xx BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiografi Kedokteran Gigi
Dibidang kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang
sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data
dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil
yang optimal.1
2.1.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi kedokteran gigi adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran suatu kondisi atau keadaan yang tidak terlihat secara klinis di rongga mulut
dalam bentuk foto ronsen (bergradasi dari radiolusen sampai radiopak).1 Radiografi
merupakan langkah awal untuk mendeteksi keparahan penyakit.2
2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi kedokteran gigi ada dua macam yaitu radiografi intra oral dan
radiografi ekstra oral.1,3
2.2.1 Radiografi Intra Oral
Adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur di sekitarnya.
Pemeriksaan intra oral adalah pokok dari radiografi kedokteran gigi. 1,2
Tipe radiografi intra oral yaitu :
a. Periapikal radiografi
Bertujuan untuk memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan disekitarnya.
Teknik yang digunakan adalah paralleling dan bisecting. Pemeriksaan radiografi
periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang paling rutin dikerjakan di
kedokteran gigi karena teknik dianggap lebih mudah dan praktis dalam
pelaksanaannya dibandingkan dengan teknik kesejajaran. Pada teknik ini penempatan
xx
Universitas Sumatera Utara
film adalah sedekat mungkin dengan gigi, sumbu panjang gigi membentuk sudut
terhadap film. Arah sinar adalah tegak lurus pada bidang bagian yang dibentuk oleh
sumbu panjang gigi dan sumbu film.1,2
Keuntungan teknik paralleling yaitu tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan
sangat representative dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan
serta mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralleling yaitu sulit
meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang
kecil serta pemakaian film holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi
kenyamanan.1-3
Keuntungan teknik bisecting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder.
Kerugian teknik bisecting yaitu distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi vertikal
dan horizontal.1-3
b. Interproksimal radiografi
Bertujuan untuk memeriksa crown, crest tulang alveolar di maksila dan
mandibula, daerah interproksimal dalam satu film yang sama. Film yang dipakai
adalah film khusus. 1-3
Keuntungan dari interproksimal radiografi sebagai berikut yaitu karies dini lebih
cepat terdeteksi, puncak tulang alveolar mudah terlihat dan lebih meringankan pasien
dengan reflek muntah yang tinggi. Kerugian dari interproksimal radiografi sebagai
berikut yaitu tidak terlihat regio periapikal dan ujung akar serta pasien sulit
mengoklusikan kedua rahang (mulut terlalu terbuka) sehingga puncak tulang alveolar
tidak terlihat.
c. Oklusal radiografi
Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula
dalam satu film. Oklusal radiografi juga digunakan untuk melihat lokasi akar, lokasi
supernumerary, tidak erupsi (gigi impaksi), salivary tone di saluran kelenjar
submandibular, evaluasi dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di
mandibula dan maksila, evaluasi basis sinus maksilaris, evaluasi fraktur di maksila
dan mandibula, pemeriksaan daerah cleft palate serta mengukur perubahan dalam
xxi
Universitas Sumatera Utara
bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Film yang digunakan adalah film
khusus. 3
2.2.2 Radiografi Ekstra Oral
Merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Film
berada diluar mulut.3
Tipe radiografi ekstra oral sebagai berikut :
a.
Panoramik
Tujuannya adalah untuk melihat perluasan suatu lesi atau tumor,fraktur rahang
dan fase gigi bercampur. Panoramik akan memperlihatkan daerah mandibula dan
maksila yang lebih luas dalam satu film.
Keuntungan dari panoramik sebagai berikut gambar meliputi tulang wajah dan
gigi, dosis radiasi lebih kecil, nyaman untuk pasien, cocok untuk pasien yang susah
membuka mulut, waktu yang digunakan pendek biasanya tiga sampai empat menit,
sangat membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien klinik,
membantu menegakkan diagnostik yang meliputi tulang rahang secara umum dan
evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase gigi bercampur,
evaluasi terhadap lesi, evaluasi keadaan rahang dan evaluasi terhadap gigi
terpendam.3
Kelemahan dari panoramik yaitu detail gambar yang tampil tidak sebaik
periapikal intra oral radiografi, tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies kecil
dan pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi.
b.
Lateral jaw
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,
diagnosa fraktur dan keadaan patologi tulang tengkorak dan muka.3
c.
Lateral cephalometric
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma
penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan
untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.3
xxii
Universitas Sumatera Utara
d.
Postero-anterior
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma atau kelainan
pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Ronsen ini juga dapat memberikan
gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis dan
orbita.3
e.
Antero Posterior
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila
dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis serta tulang hidung.3
f.
Proyeksi Water’s
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis,
sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis dan rongga nasal.3
g.
Proyeksi Reverse-Towne
Foto Ronsen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami
perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral
pada maksila.3
h.
Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus
sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arcus
zigomatikus.3
2.3 Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi
Prosedur yang harus dilalui dalam penggunaan radiografi kedokteran gigi adalah
permintaan untuk melakukan radiografi, adanya izin dari dokter gigi di bagian
radiologi kedokteran gigi, melakukan teknik radiografi, persiapan proteksi radiasi,
pemilihan film dan sensor serta melakukan exposure.
2.3.1
Permintaan untuk Melakukan Radiografi
Penggunaan radiografi kedokteran gigi hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis
dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang disertai dengan
jenis radiografi, elemen gigi atau rahang, diagnosa dan hasil pemeriksaan klinis.
xxiii
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Izin dari Dokter Gigi di Bagian Radiologi Kedokteran Gigi
Selanjutnya dokter gigi di bagian radiologi harus menganalisa data klinis yang
telah diterima. Dokter harus memperhatikan indikasi dan kontra indikasi dari
permintaan foto. Apabila data klinis tersebut merupakan indikasi prosedur radiografi
maka dokter dibagian radiologi memberi izin untuk melakukan foto Ronsen. Dokter
di bagian radiologi bisa tidak memberikan izin untuk melakukan foto Ronsen apabila
data klinis merupakan kontra indikasi dari foto yang akan dilakukan.
2.3.3
Persiapan Proteksi Radiasi
Persiapan proteksi radiasi harus dilakukan terhadap operator, pasien dan
lingkungan.
a.
Persiapan Operator : 4,5
1.
Operator memakai pakaian pelindung.
2.
Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber xray ketika waktu penyinaran.
3.
Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak
ada pergerakan.
4.
Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala pada
tempatnya.
5.
Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.
b.
Persiapan pasien terhadap proteksi radiasi :
1.
Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan dokter atau dokter gigi;
2.
Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer;
3.
Pemakaian voltage yang lebih tinggi sehingga daya tembusnya lebih kuat;
4.
Jarak fokus pasien jangan terlalu pendek, sehubungan dengan ini hukum focus
Kuadrat Terbalik yaitu intensitas sinar-X berbanding terbalik dengan jarak
pangkat dua;
xxiv
Universitas Sumatera Utara
5.
Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan mempergunakan
konus untuk radiografi atau diafragma untuk sinar tembus;
6.
Waktu penyinaran sesingkat mungkin;
7.
Alat kelamin dilindungi sebisanya;
8.
Pasien hamil, terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa radiografi.
c. Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi :
1.
Memastikan perangkat sinar-X digunakan dengan teknik yang baik dan
parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar;
2.
Mengurangi efek maksimal dari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan
kepala tabung harus radiopak;
3.
Filtrasi dari berkas sinar-X dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter
bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar-X. Tegangan mencapai 70
kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan
tabung sinar-X antara 70-100kVp.
Penggunaan apron telah direkomendasikan sejak dahulu dalam rangka untuk
menghilangkan kecemasan pada pasien.6 UK Guidance Notes for dental practitioners
tentang penggunaan yang aman dari peralatan X-ray, dengan jelas menganjurkan
penggunaan apron secara rutin untuk pasien yang melakukan radiografi kedokteran
gigi.
2.3.4
Pemilihan Film dan Sensor
1. Film
Dibidang kedokteran gigi, terdapat dua jenis film yang digunakan yaitu :
a. Non-screen film (film intra oral)
Jenis film yang digunakan untuk film intra oral dimana dibutuhkan kualitas
gambar yang baik dan detail anatomi yang jelas. Ukuran film yang sering digunakan
antara lain 31 x 41 mm (untuk periapikal), 22 x 35 mm (bitewing) dan 57 x 76 mm
(untuk foto oklusal). 7
Film intra oral di Kedokteran Gigi tersedia dalam dua kelompok kecepatan D dan
E. Secara klinis, kelompok E hampir 2x lebih cepat dari film kelompok D dan sekitar
xxv
Universitas Sumatera Utara
50x lebih cepat film biasa. Pengurangan dosis pasien hingga 60% dibandingkan film
E dan 77% film D didapat bila menggunakan radiografi intra oral digital direct.
Film ini dikemas dalam satu paket yang terdiri dari :
 Pembungkus luar dari plastik lunak yang berfungsi untuk melindungi dari cairan
saliva yang dapat mengkontaminasi film.
 Kertas hitam yang berfungsi untuk melindungi film dari cahaya yang dapat
merusak film, dan mencegah masuknya saliva ke film.
 Lead foil terletak dibelakang film, yang berfungsi untuk mencegah adanya sisa
radiasi yang dapat melewati film menuju ke jaringan pasien.
 Film, yang terdiri dari:
o Plastic base merupakan bahan dasar yang transparan dan terbuat dari selulosa
asetat dengan ketebalan ± 0,2 mm.
o Lapisan adhesif (gelatin) yang memfiksasi emulsi melekat pada bahan dasar.
o Lapisan pelindung (protective layer) yang berfungsi melindungi emulsi dari
kerusakan mekanis.
o
Emulsi kristal AgBr.
b. Screen film (film ekstra oral)
Jenis film ini saat penggunaanya dikombinasikan dengan intensifying screens
pada cassette. Keuntungannya adalah digunakan tingkat exposure yang pendek dari
sinar-X, sehingga dosis radiasi yang diberikan ke pasien menjadi rendah. Namun,
kualitas gambar yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan non-screen
film. Ukuran screen film, terdiri dari 15 cm x 30 cm (panoramik), 24 cm x 30 cm
(cephalometry) dan 13 cm x 15 cm (carpal bone). 8
Bagian-bagian screen film sebenarnya sama dengan bagian non-screen film, tapi
screen film memiliki : 8
 Emulsi AgBr pada film ini lebih sensitif terhadap cahaya biasa daripada sinar-X.
xxvi
Universitas Sumatera Utara
 Terdapat beberapa emulsi yang produksinya sensitif terhadap cahaya biru,
cahaya hijau, dan cahaya merah. Tingkat sensitifitas tergantung dari jenis
intensifying screen yang digunakan, yaitu :
o Standard emulsi AgBr (sensitif terhadap cahaya biru)
o Modifikasi emulsi AgBr dengan ultraviolet sensitizer (sensitif terhadap
cahaya ultraviolet)
o Emulsi orthochromatic (sensitif terhadap cahaya hijau)
o Emulsi panchromatic (sensitif terhadap cahaya merah)
2. Sensor
Digital Imaging merupakan hasil interaksi sinar-X dengan elektron dalam sensor
pixel elektronik (elemen gambar), konversi data analog ke data digital, prosesing
komputer dan display gambar tampak pada layar komputer. Data didapat melalui
sensor yang berkomunikasi dengan komputer. Digital imaging ini ada dua metode
pengambilan gambarnya yaitu direct digital imaging dan indirect digital imaging.3
a. Direct Digital Imaging
Metode direct digital imaging memproduksi gambaran dinamik yang
menyediakan tampilan gambar secara langsung, peningkatan kualitas gambar,
penyimpanan, retrieval dan transmisi. Sensor digital lebih sensitive dibanding film
dan menghasilkan paparan radiasi yang lebih rendah. Sensor direct digital imaging
ada charge-coupled device (CCD) atau complementary metal oxidesemiconductor
active pixel sensor (CMOS-APS). CCD digunakan dalam bidang kedokteran gigi
untuk radiografi intra oral, panoramik dan sefalometri. Detektor CCD mempunyai
permukaan aktif yang lebih kecil areanya dibandingkan detektor lain.3
b. Indirect Digital Imaging
Metode Indirect digital imaging menyiratkan gambar yang telah dipapar secara
analog dan dikonversikan menjadi format digital. Teknik indirect digital imaging
menggunakan scan optical untuk mengkonversikan gambaran analog ke digital.
Teknik ini membutuhkan scanner optical yang bisa memproses gambar transparan
serta perangkat lunak yang sesuai untuk menghasilkan citra digital. Contoh sensor
xxvii
Universitas Sumatera Utara
gambar yang digunakan dalam metode indirect ini adalah PSP (Photo Stimuable
Phosphor Plates). Foto ini diambil di plat fosfor sebagai informasi analog dan diubah
menjadi format digital ketika plat diproses. PSP terdiri dari dasar poliester dilapisi
dengan emulsi halida kristal yang mengubah radiasi-X menjadi energi yang
tersimpan.3
2.3.5
Melakukan Exposure
Dalam melakukan exposure, kita harus memperhatikan dosis radiasi, kV dan mA
yang akan diterima oleh pasien. White (1990) mereferensikan publikasi ICRP.
Penggunaan E-speed film dan rare-earth intensifying screen digunakan pada
radiografi intra oral dan panoramic. Putaran (diameter 60 mm) Kolimasi digunakan
pada radiografi intra oral.
Tabel 1. Dosis Efektif Dan Resiko Dari Setiap Teknik Radiografi Kedokteran Gigi.6
Teknik sinar-x
Dosis efektif
Dosis resiko terkena
kanker fatal
(μSv)
(perjuta)
Radiografi intra oral
 bitewing/periapikal
1-8,3
0,02-0,6
8
0,4
 Oklusal anterior
maksila
Radiografi
Ekstra
oral
3,85-30
 Panoramik
 Radiografi
2-3
0,21-1,9
0,34
lateral
sefalometri
 Cross-sectional
1-189
1-14
364-1202
18,2-88
100-3324
8-242
 CT-scan mandibula
 CT-scan maksila
xxviii
Universitas Sumatera Utara
Menurut Eric Whaites (2007), Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi yaitu
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Dosis Efektif Pada Pemeriksaan Rutin Gigi.4
Jenis Foto
Dosis efektif (mSv)
Skull/ Kepala/ Posteroanterior
0,03
Lateral
0,01
Bitewing / periapikal
0,001-0,008
Oklusal
0,008
Panoramik
0,004 -0,03
Lateral sefalometri
0,002 – 0,003
CT mandibula
0,36 – 1,2
CT maksila
0,1 – 3,3
Istilah dosis dan paparan banyak digunakan tetapi sering disalah artikan. Dosis
dapat diukur pada jaringan tertentu atau organ misalnya kulit, mata, sumsum tulang
atau untuk seluruh tubuh, sedangkan paparan biasanya mengacu ke peralatan
pengaturan seperti waktu, mA, kV. Sebuah ukuran yang umum digunakan dosis
dalam survei adalah ‘dosis masuk', diukur dalam milligray (mgy).
Tingkat referensi (DRLs), berdasarkan survei dosis masuk, dapat ditetapkan
sebagai standar terhadap penggunaan peralatan sinar-X yang dapat dinilai sebagai
bagian dari jaminan kualitas.
2.4 Efek Dosis Radiasi Pada Kedokteran Gigi
Dosis radiasi dinyatakan sebagai dosis efektif diukur dalam satuan penyerapan
energi per unit massa (Joule / kg) disebut
microSievert, μSv Sievert, mewakili
sepersejuta Sievert. 9
xxix
Universitas Sumatera Utara
Paparan permukaan yang diperoleh secara langsung merupakan cara paling mudah
untuk mencatat paparan pasien terhadap sinar-X. Rincian jumlah yang kecil tetap
dipakai untuk menghitung dosis yang diterima oleh organ yang berada atau dekat
dengan titik pengukuran :
1.
Dosis Aktif Sumsum Tulang
Dosis aktif sumsung tulang berasal dari dosis jaringan spesifik yang sesuai
dengan efek stokastik sebagian, contohnya leukemia. Dosis akut sumsum tulang
adalah dosis radiasi rata-rata yang terdapat pada seluruh sumsum tulang aktif. Dosis
sumsum tulang aktif yang berasal dari survey intra oral seluruh mulut dengan sudut
bundar sekitar 0,142 mSv. Sekali terekspos dengan sudut rectangular hanya sekitar
0,06 mSv.3 Radiografi panoramik memberikan dosis sumsum tulang aktif sekitar 0,01
mSv/ film. Sebagai perbandingan dosis tulang aktif dalam 1 film thorax adalah 0,03
mSv.
2.
Dosis Tiroid
Besarnya kelenjar tiroid merupakan faktor penting dalam menentukan besarnya
dosis yang diterima. Diperkirakan 6000 mrads (0,06 Gy) dosis yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu kanker pada kelenjar thyroid.5 Pada foto gigi dalam 20 film serial
adalah 6 mrads (0,00006 Gy) atau 1/ 100 dari dosis yang diperlukan dalam
menghasilkan kanker thyroid.5 Pemeriksaan mulut komplit dengan film A21
memberikan dosis tiroid 0,94 mGy. Nilai ini 1/6 dari pemeriksaan radiografi sinar
servikal. Dosis tiroid dalam radiografi panoramik sekitar 74 μGy, 1% dari
pemeriksaan spina servikal.
3.
Dosis Gonad
Radiografi pada abdomen memberikan dosis paling tinggi pada gonad.
Radiografi pada kepala, leher dan ekstremitas menghasilkan dosis paling rendah.
Sebagai kategori umum, pemeriksaan sinar-X kedokteran gigi hanya memberikan
dosis secara umum 1,0 mGy. Kontribusi ini hanya 0,003 % dari rata-rata paparan
pada umumnya.3
xxx
Universitas Sumatera Utara
4.
Dosis Kulit
Total dosis radiasi yang dapat menyebabkan eritema (reddening) pada kulit
adalah 250 rads (2,5 Gy) dalam periode 14 hari. Untuk menyebabkan perubahan kulit
lebih besar dari 500 film foto yang diperlukan (film F speed, long PID, 20 film series)
dalam 14 hari.3
5.
Dosis Mata
Lebih dari 200.000 mrads (2 Gy) dosis yang dapat menyebabkan katarak atau
pengaburan lensa mata. Cornea mata terkena radiasi pada saat radiografi gigi (D
speed, long PID, 20 film series) kira- kira 60 mrads (0, 0006 Gy).3
Dosis radiasi pada kedokteran gigi berkisar diantara 0, 002 mSv sampai 3,3 mSv,
sehingga dapat dinyatakan bahwa efek negatif dari dosis radiasi pada kedokteran gigi
sangat kecil kemungkinan terjadi atau bahkan dapat dikatakan tidak ada, karena dosis
radiasi yang diberikan terhadap pasien mempunyai manfaat yang lebih besar
dibandingkan kerugian yang ditimbulkan (justifikasi). Dosis radiasi pada kedokteran
gigi menyumbang jumlah radiasi artificial (medical x ray diagnosis) dengan
persentase sangat kecil.
2.5 Efek Negatif Radiasi Sinar-X
Dalam keselamatan radiasi dikenal Health Physics yaitu prinsip untuk mencegah
timbulnya efek non stokastik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan
terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografi.
Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik dan kimia
yang terjadi segera setelah terpapar dosis radiasi yang tinggi (10-15 detik), kemudian
diikuti dengan proses biologi dalam tubuh. Proses biologi meliputi rangkaian
perubahan pada tingkat molekuler, seluler, jaringan dan tubuh. Konsekuensi yang
timbul dapat berupa kematian sel atau perubahan pada sel. Bergantung pada dosis
radiasi yang diterima tubuh. 3
xxxi
Universitas Sumatera Utara
2.5.1
Efek Non Stokastik (Deterministik)
Efek non stokastik adalah efek somatik yang meningkat dalam keparahan akibat
dosis radiasi yang melebihi ambang batas. Efek ini berasal dari dosis radiasi yang
cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik, dapat timbul segera
setelah terpapar atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan. Contohnya adalah
Erythema, kerontokan rambut, pembentukan katarak dan berkurangnya kesuburan.
a. Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikut
sertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi
efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri
pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini
seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.9
b.
Efek radiasi pada jaringan dan organ.
Radiosensitivity pada jaringan atau organ tubuh diukur dengan adanya respon
terhadap radiasi. Kehilangan moderat sel tidak mempengaruhi fungsi organ tubuh.
Namun, dengan hilangnya sejumlah besar sel sehingga dapat mempengaruhi
organisme. Tingkat keparahan perubahan ini tergantung pada dosis radiasi yang
diberikan. 3,9
2.5.2
Efek Stokastik
Efek stokastik terjadinya suatu efek karena fungsi dan dosis radiasi yang diterima
oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang yang termasuk dalam kelompok ini kanker.
Efek stokastik akibat dari perubahan sel-sel individual subletal dalam DNA.
Konsekuensi yang paling penting dari kerusakan tersebut adalah karsinogenesis. Efek
yang ditimbulkan meskipun sangat kecil kemungkinannya juga dapat terjadi.
a. Karsinogenesis
Radiasi menyebabkan kanker dengan mengubah DNA. Mekanisme yang paling
mungkin adalah radiasi mutasi gen. Tindakan radiasi sebagai promotor, merangsang
sel untuk berkembangbiak sehingga mengubah sel premaligna menjadi lebih ganas.
xxxii
Universitas Sumatera Utara
Mutasi gen mungkin juga melibatkan hilangnya fungsi dalam kasus gen supresor
tumor. Data tentang radiasi kanker terutama berasal dari populasi orang yang telah
terkena radiasi tingkat tinggi. Namun pada prinsipnya, dosis rendah radiasi dapat
memulai pembentukan kanker dalam satu sel.9,10
b. Leukemia
Insiden leukemia (selain leukemia lumphocytic kronis) meningkat setelah
terpapar radiasi pada sumsum tulang. Bagi individu yang terpapar di bawah usia 30
tahun, risiko untuk pengembangan leukemia setelah sekitar 30 tahun. Bagi individu
terpapar sebagai orang dewasa, risiko tetap ada sepanjang hidup. Leukemia muncul
lebih cepat dari kanker karena semakin tingginya tingkat pembelahan sel dan
diferensiasi sel-sel induk hematopoietik dibandingkan dengan jaringan lain. Orang
yang lebih muda dari 20 tahun lebih berisiko daripada orang dewasa.9,10
c. Kanker tiroid
Insiden karsinoma tiroid (muncul dari epitel folikular) meningkat pada manusia
setelah terpapar. Hanya sekitar 10% atau kurang dari individu yeng terkena kanker
dapat menyebabkan kematian.9,10
d. Kanker esophangeal
Data yang berkaitan dengan kanker esophangeal relatif jarang. Kanker ini
banyak ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom atom dan penderita
diobati dengan radiasi x untuk ankylosing spondylitis.
e. Kanker kelenjar ludah
Insiden tumor kelenjar saliva meningkat pada pasien yang melakukan terapi
radiasi untuk penyakit kepala dan leher. Resiko yang tertinggi pada penderita yang
melakukan terapi radiasi sebelum usia 20 tahun.
Radiasi dapat menghentikan pertumbuhan sel dalam jumlah besar atau kerusakan
subletal pada sel-sel individu yang menghasilkan pembentukan sel kanker. 8 Efek non
stokastik dengan efek stokastik dapat dibedakan dengan melihat Tabel 3.
xxxiii
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Perbedaan Efek Stokastik dan Non Stokastik.5
Efek Stokastik
Efek Non Stokastik
Batas dosis
Tidak, bahkan satu
Ya, Membunuh sel yang cukup
ambang
foton dapat
diperlukan sehingga
menyebabkan
menyebabkan respon klinis
perubahan pada DNA
yang memicu kanker
Menyebabkan
Merusak DNA
Kematian sel
Efek klinis
efek klinis tidak
efek klinis sebanding
dan dosis
tergantung dosis.
dengan dosis. Semakin
Tidak ada respon;
besar dosis maka besar
individu memiliki
efeknya
efek baik atau
tidak
Kemungkinan
Frekuensi efek
Semua individu
memiliki efek
sebanding dengan
menunjukkan efek ketika
dan dosis
dosis. Semakin
dosis di atas ambang
besar dosis
semakin besar
efek yang
ditimbulkan.
Contoh
Radiasi dapat
Mukositis akibat terapi
menyebabkan
radiasi di rongga mulut.
kanker.
Radiasi dapat
menyebabkan katarak
xxxiv
Universitas Sumatera Utara
2.6 Proteksi Radiasi
Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi
menyebabkan National Council on International Commission on Radiological
Protection ( ICRP ) untuk menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah radiasi
yang diterima oleh petugas dan masyarakat. Pelaksanaan dosis limit harus
diperhatikan bahwa pelaksanaan dosis limit pada pekerja radiasi yang dapat
menyebabkan kanker tidak lebih besar dari pekerja non radiasi. Dosis limit pada
masyarakat ditetapkan 10% dari pekerja radiasi.11
Pada tahun 1950 ICRF memutuskan: 12
1. Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R (50 mR) per hari atau 0,3 R (300 mR)
per minggu atau 15 R / tahun.
2. Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggangnya sebesar 0,6 R
(600 mR) per minggu.
Adapun nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja
radiasinya (dengan pengecualian wanita hamil dan wanita masa usia subur) adalah:13
1.
NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh
ditetapkan 50 mSv (5000 mrem) per tahun.
2.
Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita dalam
masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv (1300 mrem) dalam jangka waktu
13 minggu dan tidak melebihi NBD pekerja radiasi.
3.
Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan pengaturan agar saat bekerja
dosis yang diterima janin terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat
kelahiran diusahakan serendah–rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi
10 mSv (1000 mrem).
Prinsip dari proteksi radiasi harus dikenali oleh setiap orang bahwa sekecil
apapun dosis radiasi efek stokastik tetap dapat timbul. Nilai batas dosis yang
ditetapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 01/KaBAPETEN/V-99 yaitu mengenai penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh
seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu satu tahun,
xxxv
Universitas Sumatera Utara
tidak bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari
penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang
apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata.
Meskipun demikian setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan
penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya.14
Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut :
1. Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 10 mSv per tahun
2. Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 0,5
mSv per tahun.
Batas dosis radiasi menurut (IRR) pada tahun 1999 adalah batasan dosis radiasi
yang dibedakan atas pekerja radiasi, bukan pekerja radiasi dan masyarakat umum
(Tabel 4).
Tabel 4. Batasan Dosis Yang Berdasarkan Ionizing Radiations Regulation (IRR)
1999.5
Batas dosis lama
Batas dosis baru
(IRR 1999)
Pekerja Radiasi
50 mSv
20 mSv
Bukan Pekerja Radiasi
15 mSv
6 mSv
Masyarakat Umum
5 mSv
1 mSv
Menurut peraturan pemerintah no. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang
menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi,
yang meliputi (Depkes RI, 2006) :
1) Organisasi Proteksi Radiasi
Pengusaha/instalasi
yang
menggunakan
sumber
radiasi
pengion
wajib
membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir semua
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai ketentuan.
xxxvi
Universitas Sumatera Utara
2) Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas
Untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka dilakukan
pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan dosimeter perorangan
baik yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak dapat dibaca langsung sesuai
dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.
3)
Peralatan Proteksi Radiasi
Pengusaha/instalasi
yang
menggunakan
sumber
radiasi
pengion
harus
menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis
perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.
4) Pemeriksaan Kesehatan
Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat dan minimal
berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan pemeriksaan yang
meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala selama masa
kerja dan pemeriksaan kesehatan pada waktu pemutusan hubungan kerja. Apabila
dipandang perlu dapat dilakukan pemeriksaan khusus.
5) Penyimpanan Dokumentasi
Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil
pemantauan lingkungan dan kartu kesehatan pekerja harus disimpan paling tidak
selama tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja.
6) Jaminan Kualitas
Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan, pembangunan,
pengoperasian dan perawatan.
7)
Pendidikan dan Pelatihan.
Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.
xxxvii
Universitas Sumatera Utara
Download