metode ilmiah penelitian dan proposalnya

advertisement
Mata Kuliah
METODE PENELITIAN
Pokok Bahasan:
PENELITIAN DAN PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Prof. Dr. Ir. Soemarno,MS
Dosen Fakultas Pertanian UB
1
PENDAHULUAN
Data dan informasi ilmiah yang termaktub dalam khasanah pengetahuan dan
ilmu semata-mata merupakan hasil rekayasa manusia yang semula diawali oleh rasa
“kekaguman” manusia terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Kekaguman ini
menimbulkan keinginan manusia untuk mengetahui dan selanjutnya bagaimana alam
dapat dikuasai manusia. Fenomena dan kejadian alam dapat dipelajari karena
lazimnya hal-hal yang terjadi secara alamiah akan berlangsung menurut hukum
keteraturan dan konsistensi.
Lazimnya suatu "Ilmu" disusun berdasarkan pengalaman manusia dari hasil
pengamatan manusia terhadap alam, semula menghubungkan satu fenomena satu
dengan lainnya yang bilamana diketahui manusia disebut pengetahuan (knowledge).
Pengamatan adalah suatu tindakan manusia dalam usaha memahami suatu kejadian
(gejala), dan dari hasil pengamatannya manusia berusaha menarik kesimpulan
umum (generalisasi). Pada prinsipnya ada dua pokok kegiatan mental manusia yang
memungkinkan tersusunnya ilmu pengetahuan, yaitu (1) pengamatan, dan (2)
inferensia. Keduanya merupakan komponen dari metoda penelitian ilmiah (scientific
research).
Scientific research = Penelitian Ilmiah
Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan
gabungan dari kata “re” (kembali) dan “to search” (mencari). Beberapa sumber lain
menyebutkan bahwa ”research” adalah berasal dari bahasa Perancis “recherche”. Intinya
hakekat penelitian adalah “mencari kembali”. Definisi tentang penelitian yang muncul
sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s
New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau
pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan
menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
Penelitian dapat menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah
(unscientific method). Tetapi kalau kita lihat dari definisi di atas, penelitian banyak
bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga
akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan
disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih dapat diukur,
dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode
ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Penelitian merupakan kegiatan manusia yang membutuhkan kecerdikan
(astute), pengamatan atau persepsi obyektif, dan daya evaluasi dan generalisasi
yang tajam. Tujuan dari penelitian ilmiah adalah untuk memperoleh pengertian
terhadap suatu fenomena atau proses dalam penyelidikan spesifik untuk dapat
memprediksikan dengan akurat mengenai apa yang terjadi dalam proses itu sendiri
atau memodifikasikan proses atau dalam mengembangkan proses baru seperti
metoda produksi (teknologi) yang lebih efisien. Dilihat dari segi metodologi, seluruh
ilmu pengetahuan didasarkan pada:
2
(1). Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus; dan pengumpulan
data yang sistematis.
(2). Analisis yang digunakan dalam bentuk berbagai cara, antara lain:
(a). Analisis langsung (direct analysis),
(b). Analisis perbandingan (comparative analysis),
(c). Analisis matematis dengan meng gunakan model matematis.
(3). Penyusunan model-model atau teori, serta pemuatan peramalan-peramalan
dengan menggunakan model itu.
(4). Penelitian-penelitian untuk menguji ramalan-ramalan tersebut, hasilnya mungkin
benar atau mungkin salah.
Proses penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha manusia yang dilakukan
secara sadar dan terencana dengan pentahapan proses secara sistematik untuk :
(1) memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di lapang, atau
(2) menambah khasanah ilmu pengetahuan, baik berupa penemuan teoriteori baru atau penyempurnaan teori yang sudah ada.
Dengan demikian penelitian juga dapat digunakan sebagai tolok ukur
kemajuan suatu negara, karena melalui penelitian inilah ilmu pengetahuan dan
teknologi baru dapat dihasilkan.
Secara umum penelitian (research), dalam
pengertian umum dapat dibedakan antara survai (survey) atau studi kasus (case
study) di satu pihak dan penelitian (experiment) di pihak lain. Untuk dapat
melaksanakan penelitian secara baik, diperlukan penguasaan yang memadai
tentang metode penelitian itu sendiri, baik yang menyangkut pengetahuan teoritikal,
ketrampilan dalam praktek dan juga pengalaman-pengalaman. Lebih dari itu, cara
pelaksanaan penelitian yang baik saja sering dirasa belum mencukupi bila kita tidak
berhasil menyebar luaskan dan meyakinkan akan kegunaan hasil penelitian tersebut
kepada masyarakat, melalui publikasi-publikasi dan pertemuan ilmiah.
Sementara orang seringkali mencampur-adukkan pengertian "metode
penelitian" dan "metodologi penelitian". Metodologi penelitian membahas konsep
teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, serta pemilihan metode yang
akan digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan "metode penelitian"
mengemukakan secara teknis tentang metode-metod yang dipakai dalam suatu
penelitian.
Seringkali metodologi penelitian diperkenalkan dalam maknanya yang teknis
belaka, misalnya langsung membahas tentang populasi, teknik sampling,
merumuskan masalah, mendisain dan merancang instrumen kuantifikasi data, dan
sebagainya. Selain itu, banyak peneliti telah tenggelam pada berbagai teknik
sampling, teknik instrumentasi, teknik analisis, tanpa menyadari bahwa dia telah
menjadi penganut filsafat ilmu tertentu. Pengguna metodologi seperti biasnaya akan
cenderung menolak cara-cara kerja lainnya sebagai spekulatif, subyektif, dan
sebagainya. Sebaliknya para penganbut filsafat ilmu yang berbeda memberi cap
"bohong", "munafik" pada lanbgkah-langkah kerja penelitian yang memulai tulisannya
dengan "alasan pemilihan judul", dan lainnya. Mereka ini lupa atau tidak tahu bahwa
ada metodologi penelitian berbeda yang menggunakan dasar filsafat ilmu yang lain,
yang memang menuntut langkah kerja seperti itu.
Berdasarkan uraian di atas maka seyogyanya seorang peneliti mengetahui
dan menyadari bahwa dia menggunakan landasan filsafat ilmu yang mana untuk
metodologi penelitian yang digunakannya; sehingga dia menyadari kelebihan dan
3
kelemahan metodologi yang digunakannya, dan sadar pula bahwa ada metodologi
epenelitian lain yang menggunakan landasan filsafat ilmu yang berbeda.
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode
penelitian, ilmu tentang alat-alat untuk penelitian. Di lingkungan filsafat, logika
dikenal sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran, dan kalau disusun
secara sistematis, metodologi penelitian merupakan bagian dari logika. Kita
mengenal lima macam model logika, yaitu :
(1) logika formal Aristoteles,
(2) Logika matematika deduktif,
(3) Logika matematika induktif,
(4) Logika matematik probabilistik, dan
(5) Logika reflektif.
Logika formal Aristoteles berupaya menyusun struktur hubungan antara
sejumlah
proposisi.
Untuk
membuat
generalisasi,
logika
Aristoteles
mengaksentuasikan pada prinsip-prinsip relasi formal antar proposisi. Proposisi
merupakan penegasan tentang relasi antar jenis , proposisi juga dapat dimaknakan
sebagai hubungan antar konsep.
Logika matematika deduktif membangun konstruksi pembuktian kebenaran
mendasarkan pada proposisi-proposisi kategorik seperti Logika tradisional
Aristoteles. Bedanya ialah kalau Logika Aristoteles mendasarkan pada kebenaran
formalnya, sedangkan Lohgika Matematik deduktif mendasrakan pada kebenaran
materiil. Logika Aristoteles menguji kebenaran formal dari proposisi khusus (yang
disebut sebagai premis minor) berdasar kebenaran proposisi universal (disebut
sebagai premis mayor). Kontradiksi antar keduanya berarti premis minor ditolak.
Konstruksi keseluruhan pembuktiannya menggunakan silogisme: bahwa kalau a
termasuk dalam b dan b dalam c, maka a termasuk dalam c. Logika matematik
deduktif menguji kebenaran materiil kasus berdasarkan dalil, hukum, teori, atau
proposisi umum universal lain. Logika Aristoteles menuntut dipenuhi syarat formal,
logika matematika deduktif melihat kebenaran materiil. Proposisi universal dikenal
dengan nama-nama: asumsi, aksioma, postulat, teori, dan tesis. Asumsi merupakan
proposisi universal yang "self evident" benar dan tidak memerlukan pembuktian.
Aksioma merupakan pernyataan tentang sejumlah sesuatu yang mempunyai
hubungan tertentu dan benar; kebenaran ini kalau perlu dapat dibuktikan. Setara
dengan "aksioma", dalam ilmu-ilmu sosial dikenal istilah "postulat". Tesis merupakan
pernyataan yang telah diuji kebenarannya lewat evidensi, mungkin berlandaskan
empoiris, atau berdasarkan argumentasi tergantung pada teori yang dianut. "Teori"
merupakan suatu konstruksi pernyataan yang integratif yang didalamnya terkandung
asumsi, aksioma/postulat, sejumlah tesis, dan sejumlah proposisi. Teori yang valid
memuat lebih banyak tesis daripada proposisi.
Logika matematik induktif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu logika
matematika induktif kategorik dan logika matematik probabilistik.
Keduanya
membangun generalisasi secara induktif berdasarkan empiri. Logika kategorik
menetapkan kebenaran dengan penetapan yang implisit dan eksplisit terhadap
ketegorisasi yang ditetapkan; sedangkan Logika probabilistik menamplkan proposisi
universal relatif yang memberi peluang atas kemungkinan benar dan salah dalam
proposisinya.
Untuk menguji dan memperoleh kebenaran logika reflektif bergerak mondarmandir antara induksi dan deduksi. Untuk hal-hal yang deterministik digunakan
4
logika reflektif kategorik, sedngkan untuk hal-hal yang indeterministik digunakan
logika reflektif probabilistik.
POPULASI DAN SAMPEL
Dalam suatu penelitian survei, sumber informasi diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Sumber informasi ini dapat dibedakan menjadi sumber
informasi utama (primair) dan sumber informasi pendukung (sekunder). Sumber
informasi utama lazimnya juga dikenal sebagai "POPULASI". Dalam konteks ini
"populasi" diartikan sebagai himpunan semua hal yang ingin diketahui, dan biasanya
juga disebut sebagai "universum'. Populasi ini dapat berupa lembaga, individu,
kelompok, dokumen, atau konsep. Dalam penentuan populasi ada empat faktor
yang harus diperhatikan, yaitu (a) Isi, (b) satuan, (c) cakupan (skope), dan (d) waktu.
Suatu teladan adalah :
ISI
SATUAN
CAKUPAN
WAKTU
Semua murid yang berumur 14 tahun
Yang bersekolah di SLTP
Di Jawa Timur
Pada tahun 1995.
Populasi juga dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga (akan dianalisis). Dalam konteks ini dapat dibedakan antara
POPULASI TARGET dan POPULASI SURVEI. Populasi target adalah populasi
yang telah kita tentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian
dari populasi ini akan disimpulkan. Populasi survei merupakan populasi yang terliput
dalam penelitian. Secara ideal kedua populasi ini sehatrusnya identik, tetapi pada
kenyataannya seringkali berbeda.
SAMPEL atau CONTOH
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti/diobservasi dan dianggap
dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi. Dalam teknik penarikan sampel
dikenal dua jenis, yaitu penarikan sampel probabilita dan non probabilita. Sampel
probabilita adalah teknik poenarikan sampel dimana setiap anggota populasi
diberi/disediakan kesempatan yang sama untuk dapat dipilih menjadi sampel.
1. Sampel Probabilita
5
Ada empat macam cara yang lazim:
(1). Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Sampel acak sederhana adalah sampel ayang diambil sedemikian rupa
sehingga anggota populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk
dipilih menjadi sampel.
(2). Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel dimana anggota sampel dipilih secara sistematis
dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada dalam keadaan acak atau
membaur.
(3). Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Apabila kita akan mengkaji hubungan antar variabel, atau kita melibatkan
variabel bebas dan variabel tidak bebas (terikat), maka diperlukan metode
penarikan sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang jelas harus
ditetapkan untuk membatasi strata. Penarikan sampel dari setiap strata dapat
dilakukan secara pro porsional atau tidak proporsional. Keuntungan dari cara
penarikan sampel ini adalah (a) semua ciri populasi yang heterogen dapat
terwakili, (b) dapat dikaji hubungan antar strata, atau memban dingkannya.
(4). Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling)
Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan "POPULASI MINI" yang sifat dan
karakternya sama dengan seluruh POPULASI. Populasi mini seperti ini disebut
CLUSTER atau GEROMBOL. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih
sampel secara acak. Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui bahwa setiap
gerombol menggambarkan sifat populasi secara tuntas.
2. Sampel Tidak Probabilita
(1). Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling)
Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau
yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya.
(2). Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)
Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel penelitiannya dengan
anggapan atau menurut pendapatnya sendiri.
(3). Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)
Populasi dibagi menjadi ebberapa strata sesuai dengan fokus pene litian.
Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak mengetahui jumlah yang
rinci dari setiap strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah
untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.
(4). Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)
Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di atas rumput, dari
sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali ditentukan satu atau beberapa
responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan
sampel.
Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari
responden sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian
pemasaran.
6
PREPOSISI PENELITIAN
1. Konsep dan Variabel
KONSEP adalah merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal atau bendabenda atau gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata. Konsep dapat
dibentuk dengan jalan abstraksi atau generalisasi.
ABSTRAKSI adalah proses menarik intisari dari ide-ide, hal-hal, bendabenda, atau gejala sosial.
GENERALISASI adalah menarik kesimpulan umum dari sejumlah ide- ide,
hal-hal, benda-benda, atau gejala sosial yang khusus. Ciri dari suatu konsep adalah
bersifat umum. Contoh yang mudah dipahami adalah konsep “tanaman”, “ternak”,
"meja", "kursi", "masyarakat", "organisasi", "asimilasi", "kebahagiaan" dan lainnya.
Konsep ber-fungsi untuk menyederhanakan pemikiran terhadap ide-ide, hal-hal,
benda-ben-da, atau gejala sosial. Dalam konteks ini konsep harus didefinisikan
dengan jelas dan tegas.
Definisi merupakan pernyataan yang dapat mengartikan atau memberi makna
suatu istilah atau konsep tertentu. Tiga hal pokok dalam membuat definisi adalah (1)
apa yang mendefinisikan sebaiknya tidak mengandung istilah atau konsep yang
didefinisikan, atau mengandung istilah sinonim, atau istilah yang erat bergantung
pada apa yang didefinisikan; (2) definisi tidak dirumuskan dalam kalimat negatif, dan
(3) definisi sebaiknya dalam bahasa yang sederhana dan jelas serta terperinci agar
mudah dimengerti oleh orang lain dan komunikatif.
Dalam penelitian empiris, konsep yang abstrak harus dapat diubah
menjadi suatu konsep yang lebih konkrit agar dapat diamati dan diukur.
Konsep yang lebih konkrit ini lazim dikenal sebagai VARIABEL, yaitu
suatu konsep yang mempunyai variasi nilai. Misalnya konsep "BADAN"
dan variabel "BERAT BADAN".
2. Jenis Preposisi
Preposisi adalah suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih dari satu
konsep atau variabel. Preposisi yang hanya terdiri atas satu konsep atau variebal
disebut UNIVARIAT. Preposisi yang menyangkut hubungan antara dua konsep atau
variabel disebut BIVARIAT, dan lebih dari dua konsep atau variabel disebut
MULTIVARIAT. Beberapa jenis preposisi yang lazim digunakan adalah Aksioma,
Postulasi, Teori, Hipotesis, dan Generalisasi Empiris.
Jenis
Preposisi
Generalisasi
Empiris
Bagaimana dibuat
Dibuat dari data
Dapat langsung
diuji atau tidak
ya
7
Hipotesis
Teori
Postulasi
Aksioma.
Dibuat secara deduksi atau dari data
Dibuat dari aksioma atau postulasi
Dianggap benar
Benar berdasarkan definisi
ya
ya
tidak
tidak
3. Teori dan Jenis Teori
Suatu teori berusaha untuk menjawab pertanyaan "mengapa" dan
"bagaimana". Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi
yang saling berkaitan, bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang
suatu gejala. Untuk melihat apakah suatu teori dirumus kan secara baik dapat
dievaluasi melalui hal-hal (a) dapat diuji, (b) satuan analisis, (c) kesederhanaan, (d)
dapat menjelaskan atau memprediksi suatu gejala.
4. Sekala Variabel
Ciri-ciri atau karakteristik dari nilai variabel pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat tingkatan skala, yaitu SEKALA NOMINAL, SEKALA ORDINAL,
SEKALA INTERVAL, dan SEKALA RASIO.
Sekala Nominal hanya sekedar membedakan satu kategori dengan kategori
lainnya dari suatu variabel. Dasar perbedaannya adalah penggo longan yang tidak
saling tumpang tindih antar kategori. Sekala ordinal mempunyai sifat membedakan
dan mencerminkan adanaya tingkatan. Misalnya jenjang kepangkatan meliter
"Mayor", "Kapten", "Letnan". Sekala interval mempunyai sifat membedakan,
mempunyai tingkatan dan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan
kategori lainnya.
Misalnya variabel "umur". Sekala rasio mempunyai sifat
membedakan, mempunyai tingkatan dan jarak, dan setiap nilai variabel diukur dari
suatu keadaan atau titik yang sama (titik nol mutlak). Misalnya variabel "berat
badan", keadaan tanpa bobot dapat dipakai sebagai titik nol mutlaknya.
Sifat Sekala
Membedakan ( =; #)
Urutan (<;>)
Jarak (+; -)
Nol mutlak (x; :)
Nominal
Ordinal
Interval
Rasio
ya
-
ya
ya
-
ya
ya
ya
-
ya
ya
ya
ya
Dalam penelitian, selain "sekala" kita lazim mengenal istilah "indeks", yaitu
ukuran gabungan untuk suatu variabel. Dari beberapa variabel kita menggabungkannya dengan cara etertentu untuk megukur suatu variabel atau konsep baru.
Dalam proses penggabungan ini dapat digunakan pembobot yang sama atau
berbeda untuk setiap variabel yang digabungkan. Dalam penggabungan ini dapat
digunakan cara (1) Summated Rating, (2) Sekala Likert, dan (3) Sekala Guttman.
8
Summated Rating: yaitu suatu cara pengelompokkan variabel dengan
sekedar menjumlahkan skor dari nilai sejumlah variabel yang akan dikelompokkan.
Sekala Guttman atau Sekalogram: sekala yang bersifat unidimensional dan
pernyataan/pertanyaan/variabel yang tercakup dalam sekala ini mempunyai bobot
yang berbeda.
Sekala Likert: suatu ukuran gabungan yang berusaha untuk mengurangi
akibat dari ukuran yang multidimensional, dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
yang unidimensional.
5. Pengukuran Variabel
Indikator adalah hal-hal yang digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan
dan mengukur suatu konsep. Misalnya konsep "status sosial ekonomi"
mempunyai indikatro-indikator "pendidikan", "pekerjaan", dan "penghasilan".
Operasionalisasi konsep: upaya untuk men-jabarkan pengertian suatu konsep
yang abstrak dengan menu-runkannya pada tingkatan yang lebih konkrit,
dengan bantuan
beberapa variabel sebagai indikator yang dapat
menunjukkan dan mengukur konsep tersebut.
9
Dunia konsep
(abstrak)
Operasionalisasi
----------------- X -------------------------
X1
Dunia nyata/
empiris
konkrit
X1.1 X1.2
X2
X2.1 X2.2
X3
X3.1
X3.2
Keterangan:
X = Status sosial ekonomi
X1 = Pendidikan; X2 = pekerjaan; X3 = penghasilan
X1.1 = jenjang pendidikan terakhir
X1.2 = lama waktu pendidikan
X2.1 = jenis pekerjaan utama; X2.2 = jenis pek. sampingan
X3.1 = jumlah penghasilan utama;
X3.2 = jumlah penghasilan sampingan
X1,X2, dan X3 adalah indikator untuk X
X1.1 dan X1.2 adalah indikator untuk X1.
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang suatu variabel yang diukur,
sangat membantu dalam komunikasi antara peneliti.
Misalnya, "Penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang
mempunyai tingkat pengeluaran senilai kurang dari 320 kg beras per kapita per
tahun untuk penduduk pedesaan dan 480 kg untuk perkotaan."
6. Hubungan antar variabel
Hubungan antara variabel berdasarkan sifat hubungannya dapat dibedakan
menjadi hubungan simetris dan hubungan asimetris; berdasar kan jumlah variabel
yang terlibat menjadi bivariat dan multivariat; berdasar kan bentuk hubungannya
menjadi linear dan tidak linear; berdasarkan kondisi hubungannya menjadi hubungan
yang perlu, hubungan yang cukup dan hubungan yang perlu dan cukup.
10
Hubungan antara teori dengan hipotesis dan konsep dengan variabel dapat
diabstraksikan sbb:
.
Teori
KONSEP <-----------------------------> KONSEP
Tingkatan
teori
Tingkatan
empiris
Hipotesis
VARIABEL <---------------------------> VARIABEL
Dalam hubungan antar variabel seringkali ditemukan adanya variabel antara
sbb:
Variabel bebas
Variabel antara
Var tidk bebas
X --------------------------> Z ---------------------------------> Y
Variabel bebas
X1
Variabel antara
Var tdk bebas
Z ----------------------------------------- > Y
Variabel bebas
X2
Variabel kontrol: variabel yang berperan mengontrol hubungan antara dua
variabel, yaitu hubungan semu atau sejati. Hubungan semu adalah hubungan antara
dua variabel yang hanya ada dalam data, tetapi secara logika sebenarnya tidak ada
hubungan. Hubungan ini ada karena terdapat variabel ke tiga yang berhubungan
secara positif dengan kedua variabel.
11
Ada-tidaknya
kebun binatang
hubungan
positif
X
Y
Tingkat
kejahatan
hubungan
positif
Z
Besar-kecilnya kota
7. Validitas (Keabsahan) dan Reliabilitas (Keterandalan)
Dalam usaha untuk memperoleh kejelasan tentang konsep atau hubungan
antar konsep yang sedang diteliti, langkah penting yang harus dilakukan adalah
mengadakan pengukuran. Dalam konteks pengukuran inilah muncul masalah
keabsahan dan keterandalan.
"Apakah anda betul mengukur apa yang hendak anda ukur?" Suatu penelitian
disebut valid (absah) apabila peneliti memang menukur konsep yang digunakan
dalam penelitiannya sesuai dengan apa yang hendak diukur dan konsep itu diukur
secara tepat. Dengan kata lain keabsahan menyatakan tingkat kesesuaian antara
konsep dan hasil pengukuran atau antara konsep dengan kenyataan empiris.
Keterandalan mencerminkan kecepatan dan kemantapan alat ukur dalam
mengukur suatu konsep, sehingga yang dipermasalahkan adalah kesesuaian antara
hasil-hasil pengukuran di tingkatan kenyataan empiris.
12
PROPOSAL PENELITIAN:
RUMUSAN PERMASALAHAN, TUJUAN DAN KEGUNAAN,
KERANGKA TEORI DAN KONSEPSI, HIPOTESIS
1. Pendahuluan
Jika peneliti ingin usulan yang ditulis dapat bersaing maka ikutilah petunjuk
format penulisan proposal yang diberlakukan. Mengapa harus diikuti ? Karena usul
penelitian itu akan dievaluasi, yang pertama dinilai apakah format telah sesuai; jika
tidak sesuai maka usul penelitian akan gagal memasuki babak penilaian akademis
berikutnya yang menilai mengenai isi usul penelitian.
Beberapa hal penting dalam penyusunan usul penelitian ialah
(1) Rumusan permasalahan penelitian,
(2) tujuan penelitian dan kegunaan hasil penelitian,
(3) kerangka teori dan konseptual
(4) Hipotesis.
Outline usul penelitian secara umum adalah sbb: judul, latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kerangka teori dan konseptual, hipotesa,
metodologi: teknik pengambilan contoh, instrumen penelitian (untuk survey) rancangan percobaan (untuk experimen), metoda analisis - kalau ada model
statistik. Urutan itu tidak baku, tetapi komponen-komponen itu harus ada. Para
calon peneliti dan peneliti hendaknya menyadari bahwa penyusunan rancangan
penelitian bukan hanya berguna bagi diri peneliti sendiri. Akan tetapi, juga
bermanfaat bagi orang lain baik untuk memperoleh masukan, atau meyakinkan
pihak pemberi dana. Rancangan penelitian yang diusulkan pada pihak lain, disebut
usulan penelitian (research proposal).
Sampai sejauh manakah kelengkapan penulisan rancangan penelitian ? A
good research proposal is a final report minus data. Dalam keinginan yang ideal
ini, berarti segala kegiatan dari tahapan penelitian harus ada dikemukakan dalam
rancangan penelitian. Dari rancangan penelitian, pembaca dapat memprakirakan
hasil dan kualitas penelitian yang akan dihasilkan. Hal ini tidak berarti rancangan
penelitian tidak dapat dirubah, penyesuaian atau revisi rancangan dalam
pelaksanaan penelitian selalu dapat dilakukan, demi tercapainya tujuan penelitian.
Adalah tidak dapat dibenarkan apabila seorang peneliti beranggapan, model
atau konsep analisis data itu tidak perlu dicantumkan dalam usul (proposal)
penelitian . Analisis data itu adalah urusan belakang, nanti pasti akan dilakukan jika
data telah terkumpul. Bilamana hal ini dilakukan oleh peneliti, seringkali
penyelesaian laporan penelitian terlambat, karena (i) peneliti masih mereka-reka
bagaimana menganalisa data, (ii) karena tidak mantap dalam konsep analisis, maka
kurang rinci pula data yang dikumpulkan. Seringkali tujuan akan tidak tercapai
karena setelah sampai pada analisis - ternyata data yang dikumpulkan tidak
memadai.
13
2. Hakekat Penelitian
IPTEK, ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi adalah hasil dari kegiatan
penelitian. Dengan demikian, penelitian itu pada hakekatnya adalah untuk
menghasilkan sains dan teknologi. Kejadian alam dapat kita pelajari karena kejadian
itu beraturan. Dari hasil mengamati kejadian alamiah ini timbullah apa yang disebut
pengetahuan. Jadi pengetahuan lahir sebagai hasil pengalaman manusia.
Ilmu pengetahuan (scientific knowledge) yang sering disebut sains (science)
terdiri dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Pengetahuan manusia yang telah
tersusun dalam suatu kumpulan pengetahuan yang sistimatis disebut ilmu atau
science. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tidak semua pengetahuan disebut
pengetahuan ilmiah. Sesuatu pengetahuan dapat disebut ilmiah jika telah dapat
diterangkan terjadinya fenomena itu. Bilamana sesuatu kejadian belum diketahui
penyebabnya, bukan berarti fenomena itu terjadi tanpa sebab, melainkan manusia
belum mengetahui. Ketidaktahuan itu selalu menjadi tantangan bagi peneliti. Oleh
karena itu, seni, agama, misalnya tidak tergolong pengetahuan ilmiah, karena
kepercayaan, seni itu tidak dapat diterangkan dengan logika teori dan fakta.
Bagi kita di Indonesia yang masih belum banyak mampu berperan dalam
menghasilkan sains dan teknologi, masih dijumpai banyak hambatan dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kelemahan yang ada pada
staf akademik, antara lain kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan kedua tidak cukup waktu untuk mencurahkan waktunya dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
Syarat peneliti yang baik, yaitu memiliki bekal teori cukup yang berkaitan
dengan problematik penelitian ialah : (1) Kesungguhan dan kejujuran, dan
berbudaya akademik; dan (2) Pengalaman melaksanakan penelitian. Dengan
demikian, belajar meneliti tidak mungkin hanya dengan membaca buku teori metoda
penelitian, atau "pertemuan di dalam kelas", belajar meneliti akan jauh lebih efektif
jika melaksanakan "praktek meneliti".
Para peneliti seringkali dalam menyusun rancangan atau melakukan
penelitian tidak membaca hasil penelitian orang lain. Hal ini menyebabkan,
penelitian yang ia laksanakan seolah-olah tidak pernah dilaksanakan orang lain.
Bagaimana mungkin seorang peneliti akan mampu memberikan sumbangan pada
tumpungan IPTEK, kalau dia tidak mengetahui sampai dimana sebenarnya IPTEK
frontier ? Mereka harus belajar dari kegagalan atau keberhasilan dari peneliti lain
dalam usaha memberikan sumbangan pada IPTEK.
2.1. Pengertian Ilmiah dan Metoda Ilmiah (Saintifik)
Sesuatu yang ilmiah harus memenuhi dua syarat, yaitu: (1) fenomena itu
dapat dijelaskan secara logis, dapat diterima oleh akal berda sarkan teori yang telah
ada, dan (2) dapat dibuktikan secara empiris (data). Benda yang dilepaskan dari
ketinggian tertentu diatas bumi akan jatuh ke bumi. Ini merupakan fakta empiris.
Fenomena ini masih belum cukup disebut pengetahuan ilmiah bilamana belum dapat
diterangkan alasan mengapa benda itu jatuh ke bumi itu. Setelah manusia
mengetahui adanya gaya gravitasi bumi, maka pengetahuan jatuhnya benda ke
bumi itu disebut pengetahuan ilmiah.
Berkembangkan hukum benda jatuh.
Berdasarkan pengetahuan ilmiah tersebut, kemudian manusia mampu
memprakirakan kecepatan benda jatuh pada ketinggian, besarnya benda, dsb-nya.
14
Teknologi merupakan hasil dari penelitian yang biasa disebut percobaan.
Teknologi merupakan perpanjangan dari ilmu pengetahuan. Yakni penerapan ilmu
pengetahuan dalam bentuk alat produksi dan konsumsi, barang konsumsi yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pupuk, TV, bibit unggul, challenger
dll- nya adalah teknologi yang merupakan produk dari penelitian.
2.2. Metoda Ilmiah (Saintifik)
Pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dengan melalui prosedur tertentu,
yang disebut "Metoda ilmiah". Metoda ilmiah adalah searah dengan alur berfikir
ilmiah yang terdiri dari urutan berfikir dari perumusan masalah, hipotesis, pengujian
hipotesis dengan cara analisis data, dan kemudian pengambilan kesimpulan.
Penelitian adalah kegiatan manusia yang sistematis untuk mencari kebenaran
objektif, ditujukan untuk memberikan sumbangan pada khasanah Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, atau mencari jawaban terhadap permasalahan praktis.
Dilihat dari segi metodologi, perkembangan semua ilmu pengeta huan
didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus.
2. Pengumpulan data yang terus menerus dilakukan secara sistematis;
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: (a).
analisa langsung (direct analysis), (b). analisa perbandingan (com
parative analysis); (c). analisa matematis dengan menggunakan modelmodel matematis.
4. Penyusunan model dan teori, serta penyusunan ramalan sehubungan
dengan model itu,
5. Hasil percobaan mungkin berhasil atau tidak berhasil sesuai dengan teori.
Jika terbukti tidak berhasil, terbuka kemungkinan untuk memperbaiki.
Tetapi peneliti akan mampu memperbaiki bilamana mengetahui apa yang
salah. Dengan demikian dalam perkembangan ilmu pengetahuan terjadi
built-in self corrective system, yang memungkinkan disingkirkannya
kesalahan demi kesalahan secara bertahap untuk menuju kearah
kebenaran.
3. Penggolongan Penelitian
Penelitian di perguruan tinggi digolongkan menurut tujuannya yaitu:
a. Penelitian latihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemam puan
meneliti,
b. Penelitian pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi (PIT),
penelitian ini ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu
pengetahuan dan menghasilkan teknologi,
c. Penelitian kelembagaan yang ditujukan untuk pengembangan pendidikan
tinggi sebagai suatu lembaga,
d. Penelitian untuk memberikan sumbangan pada pembangunan regional.
Penelitian latihan diperlukan untuk menghasilkan tenaga peneliti yang
bermutu. Penelitian ini ditujukan dalam rangka upaya menguasai ilmu pengetahuan
atau mengusai metoda penelitian. Penelitian golongan ke dua itu adalah untuk
memenuhi fungsi perguruan tinggi/lembaga penelitian sebagai produsen IPTEK.
15
Penelitian yang kedua ini dapat berbentuk penelitian dasar (basic research) yaitu
penelitian yang ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan
tanpa memperhatikan applikasinya, dan penelitian terapan (applied research) adalah
penelitian yang ditujukan untuk memenuhi tujuan applikasi tertentu. Batas antara
penelitian terapan dan dasar dapat bersifat tipis sekali, karena hasil penelitian dasar
juga dapat secara tidak langsung bermanfaat untuk memberikan pemecahan
masalah yang sifatnya terapan. Dalam situasi ini penelitian dasar memiliki aspek
terapan.
Ada berbagai macam penelitian, yaitu :
a. Penelitian Deskriptif:
Penelitian golongan ini derajatnya dipandang lebih rendah diban dingkan dengan
golongan penelitian lainnya. Misalnya penelitian mengenai prevalensi penyakit
tertentu di daerah A, pendapatan dari petani di daerah A. Banyak contoh yang
lain, misalnya, judul penelitian adalah: Jumlah bakteri awal di dalam air susu sapi
perah di kabupaten A. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah bakteri awal
yang terdapat di dalam air susu sapi perah pada perusahaan susu maupun
peternakan sapi perah milik rakyat di wilayah kabupaten A. Kesimpulan
penelitian, (a) jumlah bakteri awal di dalam air susu perah di kab. A lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor penanganan, dan (b) jumlah bakteri awal air susu sapi
perah di kab. A termasuk dalam kategori susu yang diperoleh dengan banyak
komtaminasi.
Contoh lain ialah penelitian prevalensi penyakit tanaman tertentu di suatu
daerah atau monitoring populasi hama tanaman di suatu daerah. Penelitian
semacam ini tidak lain hanya bersifat inventarisasi. Kualifikasi penelitian
semacam ini mutunya kurang dibandingkan dengan penelitian yang analitis. Data
yang dihasilkan inventarisasi ini memang tidak diragukan pentingnya bagi
pengambil kebijakan, atau dalam penelitian selanjutnya. Hal penting yang
dipermasalahkan bukan pentingnya data yang dikumpulkan, tetapi kualifikasi
ditinjau dari proses penelitian kurang memadai. Penelitian itu hanya mampu
menjawab "what" belum sampai pada "how" dan "why".
b. Penelitian Analitis
Dapat dibedakan dua macam yaitu diskriptif analitis dan analitis kuantitatif.
Perbedaan antara dua macam penelitian ini terletak pada analisa yang dipakai,
yang pertama menggunakan analisis tabuler, sedangkan yang kedua
menggunakan metoda kuantitatif persamaan /model-model matematis.
Keunggulan penelitian analisis kuantitatif, dapat digunakan untuk memprediksikan.
4. Rumusan Masalah Penelitian
Dalam pengalaman melaksanakan kursus penelitian, saya seringkali ditanya
mengenai isi yang harus dicantumkan dalam "latar-belakang’ dan ‘masalah
penelitian’. Hal-hal yang seharusnya dicantumkan dalam latar belakang adalah
memberikan alasan mengapa peneliti memilih topik tertentu.
16
Setiap peneliti, mahasiswa ataupun dosen yang sedang mencari obyek
penelitian, seringkali mengalami kesulitan untuk merumuskan masalah penelitian.
Titik tolak munculnya idea penelitian harus dimulai dengan masalah. Selanjutnya
penelitian akan diarahkan untuk mencari jawaban terhadap masalah yang
dikemukakan. Para mahasiswa bilamana ditanya, apa masalah penelitian mereka,
pada umumnya mereka menyebutkan topik (judul) penelitian. Topik memang berkaitan dengan masalah penelitian, tetapi masalah penelitian harus dimunculkan terlebih
dahulu, bukan judul penelitian ditentukan terlebih dahulu kemudian merumuskan
problematik penelitian. Menyatakan masalah penelitian, dalam kenyataannya
memang tidak selalu mudah. Para mahasiswa seharusnya dilatih untuk menyatakan
permasalahan penelitiannya dengan singkat. Masalah penelitian harus dirumuskan
dengan jelas, akurat.
Rumusan masalah penelitian berguna untuk beberapa kepen tingan, yaitu (a)
justifikasi atau alasan mengapa penelitian dilakukan bisa dilihat dari pentingnya
permasalahan. Problematik penelitian hendaknya juga mencakup "What" "whom",
"where", and "when", (b) mampu mengarahkan penelitian.
4.1. Peranan Teori dalam Perumusan Masalah
Rumusan masalah itu lebih rinci diberikan dalam Kerangka Teori dan
Konsepsi, pada bagian ini dicoba diungkapkan masalah, simplifikasi, dirumuskan
dalam variabel-variabel yang dapat diamati. Jika penelitian berupa percobaan,
dikemukakan teori-teori yang akan mendukung metodologi pelaksanaan percobaan.
4.2. Bagaimana mengungkapkan permasalahan ?
Kata "masalah" memang mempunyai arti yang berbeda-beda, dapat berarti
bidang cakup - atau mengenai. Seorang dokter yang didatangi pasien, selalu dihadapkan pada masalah untuk mengetahui mengapa orang itu sakit. Masalah
penelitian dapat berupa pertanyaan yang muncul karena ketidak tahuan atau
kesenjangan. Rumusan pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih mudah dijawab
daripada pertanyaan umum. Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah rumusan
masalah telah dapat terungkap dengan baik. Difinisi permasalahan yang dimaksud
dalam penelitian mempunyai arti yang spesifik.
4.3. Sumber Memperoleh Masalah Penelitian.
Masalah penelitian dapat diperoleh dari beberapa sumber. Yang pertama,
berasal dari teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti, berarti ia
akan menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau dalam
lingkungan yang berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan
seperti itu, teori dalam penelitian tertentu berubah menjadi hipotesa, dan penelitian
itu bertujuan untuk menguji hipotesa. Sumber yang kedua: berasal pengamatan di
lapangan. Dalam situasi seperti itu, peneliti terpanggil untuk menjawab
permasalahan praktis.
Penelitian dapat ditujukan untuk mengisi kekosongan penge tahuan mengapa
terjadi perbedaan antara "what is" (apa yang terjadi) dan "what should be" (apa yang
seharusnya terjadi).
Seorang peneliti dapat membuat percobaan untuk mengha silkan teknologi
baru, misalnya beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Unibraw,
17
berupaya mengembangkan "konstruksi ulir", menampung kebisingan yang terjadi di
pabrik untuk menjadi enersi, sehingga mampu menghemat enersi. Sebagai peneliti
tentunya ingin berhasil menghasilkan teknologi seperti yang ia inginkan. Percobaan
dilakukan. Penelitian itu tidak selalu berhasil mencapai tujuan, sukses menghasilkan
teknologi. Penelitian untuk menghasilkan teknologi baru itu, bukan berhasil atau
tidaknya yang menjadi ukuran. Pada tahapan tertentu, jika ia gagal, mampu
menjelaskan kegagalannya, bila ia sukses ia juga mempu menjelaskan kesuksesan
yang diraih.
Seorang Peneliti berupaya melakukan penelitian percobaan bawang putih di
dataran rendah. Rumusan masalah yang dikemukakan:
"Produksi bawang putih di dalam negeri tidak cukup memenuhi kebutuhan,
sehingga harus impor. Lahan dataran tinggi yang dapat ditanami bawang
putih dengan produktif terbatas, untuk meningkatkan produksi dipandang
perlu untuk mencoba menanam bawang putih di lokasi yang lebih rendah.
Pertanyaan penelitian, apakah tanaman bawang putih dapat ditanam
dengan menguntungkan di dataran rendah ? "
Dalam diri peneliti paling tidak ada pengetahuan mengenai teori agronomi
yang menyebabkan ia tertarik mencoba atau mencari peluang untuk menumbuhkan
bawang putih di dataran rendah. Mungkin pada penelitian pendahuluan, peneliti
masih mencoba-coba menanam di dataran rendah. Ada dua kemungkinan hasil
yang akan diperoleh, bawang putih di dataran rendah memberikan keuntungan atau
tidak menguntungkan bagi yang mengusahakan. Bilamana penelitian berhenti
sampai disini, saya menganggap kualifikasi penelitian kurang berbobot. Kualifikasi
penelitian akan menjadi lebih tinggi bilamana peneliti mampu menjelaskan mengapa
bawang putih itu berhasil atau tidak berhasil ditanam di dataran rendah dengan
menggunakan teori pelbagai ilmu agronomi, tanah, atau lainnya.
Jika peneliti tidak mampu menjelaskan kegagalan atau kesuksesan
penelitiannya, tidak ada bedanya dengan petani yang hanya coba- coba menanam
tanaman yang tidak biasa ditanam. Jika ia gagal maka selesailah percobaan yang
dilakukan, karena ia tidak mampu menggunakan teori untuk memperbaiki
percobaannya lebih lanjut. Demikian pula seseorang insinyur teknik yang gagal atau
sukses melakukan percobaan tertentu, tetapi ia tidak mampu menjelaskan kesuskesannya atau kegagalannya, berarti penelitian semacam ini belum memenuhi
penelitian ilmiah (scientific research).
Seringkali masalah penelitian tidak spesifik dirumuskan, hal ini menyebabkan
penelitian tidak atau kurang terarah dalam upaya menjawab masalah. Contoh
rumusan masalah yang tidak spesifik, misalnya :
"Indonesia pada saat ini kekurangan produksi kedelai,
produktivitas kedelai per hektar masih rendah, sebagian kedelai
masih diimpor".
Rumusan masalah yang tidak spesifik itu akan memberikan arah penelitian
yang berbeda-beda. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan rumusan yang dapat
diformulasikan. Rumusan lebih lanjut yang lebih spesifik dapat diberikan untuk setiap
bidang disiplin ilmu, agronomi, sosial-ekonomi, proteksi tanaman, teknologi.
18
Teladan rumusan yang lebih spesifik ialah:
Hasil penelitian padi unggul telah disebarkan oleh Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, walaupun petani telah menggunakan
bibit unggul produktivitas kedelai masih jauh lebih rendah
daripada produktivitas yang dicapai oleh hasil Balai Percobaan" .
Kedelai sebagai salah satu macam komoditi yang diusahakan petani, pasti
mempunyai kaitan dengan tanaman lainnya. Oleh karena itu masalah rendahnya
produksi kedele, bukan hanya berada dalam sistem tanaman kedele itu sendiri,
melainkan pada sistem dari tanaman secara keseluruhan.
Seseorang peneliti yang berupaya meningkatkan produksi jagung di Madura,
tidak cukup berupaya memperkenalkan cara bercocok tanam varietas jagung
unggul. karena umur jagung yang dikehendaki adalah umur pendek, walaupun ia
tahu praktek kultur-teknis, hambatannya pada pola tanam secara kseluruhan.
Rumusan yang terlalu spesifik, tanpa dimulai menganalisis sistem komoditi
kedele akan mengakibatkan hasil penelitian dapat tidak ada gunanya untuk
keperluan praktek. Misalnya,
a. Peneliti dengan disiplin agronomi, tanpa memberikan justifikasi terlebih
dahulu, langsung sampai pada rumusan permasalahan penelitian yang
spesifik, yang dicerminkan dalam judul penelitian: Pengujian jarak tanam
untuk meningkatkan produksi kedele. Tujuan penelitian semacam ini
adalah sangat jelas, yaitu untuk mengetahui jarak tanam optimal, yang
barangkali dikaitkan dengan kondisi lingkungan tertentu.
b. Peneliti ekonomi pertanian ingin mengetahui penggunaan atau faktor
produksi sumberdaya, yang diprakirakan merupakan salah satu sebab
dari rendahnya produksi. Tujuan penelitian juga jelas, adalah untuk
mengetahui alokasi penggunaan pupuk, tenaga kerja yang optimal. Pada
akhir penelitiannya, peneliti menyimpulkan bahwa alokasi penggunaan
faktor produksi belum optimal; disarankan supaya petani dapat
menambah penggunaan faktor produksi. Penelitian (b) itu belum mampu
menjawab permasalahan praktis dengan tuntas, karena banyak faktor
yang menyebabkan tidak optimalnya penggunaan sumberdaya.
4.4. Masalah Praktis Perlu dirumuskan Lebih sederhana
Prosedur Menganalisis Masalah:
1. Menemu-kenali penampilan masalah.
Temukenali sosok masalah (performance problem), yaitu perbedaan antara
"what should be done" dan "what is actually being done".
2. Mendiskripsikan Sosok Masalah.
a. Where: Dimana masalah itu terjadi ? Apakah masalah itu terjadi di mana
sesuatu pekerjaan itu dilaksanakan atau hanya pada lokasi tertentu ?
b. WHO: Apakah masalah itu terjadi pada semua individu atau hanya
sebagian individu ?
c. WHOM: Adanya masalah itu berakibat pada siapa ?
19
d. WHEN: Kapan masalah itu terjadi dan seberapa sering terjadi ? Kapan
masalah itu mulai terjadi ?
Data pendahuluan memang diperlukan dalam men-diskripsikan masalah.
Masalah dapat dilihat dari magnitude dan distribusi kejadian. Misalnya dalam dunia
kedokteran menghadapi masalah dalam pelaksanaan Keluarga Berencana, akibat
sterilisasi. Informasi yang diperlukan dalam merumuskan masalah adalah sbb:
a. Siapa yang meninggal: apakah yang meninggal hanya terjadi pada
wanita, atau laki-laki juga banyak meninggal karena vasectomi ?
b. Dimana kematian itu terjadi ? Apakah terjadi di semua kabupaten atau
provinsi ?
c. Kapan kematian itu terjadi, apakah bersifat musiman, atau jika dikaitkan
dengan pelaksanaan operasi pada saat apa kematian itu terjadi.
d. Bagaimana pasien itu meninggal; apa yang menyebabkan kematian apakah dapat dihindari.
Jika beberapa informasi itu tidak tersedia, tidak berarti peneliti harus mulai
penelitiannya dari awal. Gunakanlah teori-teori yang sudah ada untuk digunakan
dalam menentukan variabel-variabel yang perlu diteliti. Jika informasi point (b) tidak
tersedia, bukan berarti peneliti harus mulai dengan inventarisasi jumlah kematian
yang terjadi.
Upayakan mengenali kemungkinan sebab-sebab dari sosok masalah.
Inventarisasi jawaban ini merupakan sumber hipotesa. Untuk itu peneliti harus
menggunakan teori-teori yang relevan yang dapat membe rikan arah untuk
menemukan variabel sebab-sebab terjadinya masalah.
Paling tidak ada tiga kemungkinan terjadinya masalah ketidak lancaran tugas,
yaitu (a) kesenjangan pengetahuan dan keakhlian, (b) kesenjangan motivasi, (c)
hambatan. Tugas dari seorang peneliti adalah memperoleh bukti-bukti empiris
sehingga dapat meng identifikasi sebab- sebab terjadinya masalah. Apakah
pelaksana tahu cara melaksanakan tugas dengan baik ? Dengan kata lain apakah ia
tahu cara melaksanakan pekerjaan ? Jika ia mampu maka sebab-sebab terjadinya
masalah bukanlah disebabkan "skill and knowledge", harus dicari sebab- sebab
lainnya.
Jika masalah itu timbul karena adanya kesenjangan "skill and knowledge",
pertanyaan berikut revelan untuk memperoleh informasi untuk memecahkan
masalah:
Apakah tugas dapat disederhanakan ?
Apakah pelaksana pernah mahir melaksanakan tugas dengan baik, ternyata
ia sekarang tidak mampu melaksanakannya ? Bilamana demikian apakah perlu
praktek lebih sering karena keakhlian dapat hilang jika jarang dipraktekkan.
Pertanyaan berikutnya mengapa terjadi penurunan kemampuan ?
Langkah-langkah penyelesaian merupakan hipotesis, yang juga dapat diuji
dengan melakukan ekperimen dalam upaya menyelesaikan permasalahan. Dengan
menggunakan kerangka pemikiran ini, proble matik penelitian secermat mungkin
dengan menggunakan kerangka permikiran yang relevant.
20
5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
5.1. Tujuan Penelitian
Umumnya pernyataan tujuan penelitian dimulai dengan kalimat sebagai
berikut:
(1) untuk menentukan . . . . . . . dst.nya,
(2) untuk memperoleh . . . . . . dst.nya, Dalam tujuan penelitian itu,
dimaksudkan untuk menyatakan secara spesifik apa yang akan dilakukan dalam
penelitian, dan dengan demikian dari pernyataan itu akan jelas nampak apa yang
akan dihasilkan oleh penelitian. Jika tujuan itu telah dirumuskan dengan baik, akan
sangat mudah bagi pembaca - bukan saja untuk mengetahui apa yang akan dicapai
oleh peneliti, tetapi pembaca laporan penelitian akan segera dapat dengan mudah
mengetahui apakah peneliti dengan laporan penelitiannya itu telah mencapai tujuan.
5.2. Kegunaan atau Manfaat:
Menyatakan manfaat apa yang diperoleh jika tujuan penelitin itu telah tercapai
? Apakah akan memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan ataukah berguna
untuk menjawab persoalan dalam dunia praktek ? Jika peneliti mengatakan penelitian yang dikerjakan itu akan memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan, perlu
dispesifikasi sumbangan itu dalam hal pengetahuan apa. Adalah tidak logis jika ia
akan menyumbangkan pada khasanah ilmu pengetahuan, sedangkan ia sendiri tidak
mengetahui penge tahuan frontier.
Perlu diingat kembali bahwa penelitian yang dilaksanakan oleh seseorang
peneliti biasanya merupakan salah satu bagian dari permasalahan dunia nyata.
Masalah itu merupakan bagian atau komponen dari masalah-masalah lainnya.
Fungsi merumuskan permasalahan adalah upaya mengkaitkan dunia nyata yang
sangat komplek itu dengan permasalahan yang diteliti. Dunia nyata sangat komplek,
kaitan antara masalah penelitian dengan dunia nyata telah dirumuskan dalam
permasalahan penelitian.
Jika masalah diangkat dari dunia praktek untuk menjawab perma salahan di
lapangan, terjadi proses penyederhanaan dari permasalahan praktis menjadi
permasalahan penelitian(researchable question). Oleh karena itu, pada akhir
penelitian seringkali dicantumkan Implikasi penelitian terhadap kebijaksanaan. Pada
bab inilah peneliti mencoba untuk mengem balikan kesimpulan hasil penelitian
dengan kebijaksanaan yang diper lukan. Antara kesimpulan hasil penelitian dan
implikasi bagi kebijakan, mungkin masih ada lompatan-lompatan, dalam hal mana
peranan peneliti berupaya menyambung antara keduanya.
Contoh: Petunjuk menulis tujuan penelitian dari penelitian untuk memecahkan
permasalahan praktis:
a. Seperti diatas: rumuskan permasalahan penelitian.
b. Tuliskan secara ringkas "what - sosok masalah dan deskripsikan
alternatif tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk menye
lesaikan masalah.
c. Tuliskan pernyataan yang menerangkan "kondisi" yang ada atau
diperlukan untuk masing-masing alternatif yang dapat dilakukan. Tuliskan
pula apakah tindak yang dapat dilakukan itu dapat menyelesaikan
permasalahan.
21
5.3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka itu sengaja diletakkan setelah "tujuan penelitian" bukan
sesudah hipotesa, dengan alasan peneliti atau pembaca dapat diarahkan bacaan
yang diperlukan. Dalam tinjauan pustaka, dikemukakan hasil penelitian lain relevant
yang pernah dilaksanakan oleh peneliti lain dalam pendekatan permasalahan
penelitian: teori, konsep-konsep, analisa, dan kesimpulan, kelemahan dan
keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti
lain, untuk mengindari duplikasi dan pengulangan penelitian, atau kesalahan yang
sama seperti yang dibuat oleh para peneliti sebelumnya. Hal ini hanya mungkin
dilakukan bilamana cukup banyak membaca hasil penelitian orang lain.
Tidak semua bahan sitasi yang diambil dari tulisan orang lain Pustaka selalu
pantas dimasukkan dalam tinjauan pustaka. Saya seringkali menjumpai, dalam
rancangan penelitian, keadaan daerah penelitian dicantumkan dalam tinjauan
pustaka, dengan alasan diperoleh dari pustaka. Ini tidak benar.
6. Teori dan Kerangka Konsep.
Teori
Teori adalah unsur informasi ilmiah atau pengetahuan ilmiah yang berlaku
paling umum. Tetapi teori dapat diangkat menjadi "hipotesa", yaitu bilamana kita
akan mengetes berlakunya suatu teori dalam lingkungan yang berbeda. Jika teori
diangkap menjadi hipotesa, mungkin teori itu masih belum operasional dipetakan di
daerah penelitian terpilih. Biasanya teori itu harus dioperasionalkan supaya dapat
diuji secara empiris. Teori terdiri dari konsep-konsep dan variabel, yang harus
didifiniskan dengan baik, dicantumkan dalam metoda penelitian.
Model merupakan bagian dari teori.
Model merupakan abstraksi dan simplifikasi dari dunia nyata, dapat berbentuk
model statistik berupa persamaan atau bagan. Yang pertama, hubungan fungsionil
dinyatakan dalam fungsi matematis, misalnya: fungsi respon antara produksi dan
masukan. Untuk menyusun ini perlu pengetahuan statistik, dalam ekonomi ekonometrika, dalam biologi - biometrika, dalam sosiologi - sosiometri, teopri
dirumuskan dalam pernyataan matematis) + statistika (alat untuk inferensia - proses
generalisasi) + matematik (diperlukan dalam analisa kuantitatif).
Konsep
Konsep merupakan salah satu komponen dasar dalam teori, contoh misalnya
aliran air, pertumbuhan tanaman, manusia, ternak; tingkat fertilitas, ketajaman
pendengaran seseorang, kebisingan dalam lingkungan industri, ketahanan varietas
terhadap kekeringan. Konsep yang disebut itu adalah abstrak. Tugas seorang
peneliti pada tahapan pembuatan rancangan penelitian adalah menterjemahkan
konsep abstrak itu menjadi empirical konsep yang dapat diamati di lapangan, baik
dalam percobaan atau survey. Komponen dari konsep yaitu simbol dan makna.
Setiap ilmu mempunyai simbol tersediri, yang mungkin hanya dimengerti oleh para
ilmuan di lingkungannya sendiri. tetapi tidak semua fenomena dapat diukur secara
kuantitatif - diperlukan instrument lain untuk mewakilinya.
22
7. Hipotesis
Apakah dalam penelitian selalu harus ada hipotesa ? Jawaban: ya. Tetapi
tidak selalu perlu dirumuskan dalam bentuk kalimat dalam rancangan penelitian.
Hipotesa adalah suatu perkiraan atau dugaan me ngenai fakta-fakta yang diperoleh
atau jawaban sementara mengenai suatu gejala atau hubungan antara dua gejala
impiris.
Hipotesa harus didasari oleh teori - untuk menghindari hubungan palsu.
Peneliti dapat sampai pada kesimpulan yang menyesatkan, karena kesimpulan yang
diperoleh itu didukung dengan data tetapi tidak mempunyai dasar teori. Dengan
demikian, peneliti tidak boleh memberikan hipotesa seenaknya, mencoba-coba
menghubungkan satu konsep (variabel) dan konsep (variabel) lainnya. Hipotesa
ilmiah adalah sesuatu hubungan antar konsep (variabel) yang dapat diterima oleh
logika - berdasarkan kerangka logika dengan menggunakan teori yang ada - tetapi
belum dapat dipastikan kebenaran secara empiris. Teori dapat diangkat menjadi
hipotesa - yang akan diuji secara empiris dalam suatu lingkungan tertentu. Hasil uji
hipotesa dapat mendukung teori atau dapat menolak teori. Oleh karena itu, hasil
penelitian tidak perlu sesuai dengan hipotesa baik hipotesa yang diangkat dari teori
ataupun hasil pengamatan lapang.
Setiap tahap pengembangan pemikiran ilmiah dibuat dengan memperkirakan
kejadian dengan mengembangkan hipotesa (yang diusahakan untuk dibuktikan)
yang seringkali dimulai dengan dasar yang tidak kuat. Pemikiran ilmiah itu dapat
diangkat jadi hipotesa, untuk dibuktikan dengan data empiris. Jika peneliti menolak
atau mendukung pemikiran ilmiah itu berarti ia telah berhasil memperluas khasanah
dunia ilmu pengetahuan.
7.1. Prosedur perumusan hipotesis
Penelitian yang baik yaitu penelitian yang menguji hipotesis hasil rumusan
yang baik sangat diperlukan dalam proses pembangunan dengan dua alasan umum.
Pertama, peranan kualitas sumberdaya manusia menjadi vital dalam program
pembangunan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Kenyataan ini mengakibatkan perhatian banyak diberikan pada kualitas sumberdaya manusia belakangan
ini. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan program pembangunan tersebut semakin tinggi. Keadaan demikian
memang tidak dapat dihindari karena merupakan sifat dari proses pembangunan itu
sendiri yang terus mengalami perubahan kemajuan dengan waktu.
Pada program pembangunan sebelumnya, perhatian banyak dicu rahkan
pada pembangunan ekonomi khususnya sektor pertanian. Tujuan pembangunan
tersebut yaitu peningkatan produksi untuk mencapai terutama swasembada pangan
dapat diwujudkan dengan peningkatan perluasan areal tanam, penggunaan pupuk,
pemeliharaan tanaman yang intensif dan pembangunan jaringan irrigasi. Penerapan
tindakan ini dan penggunaan varietas unggul yang umumnya dihasilkan dari tehnik
pemuliaan konvensional (seleksi dan hibridisasi) membawa kepada peningkatan
produksi pada taraf swasembada. Apabila semua faktor-faktor produksi ini sudah
diterapkan pada tingkat optimum, maka kendala upaya peningkatan produksi pangan
lebih lanjut tentu tidak lagi terletak pada faktor-faktor ini. Keadaan sekarang
membutuhkan pengetahuan yang lebih luas dan dalam. Sebagai kiasan, penciptaan
varietas unggul tidak lagi dapat hanya mengandalkan pemuliaan tanaman
konvensional, karena tehnik ini membutuhkan waktu yang lama khususnya untuk
23
tanaman tahunan. Penciptaan suatu varietas unggul tanaman tahunan dapat
menghabiskan waktu puluhan tahun dengan tehnik hibridisasi. Tehnik hibridisasi
juga sulit diterapkan karena mengandung sifat untung-untungan (gambling) dalam
proses rekonstitusi operon genetik yang diinginkan. Rekonstitusi operon genetik
akan lebih mudah dilakukan, apabila pengetahuan mengenai biologi molekuler dan
rekayasa genetik dikuasai. Ini tentu membutuhkan manusia yang berkualitas tinggi,
karena pengetahuan ini tidak akan dapat dikuasai hanya dengan pendidikan biasa.
Kualitas sumberdaya manusia yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi
sekalipun (setara S1) mungkin tidak banyak mengusai hal tersebut. Kesadaran akan
masalah pemuliaan tanaman diatas mengakibatka ilmu-ilmu dasar seperti biologi
molekuler and rekayasa genetik (genetic engineering) mendapat banyak perhatian.
Persoalan yang sama juga dijumpai pada bidang ilmu pengetahuan biologi lain
seperti kedokteran, peternakan dan perikanan.
Alasan kedua adalah kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tinggi tidak dapat digantungkan pada sumber manca negara, karena selain tidak
selalu tersedia sehubungan dengan persoalannya yang spesifik negara atau bahkan
daerah, tetapi adanya pembatasan akibat keterlibatan unsur kompetisi. Sistem
pendidikan struktural yang formal juga tidak dapat diharapkan dalam peningkatan
kualitas sumberdaya manusia secara terus-menerus karena sifatnya yang terbatas.
Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi/tertinggi dapat meningkatkan
kualitasnya hanya dengan penelitian. Ironisnya, banyak ilmuwan tidak tertarik
melakukan penelitian sehingga kualitasnya tidak banyak berkembang, dan
karenannya kelompok ini tidak memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu
pengetahuan dan pembangunan. Di pihak lain, ilmuwan yang ingin melakukan
penelitian tidak begitu menguasai bagaimana membuat penelitian yang baik.
Beberapa diantaranya melakukan penelitian hanya sekedar "partisipasi" atau untuk
kenaikan pangkat, sehingga topik penelitian tidak jarang mengada-ada. Ini tercermin
dari kenyataan bahwa banyak usulan penelitian yang ditolak dengan berbagai alasan
antara lain (i) subjek yang diteliti tidak relevan atau "mengigit", (ii) metodenya tidak
sesuai dan (iii) kepakarannya tidak memadai.
Kalau berbicara terus-terang, tidak sedikit orang membuat penelitian yang
berulang dengan tujuan yang tidak jelas. Penelitian demikian tentu tidak dapat
diharapkan memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu pengetahuan atau
pembangunan. Di lain pihak, banyak usulan penelitian yang sifatnya coba-coba (trial
and error) atau untung-untungan.
Penelitian ilmiah adalah sesuatu yang
direncanakan secara cermat mengikuti metode ilmiah untuk memecahkan masalah
yang dipertimbangkan. Pada hakekatnya, penelitian ditujukan untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan dalam bentuk hipotesis. Prosedur perumusan hipotesis
untuk diuji dalam suatu penelitian akan dibicarakan berikut ini. Uraian tersebut
ditujukan pada penelitian yang menyangkut tanaman, tetapi pendekatan yang
digunakan dapat diadaptasikan untuk penelitian bidang lain khususnya yang
menyangkut biologi.
7.2. Konsep Perumusan Hipotesis
7.2.1. Prinsip Dasar
Seorang ilmuan sejati dicirikan oleh sikap ilmiah (scientific attitute) yaitu suka
bertanya (inquiring) and kritis (critical). Modal dasar ini berlaku bagi semua bidang
24
ilmu pengatahuan dan harus dimiliki bila ingin mendapatkan rumusan hipotesis yang
baik dan penelitian yang baik. Banyak pertanyaan yang harus dijawab dalam
kehidupan ini, jika mutu kehidupan ingin ditingkatkan yaitu apa, dimana, kapan dan
bagaimana. Ilmuan tidak akan berhenti pada pertanyaan ini tetapi menyakan lebih
lanjut mengapa.
Ini harus disadari bahwa proses perumusan hipotesis yang dimulai dengan
pengajuan pertanyaan tidak selalu berjalan mulus. Ada dua keingin yang dapat
bertentangan dalam perumusan hipoteisis yaitu perumusan yang berorientasi ilmiah,
yang berasal dari pihak peneliti atau ilmuwan, dan yang berorientasi praktis, yang
berasal dari pihak pemberi dana. Keadaan ini dapat berakhir pada hipotesis atau
topik penelitian yang kelihatannya seperti dicari-cari dan mengada-ada. Karena
kebuntuan mengakomodasi kedua keinginan tersebut, jalan pintas diambil yaitu jalur
yang umum ditempuh peneliti terdahulu dengan sedikit perubahan disana-sini.
Penelitian demikian dapat berulang- ulang dilakukan hanya karena perbedaan waktu,
tempat dll., dengan alasan penelitian demikian belum pernah dilakukan.
Prinsip dasar lain yang harus dipegang untuk mendapatkan topik penelitian
adalah hukum sebab dan akibat. Semua fenomena yang terjadi di alam ini berasal
dari hubungan sebab dan akibat yang sesuai dengan pepatah tiada asap kalau
tiada api. Dengan perkataan lain suatu fenomena pasti ada sebanya, dan
penyebanya ini dapat diketahui apabila fakta-fakta mengenai hal itu dicari dan
dikumpulkan dengan cermat. Generalisasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan
kemudian dapat dirumuskan yang memberikan penjelasan kepada fakta atau
observasi. Inilah suatu ciri penelitian ilmiah yaitu mencari hubungan sebab dan
akibat. Generalisasi tersebut dapat berguna untuk memberikan arahan pada
penelitian selanjutnya. Dalam banyak peristiwa, informasi mengenai akibat lebih
sering tersedia, sehingga penelitian akan berfungsi untuk mencari penyebabnya.
Tanaman mangga yang umumnya tidak berbunga atau berbuah pada musim
penghujan tentu merupakan akibat dari proses dan faktor penyebabnya. Seseorang
yang berfikiran ilmiah tidak akan menerima keadaan itu sebagaimana adanya, tetapi
mengajukan pertanyaan; apa yang menyebakan demikian ?.
7.2.2. Observasi
Berdasarkan uraian diatas, sumber masalah dalam penelitian menjadi sangat
penting dalam perumusan hipotesis. Banyak peneliti yang akan melakukan suatu
penelitian tidak dapat menjawab dengan tegas bila ditanyakan apa masalahnya ?.
Permasalahan diperoleh melalui observasi (pengamatan) yang dilakukan dengan
metode ilmiah. Observasi ini sekaligus akan menjadi batasan domain (wawasan
atau ruang lingkup) ilmiah. Jadi pembatasan sebaiknya jangan dilakukan terlebih
dahulu, seperti dengan pendekatan komoditi, sebelum mendapatkan permasalahan
karena tindakan demikian akan mempersempit perolehan masalah. Kemudian
sesuatu yang tidak dapat diamati tidak dapat diteliti secara ilmiah, dan pengamatan
tidak harus bersifat langsung. Misalnya inti atom atau magnit tidak dapat dirasakan
secara langsung melalui panca indera, tetapi pengaruhnya dapat diamati dengan
alat. Ini sama halnya dengan jalan pikiran manusia yang tidak dapat diamati
langsung, tetapi pengaruhnya yang diwujudkan dalam tingkah laku dapat diamati.
Observasi merupakan suatu seni, dan observasi yang jeli diharapkan dapat
menghasilkan permasalahan yang menarik, hipotesis yang berbobot dan akhirnya
topik penelitian yang "mengigit". Untuk itu. observasi harus dilakukan berdasarkan
metode ilmiah yang dicirikan oleh hasilnya yang dapat diulangi. Kalau hasil
25
observasi tidak dapat diulangi, maka itu hanyalah suatu kebetulan yang sulit
diketahui proses yang menghasilkannya dan akhirnya faktor-faktor penyebabnya.
Keadaan demikian akan membawa kesulitan atau bahkan ketidak-mungkinan
dipelajari melalui penelitian. Karena itu pengamatan yang dilakukan dengan tepat
menjadi sangat penting dan merupakan bagian yang paling sulit dalam kerangkan
penelitian ilmiah. Pengamatan dapat dilakukan melalui semua panca indera;
penglihatan, pendengaran, perasaan dll, tetapi panca indera sering bekerja secara
bias yang menjadi kendala sebagian besar dalam mendapatkan permasalahan
penelitian yang baik atau sesungguhnya.
Pengamatan tidak selalu berarti kompleks, pengamatan yang sederhana
sering menghasikan permasalahan yang berbobot. Newton yang duduk dengan
santai dapat melakukan pengamatan yang sangat berarti dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan kehidupan. Pengamatan yang tidak disengaja tentang kejatuhan
sebuah appel membawa Newton mengembangkan hukum gravitasi yaitu setiap
benda dalam jagat raya tarik-menarik satu sama lain oleh kekuatan yang
semakin besar semakin besar massa benda. Hukum ini kemudian dapat
menjelaskan pergerakan bulan pada orbit mengitari bumi dan bumi serta planit lain
pada masing-masing orbitnya mengitari matahari. Bagaimana Newton membuat
penemuan ilmiah besar hanya dari hasil pengamatan sederhana, banyak keadaan
demikian sering dihubungkan dengan naluri ilmiah. Naluri ilmiah tentu tidak datang
begitu saja, tetapi merupakan integrasi dari berbagai faktor termasuk tingkat
penguasaan ilmu pengetahuan. Sir Isaac Newton adalah seorang ahli matematika
dan menerbitkan suatu karya tulis berjudul
Principia Mathematica yang
dipertimbangkan kemungkinan sebagai karya tulis paling penting dalam ilmu
pengetahuan alam.
Suatu catatan yang dapat dibuat dari uraian diatas adalah bahwa banyak
penemuan besar dihasilkan dari pengamatan yang tidak direncanakan. Ini sulit
diterapkan dan hanya orang yang jeli atau mempunyai naluri pengamat yang
beruntung dapat membuat penemuan besar dari pengamatan yang tidak disengaja,
karena kita tidak tau kapan peristiwa demikian terjadi dihadapan kita. Kendalan lain
dalam pengamatan adalah bahwa manusia pada umumnya cenderung melihat
apa yang ingin dilihat atau apa yang dipikirkan untuk dilihat. Memang apa yang
ada sesungguhnya sangat sulit diperoleh akibat pengetahuan yang terbatas.
7.2.3. Perumusan Masalah
Setelah hasil pengamatan diperoleh, langkah kedua dari metode ilmiah adalah
perumusan masalah yang berfungsi untuk membatasi dan menegaskan
permasalahan. Pemikiran yang kritis diperlukan dalam proses ini untuk menilai hasil
observasi, dan ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai hasil
pengamatan tersebut. Pertanyaan awal yang perlu dijawab adalah apa masalahnya
? dan apakah masalah itu cukup logis ?. Untuk memperjelas jawaban pertanyaan
kedua, terutama bila hasil pengamatan tersebut diperoleh dari penelitian, pertanyaan
berikut dapat diajukan yaitu (i) bagaimana hal itu terjadi dan (ii) apa yang
menyebabkannya. Pengajuan pertanyaan demikian membedakan ilmuwan dengan
orang awam; setiap orang dapat melakukan pengamatan, tetapi tidak setiap orang
mempunyai kuriositas.
Suatu kenyataan adalah bahwa tidak semua orang melihat adanya
kemungkinan hubungan dari suatu masalah dengan hasil suatu observasi.
Sebagaimana diketahui, benda pada ketinggian tertentu yang tidak ditopang akan
26
jatuh ke bumi diterima begitu saja selama ribuan tahun. Ilmuwan tidak menerima
sesuatu begitu saja, tetapi menanyakan bahkan dengan risiko menjengkelkan dan
tidak disenangi orang lain. Seorang yang sering mengajukan pertanyaan yang kritis
dapat mendapat kesulitan besar karena dapat dipandang sebagai orang yang tidak
manusiawi. Tetapi seseorang harus terus mengajukan pertanyaan jika ingin tetap
menjadi ilmuwan, dan orang lain harus bersedia menerima pertanyaan yang
menjengkelkan jika ingin mempunyai ilmu pengetahuan.
Setiap orang dapat mengajukan pertanyaan, tetapi pertanyaan yang baik,
seperti melakukan observasi yang baik, adalah suatu seni tersendiri.
Agar
mempunyai nilai ilmiah, suatu pertanyaan harus relevan dan dapat diuji (testable).
Kesulitannya adalah bahwa sering sangat sulit atau tidak mungkin mengatakan
sebelumnya apakah suatu pertanyaan relevan atau tidak relevan, dan dapat diuji
atau tidak dapat diuji. Jika seseorang jatuh pingsan ditengah jalan, dan seseorang
yang lewat dan ingin membantunya dan mengajukan pertanyaan apakah dia sudah
makan. Orang yang tidak mempunyai pengalaman dalam hal ini tidak dapat
memutuskan mengenai relevansi pertanyaan ini dengan peristiwa yang terjadi,
bahkan dapat mengatakan orang yang mengajukan pertanyaan gila.
Pada
umumnya, pertanyaan ilmiah dimulai dengan bagaimana (how) atau apa/apakah
(what). Pertanyaan yang dimulai dengan mengapa (why) adalah yang paling sering
menyulitkan.
7.3. Rumusan Hipotesis
Setelah pertanyaan diajukan, tahap berikutnya - yang kelihatanya tidak
bersifat ilmiah - adalah melakukan penebakan (guessing). Ilmuwan harus melakukan
penebakan jawaban dari perta nyaan yang diajukan, jawaban ini dapat berupa
pertanyaan yang dapat dirubah kemudian ke dalam bentuk kalimat normal yang
kemudian menjadi bagian dari hipotesis.
Pengertian hipotesis dibatasi sebagai prinsip umum yang dapat diterima
secara ilmiah yang ditawarkan untuk menjelaskan fenomena; atau hasil
analisis sejumlah fakta dalam hubungan satu sama lain. Hipotesis dapat hanya
berupa pernyataan umum yang diterima begitu saja atau pernyataan yang dibuat
untuk diuji yang dikenal dengan hipotesis kerja (working hypothesis). Jadi hipotesis
dapat timbul dari dua cara yaitu suatu fenomena diamati diikuti dengan pemeriksaan
melalui pengumpulan fakta untuk menjelaskan fenomena tersebut yang melahirkan
hipotesis. Cara lain adalah sejumlah fakta terkumpul dan kemudian dianalisis dan
disintesis menjadi suatu pernyataan umum yang merangkum semua fakta tersebut
dalam bentuk hipotesis. Cara pertama lebih banyak diterapkan dalam dunia
penelitian, karena lebih terarah untuk mendapatkan permasalahan. Jarang orang
mengum pulkan fakta tanpa tahu tujuannya seperti pada cara kedua.
Banyak orang berhenti hanya pada pengamatan atau pengajuan pertanyaan.
Beberapa ingin mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, dan inilah yang dapat
dikelompokkan sebagai ilmuwan. Kemungkinan jawaban dari suatu pertanyaan
dapat beberapa atau bahkan ribuan. Pembatasan jawaban yang dianggap paling
tepat perlu dilakukan karena pengujian beberapa apalagi ribuan pertanyaan tidak
mungkin. Jawaban yang didukung oleh fakta yang paling banyak yang diperoleh dari
acuan literatur menjadi kandidat hipotesis. Sampai tahap ini, seseorang tidak akan
mengetahui apakah jawaban ini benar atau tidak sampai pengujian melalui penelitian
(percobaan) diselesaikan. Penebakan dan pengujian tebakan jitu (hipotesis) dapat
27
berlangsung bertahun-tahun tanpa pernah mendapatkan jawaban yang benar.
Kepercayan diri, naluri dan keberuntungan mempunyai peranan penting dalam
penentuan tebakan jitu.
Sebagai contoh, seorang petani yang pertama kali menanam tanaman
tembakau pada suatu lahannya menghadapi masalah dalam pertumbuhan tanaman
tersebut. Petani ini yang sudah berhasil nenanam tanaman lain pada lahan tersebut
dan tembakau pada lahan lain mendatangi ahli pertanian dan menanyakan; apa
yang salah pada tanaman tembakau saya.
Ahli ini, setelah melakukan
pemeriksaan di lapangan dan menerapkan pengatahuannya tetang tanaman serta
membaca hasil-hasil penelitian serta bahan acuan lain yang berhubungan dengan
tembakau, dapat mempersempit permasalahan kepada pertanyaan; Apakah
kekurangan unsur hara dalam tanah menyebabkan penghambatan
pertumbuhan batang dan daun tanaman tembakau tersebut ?. Sebelum sampai
kepada pertanyaan itu, ahli tersebut telah mempertimbangkan berbagai kemungkinan lain seperti penyakit, air, cahaya dan bahkan metode budidaya tanaman
tembakau. Tetapi fakta yang tersedia membawa kepada pertanyaan tersebut.
8. Metode Penelitian
Menurut caranya, penelitian dapat dikelompokkan menjadi:
1. Penelitian Operasional
Penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja pada suatu bidang
tertentu terhadap proses kegiatannya yang sedang berlangsung tanpa
mengubah sistem pelaksanaannya.
2. Penelitian Tindakan
Penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja pada suatu bidang
tertentu terhadap proses kegiatannya yang sedang berlangsung dengan cara
memberikan tindakan/action tertentu dan diamati terus menerus dilihat plusminusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya
maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.
3. Penelitian Eksperimen
Penelitian yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti dengan cara
memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna
membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti bagaimana
akibatnya.
Penelitian ini merupakan penelitian kausal (sebab akibat) yang pembuktiannya
diperoleh melalui komparasi/perbandingan antara :
a. Kelompok eksperimen (diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol
(tanpa perlakukan); atau ;
b. Kondisi subjek sebelum perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan.
Desain penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan untuk
menjawab masalah penelitian (menguji hipotesis) dan mengontrol variabel sekunder.
Desain penelitian eksperimental merupakan bagian penting dalam metode penelitian
eksperimental karena menunjukkan bagaimana suatu penelitian eksperimental akan
dilakukan.
28
Tujuan penelitian-eksperimental adalah untuk menyelidiki hubungan sebabakibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kelompok eksperimental pada satu
atau lebih perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok
kontrol yang tidak dikenai perlakuan.
Ciri-ciri “Eksperimental Designs”
Menuntut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental
secara tertib-ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun
randomisasi.
Menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan
dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
Memusatkan usaha pada pengontrolan varian :
a. Memaksimalkan varian variabel.
b. Meminimalkan varian variabel pengganggu atau yang tidak di inginkan
yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen namun tidak menjadi
tujuan eksperimen.
c. Meminimalkan varian kekeliruan atau varian rambang.
DAFTAR PUSTAKA
Cochran,W.G. dan G.M. Cox. 1957. Experimental Designs. John Wiley and Sons,
New York.
DP4M. 1993. Pedoman Pengelolaan dan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat. DP4M DIKTI, Jakarta.
DRN. 1996. Petunjuk Penyusunan Proposal Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI.
MENRISTEK-DRN, Jakarta.
DRN. 1997. Petuntuj Penyusunan Proposal Riset unggulan Kemitraan. MENRISTEKDRN, Jakarta
Federer, W.T., 1963. Experimental design. Theory and Application. The Mcmillan
Co., New York.
Meyer, B.S., Anderson, D.B. and Bohning, R.H., 1964. Introduction to plant
physiology. D. Van Nostrand, Princenton, New Jersey.
Mutsaers, H.J.W., N.M. Fisher, W.O.Vogel, dan m.C.Palada. 1986. A Field Guide for
on-Farm Research. Farming Systems Program, IITA, Ibadan nigeria.
Semaoen, I. 1995. Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Kegunaan, Kerangka Teori
dan Konsepsi. Bahan Penataran
Kiat Merancang, Menyusun dan
Mengkomunikasikan Usul Penelitian yang handal dan mampu bersaing.
Lembaga Penelitian, Unibraw.
Download