METODE ILMIAH Rancangan Variabel PENELITIAN KUANTITATIF

advertisement
1
METODE PENELITIAN KUANTITATIF:
RANCANGAN, INSTRUMEN DAN VARIABEL
Oleh
Prof.DR Ir Soemarno,MS
September 2013
PENDAHULUAN
Data dan informasi ilmiah yang termaktub dalam khasanah pengetahuan dan
ilmu semata-mata merupakan hasil rekayasa manusia yang semula diawali kekaguman
manusia terhadap lingkungan di sekitarnya . Kekaguman ini menimbulkan keinginan
manusia untuk mengetahui dan selanjutnya bagaimana alam dapat dikuasai manusia.
Fenomena dan kejadian alam dapat dipelajari karena lazimnya hal-hal yang terjadi
secara alamiah akan berlangsung menurut hukum keteraturan dan konsistensi.
Lazimnya suatu "Ilmu" disusun berdasarkan pengalaman manusia dari hasil
pengamatan manusia terhadap alam, semula menghubungkan satu fenomena satu
dengan lainnya yang bilamana diketahui manusia disebut pengetahuan (knowledge).
Pengamatan adalah suatu tindakan manusia dalam usaha memahami suatu kejadian
(gejala), dan dari hasil pengamatannya manusia berusaha menarik kesimpulan umum
(generalisasi). Pada prinsipnya ada dua pokok kegiatan mental manusia yang
memungkinkan tersusunnya ilmu pengetahuan, yaitu (1) pengamatan, dan (2)
inferensia. Keduanya merupakan komponen dari metoda penelitian ilmiah (scientific
research).
Scientific research: kegiatan manusia yang membutuhkan kecer dikan
(astute), pengamatan atau persepsi obyektif dan dan daya evaluasi dan generalisasi
yang tajam. Tujuan dari penelitian ilmiah adalah untuk memperoleh pengertian
terhadap suatu fenomena atau proses dalam penyelidikan spesifik untuk dapat
memprediksikan dengan akurat mengenai apa yang terjadi dalam proses itu sendiri
atau memodifikasikan proses atau dalam mengembangkan proses baru seperti metoda
produksi (teknologi) yang lebih efisien. Dilihat dari segi metodologi, seluruh ilmu
pengetahuan didasarkan pada:
(1). Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus; dan pengumpulan
data yang sistematis.
(2). Analisis yang digunakan dalam bentuk berbagai cara, antara lain: (a). Analisis
langsung (direct analysis), (b). Analisis perbandingan (comparative analysis), (c).
Analisis matematis dengan meng gunakan model matematis.
(3). Penyusunan model-model atau teori, serta pemuatan peramalan-peramalan
dengan menggunakan model itu.
(4). Penelitian-penelitian untuk menguji ramalan-ramalan tersebut, hasilnya mungkin
benar atau mungkin salah.
2
Proses penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha manusia yang dilakukan
secara sadar dan terencana dengan pentahapan proses secara sistematik untuk : (1)
memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di lapang, atau (2)
menambah khasanah ilmu penge tahuan, baik berupa penemuan teori-teori baru atau
penyempurnaan yang sudah ada.
Dengan demikian penelitian juga dapat digunakan sebagai tolok ukur kemajuan
suatu negara, karena melalui penelitian inilah ilmu pengetahuan dan teknologi baru
dapat dihasilkan. Secara umum penelitian (research), dalam pengertian umum dapat
dibedakan antara survai (survey) atau studi kasus (case study) di satu pihak dan
penelitian (experiment) di pihak lain. Untuk dapat melaksanakan penelitian secara
baik, diperlukan penguasaan yang memadai tentang metode penelitian itu sendiri, baik
yang menyangkut pengetahuan teoritikal, ketrampilan dalam praktek dan juga
pengalaman-pengalaman. Lebih dari itu, cara pelaksanaan penelitian yang baik saja
sering dirasa belum mencukupi bila kita tidak berhasil menyebar luaskan dan
meyakinkan akan kegunaan hasil penelitian tersebut kepada masyarakat, melalui
publikasi-publikasi dan pertemuan ilmiah.
Sementara orang seringkali mencampur-adukkan pengertian "metode
penelitian" dan "metodologi penelitian". Metodologi penelitian membahas konsep
teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, serta pemilihan metode yang
akan digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan "metode penelitian"
mengemukakan secara teknis tentang metode-metod yang dipakai dalam suatu
penelitian.
Seringkali metodologi penelitian diperkenalkan dalam maknanya yang teknis
belaka, misalnya langsung membahas tentang populasi, teknik sampling, merumuskan
masalah, mendisain dan merancang instrumen kuantifikasi data, dan sebagainya.
Selain itu, banyak peneliti telah tenggelam pada berbagai teknik sampling, teknik
instrumentasi, teknik analisis, tanpa menyadari bahwa dia telah menjadi penganut
filsafat ilmu tertentu. Pengguna metodologi seperti biasnaya akan cenderung menolak
cara-cara kerja lainnya sebagai spekulatif, subyektif, dan sebagainya. Sebaliknya para
penganbut filsafat ilmu yang berbeda memberi cap "bohong", "munafik" pada lanbgkahlangkah kerja penelitian yang memulai tulisannya dengan "alasan pemilihan judul", dan
lainnya. Mereka ini lupa atau tidak tahu bahwa ada metodologi penelitian berbeda
yang menggunakan dasar filsafat ilmu yang lain, yang memang menuntut langkah kerja
seperti itu.
Berdasarkan uraian di atas maka seyogyanya seorang peneliti mengetahui dan
menyadari bahwa dia menggunakan landasan filsafat ilmu yang mana untuk metodologi
penelitian yang digunakannya; sehingga dia menyadari kelebihan dan kelemahan
metodologi yang digunakannya, dan sadar pula bahwa ada metodologi epenelitian lain
yang menggunakan landasan filsafat ilmu yang berbeda.
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode
penelitian, ilmu tentang alat-alat untuk penelitian. Di lingkungan filsafat, logika dikenal
sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran, dan kalau disusun secara
sistematis, metodologi penelitian merupakan bagian dari logika. Kita mengenal lima
macam model logika, yaitu (1) logika formal Aristoteles, (2) Logika matematika
deduktif, (3) Logika matematika induktif, (4) Logika matematik probabilistik, dan (5)
Logika reflektif.
Logika formal Aristoteles berupaya menyusun struktur hubungan antara
sejumlah proposisi. Untuk membuat generalisasi, logika Aristoteles mengaksentuasikan
pada prinsip-prinsip relasi formal antar proposisi. Proposisi merupakan penegasan
tentang relasi antar jenis , proposisi juga dapat dimaknakan sebagai hubungan antar
konsep.
Logika matematika deduktif membangun konstruksi pembuktian kebenaran
mendasarkan pada proposisi-proposisi kategorik seperti Logika tradisional Aristoteles.
3
Bedanya ialah kalau Logika Aristoteles mendasarkan pada kebenaran formalnya,
sedangkan Lohgika Matematik deduktif mendasrakan pada kebenaran materiil. Logika
Aristoteles menguji kebenaran formal dari proposisi khusus (yang disebut sebagai
premis minor) berdasar kebenaran proposisi universal (disebut sebagai premis mayor).
Kontradiksi antar keduanya berarti premis minor ditolak. Konstruksi keseluruhan
pembuktiannya menggunakan silogisme: bahwa kalau a termasuk dalam b dan b dalam
c, maka a termasuk dalam c. Logika matematik deduktif menguji kebenaran materiil
kasus berdasarkan dalil, hukum, teori, atau proposisi umum universal lain. Logika
Aristoteles menuntut dipenuhi syarat formal, logika matematika deduktif melihat
kebenaran materiil. Proposisi universal dikenal dengan nama-nama: asumsi, aksioma,
postulat, teori, dan tesis. Asumsi merupakan proposisi universal yang "self evident"
benar dan tidak memerlukan pembuktian. Aksioma merupakan pernyataan tentang
sejumlah sesuatu yang mempunyai hubungan tertentu dan benar; kebenaran ini kalau
perlu dapat dibuktikan. Setara dengan "aksioma", dalam ilmu-ilmu sosial dikenal istilah
"postulat". Tesis merupakan pernyataan yang telah diuji kebenarannya lewat evidensi,
mungkin berlandaskan empoiris, atau berdasarkan argumentasi tergantung pada teori
yang dianut. "Teori" merupakan suatu konstruksi pernyataan yang integratif yang
didalamnya terkandung asumsi, aksioma/postulat, sejumlah tesis, dan sejumlah
proposisi. Teori yang valid memuat lebih banyak tesis daripada proposisi.
Logika matematik induktif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu logika
matematika induktif kategorik dan logika matematik probabilistik.
Keduanya
membangun generalisasi secara induktif berdasarkan empiri.
Logika kategorik
menetapkan kebenaran dengan penetapan yang implisit dan eksplisit terhadap
ketegorisasi yang ditetapkan; sedangkan Logika probabilistik menamplkan proposisi
universal relatif yang memberi peluang atas kemungkinan benar dan salah dalam
proposisinya.
Untuk menguji dan memperoleh kebenaran logika reflektif bergerak mondarmandir antara induksi dan deduksi. Untuk hal-hal yang deterministik digunakan logika
reflektif kategorik, sedngkan untuk hal-hal yang indeterministik digunakan logika reflektif
probabilistik.
POPULASI DAN SAMPEL
Dalam suatu penelitian survei, sumber informasi diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Sumber informasi ini dapat dibedakan menjadi sumber
informasi utama (primair) dan sumber informasi pendukung (sekunder). Sumber
informasi utama lazimnya juga dikenal sebagai "POPULASI". Dalam konteks ini
"populasi" diartikan sebagai himpunan semua hal yang ingin diketahui, dan biasanya
juga disebut sebagai "universum'. Populasi ini dapat berupa lembaga, individu,
kelompok, dokumen, atau konsep. Dalam penentuan populasi ada empat faktor yang
harus diperhatikan, yaitu (a) Isi, (b) satuan, (c) cakupan (skope), dan (d) waktu.
Suatu teladan adalah :
ISI
SATUAN
CAKUPAN
WAKTU
Semua murid yang berumur 14 tahun
Yang bersekolah di SLTP
Di Jawa Timur
Pada tahun 1995.
4
Populasi juga dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan unit analisis yang ciricirinya akan diduga (akan dianalisis). Dalam konteks ini dapat dibedakan antara
POPULASI TARGET dan POPULASI SURVEI. Populasi target adalah populasi yang
telah kita tentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari
populasi ini akan disimpulkan. Populasi survei merupakan populasi yang terliput dalam
penelitian.
Secara ideal kedua populasi ini sehatrusnya identik, tetapi pada
kenyataannya seringkali berbeda.
SAMPEL atau CONTOH adalah sebagian dari populasi yang diteliti/diobservasi
dan dianggap dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi. Dalam teknik
penarikan sampel dikenal dua jenis, yaitu penarikan sampel probabilita dan non
probabilita. Sampel probabilita adalah teknik poenarikan sampel dimana setiap anggota
populasi diberi/disediakan kesempatan yang sama untuk dapat dipilih menjadi sampel.
1. Sampel Probabilita
Ada empat macam cara yang lazim:
(1). Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Sampel acak sederhana adalah sampel ayang diambil sedemikian rupa sehingga
anggota populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih
menjadi sampel.
(2). Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel dimana anggota sampel dipilih secara sistematis
dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada dalam keadaan acak atau
membaur.
(3). Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Apabila kita akan mengkaji hubungan antar variabel, atau kita melibatkan variabel
bebas dan variabel tidak bebas (terikat), maka diperlukan metode penarikan
sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang jelas harus ditetapkan untuk
membatasi strata. Penarikan sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara pro
porsional atau tidak proporsional. Keuntungan dari cara penarikan sampel ini
adalah (a) semua ciri populasi yang heterogen dapat terwakili, (b) dapat dikaji
hubungan antar strata, atau memban dingkannya.
(4). Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling)
Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan "POPULASI MINI" yang sifat dan karakternya
sama dengan seluruh POPULASI. Populasi mini seperti ini disebut CLUSTER atau
GEROMBOL. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel secara acak.
Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui bahwa setiap gerombol
menggambarkan sifat populasi secara tuntas.
2. Sampel Tidak Probabilita
(1). Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling)
Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau yang
pertama kali dijumpainya dan seterusnya.
(2). Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)
Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel penelitiannya dengan
anggapan atau menurut pendapatnya sendiri.
(3). Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)
5
Populasi dibagi menjadi ebberapa strata sesuai dengan fokus pene litian.
Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak mengetahui jumlah yang
rinci dari setiap strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah
untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.
(4). Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)
Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di atas rumput, dari
sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali ditentukan satu atau beberapa
responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan
sampel. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden
sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian pemasaran.
PREPOSISI PENELITIAN
1. Konsep dan Variabel
KONSEP adalah merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda
atau gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata. Konsep dapat dibentuk
dengan jalan abstraksi atau generalisasi. ABSTRAKSI adalah proses menarik intisari
dari ide-ide, hal-hal, benda-benda, atau gejala sosial. Sedangkan GENERALISASI
adalah menarik kesimpulan umum dari sejumlah ide- ide, hal-hal, benda-benda, atau
gejala sosial yang khusus. Ciri dari suatu konsep adalah bersifat umum. Contoh yang
mudah dipahami adalah konsep “tanaman”, “ternak”, "meja", "kursi", "masyarakat",
"organisasi", "asimilasi", "kebahagiaan" dan lainnya. Konsep ber-fungsi untuk
menyederhanakan pemikiran terhadap ide-ide, hal-hal, benda-ben-da, atau gejala
sosial. Dalam konteks ini konsep harus didefinisikan dengan jelas dan tegas.
Definisi merupakan pernyataan yang dapat mengartikan atau memberi makna
suatu istilah atau konsep tertentu. Tiga hal pokok dalam membuat definisi adalah (1)
apa yang mendefinisikan sebaiknya tidak mengandung istilah atau konsep yang
didefinisikan, atau mengandung istilah sinonim, atau istilah yang erat bergantung pada
apa yang didefinisikan; (2) definisi tidak dirumuskan dalam kalimat negatif, dan (3)
definisi sebaiknya dalam bahasa yang sederhana dan jelas serta terperinci agar mudah
dimengerti oleh orang lain dan komunikatif.
Dalam penelitian empiris, konsep yang abstrak harus dapat diubah
menjadi suatu konsep yang lebih konkrit agar dapat diamati dan diukur. Konsep
yang lebih konkrit ini lazim dikenal sebagai VARIABEL, yaitu suatu konsep yang
mempunyai variasi nilai. Misalnya konsep "BADAN" dan variabel "BERAT
BADAN".
2. Jenis Preposisi
Preposisi adalah suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih dari satu
konsep atau variabel. Preposisi yang hanya terdiri atas satu konsep atau variebal
disebut UNIVARIAT. Preposisi yang menyangkut hubungan antara dua konsep atau
variabel disebut BIVARIAT, dan lebih dari dua konsep atau variabel disebut
MULTIVARIAT. Beberapa jenis preposisi yang lazim digunakan adalah Aksioma,
Postulasi, Teori, Hipotesis, dan Generalisasi Empiris.
6
Jenis Preposisi
Generalisasi
Empiris
Hipotesis
Teori
Postulasi
Aksioma.
Bagaimana dibuat
Dibuat dari data
Dapat langsung diuji
atau tidak
ya
Dibuat secara deduksi atau dari data
Dibuat dari aksioma atau postulasi
Dianggap benar
Benar berdasarkan definisi
ya
ya
tidak
tidak
3. Teori dan Jenis Teori
Suatu teori berusaha untuk menjawab pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana".
Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang saling
berkaitan, bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu gejala.
Untuk melihat apakah suatu teori dirumus kan secara baik dapat dievaluasi melalui halhal (a) dapat diuji, (b) satuan analisis, (c) kesederhanaan, (d) dapat menjelaskan atau
memprediksi suatu gejala.
4. Sekala Variabel
Ciri-ciri atau karakteristik dari nilai variabel pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat tingkatan skala, yaitu SEKALA NOMINAL, SEKALA ORDINAL, SEKALA
INTERVAL, dan SEKALA RASIO.
Sekala Nominal hanya sekedar membedakan satu kategori dengan kategori
lainnya dari suatu variabel. Dasar perbedaannya adalah penggo longan yang tidak
saling tumpang tindih antar kategori. Sekala ordinal mempunyai sifat membedakan dan
mencerminkan adanaya tingkatan. Misalnya jenjang kepangkatan meliter "Mayor",
"Kapten", "Letnan". Sekala interval mempunyai sifat membedakan, mempunyai
tingkatan dan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan kategori
lainnya. Misalnya variabel "umur". Sekala rasio mempunyai sifat membedakan,
mempunyai tingkatan dan jarak, dan setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan
atau titik yang sama (titik nol mutlak). Misalnya variabel "berat badan", keadaan tanpa
bobot dapat dipakai sebagai titik nol mutlaknya.
Sifat Sekala
Membedakan ( =; #)
Urutan (<;>)
Jarak (+; -)
Nol mutlak (x; :)
Nominal
ya
-
Ordinal
ya
ya
-
Interval
ya
ya
ya
-
Rasio
ya
ya
ya
ya
Dalam penelitian, selain "sekala" kita lazim mengenal istilah "indeks", yaitu
ukuran gabungan untuk suatu variabel. Dari beberapa variabel kita menggabungkannya dengan cara etertentu untuk megukur suatu variabel atau konsep baru.
Dalam proses penggabungan ini dapat digunakan pembobot yang sama atau berbeda
untuk setiap variabel yang digabungkan. Dalam penggabungan ini dapat digunakan
cara (1) Summated Rating, (2) Sekala Likert, dan (3) Sekala Guttman.
Summated Rating: yaitu suatu cara pengelompokkan variabel dengan sekedar
menjumlahkan skor dari nilai sejumlah variabel yang akan dikelompokkan. Sekala
7
Guttman
atau
Sekalogram:
sekala
yang
bersifat
unidimensional
dan
pernyataan/pertanyaan/variabel yang tercakup dalam sekala ini mempunyai bobot yang
berbeda. Sekala Likert: suatu ukuran gabungan yang berusaha untuk mengurangi
akibat dari ukuran yang multidimensional, dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
yang unidimensional.
5. Pengukuran Variabel
Indikator adalah hal-hal yang digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan
dan mengukur suatu konsep. Misalnya konsep "status sosial ekonomi" mempunyai
indikatro-indikator "pendidikan", "peker-jaan", dan "penghasilan". Operasionalisasi
konsep: upaya untuk men-jabarkan pengertian suatu konsep yang abstrak dengan
menu-runkannya pada tingkatan yang lebih konkrit, dengan bantuan beberapa variabel
sebagai indikator yang dapat menunjukkan dan mengukur konsep tersebut.
Dunia konsep
(abstrak)
Operasionalisasi
-------------------- X -------------------------
X1
Dunia nyata/
empiris
konkrit
X1.1 X1.2
X2
X2.1 X2.2
X3
X3.1
X3.2
Keterangan:
X = Status sosial ekonomi
X1 = Pendidikan; X2 = pekerjaan; X3 = penghasilan
X1.1 = jenjang pendidikan terakhir
X1.2 = lama waktu pendidikan
X2.1 = jenis pekerjaan utama; X2.2 = jenis pek. sampingan
X3.1 = jumlah penghasilan utama;
X3.2 = jumlah penghasilan sampingan
X1,X2, dan X3 adalah indikator untuk X
X1.1 dan X1.2 adalah indikator untuk X1.
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang suatu variabel yang diukur,
sangat membantu dalam komunikasi antara peneliti. Misalnya, "Penduduk yang
tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran senilai
kurang dari 320 kg beras per kapita per tahun untuk penduduk pedesaan dan 480
kg untuk perkotaan."
6. Hubungan antar variabel
8
Hubungan antara variabel berdasarkan sifat hubungannya dapat dibedakan
menjadi hubungan simetris dan hubungan asimetris; berdasar kan jumlah variabel yang
terlibat menjadi bivariat dan multivariat; berdasar kan bentuk hubungannya menjadi
linear dan tidak linear; berdasarkan kondisi hubungannya menjadi hubungan yang
perlu, hubungan yang cukup dan hubungan yang perlu dan cukup.
Kaitan antara teori dengan hipotesis dan konsep dengan variabel dapat
diabstraksikan sbb:
.
Tingkatan
teori
Tingkatan
empiris
Teori
KONSEP <-----------------------------> KONSEP
Hipotesis
VARIABEL <---------------------------> VARIABEL
Dalam hubungan antar variabel seringkali ditemukan adanya variabel antara
sbb:
9
Variabel bebas
Variabel antara
Var tidk bebas
X --------------------------> Z ---------------------------------> Y
Variabel bebas
X1
Variabel antara
Var tdk bebas
Z ----------------------------------------- > Y
Variabel bebas
X2
Variabel kontrol: variabel yang berperan mengontrol hubungan antara dua
variabel, yaitu hubungan semu atau sejati. Hubungan semu adalah hubungan antara
dua variabel yang hanya ada dalam data, tetapi secara logika sebenarnya tidak ada
hubungan. Hubungan ini ada karena terdapat variabel ke tiga yang berhubungan
secara positif dengan kedua variabel.
Ada-tidaknya
kebun binatang
hubungan
positif
Tingkat
Y
kejahatan
X
hubungan
positif
Z
Besar-kecilnya kota
7. Validitas (Keabsahan) dan Reliabilitas (keterandalan)
Dalam usaha untuk memperoleh kejelasan tentang konsep atau hubungan antar
konsep yang sedang diteliti, langkah penting yang harus dilakukan adalah mengadakan
pengukuran. Dalam konteks pengukuran inilah muncul masalah keabsahan dan
keterandalan.
"Apakah anda betul mengukur apa yang hendak anda ukur?" Suatu penelitian
disebut valid (absah) apabila peneliti memang menukur konsep yang digunakan
dalam penelitiannya sesuai dengan apa yang hendak diukur dan konsep itu diukur
secara tepat. Dengan kata lain keabsahan menyatakan tingkat kesesuaian antara
konsep dan hasil pengukuran atau antara konsep dengan kenyataan empiris.
Keterandalan mencerminkan kecepatan dan kemantapan alat ukur dalam
mengukur suatu konsep, sehingga yang dipermasalahkan adalah kesesuaian antara
hasil-hasil pengukuran di tingkatan kenyataan empiris.
10
RANCANGAN PENELITIAN:
RUMUSAN PERMASALAHAN, TUJUAN DAN KEGUNAAN, KERANGKA TEORI DAN KONSEPSI,
HIPOTESIS
1. Pendahuluan
Jika peneliti ingin usulan yang ditulis dapat bersaing maka ikutilah petunjuk
format penulisan proposal yang diberlakukan. Mengapa harus diikuti ? Karena usul
penelitian itu akan dievaluasi, yang pertama dinilai apakah format telah sesuai; jika
tidak sesuai maka usul penelitian akan gagal memasuki babak penilaian akademis
berikutnya yang menilai mengenai isi usul penelitian.
Beberapa hal penting dalam penyusunan usul penelitian ialah (1) Rumusan
permasalahan, (2) tujuan dan kegunaan, (3) kerangka teori dan konseptual dan (4)
Hipotesis. Outline usul penelitian secara umum adalah sbb: judul, latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kerangka teori dan konseptual, hipotesa,
metodologi: teknik pengambilan contoh, instrumen penelitian (untuk survey) rancangan percobaan (untuk experimen), metoda analisis - kalau ada model statistik.
Urutan itu tidak baku, tetapi komponen-komponen itu harus ada. Para calon peneliti
dan peneliti hendaknya menyadari bahwa penyusunan rancangan penelitian bukan
hanya berguna bagi diri peneliti sendiri. Akan tetapi, juga bermanfaat bagi orang lain
baik untuk memperoleh masukan, atau meyakinkan pihak pemberi dana. Rancangan
penelitian yang diusulkan pada pihak lain, disebut usulan penelitian (research
proposal).
Sampai sejauh manakah kelengkapan penulisan rancangan penelitian ? A
good research proposal is a final report minus data. Dalam keinginan yang ideal
ini, berarti segala kegiatan dari tahapan penelitian harus ada dikemukakan dalam
rancangan penelitian. Dari rancangan penelitian, pembaca dapat memprakirakan hasil
dan kualitas penelitian yang akan dihasilkan. Hal ini tidak berarti rancangan penelitian
tidak dapat dirubah, penyesuaian atau revisi rancangan dalam pelaksanaan penelitian
selalu dapat dilakukan, demi tercapainya tujuan penelitian.
Adalah tidak dapat dibenarkan apabila seorang peneliti beranggapan, model
atau konsep analisis data itu tidak perlu dicantumkan dalam usul (proposal) penelitian .
Analisis data itu adalah urusan belakang, nanti pasti akan dilakukan jika data telah
terkumpul. Bilamana hal ini dilakukan oleh peneliti, seringkali penyelesaian laporan
penelitian terlambat, karena (i) peneliti masih mereka-reka bagaimana menganalisa
data, (ii) karena tidak mantap dalam konsep analisis, maka kurang rinci pula data yang
dikumpulkan. Seringkali tujuan akan tidak tercapai karena setelah sampai pada
analisis - ternyata data yang dikumpulkan tidak memadai.
2. Hakekat Penelitian
IPTEK, ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi adalah hasil dari kegiatan
penelitian. Dengan demikian, penelitian itu pada hakekatnya adalah untuk
menghasilkan sains dan teknologi. Kejadian alam dapat kita pelajari karena kejadian itu
beraturan. Dari hasil mengamati kejadian alamiah ini timbullah apa yang disebut
pengetahuan. Jadi pengetahuan lahir sebagai hasil pengalaman manusia.
Ilmu pengetahuan (scientific knowledge) yang sering disebut sains (science)
terdiri dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Pengetahuan manusia yang telah
tersusun dalam suatu kumpulan pengetahuan yang sistimatis disebut ilmu atau
11
science. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tidak semua pengetahuan disebut
pengetahuan ilmiah. Sesuatu pengetahuan dapat disebut ilmiah jika telah dapat
diterangkan terjadinya fenomena itu. Bilamana sesuatu kejadian belum diketahui
penyebabnya, bukan berarti fenomena itu terjadi tanpa sebab, melainkan manusia
belum mengetahui. Ketidaktahuan itu selalu menjadi tantangan bagi peneliti. Oleh
karena itu, seni, agama, misalnya tidak tergolong pengetahuan ilmiah, karena kepercayaan, seni itu tidak dapat diterangkan dengan logika teori dan fakta.
Bagi kita di Indonesia yang masih belum banyak mampu berperan dalam
menghasilkan sains dan teknologi, masih dijumpai banyak hambatan dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.
Beberapa kelemahan yang ada pada staf
akademik, antara lain kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan kedua tidak cukup waktu untuk mencurahkan waktunya dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.
Syarat peneliti yang baik, yaitu memiliki bekal teori cukup yang berkaitan
dengan problematik penelitian ialah : (1) Kesungguhan dan kejujuran, dan berbudaya
akademik; dan (2) Pengalaman melaksanakan penelitian. Dengan demikian, belajar
meneliti tidak mungkin hanya dengan membaca buku teori metoda penelitian, atau
"pertemuan di dalam kelas", belajar meneliti akan jauh lebih efektif jika melaksanakan
"praktek meneliti".
Para peneliti seringkali dalam menyusun rancangan atau melakukan penelitian
tidak membaca hasil penelitian orang lain. Hal ini menyebabkan, penelitian yang ia
laksanakan seolah-olah tidak pernah dilaksanakan orang lain. Bagaimana mungkin
seorang peneliti akan mampu memberikan sumbangan pada tumpungan IPTEK, kalau
dia tidak mengetahui sampai dimana sebenarnya IPTEK frontier ? Mereka harus
belajar dari kegagalan atau keberhasilan dari peneliti lain dalam usaha memberikan
sumbangan pada IPTEK.
2.1. Pengertian Ilmiah dan Metoda Ilmiah (Saintifik)
Sesuatu yang ilmiah harus memenuhi dua syarat, yaitu: (1) fenomena itu dapat
dijelaskan secara logis, dapat diterima oleh akal berda sarkan teori yang telah ada, dan
(2) dapat dibuktikan secara empiris (data). Benda yang dilepaskan dari ketinggian
tertentu diatas bumi akan jatuh ke bumi. Ini merupakan fakta empiris. Fenomena ini
masih belum cukup disebut pengetahuan ilmiah bilamana belum dapat diterangkan
alasan mengapa benda itu jatuh ke bumi itu. Setelah manusia mengetahui adanya
gaya gravitasi bumi, maka pengetahuan jatuhnya benda ke bumi itu disebut
pengetahuan ilmiah. Berkembangkan hukum benda jatuh. Berdasarkan pengetahuan
ilmiah tersebut, kemudian manusia mampu memprakirakan kecepatan benda jatuh
pada ketinggian, besarnya benda, dsb-nya.
Teknologi merupakan hasil dari penelitian yang biasa disebut percobaan.
Teknologi merupakan perpanjangan dari ilmu pengetahuan. Yakni penerapan ilmu
pengetahuan dalam bentuk alat produksi dan konsumsi, barang konsumsi yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pupuk, TV, bibit unggul, challenger dllnya adalah teknologi yang merupakan produk dari penelitian.
2.2. Metoda Ilmiah (Saintifik)
Pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dengan melalui prosedur tertentu,
yang disebut "Metoda ilmiah". Metoda ilmiah adalah searah dengan alur berfikir ilmiah
yang terdiri dari urutan berfikir dari perumusan masalah, hipotesis, pengujian hipotesis
dengan cara analisis data, dan kemudian pengambilan kesimpulan. Penelitian adalah
kegiatan manusia yang sistematis untuk mencari kebenaran objektif, ditujukan untuk
memberikan sumbangan pada khasanah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, atau
mencari jawaban terhadap permasalahan praktis.
12
Dilihat dari segi metodologi, perkembangan semua ilmu pengeta huan
didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus.
2. Pengumpulan data yang terus menerus dilakukan secara sistematis;
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: (a). analisa
langsung (direct analysis), (b). analisa perbandingan (com parative analysis); (c).
analisa matematis dengan menggunakan model-model matematis.
4. Penyusunan model dan teori, serta penyusunan ramalan sehubungan dengan
model itu,
5. Hasil percobaan mungkin berhasil atau tidak berhasil sesuai dengan teori. Jika
terbukti tidak berhasil, terbuka kemungkinan untuk memperbaiki. Tetapi peneliti
akan mampu memperbaiki bilamana mengetahui apa yang salah. Dengan
demikian dalam perkembangan ilmu pengetahuan terjadi built-in self corrective
system, yang memungkinkan disingkirkannya kesalahan demi kesalahan secara
bertahap untuk menuju kearah kebenaran.
3. Penggolongan Penelitian
Penelitian di perguruan tinggi digolongkan menurut tujuannya yaitu:
a. Penelitian latihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemam puan meneliti,
b. Penelitian pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi (PIT), penelitian ini
ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dan
menghasilkan teknologi,
c. Penelitian kelembagaan yang ditujukan untuk pengembangan pendidikan tinggi
sebagai suatu lembaga,
d. Penelitian untuk memberikan sumbangan pada pembangunan regional.
Penelitian latihan diperlukan untuk menghasilkan tenaga peneliti yang bermutu.
Penelitian ini ditujukan dalam rangka upaya menguasai ilmu pengetahuan atau
mengusai metoda penelitian. Penelitian golongan ke dua itu adalah untuk memenuhi
fungsi perguruan tinggi/lembaga penelitian sebagai produsen IPTEK. Penelitian yang
kedua ini dapat berbentuk penelitian dasar (basic research) yaitu penelitian yang
ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan
applikasinya, dan penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang
ditujukan untuk memenuhi tujuan applikasi tertentu. Batas antara penelitian terapan
dan dasar dapat bersifat tipis sekali, karena hasil penelitian dasar juga dapat secara
tidak langsung bermanfaat untuk memberikan pemecahan masalah yang sifatnya
terapan. Dalam situasi ini penelitian dasar memiliki aspek terapan.
Ada pelbagai macam penelitian dalam kenyataan yang dapat dilakukan,
a. Penelitian Diskriptif:
Penelitian golongan ini derajatnya dipandang lebih rendah diban dingkan dengan
golongan penelitian lainnya. Misalnya penelitian mengenai prevalensi penyakit
tertentu di daerah A, pendapatan dari petani di daerah A. Banyak contoh yang lain,
misalnya, judul penelitian adalah: Jumlah bakteri awal di dalam air susu sapi perah
di kabupaten A. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah bakteri awal yang
terdapat di dalam air susu sapi perah pada perusahaan susu maupun peternakan
sapi perah milik rakyat di wilayah kabupaten A. Kesimpulan penelitian, (a) jumlah
bakteri awal di dalam air susu perah di kab. A lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
penanganan, dan (b) jumlah bakteri awal air susu sapi perah di kab. A termasuk
dalam kategori susu yang diperoleh dengan banyak komtaminasi.
13
Contoh lain ialah penelitian prevalensi penyakit tanaman tertentu di suatu
daerah atau monitoring populasi hama tanaman di suatu daerah. Penelitian
semacam ini tidak lain hanya bersifat inventarisasi. Kualifikasi penelitian semacam
ini mutunya kurang dibandingkan dengan penelitian yang analitis. Data yang
dihasilkan inventarisasi ini memang tidak diragukan pentingnya bagi pengambil
kebijakan, atau dalam penelitian selanjutnya. Hal penting yang dipermasalahkan
bukan pentingnya data yang dikumpulkan, tetapi kualifikasi ditinjau dari proses
penelitian kurang memadai. Penelitian itu hanya mampu menjawab "what" belum
sampai pada "how" dan "why".
b. Penelitian Analitis
Dapat dibedakan dua macam yaitu diskriptif analitis dan analitis kuantitatif.
Perbedaan antara dua macam penelitian ini terletak pada analisa yang dipakai,
yang pertama menggunakan analisis tabuler, sedangkan yang kedua
menggunakan metoda kuantitatif persamaan /model-model matematis.
Keunggulan penelitian analisis kuantitatif, dapat digunakan untuk memprediksikan.
4. Rumusan Masalah Penelitian
Dalam pengalaman melaksanakan kursus penelitian, saya seringkali ditanya
mengenai isi yang harus dicantumkan dalam "heading" latar belakang dan masalah
penelitian. Yang seharusnya dicantumkan dalam latar belakang adalah memberikan
alasan mengapa peneliti memilih topik tertentu.
Setiap peneliti, mahasiswa ataupun dosen yang sedang mencari obyek
penelitian, seringkali mengalami kesulitan untuk merumuskan masalah penelitian. Titik
tolak munculnya idea penelitian harus dimulai dengan masalah. Selanjutnya penelitian
akan diarahkan untuk mencari jawaban terhadap masalah yang dikemukakan. Para
mahasiswa bilamana ditanya, apa masalah penelitian mereka, pada umumnya mereka
menyebutkan topik (judul) penelitian. Topik memang berkaitan dengan masalah
penelitian, tetapi masalah penelitian harus dimunculkan terlebih dahulu, bukan judul
penelitian ditentukan terlebih dahulu kemudian merumuskan problematik penelitian.
Menyatakan masalah penelitian, dalam kenyataannya memang tidak selalu mudah.
Para mahasiswa seharusnya dilatih untuk menyatakan permasalahan penelitiannya
dengan singkat. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan jelas, akurat.
Rumusan masalah penelitian berguna untuk beberapa kepen tingan, yaitu (a)
justifikasi atau alasan mengapa penelitian dilakukan bisa dilihat dari pentingnya
permasalahan. Problematik penelitian hendaknya juga mencakup "What" "whom",
"where", and "when", (b) mampu mengarahkan penelitian.
4.1. Peranan Teori dalam Perumusan Masalah
Rumusan masalah itu lebih rinci diberikan dalam Kerangka Teori dan Konsepsi,
pada bagian ini dicoba diungkapkan masalah, simplifikasi, dirumuskan dalam variabelvariabel yang dapat diamati. Jika penelitian berupa percobaan, dikemukakan teoriteori yang akan mendukung metodologi pelaksanaan percobaan.
4.2. Bagaimana mengungkapkan permasalahan ?
Kata "masalah" memang mempunyai arti yang berbeda-beda, dapat berarti
bidang cakup - atau mengenai. Seorang dokter yang didatangi pasien, selalu dihadapkan pada masalah untuk mengetahui mengapa orang itu sakit. Masalah penelitian
dapat berupa pertanyaan yang muncul karena ketidak tahuan atau kesenjangan.
Rumusan pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih mudah dijawab daripada
pertanyaan umum. Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah rumusan masalah
14
telah dapat terungkap dengan baik. Difinisi permasalahan yang dimaksud dalam
penelitian mempunyai arti yang spesifik.
4.3. Sumber Memperoleh Masalah Penelitian.
Masalah penelitian dapat diperoleh dari beberapa sumber. Yang pertama,
berasal dari teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti, berarti ia akan
menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau dalam lingkungan yang
berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan seperti itu, teori dalam
penelitian tertentu berubah menjadi hipotesa, dan penelitian itu bertujuan untuk
menguji hipotesa. Sumber yang kedua: berasal pengamatan di lapangan. Dalam
situasi seperti itu, peneliti terpanggil untuk menjawab permasalahan praktis.
Penelitian dapat ditujukan untuk mengisi kekosongan penge tahuan mengapa
terjadi perbedaan antara "what is" (apa yang terjadi) dan "what should be" (apa yang
seharusnya terjadi).
Seorang peneliti dapat membuat percobaan untuk mengha silkan teknologi
baru, misalnya beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Unibraw,
berupaya mengembangkan "konstruksi ulir", menampung kebisingan yang terjadi di
pabrik untuk menjadi enersi, sehingga mampu menghemat enersi. Sebagai peneliti
tentunya ingin berhasil menghasilkan teknologi seperti yang ia inginkan. Percobaan
dilakukan. Penelitian itu tidak selalu berhasil mencapai tujuan, sukses menghasilkan
teknologi. Penelitian untuk menghasilkan teknologi baru itu, bukan berhasil atau
tidaknya yang menjadi ukuran. Pada tahapan tertentu, jika ia gagal, mampu
menjelaskan kegagalannya, bila ia sukses ia juga mempu menjelaskan kesuksesan
yang diraih.
Seorang Peneliti berupaya melakukan penelitian percobaan bawang putih di
dataran rendah. Rumusan masalah yang dikemukakan: "Produksi bawang putih di
dalam negeri tidak cukup memenuhi kebutuhan, sehingga harus impor. Lahan
dataran tinggi yang dapat ditanami bawang putih dengan produktif terbatas,
untuk meningkatkan produksi dipandang perlu untuk mencoba menanam
bawang putih di lokasi yang lebih rendah. Pertanyaan penelitian, apakah
tanaman bawang putih dapat ditanam dengan menguntungkan di dataran rendah
?"
Dalam diri peneliti paling tidak ada pengetahuan mengenai teori agronomi yang
menyebabkan ia tertarik mencoba atau mencari peluang untuk menumbuhkan bawang
putih di dataran rendah. Mungkin pada penelitian pendahuluan, peneliti masih
mencoba-coba menanam di dataran rendah. Ada dua kemungkinan hasil yang akan
diperoleh, bawang putih di dataran rendah memberikan keuntungan atau tidak
menguntungkan bagi yang mengusahakan. Bilamana penelitian berhenti sampai disini,
saya menganggap kualifikasi penelitian kurang berbobot. Kualifikasi penelitian akan
menjadi lebih tinggi bilamana peneliti mampu menjelaskan mengapa bawang putih itu
berhasil atau tidak berhasil ditanam di dataran rendah dengan menggunakan teori
pelbagai ilmu agronomi, tanah, atau lainnya.
Jika peneliti tidak mampu menjelaskan kegagalan atau kesuksesan
penelitiannya, tidak ada bedanya dengan petani yang hanya coba- coba menanam
tanaman yang tidak biasa ditanam. Jika ia gagal maka selesailah percobaan yang
dilakukan, karena ia tidak mampu menggunakan teori untuk memperbaiki
percobaannya lebih lanjut. Demikian pula seseorang insinyur teknik yang gagal atau
sukses melakukan percobaan tertentu, tetapi ia tidak mampu menjelaskan kesuskesannya atau kegagalannya, berarti penelitian semacam ini belum memenuhi penelitian
ilmiah (scientific research).
Seringkali masalah penelitian tidak spesifik dirumuskan, hal ini menyebabkan
penelitian tidak atau kurang terarah dalam upaya menjawab masalah. Contoh rumusan
masalah yang tidak spesifik ialah "Indonesia pada saat ini kekurangan produksi
15
kedele, produktifitas kedele per hektar masih rendah, sebagian kedele masih
diimpor".
Rumusan masalah yang tidak spesifik itu akan memberikan arah penelitian
yang berbeda-beda. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan rumusan yang dapat
diformulasikan. Rumusan lebih lanjut yang lebih spesifik dapat diberikan untuk setiap
bidang disiplin ilmu, agronomi, sosial-ekonomi, proteksi tanaman, teknologi.
Teladan rumusan yang lebih spesifik ialah: Hasil penelitian padi unggul telah
disebarkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan, walaupun petani telah
menggunakan bibit unggul produktifitas kedele masih jauh lebih rendah daripada
produktifitas yang yang dicapai oleh hasil Balai Percobaan" . Kedelai sebagai
salah satu macam komoditi yang diusahakan petani, pasti mempunyai kaitan dengan
tanaman lainnya. Oleh karena itu masalah rendahnya produksi kedele, bukan hanya
berada dalam sistem tanaman kedele itu sendiri, melainkan pada sistem dari tanaman
secara keseluruhan.
Seseorang peneliti yang berupaya meningkatkan produksi jagung di Madura,
tidak cukup berupaya memperkenalkan cara bercocok tanam varietas jagung unggul.
karena umur jagung yang dikehendaki adalah umur pendek, walaupun ia tahu praktek
kultur-teknis, hambatannya pada pola tanam secara kseluruhan.
Rumusan yang terlalu spesifik, tanpa dimulai menganalisis sistem komoditi
kedele akan mengakibatkan hasil penelitian dapat tidak ada gunanya untuk keperluan
praktek. Misalnya,
a. Peneliti dengan disiplin agronomi, tanpa memberikan justifikasi terlebih dahulu,
langsung sampai pada rumusan permasalahan penelitian yang spesifik, yang
dicerminkan dalam judul penelitian: Pengujian jarak tanam untuk meningkatkan
produksi kedele. Tujuan penelitian semacam ini adalah sangat jelas, yaitu untuk
mengetahui jarak tanam optimal, yang barangkali dikaitkan dengan kondisi
lingkungan tertentu.
b. Peneliti ekonomi pertanian ingin mengetahui penggunaan atau faktor produksi
sumberdaya, yang diprakirakan merupakan salah satu sebab dari rendahnya
produksi. Tujuan penelitian juga jelas, adalah untuk mengetahui alokasi penggunaan
pupuk, tenaga kerja yang optimal. Pada akhir penelitiannya, peneliti menyimpulkan
bahwa alokasi penggunaan faktor produksi belum optimal; disarankan supaya petani
dapat menambah penggunaan faktor produksi. Penelitian (b) itu belum mampu
menjawab permasalahan praktis dengan tuntas, karena banyak faktor yang
menyebabkan tidak optimalnya penggunaan sumberdaya.
4.4. Masalah Praktis Perlu dirumuskan Lebih sederhana
Prosedur Menganalisis Masalah:
1. Menemukenali penampilan masalah.
Temukenali sosok masalah (performance problem), yaitu perbedaan antara "what
should be done" dan "what is actually being done".
2. Mendiskripsikan Sosok Masalah.
a. Where: Dimana masalah itu terjadi ? Apakah masalah itu terjadi di mana sesuatu
pekerjaan itu dilaksanakan atau hanya pada lokasi tertentu ?
b. WHO: Apakah masalah itu terjadi pada semua individu atau hanya sebagian
individu ?
c. WHOM: Adanya masalah itu berakibat pada siapa ?
d. WHEN: Kapan masalah itu terjadi dan seberapa sering terjadi ? Kapan masalah
itu mulai terjadi ?
16
Data pendahuluan memang diperlukan dalam men-diskripsikan masalah.
Masalah dapat dilihat dari magnitude dan distribusi kejadian. Misalnya dalam dunia
kedokteran menghadapi masalah dalam pelaksanaan Keluarga Berencana, akibat
sterilisasi. Informasi yang diperlukan dalam merumuskan masalah adalah sbb:
a. Siapa yang meninggal: apakah yang meninggal hanya terjadi pada wanita, atau lakilaki juga banyak meninggal karena vasectomi ?
b. Dimana kematian itu terjadi ? Apakah terjadi di semua kabupaten atau provinsi ?
c. Kapan kematian itu terjadi, apakah bersifat musiman, atau jika dikaitkan dengan
pelaksanaan operasi pada saat apa kematian itu terjadi.
d. Bagaimana pasien itu meninggal; apa yang menyebabkan kematian - apakah dapat
dihindari.
Jika beberapa informasi itu tidak tersedia, tidak berarti peneliti harus mulai
penelitiannya dari awal. Gunakanlah teori-teori yang sudah ada untuk digunakan dalam
menentukan variabel-variabel yang perlu diteliti. Jika informasi point (b) tidak tersedia,
bukan berarti peneliti harus mulai dengan inventarisasi jumlah kematian yang terjadi.
Upayakan mengenali kemungkinan sebab-sebab dari sosok masalah.
Inventarisasi jawaban ini merupakan sumber hipotesa. Untuk itu peneliti harus
menggunakan teori-teori yang relevan yang dapat membe rikan arah untuk
menemukan variabel sebab-sebab terjadinya masalah.
Paling tidak ada tiga kemungkinan terjadinya masalah ketidak lancaran tugas,
yaitu (a) kesenjangan pengetahuan dan keakhlian, (b) kesenjangan motivasi, (c)
hambatan. Tugas dari seorang peneliti adalah memperoleh bukti-bukti empiris
sehingga dapat meng identifikasi sebab- sebab terjadinya masalah. Apakah pelaksana
tahu cara melaksanakan tugas dengan baik ? Dengan kata lain apakah ia tahu cara
melaksanakan pekerjaan ? Jika ia mampu maka sebab-sebab terjadinya masalah
bukanlah disebabkan "skill and knowledge", harus dicari sebab- sebab lainnya.
Jika masalah itu timbul karena adanya kesenjangan "skill and knowledge",
pertanyaan berikut revelan untuk memperoleh informasi untuk memecahkan masalah:
Apakah tugas dapat disederhanakan ?
Apakah pelaksana pernah mahir melaksanakan tugas dengan baik, ternyata ia
sekarang tidak mampu melaksanakannya ? Bilamana demikian apakah perlu praktek
lebih sering karena keakhlian dapat hilang jika jarang dipraktekkan. Pertanyaan
berikutnya mengapa terjadi penurunan kemampuan ?
Langkah-langkah penyelesaian merupakan hipotesis, yang juga dapat diuji
dengan melakukan ekperimen dalam upaya menyelesaikan permasalahan. Dengan
menggunakan kerangka pemikiran ini, proble matik penelitian secermat mungkin
dengan menggunakan kerangka permikiran yang relevant.
5. Tujuan dan Kegunaan.
5.1. Tujuan Penelitian
Umumnya pernyataan tujuan penelitian dimulai dengan kalimat sebagai berikut:
(1) untuk menentukan . . . . . . . dst.nya,
(2) untuk memperoleh . . . . . . dst.nya, Dalam tujuan penelitian itu, dimaksudkan
untuk menyatakan secara spesifik apa yang akan dilakukan dalam penelitian, dan
dengan demikian dari pernyataan itu akan jelas nampak apa yang akan dihasilkan oleh
penelitian. Jika tujuan itu telah dirumuskan dengan baik, akan sangat mudah bagi
pembaca - bukan saja untuk mengetahui apa yang akan dicapai oleh peneliti, tetapi
pembaca laporan penelitian akan segera dapat dengan mudah mengetahui apakah
peneliti dengan laporan penelitiannya itu telah mencapai tujuan.
5.2. Kegunaan atau Manfaat:
17
Menyatakan manfaat apa yang diperoleh jika tujuan penelitin itu telah tercapai ?
Apakah akan memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan ataukah berguna untuk
menjawab persoalan dalam dunia praktek ? Jika peneliti mengatakan penelitian yang
dikerjakan itu akan memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan, perlu
dispesifikasi sumbangan itu dalam hal pengetahuan apa. Adalah tidak logis jika ia akan
menyumbangkan pada khasanah ilmu pengetahuan, sedangkan ia sendiri tidak
mengetahui penge tahuan frontier.
Perlu diingat kembali bahwa penelitian yang dilaksanakan oleh seseorang
peneliti biasanya merupakan salah satu bagian dari permasalahan dunia nyata.
Masalah itu merupakan bagian atau komponen dari masalah-masalah lainnya. Fungsi
merumuskan permasalahan adalah upaya mengkaitkan dunia nyata yang sangat
komplek itu dengan permasalahan yang diteliti. Dunia nyata sangat komplek, kaitan
antara masalah penelitian dengan dunia nyata telah dirumuskan dalam permasalahan
penelitian.
Jika masalah diangkat dari dunia praktek untuk menjawab perma salahan di
lapangan, terjadi proses penyederhanaan dari permasalahan praktis menjadi
permasalahan penelitian(researchable question). Oleh karena itu, pada akhir penelitian
seringkali dicantumkan Implikasi penelitian terhadap kebijaksanaan. Pada bab inilah
peneliti mencoba untuk mengem balikan kesimpulan hasil penelitian dengan
kebijaksanaan yang diper lukan. Antara kesimpulan hasil penelitian dan implikasi bagi
kebijakan, mungkin masih ada lompatan-lompatan, dalam hal mana peranan peneliti
berupaya menyambung antara keduanya.
Contoh: Petunjuk menulis tujuan penelitian dari penelitian untuk memecahkan
permasalahan praktis:
a. Seperti diatas: rumuskan permasalahan penelitian.
b. Tuliskan secara ringkas "what - sosoh masalah dan diskripsikan alternatif tindakan
atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk menye lesaikan masalah.
c. Tuliskan pernyataan yang menerangkan "kondisi" yang ada atau diperlukan untuk
masing-masing alternatif yang dapat dilakukan. Tuliskan pula apakah tindak yang
dapat dilakukan itu dapat menyelesaikan permasalahan.
5.3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka itu sengaja diletakkan setelah "tujuan penelitian" bukan
sesudah hipotesa, dengan alasan peneliti atau pembaca dapat diarahkan bacaan yang
diperlukan.
Dalam tinjauan pustaka, dikemukakan hasil penelitian lain relevant yang pernah
dilaksanakan oleh peneliti lain dalam pendekatan permasalahan penelitian: teori,
konsep-konsep, analisa, dan kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan
yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk mengindari
duplikasi dan pengulangan penelitian, atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat
oleh para peneliti sebelumnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan bilamana cukup
banyak membaca hasil penelitian orang lain.
Tidak semua bahan sitasi yang diambil dari tulisan orang lain Pustaka selalu
pantas dimasukkan dalam tinjauan pustaka. Saya seringkali menjumpai, dalam
rancangan penelitian, keadaan daerah penelitian dicantumkan dalam tinjauan pustaka,
dengan alasan diperoleh dari pustaka. Ini tidak benar.
6. Teori dan Kerangka Konsepsi.
Teori
18
Teori adalah unsur informasi ilmiah atau pengetahuan ilmiah yang berlaku
paling umum. Tetapi teori dapat diangkat menjadi "hipotesa", yaitu bilamana kita akan
mengetes berlakunya suatu teori dalam lingkungan yang berbeda.
Jika teori diangkap menjadi hipotesa, mungkin teori itu masih belum
operasional dipetakan di daerah penelitian terpilih. Biasanya teori itu harus
dioperasionalkan supaya dapat diuji secara empiris. Teori terdiri dari konsep-konsep
dan variabel, yang harus didifiniskan dengan baik, dicantumkan dalam metoda
penelitian.
Model merupakan bagian dari teori.
Model merupakan abstraksi dan simplifikasi dari dunia nyata, dapat berbentuk
model statistik berupa persamaan atau bagan. Yang pertama, hubungan fungsionil
dinyatakan dalam fungsi matematis, misalnya: fungsi respon antara produksi dan
masukan. Untuk menyusun ini perlu pengetahuan statistik, dalam ekonomi ekonometrika, dalam biologi - biometrika, dalam sosiologi - sosiometri, teopri
dirumuskan dalam pernyataan matematis) + statistika (alat untuk inferensia - proses
generalisasi) + matematik (diperlukan dalam analisa kuantitatif).
Konsep
Konsep merupakan salah satu komponen dasar dalam teori, contoh misalnya
aliran air, pertumbuhan tanaman, manusia, ternak; tingkat fertilitas, ketajaman
pendengaran seseorang, kebisingan dalam lingkungan industri, ketahanan varietas
terhadap kekeringan. Konsep yang disebut itu adalah abstrak. Tugas seorang peneliti
pada tahapan pembuatan rancangan penelitian adalah menterjemahkan konsep
abstrak itu menjadi empirical konsep yang dapat diamati di lapangan, baik dalam
percobaan atau survey. Komponen dari konsep yaitu simbol dan makna. Setiap ilmu
mempunyai simbol tersediri, yang mungkin hanya dimengerti oleh para ilmuan di
lingkungannya sendiri. tetapi tidak semua fenomena dapat diukur secara kuantitatif diperlukan instrument lain untuk mewakilinya.
7. Hipotesis
Apakah dalam penelitian selalu harus ada hipotesa ? Jawaban: ya. Tetapi tidak
selalu perlu dirumuskan dalam bentuk kalimat dalam rancangan penelitian. Hipotesa
adalah suatu perkiraan atau dugaan me ngenai fakta-fakta yang diperoleh atau
jawaban sementara mengenai suatu gejala atau hubungan antara dua gejala impiris.
Hipotesa harus didasari oleh teori - untuk menghindari hubungan palsu.
Peneliti dapat sampai pada kesimpulan yang menyesatkan, karena kesimpulan yang
diperoleh itu didukung dengan data tetapi tidak mempunyai dasar teori. Dengan
demikian, peneliti tidak boleh memberikan hipotesa seenaknya, mencoba-coba
menghubungkan satu konsep (variabel) dan konsep (variabel) lainnya. Hipotesa ilmiah
adalah sesuatu hubungan antar konsep (variabel) yang dapat diterima oleh logika berdasarkan kerangka logika dengan menggunakan teori yang ada - tetapi belum
dapat dipastikan kebenaran secara empiris. Teori dapat diangkat menjadi hipotesa yang akan diuji secara empiris dalam suatu lingkungan tertentu. Hasil uji hipotesa
dapat mendukung teori atau dapat menolak teori. Oleh karena itu, hasil penelitian tidak
perlu sesuai dengan hipotesa baik hipotesa yang diangkat dari teori ataupun hasil
pengamatan lapang.
Setiap tahap pengembangan pemikiran ilmiah dibuat dengan memperkirakan
kejadian dengan mengembangkan hipotesa (yang diusahakan untuk dibuktikan) yang
seringkali dimulai dengan dasar yang tidak kuat. Pemikiran ilmiah itu dapat diangkat
jadi hipotesa, untuk dibuktikan dengan data empiris. Jika peneliti menolak atau mendu-
19
kung pemikiran ilmiah itu berarti ia telah berhasil memperluas khasanah dunia ilmu
pengetahuan.
7.1. Prosedur perumusan hipotesis
Penelitian yang baik yaitu penelitian yang menguji hipotesis hasil rumusan yang
baik sangat diperlukan dalam proses pembangunan dengan dua alasan umum.
Pertama, peranan kualitas sumberdaya manusia menjadi vital dalam program
pembangunan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Kenyataan ini mengakibatkan perhatian banyak diberikan pada kualitas sumberdaya manusia belakangan ini.
Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
program pembangunan tersebut semakin tinggi. Keadaan demikian memang tidak
dapat dihindari karena merupakan sifat dari proses pembangunan itu sendiri yang terus
mengalami perubahan kemajuan dengan waktu.
Pada program pembangunan sebelumnya, perhatian banyak dicu rahkan pada
pembangunan ekonomi khususnya sektor pertanian. Tujuan pembangunan tersebut
yaitu peningkatan produksi untuk mencapai terutama swasembada pangan dapat
diwujudkan dengan peningkatan perluasan areal tanam, penggunaan pupuk, pemeliharaan tanaman yang intensif dan pembangunan jaringan irrigasi. Penerapan tindakan ini
dan penggunaan varietas unggul yang umumnya dihasilkan dari tehnik pemuliaan
konvensional (seleksi dan hibridisasi) membawa kepada peningkatan produksi pada
taraf swasembada. Apabila semua faktor-faktor produksi ini sudah diterapkan pada
tingkat optimum, maka kendala upaya peningkatan produksi pangan lebih lanjut tentu
tidak lagi terletak pada faktor-faktor ini. Keadaan sekarang membutuhkan pengetahuan
yang lebih luas dan dalam. Sebagai kiasan, penciptaan varietas unggul tidak lagi
dapat hanya mengandalkan pemuliaan tanaman konvensional, karena tehnik ini
membutuhkan waktu yang lama khususnya untuk tanaman tahunan. Penciptaan suatu
varietas unggul tanaman tahunan dapat menghabiskan waktu puluhan tahun dengan
tehnik hibridisasi. Tehnik hibridisasi juga sulit diterapkan karena mengandung sifat
untung-untungan (gambling) dalam proses rekonstitusi operon genetik yang diinginkan.
Rekonstitusi operon genetik akan lebih mudah dilakukan, apabila pengetahuan mengenai biologi molekuler dan rekayasa genetik dikuasai. Ini tentu membutuhkan manusia
yang berkualitas tinggi, karena pengetahuan ini tidak akan dapat dikuasai hanya
dengan pendidikan biasa. Kualitas sumberdaya manusia yang telah menyelesaikan
tingkat pendidikan tinggi sekalipun (setara S1) mungkin tidak banyak mengusai hal
tersebut. Kesadaran akan masalah pemuliaan tanaman diatas mengakibatka ilmu-ilmu
dasar seperti biologi molekuler and rekayasa genetik (genetic engineering) mendapat
banyak perhatian. Persoalan yang sama juga dijumpai pada bidang ilmu pengetahuan
biologi lain seperti kedokteran, peternakan dan perikanan.
Alasan kedua adalah kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tinggi tidak dapat digantungkan pada sumber manca negara, karena selain tidak selalu
tersedia sehubungan dengan persoalannya yang spesifik negara atau bahkan daerah,
tetapi adanya pembatasan akibat keterlibatan unsur kompetisi. Sistem pendidikan
struktural yang formal juga tidak dapat diharapkan dalam peningkatan kualitas
sumberdaya manusia secara terus-menerus karena sifatnya yang terbatas. Seseorang
yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi/tertinggi dapat meningkatkan kualitasnya
hanya dengan penelitian. Ironisnya, banyak ilmuwan tidak tertarik melakukan penelitian
sehingga kualitasnya tidak banyak berkembang, dan karenannya kelompok ini tidak
memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Di pihak lain, ilmuwan yang ingin melakukan penelitian tidak begitu menguasai
bagaimana membuat penelitian yang baik. Beberapa diantaranya melakukan penelitian
hanya sekedar "partisipasi" atau untuk kenaikan pangkat, sehingga topik penelitian
tidak jarang mengada-ada. Ini tercermin dari kenyataan bahwa banyak usulan
penelitian yang ditolak dengan berbagai alasan antara lain (i) subjek yang diteliti tidak
20
relevan atau "mengigit", (ii) metodenya tidak sesuai dan (iii) kepakarannya tidak
memadai.
Kalau berbicara terus-terang, tidak sedikit orang membuat penelitian yang
berulang dengan tujuan yang tidak jelas. Penelitian demikian tentu tidak dapat
diharapkan memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu pengetahuan atau
pembangunan. Di lain pihak, banyak usulan penelitian yang sifatnya coba-coba (trial
and error) atau untung-untungan. Penelitian ilmiah adalah sesuatu yang direncanakan
secara cermat mengikuti metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang
dipertimbangkan. Pada hakekatnya, penelitian ditujukan untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan dalam bentuk hipotesis. Prosedur perumusan hipotesis untuk diuji dalam
suatu penelitian akan dibicarakan berikut ini. Uraian tersebut ditujukan pada penelitian
yang menyangkut tanaman, tetapi pendekatan yang digunakan dapat diadaptasikan
untuk penelitian bidang lain khususnya yang menyangkut biologi.
7.2. Konsep Perumusan Hipotesis
7.2.1. Prinsip Dasar
Seorang ilmuan sejati dicirikan oleh sikap ilmiah (scientific attitute) yaitu suka
bertanya (inquiring) and kritis (critical). Modal dasar ini berlaku bagi semua bidang ilmu
pengatahuan dan harus dimiliki bila ingin mendapatkan rumusan hipotesis yang baik
dan penelitian yang baik. Banyak pertanyaan yang harus dijawab dalam kehidupan ini,
jika mutu kehidupan ingin ditingkatkan yaitu apa, dimana, kapan dan bagaimana.
Ilmuan tidak akan berhenti pada pertanyaan ini tetapi menyakan lebih lanjut mengapa.
Ini harus disadari bahwa proses perumusan hipotesis yang dimulai dengan
pengajuan pertanyaan tidak selalu berjalan mulus. Ada dua keingin yang dapat
bertentangan dalam perumusan hipoteisis yaitu perumusan yang berorientasi ilmiah,
yang berasal dari pihak peneliti atau ilmuwan, dan yang berorientasi praktis, yang
berasal dari pihak pemberi dana. Keadaan ini dapat berakhir pada hipotesis atau topik
penelitian yang kelihatannya seperti dicari-cari dan mengada-ada. Karena kebuntuan
mengakomodasi kedua keinginan tersebut, jalan pintas diambil yaitu jalur yang umum
ditempuh peneliti terdahulu dengan sedikit perubahan disana-sini. Penelitian demikian
dapat berulang- ulang dilakukan hanya karena perbedaan waktu, tempat dll., dengan
alasan penelitian demikian belum pernah dilakukan.
Prinsip dasar lain yang harus dipegang untuk mendapatkan topik penelitian
adalah hukum sebab dan akibat. Semua fenomena yang terjadi di alam ini berasal
dari hubungan sebab dan akibat yang sesuai dengan pepatah tiada asap kalau tiada
api. Dengan perkataan lain suatu fenomena pasti ada sebanya, dan penyebanya ini
dapat diketahui apabila fakta-fakta mengenai hal itu dicari dan dikumpulkan dengan
cermat. Generalisasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan kemudian dapat dirumuskan
yang memberikan penjelasan kepada fakta atau observasi. Inilah suatu ciri penelitian
ilmiah yaitu mencari hubungan sebab dan akibat. Generalisasi tersebut dapat berguna
untuk memberikan arahan pada penelitian selanjutnya. Dalam banyak peristiwa,
informasi mengenai akibat lebih sering tersedia, sehingga penelitian akan berfungsi
untuk mencari penyebabnya. Tanaman mangga yang umumnya tidak berbunga atau
berbuah pada musim penghujan tentu merupakan akibat dari proses dan faktor
penyebabnya. Seseorang yang berfikiran ilmiah tidak akan menerima keadaan itu
sebagaimana adanya, tetapi mengajukan pertanyaan; apa yang menyebakan demikian
?.
7.2.2. Observasi
Berdasarkan uraian diatas, sumber masalah dalam penelitian menjadi sangat
penting dalam perumusan hipotesis. Banyak peneliti yang akan melakukan suatu
penelitian tidak dapat menjawab dengan tegas bila ditanyakan apa masalahnya ?.
21
Permasalahan diperoleh melalui observasi (pengamatan) yang dilakukan dengan
metode ilmiah. Observasi ini sekaligus akan menjadi batasan domain (wawasan atau
ruang lingkup) ilmiah. Jadi pembatasan sebaiknya jangan dilakukan terlebih dahulu,
seperti dengan pendekatan komoditi, sebelum mendapatkan permasalahan karena
tindakan demikian akan mempersempit perolehan masalah. Kemudian sesuatu yang
tidak dapat diamati tidak dapat diteliti secara ilmiah, dan pengamatan tidak harus
bersifat langsung. Misalnya inti atom atau magnit tidak dapat dirasakan secara
langsung melalui panca indera, tetapi pengaruhnya dapat diamati dengan alat. Ini
sama halnya dengan jalan pikiran manusia yang tidak dapat diamati langsung, tetapi
pengaruhnya yang diwujudkan dalam tingkah laku dapat diamati.
Observasi merupakan suatu seni, dan observasi yang jeli diharapkan dapat
menghasilkan permasalahan yang menarik, hipotesis yang berbobot dan akhirnya topik
penelitian yang "mengigit". Untuk itu. observasi harus dilakukan berdasarkan metode
ilmiah yang dicirikan oleh hasilnya yang dapat diulangi. Kalau hasil observasi tidak
dapat diulangi, maka itu hanyalah suatu kebetulan yang sulit diketahui proses yang
menghasilkannya dan akhirnya faktor-faktor penyebabnya. Keadaan demikian akan
membawa kesulitan atau bahkan ketidak-mungkinan dipelajari melalui penelitian.
Karena itu pengamatan yang dilakukan dengan tepat menjadi sangat penting dan
merupakan bagian yang paling sulit dalam kerangkan penelitian ilmiah. Pengamatan
dapat dilakukan melalui semua panca indera; penglihatan, pendengaran, perasaan dll,
tetapi panca indera sering bekerja secara bias yang menjadi kendala sebagian besar
dalam mendapatkan permasalahan penelitian yang baik atau sesungguhnya.
Pengamatan tidak selalu berarti kompleks, pengamatan yang sederhana sering
menghasikan permasalahan yang berbobot. Newton yang duduk dengan santai dapat
melakukan pengamatan yang sangat berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan kehidupan. Pengamatan yang tidak disengaja tentang kejatuhan sebuah appel
membawa Newton mengembangkan hukum gravitasi yaitu setiap benda dalam jagat
raya tarik-menarik satu sama lain oleh kekuatan yang semakin besar semakin
besar massa benda. Hukum ini kemudian dapat menjelaskan pergerakan bulan pada
orbit mengitari bumi dan bumi serta planit lain pada masing-masing orbitnya mengitari
matahari. Bagaimana Newton membuat penemuan ilmiah besar hanya dari hasil
pengamatan sederhana, banyak keadaan demikian sering dihubungkan dengan naluri
ilmiah. Naluri ilmiah tentu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan integrasi dari
berbagai faktor termasuk tingkat penguasaan ilmu pengetahuan. Sir Isaac Newton
adalah seorang ahli matematika dan menerbitkan suatu karya tulis berjudul Principia
Mathematica yang dipertimbangkan kemungkinan sebagai karya tulis paling penting
dalam ilmu pengetahuan alam.
Suatu catatan yang dapat dibuat dari uraian diatas adalah bahwa banyak
penemuan besar dihasilkan dari pengamatan yang tidak direncanakan. Ini sulit
diterapkan dan hanya orang yang jeli atau mempunyai naluri pengamat yang beruntung
dapat membuat penemuan besar dari pengamatan yang tidak disengaja, karena kita
tidak tau kapan peristiwa demikian terjadi dihadapan kita. Kendalan lain dalam
pengamatan adalah bahwa manusia pada umumnya cenderung melihat apa yang
ingin dilihat atau apa yang dipikirkan untuk dilihat. Memang apa yang ada
sesungguhnya sangat sulit diperoleh akibat pengetahuan yang terbatas.
7.2.3. Perumusan Masalah
Setelah hasil pengamatan diperoleh, langkah kedua dari metode ilmiah adalah
perumusan masalah yang berfungsi untuk membatasi dan menegaskan permasalahan.
Pemikiran yang kritis diperlukan dalam proses ini untuk menilai hasil observasi, dan ini
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai hasil pengamatan tersebut.
Pertanyaan awal yang perlu dijawab adalah apa masalahnya ? dan apakah masalah
itu cukup logis ?. Untuk memperjelas jawaban pertanyaan kedua, terutama bila hasil
22
pengamatan tersebut diperoleh dari penelitian, pertanyaan berikut dapat diajukan yaitu
(i) bagaimana hal itu terjadi dan (ii) apa yang menyebabkannya. Pengajuan
pertanyaan demikian membedakan ilmuwan dengan orang awam; setiap orang dapat
melakukan pengamatan, tetapi tidak setiap orang mempunyai kuriositas.
Suatu kenyataan adalah bahwa tidak semua orang melihat adanya
kemungkinan hubungan dari suatu masalah dengan hasil suatu observasi.
Sebagaimana diketahui, benda pada ketinggian tertentu yang tidak ditopang akan jatuh
ke bumi diterima begitu saja selama ribuan tahun. Ilmuwan tidak menerima sesuatu
begitu saja, tetapi menanyakan bahkan dengan risiko menjengkelkan dan tidak
disenangi orang lain. Seorang yang sering mengajukan pertanyaan yang kritis dapat
mendapat kesulitan besar karena dapat dipandang sebagai orang yang tidak
manusiawi. Tetapi seseorang harus terus mengajukan pertanyaan jika ingin tetap
menjadi ilmuwan, dan orang lain harus bersedia menerima pertanyaan yang
menjengkelkan jika ingin mempunyai ilmu pengetahuan.
Setiap orang dapat mengajukan pertanyaan, tetapi pertanyaan yang baik,
seperti melakukan observasi yang baik, adalah suatu seni tersendiri. Agar mempunyai
nilai ilmiah, suatu pertanyaan harus relevan dan dapat diuji (testable). Kesulitannya
adalah bahwa sering sangat sulit atau tidak mungkin mengatakan sebelumnya apakah
suatu pertanyaan relevan atau tidak relevan, dan dapat diuji atau tidak dapat diuji. Jika
seseorang jatuh pingsan ditengah jalan, dan seseorang yang lewat dan ingin
membantunya dan mengajukan pertanyaan apakah dia sudah makan. Orang yang
tidak mempunyai pengalaman dalam hal ini tidak dapat memutuskan mengenai
relevansi pertanyaan ini dengan peristiwa yang terjadi, bahkan dapat mengatakan
orang yang mengajukan pertanyaan gila. Pada umumnya, pertanyaan ilmiah dimulai
dengan bagaimana (how) atau apa/apakah (what). Pertanyaan yang dimulai dengan
mengapa (why) adalah yang paling sering menyulitkan.
7.3. Rumusan Hipotesis
Setelah pertanyaan diajukan, tahap berikutnya - yang kelihatanya tidak bersifat
ilmiah - adalah melakukan penebakan (guessing).
Ilmuwan harus melakukan
penebakan jawaban dari perta nyaan yang diajukan, jawaban ini dapat berupa
pertanyaan yang dapat dirubah kemudian ke dalam bentuk kalimat normal yang
kemudian menjadi bagian dari hipotesis.
Pengertian hipotesis dibatasi sebagai prinsip umum yang dapat diterima
secara ilmiah yang ditawarkan untuk menjelaskan fenomena; atau hasil analisis
sejumlah fakta dalam hubungan satu sama lain. Hipotesis dapat hanya berupa
pernyataan umum yang diterima begitu saja atau pernyataan yang dibuat untuk diuji
yang dikenal dengan hipotesis kerja (working hypothesis). Jadi hipotesis dapat timbul
dari dua cara yaitu suatu fenomena diamati diikuti dengan pemeriksaan melalui
pengumpulan fakta untuk menjelaskan fenomena tersebut yang melahirkan hipotesis.
Cara lain adalah sejumlah fakta terkumpul dan kemudian dianalisis dan disintesis
menjadi suatu pernyataan umum yang merangkum semua fakta tersebut dalam bentuk
hipotesis. Cara pertama lebih banyak diterapkan dalam dunia penelitian, karena lebih
terarah untuk mendapatkan permasalahan. Jarang orang mengum pulkan fakta tanpa
tahu tujuannya seperti pada cara kedua.
Banyak orang berhenti hanya pada pengamatan atau pengajuan pertanyaan.
Beberapa ingin mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, dan inilah yang dapat
dikelompokkan sebagai ilmuwan. Kemungkinan jawaban dari suatu pertanyaan dapat
beberapa atau bahkan ribuan. Pembatasan jawaban yang dianggap paling tepat perlu
dilakukan karena pengujian beberapa apalagi ribuan pertanyaan tidak mungkin.
Jawaban yang didukung oleh fakta yang paling banyak yang diperoleh dari acuan
literatur menjadi kandidat hipotesis.
Sampai tahap ini, seseorang tidak akan
mengetahui apakah jawaban ini benar atau tidak sampai pengujian melalui penelitian
23
(percobaan) diselesaikan. Penebakan dan pengujian tebakan jitu (hipotesis) dapat
berlangsung bertahun-tahun tanpa pernah mendapatkan jawaban yang benar.
Kepercayan diri, naluri dan keberuntungan mempunyai peranan penting dalam
penentuan tebakan jitu.
Sebagai contoh, seorang petani yang pertama kali menanam tanaman
tembakau pada suatu lahannya menghadapi masalah dalam pertumbuhan tanaman
tersebut. Petani ini yang sudah berhasil nenanam tanaman lain pada lahan tersebut
dan tembakau pada lahan lain mendatangi ahli pertanian dan menanyakan; apa yang
salah pada tanaman tembakau saya. Ahli ini, setelah melakukan pemeriksaan di
lapangan dan menerapkan pengatahuannya tetang tanaman serta membaca hasil-hasil
penelitian serta bahan acuan lain yang berhubungan dengan tembakau, dapat
mempersempit permasalahan kepada pertanyaan; Apakah kekurangan unsur hara
dalam tanah menyebabkan penghambatan pertumbuhan batang dan daun
tanaman tembakau tersebut ?. Sebelum sampai kepada pertanyaan itu, ahli tersebut
telah mempertimbangkan berbagai kemungkinan lain seperti penyakit, air, cahaya dan
bahkan metode budidaya tanaman tembakau. Tetapi fakta yang tersedia membawa
kepada pertanyaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Cochran,W.G. dan G.M. Cox. 1957. Experimental Designs. John Wiley and Sons, New
York.
DP4M. 1993. Pedoman Pengelolaan dan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat. DP4M DIKTI, Jakarta.
DRN. 1996. Petunjuk Penyusunan Proposal Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI.
MENRISTEK-DRN, Jakarta.
DRN. 1997. Petuntuj Penyusunan Proposal Riset unggulan Kemitraan. MENRISTEKDRN, Jakarta
Federer, W.T., 1963. Experimental design. Theory and Application. The Mcmillan Co.,
New York.
Meyer, B.S., Anderson, D.B. and Bohning, R.H., 1964. Introduction to plant physiology.
D. Van Nostrand, Princenton, New Jersey.
Mutsaers, H.J.W., N.M. Fisher, W.O.Vogel, dan m.C.Palada. 1986. A Field Guide for
on-Farm Research. Farming Systems Program, IITA, Ibadan nigeria.
Semaoen, I. 1995. Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Kegunaan, Kerangka Teori
dan Konsepsi. Bahan Penataran
Kiat Merancang, Menyusun dan
24
Mengkomunikasikan Usul Penelitian yang handal dan mampu bersaing.
Lembaga Penelitian, Unibraw.
.
Download