1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONSEP PROSES FISIOLOGIS TUMBUHAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DI SMP Siti Fatimah1 ; M. Arief Soendjoto2, dan H. Muhammad Zaini3 Abstract This research is the research of development. The product is learning instruments. The study aims to: 1) Produce a product was developed using the ASSURE model with guided-inquiry learning model. 2) Analyze the expedience of science’s learning instruments that was developed reviewed from the expedience of syllaby, lesson plan, teaching materials, student worksheets, validity of assessment sheets, and legibility of teaching materials, 3) to describe the consummation of lesson plan, 4) describe the teachers’ activities, the obstacles and solutions during the learning process held, 5) describe the students’ learning outcomes reviewed from students’ activities, the exhaustiveness of learning outcomes, critical thinking skills and students respons toward the learning process. This research was conducted at SMP 3 South Daha, and SMP 2 Angkinang, South Hulu Sungai regency. The results of this study are: 1) Produce a product was developed using the ASSURE model with guided-inquiry learning model. 2) expedience of science’s learning instruments that was developed reviewed from the expedience of syllaby, lesson plans, teaching materials, students worksheets, and assessment sheets reviewed from its feasible components to concept physiological plant proces with guided-inquiry learning model on students’ critical thinking skills is generally expedience and well used for learning, 3) the consummation of lesson plan is categorized as good, 4) the teachers activities are categorized as good, 5) the students’ learning outcomes used the development of learning instruments reviewed from; the activities of students are categorized as good, learning outcomes increased of cognitive products and critical thinking skills, and the students respons to the teaching materials, student worksheets and learning process generally agree. Keywords: Physiological plant, critical thinking, guided inquiry, ASSURE model, the development of instruments. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Kemendikbud (2013) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran aktifmencari. Pembelajaran peserta didik aktif-mencari didukung dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan sains. Pembelajaran pendekatan sains terintegrasi pada pendekatan metode ilmiah. Model pembelajaran pendekatan ilmiah sudah 1 Alumni S2 Pendidikan Biologi PPs Unlam Dosen S2 Pend. Biologi 3 Dosen S1 dan S2 Pend. Biologi Unlam 2 2 banyak dikembangkan, variasi dan contohnya cukup banyak seperti; model pembelajaran berdasarkan masalah, pemecahan masalah dan inkuiri (Rustaman, 2011). Pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Daha Selatan hanya menggunakan model pembelajaran yang tidak membawa peserta didik ke arah pembelajaran pendekatan sains, artinya guru dalam pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang tidak membawa peserta didik pada pengalaman belajar yang aktif-mencari. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) hanya diambil dari buku-buku yang masih kurang sesuai dengan Standar Isi dan Standar Proses Pendidikan Dasar, sehingga pembelajaran pada konsep Proses Fisiologis Tumbuhan dianggap kurang menarik dan sulit oleh peserta didik, ini terlihat dari rata-rata hasil belajar peserta didik kurang dari KKM yang sudah ditetapkan yaitu enam puluh lima (65). Rata-rata peserta didik hanya mampu menyelesaikan soal hafalan pengetahuan, sedangkan aspek proses dan unjuk kerja tidak terlatih sehingga keterampilan berpikir kritis peserta didik juga tidak terlatih untuk menyelesaikan soal-soal analisis yang berkaitan dengan menyelesaikan masalah. Adapun aspek afektif (sikap) peserta didik juga belum sepenuhnya berkembang dalam pembelajaran karena guru terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga kemampuan peserta didik untuk menyampaikan pendapat juga kurang terlatih. Hal tersebut sesuai dengan hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMMS) yang menyatakan siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains (Kompas, 14 Desember 2012). Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran IPA di sekolah merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilakukan. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan hasil belajar peserta didik dan dapat melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik. Oleh sebab itu seorang guru harus mampu mengembangkan perangkat pembelajaran. Perangkat Pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan guru dan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mengajar meliputi; silabus, RPP, Buku Peserta didik, LKS dilengkapi kit, Lembar Penilaian 3 yang sudah dianggap valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan efisien (Sutrisno, 2011). Menurut Trianto (2007) perangkat pembelajaran yang didesain dengan baik dan benar akan mampu membawa peserta didik pada pengalaman belajar yang berlangsung efektif dan efisien. Artinya, dalam setiap perangkat yang dikembangkan harus memuat kegiatan-kegiatan yang mencerminkan proses bagaimana peserta didik memahami atau memperoleh produk ilmiah. Hal ini sesuai dengan Kemendikbud (2013) yang menyatakan untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), maka perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperkuat pendekatan ilmiah dan keterampilan berpikir adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Amri (2010) menyatakan inkuiri terbimbing adalah kegiatan penemuan yang masalahnya dikemukakan guru kemudian peserta didik bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dengan bimbingan guru secara intensif. Model ini membiasakan peserta didik untuk produktif, analitis, dan kritis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bilgin (2009) bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing efektif berpengaruh positif terhadap keberhasilan akademik peserta didik dan mengembangkan keterampilan proses ilmiah serta sikap ilmiah mereka. Didukung Praptiwi, dkk. (2012) yang menyatakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja peserta didik. Berdasarkan kondisi di lapangan yang dijelaskan di atas, maka permasalahan yang timbul antara lain; 1) Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing ditinjau dari aspek kelayakan silabus, RPP, bahan ajar, validitas lembar penilaian (LP), dan keterbacaan LKPD yang dikembangkan? 2) Bagaimana keterlaksanaan rencana pembelajaran selama pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 3) Bagaimana aktivitas guru dan kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran IPA? 4) Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah melakukan pembelajaran IPA ditinjau dari aspek; aktivitas peserta didik selama proses 4 pembelajaran, pengukuran ketuntasan hasil belajar, keterampilan berpikir kritis, dan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran. METODE Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (Research and Development). Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model ASSURE dan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik SMP. Penelitian dilakukan pada dua (2) sekolah yaitu: 1) SMPN 3 Daha Selatan untuk uji keterbacaan LKPD dan bahan ajar, dan ujicoba kelompok kecil. 2) SMPN 2 Angkinang untuk ujicoba lapangan. Subjeknya adalah peserta didik kelas VIII Tahun Pelajaran 2013/2014, dengan asumsi bahwa peserta didik di kedua sekolah ini memiliki kemampuan hasil belajar yang sama. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran sebagai berikut; Menyusun perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang terdiri dari silabus, RPP, LKPD, LP dan materi pembelajaran. Untuk mengetahui instrumen penelitian ini layak digunakan atau tidak, dilakukan validasi oleh pakar yang kompeten. Agar dapat melihat penerapan secara aktual di lapangan Uji coba ini terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu; 1) Uji perseorangan; Keterbacaan LKPD dan bahan ajar, dilakukan kepada enam (6) orang peserta didik kelas VIII SMPN 3 Daha Selatan. Proses uji keterbacaan ini dilakukan peserta didik menggunakan instrumen keterbacaan LKPD dan bahan ajar. 2) Ujicoba kelompok terbatas; uji coba kepada sembilan (9) orang mahasiswa Program Studi Magister Biologi angkatan 2012 Pascasarjana Unlam. Proses uji coba ini diamati dengan menggunakan lembar keterlaksaan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah dikembangkan. 3) Ujicoba kelompok kecil kepada peserta didik kelas VIII SMPN 3 Daha Selatan sebanyak 12 orang. Proses uji coba ini diamati menggunakan lembar keterlaksaan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah dikembangkan, aktivitas guru, aktivitas peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung. Akhir proses uji coba dilakukan respon peserta didik terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. 4) Uji coba lapangan; Uji 5 coba lapangan dilakukan di SMPN 2 Angkinang kelas VIII B dan VIII C sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol adalah kelas VIII A. Uji coba lapangan dilakukan menggunakan desain eksperimen pretest-postest control group design. Sebelum menggunakan perangkat pembelajaran hasil pengembangan di kelas eksperimen terlebih dahulu dilakukan tes hasil belajar (tes awal) begitu juga dengan kelas kontrol. Setelah pemberian perlakuan selesai pada KE dan KK, dilaksanakan tes akhir. Ujicoba ini produk ini untuk melihat kemampuan produk dalam meningkatkan hasil belajar, keterampilan berpikir kritis (diperoleh dari data laporan LKPD yang sudah dilaksanakan peserta didik dengan menggunakan rubrik penilaian LKPD. Skor reratanya dianalisis dengan kategori: baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (<40%) (Arikunto, 2010), Uji statistik yang digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif produk dan proses secara signifikansi peningkatannya dilakukan dengan teknik analisis kovarian (Anacova), sedangkan keterlaksanaan RPP, aktivitas guru, aktivitas peserta didik dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman kepada peserta didik SMP, terdiri dari; silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar (BA), Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD), dan Lembar Penilaian (LP). Hasil validasi ahli menunjukkan bahwa produk sudah memenuhi kriteria dan layak untuk diujicobakan. Hasil analisis pengamatan keterlaksanaan RPP, aktivitas guru dan aktivitas peserta didik pada ujicoba RPP terbatas, ujicoba kelompok kecil, dan ujicoba lapangan berkategori semakin meningkat hal ini menunjukkan bahwa guru sudah mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan disajikan pada Gambar 1. 6 4 3.5 3 2.5 2 Keterlaksanaan RPP 1.5 Aktivitas guru 1 Aktivitas peserta didik 0.5 0 Ujicoba kelompok terbatas Ujicoba kelompok kecil Ujicoba Lapangan Gambar 1 Diagram data hasil pengamatan ujicoba kelompok terbatas, ujicoba kelompok kecil, dan ujicoba lapangan. Analisis kovarian ketuntasan hasil belajar kognitif produk menunjukkan nilai F lebih besar dari probabilitas (F = 48,64: P = 0,0001), yang berarti hasil belajar produk kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif produk kelas eksperimen. Analisis kovarian hasil belajar kognitif proses pada pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai F lebih besar dari probabilitas (F = 62,37: P = 0,0001), yang berarti hasil belajar konitif proses kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif proses kelas eksperimen. Hasil analisis penilaian keterampilan proses (keterampilan berpikir kritis) peserta didik seperti Tabel 1. Penilaian keterampilan proses seperti Tabel 1 rata-rata berkategori baik. Hasil analisis penilaian keterampilan proses (keterampilan berpikir kritis) peserta didik pembelajaran inkuiri terbimbing dengan rincian tugas kinerja dimulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis (mengajukan jawaban sementara) merumuskan data (mengumpulkan data percobaan), menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan secara umum berkategori baik. Hal ini tidak lepas dari peran guru dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik saat proses 7 Tabel 1 Data Hasil Penilaian Keterampilan Proses Aspek yang dinilai Merumuskan Merumuskan MengumMengMenyimNilai Kategori masalah hipotesis pulkan data analisis pulkan Agus. S Baik 100 58 92 83 78 82 Aulina Baik 64 97 83 81 75 80 Baik 67 97 75 78 72 Dewi. L 78 Baik Elpa. M 75 97 78 78 75 81 Elsa . F Baik 100 64 75 78 72 78 Baik Ernawati 86 94 72 81 78 82 Febry. A Baik 100 75 75 83 67 80 Baik 100 58 81 72 69 Fikri 76 Baik Gina 100 94 81 81 78 87 Baik Harry. K 83 97 83 81 78 84 Herry Baik 100 69 86 83 75 83 Baik Hidayatul 86 92 72 81 67 79 Idris Baik 100 72 72 83 75 81 Baik Kartika 100 67 83 78 72 80 Lisa .E Baik 100 92 78 81 67 83 Lisda Baik 100 72 78 78 69 79 Baik 67 97 75 81 75 Lusi. Y 79 M. Alwi Baik 100 75 78 81 78 82 M. Bastari Baik 100 83 86 83 72 85 M. Deddy Baik 100 97 92 75 75 88 Sedang M. Doni 89 67 69 78 69 74 Baik 78 97 81 94 78 M. Fikry 86 Baik M. Hari 89 78 72 81 72 78 M. Hendra Sedang 67 78 75 75 69 73 Baik M. Hifzi 89 75 78 81 72 79 Baik 78 94 75 97 75 M. Salman 84 Baik 100 67 78 78 75 M. Vendy 79 M. Wahyu Baik 100 58 92 75 75 80 M. Zidni Sedang 58 89 75 78 75 75 Baik 67 97 75 81 75 Majid 79 Mini. A Baik 100 69 81 89 75 83 Mufidatul. Baik 58 94 78 75 75 76 Baik 67 94 75 78 72 Mulya. H 77 Nelly. A Baik 100 97 75 78 69 84 Nisa Baik 100 69 78 81 75 81 Nor Liana Baik 78 78 78 78 75 77 Baik Norhasana 100 94 81 81 69 85 Novi. A Baik 78 78 75 78 75 77 Baik 89 94 86 89 72 Novita 86 Baik 100 92 86 92 69 Noviyanti 88 Baik Rajikul 83 89 75 78 72 79 Rika.Ni Baik 100 89 83 97 72 88 Baik 100 83 83 94 72 Rina. M 87 Saiful Baik 83 97 83 75 67 81 Baik Tri. M 100 97 75 83 67 84 Trie. F Baik 100 83 86 86 69 85 Ulfah. N Baik 100 75 78 75 69 79 Baik 100 75 81 78 72 Widia 81 Baik Rata-rata 89 83 79 81 73 81 Keterangan: Baik (76-100%); Sedang (56-75%); Kurang (40-55%); Buruk (<40%) (Arikunto, 2010) Nama 8 pembelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran inkuiri terbimbing dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Pembelajaran berbasis inkuiri yang dipadukan dengan metode eksperimen merangsang siswa untuk aktif selama proses pembelajaran dan memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses sains. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Ali & Gigih (2011) menyatakan bahwa implementasi pembelajaran inkuiri dengan pemberian umpan balik terhadap jurnal IPA dapat meningkatkan kemampuan unjuk kerja dan prestasi belajar siswa. Begitu juga menurut Kartikowati (2011) pendekatan pembelajaran penemuan (discovery) dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas, realistik dan menyenangkan, serta meningkatkan meningkatkan rasa percaya diri pada siswa dan melatih mengemukaan pendapatnya. Didukung Sutrisno (2010) yang menyatakan salah satu komponen yang harus ada dalam suatu pembelajaran keterampilan termasuk keterampilan berpikir kritis, adalah latihan terbimbing. Latihan terbimbing memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan keterampilannya dengan bimbingan guru. Respon peserta didik terhadap materi ajar, bahan ajar, LKPD, model pembelajaran, proses pembelajaran, dan keterampilan berpikir kritis rata-rata sangat setuju dengan penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Respon tersebut menunjukkan bahwa komponen perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikembangkan dan cara guru melaksanakan proses pembelajaran untuk melatih keterampilan berpikir kritis tergolong baru bagi peserta didik. SIMPULAN 1) Dihasilkan produk perangkat pembelajaran melalui proses pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikembangkan menurut model ASSURE. 2) Penilaian kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari komponen silabus, keterlaksanaan RPP, komponen Bahan Ajar, keterbacaan LKPD dan validitas LP pada konsep Proses Fisiologis Tumbuhan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik secara umum valid dan baik digunakan untuk pembelajaran. 3) Keterlaksanaan rencana pembelajaran pada proses pembelajaran IPA selama kegiatan belajar mengajar terhadap perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing berkategori 9 “baik”. 4) Aktivitas guru pada proses pembelajaran IPA selama kegiatan belajar mengajar terhadap perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing berkategori “baik”. 5) Hasil belajar kognitif peserta didik setelah melakukan pembelajaran IPA dengan menggunakan pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap aktivitas peserta didik, hasil belajar, keterampilan berpikir kritis peserta didik dan respon peserta didik “sangat setuju” terhadap penggunaan bahan ajar, LKPD dan proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Ali, T dan Gigih. P, 2011. Implementasi Pembelajaran Inkuiri dengan Pemberian Umpan Balik Terhadap Jurnal Belajar untuk Meningkatkan Kemampuan Unjuk Kerja dan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 5 Probolinggo. Tesis. Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan IPA SMP. Program Pascasarjana UNM. (Online, diakses 15 Juni 2011). Amri, S. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas .Jakarta: Prestasi Pustakaraya Kartikowati, T. 2011. Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Fisika dengan Pendekatan Pembelajaran Penemuan (Discovery) pada Siswa Kelas VIII-2 SMPN 3 Tulungagung. Tesis. Program Studi Pendidikan dasar Konsentrasi Pendidikan IPA SMP, Program Pascasarjana, Unversitas Negeri Malang. (Online, diakses 15 Juni 2011). Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud. Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs IPA. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kompas.com. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. (http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434, diakses 14 Desember 2012). Praptiwi, L, Sarwi, dan Handayani, L. 2012. “Efektivitas Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Unjuk Kerja Siswa SMP RSBI”. Unnes Science Education Journal. (2): 87-95. Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Rustaman, N. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran MIPA. Disampaikan Dalam Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online) 10 Sutrisno, 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.