Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri

advertisement
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menggunakan pendekatan CTL
dengan metode inquiry yaitu metode dimana dalam suatu pembelajaran siswa
berupaya menemukan sendiri pemecahan dari suatu permasalahan dengan tetap
menghubungkan dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Dengan metode ini siswa
dapat lebih aktif dan merasakan langsung segala aktivitas pembelajaran tidak hanya
menerima pembelajaran dari guru atau buku sehingga pembelajaran nyata dengan
keadaan sehari-hari, serta dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi. Metode ini
juga dapat mengembangkan kemampuan serta kreatifitas siswa dalam proses
pembelajaran.
2.1
Kajian Teori
2.1.1. Definisi Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang
relatif permanen dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan yang
merupakan hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Dengan adanya
interaksi antara stimulus dan respon terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi
tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil
yang optimal. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan tetapi juga ketrampilan, sikap, minat, watak dan penyesuaian diri.
Belajar merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan,
sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai
hasil pengalaman (Purwanto, 2001).
Setiap peserta didik yang telah melalui proses pembelajaran sudah tentu akan
mengalami proses perubahan, baik dalam cara berfikir, tutur kata, bersikap dan
berbuat, juga ilmu yang didapat. Ini didukung oleh teori Gulo (2004) yang
menyatakan bahwa belajar berarti suatu proses yang berlangsung di dalam diri
8
9
seseorang yang mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap, dan berbuat (Gulo,
2004).
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif serta efisien, dan mengena pada suatu tujuan yang
diharapkan. Jadi belajar bukan merupakan suatu tujuan melainkan suatu proses untuk
mencapai suatu tujuan, belajar merupakan langkah atau prosedur yang ditempuh,
dengan kata lain belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan (Shodikin, 2010). Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian suatu
tujuan pendidikan tergantung dari proses belajar yang dialami oleh siswa.
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardi, 2009). Menurut Anni
(2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari
pengalaman.
Dalam konteks di atas mengandung makna dasar yaitu upaya untuk
mengadakan perubahan atau pengembangan pada diri seseorang yang melibatkan
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seseorang dikatakan belajar apabila
ia mengadakan perubahan dalam dirinya melalui upaya terarah dan tertentu dalam
mengkaji, menelaah, memahami, membiasakan diri atau menjadikan dirinya mampu
dan peka terhadap perubahan dan perkembangan zaman (Winataputra,2008).
Menurut Susilana (2006: 106) bahwa pembelajaran tidak hanya ada dalam
konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar
mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik melalui usaha-usaha yang terencana
dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dalam suatu
proses pembelajaran yang terpenting adalah interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa harus adil, yakni adanya komunikasi yang timbal balik antara keduanya, baik
secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Siswa jangan selalu
10
dianggap sebagai subjek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang,
minat, dan kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda. Peranan guru tidak hanya
terbatas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan
mengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik Sagala (2005). Dalam istilah pembelajaran siswa diposisikan sebagai subjek
belajar yang memegang peranan utama, sehinggadalam kegiatan belajar mengajar
siswa dituntut untuk beraktifitas secara penuh.
Menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang dalam memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan
mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang
hayat (Winataputra, 2008).
Ciri-ciri belajar ( Winataputra, 2008) adalah :
1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja tetapi juga
meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor)
2. Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi
pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan . interaksi ini
dapat berupa interaksi fisik dan psikis
3. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
11
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran
dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan
kapanpun. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya
(Aunnurrahman, 2010). Pada dasarnya ada lima prinsip yang menjadi landasan
pengertian pembelajaran yaitu:
1.
Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku .
Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah
adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak semua perubahan
perilaku individu merupakan hasil pembelajaran.
Pengertian yang dirumuskan oleh Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi , material, fasilitas,
perlengkapan
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi
mencapai
tujuan
pembelajaran.
2.
Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan,
perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku
dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif
,afektif dan motorik.
3.
Pembelajaran merupakan suatu proses.
prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu
aktivitas yang berkesinambungan didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapantahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.
4.
Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya
suatu tujuan yang akan dicapai .
12
Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu terjadi karena adanya
kebutuhan yang harus di puaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Belajar tidak
akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
5.
Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman .
Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang ternyata dengan
tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan
lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman diri situasi nyata.
Dari beberapa pendapat mengenai belajar yang tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa, belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan
seseorang karena bereaksi dengan keadaan atau karena latihan dan pengalaman, dari
yang tidak mampu menjadi mampu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti yang
mencakup aspek pengetahuan, afektif dan tingkah laku.
2.1.2. Hakikat IPA
IPA diambil dari kata Scientia yang secara harfiahnya adalah pengetahuan,
tetapi kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Menurut Setiawan (2011)
menyebutkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia
(Setiawan, 2011) mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan
dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur,
berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa IPA adalah kumpulan
pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu.
Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is
both product and process, inseparably Joint" (Iryani, 2010: 10).
Menurut kurikulum 2006 IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan
dan memiliki sikap ilmiah.
13
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia
yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi
khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains Iryani (2010: 10) merumuskan bahwa
Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan IPA adalah suatu proses
yang merupakan langkah-langkah yang ditempuh para peneliti untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah
tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari penjelasan
itulah tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya
gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
2.1.2.1 Tujuan pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta
didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI
oleh Refandi (Winarsih, 2003) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI diantaranya
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan pemberian mata
pelajaran IPA menurut adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsepkonsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu
menggunakan suatu metode dalam memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga
lebih mencintai dan menyadari kebesaran serta kekuasaan penciptanya.
2.1.3. Hakikat IPA SD
Peningkatan mutu pembelajaran IPA di SD diupayakan antara lain melalui
pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada aktivitas siswa. Yang memberikan
14
kesempatan pada siswa sebanyak-banyaknya untuk melakukan observasi sederhana
untuk menemukkan sendiri konsep yang dibahas pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Pembelajaran IPA merupakan salah satu dari sekian pembelajaran yang
terdapat di jenjang pendidikan dasar. Berdasarkan KTSP (kurikulum 2006)
pendidikan di tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah memiliki tujuan antara
lain:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME
berdasarkan
keberadaannyan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep IPA yang
sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tekhnologi dan
masyarakat.
4.
Mengembangkan
ketrampilan
proses
untuk
menyelidiki
alam
sekitar,memecahkan sekitar dan membuat keputusan.
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu memiliki obyek kajian berupa
benda, fakta, konsep, fenomena alam, sistem, dan teknologi. IPA merupakan suatu
ilmu yang mempunyai cakupan yang sangat luas, yang terdiri dari beberapa cabang
disiplin ilmu, maka dari itu IPA selalu berhubungan erat dengan semua aspek
kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran IPA tidak hanya untuk memahami pengetahuan tapi juga
memberikan kesempatan agar siswa terlibat dan belajar dengan menggunakan berfikir
15
ilmiah, sehingga hasil yang diperoleh adalah pengetahuan cara berfikir, sikap dan
ketrampilan termasuk ketrampilan komunikasi.
2.1.4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3). Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses
belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, yaitu usaha belajar
dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes,
(Shodikin, 2010).
Menurut Koster (2001) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian siswa setelah mengalami proses belajar mengajar yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan (kognitif) maupun konsep diri siswa (afektif) seperti sikap watak,
kepribadian, serta ketrampilan tertentu ( psikomotorik). Hasil belajar adalah
pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam suatu keahlian atau sekumpulan
pengetahuan (shodikin, 2010).
Hasil belajar biasanya mengacu pada tercapainya tujuan belajar. Hasil belajar
menurut Uno (2008: 213) adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam
diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil
belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk pada aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Kingsley dalam Sudjana (2004) menyatakan, hasil belajar dibagi 3 macam :
1.
keterampilan dan kebiasaan
2.
pengetahuan dan pengarahan
3.
sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004)
Djamarah (2000: 45) menyatakan bahwa, hasil belajar adalah prestasi dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun
kelompok. Hasil tidak akan pernah tercipta selama seseorang tidak melakukan
sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi yang membanggakan dibutuhkan
16
perjuangan dan pengorbanan yang besar. Hanya dengan kesungguhan dan kemauan
yang tinggi serta rasa optimisme dirilah yang dapat mewujudkannya.
Menurut Munawar (2009) berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar
dalam rangka studi dicapai dalam tiga kategori ranah yaitu :
1.
Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Meliputi 5 jenjang kemauan yaitu menerima,
menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakteristik dengan suatau nilai atau
kompleks nilai.
3.
Ranah Psikomotorik
Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular
(menghubungkan, mengamati).
Dari beberapa pengertian hasil belajar yang telah disampaikan beberapa ahli
diatas, penulis menyimpulkan bahwa hasil hasil belajar merujuk pada kemampuan
beberapa aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap ( afektif), dan ketrampilan
(psikomotorik). Perubahan kemampuan dalam hasil belajar dalam hal ini adalah
perubahan ke arah yang lebih baik. Hasil belajar berupa kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik tersebut diperoleh pada akhir proses pembelajaran yang berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami suatu bahan yang telah
diajarkan. Untuk mengukur hasil belajar tersebut guru menggunakan teknik tes,
berupa tes pilihan ganda. Sedangkan teknik non tes meliputi observasi atau
pengamatan, dan Angket. Dalam penelitian inihasil belajar merupakan peningkatan
kemampuan kognitif yang diukur menggunakan tes guna mendapatkan data berupa
nilai.
2.1.5. Minat Belajar Siswa
Minat belajar adalah suatu keinginan seseorang yang kuat untuk melakukan
perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan. Minat sangat erat
17
hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam
kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada
yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari
gurunya, temannya, orang tuanya (Yurmilza, 2011).
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
yang disertai rasa sayang. Kemudian dikemukakan bahwa minat adalah suatu kondisi
yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri
(Slameto, 2003).
Minat belajar adalah adalah suatu kemampuan dalam diri seseorang ditandai
dengan suatu pengubahan perilaku dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak tahu
menjadi tahu dalam belajar Martini (Stepanus, 2011).
Menurut Suparyatun (Stepanus, 2011) memandang minat sebagai pemusatan
perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan kemauan dan tergantung dari bakat
dan kemampuan.
Slameto (2003) menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada
hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar
minatnya. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya minat. Hasil
belajar akan menjadi optimal jika adanya minat yang tinggi pada diri siswa. Makin
tinggi minat belajar yang dimiliki siswa maka akan semakin baik hasil belajar yang
didapatnya. Jadi, dengan minat belajar yang tinggi dan kemampuan siswa untuk
melaksanakannya maka siswa akan senantiasa menentukan intensitas belajarnya
(Stepanus, 2011).
18
Menurut pendapat para ahli minat merujuk pada suatu kemauan, kemampuan,
rasa suka, rasa senang, dan ketertarikan seseorang terhadap suatu hal. Berdasarkan
pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar yang
dilihat disini adalah rasa yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran yang mereka
ikuti berupa rasa senang, dan ketertarikan dengan penggunaan metode pembelajaran
baru, karena minat dapat memusatkan pikiran berupa perhatian dalam usaha belajar.
2.1.6. Metode Inquiry dan Contextual Teaching Learning
2.1.6.1 Contextual Teaching Learning
Hakekat dari pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang
membantu guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata anak-anak,
dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi
dan Senduk, 2004).
Contextual Teaching learning adalah konsepsi pembelajaran yang membantu
guru dalam menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa agar menghubungkan pengatahuan dan terapannya dengan
kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sutaya, 2004: 6).
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa
melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan mereka,
yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2002).
Pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi hubungan nyata sehingga
mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata mereka (Sanjaya,
2008: 255).
Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang mampu membawa perubahan ke
arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa, dan tidak mengharuskan siswa
19
menghafal fakta-fakta, tetapi lebih mendorong siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, pengetahuan awal yang mereka
miliki, pengalaman dan lingkungan siswa (Nurhadi, 2003).
Landasan filosofi CTL adalah konstruksifisme yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi membangun
keterampilan dan pengetahuan baru dari fakta-fakta yang mereka alami dalam
kehidupannya.
2.1.6.2 Metode Inquiry
Inquiry berarti pertanyaan, pemeriksaan, dan penyelidikan. Menurut Nanda
(2009) Inquiry is the set of behaviors involved in the struggle of humans being for
reasonable explanations of phenomena about which they are curious. Penelitian
adalah suatu tindakan yang memerlukan usaha atau upaya dari manusia untuk
menjelaskan suatu masalah yang ingin diketahui atau diselidiki.
Metode inquiry menurut Nanda (2009) merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan guru untuk mengajar di depan kelas dimana siswa diberi tugas untuk
meneliti suatu masalah.
Menurut Gulo (2002) menyatakan bahwa metode inquiry merupakan suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Teknik inquiry memiliki beberapa unggulan yang dapat dikemukakan sebagai
berikut (Roestiyah, 2008):
1.
Mengemukakan dan mengembangkan ”self-consept” pada diri siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ede lebih baik.
2.
Membantu dalam menggunakan ingatan pada situasi proses belajar yang baru.
3.
Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
obyektif, jujur dan terbuka.
4.
Mendorong siswa untuk befikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
5.
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
20
6.
Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7.
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8.
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9.
Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.
10.
Dapat memberi waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan juga mengakomodasi informasi.
Setiap metode mengajar tidak selalu unggul, namun juga mempunyai kekurangan.
Adapun kekurangan metode inquiry antara lain :
1.
Belajar mengajar dengan metode inquiry perlu kecerdasan.
2.
Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
Pembelajaran inquiry memerlukan lingkungan kelas dimana siswa bebas untuk
berkarya , berpendapat, menduga, dan membuat kesimpulan.
2.1.7
Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiri
Trianto (2007: 109) menyebutkan bahwa langkah-langkah inquiri adalah
sebagai berikut :
1.Merumuskan masalah
2.Mengamati atau melakukan observasi
3.Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan
karya lainnya
4.Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru atau audience lain
Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 92) langkah pembelajaran inquiri,
merupakan suatu siklus yang dimulai dari:
a. Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam
b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban
d. Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan
e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data
21
Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk
mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya dapat disimpulkan sebagai berikut:
guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah pada kelas. Siswa kemudian dibagi
menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu
yang harus dikerjakan, kemudian mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di
dalam kelompok, dan menarik kesimpulan secara mandiri. Metode ini mampu
menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja
sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah
yang dikaji.
Tujuan menggunakan metode inquiry ini adalah untuk membuat siswa
terangsang dengan tugasnya, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan
masalah itu, mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok.
Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan
kesimpulannya nantinya.
2.1.7.1 Penerapan Metode Inquiry dalam Proses Belajar Mengajar
Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dikemas
berdasarkan prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan
melalui 3 tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) menyatakan yaitu: (1) kegiatan
pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir. Sebelum kegiatan dilaksanakan,
langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
setiap kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan
pendekatan CTL yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1) Tahap Persiapan, dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran meliputi :
a. Menentukan SK dan KD
22
b. Merancang pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran Inquiry pada
pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP.
c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pembelajaran.
d. Membuat kisi-kisi Lembar Observasi
e. Membuat lembar observasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan Metode
Inquiry pendekatan CTL.
f. Membuat kisi-kisi Angket Minat.
g. Membuat lembar angket Minat siswa dalam pembelajaran menggunakan
metode Inquiri pendekatan CTL.
h. Membuat alat evaluasi pembelajaran untuk melihat hasil yang telah dilakukan
berupa tes.
2)
Tahap Pelaksanaan, meliputi :
a) Kegiatan awal
(1) Membuka pelajaran dengan salam
(2) Melakukan absensi siswa dan mengecek kesiapan siswa
(3) Melakukan appersepsi dengan menyampaikan topik yang akan
dipelajari.
b) Kegiatan Inti
a.
Eksplorasi
(1) Guru memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan topik guna
mengeksplorasi pengetahuan siswa.
(2) Siswa mendiskusikan jawaban dari pertanyaan eksplorasi yang
diberikan oleh guru.
(3) Guru mengawasi dan memberi pengarahan dalam kegiatan siswa.
b. Elaborasi
(1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan heterogenitas
kemampuan akademis.
(2) Guru memberikan penugasan pengamatan atau observasi dalam
kelompok tentang fenomena alam.
23
(3) Masing-masing kelompok membuat pertanyaan terkait fenomena yang
diamati.
(4) Didalam kelompok siswa mendiskusikan
dugaan atau kemungkinan
jawaban dari fenomena yang diamati.
(5) Dengan melakukan pengamatan dalam kelompok siswa mengumpulkan
data terkait pertanyaan yang dibuat.
(6) Siswa membuat kesimpulan berdasarkan data yang didapat dari
pengamatan.
c. Konfirmasi
(1) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
(2) Siswa mendiskusikan dan memberi tanggapan hasil dari tiap penemuan
dalam kelompok.
(3) Guru memberi konfirmasi dan penguatan atas pemahaman siswa tentang
topik yang diamati.
c) Kegiatan Akhir
(1) Menarik kesimpulan hasil topik pelajaran.
(2) Melakukan evaluasi.
2.2
Kajian hasil penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang dilakukan Tutik (2011) berjudul ” Pengaruh
Pemanfaatan Metode Inquiry Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada Semester 2
Tahun Ajaran 2010/2011”, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemanfaatan metode inquiri terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri
Siwal 01 yang nampak pada hasil rata-rata pretest sebesar 71,40, setelah dilakukan
treatment dan siswa diberi tes, rata-rata kelas menjadi 76,20, dengan t hitung sebesar
2,451 dan t tabel sebesar 2,406 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,022. Karena
tingkat signifikasi pada T-test lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti terdapat perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran dengan pemanfaatan metode inquiri dan pembelajaran konvensional.
24
Hasil penelitian Wikaningrum (2010) berjudul ”Penggunaan Metode Inkuiri
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V Pada Pembelajaran IPA di
SD Negeri 3 Kaloran Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010”, hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil adan keaktifan belajar peserta didik
yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 70. Pada kondisi awal hasil
dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam kategori rendah yang ditunjukkan
dengan rata-rata nilai 64, kemudian setelah diberikan perlakuan keaktifan dan hasil
belajar meningkat dengan rata-rata nilai 71,53, kemudian pada hasil yang kedua
meningkat kembali menjadi 78,46, dengan pencapaian ketuntasan belajar 100%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas V Mata Pelajaran IPA
SD Negeri 3 Kaloran.
Hasil penelitian Shodikin (2010) berjudul ”Peningkatan Prestasi Belajar IPA
Dengan Menggunakan Metode Contextual Teaching Learning Siswa Kelas IV SD
Negeri Ngemplak 01 Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung Semester II
Tahun Ajaran 2009/2010”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, adanya kenaikan
hasil belajar baik secara individu maupun klasikal yaitu sebesar 35% kemudian
meningkat kembali menjadi 82%.
Hasil penelitian Himmah, (2009) berjudul ”Penggunaan Metode Inquiri Guna
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kleas IV Pada pembelajaran IPA di SD Negeri
Tutup II Kec. Tunjungan Kab. Blora Semester I Tahun Ajaran 2099/2010”, hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan ketuntasan prestasi
belajar siswa terhadap pemahaman dengan kompetensi dasar mengidentifikasi wujud
nenda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. Peningkatan ketuntasan prestasi
belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya
terdapat 3 siswa ( 10.71%) yang telah tuntas dalam belajarnya, kemudian tahap
pertama pembelajaran ketuntasan meningkat menjadi 20 siswa (78.57%), pada tahap
kedua pembelajaran ketuntasan menjadi 100%. Dengan demikian disimpulkan bahwa
25
penggunaan metode pembelajaran inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri Tutup II Kec. Tunjungan Kab. Blora.
Hasil penelitian Wibowo (2011) berjudul ”Mengaktifkan Siswa Dengan
Memanfaatkan Liquid Crystal Display (Lcd) Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas IV SDN 01 Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011” hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah terjadi peningkatan minat belajar siswa terhadap pemahaman dengan
Kompetensi Dasar penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Peningkatan
minat belajar siswa pada pra siklus hingga siklu 2 antara lain pada pra siklus minat
belajar siswa cenderung rendah (44%) dan minat belajar yang tinggi (0%). Sedangkan
pada siklus 1 terdapat (20%) minat belajar rendah, (36%) sedang, dan (8%) tinggi.
Pada siklus 2 terdapat (0%) minat belajar sedang, rendah, sangat rendah, (60%) minat
belajar siswa tinggi dan (40%) minat belajar siswa sangat tinggi. Dengan demikian
disimpulkan bahwa penggunaan LCD dapat meningkatkan minat belajar siswa Kelas
IV SDN 01 Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Semester I Tahun
Pelajaran 2010/2011.
2.3
Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA.
Dalam belajar IPA dengan jalan pembelajaran yang abstrak (tanpa terjun langsung ke
lapangan) maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi, serta cara
pembelajaran seperti ini akan sangat membosankan bagi siswa.
Dalam mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu proses
pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar sehingga
berdampak pada hasil belajar siswa. Metode Inquiry merupakan salah satu metode
yang diharapkan tepat untuk meningkatkan hasil belajar serta minat belajar siswa.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka kerangka
pemikiran digambarkan dalam sebuah skema agar penelitian mempunyai gambaran
yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut :
26
Kondisi awal
Pre-test
Kelompok
kontrol (metode
konvensional)
Pembelajaran tetap
dengan
metode
konvensional
Hasil belajar
Minat belajar
Kelompok
eksperimen
(metode Inquiry)
Pembelajaran
dengan
metode
inquiry
Minat belajar
Hasil belajar
Post test
Post test
Pengaruh pembelajaran
dengan tetap menggunakan
metode konvensional dan
metode Inquiry.
Gambar 2.1 Skema kerangka pikir
Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan hasil belajar antara
kelompok
Kontrol
dan
kelompok
Eksperimen,
dimana
kelompok
kontrol
pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan metode konvensional, dan kelompok
eksperimen dengan metode inquiry. Dari kondisi awal siswa kemudian diberikan
pretest dari hasil evaluasi pada kelas uji coba. Kemudian diberikan perlakuan pada
saat pembelajaran dengan metode inquiry pada kelas eksperimen, dan tetap
menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol. Dengan metode pembelajaran
27
yang masing-masing kelompok gunakan dapat dilihat apakah hasil belajar dan minat
belajar dapat meningkat atau tidak. Kemudian pada akhir pembelajaran diberikan
posttest, sehingga di akhir dapat dilihat apakah terdapat pengaruh hasil belajar dengan
menggunakan metode inquiry dengan tetap menggunakan metode konvensional.
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
” Penggunaan pendekatan CTL dengan metode inquiry diduga dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar IPA dan minat belajar siswa di Sekolah Dasar ”
Download