2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pencernaan Hewan memiliki sistem pencernaan yang berfungsi sebagai tempat pengolahan makanan menjadi sumber energi dan nutrisi, melalui proses mekanis maupun kimiawi. Sistem pencernaan melibatkan enzim dan hormon yang membantu dalam menyediakan energi dengan memanfaatkan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi (Kore et al. 2010). Saluran pencernaan terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus, serta dilengkapi dengan hati, limpa, dan pankreas yang membantu proses pengolahan makanan (Sebastiani & Fishbeck 2005). Saluran pencernaan anjing (karnivora) memiliki saluran pencernaan bawah lebih pendek dibandingkan dengan hewan herbivora maupun omnivora, dan anjing tidak memiliki enzim ptyalin (amylase saliva) (Kore et al. 2010). Makanan yang masuk ke dalam mulut dihancurkan melalui proses mekanis oleh gigi, kelenjar saliva, dan lidah menjadi bolus yang lebih kecil. Gigi dan lidah bekerja sinergis memperkecil ukuran makanan, sedangkan kelenjar saliva mensekresikan saliva agar lingkungan mulut menjadi basah yang memicu proses difusi molekul makanan ke reseptor-reseptor lidah sehigga menciptakan sensasi rasa. Saliva juga berperan mengurangi mikroba yang berasal dari makanan dan menjadi pembungkus bolus-bolus makanan sebelum masuk ke esofagus (Barret 2006). Makanan yang melewati faring akan masuk ke dalam esofagus. Esofagus merupakan otot berbentuk pipa memanjang yang berfungsi mengantarkan makanan dari mulut menuju lambung dengan gerakan peristaltik (Barret 2006). Makanan yang melewati esofagus akan masuk ke dalam lambung. Lambung merupakan tempat pencernaan makanan secara kimiawi. Lambung terbagi atas lambung proksimal dan lambung distal. Pada mamalia yang bertumpu dengan empat kaki, lambung proksimal disebut juga dengan lambung kranial dan lambung distal disebut juga dengan lambung kaudal. Lambung proksimal terdiri dari cardia, fundus, dan corpus. Cardia berada di dekat esofagus yang merupakan batas antara lambung dan esofagus. Fundus terletak di kiri lambung dan di cranial corpus lambung, sedangkan corpus merupakan bagian terbesar dari lambung yang menghubungkan fundus dengan pylorus (Suchodolski 2008). Lambung proksimal menghasilkan sekresi cairan lambung. Lambung distal terdiri dari antrum pylorus, canal pylorus, dan spinchter pylorus. Batas pilorus ditandai adanya penebalan otot-otot sirkuler (Steiner 2008). Lambung distal berfungsi menggiling makanan dan membantu pengosongan lambung (Steiner 2008). Makanan yang masuk ke dalam lambung bergerak menuju usus halus, usus besar, rektum, dan sisa-sisa makanan hasil pencernaan akan dikeluarkan melalui anus. Saluran gastrointestinal anjing dapat digunakan sebagai model dalam pengembangan obat-obatan baru (Baum et al. 2007) dan dapat menjadi model pada pelatihan endoskopi yang menggunakan teknik-teknik baru (Latorre et al. 2007). Gambaran histopatologi gastrointestinal dapat 3 digunakan untuk menentukan distribusi dan tingkat keparahan penyakit gastrointestinal (Willard et al. 2010). Endoskop Teknik endoskopi pertama kali diperkenalkan oleh Phillip Bozzini pada tahun 1806 dan pada tahun 1976 Johnson et al. menggunakan endoskop untuk memeriksa saluran pencernaan hewan kecil (Moore 2003). Endoskop dibedakan menjadi endoskop fleksibel dan endoskop rigid (kaku). Endoskop fleksibel digunakan pada pemeriksaan organ berbentuk tabung panjang atau saluran panjang, seperti: saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran urinarius hewan jantan (Barthel et al. 2005). Endoskop rigid (kaku) digunakan pada pemeriksaan cavum abdominal, cavum thoraks, dan persendian (Tams & Rawlings 2011), serta diaplikasikan pada pemeriksaan rongga hidung (Rhinoscopy), liang telinga (Otoscopy), vesika urinaria hewan betina (Cystoscopy), dan kolon (Colonoscopy) (Barthel et al. 2005). Endoskop fleksibel terdiri dari komponen yang membentuk suatu sistem sehingga dapat bekerja dengan baik. Komponen tersebut terbagi menjadi dua, yaitu komponen internal dan eksternal. Komponen internal terdiri dari angulation system, air and water system, image system, dan electrical system. Komponen eksternal terdiri dari light guide plug, umbilical cord, control section, dan insertion tube (scope) (Shumway & Broussard 2003). Gambar 1. Anatomi Endoskop Fleksibel (Barthel et al. 2005) Angulation system berfungsi mengatur pergerakan ujung scope/distal tip. Air and water system berfungsi mengatur insuflasi udara dan air dari pompa ke light guide plug menuju distal tip. Imaging system berfungsi mengatur pengambilan gambar yang diamati (Shumway & Broussard 2003). Light guide 4 plug berfungsi sebagai penghubung antara endoskop dengan sumber cahaya, air, maupun udara. Umbilical cord merupakan penghubung antara light guide plug dengan control section. Control section berfungsi dalam pengaturan endoskop. Pada control section terdapat angulation control knobs dan breaking lever yang berfungsi memanipulasi ujung scope serta terdapat air and water valve. Control section juga dilengkapi operating channel yang berfungsi sebagai gerbang untuk mengaplikasikan alat tambahan seperti biopsy forceps dan aspiration needle. Menurut Washabau et al. (2010), endoskop fleksibel memiliki 5 keuntungan, yaitu: 1. dapat melihat perubahan mukosa saluran pencernaan, 2. dapat memudahkan pengumpulan biopsi beberapa jaringan dari setiap situs, 3. teknik diagnosis yang dipilih pada beberapa penyakit tertentu, misal: ulserasi, erosi, dan lymphangiectacsia, 4. endoskopi memiliki resiko minimal terhadap perforasi dan peritonitis septic, dan 5. endoskopi membutuhkan waktu yang relatif sedikit, tekanan stres yang lebih kecil, serta relatif lebih murah dibandingkan dengan tindakan operasi. Endoskop fleksibel juga memiliki kelemahan, yakni: endoskop tidak dapat menjangkau seluruh saluran gastrointestinal walaupun enteroskopi dapat dilakukan, endoskop memiliki keterbatasan dalam mendeteksi lesio-lesio yang mengalami kelainan di saluran pencernaan pada pelaksanaan duodenoskopi. Penggunaan endoskop relatif aman dan efektif dalam mendiagnosis penyakit saluran pencernaan (Moore 2003). Penyakit yang dapat didiagnosis adalah: esofagitis, obstruksi benda asing, neoplasia, pyloric stenosis, ulcer, hyperthropic gastropathies, dan pseudocysts pankreas (Lecoindre 1999, Babich & Friedel 2010). Endoskopi dapat digunakan untuk menghilangkan batu empedu dengan teknik endoskopi sfingterotomi (Freeman et al. 1996). Endoskopi digunakan untuk pengambilan cairan pada usus halus (Johnston et al. 1999) dan membantu pengambilan spesimen sitologi, mikrobiologi, maupun histopatologi saluran pencernaan (Zoran 2001). Sampel biopsi mukosa yang diambil digunakan untuk mendiagnosis penyakit (Day et al. 2008). Endoskopi menjadi sarana pendekatan diagnostik yang sangat baik dan berperan dalam mendeteksi dan mengkarakterisasi bagian luminal dan mural lambung, serta membantu mendiagnosis gangguan duodenum proksimal (Yamada et al. 2006). Radiografi Radiografi merupakan teknik yang digunakan dalam mendiagnosis penyakit dengan memanfaatkan pemaparan sinar-X ke jaringan dan berinteraksi membentuk obyek yang ditangkap pada sebuah kertas film. Sinar-X pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1896 (Guy & Ffytche 2005). Radiografi sangat efektif untuk mengetahui kelainan pada tulang dan persendian, namun kurang baik dalam menginterpretasi jaringan lunak (Weaver & Barakzai 2010). Pemeriksaan radiografi pada saluran maupun organ pencernaan menunjukkan hasil yang beragam. Gambar tampak radiopaque jika organ tersebut merupakan organ berbentuk padat dan bertekstur keras dan tampak radiolucent jika organ tersebut bertesktur lunak. Gambar radiografi pada laring dan trakhea normal tampak radiolucent karena berisi udara, sedangkan pada tulang rawan laring tampak radiopaque. Tampilan gambar pada esofagus tidak teramati karena esofagus cenderung berada 5 dalam kondisi kolaps dan tertutup oleh lapisan-lapisan otot dan fascia pada leher. Radiografi esofagus dapat terlihat dengan bantuan pewarnaan bahan kontras seperti barium sulfat (Vlasin et al. 2004). Radiografi lambung normal yang telah dikosongkan (dipuasakan) terlihat radiolucent karena lambung berisi udara. Gambar radiografi fundus terlihat radiolucent karena berisi gas (Suchodolski 2008). Bahan kontras barium sulfat dapat digunakan untuk menentukan waktu pengosongan lambung (Weber et al. 2001) dan mendeteksi penyempitan esofagus Luedtke et al. 2002). Radiografi juga digunakan untuk mendiagnosis penyakit saluran pencernaan yang berkaitan dengan motilitas (Han 2003). Radiografi saluran pencernaan membantu untuk mendiagnosis penyakit obstruksi saluran maupun organ pencernaan (Rao et al. 2010). Evaluasi radiografi secara berurutan membantu untuk melihat gerakan benda asing di dalam saluran pencernaan (Leib 2005). METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Maret 2012 di Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi (KRP), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB). Alat Penelitian ini menggunakan 1 set peralatan endoskop fleksibel tipe Small Animal Gastroscope VET-G1580® dengan diameter scope 8.0 mm dan panjang 1.5 m, 1 set peralatan radiografi tipe mobile, mouthgage, laringoskop, stetoskop, termometer, syringe 1 ml, penggaris, kandang anjing, alas kandang, dan sarung tangan. Bahan Hewan yang digunakan adalah 2 ekor anjing lokal (Canis lupus) berumur 6 bulan dan berjenis kelamin betina dengan bobot badan (BB) masing-masing 6 kg dan 7.5 kg. Bahan-bahan yang digunakan adalah: obat anthelmintika praziquantel 50 mg (dosis 5 mg/kg BB), antibiotik amoxicillin (dosis 20 mg/kg BB), sediaan premedikasi atropin sulfat 0.25% (dosis 0.025 mg/kg BB), sediaan anestetikum berupa ketamin 10% (dosis 10 mg/kg BB) dan xylazine 2% (dosis 2 mg/kg BB). Prosedur Penelitian Persiapan dan Aklimatisasi Hewan Aklimatisasi dilakukan sebelum pemeriksaan endoskopi dengan pemberian anthelmintika praziquantel 50 mg (zypiran) dengan dosis 5 mg/kg BB dosis tunggal dan antibiotik amoxicillin dengan dosis 20 mg/kg BB per hari selama 3