UPDATE KEGIATAN PROGRAM TB dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS Kasie TB Sensitif Obat Sistematika • Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis Kab/kota • Mandatory Notification (Wajib Lapor) • Estimasi Beban dan Perhitungan Target Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota • Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case Finding) • Permasalahan dan Hambatan • Upaya yang sudah dilakukan Sistematika • Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis Kab/kota • Mandatory Notification (Wajib Lapor) • Estimasi Beban dan Perhitungan Target Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota • Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case Finding) • Permasalahan dan Hambatan • Upaya yang sudah dilakukan KONSEP PPM berbasis Kab/kota Definisi: Jejaring Layanan fasilitas kesehatan dalam satu kabupaten/kota yang melibatkan peran komunitas, dibawah kepemimpinan (leadership) Dinas Kesehatan kab/kota yang juga menjalankan stewardship function. Prinsip dasar: • Merupakan bagian dari akselerasi penemuan kasus • Melalui penguatan sistem kesehatan mulai dari : desentralisasi, regulasi, jejaring layanan, • Merupakan kegiatan transisi menuju kesinambungan program • Komponen pembiayaan meliputi UKM dan UKP STRATEGI PPM • Berdasarkan prinsip kemitraan yang dibawah koordinasi dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kab/Kota • Memperkuat Kepemimpinan (regulasi/kebijakan) dan kepemilikan (anggaran dan pembiayaan) Kab/Kota dalam kegiatan PPM • Melibatkan seluruh penyedia layanan kesehatan yang ada didalam wilayah tersebut • Mendorong tersedianya layanan TB TOSS (Temukan TB dan Obati Sampai Sembuh) yang berkualitas diseluruh penyedia layanan tersebut • Melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing Kab/Kota Anggota Jejaring PPM TB berbasis kab/kota • Dinas Kesehatan kab/kota (semua unit terkait sesuai Tupoksi) • Semua rumah sakit (pemerintah dan swasta) • Semua Puskesmas • Semua klinik pratama dan dokter praktik mandiri dan FKTP lainnya • Organisasi profesi (IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, IAI dll) • Organisasi komunitas. • Semua Institusi pendukung dan layanan TB lainnya (laboratorium klinik, apotek dll) TUPOKSI MASING-MASING ANGGOTA TIM No iNSITUSI TUPOKSI 1. Dinkes kab/kota 1. Koordinator tim sekaligus anggota Tim 2. Pengorganisasian jejaring (kalau diperlukan, membuat surat keputusan pembentukan) 3. Program Management termasuk Pembiayaan 4. Surveilans 5. ……………… 2. Rumah Sakit 1. Membentuk jejaring dan kolaborasi antar unit layanan di RS 2. Memastikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai standar 3. Melaporkan kasus TB yang ditemukan ke sistem di Kab/ Kota (SITT, ETB) 4. ……………… TUPOKSI MASING-MASING TIM No iNSITUSI TUPOKSI 3. Puskesmas 1. Memberikan layanan langsung mulai dari penemuan kasus sampai pengobatan tuntas (TB TOSS) 2. Menerima laporan dari layanan FKTP lain di wilayah kerjanya 3. Melakukan penemuan secara aktif bekerjasama dengan organisasi komunitas 4. Surveilens 5. ........................ 4. Klinik dan DPM, spesialis di RS 1. Memberikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai standar 2. Melaporkan kasus TB yg ditemukan ke Puskesmas penanggungjawab wilayah. 3. ....................... TUPOKSI MASING-MASING TIM No iNSITUSI TUPOKSI 5. Organisasi profesi Membina anggotanya di Kab/ Kota untuk menjalankan fungsi: 1. Di tempat praktik masing-masing Sebagai praktisi ahli dalam pelayanan langsung pada pasien dan melaporkan notifikasi kasusnya di sistem di Kab/ Kota 2. Di Rumah Sakit Sebagai tenaga ahli yang menjadi motivator dan mendorong terbentuknya layanan TB TOSS berkualitas 3. Dalam jejaring PPM di kab/kota Sebagai tenaga ahli klinis tim PPM di Kab/ Kota, melatih fasyankes dan melakukan pembinaan melalui supervisi dan mentoring 6. Organisasi Komunitas Membina komunitas di Kab/ Kota untuk menjalankan: 1. Edukasi masyarakat 2. Penemuan kasus secara aktif 3. Memastikan pengobatan yang lengkap dan tuntas 4. Advokasi 5. ……………. Tujuan • Tujuan Utama: Memastikan semua Kab/Kota membentuk dan melaksanakan PPM secara paripurna agar semua kasus TB dapat ditemukan dan diobati sampai tuntas. • Tujuan Khusus: – Tersedianya layanan TB TOSS yang berkualitas diseluruh penyedia layanan di Kab/Kota. – Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan untuk kegiatan PPM di Kab/Kota. – Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan PPM. – Terlibatnya seluruh penyedia layanan kesehatan bekerjasama dengan komunitas dalam jejaring PPM. Cakupan Area Kegiatan PPM • Semua Kab/Kota • Paket kegiatan PPM: – Esensial (Jenis kegiatan PPM yang wajib dilaksanakan) – Komprehensif (Kegiatan esensial + kegiatan penguatan komponen khusus terkait penemuan kasus TB) • Tahun 2017 – 293 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM esensial. – 220 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM komprehensif. • Tahun 2018-2020 – Peningkatan bertahap Kab/ Kota dapat melaksanakan paket kegiatan komprehensif KABUPATEN/KOTA PRIORITAS BERDASARKAN INTERVENSI No Provinsi 1 Aceh 2 Esensial Komp No Provinsi Esensial Komp 17 6 18 Kalteng 11 3 Sumut 23 11 19 Kalsel 11 2 3 Sumbar 15 5 20 Kaltim 7 3 4 Sumsel 9 9 21 Kaltara 4 1 5 Riau 3 10 22 Sulut 12 3 6 Jambi 10 1 23 Gorontalo 5 1 7 Bengkulu 8 2 24 Sulteng 10 3 8 Kepri 4 3 25 Sulsel 18 6 9 Lampung 8 7 26 Sulbar 5 1 10 Babel 4 3 27 Sultra 14 2 11 Banten 0 8 28 Bali 4 5 12 DKI Jakarta 1 5 29 NTB 5 5 13 Jabar 1 26 30 NTT 18 4 14 Jateng 1 34 31 Maluku 9 2 15 Jatim 7 27 32 Maluku Utara 8 2 16 DI Yogyakarta 1 4 33 Papua 23 6 17 Kalbar 7 7 34 Papua Barat 10 3 VARIABEL PENETAPAN KAB/KOTA PRIORITAS 1. 2. 3. 4. INSIDEN TB/HIV PROPORSI URBAN/RURAL KEBERDAAN RS RUJUKAN & BKPM Kegiatan Esensial • Penyusunan/ penguatan regulasi tentang PPM – Pertemuan advokasi – Pertemuan penyusunan regulasi dan penganggaran PPM • Pembentukan/revitalisasi tim PPM kabupaten/kota – Mapping dan pembentukan sistem jejaring layanan – Pertemuan rutin tim: Perencanaan, Monev • Penguatan DOTS di RS Pemerintah/ Swasta – – – – – Pertemuan jejaring internal RS Sosialiasi TB di RS Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis Capacity building, OJT pencatatan dan pelaporan TB di RS Pertemuan jejaring eksternal RS dan validasi data berkala. Kegiatan Esensial • Sistem Notifikasi Wajib TB – Sosialisasi sistem notifikasi wajib TB – Penerapan sistem notifikasi wajib di fasyankes terpilih. • Intensifikasi Penemuan kasus – Kontak investigasi – Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB Anak – Jejaring rujukan diagnosis dan rujuk balik: TCM, TB ekstra paru, TB dengan komorbid. – Pelacakan kasus: initial defaulter. Kegiatan Komprehensif • Penguatan jejaring layanan TB di fasyankes di Lapas/ rutan, tempat kerja, RS Jiwa, faskes TNI/POLRI • Penguatan DOTS di Klinik dan DPM – Pertemuan pembentukan jejaring eksternal untuk klinik swasta dan DPM oleh Puskesmas penanggung jawab wilayah. – Sosialiasi TB untuk Klinik dan DPM – Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis melibatkan organisasi profesi – Capacity building – Pertemuan jejaring eksternal dan validasi data berkala. • Pembentukan jejaring layanan TB terintegrasi: TB, TBHIV, TB-RO Kegiatan Komprehensif • Sistem Notifikasi Wajib TB – Penerapan sistem notifikasi wajib di semua fasyankes yang memberikan layanan TB, termasuk Lab klinik dan Apotek. • Intensifikasi Penemuan kasus – Penerapan Integrasi layanan: PAL, MTBS, MTDS – Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB Anak, TB DM, TB HIV, Lansia, klinik gizi, klinik merokok. – Inovasi penemuan TB di RS: Penemuan aktif di rawat jalan dan rawat inap dengan alat penapis dan diagnostik baru • Jejaring penemuan dan pengobatan melibatkan komunitas baik di FKTP maupun FKRTL • Pembentukan sistem kendali mutu untuk: • Akreditasi/ sertifikasi fasyankes • Pelaksanaan JKN Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/ Kota • Penguatan kegiatan PPM di dalam institusi Rumah Sakit untuk mengurangi terjadinya miss-opportunity diagnosis TB dan under reporting. • Pembentukan Tim yang melibatkan semua SMF/ instalasi yang ada di Rumah Sakit: Paru, Interna, Bedah, Obsgyn, Anak, Syaraf, Ortopedi maupun di instalasi penunjang seperti farmasi, lab mikrobiologi, lab PA, lab PK, radiologi dan Rekam Medik. • Terbentuknya kolaborasi layanan antar spesialis dan profesi yang ada di RS dibawah koodinasi manajemen RS/ Komite Medik RS. • Diharapkan bisa mencakup semua layanan baik rawat inap, rawat jalan, rawat darurat maupun rawat intensif. • Pencatatan TB secara elektronik yang secara berkala dilaporkan ke Manajemen RS dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kab/ Kota. Catatan: Dipilih satu RS unggulan TB yang bisa menjadi acuan/ percontohan bagi RS lain yang ada di wilayah Kab/ Kota. Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/ Kota P A S I E N Poli Umum Laboratorium Poli Spesialis * UGD Radiologi Patologi Klinlk Farmasi Rawat Inap UNIT DOTS INVESTIGASI KONTAK Rekam Medis POLI ANAK Indikator PPM untuk Kab/ Kota • Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan untuk kegiatan PPM di Kab/Kota. • Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan PPM. • Persentase jumlah penyedia layanan kesehatan yang terlibat dalam jejaring PPM di antara jumlah penyedia layanan yang ada. • Kontribusi penemuan kasus TB dari: Puskesmas+BP4, fasyankes pemerintah nonPuskesmas+BP4, dan fasyankes non pemerintah • Angka keberhasilan pengobatan pada masingmasing penyedia layanan di Kab/Kota. PENILAIAN CAPAIAN PPM • Klasifikasi Kab/Kota berdasarkan Capaian Pengembangan PPM 1. Pratama : 100% PKM, 80% RS memberikan layanan TB dengan standar Nasional 2. Madya : memenuhi syarat Pratama dan melaksanakan mandatory notification dengan keterlibatan komunitas dalam jejaring dan berkontribusi dalam penemuan kasus 3. Utama : memenuhi syarat Madya dan 80% layanan terlibat dengan peran komunitas dan CSO lebih masif Pembiayaan PPM Berbasis Kabupaten/ Kota Komponen Pembiayaan PPM: 1. Pembentukan dan Kegiatan Team PPM Kab/ Kota • Koordinasi • Penguatan kelembagaan termasuk SDM • Mapping faskes dan kualitas layanan • Supervisi dan Bimtek • Mentoring program dan klinis 2. Penyusunan regulasi terkait pengendalian TB dan kegiatan PPM di Kab/ Kota 3. Penguatan pelaksanaan Sistem Notifikasi Wajib 4. Peningkatan akses layanan TB yang berkualitas 5. Pembentukan dan maintenance Jejaring Layanan (internal/ Eksternal) • Capacity Building • Insentif 6. Jejaring dengan komunitas 7. Monitoring dan Evaluasi 8. Pembiayaan untuk peningkatan penemuan kasus melalui inovasi baru yang terkait PPM Proyeksi Pembiayaan PPM Berbasis Kab/ Kota Sumber Pendanaan 2018 2019 2020 APBD II 10% 30% 40% GLOBAL FUND 60% 30% 20% JKN 30% 40% 40% Sistematika • Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis Kab/kota • Mandatory Notification (Wajib Lapor) • Estimasi Beban dan Perhitungan Target Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota • Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case Finding) • Permasalahan dan Hambatan • Upaya yang sudah dilakukan Latar Belakang • Insidens 1.000.000/tahun, namun yang ditemukan dan dilaporkan hanya 320.000 kasus. • Contoh di Kota Bandung dari ± 1500 DPM, hanya ada 1 DPM yang melaporkan kasus TB menggunakan SITT. • Hasil sementara Inventory Study di Jakarta Timur dan Kab Sukabumi menggambarkan hanya 21 – 33% data pasien ditemukan dalam SITT • DPM/Dokter sulit diajak untuk melaporkan kasusnya karena ada anggapan Pencatatan dan Pelaporan TB sangat complicated • Notifikasi Wajib bagi FKTP (klinik dan dokter praktik mandiri) Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP maka harus disiapkan system informasi TB yang lebih sederhana dan mudah dilaksanakan (PERMENKES 67 tahun 2016) Perlu segera diterapkan: Notifikasi Wajib dengan mengembangkan metode pelaporan semudah mungkin SISTEM NOTIFIKASI WAJIB TB Meliputi: 1. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk Puskesmas menggunakan SITT. 2. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKTP non Puskesmas dengan Aplikasi Wajib Notifikasi Berbasis smartphone. 3. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKRTL menggunakan SITT. 4. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk fasilitas penunjang kesehatan dilakukan secara elektronik maupun manual dengan format tertentu. Program Nasional TB telah mengembangkan app Wajib Notifikasi TB “Wifi TB” berbasis Mobile Software yang bertujuan : 1. Memudahkan (DPM/Klinik Pratama)melaporkan kasus TB secara digital, baik yang ditangani sendiri maupun yang dirujuk ke Puskesmas, 2. Meningkatkan jumlah kasus TB yang dilaporkan dari DPM/Klinik Pratama Caranya : • Menggunakan HP dengan OS Android (Minimal : Lolypop) • Download via Playstore • GRATIS • Buat akun dengan email dan SIP atau Izin Klinik • Pasien TB yang dilaporkan melalui aplikasi WiFi TB akan terlaporkan ke puskesmas melalui notifikasi SMS • Puskesmas sebagai Koordinator wilayah pelaksanaan notifikasi wajib dari FKTP. APLIKASI WAJIB NOTIFIKASI TB “WiFi TB” AKAN DI UJI COBA DI KAB/KOTA YANG TERPILIH Aplikasi Wifi TB menyediakan fitur-fitur 1. Menambahkan/mengedit data dasar pasien (NIK, nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin). 2. Menambahkan/mengedit data rekam medis pasien (diagnosis, kriteria pasien, lokasi anatomi penyakit, tanggal mulai pengobatan, obat). 3. Pilihan apakah akan merujuk pasien atau mengobati sendiri. 4. Menyediakan alarm pengingat untuk menindaklanjuti pasien dan untuk memberikan update hasil pengobatan dalam jangka waktu tertentu. 5. Puskesmas dan Dinkes menerima sms alert apabila ada DPM yang melaporkan kasus TB via aplikasi WiFi TB, dan dapat melihat rekap pasien yang dilaporkan DPM/Klinik Pratama melalui website Wajib Notifikasi TB (WiFi TB). Sistematika • Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis Kab/kota • Mandatory Notification (Wajib Lapor) • Estimasi Beban dan Perhitungan Target Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota • Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case Finding) • Permasalahan dan Hambatan • Upaya yang sudah dilakukan Estimasi insidens & CDR Perkiraan insidens & target penemuan kasus 2017 Provinsi Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Banten Bali Pekiraan insiden TB 23.763 73.488 26.031 32.068 16.022 40.311 8.946 36.501 7.168 12.280 36.247 156.149 103.840 11.463 119.490 40.277 13.315 Target penemuan semua kasus TB 7.218 29.356 9.520 7.321 5.421 13.632 2.582 12.648 1.966 4.262 24.670 67.500 45.682 3.215 54.551 16.143 3.594 Provinsi NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Kaltara Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua Berapakah kasus TB yang sudah ditemukan hingga bulan ini? Pekiraan insiden Target penemuan TB semua kasus TB 22.904 7.527 23.544 6.466 22.106 6.612 11.582 3.193 18.726 6.845 16.368 6.174 3.225 1.021 10.965 6.104 12.900 4.290 38.456 14.571 11.151 4.588 5.320 1.921 5.857 1.935 7.711 3.874 5.227 2.130 4.016 2.208 15.023 8.238 Target penemuan kasus di provinsi perlu dialokasikan ke kab/kota, berdasarkan estimasi insidens kab/kota dan faktor-faktor berikut: Jumlah faskes, cakupan penemuan faskes sebelumnya, penempatan TCM, SDM, PPM, TB/HIV, Wasor, keterlibatan LSM, Komunitas, DPM, Bidan, dll, Estimasi Beban TB dan Target Penemuan Kasus TB di Indonesia Tahun 2015-2020 2015 (baseline) 2016 2017 2018 2019 2020 Estimasi Angka Insiden per 100.000 penduduk 395 389 379 365 344 319 Estimasi jumlah insiden 1.009.119 1.006.237 992.441 964.533 922.059 864.702 Target jumlah kasus TB yang ditemukan dan diobati 330.729 332.058 396.976 530.493 599.338 605.291 Target cakupan pengobatan semua kasus TB yang diobati (case detection rate/CDR) 33% 33% 40% 55% 65% 70% Target cakupan penemuan kasus TB resistan obat 16% 16% 40% 60% 70% 80% Indikator Estimasi kasus TB RO yang saat ini digunakan adalah: - 2,8% dari kasus TB paru baru yang ternotifikasi - 16% dari kasus TB paru pengobatan ulang yang ternotifikasi Target dan Indikator P2TB (2) 2015 (baseline) 2016 2017 2018 2019 2020 Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus 84% 90% 90% 90% 90% 90% Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat 50% 65% 70% 70% 75% 75% Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV 11% 30% 40% 50% 60% 60% Indikator Inventory study Tujuan studi: Untuk mengukur tingkat under reporting penemuan kasus TB Area studi: 23 kab/kota di 15 Provinsi Progress: • Jumlah Faskes eligible hasil mapping (Okt-Des 2016) Rumah Sakit 164 DPM 323 Puskesmas 729 BP4 1 Klinik 413 Lab 44 • Jumlah kasus sementara 11.030 (Jan-Maret 2017) Rumah Sakit 4435 DPM 445 Puskesmas 4864 BP4 193 Klinik 664 Lab 429 Sistematika • Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis Kab/kota • Mandatory Notification (Wajib Lapor) • Estimasi Beban dan Perhitungan Target Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota • Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case Finding) • Permasalahan dan Hambatan • Upaya yang sudah dilakukan Strategi Penemuan kasus TB di Indonesia Dapat dilakukan dengan: A. Penemuan Pasif dan Intensif 1. Pasif dengan penguatan jejaring layanan kesehatan 2. Intensif dengan kolaborasi dalam layanan B. Penemuan Aktif dan/atau massif berbasis keluarga dan masyarakat 1. Investigasi kontak 2. Penemuan Aktif pada Populasi Kunci di Masyarakat Investigasi kontak • Kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan potensi kesehatan masyarakat • 10 - 15 orang kontak erat pasien TB • Kontak erat : orang yang tinggal serumah (kontak serumah) maupun orang yang berada di ruangan yang sama dengan pasien TB aktif (detected cases/ confirm cases) yang ternotifikasi selama satu periode tertentu. • Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TB aktif dewasa untuk mendeteksi secara dini kemungkinan penularan kepada kontak serumah atau kontak eratnya • Investigasi kontak pasien TB anak yang ditemukan untuk mencari sumber penularan • Investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan baik (kartu pengobatan pasien TB maupun register pemeriksaan kontak) Penemuan Aktif pada Populasi Kunci di Masyarakat • Dilakukan kepada orang-orang dengan resiko TB seperti anak usia <5 tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas, ODHA, DM, malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan mantan penderita TB • Mel layanan di UKBM terkait misalnya di Posyandu, Posbindu, Polindes dan Poskesdes. Kegiatan ini diselenggarakan di daerahdaerah beresiko tinggi untuk TB, misalnya dilaksanakan di daerah KUPAT-KUMIS (KUmuh PAdaT dan KUmuh MISkin) dan daerah dengan beban TB yang tinggi (di atas angka estimasi insidensi TB nasional). • 2 metode: – Metode skrining/ penapisan gejala pada populasi kunci yang datang ke layanan UKBM. – Metode penelusuran terhadap kondisi-kondisi tertentu yang mungkin dipengaruhi oleh terjadinya TB, misalnya pada anak batita/ balita dengan grafik tumbuh-kembang di bawah garis merah, Lansia yang mengalami penurunan berat badan atau pada pasien DM yang tidak terkontrol. Penemuan di tempat khusus • Dilakukan di tempat khusus yaitu pada lingkungan yang mudah terjadi penularan TB yaitu Lapas/Rutan, RS Jiwa, tempat kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo,panti sosial, tempat kerja dan tambang. • Dapat dilakukan dengan skrining masal tahunan, skrining kesehatan bagi warga baru, skrining kontak dan pemantauan batuk secara rutin. • Membutuhkan kolaborasi yang erat antara stakeholder yang terkait. • Semua hasil terkait kegiatan penemuan aktif di tempat khusus harus dikelola oleh Puskesmas setempat sebagai penanggung jawab UKM di wilayah tersebut. Penemuan aktif di tempat berisiko • Dilakukan secara berkala pada anggota masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah atau tempat yang memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan, misalnya: tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh, dan DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan). • Upaya ini dilakukan dengan kegiatan jemput bola oleh petugas kesehatan dibantu potensi kesehatan masyarakat. • Metode bisa dilakukan dengan mengirimkan sediaan dahak dari terduga TB yang ditemukan selama kegiatan ke fasyankes pemeriksa maupun dengan sarana diagnostik TB yang bersifat mobile. Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat • Dilaksanakan secara rutin dengan skrining gejala, pengawasan batuk terhadap orang yang tinggal di lingkungannya • menyarankan orang bergejala memeriksakan diri ke fasyankes terdekat. • Kegiatan pemantauan batuk integrasi dgn kegiatan kader kesehatan • Misalnya kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan kunjungan rumah kader jumantik dan kader posyandu serta kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang lain. • Mendukung penemuan kasus TB, kegiatan ini akan sangat bermanfaat dalam rangka penyampaian edukasi untuk meningkatkan awareness Penemuan aktif berkala • Dilakukan oleh Puskesmas pada wilayah yang teridentifikasi sebagai daerah kantung TB. • Definisi daerah kantung TB adalah daerah yang memiliki jumlah pasien yang banyak apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada, Misal: RT (Rukun Tetangga) XX dgn jumlah penduduk 100 jiwa, berdasarkan hasil kegiatan PWS (Pengawasan Wilayah Setempat) dan analisis data TB setempat mempunyai penderita TB berjumlah 3 orang. Hal ini berarti wilayah RT XX mempunyai insidensi TB sebesar 3000/100.000 penduduk (9x angka insidensi TB nasional) • Pada daerah kantong ini upaya penemuan aktif berkala akan dilakukan dengan kegiatan skrining aktif setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan kasus TB pada kegiatan penemuan aktif berkala 2 kali berturut-turut. • Kegiatan penemuan secara aktif berkala efektif apabila dipadukan dengan kegiatan penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat. Skrining masal • Penemuan aktif dilaksanakan sekali setahun untuk meningkatkan penemuan pasien TB di wilayah yang penemuan kasusnya masih sangat rendah. • Puskesmas bekerja sama dengan aparat desa/ kelurahan, kader kesehatan dan potensi masyarakat melakukan skrining gejala TB secara masif di masyarakat dan membawanya ke layanan kesehatan luar gedung. • Kegiatan ini juga lebih efektif apabila dipadukan dengan kegiatan penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat. Contoh Kegiatan Active Case Finding : Ketuk Pintu Contoh Kegiatan Active Case Finding : Ketuk Pintu Sistematika • Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis Kab/kota • Mandatory Notification (Wajib Lapor) • Estimasi Beban dan Perhitungan Target Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota • Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case Finding) • Permasalahan dan Hambatan • Upaya yang sudah dilakukan Permasalahan dan Hambatan (1) • Cakupan penemuan TB sekitar 32% dibandingkan perkiraan insiden. • Belum terintegrasi sistem informasi TB sensitif obat, TB resistan obat, dan hasil uji silang laboratorium. • Sistem informasi TB belum terintegrasi secara optimal dengan sistem informasi kesehatan lain seperti SIHA (Program HIV), generik (Pusdatin), Pcare (BPJSSIKDA), e logistik (Binfar). • Belum semua fasyankes menggunakan formulir pencatatan TB yang baru (TB Indonesia/2015) • Belum semua DPM/Klinik swasta melaporkan kasus TB nya. • Pencatatan dan pelaporan penjaringan suspek TB oleh kader masih bervariasi (Perlu adanya pencatatan dan pelaporan yang standar) • Penggunaan dana CSR dalam pencegahan dan penanggulangan TB masih sangat rendah. Sistematika • Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis Kab/kota • Mandatory Notification (Wajib Lapor) • Estimasi Beban dan Perhitungan Target Indikator TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota • Penemuan kasus TB secara aktif (=Active Case Finding) • Permasalahan dan Hambatan • Upaya yang dilakukan Upaya yang sudah dan akan dilakukan • Mensosialisasikan dan menerapkan aplikasi Wifi TB untuk DPM/Klinik swasta. • Mengeluarkan surat edaran penggunan formulir TB terbaru (TB Indonesia/2015). • Penguatan surveilans dan validasi data di seluruh tingkatan. • Mengeluarkan surat edaran penggunaan NIK dan provinsi, kabupaten/kota diharapkan memantau pengisian NIK di formulir pencatatan TB. • Germas dan pendekatan keluarga dijadikan rujukan dalam menggerakkan masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian TB. • Dana desa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembiayaan berbasis sumber daya manusia. • Konsep rumah sehat ataupun UKBM (posyandu) dapat membuat integrasi layanan TB lebih optimal THANK YOU