ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PARKINSON By: Lilis Maghfuroh, S.Kep.Ns.M.Kes. STIKES Muhammadiyah Lamongan Idiopatik, faktor predisposisi : virus, toksik , genetik Dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum Kehilangan kelola dari substansia nigra Globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal Impuls globus polidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis Kerusakan kontrol gerakan volunter yang memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan otomatis Aliran darah serebral regional menurun Manifestasi psikiatrik Perubahan kepribadian, psikosis, demensia & konfusi akut Gangguan N.III, IV, VI Gangguan konstruksi otot – otot bola mata Gangguan konvergensi Pandangan Kabur Kognitif dan persepsi * Kerusakan komunikasi verbal * Perubahan proses pikir * Koping individu tidak efektif Manifestasi otonom Berkeringat, kulit berminyak, sering dematitis, rasa lelah berlebihan & otot terasa nyeri, hipotensi postural, penurunan kemampuan batuk efektif Gangguan Tremor N.VIII G3 ritmik N.IX, bradikenesa X Rigiditas Perubahan deserebrasi wajah & sikap tubuh Perubahan gaya Gangguan berjalan, citra diri kekakuan Kesulitan dalam menelan beraktifitas Hambatan mobilitas fisik Intoleransi aktifitas Nutrisi kurang dari kebutuhan Perubahan persepsi sensori visual * Resti bersihan jalan nafas tidak efektif * Resiko penurunan perfusi perifer * Nyeri otot * Gangguan pemenuhan ADL Penurunan aktivitas fisik umum Resiko konstipasi Gangguan eliminasi alvi Pemeriksaan Penunjang 1. Mengukur tekanan Darah : Tekanan darah di ukur dalam keadaan berbaring, Menilai respon dalam stress ringan, mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional. 2. CT Scan 3. EEG PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien : Nama, Usia : terjadi pada umur 40 - 60 tahun, Jenis Kelamin : dapat terjadi pada wanita dan Laki – Laki, Alamat, pekerjaan 2. Riwayat Kesehatan: a. Keluhan utama Biasanya pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit untuk berjalan. b. Riwayat Penyakit Sekarang sulit melakukan aktifitas sehari-hari , tidak bisa menelan, terjadi tremor dan penurunan ketajaman penglihatan c. Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan pada pasien dan keluarga apakah pasien pernah menderita penyakit yang menyerang saraf pusat seperti ensefalitis dan meningitis d. Riwayat Penyakit Keluarga Biasanya keluarga pasien ada yang mengalami penyakit seperti pasien Pemeriksaan Fisik (Head to toe) a. Keadaan umum : klien lemah. b. Kesadaran : composmentis c. Tanda vital : S : Normal (36,50- 37,50C)C; N : Bradikardi (60-100 x/ menit); RR : Takipneu (18-24x/ menit),TD : 130/85mmHg d. Kepala : biasanya mesosepal, rambut hitam, bersih, biasanya adanya nyeri kepala, e. Mata : anemis, ikterik tidak ada , reflek pupil terhadap cahaya ada, f. Hidung : biasanya ada pernapasan Cuping hidung,tidak ada secret dan epitaksis g. Telinga : biasanya tidak ada serumen, bentuk simetris h. Leher : Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid i. Dada inspeksi : biasanya bentuk dada normal, pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada otot bantu pernafasan,tidak ada nyeri pada dada, tidak ada pembesaran jantung, pengembangan paru kanan – kiri simetris. Palpasi :pada jantung tidak teraba ictus cordis, Perkusi : bunyi jantung pekak, bunyi paru – paru sonor seluruh lapang pandang. Auskultasi :biasanya tidak ada suara bising atau gallop dan pernafasan vesikuler. j. Abdomen : Inspeksi :biasanya abdomen tampak rata, tidak ada pembesaran Auskultasi : Bising usus menurun (5-12x/menit) Palpasi :biasanya ada pengerasan pada regio kiri bawah, Perkusi :hypertimpani k. Genetalia : Inspeksi :biasanya tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran genetalia Ekstremitas : terjadi kekakuan dan kelemahan karena penyakitnya dan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. ROS (Review Of System) 1. B1 (Breathing) a. Sistem pernafasan meningkat ( normal : 1824 x/mnt ) b. Palpasi taktil premitus seimbang kanan dan kiri c. Perkusi resonan pada seluruh lapangan paru d. Auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan 2. B2 (Blood) Nadi meningkat ( normal : 60-100x/mnt), tekanan darah meningkat ( normal : 110/70 – 120/80 mmHg), tidak terdengar bunyi jantung tambahan 3. B3 (Brain ) Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistemlainnya. 4. B4 ( Bladder ) Berkurangnya volume pengeluaran urin berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. 5. B5 ( Bowel ) Pemenuhan Nutrisi menurun dikarenakan disfagia. 6. B6 ( Bone ) Ada penurunan aktifitas disebabkan karena ada penurunan kekuatan otot. Pengkajian saraf kranial 1. Saraf I : tidak ada kelainan pada fungsi penciuman 2. Saraf II: tes ketajaman penglihatan turun 3. Saraf III,IV,VI : Gangguan konstruksi otot – otot bola mata. 4. Saraf V : Terjadi kekakuan pada wajah, wajah seperti topeng 5. Saraf VII : terjadi penurunan rasa pada lidah 6. Saraf VIII : tidak ada tuli konduksi dan tuli persepsi 7. Saraf IX danX :paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara,mengunyah dan menelan. 8. Saraf XI : tidak ada atrofi sterno kleidomastoideus dan trapezius, kemampuan mobilisasi leher baik 9. Saraf XII : Lidah simetris, indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada dua pertiga lidah sisi kelumpuhan kurang tajam. Diagnosa keperawatan 1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan 3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik umum. 4. Perubahan presepsi sensorik visual berhubungan dengan pandangan kabur. 5. Perubahan proses pikir berhububgan dengan perubahan kepribadian psikosis dimensia dan konfusi akut 6. Resti bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan batuk efektif 7. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan status mental sekunder terhadap peny. Parkinson 8. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskular 9. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kemunduran fisik(bradikenesia, rigiditas) 10. Koping keluarga tak efektif b/d kesulitan menangani kemunduran fisik dan mental Perencanaan Keperawatan 1. Dx 1 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan otot Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam pasien mampu melakukan aktifitas fisik sesuai kemampuannya Kriteria hasil: K : Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan. A : Pasien mengatakan tidak terjadi kekakuan saat beraktivitas P : Pasien melakukan aktifitas sehari – hari dengan sendiri sesuai kemampuanya. P : Pasien pada saat beraktifitas tidak mengalami kekakuan,dan kelemahan otot ,Kekuatan Otat : mengalami peningkatan atau normal Intervensi Rasional 1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan 1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan. 2. lakukan program latihan 2. Dengan mengikuti latihan meningkatkan kekuatan otot. peningkatan kekuatan otot mencegah terjadinya kontraktur sendi dan otot. 3. Meningkatkan sirkulasi dan elasitas 3. Anjurkan mandi hangat dan masase kulit dan menurunkan risiko otot. terjadinya ekskoriasi kulit 4. Mempertahankan mobilisasi dan 4. Bantu klien melakukan latihan fungsi sendi / posisi normal ROM,perawatan diri sesuai toleransi ekstermitas dan mencegah terjadinya vena yang statis. 5. Kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik 5. Membantu dalam peningkatan fungsi sendi dan meningkatkan kekuatan otot. 2. Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kesulitan menelan Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil: K: Pasien mengetahui cara meningkatkan nafsu makan. A : Pasien tidak malas untuk makan. P : Pasien menghabiskan makanan porsi makan yang diberikan. P : BB seimbang ,Hb (12-14g/dl), Albumin (45,2 g/dl) klien tidak nampak lemas. Intervensi 1. kaji kemampuan mengunyah, menelan pada keadaan teratur 2. auskultasi bising usus, evaluasi adanya distensi abdomen 3. catat makanan yang disukai/tidak disukai oleh pasien dan termasuk dalam pilhan diet yang dikehendakinya. Berikan makanan setengah padat/cair 4. anjurkan orang terdekat untuk ikut berpartisipasi pada waktu makan seperti memberi makan atau membawa makanan kesukaan pasien dari rumah. 5. timbang berat badan setiap hari kolaborasi: 6. berikan diet tinggki kalori atau protein nabati 7. pasang/pertahankan NGT berikan makanan enteral/parenteral Rasional 1. kelemahan otot dan reflek yang hipoaktif dapat mengindikasikan kebutuhan akan metode alternatif misalnya melalui selang NGT 2. perubahan fungsi lambung sering terjadi sebagai akibat dari paralisis/ mobilisasi 3. meningkatkan rasa kontrol dan mungkin juga dapat menigkatkan usaha untuk makan. Makanan lunak atau cair menurunkan resiko terjadinya aspirasi 4. memberikan waktu bersosialisasi yang dapat meningkatkan jumlah masukan makanan pada pasien 5. mengkaji kefektifan aturan diet 6. makanan suplementasi dapat meningkatkan pemasukan nutrisi 7. untuk pemasukan makanan 3. Dx 3 : Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik umum Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam diharapkan pola defekasi klien bisa normal kembali Kriteria hasil: K : pasien mengetahui cara mengatasi kesulitan BAB A : pasien mengatakan BAB normal kembali P : pasien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi kesulitan BAB. P : Bising usus normal 5-12 x/mnt, feses normal, tidak teraba massa pada kuadran kiri bawah. Intervensi 1. auskultasi bising usus, catak adanya atau tidak adanya atau perubahan bising usus 2. catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses 3. anjurkan pasien untuk pemasukan cairan yang lebih banyak miimal 2000ml/hari termasuk sari buah 4. lakukan latihan defekasi secara teratur Kolaborasi 5. berikan obat laksatif,pelembek feses sesuai kebutuhan 6. berikan selang rectal, supositoria, dan enem jika diperlukan Rasional 1. penurunan atau hilangnya bising usus merupakan indikasi ileus paralitik yang berarti hilangnya motilitas usus 2. mengidentifikasi derajat gangguan/disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan 3. meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah 4. kemampuan mengontrol pengeluaran feses penting untuk kemandirian fisik pasien dan penerimaan sosial 5. melembekkan feses, meningkatkan fungsi defekasi sesuai kebiasaan, menurunkan ketegangan 6. mungkin perlu untuk menghilangkan distensi abdomen, meningkatkan kebiasaan defekasi yang normal TERIMA KASIHH