Ringkasan Publik BAP Rev.06122013

advertisement
PUBLIC SUMMARY
(Ringkasan Publik)
SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN LESTARI (PHTL)
PT. BUMI ANDALAS PERMAI
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh
Lembaga Sertifikasi PT. TUV RHEINLAND INDONESIA
PROSES SERTIFIKASI
Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL) merupakan perwujudan dari konsep pembangunan
bidang kehutanan yang berkelanjutan (sustainable). Dalam proses pencapaiannya diperlukan suatu
sistem yang menjamin keseimbangan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan sosial. Sebagai
instrumen yang menjembatani kesenjangan antara kondisi riil dengan standar kinerja yang harus
dicapai dalam PHTL, maka diperlukan sistem sertifikasi sebagai proses yang berkesinambungan.
PT Bumi Andalas Permai (PT BAP) mempunyai komitmen dan tekad yang cukup tinggi dalam
mewujudkan PHTL. Hal ini dibuktikan dengan mengajukan aplikasi untuk sertifikasi PHTL dengan
standar Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) kepada Lembaga Sertifikasi PT. TUV Rheinland
Indonesia (TUV Rheinland Group).
Proses Aplikasi
Proses sertifikasi PT Bumi Andalas Permai dimulai sejak diterimanya aplikasi permohonan sertifikasi
pada bulan Agustus 2012 kepada Lembaga Sertifikasi PT TUV Rheinland Indonesia untuk sertifikasi
PHTL dengan standard LEI 5000-2.
Proses Penapisan
Proses penapisan awal dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan PT BAP untuk
melangkah ke tahap selanjutnya. Proses penapisan dilakukan oleh tim Panel Pakar I mengacu pada
Pedoman LEI 99-33 , diawali dengan penelaahan dokumen-dokumen yang terkait dengan kegiatan
pengelolaan hutan PT BAP.
Tim Panel Pakar I dari PT TUV International Indonesia yang melakukan kegiatan penapisan awal
untuk 3 aspek yang dinilai yaitu:
1
Ir. Ahmad Hadjib, MS. untuk Aspek Produksi
2
Dr. Ir. Machmud Thohari, DEA. untuk Aspek Ekologi
3
Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si. untuk Aspek Sosial
Dengan fasilitator Riki Harpan
Proses penapisan dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan lapangan di lokasi Unit Manajemen pada
tanggal 17 Desember sampai dengan 21 Desember 2012.
Dari hasil penapisan yang mencakup penelaahan dokumen dan kunjungan lapangan serta
konsultasi publik maka Tim Panel Pakar I memutuskan bahwa PT BAP dapat melanjutkan ke proses
penilaian lapangan.
Pengumuman Publik
Sebelum dilakukannya proses penilaian lapangan, terlebih dahulu harus dilakukan pengumuman
publik untuk mengundang masukan-masukan atau input yang terkait informasi mengenai unit
manajemen dari pemangku kepentingan (stakeholders) yang akan dijadikan bahan informasi untuk
penilaian. Pengumuman kepada publik tentang proses sertifikasi PHTL PT BAP dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
-
Pengumuman melalui media masa nasional “Media Indonesia” pada tanggal 23 Maret 2013.
Pengumuman melalui media masa lokal “Sriwijaya Post” pada tanggal 23 Maret 2013.
Pengumuman melalui email (mailing list) kepada para praktisi kehutanan, LSM dan pihak
terkait lainnya.
Konsultasi Publik
Sebagai bagian dari proses penilaian lapangan pada skema sertifikasi, harus dilakukan konsultasi
publik untuk menampung semua masukan dari pemangku kepentingan (stakeholders). Pelaksanaan
konsultasi publik dilakukan di Hotel Grand Kemala, Palembang pada tanggal 22 April 2013
bekerjasama dengan Forum Komunikasi Daerah Sumatera Selatan. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengundang semua pihak yang berkepentingan dari kalangan institusi pendidikan, pemerintah
daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), masyarakat adat, organisasi massa, dll.
Penilaian Lapangan
Proses penilaian lapangan untuk unit manajemen PT BAP dilakukan oleh tim penilai lapangan
Lembaga Sertifikasi PT TUV Rheinland Indonesia yang menggunakan standar LEI 5000-2 sebagai
acuan penilaian. Kegiatan penilaian lapangan dilakukan pada tanggal 21 April sampai dengan
tanggal 26 April 2013. Tim penilai lapangan terdiri dari :
1
Cecep Saepulloh, S. Hut. (Lead Assessor/Aspek Produksi).
2
Ibrohim Prayetno, S. Hut. (Assessor Aspek Ekologi)
3
Ir. Irpan Kadir (Assessor Aspek Sosial)
Dengan fasilitator Riki Harpan
Penilaian lapangan yang dilakukan oleh tim penilai lapangan PT TUV mengacu pada standar LEI
5000-2 tentang Sistem Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL), Pedoman LEI 99-31 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penilaian lapangan Sertifikasi PHTL dan Pedoman LEI 99-32 sebagai acuan
dalam penyusunan laporan hasil penilaian lapangan sertifikasi PHTL.
Proses Evaluasi dan Keputusan Sertifikasi oleh Panel Pakar II
Tahap selanjutnya dari proses sertifikasi ini yaitu tahap evaluasi dan pengambilan keputusan
sertifikasi. Tahap ini dilakukan oleh tim Panel Pakar II, yang beranggotakan 6 orang, terdiri dari tim
Panel Pakar I yang melakukan tahap penapisan dan tambahan Panel Pakar dari aspek produksi,
ekologi dan sosial yang merupakan utusan daerah dimana Unit Manajemen berada. Susunan Panel
Pakar II terdiri dari :
-
Ir. Ahmad Hadjib, MS (Aspek Produksi)
Dr. (Cand) Syafrul Yunardy, S.Hut, M.E (Aspek Produksi/Utusan Daerah)
Dr. Ir. Machmud Thohari, DEA. (Aspek Ekologi)
Dr. Mulawarman (Aspek Ekologi/Utusan Daerah)
Dr. Ir. Pudji Muljono (Aspek Sosial)
M. Subardin, SE., M.Si (Aspek Sosial/Utusan Daerah)
Panel Pakar II bekerja setelah menelaah laporan hasil penilaian lapangan dan presentasi dari tim
penilai lapangan. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 13 sampai dengan 15 Juni 2013 berlokasi di
Hotel Harris, Sentul Bogor.
Berdasarkan hasil evaluasi Panel Pakar II tersebut, PT Bumi Andalas Permai Propinsi Sumatera
Selatan dengan luas 192.700 ha dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari
berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perunggu.
Panel Pakar II juga mengeluarkan beberapa rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan oleh unit
manajemen PT BAP sebagai berikut :
Rekomendasi Aspek Produksi
1. Pemantapan kawasan yang mencakup legalitas dan legitimasi kawasan untuk terwujudnya
kepastian status areal unit manajemen yang diakui oleh stakeholders.
- Koordinasi penyelesaian batas kawasan hutan konsesi PT. BAP dengan parapihak.
- Resolusi konflik terhadap areal/lahan yang diklaim, diokupasi, dan overlap berdasarkan hasil
pemetaan konflik.
- Penataan batas luar kawasan dengan melibatkan parapihak secara partisipatif.
- Sosialisasi hasil pengukuhan/penetapan & tata batas dengan menggunakan konsep FPIC
(Free Prior and Informed Consent) atau PADIATAPA (Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal
Tanpa Paksaan).
2. Perbaikan tata laksana penanaman dalam kerangka pembentukan hutan normal untuk
tercapainya realisasi penanaman yang menjamin pelestarian produksi pada daur berikutnya.
- Penyusunan rencana jangka benah menuju struktur hutan normal.
- Penyusunan statisitik penanaman berdasarkan catatan penanaman tahun-tahun sebelumnya
termasuk kendala dan penyebab ketidakberhasilan penanaman.
3. Peningkatan kemampuan organisasi, sistem, dan peralatan dalam pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan untuk tersedianya sistem manajemen kebakaran
hutan dan lahan yang efektif dan efisien.
- Identifikasi dan analisis data hotspot.
- Pengecekan informasi hotspot secara berkala.
- Penyediaan Peta Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan.
4. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembukaan wilayah hutan khususnya untuk
produksi hasil hutan kayu untuk terpenuhinya seluruh aspek kegiatan (mobilisasi) dalam
pembangunan hutan.
- Kajian optimasi intensitas atau kerapatan dan total panjang jalan darat (utama, cabang,
sarad) dan panjang kanal (primer dan sekunder) untuk menjamin kelancaran operasional
kegiatan pem-bangunan dan pembinaan hutan tanaman.
- Identifikasi kanal illegal (liar) yang ada didalam kawasan PT. BAP.
5. Peningkatan kemampuan dan koordinasi secara lebih efektif dan efisien untuk tertatanya satuan
organisasi yang mandiri dan memiliki koordinasi yang baik dan lebih berkualitas.
- Ujicoba tingkat efisiensi koordinasi antar dan inter satuan dalam pemberian saran dan
pengambilan keputusan dari tingkat ter-tinggi hingga terbawah (lapangan).
6. Penerapan pemungutan hasil hutan pada semua skema pembukaan wilayah hutan secara benar
untuk meminimasi dampak negatif pemungutan hasil hutan.
- Penyediaan peta indikator dampak penting dalam setiap langkah/proses pemanenan hasil
hutan di lapangan.
7. Peningkatan nilai likuiditas > 200%, nilai rentabilitas dan solvabilitas diatas nilai suku bunga
untuk tercapainya rentabilitas usaha diatas MARR (minimum attractive rate of return).
- Kajian perkiraan kesehatan perusahaan melalui analisis likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas
untuk 5 tahun ke depan.
8. Stabilisasi produksi pada tingkat produksi lestari dan kapitalisasi & reinvestasi ke dalam
pengusahaan hutan sehingga modal tegakan hutan selalu meningkat untuk tercapainya upaya
peningkatan aset tegakan hutan.
- Penyusunan rencana jangka benah menuju struktur hutan normal.
- Penyusunan rencana peningkatan kemampuan penanaman sehingga mencapai 100% sesuai
target.
- Kajian perkiraan modal tegakan hutan pada daur berikutnya berdasarkan hasil pendapatan
dan pengeluaran (cost) dalam kegiatan pengusahaan hutan saat ini (daur sekarang)
Rekomendasi Aspek Ekologi
1.
Penerapan hasil asesment nilai konservasi tinggi (NKT).
- Pemetaan dan pemasangan tapal batas areal spesifik NKT.
- Identifkasi, rehabilitasi, konservasi dan restorasi NKT.
- Sosialisasi pelibatan masyarakat sekitar areal hutan berperan aktif untuk pelestarian NKT.
- Kerjasama dengan lembaga terkait seperti lembaga akademik dll.
2.
Pengayaan habitat (koridor) gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus).
- Analisis karakteristik komunitas/tipe vegetasi habitat gajah sumatera.
- Analisis keanekaragaman dan kelimpahan jenis sumber pakan pada
komunitas/tipe vegetrasi.
- Pemetaan penyebaran sumber garam-garam mineral (salt licks).
- Study pergerakan populasi gajah Sumatra.
- Perbaikan habitat pada jalur jelajah gajah.
beberapa
3.
Hand over area (sejak harvesting-penanaman kembali supaya dipercepat waktunya (<40 hari)
dan mencari alternative lain dengan penanaman cover crop.
- Implementasi SOP tentang konservasi tanah dan air, sistem tata air, dan system silvikultur
di lahan gambut.
- Evaluasi kemungkinan replanting < 40 hari.
- Studi jenis cover crop yang adaptif dengan type lahan gambut dan marine mineral Alluvial.
4.
Minimalkan penggunaan pestisida.
- Program monitoring organisme penganggu tumbuhan secara berkala.
- Selektivitas pengunaan pestisida yang aman terhadap lingkungan.
- Jalankan program pengendalian hama terpadu.
5.
Mengembangkan agens hayati (termasuk musuh alami).
- Explorasi, seleksi, dan konservasi agens hayati terutama habitat local.
- Perbanyakkan masal agens hayati.
- Studi efektivitas, ekologi dan biologi agens hayati.
6.
Terapkan SOP tentang pemanfaatan SDH.
- Pengembangan sistem informasi sumber daya hutan (lokasi, potensi, teknik budidaya, teknik
pemanenan, dll).
- Sosialisasi sumber daya hutan kepada masyarakat sekitar kawasan.
- Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan sehingga dapat lestari.
7.
Inventarisasi KEHATI lapisan gambut bawah dan gambut dalam seperti di kawasan Lebong
Hitam.
- Penentuan tingkat kematangan, kedalaman gambut dan lapisan tanah dasarnya.
- Inventaris jenis dan jumlah flora dan fauna lapisan gambut bawah.
- Rehabilitasi, konservasi dan restorasi keragaman hayati gambut.
- Studi lanjut ekologi kubah gambut di kawasan Lebong Hitam.
8.
Rehabilitasi daerah alairan sugai (DAS) dan sempadan sungai.
- Pengkayaan vegetasi local daerah aliran sungai (sempadan sungai).
- Pelibatan masyarakat dalam program rehabilitasi, konservasi dan restorasi vegetasi secara
berkala dan terukur sepadan daerah alairan sugan dan sepadan sungai.
9.
Pal batas Jalur hijau.
- Penghijauan pal batas dengan tanaman endemik local.
- Pemilihan tanaman bernilai ekonomis.
Rekomendasi Aspek Sosial
1. Pemantapan kawasan areal pemanfaatan hutan pada areal sengketa oleh para pihak dengan
melibatkan unit manajemen, masyarakat , pemerintah daerah, dan Forum Komunikasi Daerah
(FKD).
Identifikasi areal klaim secara bersama oleh para pihak dengan mengedepankan dialog
secara kontinyu.
Pemetaan secara partisipatif wilayah klaim masyarakat dan mengembangkan budidaya
pertanian bersama masyarakat.
Penyelesaian konflik untuk lahan konsesi yang masih bermasalah dengan kelompok LSM
Putra Sriwijaya.
Pengukuhan dan penetapan administratif kawasan konsesi.
Membangun kemitraan dengan para pihak dalam pemanfaatan lahan tanaman kehidupan.
2.
Meningkatkan partisipasi komunitas dalam tata kelola hutan tanaman lestari dengan cara
memberikan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal yang berasal dari desa-desa di sekitar
kawasan konsesi.
- Diseminasi informasi tentang kebutuhan kerja bagi komunitas.
- Base Line status pendidikan penduduk usia sekolah yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan karyawan perusahaan.
- Pendidikan dan pelatihan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat lokal misalnya melalui
pelatihan/kursus keterampilan (sopir, montir, komputer, pembibitan, penanaman,
pemanenan, keuangan, dll) sesuai kebutuhan pihak manajemen dalam pengelolaan hutan
tanaman.
3. Menjamin kepastian akses pemanfaatan hutan oleh warga komuniti.
- Fasilitasi pengembangan dan peningkatan nilai tambah potensi hasil hutan non kayu
(HHNK).
- Membuat aturan dan program pemanfaatan hasil hutan non kayu dengan melibatkan
masyarakat.
- Melakukan inventarisasi dan monitoring hasil hutan non kayu.
- Pengembangan tanaman gelam sebagai tanaman endemic yang dapat dikembangkan
sebagai Hutan Tanaman Rakyat.
4. Peningkatan kesejahteraan komuniti melalui penambahan ragam sumber ekonomi
- Melakukan kajian tentang kontribusi sektor ekonomi di komuniti dengan melakukan
perhitungan PDRB desa atau kecamatan dan Tenaga Kerja yang bekerja menurut sektor
sebagai dasar untuk pengembangan ragam sumber ekonomi warga komuniti.
- Melakukan pelatihan berbasis teknologi tepat guna dalam pemanfaatan sumberdaya local.
- Membangun jalur tata niaga hasil produk sumber ekonomi bersama masyarakat.
- Monitoring dan evaluasi program pengembangan ragam ekonomi.
5.
Mewujudkan mekanisme pengelolaan konflik dengan mempertimbangkan rasa keadilan dan
keseimbangan dalam proses-proses alternative dispute resolution (resolusi konflik)
- Training resolusi konflik dan FPIC (Free and Prior Informed Consent) bagi staf unit
manajemen dan pihak terkait.
- Pendidikan dan diseminasi resolusi.
- Konsultasi publik dan hearing dengan pihak pemerintah.
- Mendokumentasikan kasus konflik yang terjadi secara kronologis.
- Monitoring dan mediasi oleh pihak ketiga (FKD).
- Kemitraan dengan stakeholders antara lain FKD, PT dan pemerintah daerah.
6. Perlindungan untuk keselamatan dan kesehatan pekerja
- Sosialisasi sistem jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
- Penyediaan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja yang terstandarisasi.
7.
Monitoring dan evaluasi fasilitas kesehatan.
Monitoring penggunaan alat pelindung diri oleh karyawan tetap dan kontraktor pada saat
bekerja.
Monitoring terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja.
Menjamin peningkatan kapasitas pekerja di seluruh level melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan
- Mengkaji kebutuhan pendidikan dan keterampilan berdasarkan bidang kerja melalui need
assessment.
- Merancang kegiatan pelatihan sesuai kebutuhan bidang kerja.
- Menyiapkan sumber daya pendukung untuk kegiatan pelatihan yang diperlukan .
- Mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan.
Penerbitan Sertifikat Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari
Berdasarkan hasil evaluasi Panel Pakar II, PT Bumi Andalas Permai di Propinsi Sumatera Selatan
dengan luas 192.700 ha dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari
berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perunggu. Selanjutnya Lembaga Sertifikasi PT
TUV Rheinland Indonesia menerbitkan Sertifikat PHTL dengan masa berlaku 5 tahun pada tanggal
15 Juni 2013 dan berakhir pada tanggal 14 Juni 2018.
PROFIL PERUSAHAAN
A. Identitas Unit Manajemen
1.
2.
Nama Unit Manajemen
Alamat
3.
Lokasi Unit Manajemen
4.
Luas Areal Hutan yang
Disertifikasi
SK IUPHHK
5.
PT. Bumi Andalas Permai
Kantor Pusat :
Jl. R. Soekamto Komplek Ruko PTC Blok I Lt. II No.
63, Kelurahan 8 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II,
Palembang 30114, Sumatera Selatan. Telp. 0711
364175
Kecamatan Air Sugihan dan Tulung Selapan,
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera
Selatan
192.700 hektar (sesuai SK Menteri Kehutanan)
6.
Susunan Komisaris dan Pengurus
Perusahaan
7.
Penanggung Jawab Sertifikasi
SK Menteri Kehutanan Nomor : 339/Menhut-II/2004
tanggal 07 September 2004
Berdasarkan Akta Notaris Heleni Ritliany, SH No. 03,
tanggal 02 Februari 2012. Susunan Komisaris dan
Pengurus Perusahaan adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama :
Rudy Tjioe
Komisaris :
Lioe Tha Nen
Direktur Utama :
Harsoyo
Direktur :
Masagus Faisal Rahman, SE.
Arifin H Prasetyo
B. Sejarah Kegiatan Pengusahaan Hutan
Areal kerja PT Bumi Andalas Permai (selanjutnya disebut dengan PT BAP) sesuai Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : 339/Menhut-II/2004 tanggal Maret 07 September 2004 adalah seluas 192.700
Ha. Areal ini terletak di Kecamatan Air Sugihan dan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Provinsi Sumater Selatan pada fungsi Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK menurut Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi/RTRWP) atau Hutan Produksi tetap (HP menurut Tata Guna Hutan
Kesepakatan/TGHK). Dari sisi luasan, terdapat beberapa penyesuaian yang dilandasi oleh dasar
hukum sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini
No
Dasar Hukum
Tanggal Terbit
Perihal
Penetapan PT. BAP
sebagai
pemenang
lelang IUPHHK-HT
Penetapan areal yang
layak dijadikan areal
hutan tanaman
Pemberian IUPHHK-HT
PT. BAP
1
SK Menteri Kehutanan No.
SK.104/Menhut-VI/2004
13 April 2004
2
SK Kepala Badan Planologi
Kehutanan No. S.135/VIIKP/Rhs/2004
SK Kementerian Kehutanan
No. 339/Menhut-II/2004
27 Agustus 2004
3
7 September 2004
Luas
Areal
(ha)
184.585
192.700
192.700
C. Kebijakan Lingkungan, Visi, Misi dan Komitmen Lingkungan Unit Manajemen
Sebagaimana dinyatakan dalam profil perusahaan (company profile) PT Bumi Andalas Permai
memiliki kebijakan lingkungan, visi, misi dan komitmen lingkungan sebagai berikut:
•
Kebijakan Lingkungan
Dalam rangka mewujudkan Perbaikan Kinerja Lingkungan secara berkelanjutan,
dalam pelaksanaan usahanya, PT. BAP akan :
1. Mentaati peraturan perundang-undangan yang relevan dengan kegiatan operasional dan
ketentuan lingkungan yang berlaku
2. Mencegah, mengurangi dan memperbaiki pencemaran lingkungan
3. Melaksanakan pembukaan lahan tanpa bakar secara ketat dan konsisten
4. Melakukan monitoring kinerja lingkungan secara terus menerus
5. Menjaga kesiapsiagaan terhadap situasi darurat yang timbul sewaktu-waktu
6. Menciptakan program-program Pembangunan Masyarakat Desa Hutan guna meningkatkan
kesejahteraan hidupnya
7. Mensosialisasikan kebijakan lingkungan ini kepada stake holder baik karyawan ataupun
mitra perusahaan, serta memastikan semua kegiatan sesuai dengan SOP yang berlaku
8. Memastikan kebijakan ini berlaku untuk public dan seluruh pihak yang berkepentingan.
•
Visi
Visi PT BAP adalah Terwujudnya pengelolaan sumber daya hutan sebagai ekosistem secara
efisien dan profesional guna menjamin kelestarian fungsi produksi, ekologi dan sosial dalam
membangun hutan tanaman.
•
Misi
Misi yang diemban oleh PT BAP adalah menyelenggarakan pengusahaan hutan tanaman
berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Membangun dan mengelola hutan tanaman dengan tujuan produksi kayu secara optimal
dengan menerapkan teknologi tepat guna dan dengan dukungan manajerial dan SDM yang
handal dan profesional.
2. Berupaya mempertahankan mutu lingkungan hidup melalui pengelolaan sumber daya
hutan secara benar.
3. Melakukan perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya
pada areal yang telah ditetapkan dalam tata ruang.
4. Mengelola sumber daya hutan sebagai ekosistem secara partisipatif bersama stakeholder.
5. Berupaya meningkatkant ekonomi masyarakat setempat melalui peran serta masyarakat
secara langsung maupun tidak langsung.
•
Komitmen Lingkungan
Unit Manajemen PT. BAP dalam pelaksanaan usahanya berkomitmen untuk
1. Mematuhi dan melaksanakan perundang-undangan yang berlaku.
2. Mengimplementasikan Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 14001 : 2004 dan Sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang berkelanjutan.
3. Melakukan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan serta meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta usaha-usaha lain untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
4. Melakukan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar.
5. Menyelesaikan permasalahan lingkungan, sosial, keselamatan dan kesehatan kerja yang
timbul di dalam kegiatan operasional.
6. Menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh karyawan,
tenaga kerja kontraktor dan masyarakat sekitar wilayah operasional.
7. Memberdayakan masyarakat sekitar
kawasan produksi guna meningkatkan
kesejahteraannya.
8. Memantau Kinerja lingkungan, sosial serta keselamatan dan kesehatan kerja untuk
ditingkatkan secara terus menerus
9. Memastikan kebijakan lingkungan, kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja
disosialisasikan dan dipahami seluruh karyawan dan mitra-mitra usaha, serta masingmasing individu wajib menerapkan setiap Standar Operating Prosedures (SOP).
•
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Demi terwujudnya perusahaan hutan tanaman industri yang terdepan dan kelas dunia dengan
cara penerapan program perbaikan berkelanjutan melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) PT. BAP berkomitmen :
1. Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pada khususnya serta
semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam ruang lingkup
operasional perusahaan;
2. Mendorong kesadaran akan hak dan kewajiban setiap orang untuk berkerja dengan aman
dan sehat dalam ruang lingkup perusahaan;
3. Mematuhi perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3, serat
mengintregasikannya kedalam seluruh aspek kegiatan operasional;
4. Melakukan indentifikasi terhadap bahaya sesuai dengan sifat dan dan skala resiko K3 di
dalam semua aktivitas operasional perusahaan
5. Mengelola dan menangani semua material, alat yang sifatnya berbahaya maupun tidak
berbahaya secara terpadu dan memperhatikan aspek-aspek K3; serta melibatkan semua
pihak terkait (Pemerintah, Perusahaan, Karyawan, Kontraktor, Supplier dan Masyarakat)
dalam pengendalian resiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
6. Menginformasikan kebijakan SMK3 secara trasparan ke seluruh unit area kerja dan kepada
pihak yang berkerja untuk PT. Bumi Andalas Permai, bagi seluruh Seksi dan kontraktor
dalam menjalankan Standard Operating Procedures (SOP) harus memperhatikan Sistem
Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja;
7. Mewajibkan bagi seluruh karyawan untuk mengetahui dan mengaplikasikan serta mematuhi
semua kebijakan SMK3 didalam setiap kegiatan operational perusahaan, dalam upaya
memperbaiki kinerja pengelolaan dan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara
berkesinambungan.
D. Aspek Sumberdaya Hutan
Secara geografis Unit I terletak di 105012’ BT - 105046’ BT dan 02033’ LS - 02055’ LS. Sedangkan
unit II berdasarkan Administrasi Pemerintahan terletak di Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten
Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Unit II terletak di 105050’ BT 106002’ BT dan 02099’ LS - 03018’ LS.
Batas batas areal kerja PT. Bumi Andalas Permai pada unit I maupun II seperti disajikan pada
tabel berikut:
Arah
Utara
Selatan
Timur
Barat
Unit
I
Hutan Produksi Kelompok Hutan Sungai
Simpang Heran dan Sungai Beyuku
IUPHHK-HT PT SBA WI dan PT BMH
Hutan Lindung Sungai Mesuji – Sungai
Lumpur
Areal Penggunaan Lain
II
Hutan Lindung Sungai Mesuji – Sungai
Lumpur
Sungai Riding/Kuala Dua Belas
Hutan Lindung Sungai Mesuji – Sungai
Lumpur
PT SBA Wood Industries
Menurut klasifikasi iklim Schmidt & Fergusson, areal kerja IUPHHK-HT PT. BAP termasuk tipe B
(Basah) dengan jumlah rata-rata bulan kering (BK) sebesar 1.7 dan rata-rata bulan basah (BB)
sebesar 9.3. Curah hujan berkisar antara 75 mm/bulan hingga 353 mm/bulan dimana curah hujan
tertinggi jatuh pada bulan Desember serta curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus
hingga September.
Areal kerja berada dalam wilayah cakupan beberapa DAS (Daerah Aliran Sungai) serta terdapat
beberapa sungai yang mengalir dalam wilayah kerja yaitu:
Unit
I
II
DAS
DAS
DAS
DAS
DAS
DAS
DAS
Sugihan
Batang
Beyuku
Lebong Hitam
Pidada
Riding
Sungai
Sungai
Sungai
Sungai
Sungai
Sungai
Sungai
Sugihan
Batang
Beyuku
Labong Hitam
Pidada
Riding
Sistem Silvikultur/Pengaturan Hasil
Sistem silvikultur yang diterapkan oleh unit manajemen adalah Tebang Habis Permudaan Buatan
(THPB) seperti umumnya pengelola IUPHHK hutan tanaman lainnya. Pemilihan dan pengembangan
jenis tanaman pokok pada PT. BAP di dasarkan pada :
Kesesuaian lahan/tapak dengan tanaman yang dipilih
Tingkat pertumbuhan, dipilih yang cepat tumbuh (fast growing spesies)
Aspek ekologis dari species yang dipilih
Ketersediaan s umber da ya genet ik.
Sifat kayu disesuaikan dengan industri yang membutuhkan, yaitu seratnya panjang,
diameter kecil dan berdinding tipis, berat jenis rendah-sedang, mata kayu sedikit, tidak
mengandung kayu reaktif dengan kandungan selulosa tinggi serta lignin dan zat
ekstraktifnya rendah.
Pengetahuan tentang aspekā€aspek silviculture terhadap species yang dikembangkan.
Kesesuaian dengan pembangunan masyarakat sekitar hutan
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, maka jenis tanaman pokok yang dikembangkan
saat ini adalah Acacia crassicarpa sebagai tanaman utama.
Pengendalian dan Monitoring Dampak Lingkungan Pemanfaatan Hutan Tanaman
Perusahaan telah memiliki mekanisme dalam mengendalikan dampak terhadap lingkungan
terutama dampak terhadap tanah dan air dengan menerapkan teknik penyiapan lahan dan
pemanenan yang ramah lingkungan. Monitoring dampak lingkungan dilakukan dengan mekanisme
pemantauan parameter-parameter fisik-kimia tanah dan air dengan berpedoman pada RKL dan RPL
serta baku mutu lingkungan yang ada.
Pengelolaan Sosial
Untuk pengelolaan sosial masyarakat sekitar hutan, unit manajemen telah menetapkan program
kelola sosial secara umum yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Pembangunan sarana prasarana fisik (kanal, jembatan, perbaikan sekolah)
Pendukung kegiatan ekonomi, seperti memberikan kesempatan bekerja sebagai karyawan
dan sebagai mitra kerja, selain itu dengan mendorong kegiatan ekonomi melalui program
tanaman kehidupan.
Untuk hal-hal yang terkait dengan kepastian kawasan, terutama terkait dengan keberdaan
masyarakat di sekitar unit manajemen, masih terdapat hal-hal sebagai berikut :
Terdapat klaim lahan di dalam areal konsesi oleh masyarakat yang menggarap lahan.
Terdapat keluhan tentang proses tata batas
Hal tersebut diidentifikasi, karena mekanisme yang disusun unit manajemen belum mendukung
untuk penyelseaian masalah tersebut dan belum maksimalnya komunikasi unit manajemen dengan
masyarakat sekitar.
Unit manajemen tetap mengupayakan penyelesaian klaim lahan dan keluhan-keluhan yang timbul
melalui mekanisme perusahaan yang ada, dimana mekanisme tersebut jelas belum menunjukan
kehandalan dalam penyelesaian masalah.
Download