POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 ISSN : 1858-3709 MODEL DINAMIKA INFEKSI VIRUS DALAM TUBUH TANPA RESPON IMUN Dynamics model of virus infection in body without immune respond Roni Tri Putra1) & Andi Susanto2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang, Kampus Unand Limau Manis Padang, 25163. Email : [email protected] 2) Jurusan Tadris Matematika, FT IAIN Imam Bonjol Padang, Email : [email protected] ABSTRACT In this paper studied about dynamics model of virus infection in body without immune respond, by defining basic infection reproductive number . If obtained disease free equilibrium points, and if obtained disease free equilibrium points and endemic equilibrium points. Behaviour of local stability in disease free equilibrium points with , and also endemic equilibrium points with is also given. Keywords : Basic infection reproductive number, equilibrium points, local stability. PENDAHULUAN Matematika merupakan alat yang digunakan hampir seluruh bidang ilmu pengetahuan, untuk menyelesaikan permasalahan secara numerik maupun sebagai alat yang digunakan untuk menjelaskan fenomena alam di sekitar manusia. Salah satu penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan adalah epidemiologi. Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari bagaimana terjadinya epidemi dalam suatu populasi makhluk hidup. Dengan menggunakan pemodelan matematika yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu, diharapkan dari model yang disusun dapat menjelaskan fenomena dan mengambil tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi epidemi. Salah satu kajian epidemiologi adalah tentang dinamika perkembangan virus dalam tubuh suatu individu, yang pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya epidemi dalam suatu populasi makhluk hidup. Virus adalah mikroorganisme parasit intraselular obligat yang membutuhkan sel-sel inang untuk bereproduksi atau memperbanyak diri. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk hidup. Hal ini disebabkan virus tidak memiliki perlengkapan metabolik sendiri, virus juga tidak dapat membangkitkan energi atau mensintesis protein. Dengan mengambil informasi genetis yang dimiliki oleh sel-sel inangnya virus dapat mengambil alih sistem pembangkit energi dan pembuat protein sel inangnya. Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karakteristik khasnya ini membuat virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influensa dan HIV, HBV), pada hewan (misalnya virus flu burung), atau pada tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV). Dari berbagai literatur belum banyak yang mengkaji dinamika perkembangan virus dalam tubuh makhluk hidup secara matematis. Tujuan dari tulisan ini adalah membahas model matematika yang mengambarkan dinamika infeksi virus dalam tubuh tanpa respon imun dan perilaku kestabilannya. Pemodelan matematika tentang infeksi virus pada awalnya dinamakan model dasar infeksi virus (Basic Virus Infection Model/BVIM) 31 POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 dan mengasumsikan penularan virus didasarkan pada insidensi aksi massa (Action Mass Incidence). BVIM secara luas digunakan dalam mempelajari dinamika infeksi virus. [Nowak, 1996]. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memahami dinamika perkembangan virus dalam tubuh makhluk hidup yang menyebabkan suatu penyakit, dan juga untuk mengetahui dinamika penyakit yang disebabkan virus dan belum ditemukan obatnya. Pemodelan matematika dengan menggunakan sistem persamaan diferensial nonlinear hampir tak dapat dihindarkan, terutama untuk mengambarkan laju perubahan yang dipengaruhi waktu. Diberikan sistem persamaan diferensial nonlinear (1) x& = f (x ) dengan x ∈ E ⊂ R n dan f : E ⊂ R n → R n fungsi kontinu pada E . Sistem (1) disebut juga sistem autonomus karena secara eksplisit tidak bergantung waktu. [Perko, 1991] Berikut diberikan definisi tentang penyelesaian sistem (1) dan ketunggalan penyelesaiannya. Definisi 1 Diberikan , dengan E himpunan terbuka dan , i = 1,2,..., n . Dengan C1(E) merupakan himpunan semua fungsi diferensiabel kontinu pada E. Vektor x (t ) disebut penyelesaian Sistem (1) pada interval terbuka I jika x (t ) diferensiabel pada I dan x& = f ( x (t )) untuk setiap t ∈ I , x (t ) ∈ E . Teorema 1 Diberikan E ⊂ R n , E himpunan terbuka. Jika , i = 1,2,..., n dan x0 ∈ E , maka terdapat a > 0 sehingga masalah nilai awal x& = f ( x (t )) dengan x(0) = x0 mempunyai penyelesaian tunggal x (t ) pada interval [− a, a]. Perilaku penyelesaian dapat di pelajari di titik equilibrium dengan Linearisasi. ISSN : 1858-3709 Linearisasi adalah menghampiri persamaan differensial nonlinear dengan persamaan differensial linear. Definisi 2 Titik disebut titik equilibrium Sistem (1) jika . Definisi 3 Diberikan fungsi T f = ( f1 , f 2 ,..., f n ) pada Sistem (1) dengan , i = 1,2,..., n . Matriks ∂f∂1x( x ) ∂f∂1x( x ) L ∂f∂1x( x ) n ∂f 2 (1x ) ∂f 2 (2x ) ∂f 2 ( x ) L ∂x 2 ∂x n J ( f ( x ) ) = ∂x1 (2) M M O M ∂f n ( x ) ∂f n ( x ) L ∂f∂nx(nx ) ∂x1 ∂x 2 dinamakan matriks Jacobian dari f di titik x. Definisi 4 Diberikan matriks Jacobian J ( f (x)) pada Persamaan (2). Sistem persamaan diferensial linear (3) disebut linearisasi Sistem (1) di sekitar titik equilibrium . Sistem (3) dapat digunakan mempelajari kestabilan sistem (1) jika titik equilibrium hiperbolik. Berikut diberikan definisi titik equilibrium hiperbolik. Definisi 5 Titik ekuilibrium disebut titik equilibrium hiperbolik dari Sistem (3) jika yang tidak ada nilai eigen dari mempunyai bagian real nol. Salah satu perilaku penyelesaian sistem (3) yang menarik dipelajari adalah perilaku kestabilan di titik equilibrium berikut diberikan teorema kestabilan titik equilibrium. Teorema 2 Diberikan matriks Jacobian dari Sistem (3) dengan nilai eigen λ. a. Jika semua bagian real nilai eigen matriks berharga negatif, maka titik equilibrium dari Sistem (3) stabil asimtotik lokal. b. Jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matriks yang bagian realnya positif, maka titik ekuilibrium dari Sistem (3) tidak stabil. Sifat kestabilan sistem (3) hampir sepenuhnya bergantung dari nilai eigen, 32 POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 tapi mencari nilai eigen bukanlah mudah, berikut diberikan cara menentukan tanda nilai eigen dengan memanfaatkan koefisien persamaan karakteristiknya. Definisi 6 Diberikan , adalah matriks Hurwitz dari polinomial a0 λn + a1λn−1 + a 2 λn − 2 + ... + a n = 0 . Definisi 7 Determinan matriks Hurwitz tingkat ke-k adalah a 1 ∆1 = a1 , ∆ 2 = 1 , a3 a2 a1 ∆3 = a3 a5 1 a2 a4 0 a1 ,... a3 , ∆ n = a n ∆ n−1 . Teorema 3 Pembuat nol dari polinomial a0 λn + a1λn−1 + a 2 λn − 2 + ... + a n = 0 mempun yai bagian real negatif jika dan hanya jika semua determinan tingkat ke-k dari matriks H bernilai positif. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur dengan mempelajari bukubuku persamaan diferensial dan jurnaljurnal yang membahas tentang dinamika perkembangan virus. Rujukan utama penelitian ini adalah tulisan Nowak dan May, berjudul “Viral Dynamics”. Prosedur penelitian sebagai berikut setelah menetapkan variabel, parameter dan asumsi-asumsi model dinamika infeksi virus dalam tubuh tanpa respon imun dibentuk yang dikenal dengan Model Dasar Infeksi Virus (Basic Virus infection Model/BVIM). Selanjutnya dengan mendefinisikan Basic Infection ISSN : 1858-3709 Reproductive number . Jika diperoleh titik equilibrium bebas diperoleh titik equilibrium virus dan bebas virus dan titik equilibrium endemik. Pada BVIM diasumsi penularan virus berdasarkan insidensi aksi massa (Action Mass Incidence). Selanjutnya dengan menemukan titik equilibrium dipelajari perilaku kestabilan di titik equilibrium. HASIL Diberikan suatu siklus yang menggambarkan dinamika virus, yang menginfeksi dan menyebar dalam suatu populasi sel tertentu dalam tubuh individu. Misalkan populasi sel dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas sel rentan, kelas sel terinfeksi dan kelas virus bebas yang akan menginfeksi populasi sel tersebut. Kepadatan sel rentan, sel terinfeksi dan virus bebas dipengaruhi oleh waktu. Misalkan x(t), y(t), v(t) berturut-turut menyatakan kepadatan sel rentan, sel terinfeksi dan virus bebas dalam waktu t. Andaikan dengan cara-cara tertentu suatu virus masuk ke dalam tubuh individu, kemudian menginfeksi organ tertentu individu tersebut. Virus ini akan menginfeksi sel rentan kemudian memanfaatkan sel tersebut sebagai media perkembangbiakan. Sel yang telah terinfeksi ini kemudian berkembangbiak menghasilkan virus baru dan selanjutnya akan menginfeksi sel rentan yang lain. Untuk memodelkan dinamika virus tersebut diberikan asumsi-asumsi berikut : 1. Populasi berdistribusi homogen, artinya setiap sel mempunyai kemungkinan yang sama untuk melakukan kontak dengan sel lainnya dalam populasi. 2. Suatu sel rentan x akan terinfeksi dengan laju sebesar β jika terjadi kontak dengan virus v. 3. Jika sel sudah terinfeksi, maka sel akan tetap berada pada kelas y dan akhirnya mati. 4. Masing-masing sel rentan, sel terinfeksi dan virus bebas mengalami kematian alami dengan laju berturut-turut sebesar d, µ, a. 33 POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 5. Virus bebas berkembangbiak dari sel yang telah terinfeksi dengan laju sebesar k. 6. Kepadatan sel rentan bertambah dengan laju konstan sebesar λ. 7. Diasumsikan respon imunitas dalam tubuh tidak bekerja atau tidak ada. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas maka dinamika perkembangan virus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1. Dinamika virus dalam sel tubuh. Berdasarkan Gambar 1. di atas diketahui bahwa sel rentan diproduksi konstan sebesar λ, kemudian mati dengan laju dx serta terinfeksi oleh suatu virus v dengan laju , maka kepadatan sel yang rentan tersebut akan berubah mengikuti persamaan berikut (4) Sel yang telah terinfeksi oleh virus ini akan berproduksi dengan laju sebesar dan mati dengan laju sebesar ay, maka kepadatan sel yang terinfeksi ini akan berubah mengikuti persamaan berikut (5) Selanjutnya virus v yang berhasil menginfeksi sel rentan akan menggunakan sel tersebut sebagai media perkembangbiakan, sel ini selanjutnya akan menghasilkan virus baru dengan laju sebesar kemudian mati dengan laju sebesar , maka kepadatan virus bebas ini akan berubah mengikuti persamaan berikut : (6) ISSN : 1858-3709 Berdasarkan uraian di atas jika diberikan syarat awal maka dapat disusun Sistem persamaan : (7a) (7b) (7c) PEMBAHASAN Eksistensi dan Ketunggalan Solusi Model Dinamika Infeksi Virus Dalam Tubuh Tanpa Respon Imun. Selanjutnya akan ditunjukkan eksistensi dan ketunggalan solusi dari Sistem (7) melalui teorema berikut: Teorema 4 Sistem (7) mempunyai solusi tunggal. Bukti Pada ruas kanan dari Sistem (7) didefinisikan: (8) (i) Akan dibuktikan bahwa fungsi-fungsi pada (8) kontinu pada R 3 . a. Fungsi Misalkan: dengan, , , . Fungsi f1 kontinu pada R 3 jika fungsi g1 , g 2 , dan g3 kontinu pada R3 . (1) Fungsi adalah fungsi konstan, sehingga fungsi tersebut kontinu pada R 3 . (2) Fungsi . Diambil sebarang . Diberikan bilangan ε > 0 sebarang. 34 POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 Dipilih Bukti untuk fungsi f 2 dan f 3 analog dengan a. Jadi, terbukti bahwa fungsifungsi pada (8) kontinu pada R 3 . (ii) Akan dibuktikan bahwa fungsi-fungsi pada (8) diferensiabel kontinu pada R3 . a. Fungsi , sehingga untuk setiap ISSN : 1858-3709 dengan Berlaku Turunan parsial fungsi terhadap x, y, dan v adalah , (9) Jadi, fungsi g 2 kontinu pada R 3 . (3) Fungsi , Diambil sebarang . Diberikan bilangan ε > 0 sebarang. Akan dibuktikan terdapat δ > 0 sehingga untuk setiap dengan berlaku Untuk setiap , jika maka diperoleh , Sehingga diperoleh . Akibatnya , dan , f1 Turunan parsial fungsi terhadap x dan v merupakan fungsi linear, sehingga kontinu, sedangkan turunan parsial fungsi f1 terhadap y merupakan fungsi konstan, sehingga kontinu. b. Turunan parsial fungsi f 2 dan f3 terhadap x, y, dan v merupakan fungsi kontinu, bukti analog dengan (ii) bagian a. Berdasarkan (i) dan (ii), maka fungsifungsi pada (8) kontinu dan diferensiabel kontinu pada R 3 . Dengan demikian, berdasarkan Teorema 1, Sistem (7) memiliki solusi tunggal. Titik Equilibrium Model Dinamika Infeksi Virus Dalam Tubuh Tanpa Respon Imun. (10) Pilih demikian, f1 . dari (10) Dengan diperoleh Jadi, fungsi g3 kontinu pada R 3 . Karena fungsi g1 , g 2 , dan g3 kontinu pada R 3 , maka fungsi f1 kontinu pada R 3 . Titik Equilibrium Persamaan (7) terjadi jika (11a) (11b) (11c) Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan (11c) pada Persamaan (7c) diperoleh . (12) Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan (11b) dan mensubtitusi Persamaan (12) ke Persamaan (7b) diperoleh 35 POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 ISSN : 1858-3709 menggunakan Persamaan (11b) diperoleh atau (13) Persamaan (13) atau ini berlaku jika . Kasus I : Jika disubstitusikan ke Persamaan (7c) maka diperoleh . Ini berarti tidak ada virus yang menginfeksi sel, sehingga tidak terjadi penyebaran virus, atau bebas dari virus. Selanjutnya dengan mensubstitusi ke Persamaan (7a) diperoleh atau . Jadi diperoleh titik Equilibrium bebas virus yaitu Kasus II : Jika maka mensubstitusikan ke Persamaan (7a) dan menggunakan diperoleh dengan Persamaan (11a) atau (15) Jika maka dari Persamaan (15) diperoleh atau ada sel yang terinfeksi sehingga terjadi penyebaran virus. Jadi diperoleh titik Equilibrium Endemik yaitu . Berdasarkan uraian di atas diperoleh titik Equilibrium untuk model dinamika infeksi virus dalam tubuh tanpa respon imun yaitu titik equilibrium bebas virus yang berarti bahwa tidak ada virus yang menginfeksi sel, dan titik Equilibrium endemik yang berarti terjadi penyebaran virus dengan adanya virus yang menginfeksi sel. Teorema 5 Diberikan dari model dinamika infeksi virus dalam tubuh tanpa respon imun, 1. Jika maka model dinamika infeksi virus dalam tubuh tanpa respon imun hanya mempunyai satu titik equilibrium yaitu titik Equilibrium bebas virus atau atau Misalkan . yang merupakan Basic Infection Reproductive Persamaan (7) maka menjadi Number sistem dapat ditulis (14) Jika maka dari Persamaan (14) diperoleh atau berarti ada virus yang menginfeksi sel. Selanjutnya dengan mensubstitusi Persamaan (14) ke Persamaan (7b) serta 2. Jika maka model dinamika infeksi virus dalam tubuh tanpa respon imun mempunyai dua titik Equilibrium yaitu titik Equilibrium bebas virus dan titik Equilibrium Endemik : 36 POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 Nilai R0 pada persamaan (14) merupakan rasio reproduksi dasar Sistem (7), yaitu rata-rata banyaknya sel terifeksi baru yang dihasilkan dari satu sel terinfeksi ketika hampir semua sel masih dalam keadaan tak terinfeksi. Jika R0 > 1 , maka setiap sel terinfeksi dapat menyebabkan rata-rata lebih dari satu sel terinfeksi baru, sehingga infeksi akan menyebar. Jika R0 < 1 , maka setiap sel terinfeksi menyebabkan rata-rata kurang dari satu sel terinfeksi baru, sehingga kepadatan virus tidak akan menyebar dan akhirnya punah. Kestabilan Titik Equilibrium Bebas Virus dan Endemik model dinamika infeksi virus dalam tubuh tanpa respon imun Selanjutnya dianalisis kestabilan lokal dan global masing-masing titik ekuilibrium dari Sistem (7). Teorema 6 Diberikan Ef, Ee dan R0 berturut-turut pada teorema 5. (i) Jika Ro < 1 , maka titik ekuilibrium Ef stabil asimtotik lokal. (ii) Jika Ro > 1 , maka titik ekuilibrium Ef tidak stabil dan Ee stabil asimtotik lokal. Bukti (i) Diketahui ⇔ ⇔ (16) Kestabilan lokal titik ekuilibrium bebas virus Ef diselidiki dengan mengevaluasi linearisasi dari Sistem (7) di titik tersebut. Sebelumnya ditentukan matriks Jacobian Ruas kanan Sistem (7) berturut-turut merupakan f 1 , f 2 , dan f 3 , sehingga ISSN : 1858-3709 (17) Jika titik ekuilibrium Ef dievaluasikan pada matriks J pada persamaan (17) diperoleh . diperoleh Dari matriks persamaan karakteristik sebagai berikut: Persamaan atau (18) (18) dipenuhi untuk , (19) sehingga diperoleh satu nilai eigen negatif. Dengan demikian, tinggal menentukan nilai eigen dari persamaan (19) yang merupakan persamaan karakteristik dari matriks Dari matriks tersebut dan berdasarkan (16) diperoleh tr (J1 ) = dan Akibatnya semua nilai eigen matriks J1 mempunyai bagian real negatif. Jadi, titik ekuilibrium Ef stabil asimtotik lokal. Selanjutnya akan diselidiki kestabilan lokal titik ekuilibrium endemik Ee. Jika titik Ee dievaluasikan pada matriks J pada persamaan (17), diperoleh diperoleh Dari matriks persamaan karakteristik sebagai berikut: 37 POLI REKAYASA Volume 7, Nomor 1, Oktober 2011 (20) Persamaan (20) dapat ditulis dalam bentuk λ3 + a1λ2 + a2λ + a3 = 0 , (21) dengan , , . (a). Karena λ, ∆1 = a1 > 0 . (b). Dari (21) diperoleh Karena ∆ 2 = a1a2 − a3 > 0 . , ,, sehingga sehingga (c). Dari pertidaksamaan (16), jelas a3 > 0 . Oleh karena itu ∆ 3 = a3 (a1a2 − a3 ) > 0 . Dari (a), (b), dan (c), serta berdasarkan Teorema 3, sehingga semua nilai eigen matriks mempunyai bagian real negatif. Jadi, titik ekuilibrium endemik stabil asimtotik lokal. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa Model Dinamika Infeksi Virus Dalam Tubuh Tanpa Respon Imun memiliki titik equilibrium bebas virus , dan yang stabil asimtotik lokal jika ISSN : 1858-3709 mempunyai titik equilibrium bebas virus yang tidak stabil serta titik equilibrium endemik yang stabil asimtotik lokal jika . SARAN Tulisan ini membahas kestabilan lokal dari titik equilibrium, untuk itu disarankan meneliti kestabilan globalnya dan simulasi numeriknya. DAFTAR PUSTAKA Arrowsmith, D.K., Place, C.M., 1992, Dynamical System Differential Equations, Maps and Chaotic Behaviour, Chapman & Hall, London. Brauer, F. and Castilo-Chavez, C., 2001, Mathematical Models in Population Biology and Epidemiology, SpringerVerlag, Inc., New York. Finizio, N. and Ladas, G., 1988, Persamaan Diferensial Biasa dengan Penerapan Modern, Alih Bahasa : Widiarti, S,. Erlangga, Jakarta. Kocak, H. dan Hole, J. K., 1991. Dynamic and Bifurcation, Springer – Verlag. New York. Luenberger, D. G., 1979, Introduction to Dynamical System Theory, Model and Application, John Willey & Son, Inc., Canada. Nowak, M. A. and May, R. M., 2000, Viral Dynamics. Oxford University Press, Inc., New York. Olsder, G. J, 1994, Mathematical System Theory, Delft University of Technology, Netherlands. Perko, L., 1991, Differential Equations and Dynamical System, Springer-Verlag, New York. Verhulst, F., 1990, Nonlinear Differential Equations and Dynamical System, Springer-Verlag, Germany. Wiggins, S., 1990, Introduction to Applied Nonlinear Dynamical System and Chaos, Springer-Verlag, New York. 38