Uploaded by Annisa Nafi'ah Salmaa

BISMILLH PROPOSAL FIX

advertisement
EFEK SUBLETAL LIMBAH BATIK TERHADAP AKTIVITAS
ENZIM SOD (Superoksida Dismutase) PADA IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
USULAN PENELITIAN
ANNISA NAFIAH SALMAA
B1A015079
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
ii
EFEK SUBLETAL LIMBAH BATIK TERHADAP AKTIVITAS
ENZIM SOD (Superoksida Dismutase) PADA IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
ANNISA NAFIAH SALMAA
B1A015079
Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir
pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Disetujui dan disahkan
Pada tanggal Juli 2019
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Hernayanti, M.Si
NIP. 195811021988112001
Dr. Farida Nur Rachmawati, M.Si
NIP. 196304121988032001
Mengetahui,
Wakil Dekan Akademik Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman
Dr. Hendro Pramono, M. S.
NIP. 195907221986011001
ii
PRAKATA
Usulan penelitian ini ditulis sebagai pedoman pelaksanaan penelitian
untuk memenuhi persyaratan tugas akhir di Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman. Penulis mengambil topik mengenai Efek Subletal Limbah Batik
terhadap Aktivitas Enzim SOD (Superoksida Dismutase) pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat, beserta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan usulan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Dr. Hendro Pramono, M S. selaku wakil dekan bidang akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan terkait tugas akhir, Dra. Erie Kolya Nasution,
M.Si. selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan arahan dan
bimbingan mengenai akademik, Dr. Hernayanti, M.Si selaku pembimbing I yang
memberikan bimbingan dan masukan dalam bidang ekotoksikologi, Dr. Farida
Nur Rachmawati, M.Si. selaku pembimbing II yang memberikan arahan dan
bimbingan dalam bidang fisiologi hewan, serta semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan usulan penelitian ini. penulis berharap semoga
usulan penelitian ini dapat menjadi salah satu pedoman dalam pelaksanaan
penelitian.
Purwokerto,
Juli 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………
i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..………
ii
PRAKATA…………………………………….…………………………………….
iii
DAFTAR ISI…………………………………..,………………………………...…
iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................
vi
DAFTAR RUMUS......................................................................................................
vii
DAFTAR SATUAN DAN SINGKATAN..................................................................
viii
RINGKASAN…………………………………………………………….……… ix
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………..…………………..
1
BAB II. TELAAH PUSTAKA…………………………………….………………...
3
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………...…..………….
6
A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian…………………….………………..…
6
1. Materi Penelitian.........................................................................................
6
2. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….…….
6
B. Metode Penelitian……………………………………………………….……
6
1. Rancangan Percobaan……………………………………………….…....
6
2. Variabel Penelitian………………………………...……………………...
7
3. Cara Kerja Penelitian……………………………………………….…..
7
4. Analisis Data……………………………………..………………….....10
C. Bagan Alir Penelitian…………………………………………………..........
10
BAB IV. JADWAL PENELITIAN………………………………………….…….…
11
DAFTAR REFERENSI……………………………………..………………...….…..
12
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jadwal Penelitian……………………………………………................11
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Spesifikasi alat dan bahan…………………………………………. 14
vi
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1. Menghitung Nilai Aktivitas SOD (Superoksida Dismutase)……....……
10
vii
SATUAN DAN SINGKATAN
Simbol Satuan
Cm
mdpl
Rpm
̊
C
µl
mL
L
U/mL
pH
Nm
Arti
Sentimeter
meter di atas permukaan laut
rotation per minute
derajat celcius
Microliter
Milliliter
Liter
unit/milliliter
potential of hydrogen
Nanometer
Simbol
µ
̊
%
% v/v
Singkatan
H2O2
O2O2
H2O
H
SOD
RAK
ANOVA
EDTA
MT
M
LC
PK
UV-VIS
Keterangan
Satuan Panjang
Satuan Panjang
Kecepatan putaran
sentrifugasi
Satuan temperature
Satuan volume
Satuan volume
Satuan volume
Satuan ukuran SOD
Tingkat keasaman
Satuan panjang gelombang
spektrofotometer
Arti
Mikro = seper juta
Derajat (Celcius)
Persen (Per seratus)
Persen volume per volume
Arti
Hidrogen peroksida
Anion superoksida
Oksigen
Air
Hidrogen
Superoksida Dismutase
Rancangan Acak Kelompok
Analysis Of Variance
Ethylenediaminetetraacetic Acid
Metallothionein
Metal
Letal Concentration
Permanganas Kalius
Ultraviolet Visible
viii
RINGKASAN
Limbah batik merupakan salah satu penyebab pencemaran di lingkungan perairan
karena diketahui mengandung beberapa jenis logam berat. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia serta makhluk hidup lainnya.
Jenis logam berat tersebut antara lain seperti krom (Cr), timbal (Pb), seng (Zn),
Arsen (As), merkuri (Hg), kadmium (Cd), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan mangan
(Mn). Limbah batik yang dihasilkan oleh industri tekstil umumnya merupakan
senyawa organik non-biodegradable yang mampu mengakibatkan pencemaran
lingkungan perairan. Salah satu hewan yang secara langsung terkena dampak
negatif adalah ikan di perairan sekitar tempat pembuangan limbah batik. Proses
masuknya ion logam berat ke dalam tubuh ikan yakni melalui insang secara difusi
pasif. Logam berat atau metal (M) dalam bentuk ion yang sudah masuk melalui
insang kemudian diikat oleh suatu protein darah yang disebut metalotionin (Mt).
Ikatan antara logam berat atau Metal (M) dengan protein metalotionin ini disebut
sebagai ikatan M+Mt. Ikatan tersebut memiliki sifat yang stabil sehingga tidak
mudah lepas. Hal inilah yang akhirnya memicu pembentukan radikal bebas.
Ketika radikal bebas dalam tubuh semakin meningkat, maka kadar enzim SOD
akan semakin menurun karena enzim ini merupakan lini pertahanan pertama saat
terjadi paparan radikal bebas. Pengujian kadar enzim SOD dapat dijadikan sebagai
upaya deteksi dini adanya pencemaran perairan yang disebabkan oleh limbah
batik. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat
pengaruh toksisitas limbah batik terhadap penurunan enzim SOD pada ikan nila.
Ikan nila merupakan salah satu bioindikator yang baik untuk kajian toksikologi
perairan serta untuk melakukan pemantauan terhadap lingkungan karena mudah
didapatkan, mudah untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan serta
memiliki nilai komersial yang tinggi. Penelitian ini dilakukan di Stasiun
Percobaan D3 PSDP, Laboratorium Ekotoksikologi, dan Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan eksperimental Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan, 6 kali ulangan dan dilanjutkan
dengan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5%.
Kata kunci : Limbah Batik, Superoksida Dismutase (SOD), Oreochromis
niloticus
ix
I.
PENDAHULUAN
Industri batik merupakan salah satu penyumbang limbah pada perairan
yang diperkirakan mengandung unsur logam berat. Banyaknya limbah buangan
sisa produksi tergatung pada beberapa hal, yaitu jenis industri, besar tidaknya skala
industri, kadar penggunaan air, bagaimana cara pengolahan air limbah dan
pengawasan terhadap proses industri tersebut (Wardani et al. 2014). Berdasarkan
Sumardjo (2009), logam berat dapat memberikan dampak buruk terutama terhadap
perairan karena menimbulkan gangguan terhadap proses biologis. Jenis logam
berat seperti seng (Zn), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dapat menyebabkan
kematian ikan serta organisme perairan yang lainnya. Menurut Endrinaldi (2009),
logam berat lainnya seperti arsen (As), cadmium (Cd), dan merkuri (Hg) memiliki
sifat yakni afinitasnya yang besar dengan sulfur atau belerang, sehingga
mengakibatkan logam-logam ini menyerang ikatan sulfida pada protein seperti
enzim. Hal ini menyebabkan enzim menjadi tidak berfungsi dan juga dapat
mengganggu proses transpor yang melalui membran sel.
Logam berat yang masuk ke dalam tubuh organisme dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan radikal bebas. Semakin meningkat radikal bebas maka
semakin
menurun
kadar
enzim
antioksidannya.
Kondisi
semacam
ini
mengakibatkan terjadinya stres oksidatif yang mengganggu kinerja sel, merusak
sel dan juga DNA (Dewi, 2018). Mekanisme pertahanan di dalam tubuh memiliki
kemampuan untuk mengatasi bahaya yang disebabkan oleh radikal bebas yaitu
dengan memproduksi enzim yang tergolong ke dalam kelompok antioksidan
endogen. Enzim tersebut antara lain katalase, peroksidase, superoksida dismutase
(SOD), dan glutation. Berikut reaksi salah satu enzim, yakni superoksida
dismutase (SOD) dalam menghadapi radikal bebas berupa anion superoksida (O2-)
dan hIdrogen peroksida (H2O2). O2- + O2- + H + SOD H2O2, selanjutnya terjadi
proses yaitu H2O2 KATALASE H2O + O2 (Gitawati, 1995).
Superoksida Dismutase (SOD) merupakan salah satu enzim yang menjadi
lini pertahanan pertama ketika muncul serangan dari radikal bebas. Cara kerja
enzim SOD dalam menangani radikal bebas yakni dengan mengkatalisis dismutasi
dari anion superoksida (O2-) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan molekul
oksigen (O2) (Mates et al. 1999). Aktivitas enzim antioksidan dengan intensitas
yang rendah
mengindikasikan tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh.
1
Terjadinya hal tersebut disebabkan oleh SOD yang tidak mampu mengimbangi
tingginya radikal bebas anion superoksida (O2-) yang seharusnya dapat
dinetralkan, sehingga aktivitas SOD pun menjadi turun (Prastuti & Sunarti, 2012).
Logam berat atau metal (M) yang berada di lingkungan masuk ke tubuh
dalam bentuk ion. Logam berat sebagai benda asing dapat mengganggu stabilitas
tubuh sehingga dilakukan pengikatan oleh protein darah yang disebut
Metallothionein. Metallothionein adalah salah satu protein yang bersifat sangat
peka terhadap adanya pencemaran dan berfungsi dalam mengikat logam-logam
berat yang berada di lingkungan ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup. ikatan
antara logam dengan metallothionein sangat kuat dan stabil sehingga tidak mudah
lepas. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya radikal bebas dalam tubuh
sehingga aktivitas enzim antioksidan seperti SOD pun menjadi turun (Lasut,
2002).
Ikan adalah hewan perairan yang dapat digunakan sebagai salah satu
bioindikator pada lingkungan yang tercemar. Ikan yang dapat digunakan dalam
penelitian bioindikator salah satunya adalah ikan nila. Ikan nila adalah salah satu
ikan yang dibudidaya untuk tujuan konsumsi dan menjadi komoditas yang paling
diminati di berbagai negara (Fadri et al. 2016). Menurut Carman & Sucipto
(2009), ikan nila merupakan ikan air tawar yang memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan ikan yang lain yaitu harganya yang terjangkau, pertumbuhan
cepat, perkembangbiakannya juga mudah, kadar proteinnya tinggi, ukuran tubuh
yang cukup besar, lebih tahan terhadap penyakit, memiliki nilai gizi yang tinggi,
serta mudah beradaptasi.
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu apakah
paparan limbah batik berpengaruh terhadap penurunan enzim SOD (Superoksida
Dismutase) pada ikan Nila (Oreochromis niloticus). Berdasarkan rumusan masalah
tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui paparan limbah
batik berpengaruh terhadap penurunan enzim SOD (Superoksida Dismutase) pada
ikan Nila (Oreochromis niloticus). Manfaat adanya penelitian ini adalah dapat
memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh toksisitas limbah batik terhadap
penurunan kadar enzim SOD (Superoksida dismutase) pada ikan Nila
(Oreochromis niloticus).
2
II.
TELAAH PUSTAKA
Industri batik pada saat ini merupakan salah satu industri yang sudah
berkembang secara luas dan memberikan dampak positif berupa pertambahan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun, jika dilihat dari sudut pandang yang
lain terutama lingkungan maka adanya industri batik ini dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya pencemaran di lingkungan perairan. Air limbah sisa
pengolahan batik mengandung bahan yang berpotensi mencemari lingkungan yaitu
bahan organik, lemak dengan kadar tinggi, suspensi padatan serta logam berat
berbahaya seperti Zn, Cd, Cu, Cr, dan Pb (Desianna et al. 2017). Kandungan lain
limbah batik berupa zat warna juga beracun bagi biota perairan. Contoh zat
pewarna sintetis yang digunakan antara lain zat warna reaktif, indigosol, naphtol,
dan rapid. Karakteristik salah satu zat warna yaitu naphtol antara lain merupakan
bahan beracun berbahaya, bersifat karsinogenik, tahan terhadap kelunturan, tidak
mudah larut dalam air serta mencemari lingkungan (Adiningtyas, 2018).
Hasil
pembuangan
pewarna
tekstil
berpotensi
untuk
mencemari
lingkungan, baik di wilayah perairan maupun pertanahan. Zatnya juga dapat
terakumulasi dalam jangka waktu yang panjang, sifatnya yang toksik
mengakibatkan efek yang membahayakan bagi organisme perairan serta bersifat
karsinogenik terhadap manusia dan hewan mamalia (Herawati et al. 2018). Ketika
logam berat berada di perairan maka dapat masuk ke dalam tubuh organisme
melalui 3 cara antara lain melalui makanan, difusi permukaan kulit dan melalui
insang. Organisme perairan seperti ikan menjadi salah satu akumulator logam
berat di dalam tubuhnya sehingga dapat menjadi berbahaya apabila dikonsumsi
oleh manusia secara terus menerus, maka dari itu ikan digunakan sebagai
bioindikator untuk memantau tingkat pencemaran perairan (Yulaipi & Aunurohim,
2013).
Salah satu ikan yang hidup di perairan tawar seperti di sungai adalah ikan
nila. Ikan nila juga biasa digunakan sebagai bioindikator. Ikan nila dapat
dikembangbiakkan di daerah rendah sampai agak tinggi (500 mdpl) dengan
keadaan air yang bersih dan juga tidak terlalu keruh. Tingkat kecerahan yang baik
yaitu pada kisaran 20-35 cm. kadar keasaman air (pH) optimal untuk ikan nila
adalah 7-8. Kisaran suhu optimal untuk perkembangbiakan yang baik yakni 25300C. Pertimbangan mengapa ikan nila digunakan sebagai indikator pencemaran
3
lingkungan yaitu karena merupakan ikan yang memiliki daya tahan sedang
terhadap terjadinya perubahan lingkungan, bersifat omnivora sehingga mampu
mencerna makanan dengan efisien, euryhaline, perkembangbiakannya mudah serta
dapat hidup di iklim tropis maupun subtropis (Hendrata, 2004).
Bentuk dari logam berat atau metal (M) yang masuk ke dalam tubuh
organisme adalah ion. Ion dari metal (M) kemudian akan berikatan dengan protein
darah yakni metallothionein (MT). Ikatan kompleks antara kedua unsur tersebut
bersifat stabil dan tidak mudah lepas yang dinamakan ikatan M+MT. Kuatnya
ikatan M+MT mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah radikal bebas.
Radikal bebas yang semakin meningkat jumlahnya tidak seimbang dengan
antioksidan dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya stress oksidatif.
Terjadinya stress oksidatif dapat diamati dengan adanya peroksidasi lipid.
Peroksidasi lipid merupakan mekanisme seluler yang mengakibatkan sel hewan
menjadi rusak. Hal lainnya yang menjadi ciri stress oksidatif ialah terjadinya
penurunan kadar enzim antioksidan (Dewi, 2018).
Salah satu enzim antioksidan yang memiliki peran sebagai lini pertahanan
pertama tubuh untuk menghadapi radikal bebas yaitu enzim superoksida dismutase
(SOD). Enzim ini mampu mengubah radikal bebas berupa anion superoksida (O2-)
menjadi oksigen (O2) dan hidrogen peroksida (H2O2). Superoksida dismutase
merupakan enzim primer yang memiliki fungsi untuk menjaga sel-sel dalam tubuh
dari adanya serangan radikal bebas. Letak SOD ini terdapat pada intraseluler dan
ekstraseluler. Intraselulernya yaitu berada di dalam mitokondria, memiliki ciri
yaitu sisi aktifnya terikat pada unsur mangan (Mn). Pada SOD ekstraseluler, sisi
aktifnya juga berikatan dengan unsur seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn). Enzim
ini kinerjanya dipengaruhi oleh logam yang berikatan pada sisi aktifnya. Apabila
kekurangan unsur-unsur logam tersebut, maka enzim ini akan berkurang
kemampuannya. Enzim SOD mampu melakukan kinerjanya dengan baik jika
disertai dengan unsur-unsur mineral tersebut. Unsur seperti mangan (Mn), tembaga
(Cu), dan seng (Zn) terdapat pada kacang-kacangan beserta olahannya
(Retnaningsih et al. 2013).
Enzim superoksida dismutase mempunyai fungsi dalam melindungi sel
tubuh serta mencegah adanya peradangan yang disebabkan oleh serangan radikal
bebas. Enzim ini merupakan enzim antioksidan yang sudah terdapat dalam tubuh,
namun kinerjanya membutuhkan unsur mineral seperti tembaga, mangan dan seng
4
agara dapat bekerja optimal. Enzim SOD terdapat dapat ditemukan pada
organisme aerob dan sebagian besar berada pada level intraseluler (Putra, 2014).
Menurut Winarsi (2007), enzim superoksida dismutase (SOD) dapat dikategorikan
ke dalam beberapa jenis berdasarkan unsur mineral yang berikatan pada sisi
aktifnya, yaitu sebagai berikut.
a.
Cu/Zn SOD atau SOD 1
Enzim ini adalah termasuk yang homodimer. Dapat ditemukan pada
sitoplasma eukariot, peroksisom, kloroplas, serta periplasma prokariot. Peran SOD
ini berperan penting dalam membangun system ketahanan terhadap oksidan dari
proses oksidasi. Satu unit Cu/Zn-SOD dapat diartikan sebagi banyaknya enzim
yang dibutuhkan untuk menghambat 50% autooksidasi pirogalol. Berdasarkan
spesialisasinya, peran Cu penting bagi berjalannya fungsi katalitik enzim,
sedangkan Zn berperan dalam fungsi structural (Winarsi, 2007).
b.
Mn-SOD atau SOD 2
Enzim ini bekerja dengan cara menarik muatan negative dari radikal bebas
yakni anion superoksida O2- sehingga muatannya menjadi posiitif pada bagian sisi
aktif. Proses yang terjadi berikutnya yaitu sisi aktif logam memberi 1 elektronnya
kepada O2- sehingga berkurang 1 molekul pada O2- serta 1 protonnya untuk diubah
menjadi H2O2. Dinamakan SOD 2 karena merupakan homotetrameter yang
terdapat dalam matriks mitokondria yang berada dekat dengan rantai transpor
elektron dan kloroplas (Winarsi, 2007).
Superoksida dismutase atau SOD merupakan salah satu antioksidan intrasel
yang bekerja dengan cara membersihkan radikal bebas secara enzimatis dan
mengolahnya menjadi produk yang stabil. Kadar enzim ini akan meningkat apabila
jumlah radikal bebas anion superoksida jumlahnya masih dapat terkontrol atau
masih diambang normal. Ketika kadar radikal bebas sudah melewati batas aktivitas
SOD dalam mendismutasi, maka persentase kadar SOD akan semakin turun
(Mardliyah, 2017).
5
III.
METODE PENELITIAN
A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Materi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ember dengan
diameter 46,5 cm dan tinggi 23 cm, aerator, selang aerasi, batu aerasi,
spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 520 nm, mikropipet
ukuran 100 µl & 1000 µl, yellow tip, blue tip, tabung reaksi, kuvet, vacutainer
tube EDTA ukuran 3 mL, alat sentrifugator, vortex, tabung eppendorf, spuit
injeksi 1 mL, alat tulis, gelas ukur 500 mL, jaring ikan, timbangan analitik,
penggaris, milimeter blok, dan kamera (Lampiran 1).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ikan Nila yang
didapatkan dari Balai Benih Ikan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Jalan
Raya Baturraden, Dusun II Pandak dengan kisaran panjang 4,5 - 6 cm dan
kisaran bobot 2,3 - 4,3 gram (untuk uji pendahuluan dan uji toksisitas letal)
serta ikan dengan kisaran panjang 12,5 - 14,8 cm dan kisaran bobot 12,5 –
14,8 gram (untuk uji subetal), pakan ikan dengan kadar protein sebanyak 33%,
EDTA, Permanganas Kalicus (PK), larutan buffer SOD, larutan standar SOD,
reagen xantin oksidase, serta limbah batik yang didapatkan di daerah Jalan
Pesarean, Kebutuh, Dusun I, Sokaraja (Lampiran 1).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2019 di stasiun
percobaan program studi D3 PSDP, Laboratorium Ekotoksikologi, dan
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
B. Metode Penelitian
1. Rancangan Percobaan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental
dengan jenis rancangan pencobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial. Persiapan awal sebelum perlakuan adalah aklimasi ikan selama 7
hari dan ikan tetap diberikan pakan sesuai kebutuhannya. Uji yang dilakukan
pada awal yakni uji pendahuluan. Perlakuan diujikan selama 48 jam
menggunakan ikan yang berukuran kecil (4,5 – 6 cm). Seri konsentrasi yang
diujikan mulai dari 0,01%, 0,1%, 1%, 10%, dan 100%. Masing- masing seri
6
konsentrasi dipaparkan pada 10 ekor ikan sehingga dibutuhkan ikan sejumlah
50 ekor. Selama pengamatan dicatat jumlah ikan yang mati saat 24 jam dan 48
jam. Uji pendahuluan yang telah selesai kemudian dilanjutkan uji letal. Seri
konsentrasi yang diperlakukan yakni 0%, 10%, 18%, 32%, 56%, dan 100%.
Terdapat 6 seri konsentrasi sebagai perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga
jumlah unit percobaan sejumlah 24. Masing-masing unit diisi dengan ikan
sebanyak 10 ekor, sehingga dibutuhkan ikan sebanyak 240 ekor. Ikan yang
digunakan sama yaitu yang berukuran kecil 4,5 - 6 cm. uji letal dilakukan
selama 96 jam. Pada waktu 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam kemudian
dicatat jumlah ikan yang mati. Uji letal yang telah selesai kemudian
dilanjutkan uji subletal. Uji ini dilakukan selama 48 jam. Ikan yang digunakan
berukuran 12,5 - 14,8 cm. Perlakuan yang diujikan sebanyak 4 perlakuan, 6
ulangan, sehingga terdapat 24 unit percobaan dengan masing- masing unit
berisi 4 ekor ikan. Pada waktu 48 jam setelah perlakuan darah ikan diambil
untuk mendapatkan serumnya. Serum didapatkan dari hasil sentrifugasi pada
kecepatan 6000 rpm selama 10 menit, setelah serum didapat kemudian
direaksikan dengan reagen SOD. Serum yang dibutuhkan sebanyak 20 µl.
Reagen xantin oksidase sebanyak 100 µl dan larutan buffer SOD 1000 µl.
Semua bahan tersebut dihomogenkan kemudian dilakukan spektrofotometri
pada panjang gelombang 520 nm.
2. Variabel dan Parameter Penelitian
Variabel yang diamati terdiri dari variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel kontrol. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi limbah
batik. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu aktivitas enzim SOD. Variabel
kontrol pada penelitian ini adalah ikan nila. Parameter yang diukur adalah
kadar enzim SOD (Superoksida Dismutase) pada ikan nila menggunakan
metode RAN-SOD (Randox laboratories, 2009).
3. Cara Kerja Penelitian
3.1 Tahapan Persiapan (Aklimasi Ikan Nila)
Tahapan persiapan penelitian yang perlu dilakukan salah satunya
meliputi aklimasi ikan uji selama 7 hari. Persiapan ini membutuhkan
peralatan seperti ember, aerator, selang aerasi, batu aerasi. Ikan
diaklimasi selama 7 hari pada ember berdiameter 46,5 cm dan tinggi 23
cm. Wadah ember yang akan digunakan sebelumnya diberikan larutan
7
PK (permanganas kalicus) terlebih dahulu selama 24 jam. Persiapan
lainnya yaitu membuat berbagai seri konsentrasi limbah cair batik
untuk uji yang akan dilakukan sesaat sebelum ikan uji dimasukkan ke
dalam tempat perlakuan (ember). Ikan Nila juga terlebih dahulu
ditimbang bobotnya serta diukur panjang tubuhnya. Selama aklimasi
ikan tetap diberikan pakan.
3.2 Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan ini memiliki tujuan untuk menentukan batas
kisaran kadar zat toksik yang akan digunakan pada uji selanjutnya yaitu
uji toksisitas letal. Pada uji pendahuluan terdapat ambang atas yakni
LC100-24 jam dan ambang bawah LC0-48 jam. Nilai LC100-24 jam
merupakan kadar zat toksik yang mampu mengakibatkan kematian
100% pada hewan uji. Nilai LC0-48 jam merupakan kadar zat toksik
yang mampu mengakibatkan kematian 0% pada hewan uji. Uji
pendahuluan ini menggunakan ikan berukuran 4,5 – 6 cm dengan bobot
berkisar 2,3 – 4,3 gram. Jumlah ikan yang digunakan pada uji
pendahuluan yaitu 50 ekor karena terdapat 5 seri konsentrasi yang
masing-masingnya diisi dengan ikan sejumlah 10 ekor. Seri konsentrasi
yang diperlakukan untuk uji pendahuluan antara lain 0,01%, 0,1 %, 1%,
10%, dan 100%. Perlakuan ini menggunakan 10 liter air pada masingmasing ember.
3.3 Uji toksisitas letal
Uji toksisitas letal merupakan uji yang dapat mematikan hewan uji
sebesar 50% selama waktu 96 jam atau menentukan nilai LC50-96 jam.
Nilai LC50-96 jam merupakan kadar zat toksik yang mampu
menyebabkan kematian hewan uji sebanyak 50% dalam kurun waktu
96 jam. Konsentrasi limbah batik yang diujikan pada uji ini berasal dari
hasil uji pendahuluan yang dilakukan analisis probit. Konsentrasinya
mulai dari 0%, 10%, 18%, 32%, 56%, dan 100%. Ikan yang digunakan
pada uji ini merupakan ikan berukuran kecil (4,5 – 6 cm). Jumlah unit
percobaan sebanyak 24 karena terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali
ulangan, pada masing-masing unit diisi dengan 10 ekor ikan sehingga
jumlah ikan keseluruhan yang digunakan adalah 240 ekor.
8
3.4 Uji toksisitas subletal
Uji toksisitas subletal konsentrasinya didapatkan dari hasil uji
toksisitas letal. Uji ini menggunakan ikan berukuran besar yaitu 12,5 –
14,8 cm. Jumlah unit percobaannya sebanyak 24 yang terdiri dari 4
perlakuan dan 6 kali ulangan. Hewan uji ditempatkan pada 24 unit
percobaan dengan jumlahnya masing-masing adalah 4 ekor ikan.
Jumlah ikan keseluruhan yang digunakan adalah 96 ekor ikan. Uji
toksisitas subletal dilaksanakan selama 48 jam, setelah itu dapat
dilakukan pengambilan darah ikan.
3.5 Pengambilan Darah Ikan Nila
Ikan Nila dipersiapkan terlebih dahulu. Darah diambil melalui
organ jantung menggunkan spuit injeksi berukuran 1 mL kemudian
dimasukkan ke dalam vacutainer tube berukuran 3 mL yang
mengandung EDTA. Darah yang telah ditampung kemudian dipipetkan
ke dalam tabung eppendorf untuk dilakukan disentrifuge dengan
kecepatan 6000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan serumnya.
Serum akan terlihat pada bagian atas tabung yang biasa disebut sebagai
supernatan dengan warna jernih kekuningan. Serum yang telah
diperoleh dipindahkan ke eppendorf baru agar tidak tercampur dengan
endapan atau debris di bagian bawah tabung.
3.6 Pengukuran Kadar SOD
Disiapkan 2 buah tabung reaksi untuk blanko dan standar seta
tabung reaksi sesuai jumlah sampel. Pada tabung reaksi ditambah
reagen xantin oksidase sebanyak 100 µl, dan larutan buffer SOD
sebanyak 1000 µl, untuk tabung sampel ditambahkan sampel serum
sebanyak 20 µl. Pada tabung standar tidak ditambahkan sampel tetapi
ditambahkan larutan standar SOD sebanyak 20 µl, sedangkan pada
tabung blanko tidak perlu ditambahkan larutan standar maupun sampel
serum. Semua bahan tersebut dihomogenkan dengan menggunakan
vortex, jika sudah homogen larutannya dapat langsung dibaca
absorbansi dengan spektrofotometer panjang gelombang 520 nm. Hasil
yang didapatkan kemudian dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
9
Rumus 3.1 Nilai aktivitas SOD adalah sebagai berikut :
Aktivitas SOD = Absorbansi Sampel x 30,65 Unit/mL
Absorbansi Standar
4. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil perhitungan sebelumnya
merupakan data yang akan dianalisis dengan uji ANOVA. Data tersebut
digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh paparan limbah batik
terhadap kadar SOD (Superoksida Dismutase) pada ikan Nila. Analisis
dengan ANOVA ini menggunakan taraf kepercayaan 95% dan tingkat
kesalahan 5%.
C. Diagram Alir Penelitian
Persiapan ember & alat
aerasi serta bahan limbah
batik cair
Aklimasi ikan selama 7 hari
Uji pendahuluan dengan konsentrasi 0,01% v/v, 0,1% v/v, 1% v/v,
10% v/v, dan 100% v/v
Uji toksisitas letal dengan konsentrasi 0% v/v, 10% v/v, 18% v/v,
32% v/v, 56% v/v, 100% v/v
Uji toksisitas subletal dengan konsentrasi 0% v/v, 17% v/v, 34% v/v,
51% v/v
Pengambilan darah ikan Nila dari jantung dengan menggunakan spuit
injeksi 1 mL
Sampel darah disentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm selama 10
menit agar diperoleh serum
Sampel serum 20 µl dihomogenkan dengan 1000 µl larutan buffer
SOD dan 100 µl reagen xantin oksidase
Spektrofometri pada panjang gelombang 520 nm
Analisis data dengan uji ANOVA
Penurunan aktivitas SOD akibat paparan limbah batik
10
IV.
JADWAL PENELITIAN
Tabel 4.1. Jadwal Penelitian
Bulan ke- (2018-2019)
Kegiatan
Pengunggahan Outline
Penyusunan Proposal Penelitian
1. Pembuatan Proposal Penelitian
2. Seminar Proposal Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Alat dan Bahan
2. Penelitian di Lapangan
3. Penyusunan Hasil Penelitian
Analisis Data
4. Penyusunan Laporan Penelitian
Seminar Hasil
10
dan
11
11
12
1
2 3 4 5 6 7
DAFTAR REFERENSI
Adiningtyas, F. S., 2018. Pengaruh Konsentrasi Garam Red B terhadap Kualitas
Hasil Pewarnaan pada Batik Kulit Kayu Jomok menggunakan Zat Warna
Naphtol. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Carman, O., & Sucipto, A., 2009. Panen nila 2,5 bulan. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.
Desianna, I., Putri, C. A., Yulianti, I., & Sujarwata., 2017. Selulosa Kulit Jagung
Sebagai Adsorben Logam Chromium (Cr) pada Limbah Cair Batik. Unnes
physics journal, 6(1), pp. 19-24.
Dewi, N. K., 2018. Efek Paparan Logam Berat terhadap Kadar Malondialdehid
dan Aktivitas Katalase Ikan Mas dan Ikan Nila di Sungai Kaligarang.
Jurnal Mipa, 41(2), pp. 69-75.
Endrinaldi., 2009. Logam-Logam Berat Pencemar Lingkungan dan Efek Terhadap
Manusia. Jurnal kesehatan masyarakat, 4(1), pp. 42-46.
Fadri, S., Muchlisin, Z. A., & Sugito., 2016. Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup
dan Daya Cerna Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Mengandung
Tepung Daun Jaloh (Salixtetrasperma roxb) dengan Penambahan Probiotik
EM-4. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, 1(2),
pp. 210-221.
Gitawati, R., 1995. Radikal Bebas: Sifat Dan Peranan Dalam Menimbulkan
Kerusakan Atau Kematian Sel. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 102, pp.
33-36.
Hendrata, S., 2004. Pemanfaatan Ikan Nila sebagai Bioindikator untuk Menilai
Efektivitas Kinerja Ipal Rumah Sakit Pupuk Kaltim, Bontang, Tesis,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Herawati, D., Santoso, S. D., & Amalina, I., 2018. Kondisi Optimum AdsorpsiFluidisasi Zat Warna Limbah Tekstil menggunakan Adsorben Jantung
Pisang. Jurnal Sainhealth, 2(1), pp. 1-7.
Lasut, M. T., 2002. Metallothionein: Suatu Parameter Kunci yang Penting dalam
Penetapan Baku Mutu Air Laut (BMAL) Indonesia. Ekoton, 2(1), pp. 6168.
Mardliyah, N., 2017. Uji aktivitas Antiokidan Ekstrak Air Sarang Burung Wallet
(Collocalia fuciphaga Thunberg.) terhadap Aktivitas Enzim Superokida
Dismutase (SOD) pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley, Skripsi.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Mates, J. M., Gomez C. P., & Castro., 1999. Antioxidant enzyme and human
disease. Clin biochem, 32(8), pp. 595-603.
12
Prastuti, B., & Sunarti. Pengendalian Superoksida Dismutase (SOD) dan Nitrit
Oksida (NO) pada Penderita Dmt2 dengan Emping Garut (Maranta
arundinacea Linn) sebagai Makanan Selingan. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 8(3), pp. 118-125.
Putra, I. P. R., 2014. Penurunan Kadar Superoksida Dismutase Lensa Berhubungan
Dengan Peningkatan Derajat Kekeruhan Lensa pada Katarak Senilis. Tesis.
Bali: Universitas Udayana.
Randox Laboratories., 2009. Manual Procedure RanSOD. Crumlin, Co Antrim,
United Kingdom: Randox Laboratories Ltd.
Retnaningsih, C., Darmono, Widianarko, B., & Muis, S. F., 2013. Peningkatan
Aktivitas Antioksidan Superoksida Dismutase pada Tikus Hiperglikemia
Dengan Asupan Tempe Koro Bengkuk (Mucuna pruriens L.). Agritech,
33(2), pp. 154-161.
Sumardjo, D., 2009. Pengntar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran Dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Wardani, R. W. K., Ellyke, Nimgrum, P. T., 2014. Kandungan Krom pada Limbah
Cair Batik dan Air Sumur di Sekitar Indutri Batik UD Bintang Timur
(Studi Kasus di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten
Jember). Artikel Ilmiah. Jember: Universitas Jember.
Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Poteni dan Aplikasinya
Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Yulaipi, S., & Aunurohim., 2013. Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan
Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis
Mossambicus). Jurnal Sains Dan Seni Pomitts, 2(2), pp. 166-170.
13
Lampiran 1. Spesifikasi alat dan bahan
No.
1.
Nama alat
Ember
Merek/tipe
-
Kegunaan
Tempat pemeliharaan
hewan uji
2.
Aerator
LP 40
3.
Selang aerasi
-
Memproduksi udara
untuk disalurkan ke
dalam air
Menyalurkan udara dari
aerator ke ember
4.
Batu aerasi
-
Pemberat selang aerasi
5.
Spektrofotometer
UV-VIS
Shimadzu
Membaca nilai
absorbansi larutan
6.
Mikropipet
Boeco
Memindahkan cairan
dengan volume tertentu
7.
Tip
-
Bagian pada mikropipet
yang menampung
cairan
8.
Tabung reaksi
Pyrex
Menampung larutan
9.
Vacutainer tube
EDTA
Becton
Dickinson
Menampung darah agar
tidak beku
10.
Sentrifugator
Digisystem
Memisahkan natan
dengan supernatan
11.
Vortex
IKA
Menghomogenkan
larutan
12.
Kuvet
Wadah penampung
larutan saat
spektrofotometri
14
Tempat
Stasiun Percobaan D3
PSDP Fakultas
Biologi Unsoed
Stasiun Percobaan D3
PSDP Fakultas
Biologi Unsoed
Stasiun Percobaan D3
PSDP Fakultas
Biologi Unsoed
Stasiun Percobaan D3
PSDP Fakultas
Biologi Unsoed
Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan
Fakultas Biologi
Unsoed
Laboratorium
Ekotoksikologi
Fakultas Biologi
Unsoed
Laboratorium
Fisiologi Hewan
Fakultas Biologi
Unsoed
Laboratorium
Ekotoksikologi
Fakultas Biologi
Unsoed
Laboratorium
Ekotoksikologi
Fakultas Biologi
Unsoed
Laboratorium
Ekotoksikologi
Fakultas Biologi
Unsoed
Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan
Fakuktas Biologi
Unsoed
Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan
Fakultas Biologi
Unsoed
Lampiran 1. (Lanjutan)
No
Nama alat
13.
Tabung
Eppendorf
-
Menampung larutan
saat sentrifugasi darah
14.
15.
Spuit injeksi
Gelas ukur
Terumo
-
16.
Jaring ikan
-
Mengambil darah ikan
Menampung larutan
sesuai volume tertentu
Menangkap ikan
17.
Penggaris
-
18.
Timbangan
analitik
CHQ CO.,
LTD
19.
Millimeter blok
-
No.
1.
Merk/Tipe
Kegunaan
Tempat
Mengukur panjang
wadah
Mengukur bobot ikan
Mengukur panjang ikan
2.
Nama Bahan
Ikan nila (Oreochromis
niloticus)
Limbah batik
3.
4.
Pakan
Permanganas kalicus (PK)
Naphtol, Asg,
Caustik soda
Protein 33%
Cito
5.
Larutan buffer SOD
-
6.
Larutan standar SOD
-
7.
Xantin oksidase
-
Laboratorium
Fisiologi Hewan
Fakultas Biologi
Unsoed
Stasiun Percobaan D3
PSDP Fakultas
Biologi Unsoed
Laboratorium
Fisiologi Hewan
Fakultas Biologi
Unsoed
Stasiun Percobaan D3
PSDP Fakultas
Biologi Unsoed
Spesifikasi
-
Kegunaan
Sebagai hewan uji
Sebagai media perlakuan
15
Sebagai sumber makanan
Sebagai bahan sterilisasi
wadah
Menjaga kestabilan pH enzim
SOD
Menentukan nilai standar
absorbansi
Reagen yang bereaksi dengan
SOD
Download