bahan presentasi kasie sensitif obat-edit 110407

advertisement
UPDATE KEGIATAN
PROGRAM TB
dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
Kasie TB Sensitif Obat
Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case
Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan
Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case
Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan
KONSEP PPM berbasis Kab/kota
Definisi:
Jejaring Layanan fasilitas kesehatan dalam satu
kabupaten/kota yang melibatkan peran komunitas,
dibawah kepemimpinan (leadership) Dinas Kesehatan
kab/kota yang juga menjalankan stewardship function.
Prinsip dasar:
• Merupakan bagian dari akselerasi penemuan kasus
• Melalui penguatan sistem kesehatan mulai dari :
desentralisasi, regulasi, jejaring layanan,
• Merupakan kegiatan transisi menuju kesinambungan
program
• Komponen pembiayaan meliputi UKM dan UKP
STRATEGI PPM
• Berdasarkan prinsip kemitraan yang dibawah
koordinasi dan tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kab/Kota
• Memperkuat Kepemimpinan (regulasi/kebijakan) dan
kepemilikan (anggaran dan pembiayaan) Kab/Kota
dalam kegiatan PPM
• Melibatkan seluruh penyedia layanan kesehatan yang
ada didalam wilayah tersebut
• Mendorong tersedianya layanan TB TOSS (Temukan TB
dan Obati Sampai Sembuh) yang berkualitas diseluruh
penyedia layanan tersebut
• Melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi sesuai
dengan kondisi dan keadaan masing-masing Kab/Kota
Anggota Jejaring
PPM TB berbasis kab/kota
• Dinas Kesehatan kab/kota (semua unit terkait sesuai
Tupoksi)
• Semua rumah sakit (pemerintah dan swasta)
• Semua Puskesmas
• Semua klinik pratama dan dokter praktik mandiri dan
FKTP lainnya
• Organisasi profesi (IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, IAI dll)
• Organisasi komunitas.
• Semua Institusi pendukung dan layanan TB lainnya
(laboratorium klinik, apotek dll)
TUPOKSI MASING-MASING ANGGOTA TIM
No
iNSITUSI
TUPOKSI
1.
Dinkes kab/kota
1. Koordinator tim sekaligus anggota Tim
2. Pengorganisasian jejaring (kalau diperlukan, membuat
surat keputusan pembentukan)
3. Program Management termasuk Pembiayaan
4. Surveilans
5. ………………
2.
Rumah Sakit
1. Membentuk jejaring dan kolaborasi antar unit layanan
di RS
2. Memastikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai
standar
3. Melaporkan kasus TB yang ditemukan ke sistem di
Kab/ Kota (SITT, ETB)
4. ………………
TUPOKSI MASING-MASING TIM
No
iNSITUSI
TUPOKSI
3.
Puskesmas
1. Memberikan layanan langsung mulai dari penemuan
kasus sampai pengobatan tuntas (TB TOSS)
2. Menerima laporan dari layanan FKTP lain di wilayah
kerjanya
3. Melakukan penemuan secara aktif bekerjasama
dengan organisasi komunitas
4. Surveilens
5. ........................
4.
Klinik dan DPM,
spesialis di RS
1. Memberikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai
standar
2. Melaporkan kasus TB yg ditemukan ke Puskesmas
penanggungjawab wilayah.
3. .......................
TUPOKSI MASING-MASING TIM
No
iNSITUSI
TUPOKSI
5.
Organisasi profesi
Membina anggotanya di Kab/ Kota untuk menjalankan
fungsi:
1. Di tempat praktik masing-masing
Sebagai praktisi ahli dalam pelayanan langsung pada
pasien dan melaporkan notifikasi kasusnya di sistem
di Kab/ Kota
2. Di Rumah Sakit
Sebagai tenaga ahli yang menjadi motivator dan
mendorong terbentuknya layanan TB TOSS
berkualitas
3. Dalam jejaring PPM di kab/kota
Sebagai tenaga ahli klinis tim PPM di Kab/ Kota,
melatih fasyankes dan melakukan pembinaan melalui
supervisi dan mentoring
6.
Organisasi
Komunitas
Membina komunitas di Kab/ Kota untuk menjalankan:
1. Edukasi masyarakat
2. Penemuan kasus secara aktif
3. Memastikan pengobatan yang lengkap dan tuntas
4. Advokasi
5. …………….
Tujuan
• Tujuan Utama: Memastikan semua Kab/Kota
membentuk dan melaksanakan PPM secara
paripurna agar semua kasus TB dapat ditemukan
dan diobati sampai tuntas.
• Tujuan Khusus:
– Tersedianya layanan TB TOSS yang berkualitas
diseluruh penyedia layanan di Kab/Kota.
– Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan untuk
kegiatan PPM di Kab/Kota.
– Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam
pelaksanaan kegiatan PPM.
– Terlibatnya seluruh penyedia layanan kesehatan
bekerjasama dengan komunitas dalam jejaring PPM.
Cakupan Area Kegiatan PPM
• Semua Kab/Kota
• Paket kegiatan PPM:
– Esensial (Jenis kegiatan PPM yang wajib dilaksanakan)
– Komprehensif (Kegiatan esensial + kegiatan penguatan
komponen khusus terkait penemuan kasus TB)
• Tahun 2017
– 293 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM
esensial.
– 220 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM
komprehensif.
• Tahun 2018-2020
– Peningkatan bertahap Kab/ Kota dapat melaksanakan
paket kegiatan komprehensif
KABUPATEN/KOTA PRIORITAS BERDASARKAN INTERVENSI
No
Provinsi
1
Aceh
2
Esensial
Komp
No
Provinsi
Esensial
Komp
17
6
18
Kalteng
11
3
Sumut
23
11
19
Kalsel
11
2
3
Sumbar
15
5
20
Kaltim
7
3
4
Sumsel
9
9
21
Kaltara
4
1
5
Riau
3
10
22
Sulut
12
3
6
Jambi
10
1
23
Gorontalo
5
1
7
Bengkulu
8
2
24
Sulteng
10
3
8
Kepri
4
3
25
Sulsel
18
6
9
Lampung
8
7
26
Sulbar
5
1
10
Babel
4
3
27
Sultra
14
2
11
Banten
0
8
28
Bali
4
5
12
DKI Jakarta
1
5
29
NTB
5
5
13
Jabar
1
26
30
NTT
18
4
14
Jateng
1
34
31
Maluku
9
2
15
Jatim
7
27
32
Maluku Utara
8
2
16
DI Yogyakarta
1
4
33
Papua
23
6
17
Kalbar
7
7
34
Papua Barat
10
3
VARIABEL PENETAPAN KAB/KOTA
PRIORITAS
1.
2.
3.
4.
INSIDEN
TB/HIV
PROPORSI URBAN/RURAL
KEBERDAAN RS RUJUKAN & BKPM
Kegiatan Esensial
• Penyusunan/ penguatan regulasi tentang PPM
– Pertemuan advokasi
– Pertemuan penyusunan regulasi dan penganggaran PPM
• Pembentukan/revitalisasi tim PPM kabupaten/kota
– Mapping dan pembentukan sistem jejaring layanan
– Pertemuan rutin tim: Perencanaan, Monev
• Penguatan DOTS di RS Pemerintah/ Swasta
–
–
–
–
–
Pertemuan jejaring internal RS
Sosialiasi TB di RS
Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis
Capacity building, OJT pencatatan dan pelaporan TB di RS
Pertemuan jejaring eksternal RS dan validasi data berkala.
Kegiatan Esensial
• Sistem Notifikasi Wajib TB
– Sosialisasi sistem notifikasi wajib TB
– Penerapan sistem notifikasi wajib di fasyankes
terpilih.
• Intensifikasi Penemuan kasus
– Kontak investigasi
– Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB Anak
– Jejaring rujukan diagnosis dan rujuk balik: TCM, TB
ekstra paru, TB dengan komorbid.
– Pelacakan kasus: initial defaulter.
Kegiatan Komprehensif
• Penguatan jejaring layanan TB di fasyankes di Lapas/
rutan, tempat kerja, RS Jiwa, faskes TNI/POLRI
• Penguatan DOTS di Klinik dan DPM
– Pertemuan pembentukan jejaring eksternal untuk klinik
swasta dan DPM oleh Puskesmas penanggung jawab
wilayah.
– Sosialiasi TB untuk Klinik dan DPM
– Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis melibatkan
organisasi profesi
– Capacity building
– Pertemuan jejaring eksternal dan validasi data berkala.
• Pembentukan jejaring layanan TB terintegrasi: TB, TBHIV, TB-RO
Kegiatan Komprehensif
• Sistem Notifikasi Wajib TB
– Penerapan sistem notifikasi wajib di semua fasyankes yang
memberikan layanan TB, termasuk Lab klinik dan Apotek.
• Intensifikasi Penemuan kasus
– Penerapan Integrasi layanan: PAL, MTBS, MTDS
– Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB Anak, TB DM, TB
HIV, Lansia, klinik gizi, klinik merokok.
– Inovasi penemuan TB di RS: Penemuan aktif di rawat jalan
dan rawat inap dengan alat penapis dan diagnostik baru
• Jejaring penemuan dan pengobatan melibatkan
komunitas baik di FKTP maupun FKRTL
• Pembentukan sistem kendali mutu untuk:
• Akreditasi/ sertifikasi fasyankes
• Pelaksanaan JKN
Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/ Kota
• Penguatan kegiatan PPM di dalam institusi Rumah Sakit untuk
mengurangi terjadinya miss-opportunity diagnosis TB dan under
reporting.
• Pembentukan Tim yang melibatkan semua SMF/ instalasi yang ada
di Rumah Sakit: Paru, Interna, Bedah, Obsgyn, Anak, Syaraf,
Ortopedi maupun di instalasi penunjang seperti farmasi, lab
mikrobiologi, lab PA, lab PK, radiologi dan Rekam Medik.
• Terbentuknya kolaborasi layanan antar spesialis dan profesi yang
ada di RS dibawah koodinasi manajemen RS/ Komite Medik RS.
• Diharapkan bisa mencakup semua layanan baik rawat inap, rawat
jalan, rawat darurat maupun rawat intensif.
• Pencatatan TB secara elektronik yang secara berkala dilaporkan ke
Manajemen RS dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kab/ Kota.
Catatan: Dipilih satu RS unggulan TB yang bisa menjadi acuan/
percontohan bagi RS lain yang ada di wilayah Kab/ Kota.
Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/ Kota
P
A
S
I
E
N
Poli Umum
Laboratorium
Poli
Spesialis *
UGD
Radiologi
Patologi Klinlk
Farmasi
Rawat Inap
UNIT DOTS
INVESTIGASI
KONTAK
Rekam
Medis
POLI ANAK
Indikator PPM untuk Kab/ Kota
• Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan untuk
kegiatan PPM di Kab/Kota.
• Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam
pelaksanaan kegiatan PPM.
• Persentase jumlah penyedia layanan kesehatan
yang terlibat dalam jejaring PPM di antara jumlah
penyedia layanan yang ada.
• Kontribusi penemuan kasus TB dari:
Puskesmas+BP4, fasyankes pemerintah nonPuskesmas+BP4, dan fasyankes non pemerintah
• Angka keberhasilan pengobatan pada masingmasing penyedia layanan di Kab/Kota.
PENILAIAN CAPAIAN PPM
• Klasifikasi Kab/Kota berdasarkan Capaian
Pengembangan PPM
1. Pratama : 100% PKM, 80% RS memberikan
layanan TB dengan standar Nasional
2. Madya : memenuhi syarat Pratama dan
melaksanakan mandatory notification dengan
keterlibatan komunitas dalam jejaring dan
berkontribusi dalam penemuan kasus
3. Utama : memenuhi syarat Madya dan 80%
layanan terlibat dengan peran komunitas dan
CSO lebih masif
Pembiayaan PPM Berbasis Kabupaten/ Kota
Komponen Pembiayaan PPM:
1. Pembentukan dan Kegiatan Team PPM Kab/ Kota
• Koordinasi
• Penguatan kelembagaan termasuk SDM
• Mapping faskes dan kualitas layanan
• Supervisi dan Bimtek
• Mentoring program dan klinis
2. Penyusunan regulasi terkait pengendalian TB dan kegiatan PPM di Kab/ Kota
3. Penguatan pelaksanaan Sistem Notifikasi Wajib
4. Peningkatan akses layanan TB yang berkualitas
5. Pembentukan dan maintenance Jejaring Layanan (internal/ Eksternal)
• Capacity Building
• Insentif
6. Jejaring dengan komunitas
7. Monitoring dan Evaluasi
8. Pembiayaan untuk peningkatan penemuan kasus melalui inovasi baru yang
terkait PPM
Proyeksi Pembiayaan PPM Berbasis Kab/ Kota
Sumber
Pendanaan
2018
2019
2020
APBD II
10%
30%
40%
GLOBAL FUND
60%
30%
20%
JKN
30%
40%
40%
Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case
Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan
Latar Belakang
• Insidens 1.000.000/tahun, namun yang ditemukan dan dilaporkan
hanya 320.000 kasus.
• Contoh di Kota Bandung dari ± 1500 DPM, hanya ada 1 DPM yang
melaporkan kasus TB menggunakan SITT.
• Hasil sementara Inventory Study di Jakarta Timur dan Kab
Sukabumi menggambarkan  hanya 21 – 33% data pasien
ditemukan dalam SITT
• DPM/Dokter sulit diajak untuk melaporkan kasusnya karena ada
anggapan Pencatatan dan Pelaporan TB sangat complicated
• Notifikasi Wajib bagi FKTP (klinik dan dokter praktik mandiri)
Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP maka harus
disiapkan system informasi TB yang lebih sederhana dan mudah
dilaksanakan (PERMENKES 67 tahun 2016)
Perlu segera diterapkan: Notifikasi Wajib dengan
mengembangkan metode pelaporan semudah mungkin
SISTEM NOTIFIKASI WAJIB TB
Meliputi:
1. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk Puskesmas
menggunakan SITT.
2. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKTP non
Puskesmas dengan Aplikasi Wajib Notifikasi Berbasis
smartphone.
3. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKRTL
menggunakan SITT.
4. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk fasilitas
penunjang kesehatan dilakukan secara elektronik
maupun manual dengan format tertentu.
Program Nasional TB telah mengembangkan app Wajib Notifikasi TB
“Wifi TB” berbasis Mobile Software yang bertujuan :
1. Memudahkan (DPM/Klinik Pratama)melaporkan kasus TB secara
digital, baik yang ditangani sendiri maupun yang dirujuk ke
Puskesmas,
2. Meningkatkan jumlah kasus TB yang dilaporkan dari DPM/Klinik
Pratama
Caranya :
• Menggunakan HP dengan OS Android (Minimal : Lolypop)
• Download via Playstore
• GRATIS
• Buat akun dengan email dan SIP atau Izin Klinik
• Pasien TB yang dilaporkan melalui aplikasi WiFi TB akan
terlaporkan ke puskesmas melalui notifikasi SMS
• Puskesmas sebagai Koordinator wilayah pelaksanaan
notifikasi wajib dari FKTP.
APLIKASI WAJIB NOTIFIKASI TB “WiFi TB”
AKAN DI UJI COBA DI KAB/KOTA YANG TERPILIH
Aplikasi Wifi TB
menyediakan fitur-fitur
1. Menambahkan/mengedit data dasar pasien (NIK, nama,
tanggal lahir, umur, jenis kelamin).
2. Menambahkan/mengedit data rekam medis pasien
(diagnosis, kriteria pasien, lokasi anatomi penyakit, tanggal
mulai pengobatan, obat).
3. Pilihan apakah akan merujuk pasien atau mengobati sendiri.
4. Menyediakan alarm pengingat untuk menindaklanjuti pasien
dan untuk memberikan update hasil pengobatan dalam
jangka waktu tertentu.
5. Puskesmas dan Dinkes menerima sms alert apabila ada DPM
yang melaporkan kasus TB via aplikasi WiFi TB, dan dapat
melihat rekap pasien yang dilaporkan DPM/Klinik Pratama
melalui website Wajib Notifikasi TB (WiFi TB).
Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case
Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan
Estimasi insidens & CDR
Perkiraan insidens & target penemuan kasus 2017
Provinsi
Aceh
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Bengkulu
Lampung
Babel
Kepri
DKI Jakarta
Jabar
Jateng
DIY
Jatim
Banten
Bali
Pekiraan insiden TB
23.763
73.488
26.031
32.068
16.022
40.311
8.946
36.501
7.168
12.280
36.247
156.149
103.840
11.463
119.490
40.277
13.315
Target penemuan
semua kasus TB
7.218
29.356
9.520
7.321
5.421
13.632
2.582
12.648
1.966
4.262
24.670
67.500
45.682
3.215
54.551
16.143
3.594
Provinsi
NTB
NTT
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Kaltara
Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gorontalo
Sulbar
Maluku
Malut
Papua Barat
Papua
Berapakah kasus TB
yang sudah ditemukan
hingga bulan ini?
Pekiraan insiden Target penemuan
TB
semua kasus TB
22.904
7.527
23.544
6.466
22.106
6.612
11.582
3.193
18.726
6.845
16.368
6.174
3.225
1.021
10.965
6.104
12.900
4.290
38.456
14.571
11.151
4.588
5.320
1.921
5.857
1.935
7.711
3.874
5.227
2.130
4.016
2.208
15.023
8.238
Target penemuan kasus di provinsi perlu dialokasikan ke kab/kota, berdasarkan
estimasi insidens kab/kota dan faktor-faktor berikut:
Jumlah faskes, cakupan penemuan faskes sebelumnya, penempatan TCM, SDM, PPM,
TB/HIV, Wasor, keterlibatan LSM, Komunitas, DPM, Bidan, dll,
Estimasi Beban TB dan Target Penemuan Kasus
TB di Indonesia Tahun 2015-2020
2015
(baseline)
2016
2017
2018
2019
2020
Estimasi Angka Insiden
per 100.000 penduduk
395
389
379
365
344
319
Estimasi jumlah insiden
1.009.119
1.006.237
992.441
964.533
922.059
864.702
Target jumlah kasus TB
yang ditemukan dan
diobati
330.729
332.058
396.976
530.493
599.338
605.291
Target cakupan
pengobatan semua kasus
TB yang diobati
(case detection rate/CDR)
33%
33%
40%
55%
65%
70%
Target cakupan
penemuan kasus TB
resistan obat
16%
16%
40%
60%
70%
80%
Indikator
Estimasi kasus TB RO yang saat ini digunakan adalah:
- 2,8% dari kasus TB paru baru yang ternotifikasi
- 16% dari kasus TB paru pengobatan ulang yang ternotifikasi
Target dan Indikator P2TB (2)
2015
(baseline)
2016
2017
2018
2019
2020
Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB semua
kasus
84%
90%
90%
90%
90%
90%
Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB
resistan obat
50%
65%
70%
70%
75%
75%
Persentase pasien TB yang
mengetahui status HIV
11%
30%
40%
50%
60%
60%
Indikator
Inventory study
Tujuan studi: Untuk mengukur tingkat under reporting penemuan
kasus TB
Area studi: 23 kab/kota di 15 Provinsi
Progress:
• Jumlah Faskes eligible hasil mapping (Okt-Des 2016)
Rumah Sakit 164
DPM 323
Puskesmas
729
BP4 1
Klinik
413
Lab
44
• Jumlah kasus sementara 11.030 (Jan-Maret 2017)
Rumah Sakit 4435
DPM 445
Puskesmas
4864
BP4 193
Klinik
664
Lab
429
Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (=Active
Case Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan
Strategi Penemuan kasus TB di Indonesia
Dapat dilakukan dengan:
A. Penemuan Pasif dan Intensif
1. Pasif dengan penguatan jejaring layanan kesehatan
2. Intensif dengan kolaborasi dalam layanan
B. Penemuan Aktif dan/atau massif berbasis keluarga
dan masyarakat
1. Investigasi kontak
2. Penemuan Aktif pada Populasi Kunci di
Masyarakat
Investigasi kontak
• Kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan potensi
kesehatan masyarakat
• 10 - 15 orang kontak erat pasien TB
• Kontak erat : orang yang tinggal serumah (kontak serumah)
maupun orang yang berada di ruangan yang sama dengan
pasien TB aktif (detected cases/ confirm cases) yang
ternotifikasi selama satu periode tertentu.
• Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TB aktif
dewasa untuk mendeteksi secara dini kemungkinan penularan
kepada kontak serumah atau kontak eratnya
• Investigasi kontak pasien TB anak yang ditemukan untuk
mencari sumber penularan
• Investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan baik (kartu
pengobatan pasien TB maupun register pemeriksaan kontak)
Penemuan Aktif pada Populasi Kunci di
Masyarakat
• Dilakukan kepada orang-orang dengan resiko TB seperti anak usia
<5 tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas, ODHA, DM,
malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan mantan penderita TB
• Mel layanan di UKBM terkait misalnya di Posyandu, Posbindu,
Polindes dan Poskesdes. Kegiatan ini diselenggarakan di daerahdaerah beresiko tinggi untuk TB, misalnya dilaksanakan di daerah
KUPAT-KUMIS (KUmuh PAdaT dan KUmuh MISkin) dan daerah
dengan beban TB yang tinggi (di atas angka estimasi insidensi TB
nasional).
• 2 metode:
– Metode skrining/ penapisan gejala pada populasi kunci yang
datang ke layanan UKBM.
– Metode penelusuran terhadap kondisi-kondisi tertentu yang
mungkin dipengaruhi oleh terjadinya TB, misalnya pada anak
batita/ balita dengan grafik tumbuh-kembang di bawah garis
merah, Lansia yang mengalami penurunan berat badan atau
pada pasien DM yang tidak terkontrol.
Penemuan di tempat khusus
• Dilakukan di tempat khusus yaitu pada lingkungan yang
mudah terjadi penularan TB yaitu Lapas/Rutan, RS
Jiwa, tempat kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah,
panti jompo,panti sosial, tempat kerja dan tambang.
• Dapat dilakukan dengan skrining masal tahunan,
skrining kesehatan bagi warga baru, skrining kontak
dan pemantauan batuk secara rutin.
• Membutuhkan kolaborasi yang erat antara stakeholder
yang terkait.
• Semua hasil terkait kegiatan penemuan aktif di tempat
khusus harus dikelola oleh Puskesmas setempat
sebagai penanggung jawab UKM di wilayah tersebut.
Penemuan aktif di tempat berisiko
• Dilakukan secara berkala pada anggota masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah atau tempat yang memiliki akses
terbatas ke layanan kesehatan, misalnya: tempat
penampungan pengungsi, daerah kumuh, dan DTPK (Daerah
Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan).
• Upaya ini dilakukan dengan kegiatan jemput bola oleh
petugas kesehatan dibantu potensi kesehatan masyarakat.
• Metode bisa dilakukan dengan mengirimkan sediaan dahak
dari terduga TB yang ditemukan selama kegiatan ke fasyankes
pemeriksa maupun dengan sarana diagnostik TB yang bersifat
mobile.
Penemuan aktif berbasis keluarga
dan masyarakat
• Dilaksanakan secara rutin dengan skrining gejala,
pengawasan batuk terhadap orang yang tinggal di
lingkungannya
• menyarankan orang bergejala memeriksakan diri ke
fasyankes terdekat.
• Kegiatan pemantauan batuk integrasi dgn kegiatan kader
kesehatan
• Misalnya kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan
kunjungan rumah kader jumantik dan kader posyandu serta
kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
yang lain.
• Mendukung penemuan kasus TB, kegiatan ini akan sangat
bermanfaat dalam rangka penyampaian edukasi untuk
meningkatkan awareness
Penemuan aktif berkala
• Dilakukan oleh Puskesmas pada wilayah yang teridentifikasi sebagai
daerah kantung TB.
• Definisi daerah kantung TB adalah daerah yang memiliki jumlah
pasien yang banyak apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang ada, Misal: RT (Rukun Tetangga) XX dgn jumlah penduduk 100
jiwa, berdasarkan hasil kegiatan PWS (Pengawasan Wilayah
Setempat) dan analisis data TB setempat mempunyai penderita TB
berjumlah 3 orang. Hal ini berarti wilayah RT XX mempunyai
insidensi TB sebesar 3000/100.000 penduduk (9x angka insidensi TB
nasional)
• Pada daerah kantong ini upaya penemuan aktif berkala akan
dilakukan dengan kegiatan skrining aktif setiap 6 bulan sekali
sampai tidak ditemukan kasus TB pada kegiatan penemuan aktif
berkala 2 kali berturut-turut.
• Kegiatan penemuan secara aktif berkala efektif apabila dipadukan
dengan kegiatan penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat.
Skrining masal
• Penemuan aktif dilaksanakan sekali setahun
untuk meningkatkan penemuan pasien TB di
wilayah yang penemuan kasusnya masih sangat
rendah.
• Puskesmas bekerja sama dengan aparat desa/
kelurahan, kader kesehatan dan potensi
masyarakat melakukan skrining gejala TB secara
masif di masyarakat dan membawanya ke layanan
kesehatan luar gedung.
• Kegiatan ini juga lebih efektif apabila dipadukan
dengan kegiatan penemuan aktif berbasis
keluarga dan masyarakat.
Contoh Kegiatan Active Case Finding :
Ketuk Pintu
Contoh Kegiatan Active Case Finding :
Ketuk Pintu
Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case
Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan
Permasalahan dan Hambatan (1)
• Cakupan penemuan TB sekitar 32% dibandingkan perkiraan
insiden.
• Belum terintegrasi sistem informasi TB sensitif obat, TB resistan
obat, dan hasil uji silang laboratorium.
• Sistem informasi TB belum terintegrasi secara optimal dengan
sistem informasi kesehatan lain seperti SIHA (Program HIV),
generik (Pusdatin), Pcare (BPJSSIKDA), e logistik (Binfar).
• Belum semua fasyankes menggunakan formulir pencatatan TB
yang baru (TB Indonesia/2015)
• Belum semua DPM/Klinik swasta melaporkan kasus TB nya.
• Pencatatan dan pelaporan penjaringan suspek TB oleh kader
masih bervariasi (Perlu adanya pencatatan dan pelaporan yang
standar)
• Penggunaan dana CSR dalam pencegahan dan penanggulangan
TB masih sangat rendah.
Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case
Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang dilakukan
Upaya yang sudah dan akan dilakukan
• Mensosialisasikan dan menerapkan aplikasi Wifi TB untuk
DPM/Klinik swasta.
• Mengeluarkan surat edaran penggunan formulir TB terbaru (TB
Indonesia/2015).
• Penguatan surveilans dan validasi data di seluruh tingkatan.
• Mengeluarkan surat edaran penggunaan NIK dan provinsi,
kabupaten/kota diharapkan memantau pengisian NIK di formulir
pencatatan TB.
• Germas dan pendekatan keluarga dijadikan rujukan dalam
menggerakkan masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian
TB.
• Dana desa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
pembiayaan berbasis sumber daya manusia.
• Konsep rumah sehat ataupun UKBM (posyandu) dapat membuat
integrasi layanan TB lebih optimal
THANK
YOU
Download