BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para stake holder. Adapun tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh keuntungan (profit), meningkatkan nilai perusahaan dan untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kinerja yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Apa yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu tujuan perusahaan adalah bagaimana mencapai keuntungan sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kemampuan perusahaan untuk mencapai laba ini sering disebut dengan istilah Profitabilitas. Kemampuan perusahaan untuk mencapai laba ini merupakan bagian dari kinerja perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri (Van Horn dan Wachowiez, 1997:148-149). Pendapat lain menyebutkan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu indikator yang tercakup dalam informasi mengenai kinerja perusahaan jangka panjang. Kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan. Menurut Brigham dalam bukunya “Managerial Finance” mengemukakan profitabilitas sebagai berikut : “Profitability is the result of a large number of policies and decision”. Sartono (2001:119) mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva produktif maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Rasio profitabilitas terdiri atas Profit Margin, Basic Earning Power, Return On Assets, dan Return On Equity. 1 2 Tingkat profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis (business attractiveness) merupakan salah satu indikator penting dalam persaingan usaha, sedangkan indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha, seperti ROA, ROE dan NPM. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha, sehingga pada kondisi persaingan tersebut akan membuat rate of return cenderung mengarah pada keseimbangan (Gale, 1972). Daya tarik bisnis yang semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha sehingga laba abnormal lambat laun akan kembali menurun menuju laba normal. Return on Assets (ROA) dalam analisis manajemen keuangan, mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir, 2002:89). Semakin besar nilai ROA berarti suatu perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian total aktiva yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap harga saham, yaitu harga saham akan naik. Sunariyah (2004) menyatakan bahwa apabila perusahaan diperkirakan mempunyai prospek yang akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas dari ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan 3 bahwa selain memperhatikan efektivitas manajemen dalam mengelola investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan kinerja manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara, efektif untuk menciptakan laba bersih. Purnomo (1998) dalam Itan dan Syakhroza (2003) menyatakan bahwa harga saham memiliki kepekaan terhadap perubahan ROE. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya perusahaan pada peiode tertentu. Rasio ini membandingkan antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih. Kalau rasio ini semakin tinggi berarti menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Apabila rasio ini rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Menurut Dwi Pastowo (2005 : 97) rasio Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. Meraih profit yang diharapkan, maka efisiensi mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, tidak terkecuali perusahaan dagang dalam rangka menjaga kelangsungan usaha maupun meningkatkan daya saing. Secara umum kegiatan perdagangan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik, hal tersebut tercermin melalui peningkatan volume usaha, investasi dan peningkatan efisiensi investasi. Profitabilitas perusahan dapat dilihat dari penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode 4 atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2000:31) “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan.” Laporan keuangan yang telah dianalisis akan menjadi lebih berarti dan dapat dipahami atau dimengerti oleh berbagai pihak. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah dengan analisis rasio profitabilitas Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama analisis ini adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini sekaligus melihat apakah perusahaan dapat mencapai target laba yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. Leopold A. Bernstein, memberi defenisi analisis laporan keuangan sebagai berikut : ”Finacial statement analysis is the judgmental process that aims to evaluate the current and past financial positions and results of operation of an enterprise, with primary objective of determining the best possible estimates and predictions about future condition and performance”. Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan perusahaan dapat merencanakan dan mengambil mengetahui profitbailitas keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan. Perencanaan ke depan dengan cara menutupi kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang sudah dicapai dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperolehnya selama ini. Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam 5 memasukkan angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan metode dan teknik analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal dan informasi yang lebih tepat. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya. Ada beberapa teknik analisis antara lain teknik analisis ratio, analisis komparatif, analisis common size, analisis trend, analisis impas dan analisis perubahan laba kotor (Dwi Prastowo, 2008). Berbagai teknik analisis digunakan pada analisis laporan keuangan untuk menekankan pentingnya suatu data yang disajikan (secara relatif dan komparatif), dan untuk mengevaluasi posisi keuangan perusahaan. Tidak ada satupun teknik analisis yang terbaik, yang mampu mendukung semua temuan atau memenuhi semua kebutuhan pengguna. Berbagai informasi yang diperoleh dari berbagai teknik analisis harus dikombinasikan untuk menentukan posisi keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan juga merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan (judgment process). Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan pokok (turning point) pada trend, jumlah dan hubungan; dan alasan-alasan perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan tersebut seringkali merupakan tanda peringatan awal (early warning signal) terjadinya pergeseran menuju keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Proses penuh pertimbangan ini dapat ditingkatkan melalui pengalaman dan penggunaan alat-alat analisis. Penelitian ini dilakukan terhadap profitabilitas wajib pajak perdagangan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Barat. Profitabilitas wajib pajak ini diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan (Neraca & Laba Rugi) yang menjadi lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan PPh yang dilaporkan setiap tahun oleh wajib pajak. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Barat didominasi 6 oleh wajib pajak yang bergerak di sektor perdagangan, karena memang wilayah kerjanya adalah Kecamatan Denpasar Barat dan Denpasar Utara yang menjadi pusat perdagangan di kota Denpasar. Penelitian ini memilih rasio ROA, NPM dan ROE sebagai alat ukur profitabilitas yang nantinya akan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan asset, penjualan dan modal sendiri dan formula yang digunakan untuk mengukur profitabilitas yang ada kaitannya dengan laba bersih setelah pajak adalah ROA, NPM dan ROE. Perubahan yang terjadi dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan berkaitan dengan pengakuan penghasilan dan biaya yang ada pada laporan laba rugi, sehingga kalau ada perubahan ini otomatis akan mempengaruhi besar kecilnya laba rugi perusahaan. Penulis juga ingin mengetahui sejauh mana perubahan ini dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Pendapatan negara merupakan suatu hal yang sangat penting guna membiayai pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan. Pendapatan negara mempunyai berbagai macam sumber, baik dari sektor migas maupun non migas. Penerimaan dari sektor migas sangat besar, tetapi sektor migas tidak dapat kita andalkan sebagai sumber utama penerimaan secara terus menerus karena persediaan sumber daya migas dari waktu ke waktu semakin menipis, oleh karena itu pemerintah harus berusaha mengoptimalkan penerimaan dari sektor non migas. Salah satu cara mengoptimalkan penerimaan dari sektor non migas adalah penerimaan melalui sektor pajak karena pajak dapat dikatakan sebagai kunci bagi pembangunan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Langkah kebijakan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak kerap dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan dari sektor pajak. Langkah ekstensifikasi dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak atau menambah jumlah wajib pajak yang belum terjaring padahal mereka telah memenuhi persyaratan menjadi wajib pajak sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, sedangkan intensifikasi pajak dilakukan dengan tujuan 7 untuk mengefektifkan proses pemungutan pajak terhadap subyek serta obyek pajak yang sudah ada dan sudah dikenakan pajak sebelumnya. Sejak 1984, pemerintah terus melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan penerimaan pajak. Terobosan itu dimulai dengan Tax Reform terhadap aturan perundangundangan pajak sampai dengan berbagai jenis insentif pajak lainnya. Undang-undang perpajakan hasil Tax Reform akhir 1993 beserta perubahannya berupa perluasan dari obyek pajak dan kenaikan tarif yang dilakukan pada tahun 1988 dan 1991 telah menghasilkan peningkatan penerimaan pajak, bahkan melampaui rencana penerimaan yang telah ditetapkan dalam APBN tahunan. Reformasi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi perekonomian nasional dan mendorong peningkatan iklim investasi di Indonesia. Pada tahun 2008 reformasi pajak dilakukan dengan cara mencari obyek pajak yang potensial dalam rangka menghimpun dana dan mendorong pemulihan perekonomian. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan mengenakan tarif berbeda pada wajib pajak perorangan dan wajib pajak badan, disamping itu untuk wajib pajak badan, lapisan pajak yang dikenakan berbeda. Diharapkan dengan tarif yang baru ini maka wajib pajak badan dapat lebih diuntungkan sehingga penerimaan dari wajib pajak badan lebih meningkat (Radianto, 2004). Ikhsan (2001) menyatakan bahwa pajak itu haruslah bersifat netral dan adil, juga tidak dibenarkan apabila membuat aturan perpajakan secara secara tiba-tiba, karena pajak pada dasarnya sangat sensitif bagi masyarakat. Bagi perusahaan, pajak berdampak terhadap laba setelah pajak (earning after tax/EAT) dan pada akhirnya akan berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak ini sangat tergantung pada perolehan laba selama satu tahun pajak. Perolehan laba (profitabilitas) wajib pajak semakin besar (tinggi) berarti 8 pembayaran pajak akan semakin besar, sehingga kontribusi kepada pendapatan negara juga semakin besar. Schroeder and Clark (1998) menyatakan “In the international framework, the objectives of accounting for income tax are to recognize the amount of taxes payable or refundable for the current year and to recognize the future tax consequences of temporary differences as well as net operating losses and unused tax credits”. Artinya bahwa tujuan akuntansi untuk pajak penghasilan adalah untuk mengetahui jumlah pajak terutang atau pajak lebih bayar untuk tahun berjalan dan untuk mengetahui perbedaan sementara konsekuensi pajak di masa yang akan datang dan rugi operasi dan kredit pajak yang tidak digunakan. Profitabilitas perusahaan yang akan diukur merupakan profitabilitas dengan dan tanpa UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Pajak Penghasilan ini telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan semakin pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi diberbagai bidang. Perubahan ini dilakukan guna meningkatkan fungsi dan peranannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi. Perubahan ini dilakukan untuk merangsang investasi dan meningkatkan efisiensi perusahaan. Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan tetap berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitu keadilan, kemudahan dan efisiensi administrasi, serta peningkatan dan optimalisasi penerimaan negara dengan tetap mempertahankan sistem self assessment. Berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan, berikut ini merupakan tujuan yakni : - Dalam rangka meningkatkan keadilan pengenaan pajak maka dilakukan perluasan subjek dan objek pajak dalam hal-hal tertentu dan pembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya - Dalam rangka meningkatkan daya saing dengan negara-negara lain, mengedepankan prinsip keadilan dan netralitas dalam penerapan tarif, dan memberikan dorongan bagi berkembangnya usaha-usaha 9 kecil, struktur tarif pajak yang berlaku juga perlu diubah dan disederhanakan yang meliputi penurunan tarif secara bertahap, terencana, pembedaan tarif, serta penyederhanaan lapisan yang dimaksudkan untuk memberikan beban pajak yang lebih proporsional bagi tiap-tiap golongan wajip pajak tersebut; dan - Untuk lebih memberikan kemudahan kepada wajib pajak, sistem self assessment tetap dipertahankan dan diperbaiki. Perbaikan terutama dilakukan pada sistem pelaporan dan tatacara pembayaran pajak dalam tahun berjalan agar tidak mengganggu likuiditas wajib pajak dan lebih sesuai dengan perkiraan pajak yang akan terutang. Perubahan Undang-Undang Pajak penghasilan ini memberikan dampak yang positif kepada perusahaan sebagai wajib pajak karena adanya stimulus yang memberikan kemudahan baik dalam penghitungan, penyetoran dan pelaporannya. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan investasi di Indonesia. Kalau investasi meningkat maka otomatis penerimaan negara dari sektor pajak akan meningkat pula. Adanya stimulus fiskal ini diharapkan profitabilitas perusahaan akan semakin meningkat dan kalau profitabilitas menigkat maka pembayaran pajak juga akan mengalami peningkatan. Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan ini akan meningkatkan profitabilitas perusahaan yang nantinya akan meningkatkan nilai (value) perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan dapat diukur melalui analisa atas laporan keuangan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Penelitian ini akan dititik beratkan pada analisis rasio profitabilitas, dengan tujuan sejauh mana perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Ada beberapa perubahan yang dapat berakibat langsung pada tinggi rendahnya laba bersih setelah pajak antara lain adalah perubahan tarif pajak, perluasan biaya sebagai pengurang penghasilan bruto dan perluasan penghasilan yang merupakan objek pajak. Perubahan ini dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan karena dilihat dari penggunaan tariff tunggal terutama bagi perusahaan yang memiliki 10 penghasilan kena pajak di atas Rp. 100 juta, namun perubahan ini dapat memperkecil jumlah pajak terhutang per perusahaan apabila menerapkan biaya-biaya fiscal yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Jumlah pajak terhutang kecil per perusahaan bukan berarti penerimaan pajak menjadi turun karena dari perubahan Undang-Undang ini diharapkan wajib pajak akan meningkat kepatuhannya baik secara formal maupun material dan jumlah wajib pajak akan semakin bertambah secara nasional. Profitabilitas perusahaan meningkat yang diakibatkan laba yang meningkat maka jumlah pajak yang harus dibayar juga semakin tinggi. Kalau pajak yang dibayar tinggi maka akan memberi kontribusi pada pendapatan negara. Rasio Profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ratio Return On Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM). Pemilihan rasio ini karena dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini adalah rasio yang membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah penjualan, asset yang dimiliki, modal sendiri. Artinya berapa persen laba yang diperoleh perusahaan bila diukur dari jumlah penjualan, modal sendiri dan aset yang dimiliki. Penelitian empiris tentang Undang-Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000 pernah dilakukan sebelumnya pada pasar modal Indonesia oleh Radianto (2004) yang menemukan fakta bahwa secara umum pemberlakuan Undang-Undang perpajakan tahun 2000 belum dapat meningkatkan efisiensi perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ. Ika (2005) melakukan penelitian pengaruh penerapan Undang-Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000 terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Kinerja perusahaan diukur dari tingkat current ratio, leverage ratio, gross profit margin, operating profit margin, total asset turnover, return on investment, dan return on equity. Hasil penelitian 11 memberikan fakta bahwa secara umum terdapat perbaikan kinerja perusahaan pasca penerapan Undang-Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000. Eko Wijayanto (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Profitabilitas dan Nilai Pasar Perusahaan Manufaktur Yang Masuk Dalam Kelompok LQ-45 Sebelum dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Perpajakan Tahun 2000 menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedanan yang siqnifikan dari rata-rata Return On Asset (ROI) dan Return On Equity (ROE) sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Perpajakan Tahun 2000. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris tentang perbedaan profitabilitas perusahaan dengan dan tanpa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang diproksikan dengan rasio Return On Assets (ROA), Retur on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) pada wajib pajak perdagangan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan perdagangan yang secara rutin setiap tahun memasukkan SPT Tahunan PPh beserta laporan keuangannya. Penelitian ini juga dilakukan dengan harapan bahwa dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pajak Penghasilan yang baru dapat memberikan kontribusi positif baik bagi perusahaan maupun bagi Negara. Kontribusi positif bagi perusahaan dapat meningkatan profitabilitas dan kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sedangkan bagi Negara dapat meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak. Pemilihan sampel ini dilakukan pada perusahaan perdagangan yang memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Barat. Laporan keuangan yang dianalisis adalah laporan keuangan mulai tahun 2009-2010. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sejak tahun 2009 s/d 2010 tanpa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan mengukur 12 Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) tahun 2009 s/d 2010 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, sehingga dari analisis ini akan kelihatan apakah ada peningkatan profitabilitas perusahaan dan peningkatan jumlah pajak yang harus dibayar setelah dikeluarkannya Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Sehubungan dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan Profitabilitas Wajib Pajak Perdagangan Dengan dan Tanpa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Barat”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata profitabilitas wajib pajak yang diukur dengan analisis rasio Return On Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata penerimaan pajak dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan rata-rata profitabilitas wajib pajak yang diukur dengan analisis ratio Return On Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) dengan dan tanpa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 2) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan rata-rata penerimaan pajak dengan dan tanpa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 13 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan dan kajian penelitian selanjutnya yang lebih mendalam terutama yang berkaitan dengan ketentuan perpajakan. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam rangka penyempurnaan Undang-Undang Pajak Penghasilan sehingga dalam pembuatan aturan baru dapat memberi dampak pada peningkatan profitabilitas perusahaan dan peningkatan penerimaan negara. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pelaku usaha khususnya para wajib pajak dalam menilai profitabilitas usahanya yang nantinya diharapkan sebagai dasar untuk melakukan peningkatan pembayaran pajak, kepatuhan wajib pajak dan peningkatan nilai (value) perusahaan.