8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menggunakan pendekatan CTL dengan metode inquiry yaitu metode dimana dalam suatu pembelajaran siswa berupaya menemukan sendiri pemecahan dari suatu permasalahan dengan tetap menghubungkan dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Dengan metode ini siswa dapat lebih aktif dan merasakan langsung segala aktivitas pembelajaran tidak hanya menerima pembelajaran dari guru atau buku sehingga pembelajaran nyata dengan keadaan sehari-hari, serta dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi. Metode ini juga dapat mengembangkan kemampuan serta kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran. 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang relatif permanen dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan yang merupakan hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Dengan adanya interaksi antara stimulus dan respon terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga ketrampilan, sikap, minat, watak dan penyesuaian diri. Belajar merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Purwanto, 2001). Setiap peserta didik yang telah melalui proses pembelajaran sudah tentu akan mengalami proses perubahan, baik dalam cara berfikir, tutur kata, bersikap dan berbuat, juga ilmu yang didapat. Ini didukung oleh teori Gulo (2004) yang menyatakan bahwa belajar berarti suatu proses yang berlangsung di dalam diri 8 9 seseorang yang mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap, dan berbuat (Gulo, 2004). Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif serta efisien, dan mengena pada suatu tujuan yang diharapkan. Jadi belajar bukan merupakan suatu tujuan melainkan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan, belajar merupakan langkah atau prosedur yang ditempuh, dengan kata lain belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Shodikin, 2010). Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian suatu tujuan pendidikan tergantung dari proses belajar yang dialami oleh siswa. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardi, 2009). Menurut Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Dalam konteks di atas mengandung makna dasar yaitu upaya untuk mengadakan perubahan atau pengembangan pada diri seseorang yang melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seseorang dikatakan belajar apabila ia mengadakan perubahan dalam dirinya melalui upaya terarah dan tertentu dalam mengkaji, menelaah, memahami, membiasakan diri atau menjadikan dirinya mampu dan peka terhadap perubahan dan perkembangan zaman (Winataputra,2008). Menurut Susilana (2006: 106) bahwa pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dalam suatu proses pembelajaran yang terpenting adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa harus adil, yakni adanya komunikasi yang timbal balik antara keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Siswa jangan selalu 10 dianggap sebagai subjek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan mengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik Sagala (2005). Dalam istilah pembelajaran siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehinggadalam kegiatan belajar mengajar siswa dituntut untuk beraktifitas secara penuh. Menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang dalam memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat (Winataputra, 2008). Ciri-ciri belajar ( Winataputra, 2008) adalah : 1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor) 2. Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan . interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis 3. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu 11 lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya (Aunnurrahman, 2010). Pada dasarnya ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu: 1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku . Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak semua perubahan perilaku individu merupakan hasil pembelajaran. Pengertian yang dirumuskan oleh Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi , material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. 2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan, perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif ,afektif dan motorik. 3. Pembelajaran merupakan suatu proses. prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapantahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. 4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai . 12 Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus di puaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan. 5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman . Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang ternyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman diri situasi nyata. Dari beberapa pendapat mengenai belajar yang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan atau karena latihan dan pengalaman, dari yang tidak mampu menjadi mampu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti yang mencakup aspek pengetahuan, afektif dan tingkah laku. 2.1.2. Hakikat IPA IPA diambil dari kata Scientia yang secara harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Menurut Setiawan (2011) menyebutkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Setiawan, 2011) mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Iryani, 2010: 10). Menurut kurikulum 2006 IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. 13 Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains Iryani (2010: 10) merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan IPA adalah suatu proses yang merupakan langkah-langkah yang ditempuh para peneliti untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari penjelasan itulah tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. 2.1.2.1 Tujuan pembelajaran IPA Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (Winarsih, 2003) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI diantaranya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan pemberian mata pelajaran IPA menurut adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsepkonsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan suatu metode dalam memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga lebih mencintai dan menyadari kebesaran serta kekuasaan penciptanya. 2.1.3. Hakikat IPA SD Peningkatan mutu pembelajaran IPA di SD diupayakan antara lain melalui pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada aktivitas siswa. Yang memberikan 14 kesempatan pada siswa sebanyak-banyaknya untuk melakukan observasi sederhana untuk menemukkan sendiri konsep yang dibahas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran IPA merupakan salah satu dari sekian pembelajaran yang terdapat di jenjang pendidikan dasar. Berdasarkan KTSP (kurikulum 2006) pendidikan di tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah memiliki tujuan antara lain: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaannyan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep IPA yang sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tekhnologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan sekitar dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu memiliki obyek kajian berupa benda, fakta, konsep, fenomena alam, sistem, dan teknologi. IPA merupakan suatu ilmu yang mempunyai cakupan yang sangat luas, yang terdiri dari beberapa cabang disiplin ilmu, maka dari itu IPA selalu berhubungan erat dengan semua aspek kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran IPA tidak hanya untuk memahami pengetahuan tapi juga memberikan kesempatan agar siswa terlibat dan belajar dengan menggunakan berfikir 15 ilmiah, sehingga hasil yang diperoleh adalah pengetahuan cara berfikir, sikap dan ketrampilan termasuk ketrampilan komunikasi. 2.1.4. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3). Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, yaitu usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes, (Shodikin, 2010). Menurut Koster (2001) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian siswa setelah mengalami proses belajar mengajar yang terwujud dalam bentuk pengetahuan (kognitif) maupun konsep diri siswa (afektif) seperti sikap watak, kepribadian, serta ketrampilan tertentu ( psikomotorik). Hasil belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam suatu keahlian atau sekumpulan pengetahuan (shodikin, 2010). Hasil belajar biasanya mengacu pada tercapainya tujuan belajar. Hasil belajar menurut Uno (2008: 213) adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kingsley dalam Sudjana (2004) menyatakan, hasil belajar dibagi 3 macam : 1. keterampilan dan kebiasaan 2. pengetahuan dan pengarahan 3. sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004) Djamarah (2000: 45) menyatakan bahwa, hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah tercipta selama seseorang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi yang membanggakan dibutuhkan 16 perjuangan dan pengorbanan yang besar. Hanya dengan kesungguhan dan kemauan yang tinggi serta rasa optimisme dirilah yang dapat mewujudkannya. Menurut Munawar (2009) berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai dalam tiga kategori ranah yaitu : 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Meliputi 5 jenjang kemauan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakteristik dengan suatau nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotorik Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Dari beberapa pengertian hasil belajar yang telah disampaikan beberapa ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa hasil hasil belajar merujuk pada kemampuan beberapa aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap ( afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Perubahan kemampuan dalam hasil belajar dalam hal ini adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Hasil belajar berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik tersebut diperoleh pada akhir proses pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Untuk mengukur hasil belajar tersebut guru menggunakan teknik tes, berupa tes pilihan ganda. Sedangkan teknik non tes meliputi observasi atau pengamatan, dan Angket. Dalam penelitian inihasil belajar merupakan peningkatan kemampuan kognitif yang diukur menggunakan tes guna mendapatkan data berupa nilai. 2.1.5. Minat Belajar Siswa Minat belajar adalah suatu keinginan seseorang yang kuat untuk melakukan perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan. Minat sangat erat 17 hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orang tuanya (Yurmilza, 2011). Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai rasa sayang. Kemudian dikemukakan bahwa minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Slameto, 2003). Minat belajar adalah adalah suatu kemampuan dalam diri seseorang ditandai dengan suatu pengubahan perilaku dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak tahu menjadi tahu dalam belajar Martini (Stepanus, 2011). Menurut Suparyatun (Stepanus, 2011) memandang minat sebagai pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan kemauan dan tergantung dari bakat dan kemampuan. Slameto (2003) menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya minat. Hasil belajar akan menjadi optimal jika adanya minat yang tinggi pada diri siswa. Makin tinggi minat belajar yang dimiliki siswa maka akan semakin baik hasil belajar yang didapatnya. Jadi, dengan minat belajar yang tinggi dan kemampuan siswa untuk melaksanakannya maka siswa akan senantiasa menentukan intensitas belajarnya (Stepanus, 2011). 18 Menurut pendapat para ahli minat merujuk pada suatu kemauan, kemampuan, rasa suka, rasa senang, dan ketertarikan seseorang terhadap suatu hal. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar yang dilihat disini adalah rasa yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran yang mereka ikuti berupa rasa senang, dan ketertarikan dengan penggunaan metode pembelajaran baru, karena minat dapat memusatkan pikiran berupa perhatian dalam usaha belajar. 2.1.6. Metode Inquiry dan Contextual Teaching Learning 2.1.6.1 Contextual Teaching Learning Hakekat dari pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak-anak, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi dan Senduk, 2004). Contextual Teaching learning adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru dalam menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengatahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sutaya, 2004: 6). CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2002). Pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi hubungan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata mereka (Sanjaya, 2008: 255). Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa, dan tidak mengharuskan siswa 19 menghafal fakta-fakta, tetapi lebih mendorong siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, pengetahuan awal yang mereka miliki, pengalaman dan lingkungan siswa (Nurhadi, 2003). Landasan filosofi CTL adalah konstruksifisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi membangun keterampilan dan pengetahuan baru dari fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya. 2.1.6.2 Metode Inquiry Inquiry berarti pertanyaan, pemeriksaan, dan penyelidikan. Menurut Nanda (2009) Inquiry is the set of behaviors involved in the struggle of humans being for reasonable explanations of phenomena about which they are curious. Penelitian adalah suatu tindakan yang memerlukan usaha atau upaya dari manusia untuk menjelaskan suatu masalah yang ingin diketahui atau diselidiki. Metode inquiry menurut Nanda (2009) merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas dimana siswa diberi tugas untuk meneliti suatu masalah. Menurut Gulo (2002) menyatakan bahwa metode inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Teknik inquiry memiliki beberapa unggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut (Roestiyah, 2008): 1. Mengemukakan dan mengembangkan ”self-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ede lebih baik. 2. Membantu dalam menggunakan ingatan pada situasi proses belajar yang baru. 3. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4. Mendorong siswa untuk befikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 20 6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9. Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional. 10. Dapat memberi waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan juga mengakomodasi informasi. Setiap metode mengajar tidak selalu unggul, namun juga mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan metode inquiry antara lain : 1. Belajar mengajar dengan metode inquiry perlu kecerdasan. 2. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. Pembelajaran inquiry memerlukan lingkungan kelas dimana siswa bebas untuk berkarya , berpendapat, menduga, dan membuat kesimpulan. 2.1.7 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiri Trianto (2007: 109) menyebutkan bahwa langkah-langkah inquiri adalah sebagai berikut : 1.Merumuskan masalah 2.Mengamati atau melakukan observasi 3.Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya lainnya 4.Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audience lain Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 92) langkah pembelajaran inquiri, merupakan suatu siklus yang dimulai dari: a. Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban d. Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data 21 Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya dapat disimpulkan sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah pada kelas. Siswa kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok, dan menarik kesimpulan secara mandiri. Metode ini mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Tujuan menggunakan metode inquiry ini adalah untuk membuat siswa terangsang dengan tugasnya, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulannya nantinya. 2.1.7.1 Penerapan Metode Inquiry dalam Proses Belajar Mengajar Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dikemas berdasarkan prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) menyatakan yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir. Sebelum kegiatan dilaksanakan, langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi setiap kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan pendekatan CTL yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1) Tahap Persiapan, dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran meliputi : a. Menentukan SK dan KD 22 b. Merancang pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran Inquiry pada pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP. c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pembelajaran. d. Membuat kisi-kisi Lembar Observasi e. Membuat lembar observasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan Metode Inquiry pendekatan CTL. f. Membuat kisi-kisi Angket Minat. g. Membuat lembar angket Minat siswa dalam pembelajaran menggunakan metode Inquiri pendekatan CTL. h. Membuat alat evaluasi pembelajaran untuk melihat hasil yang telah dilakukan berupa tes. 2) Tahap Pelaksanaan, meliputi : a) Kegiatan awal (1) Membuka pelajaran dengan salam (2) Melakukan absensi siswa dan mengecek kesiapan siswa (3) Melakukan appersepsi dengan menyampaikan topik yang akan dipelajari. b) Kegiatan Inti a. Eksplorasi (1) Guru memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan topik guna mengeksplorasi pengetahuan siswa. (2) Siswa mendiskusikan jawaban dari pertanyaan eksplorasi yang diberikan oleh guru. (3) Guru mengawasi dan memberi pengarahan dalam kegiatan siswa. b. Elaborasi (1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan heterogenitas kemampuan akademis. (2) Guru memberikan penugasan pengamatan atau observasi dalam kelompok tentang fenomena alam. 23 (3) Masing-masing kelompok membuat pertanyaan terkait fenomena yang diamati. (4) Didalam kelompok siswa mendiskusikan dugaan atau kemungkinan jawaban dari fenomena yang diamati. (5) Dengan melakukan pengamatan dalam kelompok siswa mengumpulkan data terkait pertanyaan yang dibuat. (6) Siswa membuat kesimpulan berdasarkan data yang didapat dari pengamatan. c. Konfirmasi (1) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. (2) Siswa mendiskusikan dan memberi tanggapan hasil dari tiap penemuan dalam kelompok. (3) Guru memberi konfirmasi dan penguatan atas pemahaman siswa tentang topik yang diamati. c) Kegiatan Akhir (1) Menarik kesimpulan hasil topik pelajaran. (2) Melakukan evaluasi. 2.2 Kajian hasil penelitian yang relevan Hasil penelitian yang dilakukan Tutik (2011) berjudul ” Pengaruh Pemanfaatan Metode Inquiry Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada Semester 2 Tahun Ajaran 2010/2011”, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemanfaatan metode inquiri terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Siwal 01 yang nampak pada hasil rata-rata pretest sebesar 71,40, setelah dilakukan treatment dan siswa diberi tes, rata-rata kelas menjadi 76,20, dengan t hitung sebesar 2,451 dan t tabel sebesar 2,406 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikasi pada T-test lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan pemanfaatan metode inquiri dan pembelajaran konvensional. 24 Hasil penelitian Wikaningrum (2010) berjudul ”Penggunaan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V Pada Pembelajaran IPA di SD Negeri 3 Kaloran Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010”, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil adan keaktifan belajar peserta didik yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 70. Pada kondisi awal hasil dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam kategori rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 64, kemudian setelah diberikan perlakuan keaktifan dan hasil belajar meningkat dengan rata-rata nilai 71,53, kemudian pada hasil yang kedua meningkat kembali menjadi 78,46, dengan pencapaian ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas V Mata Pelajaran IPA SD Negeri 3 Kaloran. Hasil penelitian Shodikin (2010) berjudul ”Peningkatan Prestasi Belajar IPA Dengan Menggunakan Metode Contextual Teaching Learning Siswa Kelas IV SD Negeri Ngemplak 01 Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Ajaran 2009/2010”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, adanya kenaikan hasil belajar baik secara individu maupun klasikal yaitu sebesar 35% kemudian meningkat kembali menjadi 82%. Hasil penelitian Himmah, (2009) berjudul ”Penggunaan Metode Inquiri Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kleas IV Pada pembelajaran IPA di SD Negeri Tutup II Kec. Tunjungan Kab. Blora Semester I Tahun Ajaran 2099/2010”, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa terhadap pemahaman dengan kompetensi dasar mengidentifikasi wujud nenda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. Peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa ( 10.71%) yang telah tuntas dalam belajarnya, kemudian tahap pertama pembelajaran ketuntasan meningkat menjadi 20 siswa (78.57%), pada tahap kedua pembelajaran ketuntasan menjadi 100%. Dengan demikian disimpulkan bahwa 25 penggunaan metode pembelajaran inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Tutup II Kec. Tunjungan Kab. Blora. Hasil penelitian Wibowo (2011) berjudul ”Mengaktifkan Siswa Dengan Memanfaatkan Liquid Crystal Display (Lcd) Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN 01 Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011” hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan minat belajar siswa terhadap pemahaman dengan Kompetensi Dasar penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Peningkatan minat belajar siswa pada pra siklus hingga siklu 2 antara lain pada pra siklus minat belajar siswa cenderung rendah (44%) dan minat belajar yang tinggi (0%). Sedangkan pada siklus 1 terdapat (20%) minat belajar rendah, (36%) sedang, dan (8%) tinggi. Pada siklus 2 terdapat (0%) minat belajar sedang, rendah, sangat rendah, (60%) minat belajar siswa tinggi dan (40%) minat belajar siswa sangat tinggi. Dengan demikian disimpulkan bahwa penggunaan LCD dapat meningkatkan minat belajar siswa Kelas IV SDN 01 Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011. 2.3 Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA. Dalam belajar IPA dengan jalan pembelajaran yang abstrak (tanpa terjun langsung ke lapangan) maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi, serta cara pembelajaran seperti ini akan sangat membosankan bagi siswa. Dalam mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Metode Inquiry merupakan salah satu metode yang diharapkan tepat untuk meningkatkan hasil belajar serta minat belajar siswa. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran digambarkan dalam sebuah skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut : 26 Kondisi awal Pre-test Kelompok kontrol (metode konvensional) Pembelajaran tetap dengan metode konvensional Hasil belajar Minat belajar Kelompok eksperimen (metode Inquiry) Pembelajaran dengan metode inquiry Minat belajar Hasil belajar Post test Post test Pengaruh pembelajaran dengan tetap menggunakan metode konvensional dan metode Inquiry. Gambar 2.1 Skema kerangka pikir Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelompok Kontrol dan kelompok Eksperimen, dimana kelompok kontrol pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan metode konvensional, dan kelompok eksperimen dengan metode inquiry. Dari kondisi awal siswa kemudian diberikan pretest dari hasil evaluasi pada kelas uji coba. Kemudian diberikan perlakuan pada saat pembelajaran dengan metode inquiry pada kelas eksperimen, dan tetap menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol. Dengan metode pembelajaran 27 yang masing-masing kelompok gunakan dapat dilihat apakah hasil belajar dan minat belajar dapat meningkat atau tidak. Kemudian pada akhir pembelajaran diberikan posttest, sehingga di akhir dapat dilihat apakah terdapat pengaruh hasil belajar dengan menggunakan metode inquiry dengan tetap menggunakan metode konvensional. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : ” Penggunaan pendekatan CTL dengan metode inquiry diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dan minat belajar siswa di Sekolah Dasar ”