27 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka

advertisement
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
PENYAKIT GINJAL
DIABETIK
AGEP
AOPP
Homosistein
Aktivasi Trombosit
be
SOD
ROS
Densitas dan granul
Makrofag
NFKB
MPV
TNF
TGFβ
PROLIFERASI
SEL OTOT
POLOS
ECM
KOLAGEN
ATEROSKLEROSIS
27
Penyakit ginjal diabetik adalah komplikasi dari diabetes mellitus yang
pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis
atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014). Terdapat peningkatan stres oksidatif dan
inflamasi kronis pada pasien penyakit ginjal diabetik dan dialisis
Pada penyakit ginjal diabetik stadium 5 terdapat gangguan ekskresi urin,
sehingga mengakibatkan akumulasi produk metabolisme. Terdapat ± 3000
molekul uremia yang meningkat adalah AGEP , AOPP dan Homocystein.
Peningkatan ini akan meningkatkan NADPH-ox yang selanjutnya meningkatkan
ROS. Stress oksidatif dan enzymatic yang terjadi pada sel neutrophil dan
makrofag akan mensekresikan reactive oxygen metabolic (O2-, H2O2, HOCL,-OH)
dan enzim hidrolitik selama tahap inflamasi. Sugiarto (2010) menyatakan dalam
disertasinya superoksida dismutase beraksi dengan ion superoksida sebagai ROS
dan mengubahnya menjadi hydrogen peroksida (H2O2). Ini di katabolis oleh enzim
katalase dan gluthathione peroksidase menghasilkan molekul oksigen (O2) dan air
(H2O). Berkurangnya produksi ROS diharapkan mempengaruhi makrofag yang
menghasilkan NFKB menurun sitokin-sitokin proinflamasi dan growth factor
seperti TGFβ. Meningkatnya aktivitas trombosit diikuti dengan meningkatnya
granul dan densitas sehingga menyebabkan tingginya MPV. Ini akan berpotensi
membentuk thrombosis yang tinggi. Peningkatan nilai MPV dihubungkan
aherosclerosis. (Markovic et al.,2013)
Penyakit Ginjal Kronis menginduksi kondisi stres oksidatif yang dapat
dideteksi jauh sebelum menjalani terapi hemodialisis dan memburuk seiring
dengan progresi gagal ginjal Pasien uremia, terutama mereka yang menjalani
28
dialisis teratur, berada pada risiko tinggi untuk kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh radikal bebas (Nanayakkara, 2010).
Antioksidan dapat diklasifikasi menjadi 2 (dua) kelompok: Antioksidan
yang berasal dari makanan (eksogen): makanan tertentu yang kaya akan
antioksidan seperti vitamin (Vitamin C, Vitamin E dan Vitamin A atau
prekursornya beta-carotene), mineral (Selenium, Zinc, Copper dan Manganese)
dan substansi lain termasuk polifenol yang ditemukan dalam jeruk dan teh hijau.
Antioksidan dalam bentuk enzim yang dibentuk oleh tubuh (endogen): tiga enzim
utama, yaitu: Superoxide dismutase (SOD), Catalase dan Gluthathione
Peroxidase.(Kifier D, 2006)
Tingkat seluler ROS dikendalikan oleh enzim antioksidan dan antioksidan
molekul kecil. Enzim utama antioksidan, dismutases superoksida (sods), termasuk
tembaga-seng superoksida dismutase (Cu/ZnSOD, SOD1), mangan superoxida
dismutase (MnSOD, SOD2) dan extracellular superoxida dismutase (SOD EC-,
SOD3), semua memainkan peran kritis dalam scavenger O2. Penururnan aktivitas
SOD yang signifikan, pada gilirannya menyebabkan penurunan NO tetapi
meningkatkan konsentrasi peroxynitrite. Produksi yang berlebihan dari hasil anion
superoksida dalam formasi ROS termasuk peroxynitrite dan radikal hidroksil,
menyebabkan kerusakan DNA, protein, dan lipid, dan injuri sel vaskular. Jadi,
superoksida overproduksi dianggap sebagai patogen utama pada komplikasi
vaksular diabetik. (Agrawal,N .et al.2009)
3.1
Hipotesis Penelitian
3.1.1
Ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar TGFβ1 pada pasien
penyakit ginjal diabetes stadium V yang menjalani hemodialisa.
29
3.1.2
Ada pengaruh pemberian SOD terhadap Mean Platelete Volume
(MPV) pada pasien penyakit ginjal diabetes stadium V yang menjalani
hemodialisa.
3.1.3
Ada korelasi antara kadar TGFβ1 dan Mean Platelete Volume (MPV)
stelah pemberian SOD oral pada pasien penyakit ginjal diabetes
stadium V yang menjalani hemodialisa.
30
Download