar dari penalaran dan logika, sebuah sistem ketelitian, kemurnian dan keindahan, bebas dari pengaruh sosial, mandiri dan struktur yang saling berkaitan. Matematika merupakan belajar tentang pola, hubungan, dan ide-ide yang saling berkaitan. Hal ini juga digunakan untuk memecahkan masalah pada cakupan yang lebih luas terhadap beberapa konteks. Secara estimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan ilmu yang lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintetis dengan penalaran didalam struktur kognitif. Sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. James (Suherman, 2003: 16) 12 mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan atau dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, anailisis, dan geometri. Penelitian ini rencananya ditujukan untuk kelas VIII MTs Al Falaah pada pembelajaran matematika yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada KTSP terdapat SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) yang harus di capai. Berikut ini adalah SK dan KD yang digunakan dalam penellitian ini. Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagiannya, serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar (KD) 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus,balok, prisma dan limas Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang terstruktur dan saling berkaitan dengan topik-topiknya. Tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan atau dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljbar, anailisis, dan geometri. Pada penelitian ini bidang yang akan digunakan yaitu geometri pada materi bangun ruang. 4. Keefektifan Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 284) kata efektif mempunyai arti ada efek, pengaruh atau 13 akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dengan membawa hasil atau berhasil guna. Keefektifan bisa diartikan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Sadiman (Triyanto, 2009: 20) keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui keefektifan mengajar dapat dilakukan dengan memberikan tes, karena dengan hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam pembelajaran yaitu kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran. dimana model pembelajaran dipengaruhi oleh faktor tujuan, siswa, situasi, fasilitas dan pengajar itu sendiri. Menurut Seomosasmito (Triyanto 2009:20) menyatakan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa syarat utama keefektifan pembelajaran, yaitu: a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. c. Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (b), tanpa mengabaikan butir (d). Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa keefektifan belajar adalah keberhasilan yang dapat diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk mengetahui 14 keefektifan mengajar dapat dilakukan dengan memberikan tes, karena dengan hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran. B. Model Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajarn di kelas atau pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain Joyce (Triyanto, 2009: 22). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran untukmembantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Menurut Arends (Triyanto, 2009: 22) menyatakan, ”The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system”. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, model, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, model atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). 15 c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. d. Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas untuk membantu tujuan tercapainya tujuan pembelajaran. 2. Model Group Investigation Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan pertamakali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyedikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada yang berpusat pada guru. Pedekatan ini juga memerlukan mengajar siswa ketrampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang dalam atas 16 topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyampaikan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas. Sahran (Triyanto, 2009: 80) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi enam fase, yaitu: a. Memilih Topik Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam angota tiap kelompok menjadi kelompokkelompok yang berorientasi tugas. Kelompok-kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis. b. Perencanaan Kooperatif Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. c. Implementasi Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenisjenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. 17 d. Analisis dan Sintesis Siswa menganalisais dan menyintesis informasi yang di peroleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk di presentasikan kepada seluruh kelas. e. Presentasi Hasil Final Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasikan oleh guru. f. Evaluasi Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual dan kelompok. Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa model Group Investigation adalah pembelajaran yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik untuk diselidiki dan mempresentasikan kepada seluruh kelas. Dengan melaksanakan enam langkah (1) memilih topik, (2) Perencanaan kooperatif, (3) implementasi, (4) analisis dan sintesis, (5) resentasi hasil final, (6) evaluasi. 18 3. Model Konvensional Model konvensional merupakan model pembelajaran tradisional atau disebut juga model ceramah, karena sejak dulu model ini telah diperguanakan sebagai alat komunikasi antara guru dengan anak didik dalam proses pembelajaran. Hudojo (1998: 126) menyatakan model ceramah merupakan suatu model penyampaian informasi, dimana guru berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan atau menerimanya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Newby, Stepich, Lehman, et al (2000 :6) yaitu bahwa “…the tradisional view of teaching and learning is one which the teacher stands and delivers the coment, while students sit and receive.” Artinya bahwa pandangan tradisional tentang pengajaran dan pembelajaran adalah guru berdiri dan menyampaikan materi, sementara siswa duduk dan menerima. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran biasanya didominasi oleh guru. Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru (teacher centre learning). Sanjaya (2006: 233) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi: secara pasif, pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak, perilaku dibangun atas proses kebiasan, kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan, tujuan akhir adalah penguasaan materi. 19 Jacobsen, Eggen, & Kauchak (2009: 215) mengungkapkan beberapa kelebihan dari model ceramah antara lain: a. Membantu siswa memperoleh informasi yang tidak mudah diperoleh oleh cara-cara yang lain: ceramah bisa menjadi efektif jika tujuannya adalah untuk member siswa informasi yang jika mereka mencoba menemukannya sendiri akan memakan waktu berjam-jam. b. Membantu siswa dalam memadukan informasi dari sumber-sumber yang berbeda. c. Menyingkapkan siswa pada cara pandang yang berbeda. d. Ketika periode perencanaan terbatas untuk menyusaun konten, ceramah justru sangat menghemat waktu tenaga. e. Fleksibel ceramah bisa digunakan untuk hampir semua bidang konten. f. Relatif sederhana jika dibandingkan dengan strategi-strategi pengajaran yang lain. Guru cukup “hanya” berkonsentrasi pada penyusunan dan penyajian konten. Bahkan, guru pemula pun dapat belajar untuk menampaikan ceramah-ceramah yang dapat diterima. Jacobsen, Eggen, & Kauchak (2009: 215) mengungkapkan beberapa kelemahan dari model ceramah antara lain: 1) Tidak efektif untuk menarik dan mempertahankan perhatian siswa. Kita semua duduk mendengarkan ceramah-ceramah yang hanya membuat otak pening dengan tujuan hanya untuk melewati waktu cepat berlalu. 20 2) Ceramah tidak memungkinkan guru untuk memeriksa presepsi dan pemahaman siswa yang tengah berkembang. Guru tidak dapat menentukan apakah siswa sudah menerjemahkan informasi dengan tepat atau tidak. 3) Meskipun relatif mudah bagi guru, ceramah seringkali memaksakan sebuah muatan kognitif yang berat pada siswa, sehingga informasi seringkali diabaikan sebelum siswa sempat mampu memodeling-nya dalam ingatan jangka panjang mereka. 4) Ceramah menempatkan siswa pada peran yang pasif. Hal ini tidak sesuai dengan pandangan kognitif tentang pembelajaran dan sering kali dikritik karena kelemahannya sebagai strategi pengajaran yang berguna bagi siswa. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa langkah-langkah untuk pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut: a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, menyampaikan definisi, teori dan lain-lain. b. Guru memberikan contoh soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. c. Siswa mengerjakan latihan soal. d. Guru mengevaluasi jawaban siswa. Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh guru. Dimana guru 21 berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan dan pembelajaran lebih mengutamakan hafalan dan hasil. C. Motivasi dan Prestasi Belajar 1. Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengrtian ini, maka motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (Eveline & Hartini, 2014: 51) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme. Sedangkan Imron (Eveline & Hartini, 2014: 51) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak Imron (Eveline & Hartini, 2014: 51). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Eveline & Hartini, 2014: 51). a. Jenis Motivasi Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional. 22 b. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar. c. Upaya-upaya Memotivasi dalam Belajar Dalam kenyataan, motivasi dalam belajar kadang naik begitu pesat dan kadang turun secara drastis. Karena itu perlu ada semacam upaya untuk memotivasi pembelajar. Menurut Imron (dalam Eveline & Hartini, 2014: 55) mengemukakan empat upaya yang dapat dilakukan guru guna meningkatkan motivasi belajar. Empat cara tersebut adalah sebagai berikut: 1) Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar. 2) Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran. 3) Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran juga adalah faktor yang mempengaruhi motivasi. Jika guru tidak bergairah dalam proses pembelajaran maka akan cenderung menjadikan siswa atau pembelajaran tidak memiliki gairah dalam membelajarkan pembelajaran tidak memiliki motivasi belajar, tetapi sebaliknya jika guru memiliki 23 gairah dalam membelajarkan pembelajaran maka motivasi pembelajar akan lebih baik. Hal-hal yang disajikan secara menarik oleh guru juga menjadi sesuatu yang mempengaruhi tumbuhnya motivasi pembelajar atau pengalam/ kemampuan yang telah dimiliki. 4) Mengembangkan aspirasi dalam belajar. d. Indikator Orang Termotivasi Orang termotivasi dapat dilihat dari cirri-ciri yang ada pada diri orang tersebut. Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa ciri-ciri atau indikator motivasi antara lain: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan citacitamasa depan; (4) Adanya Adanyakegiatan yang menarik penghargaan dalam dalam belajar; (5) kegiatan belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif. Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi dalam diri seseorang menimbulkan atau menyebabkan perilaku atau tingkah laku untuk melakukan aktifitas guna mencapai tujuan yang diinginkan oleh individu tersebut. 2. Prestasi Belajar Prestasi berasal dari kata prestatie dalam bahasa Belanda, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil atau usaha (Arifin, 1991: 1). Arends& Kilcher (2010: 59) mengatakan bahwa “achievement is satisfied when students strive to learn particular subjects or acquire difficult skills and are successful in their quest”. Prestasi merupakan kepuasan ketika 24 siswa berusaha untuk mempelajari mata pelajaran tertentu untuk memperoleh keterampilan yang sulit dan mencapai keberhasilan dalam upaya mereka. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses-proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari evaluasi. Tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima pengalama belajarnya. Menurut Poerwadarminto (1997: 787) bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tersebut atau dengan nilai yang diberikan guru. Sedang menurut Hudoyo (1990: 139) hasil belajar matematika adalah kemampuan menampilkan pemahaman dan penguasaan setelah mempelajari matematika. Menurut Syah (2010: 148) indikator prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut: 25 Tabel 3. Indikator Prestasi Belajar Siswa Ranah Cipta Jenis Prestasi Kognitif 1. Pengamatan 2. Ingatan 3. Pemahaman 4. Penerapan 5. Analisis Indikator Dapat membandingkan Dapat menyebutkan Dapat menunjukkan kembali Dapat menjelaskan Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Dapat memberikan contoh 1. Dapat menguraikan 1. 1. 2. 1. 2. Cara Evaluasi 1.Tes Tertulis 1.Tes Tertulis 2.Tes Tertulis 1.Tes Tertulis 2.Tes Tertulis 1.Tes Tertulis 1.Tes Tertulis Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil tingkat penguasaan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya atau sebagai tingkat penguasaan pengetahuan, keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. D. Kajian Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mutmaniah yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDIT Bina Insani Tahun 2013”. Dimana kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah model Group Investigation dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDIT Bina Insani. Hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian melalui angket motivasi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Haffidianti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Meningkatkan Hasil 26 Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Bangun Ruang Kelas VIII F MTS NEGERI 1 SEMARANG Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dimana kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F MTS NEGERI 1 SEMARANG Tahun Pelajaran 2010/2011. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Andhika Ayu Wulandari yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Model Group Investigation dan Brainstorming Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Laweyan Pada Pokok Baasan Sifat-Sifat Bangun Datar Ditinjau Dari Aktifitas Belajar Siswa”. Dimana kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah model group investigation memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan model Brainstormin. E. Kerangka Berfikir Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu model pembelajaran Group Investigation, motivasi dan prestasi belajar. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan guru dan motivasi belajar siswa. Melalui Group Investigation, dapat dimungkinkan prestasi belajar matematika siswa akan lebih baik. Hal ini disebabkan keheterogenan dalam menyusun suatu kelompok dalam pembelajara. Dalam suatu kelompok ini, dapat digunakan siswa sebagai sarana sosial dalam proses pembelajaran dan terlibat secara maksimal. Dalam pembelajaran kooperatif ini dapat mendorong siswa 27 untuk aktif kebersamaan dalam proses pembelajaran dan didapatkan adanya dalam proses menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model pembelajaran ini pula terdapat interaksi antar siswa dalam kelompoknya maupun interaksi antara siswa dan guru sebagai pengajar sehingga membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajan pustaka dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, dapat disampaikan beberapa hipotesis penelitian, sebagai berikut: 1. Penggunaan model group investigation efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII MTs Al Falaah. 28 2. Penggunaan model konvensional efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika pada siswa VIII MTs Al Falaah. 3. Penggunaan model group investigation lebih efektif daripada model konvensional ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII MTs Al Falaah. 29