8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tertib Administrasi Kepala Sekoolah 1. Pengertian Tertib Administrasi Sebelum penulis memberikan pengertian tentang administrasi, terlebihdahulu diuraikan pengertian tertib. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa tertib adalah “teratur atau rapi menurut aturan.”1 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tertib adalah sesuatu yang teratur dengan rapi menurut aturan. Dengan demikian yang dimaksud dengan tertib dalam skripsi ini adalah administrasi yang teratur dengan rapi menurut aturan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Pada dasarnya pengertian administrasi merupakan penerapan pengertian administrasi dalam arti luas, agar tidak terjadi kesalah pahaman disarankan agar menggunakan istilah tatausaha tidak berlaku untuk administrasi. Istilah administrasi berkaitan erat dengan istilah manajemen. Menurut Sondan P. Siagian. Administrasi adalah sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.2 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 702 2 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengatar Operasional Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, h. 17 8 9 Permasalahan yang menyelenggarakan kerja untuk mencapai tujuan, inilah yang menjadi masalah dari pada manajemen. Karena intisari dari pengertian dari pada manajemen ialah “suatu proses/usaha dari pada orang-orang secara kerja sama untuk mencapai sustu tujuan yang telah ditetapkan.”3 Jadi administrasi adalah penyelenggaraannya, dan manajemen adalah orang-orang yang akan menyelenggarakan kerja. Maka kombinasi dari keduanya adalah penyelenggaraan kerja yang dilakukan oleh orang-orang bersama-sama (kerja sama) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ke dua pengertian tentang tertib dan administrasi, yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah administrasi dalam pendidikan yang tertib dan teratur, sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pendidikan bagi Kepala Sekolah dan Guru. Peningkatan kemampuan tersebut akan berakibat positif, yaitu makin meningkatnya efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut. “Secara umum pengertian tertib administrasi adalah tertata dan terlaksana dengan rapi, teratur, menurut aturan terhadap semua kegiatan kantor dan tata usaha, atau pengertian administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksan untuk mencapai tujuan”,4 Administrasi suatu lembaga pendidikan merupakan suatu sumber utama manajemen dalam mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga 3 Ibid., 4 http://www.radartegal.com/index.php/Pentingnya-Administrasi-Desa.html, Akses-tgl.5,maret,2012 10 tercapainya suatu tujuan terpenting pada lembaga pendidikan tersebut. Yang sangat diperlukan oleh para pelaku pendidikan untuk melakukan tugas dan profesinya. Kepala Sekolah dan guru disekolah sangat memerlukan data-data tentang siswa, kurikulum, sarana dan sebagainya untuk pengelolaan sekolah sehari-hari. Pengawas pendidikan di semua tingkat memerlukan data-data tersebut sebagai bahan sarana supervisi. Kepala sekolah adalah “guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.”5 Kompleksnya tugas-tugas sekolah membuat lembaga itu tidak mungkin lagi berjalan baik, tanpa kepala sekolah yang profesional dan berjiwai inovatif. Hasil penelitian meneunjukan bahwa keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan banyak ditentukan oleh kapasitas kepalahnya, di samping adanya guru-guru yang kempoten di sekolah itu. Menurut Gibson dalam bukunya Sudarwan Danim menyatakan bahwa: Masalah yang muncul di lembaga pendidikan kita saat ini adalah mengadaan tenaga administrator pendidikan yang nampaknya masih didasarkan atas proses pembiakan (embreeding process), belum didasarkan atas pendekatan karir administrator.6 Senada dengan pendapat di atas, menurut pendapat Sutisna, mengatakan bahwa: pengembagan administrator pendidikan itu sendiri, juga masih 5 6 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan “dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002, h. 146 Ibid., h. 145 11 mengandalkan upaya-upaya insedental, Seperti penataran, pelatihan, lokakarya, rapat dinas, dan lain-lain.7 Dari kedua pendapat di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa meskipun guru yang mendapat “tugas tamabahan”, kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendididikan yang inivetif disekolah penerimaan para kepala sekolah terhadap inovasi dalam bidang administrasi pendidikan merupakan kunci utama penerimaan dan staf sekolah pada umunya, termasuk anak didik terhadap inovasiinovasi yang akan diterapkan di sekolah. Pakar pendidikan dan administrasi pendidikan cenderung sependapat bahwa kemajuan besar dalam pendidikan hanya mungkin dicapai jika administrasi pendidikan itu sendiri dikelola secara inovatif atau pembaharuan. Pendidikan dan pengalaman yang dimiliki kepala sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi kepemimpinannya. Disamping itu pendelegasian supervisi kepadanya, kesadarannya terhadap fungsinya sebagai pemimpin pendidikan serta waktu yang dapat dipakai oleh kepala sekolah untuk menjalankan tugasnya, faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kesempatan kepala sekolah untuk mengembangkan kepemimpinannya. Tidak semua kepala sekolah mengerti maksud kepemimpinan, kualitas serta fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh pemimpin pendidikan. Setiap 7 Ibid., 12 orang yang memberi sumbangan bagi perumusan dan pencapaian tujuan bersama adalah pemimpin, namun individu yang mampu memberi sumbangan lebih besar terhadap perumusan tujuan serta terhimpunnya kelompok di dalam kerjasama mencapainya, dianggap sebagai pemimpin yang sebenarnya. Orang yang memegang jabatan kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan, hal ini mungkin benar tetapi kepemimpinan itu sendiri bukanlah fungsi jabatan, titel kepala sekolah belum jaminan bahwa kepala sekolah adalah kepemimpinan pendidikan.8 Jadi kepala sekolah bukan hanya mengembangkan dan menyerahkan sesuatu program kepada guru untuk dilaksanakan. Kepala sekolah sebagai pemimpin resmi dan sekaligus sebagai supervisor ia harus mampu menggunakan proses-proses demokrasi atas dasar kualitas sumbangannya. Ia bertindak sebagai konsultan bagi guru-guru yang dapat membantu mereka memecahkan permasahan mereka. Ia berusaha meningkatkan kemampuan staf untuk berkeja dan berfikir bersama. Seorang kepala sekolah harus mampu mengatasi setiap perbedaan pendapat dan mengambil keputusan melalui pertimbangan kelompok sebagai supervisor kepala sekolah jangan memveto keputusan kelompok, melainkan menerima sebagai dasar pertimbangan selanjutnya. 9 Kepala sekolah adalah sebagai yang bertanggung jawab di sekolah mempunyai kewajiban menjalankan sekolahnya. Ia selalu berusaha agar sekolahnya berjalan lancar, misalnya : 8 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1982, h. 25 9 Ibid., 26 13 a. Murid-murid dapat belajar pada waktunya. b. Guru-gurunya siap untuk memberikan pelajaran. c. Waktu untuk belajar dan mengajar agar teratur. d. Fasilitas dan alat-alat lainnya yang diperluhkan dalam kegiatan belajar mengajar ini harus tersedia dalam keadaan yang membantu kegiatan belajar mengajar. e. Keuangan yang diperluhkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar harus diusahakan dan digunakan sebaik-baiknya. Dengan singkat maka dapat dirumuskan bahwa kepala sekolah harus berusaha agar potensi yang ada di sekolahnya baik potansi yang ada pada unsur manusia maupun yang ada pada alat-alat, perlengkapan, keuangan dan sebagainya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar tujuan sekolah dapat tercapai dengan sebaik-baiknya pula. jadi kepala sekolah adalah seorang administrator sekaligus supervisi pendidikan. Supervisi merupakan salah satu tugas dari pada administrasi kepala sekolah, dalam istilah sehari-hari terdapat kata-kata supervisi yang diartikan dengan kepengawasan dan juga inpeksi yang diartikan dengan kepenilikan. Inspeksi biasanya dianggap sebagai kegiatan-kegiatan mengontrol atau memeriksa apakah semua pekerjaan sudah dilakukan sebagaimana mestinya, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diberikan. Sedangkan supervisi adalah mengawasi untuk mengumpulkan berbagai data, dan kemudian data-data itu di pergunakan sebagai bahan pengolahan untuk 14 menemukan masalah-masalah dan kesulitan-kesulatan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk mencari jalan kearah perbaikan dan peningkatan. 10 Seorang kepala sekolah dalam pengetahuan dan dalam soal ijazah banyak guru yang setaraf bahkan mungkin ada yang melebihi kepala, guru-guru pada umumnya sudah mempunyai pengalaman dan keahlian profesional dan dalam sosial ekonomi banyak guru yang setaraf. Karena itulah bagi seorang kepala sekolah lebih berat melaksnaakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Lancar tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak hanya ditentukan oleh jumlah guru dan kecakapannya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan sekolahnya. Untuk meningkatkan kesanggupan mutu guru-gurunya pendidikan, itu dan bukanlah bagaimana yang kepala memanfaatkan sekolah dapat mengikutsertakan semua potensi yang ada kelompoknya semaksimal mungkin. Mengikutsertakan dan memanfaatkan anggota-anggota Di lembaga pendidikan tingkat menengah hampir sebagian besar belum ada tenaga administrasi sesuai yang diharapkan. Kepala Sekolah sebagai administrator di lingkungan sekolah yang dipimpinnya, dalam melaksanakan tugas administrasi dibantu oleh guru dengan cara membagi tugas administrasi mereka. Agar dalam melaksanakan tugas administrasi dan pelaporan, cepat dan benar diperlukan pedoman administrasi di tingkat sekolah. Jadi seorang kepala 10 Ahmad Rohani dan Abu Ahmad, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 1990, h. 73 15 sekolah dalam fungsinya sebagai administrator memerluhkan persyaratanpersyaratan lain disamping keahlian dan keterampilan teknis pendidikan terutama persyaratan dalam hal kepemimpinan, pengetahauan dan keterampilan dalam melaksanakan kepemimpinan. 2. Fungsi dan Tugas Administrasi Sekolah Semua kegiatan sekolah akan dapat berjalan lancar dan berhasil baik jika pelaksanaannya melalui proses-proses yang menurut garis fungsi-fungsi administrasi guru tersebut. yang mana fungsi-fungsi tersebut adalah: a. Perencanaan b. Seleksi c. Pengangkatan atau penempatan d. Pembinaan e. Kesejahteraan f. Penilaian atau Evaluasi g. Pemutusan Hubungan kerja.11 Berikut ini penulis akan menguraikan tentang fungsi-fungsi administrsai yang telah disebutkan di atas. Fungsi perencanaan administrasi guru ialah untuk mendapatkan calon tenaga pengajar yang memang dibutuhkan. Perencanaan merupakan proses awal dalam pelaksanaan untuk itu lembaga mampu merencanakan kebutuhan dimasa yang akan datang guna mendapatkan kebutuhan yang diperlukan dan guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Jadi dengan adanya perencanaan yang terarah dan sistematis pelaksanaan kegiatan akan berjalan lancar. 11 Bulkis Anggraini, http/Blokspot.com/ Akses-tgl.5,maret,2012 16 Fungsi seleksi administrasi guru ialah penyeleksian calon tenaga pengajar untuk direkrut atau diambil atas kebutuhan pada lembaga tersebut, yang mana penyeleksian juga harus dapat disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh lembaga misalnya : persyaratan administrasi, ujian (tes), dan wawancara dan persyaratan lainnya. a. Fungsi pengangkatan dan penempatan administrasi guru adalah mengangkat calon tenaga pengajar yang memang sudah diseleksi dan sudah dipertimbangkan oleh lembaga guna mendapatkan calon tenaga pengajar yang profesional. Sedangkan penempatan calon tenaga pengajar harus disesuaikan dengan bidang keahliannya masing-masing agar pelaksanaan tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif. b. Fungsi pembinaan administrasi guru ialah untuk membina tenaga pengajar agar dapat meningkatkan kompetensi, peningkatan moral, disiplin kerja, melalui pendidikan dan pelatihan. Pembinaan harus dilakukan terus menerus sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. c. Fungsi kesejahteraan administrasi guru ialah untuk meningkatkan prestasi kerja dengan memberikan motivasi dan kepuasan kerja melalui kompensas. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para tenaga pengajar sebagai balasan jasa untuk kerja mereka. Kesejahteraan tidak harus berupa materi semata melainkan juga pujian-pujian atas prestasi yang diraih oleh tenaga pengajar atau personil. 17 d. Fungsi penilaian atau evaluasi administrasi guru ialah sebagai control terhadap pelaksanaan yang sudah dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk itu pelaksanan evaluasi atau penilaian dapat berjalan secara efektif bila pelaksanaanya berjalan dengan baik. Fungsi pemutusan hubungan kerja administrasi guru ialah untuk mempertegas atau memperjelas keterikatan masa kerja yang sudah tidak ada. Hal ini misalnya adanya surat SK (surat keterangan) pensiun bahwa masa kerja dilembaga tersebut sudah selesai oleh sebab itu pelaksanaan pemutusan hubungan kerja dilakukan akhir selesai masa kerja. Bila kita melihat dari definisi-definisi di atas maka kita meyimpulkan bahwa tertib administrasi kegiatan tata usaha kantor (catat-mencatat, mengetik, menggandakan, dan sebagainya) dengan tujuan untuk pengarsipan berkas agar tidak tumpang tindih sehingga data yang terekam benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Tugas-tugas kepala sekolah yang dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu : 1. Merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah 2. Mengevaluasi kinerja guru 3. Mengevaluasi kinerja staf sekolah 4. Menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah 5. Membangun dan menciptakan iklim psikologi yang baik antar komunitas sekolah 6. Membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah 18 7. Menyusun penjadwalan kerja.12 Berdasarkan pandangan di atas peranan seorang kepala sekolah adalah menciptakan iklim dan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka yang penuh tanggung jawab peranan supervisor menjadi tiga bagian yaitu: B. Prefesionalisme Guru 1. Pengertian Sebelum penulis memberikan pengertian tentang profesionalisme, terlebihdahulu diuraikan pengertian profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. 13 Sedangkan “profesionalisme berasal dari bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional”.14 Sifat yang dimaksud adalah Seperti yang dapat ditampilkan dalam perbuatan, bukan yang dikemas dalam kata-kata yang diklaim oleh pelaku secara individual. Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesi itu.15 12 Amiruddin Siahan, dkk, Manajemen Pengawas Pendidikan, Quantum Teaching, Jakarta, 2006, h. 10 13 Kunandar, Guru Profesional, (Implemtasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta, Raja Grafindo, 2009, h. 31 14 Sudarwan Danim, op.cit, h. 23 15 Ibid., 19 Sedangkan Guru biasanya di artikan sebagai pendidik, pengajar. Pendidik merujuk pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik, pengajar merujuk pada pengembangan pengetahuan atau intelektual.16 Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka sebagai seorang guru yang profesionalisme mempunyai peran penting dalam meningkatkan dan mengembangkan kemempuan profesionalnya dalam proses belajar mengajar di sekolah sebagaimana profesinya bukan saja sebagai pendidik tetapi juga sebagai pengajar. Menurut Glickman yang dikutip Mulyasa, guru profesional memiliki dua ciri yaitu tingkat kemampuan yang tinggi dan komitmen yang tinggi. 17 Di samping itu guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar olehnya itu, guru harus betul-betul membawa siswa, guru harus berpengalaman luas dan kriteria bagi seorang guru dan harus memiliki kewibawaan. 18 Hal yang sama di ungkapkan Abdurrahman bahwa guru adalah seorang anggota masyarakat yang berkompoten dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan, serta tanggung jawab guru, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah.19 Begitu pula ungkapan Asnawir dan Basyiruddin Usma “Guru adalah pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai. 20 Guru 16 Ibid., h. 15 17 Mulyasa, StandarKompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, h. 13 18 Cece Wijaya, DKK, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung, Rosdakarya, 1992, h. 23 19 Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Ujung Pandang, Bintang Selatan, 1990, h. 57 20 Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta, Ciputat, 2002, h. 17 20 merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul-betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan di kembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama yang lainnya saling berhubungan (independend) dalam ikatan untuk mencapai tujuan. “Yang termasuk komponen belajar mengajar antara lain tujuan instruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga ajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya tujuan.”21 Dengan demikian seorang guru yang profesional harus merujuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang sebagi suatu profesi seperti guru. Guru yang profesional dalam melakukan tugasnya biasanya melakukan pekerjaan secara otonom dan dia mengabdikan diri pada pengguna jasa dengan disertai dengan rasa tanggung jawab atas kemampuan profesinalnya itu. Istilah otonom yang berarti yang diberi makna bahwa pekerjaan yang dilakukan seorang guru 21 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Rosdakarya, 1999, h. 5 21 penyandang profesi itu benar-benar sesuai dengan keahliaanya, misalnya seorang guru melakukan pekerjaan mulia dari mempersiapkan bahan ajar, melakukan tugas pembelajaraan hingga evaluasi, dan menetapkan nilai akhir untuk siswanya. Kedua, kinerja atau performance serorang guru dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. pada tingkat tinggi, kinerja itu dimuati unsur-unsur kiat dan seni yang menjadi ciri tampilan profesional. Seni dan kiat umumnya tidak dapat dipelajari secara khusu meskipun diasah melalui latihan, misalnya seorang guru dalam mengolah pertanyaan siswa, memberi umpan balik dan mengemas humor secara tepat selama mengajar serta kemampuan intuitif dalam mengambil kesimpulan atas sebuat fenomena yang dihadapinya. Menurut R.D. Lansbury dalam bukunya Sudarwan Denim, mengatakan bahwa: “dalam konteks profesionalisme, istilah profesi dapat dijelaskan dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan karakteristik, pendekatan istitusional dan pendekatan legalistik”.22 Dari pendekat tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pendekatan Karakteristik Pendakatan ini memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Seorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu menjadi bagian 22 Sudarwan Danaim, op cit., h. 25 22 integral dari kehidupannya. Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat atau karakteristik profesi itu menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1). Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, yaitu jenjang pendidikan tinggi, termasuk dalam kerangka ini pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimilikiseorang penyandang profesi. 2). Memiliki pengetahuan spesialisasi. Sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu, Siapa saja bisa menjadi “guru” tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran. 3). Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, yaitu pengetahuan khusu yang bersifat aplikatif dan didasari kerangka teori yang jelas dan teruji. 4). Memiliki Teknik kerja yang dapat dikomunikasikan, seorang guru harus mampu berkomunikasi dengan baik, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik. 5). Memiliki kapasitas pengorganisasikan kerja secara mandiri, istilah mandiri berarti kewenangan akademik yang melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelolah sendiri, tanpa bantuan orang lain. 6). Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap memberikan layana kepada anak didiknya pada saat diperlukan., apa di kelas, lingkungan sekolah, bahkan diluar sekolah 23 7). Memiliki kode etika. Kedo etika ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja, misalny kode etik PGRI. 8). Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang guru harus menerima sanksi pidana, sangsi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggung jawab kepada komunita, terutama anak didiknya. Replica tanggung jawab ini bisa berwujut disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran. 9). Mempunyai sistem upah. Yang dimaksudkan di sini adalah standar gaji. 10). Budaya profesinal, bisa berupa penggunaan symbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi yang lain. b. Pendekatan Istitusional Pendekatan ini memandang bahwa profesi dari segi proses institusional atau pengembangan asosiasional. Maksudnya, kemajuan suatu pekerjaan kearah pencapaian status ideal suatu profesi dilihat atas tahab-tahab yang harus dilalui untuk melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan menuju potensi yang sesungguhnya. Menurut pendapat Wilensky, T. Caplow, dalam bukunya Sudarwan Denim, mengemukakan lima tahap memprofesionalkan suatu pekerjaan, yaitu sebagai berikut: 1). Menetapkan perkumpulan profesi. Perkumpulan profesi merupakan sebuah organisasi yang keanggotaannya terdiri atas orang-orang yang seprofesi atau seminat. 24 2). Mengubah dan menetapkan pekerjaan itu menjadi suatu kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa keperjaan itu dibutuhkan masyarakat, umumnya dalam bentuk jasa atau layanan khusu yang bersifat khas. 3). Menetapkan dan mengembangkan kode etik. Kode etik merupakan normanorma yang menjadi acuan perilaku. Kode etik itu bersifat mengikat begi penyandang profesi, dalam makna bahwa pelanggaran kode etik berarti mereduksi martabat profesinya. 4). Melancarkan agitasi untuk memperoleh dukungan masyarakat. Dukungan di sini bermakna pengakuan tidak jarang pula suatu organisasi atau kelompok profesi mempunyai kekuatan khusus yang diperhitungkan masyarakat, pengasa, dunia kerja, dll. 5). Bersama-sama mengembangkan fasilitas latihan, yaitu merupakan wahana bagian penyandang profesi untuk mengembangkan kemampuan profesional menuju sosok profesi yang sesungguhnya. 23 Tahapan-tahapan untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan di atas tidak mutlak dilakukan secara rijid. Artinya tidak mutlak harus “menetapkan pekerjaan terlebih dahulu,” melainkan dapat diawali dengan mendirikan sekolah-sekolah sebagai wahana pendidikan. c. Pendekatan legalistik Pendekatan ini yaitu pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atas suatu profesi oleh Negara atau penmerintah, suatu pekerjaan profesi jika dilindungi undang-undang atau produk hukum yang ditepat pemerintah suatu Nagara. Berdasarkan sejumlah sumber diatas dapatlah disimpulkan bahwa guru yang profesionalisme bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada murid-murid di depan kelas akan tetapi dia seorang tenaga profesional yang dapat 23 Ibid., h. 29 25 menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang di hadapi. 2. Buntuk-Bentuk Profesionalisme Guru Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Keterkaitan kebijakan pendidikan dengan peningkatan profesionalisme guru, harus bertumpu pada misi peningkatan mutu pendidikan. Bentuk profesional guru sangat dibutuhkan dalam menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan jaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang bervariasi. Hal ini membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan paranan dan kompetensinya Pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian di aplikasikan bagi kepentingan umum. Secara praktis bentuk-bentuk profesionalisme guru dapat di lihat sebagai berikut: a. Mampu menguasai materi pelajaran b. Mampu merencanakan program belajar mengajar c. Mampu melaksanakan proses belajar mengajar 26 d. Mampu melaksanakan evaluasi e. Mampu mendiagnosa kesulitan belajar siswa f. Mampu melaksanakan administrasi, kurikulum atau administrasi guru.24 Berdasarkan uraian di atas, maka bentuk profesional guru yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di sekolah di SLTP Negeri 4 Kendari yang digunakan penelitian sebagai indikator penelitian adalah kemampuan guru merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar, dan menilai kemajuan proses belajar mengajar. 24 Dedi Supriadi, http/Blokspot.com/ Akses-tgl.5,maret,2012