INDEKS DEMOKRASI ASIA: KASUS INDONESIA 2014 Desember 2014 The Consortium for Asian Democracy Index Pengantar (1) 2 Riset Indeks Demokrasi Asia tahun 2014 Ini merupakan survey yang keempat tentang demokratisasi di Indonesia, yang dimulai sejak 2011. Untuk Indonesia PUSKAPOL UI, bersama dengan Demos, merupakan bagian dari Konsorsium Indeks Demokrasi Asia (CADI) yang terdiri dari beberapa lembaga riset dan peneliti lepas dari beberapa negara Asia: Korea Selatan, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Taiwan, dan Jepang. Pengantar (2) 3 Indeks Demokrasi Asia merupakan upaya menjelaskan proses demokratisasi di negara-negara paska-otoriter di Asia. Para inisiatornya beranggapan bahwa penyusunan indeks arus besar seperti yang dilakukan oleh lembaga seperti Freedom House dan the Economist Intelligence Unit tidak dapat secara akurat memotret perkembangan demokrasi di negara-negara tersebut. Indeks-indeks arus besar cenderung abai terhadap pengalaman berada di bawah kekuasaan otoriter selama puluhan tahun dan cenderung berkonsentrasi pada dinamika politik yang institusional, formal dan prosedural. Indeks Demokrasi Asia menawarkan metode pengukuran indeks yang lebih rinci dengan menggunakan konsep demonopolisasi di tiga ranah (politik, ekonomi, dan masyarakat sipil). Konsep ini memampukan pengukuran terhadap dinamika relasi kuasa yang membentuk dinamika politik institusional, formal dan prosedural. Konteks Politik 4 Hasil Pemilu Legislatif 2014 menunjukkan perubahan konstelasi politik: pemenang berganti dari PD ke PDIP, tetapi tidak ada kekuatan mayoritas dalam parlemen. Suara PDIP sebagai pemenang adalah yang terendah selama Reformasi. Ikatan antara partai dengan pemilih semakin melemah, hal ini nampak pada perolehan suara pemenang pemilu yang terus menurun sejak 1999 hingga 2014 (33% PDIP 1999, 22% Golkar 2004, 21% PD 2009, 19% PDIP 2014) Basis keterpilihan anggota legislatif didominasi oleh politik oligarki baik di tingkat nasional maupun lokal. Persaingan pilpres menghasilkan polarisasi dua blok politik. Hal ini berdampak pada meningkatnya intensitas diskusi politik di ruang publik, dan politisasi partisipasi warga dan pendidikan politik. Konteks Ekonomi 5 Kebijakan ekonomi semakin pro-pasar ditandai dengan keberpihakan negara pada korporasi*. Konflik sumber daya antara korporasi dan warga meningkat, yang antara lain disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Daerah dalam memberikan izin usaha. Data HuMa 2013 menunjukkan 232 konflik sumber daya alam yang melibatkan petani, 69% di antaranya dengan korporasi (swasta), 13% dengan Perhutani, 9% dengan taman nasional, 3% dengan pemerintah daerah. Tingkat kesenjangan pendapatan antara masyarakat miskin dan kaya (Gini Ratio) pada 2014 diperkirakan sebesar 0,42 (BPS), naik sedikit dari 2013 (0,41). Ini berarti ada peningkatan jumlah penduduk miskin, distribusi pendapatan yang semakin timpang dan semakin terkonsentrasinya penguasaan aset pada segelintir elit. Konteks Masyarakat Sipil 6 Munculnya bentuk-bentuk baru partisipasi politik warga dalam lingkup elektoral (pemilu) yang diarahkan untuk mendukung kandidat dalam pemilu (Pilkada DKI, Pilpres 2014) Polarisasi dua kandidat dalam pilpres mendorong masyarakat sipil mengekspresikan pilihan politik secara terbuka dan lebih “politis” (lebih terlibat dan lebih peduli). METODOLOGI 7 Pengembangan Indeks demokrasi Asia didasari oleh pendefinisian kembali demokrasi dengan menjadikan pemaknaan transisi demokrasi sebagai demonopolisasi yang terjadi atas proses dan institusi dalam dimensi politik, ekonomi, maupun masyarakat sipil. Dalam upaya mengukur demokrasi (baca: demonopolisasi) ada 2 prinsip utama yang diperlakukan sebagai variabel, yaitu (1) Liberalisasi dan (2) Ekualisasi. Skor indeks didapatkan dari penilaian ahli melalui wawancara tatap muka. KONSEP DASAR 8 • Otonomi Liberalisasi • Kompetisi Ekualisasi • Keberagaman • Solidaritas Konsep dan Variabel 9 Liberalisasi, sejauh mana sektor-sektor yang berbeda memperoleh independensi dan otonomi dari kekuatan politik otoriter lama dan kemudian dapat menetapkan kepentingan mereka sendiri. Hal ini sangat tergantung pada sejauh mana monopoli kekuatan lama terdisintegrasi. Variabel Liberalisasi diukur dari 2 sub variabel yaitu Otonomi dan Kompetisi Ekualisasi, proses sejauh mana kelompok minoritas atau pun subaltern secara substansial dapat memiliki akses pada sumber daya di berbagai sektor dan dapat menikmati kesetaraan dalam mengakses sumber daya dan kekuasaan. Ekualisasi dengan demikian adalah sebuah proses transformasi kekuasaan di setiap bidang yaitu politik, ekonomi maupun masyarakat sipil. Variabel Equalisasi diukur dari 2 sub variabel yaitu Pluralisasi dan Solidaritas Operasionalisasi Konsep 10 Konsep Ranah (Dimensi) Prinsip (variabel) Sub Variabel Indikator Liberalisasi Politik Equalisasi Liberalisasi Demokrasi (demonopolisasi) Ekonomi Equalisasi Liberalisasi Masyarakat Sipil Equalisasi Liberalisasi -Otonomi -Kompetisi Equalisasi -Pluralisasi -Solidaritas 57 Indikator INDIKATOR Dimensi Politik 11 (19 Indikator) LIBERALISASI Otonomi Kompetisi EKUALISASI Pluralisasi Solidaritas bebas dari kekerasan aparat Bebas menggunakan hak check and balance antar pilih pemilu instansi pemerintah jaminan partisipasi politik warga negara Kebebasan sipil efektivitas kebijakan eksekutif perimbangan kekuasaan di parlemen affirmative action di parlemen pengaruh kelompok informal dalam politik representasi kelompokkelompok sosial di parlemen kepercayaan publik pada pemerintah rule of law lembaga negara yang demokratis kepercayaan publik pada parlemen Kebebasan berkumpul, berorganisasi, dan beraktivitas Bebas beroposisi pemilu adil transparansi parlemen, eksekutif, yudikatif kepercayaan publik pada demokrasi INDIKATOR Dimensi Ekonomi (20 Indikator) 12 LIBERALISASI Otonomi EKUALISASI Kompetisi Otonomi Kompetisi pengaruh elit politik terhadap perusahaan swasta jaminan hak pekerja transparansi perusahaan besar monopoli kelompok tertentu perlindungan orang miskin tingkat keadilan dari aktivitas ekonomi kesenjangan ekonomi antar wilayah asuransi / jaminan sosial pekerja anak upaya penrintah dlm melindungi hak pekerja disparitas pendapatan keteroraganisiran serikat pekerja kesenjangan aset pengaruh politik serikat pekerja Ketidaksetaraan dan diskriminasi dlm pasar tenaga kerja kesenjangan ekonomi antar wilayah tingkat partisipasi serikat pekerja independensi pemerintah seberapa baik dari modal asing perusahaan swasta melindungi hak pekerja pengaruh elit politik terhadap perusahaan swasta disparitas pendapatan monitoring dan pengawasan masyarakat thdp perusahaan kesadaran publik menangani kesenjangan ekonomi INDIKATOR Dimensi Masyarakat Sipil 13 (18 Indikator) LIBERALISASI Otonomi Kompetisi EKUALISASI Pluralisasi Solidaritas bebas dari intervensi pemerintah toleransi di masyarakat objektivitas media dalam tindakan affirmative untuk pemberitaan kelompok marginal bebas dari kontrol pemerintah pengaruh lsm/ormas kepada masyarkat partisipasi aktif masy akses terhadap informasi terhadap LSM /ormas keberadaan LSM pengaruh pasar terhadap menjawab kebutuhan masyarakat publik kebutuhan dasar rakyat terpenuhi layanan terhadap kelompok rentan dan minoritas tingkat pembangunan manusia akses terhadap kegiatan dan fasilitas kebudayaan tingkat akuntabilitas dan distribusi kekuasaan di demokrasi lsm/ormas masyarakat keragaman LSM menjawab kebutuhan masyrakat pengaruh LSM / Ormas dalam pembuatan keputusan pemerintah Kerangka Sampel 14 1. 2. 3. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap 27 orang responden ahli menggunakan Instrumen pengukuran berupa kuesioner dengan pertanyaan semi-tertutup Proses pemilihan 27 orang ahli didasarkan pada purposive sampling yang berbasis pada penentuan kategori dan kriteria tertentu untuk merepresentasikan spektrum ideologi, posisi, dan peran di masyarakat. Terdapat 3 hal yang dipertimbangkan dalam penentuan responden Area atau bidang keahlian / keterlibatan (Politik, Ekonomi, dan Masyarakat Sipil) Peran di masyarakat (akademisi, praktisi, dan pengambil kebijakan) Posisi ideologis responden ahli Kategori Sampel 15 Politik Ekonomi Masyarakat Sipil Praktisi Pro-Demokrasi Moderat Anti-Demokrasi Pro-Negara Moderat Liberal Pro-Pluralisme Moderat Anti-Pluralisme Pembuat Kebijakan Pro-Demokrasi Moderat Anti-Demokrasi Pro-Negara Moderat Liberal Pro-Pluralisme Moderat Anti-Pluralisme Akademisi Pro-Demokrasi Moderat Anti-Demokrasi Pro-Negara Moderat Liberal Pro-Pluralisme Moderat Anti-Pluralisme TEMUAN RISET INDEKS DEMOKRASI ASIA 2012 Skor Indeks Demokrasi Indonesia Tahun 2014 17 Tahun TOTAL NILAI INDEKS Liberalisasi Ekualisasi otonomi kompetisi keberagaman solidaritas 5,79 2014 5,75 4,82 5,82 4,71 TOTAL 5,42 5,47 18 1. 2. 3. Skor Indeks Demokrasi Indonesia pada tahun 2014 adalah 5.42. Terjadi kenaikan sebesar 0,45, walaupun tidak signifikan, dibandingkan dengan Indeks pada tahun 2013 (4.97). Dari dua variabel pembentuknya, liberalisasi lebih tinggi (5,79) daripada ekualisasi (4,82). Skor liberalisasi menunjukkan struktur dan kekuatan otoritarian masih bertahan dalam sistem demokrasi Indonesia di tiga ranah. Ini diperburuk dengan masih rendahnya skor ekualisasi yang menunjukkan sempitnya akses warga negara pada sumber daya politik, ekonomi dan sosial. 19 3. 4. Liberalisasi yang paling baik ada pada ranah Politik (6,80) diikuti oleh Masyarakat Sipil (5,32) dan Ekonomi (5,02). Ekualisasi paling baik ada di ranah Politik (6,63). Diikuti masyarakat sipil (4,88) dan ekonomi (4,00) Indeks Demokrasi Indonesia Stagnan 20 Indeks 2014 : 5,42 Indeks 2013: 4,97 Indeks 2012: 5,32 Indeks 2011: 4,99 SKOR INDEKS POLITIK 2014 21 Liberalisasi Ekualisasi 6,80 6,63 6,72 Otonomi Kompetisi Pluralisasi Solidaritas 7.64 6.24 7.00 6.34 Skor Indeks Politik tahun: 2011: 5,50 2012: 6,16 2013: 5,48 TOTAL Indeks Politik 2014 22 1. 2. 3. Skor indeks politik 2014 sebesar 6,72. Skor ini tertinggi dibandingkan skor tahun-tahun sebelumnya. Skor tersebut menunjukkan ranah politik cenderung mengalami demonopolisasi yang diindikasikan oleh: Persaingan antar partai ketat (dalam pileg, PD turun ke urutan ke-4). Perolehan suara tiga besar pemenang Pemilu 2014 ketat: PDIP 18,95%; Golkar 14,75%; Gerindra 11,81%. Persaingan antar elit oligarkis semakin ketat sehingga monopoli kekuasaan politik mendapatkan tantangan. Partisipasi politik warga meningkat dalam momen elektoral. SKOR INDEKS EKONOMI 2014 23 Liberalisasi Ekualisasi 5,02 4,00 4,41 Otonomi Kompetisi Pluralisasi Solidaritas 4,94 5,09 2,88 4,80 Skor Indeks Ekonomi tahun: 2011: 4,24 2012: 4,26 2013: 4,49 TOTAL Indeks Ekonomi 2014 24 1. 2. 3. Skor indeks ekonomi sebesar 4,41. Dibandingkan skor 2013 terjadi penurunan sebesar 0,08. Skor tersebut menunjukkan bertahannya struktur ekonomi yang monopolistik dan rendahnya pluralisasi dalam ranah ekonomi, yang diindikasikan oleh: Monopoli aset Kesenjangan pendapatan antarkelompok dan antarwilayah Ketidaksetaraan dan diskriminasi dalam pasar tenaga kerja. SKOR INDEKS MASYARAKAT SIPIL 2014 25 Liberalisasi Ekualisasi 5,32 4,88 5,15 Otonomi Kompetisi Pluralisasi Solidaritas 4,90 5,83 4,50 5,38 Skor Indeks Ekonomi tahun: 2011: 5,09 2012: 5,43 2013: 5,03 TOTAL Indeks Masyarakat Sipil 2014 26 Skor indeks masyarakat sipil sebesar 5,15, naik 0,12 dari skor 2013. Namun secara keseluruhan (sejak 2011 sampai 2014) skor di ranah masyarakat sipil mengalami stagnasi. Tren liberalisasi masyarakat sipil lebih tinggi dibandingkan ekualisasi. Artinya, terjadi sedikit peningkatan otonomi masyarakat sipil dalam hal kebebasan sipil. Namun, tantangan berupa intervensi Pemerintah terhadap organisasi masyarakat tetap mengancam (UU Ormas No. 17/2013). Sementara derajat toleransi antar kelompok dan perlindungan negara terhadap kelompok marjinal, melemah (terjadi penurunan signifikan skor Kompetisi dari 2011 ke 2014). 27 Terima kasih…