MODUL PERKULIAHAN ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF Etika Bisnis Perspektif Islam Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnisl Akuntansi Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh MK10230 Islamiah Kamil, SE., M.Ak Abstract Kompetensi Etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang balk, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai tujuan umum dan studi etika bisnis, sebagai berikut: (1) Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis. (2) Memperkenalkan argumentasi-argumentasi moral di bidang ekonoini dan bisnis serta cara penyusunannya. (3) Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi. . Kemampuan komunikasi dan argumentasi sesuai konsep teori Etika Bisnis Dalam Berbagai Perspektif 10.1 Pendahuluan Bahasan pada bab ini akan dibicarakan dan dua perspektif, yaitu Perspektif Ajaran Islam dan Perspektif Ajaran Barat (non Islam). Kedua perspektif tersebut akan menyoroti dan 3 (tiga) sistem pendekatan, yaitu: (1) Sistem Etika Teleologi, Sesuai dengan arti kata dasamya, teori ideological (telos = tujuan) mendasarkan pengambilan keputusan moral dengan pengukuran hash atau konsekuensi suatu perbuatan. Teori teleologi ini akan dibahas di antaranya Leon yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham (w. 1832) dan John Stuart Inill (w. 1873) bahwa Etika Teleologi mendasarkan pada konsep utility (manfaat) yang kemudian disebut Utilitarianism, dan teori Keadilan Distribusi (Distributive Justice) atau keadilan yang berdasarkan pada konsep Fairness yang dikembangkan oleh John Rawis, seorang filsuf kontemporer dan Harvard University. (2) Sistem Etika Deontologi, teori deontological (deon = tugas, kewajiban) menentukan etika dan suatu perbuatan berdasarkan aturan atau prinsip yang mengatur proses pengambilan keputusannya. Bahasan mengenai teori Deontologi di antaranya teori-teori yang dikembangkan oLeh Immanucl Kant (w. 1804) seorang filsuf Jerman, perspektif againa (hukum abadi), teori Virtue (keutamaan). (3) Teori Hybrid (turunan) merupakan kombinasi atau sesuatu yang berlainan dan teori teleologi dan deontologi. I3ahasan akan difokuskan antara lain dan teori Kebebasan Individu (Personal Libertarianism) yang dikembangkan oleh Robert Nozick, Etika Egoisme (Ethical Eçoisni), dan Etika Egoisme Baru (Enlightened Ethical Egoism) aset/interest, teori relativisme, teori hak, dan teori eksistensi. 10.2 Perspektif dan Ajaran Islam Etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang balk, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai tujuan umum dan studi etika bisnis, sebagai berikut: (1) Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis. (2) Memperkenalkan argumentasi-argumentasi moral di bidang ekonoini dan bisnis serta cara penyusunannya. (3) Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi. Dengan deinikian, maka ketiga tujuan tersebut dan studi etika bisnis diharapkan dapat membekali para stakehoiders parameter yang berkenaan dengan hak, kewajiban, dan 2012 2 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id keadilan sehingga dapat bekerja secara profesional deini mencapal produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal. Standar perilaku dan karakter dan suatu masyarakat tergantung dan banyak sumber, antara lain: ajaran agama, kebiasaan/adat, model panutan, keluarga dan teman, bacaan, dan yang terakhir adalah dan keputusan penilaian seseorang dalam menilai perilaku orang lain termasuk dalam menilal dirinya di masa lalu, saat ini, dan di masa datang. Filsafat moral merupakan cabang filsafat yang mempelajari balk buruknya penilaku manusia. Refleksi peinikiran moral di mana nilai-nilai dan norma-norma yang dipraktikkan dan/atau tidak dipraktikkan walauptin seharusnya dipraktikkan menjadi objek pengkajian. Salah satu objek pengkajiannya adalah aspek moral dalam sistem ekonoini, dalam organisasi. dan pelaku individu yang terlibat. Teori etika berkontribusi sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan bisnis ketika pelaku dihadapkan dengan situasi yang meiniliki dimensi moral. Kemampuan atau kompetensi yang dibangun oleh etika bisnis antara Lain adalah kemampuan analytical, yaitu kemampuan mernahaini posisi dan hubungan prinsip-prinsip moral dengan perbuatan (actions), kemampuan positive (predictive), yaitu kemampuan inemahaini dan menganlisipasi reaksi-reaksi pihak lain berdasarkan pertimbangan rnoralnya memahaini dan mengantisipasi reaksi pihak lain alas perilaku kita, serta kemampuan normative (prescriptive), yaltu kemampuan memberikan pedoman untuk keputusan, kebijakan bisnis serta memahaini, dan meiniliki prinsip-prinsip moral dalam setiap pengambilan keputusan sebagal manajer atau pebisnis. Etika Bisnis merupakan ha) yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa Etika Bisnis mempunyai fungsi substansial membekali para pelaku bisnis beberapa hal sebagai berikut ini. (1) Membangun kode etik Islaini yang mengatur, mengembangkan, dan menancapkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dan risiko. (2) Kode etik Islam dapat menjadi dasar hukum dalam mcnetapkari tanggung jawab pelaku bisnis, terutama bagi din mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan di atas segalanya adalah tanggung jawab di hadapan Allah. (3) Kode etik dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradi Ian. (4) Kode etik dapat memberi kontnibusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi antara sesama pelaku bisnis, antara pelaku hisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja. Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (fraternity) dan kerja sama (cooperation) antara mereka semua. 2012 3 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (5) Kode etik dapat membantu mengembangkan kurikulum pendidikan, pelatihan dan seininar yang diperuntukkan bagi pelaku bisnis yang menggabungkan nilai-nilai,moral dan perilaku baik dengan prinsip-prinsip kontemporer (6) Kodde etik ini dapat mempresentasikan bentuk aturan islam yang konkret dan bersifat cultural sehingga dapat mendeskripsikan comprehensiveness 9universalitas0 dan orisinalitas ajaran islam yang dapat diterapkan disetiap zaman dan tempat, tanpa harus beretntangan dengan nilai-nilai ilahi. Sistem etika islam secara umum meiniliki perbedaan mendasar disbanding system etika Barat. Pemaparan peinikiran yang melahirkan system etika di barat cenderung memperlihatkan perjalanan yang dinainis dengan cirinya yang berubah-ubah dan bersifat sementara sesuai dinainika peradaban yang doininan. Lahirnya peinikiran etika biasanya didasarkan pada pengalaman dan nilai-nilai yang diyakini para pencetusnya. Pengaruh ajaran agama kepada model etika di Barat Justru menciptakan elektronik baru dimana cenderung merenggut manusia dan keterlibatan duniawi di bandingkan sudut lain yang sangat mengemukakan rasionalisme dan keduniawian. Sedangkan dalam islam mengajarkan kesatuan hubungan antar manusia dengan penciptanya. Kehidupan totalitas duniawia dan ukhrawi dengan berdasarkan sumber utama yang jelas yaitu Al-Qura dan Hadist. Etika dalam peinikiran islam dimasukkan dalam filsafat praktis (al hikmal al amaliyah) bersama politik da ekonoini. Berbicara tentang bagaimana seharusnya Etika vs Moral. Moral = nilai baik dan buruk setoap perbuatan manusia (prkatiknya-akhlak), Etika = ilmuyang mempelajari tentang baik dan buruknya (ilmunya Urn al akhlak). Dalam disiplin filsafat, etika sering disamakan dengan Filsafat Moral. Masyarakat islam adalah masyarakat yang dinainis sebagai bagian dari budaya dan peeradaban, contoh: kasus pembunuhan utsman kasus politik (timbulkan perdebatan tentang dosa besar). Ajaran Al-Quran penuh dengan kaitan antara keimanan dan moralitas. Islam mengembangkan ilmu-ilmu astronoini, kiinia dan matematika. Ilmu yang lebih dekat adalah pembahasan etika. 10.2.1 Dasar Falsafah Etika dalarn Islam Etika bersarna agama berkaitan erat dengan manusia, tentang upaya peng aturan kehidupan dan perilakunya. Islam meletakkan “Teks Suci” sebagai dasar kebenaran, sedangkan Filsafat Barat meletakkan “Akal” sebagai dasar. Teori etika Islam pasti bersumber dan prinsip keagarnaan. Teori etika yang bersumber keagamaan tidak akan kehilangan substansi teonnya, karena teori etika Imanuel Kant dibangun berdasarkan metafisika dan banyak orientasi etika kiasik dan modern bercorak 2012 4 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id keagamaan tanpa kehilangan warna teorinya. Keimanan menentukan perbuatan; keyakinan menentukan perilaku. Perspektif metafisika intinya tidak berbeda dengan perspektif agama. Substansi utama penyelidikan tentang etika dalarn Islam antara lain; (1) Hakikat Benar (birr) dan Salah; (2) Masalah Free Will dan hubungannya dengan kemahakuasaan Tuhan tanggung jawab manusia; dan (3) Keadilan Tuhan dan realitas keadHan-Nya di han kemudian. Berbagal teori etika Barat dapat dihhat dan sudut Islam sebagai berikut: (1) Teleologi Utilitarian dalam Islam: “Hak Individu dan Kelompok Penting” dan “Tanggung Jawab adalah perseorangan”. (2) Distributive Justice dalam Islam: Islam mengajarkan keadilan. Flak orang iniskin berada dalani harta orang kaya. Islam mengakui kerja dan perbedaan kepeinilikan/kekayaan. Keharusan sama rata pada kesempatan dan keadilan sosial. Bukan asal sama rata (blind jusUce). (3) Deontologi dalam Islam: Niat balk tidak dapat mengubah yang “haram”jadi “halal”. Walaupun tujuan, fiat dan hasilnya balk, namun bila caranya tidak balk tetap tidak baik. (4) Eternal Law dalam Islam: Allah mewajibkan manusia untuk mempelajari/membaca wahyu-Nya dan ciptaan-Nya. Keduanya harus dilakukan dengan seimbang, Islam mewajibkan manusia aktif dalam kegiatan duniawi (muamalah) sebagai proses Tazkiyah (growth and pur fi cation). (5) Relativisme dalam sudut pandang Islam: Perbuatan manusia dan nilainya hams sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis. Prinsip konsultasi (shura) dengan pihak lain sangat ditekankan dalam Islan Egoism tidak ada tempat dalam Islam. Teori hak menurut sudut pandang IsLam: menganjurkan kebebasan meinilih sesual kepercayaannya dan menganjurkan keseimbangan. Kebebasan tanpa tanggung jawab dan accountability tidak dapat diterirna. Tanggung jawab kepada Allah adalah individual. Etika konsep Islam tauhid, meiniliki aspek aksioma sosekpol (asumsi), dan alam, yaitu: (1) sernuanya Persatuan inilik Allah. (Unity): dimensi vertikal, hindari diskriininasi di segala aspek, hindari kegiatan yang tidak elis; (2) Keseimbangan (Equilibrium): konsep adil, dirnensi horizontal. jujur dalam bertransaksi, tidak merugikan dan tidak dirugikan; (3) Kehendak Bebas (Free Will): kebebasan melakukan kontrak namun menolak laizezfire (invisible hand), karena nafsu amarah cenderung mendorong pelanggaran sistem responsibility (tanggung jawab), manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Bib orang lain melakukan hal yang tidak etis tidak berarti boleh ikut-ikutan; (4) Manfaat!Kebaikan hati (Benevolence): ihsan atau perbuatan harus yang bermanfaat. Dalam pengkajiannya, etika dalam Islam dapat dikategorikan sesuai dengan pendekatannya. Pendekatan-pendekatan etika dalarn Islam antara lain: 2012 5 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (1) Etika skriptural-moralitas berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis (teks sumber ajaranskriptural); (2) Etika berdasarkan teologi (a) rasionalis (,nutazilah), (b) seini rasionalis dan voluntaris (Asyariah-Ortodoks: tunduk kepada kitab suci), (c) anti rasionalis (interpretasi harfiah kitab suci); (3) Etika keagamaan (konsepsi Al-Qur’an tentang manusia dan kedudukan di alam semesta sudah menerima pengaruh teologi dan filsafat Yunani); (4) Etika berdasarkan filsafat (pengaruh Socrates, Plato, Aristoteles, India, Persia). 10.2.2 Etika Skriptural Etika skriptural dapat diartikan sebagai sebuah etika yang berangkat dan interpretasi yang melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan sungguhsungguh terhadap nash-nash AlQur’an dan Sunnah RasuLullah SAW sebagai utama etika. Menurut Majid Fakhry bahwa mazhab’ ini cenderung kurang menggunakan rasio atau akal dalam aktivitas dialektikanya dengan nash- nash tersebut. Sikap ini yang akhirnya memunculkan serangkaian persepsi atau refleksi moral dan bukan teori etika dalam pengertian yang konkret. Al-Quran dipandang mencakup tiga hal utama, yaitu hakikat henar dan salah, keadilan dan kekuasaan Tuhan, dan kebebasan dan tanggtrng jawab. Sumber: (1) Al-Qur’an dan Topik Analisis. Teks dan interpretasinya, kebaikan (khayr) dan kebenaran (birr), keadilan Tuhan (divine justice), tanggung jawab manusia. (2) l3ukti-bukti dan Tradisi Hadis Nabi: kekuasaan Tuhan, kemampuan manusia, kebaikan ada di dalam hati, rukun iman. inti: keadilan dan tanggungjawab moral. Karakteristiknya: (1) Kurang menggunakan akal dan rasionalitas mui-ni. (2) Menghasilkan pandangan-pandangan dan refleksi moral (bukan Icon etika). (3) Inti: substraksi dan etos A1-Quran. Kegiatannya: Menerangkan dan menginventarisasi ayat-ayat A1-Qur’an tentang aspekaspek: (a) Benarsalah; (b) Keadilan dan kekuasaan Tuhan; dan (c) Kebebasan dan tanggungjawab manusia. Baik-Buruk: (1) Sesuai teks A1-Qur’an dan bukti hadis dengan anjuran berbuat baik dan hindari keburukan; (2) Dihubungkan dengan “balasannya”; (3) Kebaikan sebagai “kecintaan kepada Tuhan”. 2012 6 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Keadilan Tuhan: Tuhan adil, melarang perbuatan tidak adil, cinta kepada orang yang adil, tidak member! “petunjuk kepada orang yang tidak adil”. Tanggungjawab Manusia: (1) Atas “pertanyaanlpemeriksaan” Tuhan atas perbuatannya; (2) Prakondisi: pengetahuan, kesadaran, dan kebebasan manusia; (3) Konsep: ketaatan dan kewajiban - untuk menjadi balk, manusia harus menempatkan din terhadap Tuhannya dan perintah-perintah-Nya. 10.2.3 Teori Etika Teologis Rasionalisasi etika, dasar-dasar deontologi dan benar dan salah: (a) Kapasitas manusia dan tanggung jawabnya; (b) Kebijaksanaan Tuhan dan keadilan. Etika kebebasan (voluntarisin), ketentuan Tuhan sebagai dasar benar dan salah: (a) (‘apacity dan acquisition (kasb); (b) Keadilan dan ketidakadilan yang diterapkan Tuhan. Persoalan teologi, memunculkan berbagai aliran peini ki ran dalarn Islam, antara lain: (1) Mu’tazilah berhadapan Asv’ariah, meliputi: (a) Sumber pengetahuan = akal pikiran; (2) Sumber hukurn = Akal, Wahyu dan Agama; Syariat Balk! Buruk = Akal dan Syariat; (3) Jabariah herhadapan Qadariah. Persoalan Baik dan Buruk (Akal = Syariat), Mengetahui = baik, tidak mengetahui = buruk, akal manusia dapat mengetahuinya dengan pasti. Dasar penentuan rasional = dengan melihat faktor Maslahat dan Mafsadat. Baik = objek pujian dan pahala; Buruk = objek celaan dan dosa-hukuman. 10.2.4 Rasionalisme (Mu ‘tazikxh) Benar/Salah. Terbatas pada hukum-hukum etika yang berkaitan dengan: pujianlcercaan, pahala/siksa. Manusia diberi akal jadi harus berpikir. untuk menentukan (meinilih) perbuatan. Perbuatan dan tanggungjawab bergantung pada pengetahuan (akal pikiran). Akal menopang kehidupan etika secara kesel uruhan. Benar/Salah diketahui lewat pengetahuan/akal (terlepas dan sebelum datangnya wahyu). Meletakkan syariat di bawah akal. Wahyu tidak menetapkan nilai tertentu pada perbuatan, wahyu hanya mengabarkan adanya nilai tersebut, akal-lah yang membuktikan baikburuknya suatu perbuatan. 2012 7 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Wahyu/agama datang untuk pengujian dan pembuktian. Fungsi wahyu: menggambarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan akal, arbitrasi terhadap konflik antara wahyu dan lainnya, menekankan pada perbuatan-perbuatan khusus. Tanggung jawab manusia terhadap kewajiban-kewajiban yang: (1) Meiniliki kebaikan intrinsik (kepada sesame manusia, kepada Tuhan, kepada din sendiri); (2) Berasal dan Tuhan; (3) Berasal dan dalam manusia sendini; Tidak semua perbuatan adaiah perbuatan moral (Abdul Jabar mengklasifikasi perbuatan: mubah, sunnah, wajib-sempit, dan luas). Hanya untuk inanusia yang sadar (aiim) dan mampu (qadir): (1) Perbuatan, (2) Turunan: sebab dan din sendiri, harus tanggung Jawab; (3) Primer (dalam hati/niat) dan sekunder (dilakukan) (4) Berkehendak (hubungan dengan yang diniatkan): (a) Kehendak: menentukan terjadinya perbuatan, (b) untuk objek yang berlawanan, konstan (tidak tambah atau turun), dalam kekuasaan manusia, (c) Keinginan: lampau, tidak hasiikan objek, tidak punya lawan, (d) Kemauan: kesenangan. Keadilan Tuhan: Adanya pendenitaanlketidakadilan = buruk apabila: (1) Tidak diimbangi kemajuan yang Iebih besar. (2) Tidak diimbangi dengan penolakan terhadap penderitaan yang lebih besar. (3) Tidak dibalas dengan kebajikan. (4) Bukan objek kepercayaan. (5) Jenis penderitaan. (6) Baik/terpuji: berupa cobaan iman sehingga ada hasilnya masih adil. (7) Buruk: bila tak ada hash, berupa kerusakan = tidak adil. (8) Jenis kesenangan. (9) Langsung: puas. (10) Tidak langsung: menderita dahulu sebelum puas. 7.2.5 Seini Rasionalis-Asyariah (1) Dasar Penentuan Benar/Saiah: (a) Benar = apa yang dikehendaki dan dipenintah Allah, Salah = apa yang dilarang Allah: (b) Perbuatan (benar/salah) itu ciptaan Tuhan dan manusia; (c) Wahyu menentukan segala hal yang menjadi kewajiban secara moral dan agama: (d) Peran wahyu (agama): mengonfirmasikan apa yang telah ditemukan oleh 2012 8 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id akal. Namun karena akal manusia terbatas/tidak sempurna, maka perlu aturan-aturan agama sebagai pembimbingnya. (2) Tanggungjawab Manusia: (a) Sebatas/sesuai dengan perbuatan yang berasal dan kekuasaan yang diciptakan saja. Kekuasaan kreatif dan abadi ada di Tuhan; (b) Atas perbuatan yang: wajib, dilarang, dianjurkan, makruh, dan dibolehkan (mubah). Semua berasal dan wahyu. (3) Keadilan Tuhan: Apa pun yang dilakukan/dikehendaki Tuhan itu adil. 10.2.6 Etika Filsafat Latar belakang pendapat mayoritas ahli-ahli Islam: tidak ada mazhab etika dalam peinikiran Islam (karena umat Islam meiniliki sumber yang cukup dan Al-Qur’an dan Hadis). Baru ada pembahasan setelah bersinggungan dengan kebudayaan Yunani yang utamanya berhicara tentang: (a) Konsep kebahagiaan, (b) Kekekalan jiwa, (c) Teori eksistensi dan emanasi. Prinsip utama: (1) Berpihak pada Leon etika yang bersifat universal dan fitri. Semua manusia pada hakikatnya meiniliki pengetahuan fitri tentang Balk dan Buruk (pertemuan filsafat Islam dengan filsafat Yunani). (2) Moralitas dalam Islam didasarkan keadilan menempatkan segala sesuatu pada porsinya, sesuai dengan teoni Moderas (hadd al-wasath) Aristoteles, A1-Qur’an: kaum muslim sebagai umat jalan tengah, Hadis: urusan yang terbaik adalah pertengahannya. (3) Tindakan etis akan menghasilkan kebahagiaan termasuk kebahagiaan di dunia dan fisik (Ibnu Iniskawaih). (4) Tindakan etis bersifat rasional (tidak sejalan dengan Kantianism). Filsuf dan Teolog Mutazillah, percaya bahwa manusia-manusia yang qualified mampu memperoleh pengetahuan tentang etika dan peinikiran rasional mereka. Filsafat Etika Kant: Immanuel Kant; landasan bagi etika dan moralitas; adanya wujud Tuhan, kebebasan berkehendak dan kekekalan jiwa (ini semua isu-isu agama); pada level teoretis metafisika tidak berbeda dengan agama. Menolak bahwa etika harus berbasis pengalaman; standar etika bukan berasal dan contoh-contoh nyata, namun contoh (keteladanan) lah yang harus diuji oleh standar etika. Hukum etika (norma) meiniliki keharusan absolute dan universal yang tidak dapat dirusak oleh realitas parsial. Sifat keharusan bukan karena berkaitan dengari karakter manusia saja, narnun juga karena etika adalah keharusan bagi orang yang herakal (inirip dengan muktazilah). 2012 9 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menjauhkan kajian kebahagiaan dan wilayah etika. Kebahagiaan adalah sesuatu yang diterima lewat realita, diuji lewat pengalaman parsial. Manusia terikat pada realita sehingga kebahagiaan bersifat relatif (berbeda dengan sifat utama etika). Tokoh-tokohnya adalah: Al Farabi: sangat terpengaruh Aristoteles, memasukkan etika sebagal salah satu cabang dalam ilmu sosial. Al Tahanaivi: tentang teori praktik dalam etika. Etika secara teon adalali ilmu tentang kemaslahatan individu atau pengaturan rumah tangga dan masyarakat (seperti Aristoteles), dan secara praktis adalah etika tasawufyi. Bagian dan upaya rnengetahui keberadaan jiwa (seperti ilmu kalam tentang keyakinan jiwa). Tidak ada hubungan etika secara teori dan praktik. Iniskawaih: tidak Iebih dan teori etika Plato, Anistoteles, dan Galen. Kesimpulan Filsafat-Rasionalis: peiniki ran (teoni) mendahulu i perbuatan; keyakinan mendahului penilaku; setiap perbuatan adalah netral nilai. Nilai suatu perbuatan bersifat relatif terhadap konteks dan tujuannya. Penilaian dapat berbeda tergantung penerapannya. Metafisika adalah objek bagi penalaran akal; etika harus bersandar pada metafisika secara logis; metafisika bukan postulat yang harus diterima begitu saja (sufi: metafisika merupakan tema pembuktian sekaligus keimanan); metode harus berbasis penyatuan dan perilaku dan keyakinan; peinikiran (teori) mendahului perbuatan; keyakinan inendahului perilaku; setiap perbuatan adalah netral nilai. Nilai suatu perbuatan bersifat relatif terhadap konteks dan tujuannya. Penilaian dapat berbeda tergantung penerapannya. 10.2.7 Etika Keagamaan Ciri-cirinya antara lain: (1) Berakar pada Al-Qur’an dan Hadis. (2) Cenderung melepas kepelikan metodologi, langsung rnengungkapkan moralitas Islam secara langsung. (3) Kebaikan/perilaku yang baik menurut: al-Dunya, Iniskawaih, Hasan alBasni, Mawardi. 2012 10 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kebaikan/perilaku yang balk, Al-Dunya: ucapan yang benar, setia dan taat kepada Allah, dermawan, membalas perbuatan balk, balk terhadap keluarga, balk terhadap tetangga, menegakkan kebenaran, solider terhadap ternan, ramah tamah, rendah hati. Iniskawaih: menyerang orang-orang yang asyik duniawi, tamak dan materialistis, jangan salahkan orang lain, introspeksilah, ingat mati, jangan terlena duniawi. Hasan al-Basri: kesederhanaan dan kesejahteraan sebagai dua kebaikan utama, sementara penderitaan yang diberikan Allah sebagai ujian agar tidak terlena duniawi,metode: rasionalis secara bertahap terhadap metode pembuktian silogistik dengan proses tradisional. Mawardi: Kedudukan akal Instingtif = tentang objek kewajiban - persepsi dan intuisi kebenaran utama Perolehan = tumbuh Cara melepas duniawi (1) Ganti pikiran dan cinta dunia ke cinta han akhir. (2) Paham bahwa pemuasan keinginan dan kehendak tidak akan pernah tercapal kecuali dengan kedamalan pikiran. (3) Arahkan pikiran ke kematian. Aspek keadilan untuk persatuan politik (1) Keaditan terhadap bawahan, penguasa, dan teman sederajat. (2) Menahan din dan: pemaksaanlpenguasaan, sikap sombong, perbuatan yang menyakitkan hati, menghina. Bersikap adil = moderat, seimbang, berani, tenang, bijaksana, setia, dan bebas. (1) Perilaku individu: 1) Rendah hati; 2) Sikap balk; 3) Sedenhana. 4) Kontrol din; 5) Amanah; 6) Tidak in; 7) Jaga rahasia; 8) Iffah; 9) Sabar dan tabah; 10) Memberi nasihat yang baik; 11) Jaga kepercayaan; dan 12) Kepantasan kunci moral = kemuliaan akhlak. (2) Pemahaman tentang suasana (perbuatan) sehingga jiwa berada dalam kondisi terbaik yang tidak mengungkapkan rasa dendam dengan sengaja dan tidak menjadi objek yang pantas dihina. Dua disposisi akhlak: keluhuran budi, kehormatan dll. 7.2.8 Teori Keadilan Distribusi Islam 2012 11 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Para pengarnat mengatakan bahwa, tujuan distribusi dalam Islam adalah persamaan dalam distribusi. Tapi apa yang dimaksud dengan persarnaan tersebut masih abstrak. Karena bagi sebagian mengatakan bahwa, yang dimaksud adil itu bila setiap orang dihayar sesuai dengan kontribusi yang ia berikan. Sebagian lagi mengatakan bahwa, keadilan itu tergantung pada kebutuhan seseorang. Dalam pandangan Munawar lqbal, bahwa yang dimaksud dengan distributive justice dalam Islam adalah distribusi yang menjainin tiga hal berikut: (1) Jaininan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua. (2) Objektivitas atau keadilan tetapi bukan persamaan dalam pendapatan individu. (3) Pembatasan ketidakmerataan ekstrem dalam pendapatan dan kekayaan individu. Dan ada lagi yang berpendapat bahwa keadilan itu berarti: (1) Kepada masing-masing pembagian yang sama. (2) Kepada masing-masing sesuai dengan kebutuhan. (3) Kepada masing-masing sesuai dengan usahanya. (4) Kepada masing-masing sesuai kontribusi sosialnya. (5) Kepada masing-masing sesuai dengan kelebihannya (meritokrasi). Dalam persoalan kebutuhan dasar dalam pandangan Islam adalah bagian terpenting dan visi Islam dan tujuan utama dan sistem hidup yang dibangun. Islam mengizinkan perbedaan dalam pendapatan, karena dasar keadilan bagi semua adalah adanya kebebasan dalam melakukan pekerjaan dan ia akan mendapatkan income sesuai dengan pekerjaannya. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa Islam menstimulasi agar terjadi disparitas atau perbedaan yang sangat mencolok antara kaum yang punya penghasilan tinggi dan rendah. Islam mencegah hat itu, karena persoalannya bukan karena agama ini hanya menegakkan keadilan semata, tetapi juga mempromosikan kasih sayang resiprokal dan kebajikan antarsesama sehingga lahirlah masyarakat adil dan makmur. Islam membangun kohesivitas sosial, kasih sayang. dan persaudaraan. Hal itu diwujudkan dalam kewajiban zakat, infak, dan sedekah yang merupakan bentuk nil dan kepedulian antarsesama yang dibangun guna mewuj udkan keharmonisan sosial. Dari semua pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan! keputusan etis terganwng niatnya, yang dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW. berbunyi: Bahwasannya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasannya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya 1W akan diterirna oleh Allah dan Rasulnya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena mencari dunia atau karena wanita 2012 12 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang akan dinikahinya, maka hijrahnya yaitu hanya akan memperoleh apa yang diniatkannya. 10.3 Perspektif dan Ajaran Barat (Non Islam) 10.3.1 Teori Keadilan Distribusi Inti dan teori ini bahwa “Perbuatan disebut etis bila menjunjung keadilan distribusi barang dan jasa” yang berdasarkan pada konsep “fairness”. Konsep yang dikemukakan oleh John Rawis, filsuf kontemporer dan Harvard, meiniliki nilai dasar keadilan (justice). Di sini, suatu perbuatan adalah etikal bib berakibat pemerataanl kesamaan kesejahteraan dan beban. Sehingga konsep ini berfokus kepada metode distribusinya. Distribusi sesuai bagiannya, kebutuhannya, usahanya. sumbangan sosialnya dan sesuai merit (jasa) nya, dengan ukuran hash yang dapat meningkatkan kerja sama dalam/antara anggota masyarakat. Walaupun berfokus pada keadilan dan pemerataan, pendekatan ini pun meiniliki permasalahan dalam penerapannya. Mayoritas kita tidak mengetahui posisi terhadap hash keputusan. Menguntungkan atau malah merugikan. Diperlukan informasi atau pengetahuan tentang peran dan posisinya dalam masyarakat (Si kaya atau si iniskin, berkuasa atau tidak punya kuasa) dan akibat dan keputusan tersebut. 10.3.2 Teori Utilitarianism Teori etika yang paling mewakili pendekatan teleology disebut utilitarianism. Teori ini mengarahkan kita dalam pengambilan kcputusan etika dengan pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hash akhirnya (the greatest good for the greatest number). Artinya, bahwa hal yang benar didefinisi sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meininimalisir apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat pada semakin banyak orang, perbuatan ilu semakin etis. Dasar moral dan pembuatan hukurn ini bertahan paling lama dan relatif paling banyak digunakan.(Jtilitarianism (dan kata utilis berarti manfaat) sering disebut pula dengan aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi pada hash perbuatan. Pendekatan ini dipandang liberal dan relatif paling mudah digunakan dengan bentuk dasar analisis Biaya-Manfaat (cost-Benefit Analysis). Keputusan diambil pada manfaat terbesar dibanding biayanya. Bentham menciptakan prosedur mekanis untuk memperkirakan status moral dan suatu perbuatan, metodenya disebut felific calculus. Dan kemudian S. Inill melakukan revisi dan mengembangkan lebih lanjut konsep ini sehingga menjadi bagian penting dalam konsep liberal dalam tujuan kebijakan negara. 2012 13 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Walaupun terlihat mudah diaplikasikan, namun terdapat kompleksitas dalam penerapan teori pengambilan keputusan moral in Bagaimana kita membandingkan biaya dan manfaat bagi manusia dan bukan manusia (alam, binatang, dan lain-lain) ? Bagaimana kita mengukur kebahagiaan satu pihak dibanding kebahagiaan pihak lain? Bagaimana menghitung cost dan benefit untuk hal-hal yang non-materi (kesehatan dan lain-lain). Terdapat kritik pedas tentang pendekatan pengambilan keputusan moral ini karena dianggap tidak melindungi hak ininoritas. Siapa yang menentukan apa yang balk untuk sekelompok orang? Bagaimana nasib kelompok ininoritasnya? Hak dan keadilan individu dapat saja terabaikan deini kelompok mayoritas, Bagaimana suara ininoritas dapat terdengar agar perkembangan intelektual tetap berlanjut. 10.3.3 Konsep Deontologi Deontologi berasal dan kata Deon yang berarti tugas atau kewajiban. Apabila sesuatu dilakukan berdasarkan kewajiban, maka ia melepaskan sama sekali moralitas dan konsekuensi perbuatannya. Jadi, kepuwsan menjadi baik karena memang sesuai dengan “kewajiban”, dan dianggap buruk karena memang “dilarang.” Prinsip dasar konsep ini adalah tugas (duty) individu untuk kesejahteraan sesama dan kemanusiaan. Typical penganut pendekatan ini adalah orang-orang beragama (ikut ketentuan/kewajiban dalam agama) dan orang hukum. Tokoh pengembang konsep ini adalah Immanuel Kant (w. 1804). Kant mengembangkan konsep filosofi moralnya dalam tiga karyanya: Fundamental Principles of the Metaphysic of Morals (1785), Critique of Practical Reason (1788), and Metaphysics of Morals (1798). Teorinya yang disebut Kantianism Deontologi mengatakan bahwa, keputusan moral harus berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-prinsip universal, bukan “hasil” atau “konsekuensi” seperti dalam teleologi. Perbuatan balk hukan karena hasilnya tapi karena mengikuti suatu prinsip yang baik berdasarkan kemauan yang balk. ‘Kant percaya akan konsep terpentirig dalam moral, yaltu good will (fiat balk)”. Sebagai contoh, mahasiswa dikatakan balk bila ia tidak menyontek karena tahu itu “salah” bukan karena Ia “takut tertangkap”. Dasar dan konsep ini adalah yang disebutnya sebagai “Kategori Imperatif’, prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang memang secara umum (universal) dipraktikkan atau diterima. Suatu kewajiban yang tidak bersyarat atau kewajiban yang harus dilakukan tanpa memandang kemauan atau perasaan kita. Suatu perbuatan adalah balk karena memang harus dilakukan (= kewaj iban). Jadi, sesuatu menjadi balk karena berdasarkan “kategori imperatif’ yang mewajibkan kita begitu saja, tak tergantung syarat apa pun. Dasar filosofis Immanuel Kant tentang manusia untuk Deontologi adalah “Manusia adalah suatu tujuan untuk dirinya. Sehingga manusia 2012 14 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id harus dihormati sebagal suatu tujuan tersendiri, tidak boleh dijadikan sarana untuk tujuan lain”. Masalah yang terjadi dalam penerapannya berada pada pengertian Kant tentang duty (kewajiban). Bila tindakan berdasarkan perasaan atau lainnya yang tidak sesuai dengan tugas manusia terhadap sesama dan kemanusiaan, maka menjadi tidak etis. Sebagal contoh, “Petrus (penembak inisterius di zaman ORBA, Utilitarisme = OK, Deontologi = No; SDSB, Judi di zaman All Sadikin, Terorisme dengan alasan Jihad. 10.3.4 Teori Keutamaan (Virtue Ethics) Dasar teori keutamaan bukanlah “aturan atau prinsip yang secara universal benar atau diterima”, namun “apa yang paling balk bagi manusia untuk hidup”. Dasar teori ini adalah tidak menyoroti perbuatan manusia semata, namun seluruh manusia sebagai pelaku moral. Memandang sikap dan akhlak seseorang: adil jujur, murah hail, dan lain-lain sebagai keseluruhan. Pendekatan inl menggunakan dasar peinikiran Aristoteles (384-322 SM) tentang kebajikan/kesalehan, di mana manusia sebagal makhluk politik tak dapat lepas dan polis/komunitasnya. Contoh nilai-nilai keutamaan di sini antara lain: Kebijaksanaan, Keadilan, Rendah hati, Kerja Keras, Hidup yang Balk yaitu Hidup Berkeutamaan, Konteks Kumuniter, Bisnis: Kejujuran, Fairness, Kepercayaan, dan Keuletan. Nilai-nilai baik dan PLato, Aristoteles, dan juga St. Thomas Aquinas tentang keutamaan: Religious (iman, sedekah, harapan) dan Intellectual (kebijaksanaan, keadilan, dan lain-lain). 10.3.5 Teori Hukum Abadi (Eternal Law) Dasar dan teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus didasarkan ajaran kitab suci dan alam, namun permasalahan timbul karena kemudian agama menganjurkan meninggalkan keduniawian dengan meditasi (kegiatan spiritual saja) untuk menjadi orang sempurna. 10.3.6 Teori Personal Libertarianism Dikembangkan oleh Robert Nozick, di mana perbuatan etikal diukur bukan dengan keadilan distribusi kekayaan namun dengan keadilan/kesamaan kesempatan bagi semua terhadap pilihan-pilihan yang ada (diketahul) untuk kemakmuran mereka. Teori ini percaya bahwa moralitas akan tumbuh subur dan maksirnalisasi kebebasan individu. Teoni ini bersifat deontologi karena melindungi hak kebebasan individu, namun bersifat teleologi pula, karena juga melihat hasil, yaitu apakah kebebasan telah dibatasi atau tidak. 10.3.7 Teori Ethical Egoism 2012 15 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam teoni ini maksimalisasi kepentingan individu dilakukan sesuai keinginan individu yang bersangkutan. Kepenlingan bukan harus barang! kekayaan, bisa pula ketenaran, keluarga bahagia, pekerjaan yang balk atau apa pun yang dianggap penting oleh pengambil keputusan. Teori ini mengalaini pengembangan yang disebut Enlightened Ethical Egoism (self interest), di mana berfokus pada kepentingan individu terhadap perspektif masyarakatl kemanusiaan secara keseluruhan. Seseorang bisa meiniliki kepentingan untuk meiniliki ‘dunia yang baikH terhadap pouts1 asap mobil atau rokok dan lain-lain. Walaupun itu tidak menguntungkannya. 10.3.8 Teori Existentialism Tokoh yang mengernbangkan paham ini adalah Jean-Paul Sartre. Merturutnya standar perilaku tidak dapat dirasionalisasikan. Tidak ada perbuatan yang benar-benar salah atau benar-benar benar atau sebaliknya. Setiap oratig dapat meinilih prinsip etika yang disukai karena manusia adalah apa yang ia inginkan dirinya menjadi. Menurut interpretasinya eksistensi mendahului esensi. Awalnya manusia dahulu yang ada kernudian baru Ia menentukan siapa dia atau esensi dirinya. Setiap orang adalah makhluk bebas. Pertanggungjawaban moral berada pada setiap individu dengan caranya sendiri-sendiri. 10.3.9 Teori Relativism Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif. Jawaban etika terganLung dan situasinya. Dasar peinikiran leon ini adalah bahwa tidak ada kriteria universal untuk menentukan perbuatan etis. Setiap individu menggunakan kriterianya sendiri-sendini dan berbeda setiap budaya/negara. Masalah yang timbul dalam praktiknya adalah self-centered (egois), fokus pada din manusia individu mengabaikan interaksi dengan pihak luar system dan pembuat keputusan tidak berpikir panjang, semua tergantung kriterianya sendiri. 10.3.10 Teori Hak (Right) Teori ini cendening paling banyak digunakan dan populer untuk masa modern. Nilai dasar yang dianut adalah liberty (kebebasan). Perbuatan etis harus berdasarkan hak individu terhadap kebebasan meinilih. Setiap individu meiniliki hak moral yang tidak dapat ditawar. Dalam praktiknya ditemui masalah karena seseorang biasanya ininta haknya didahulukan, atau batasan hak sering tidak jelas (peraturan sering mengorbankan ininoritas). Penerapan etika yang mengadopsi nilai-nilai moralitas dapat juga diacu kepada teori hak manusia. Teori ini menilai baik buruk sesuatu perbuatan atau tindakan seseorang adalah 2012 16 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berdasarkan perolehan dan penghargaan terhadap hak seseorang. Manusia sebagai rnakhluk Tuhan dan makhluk sosial mempunyai hak dalam kehidupannya yaiig disebut dengan hak manusia atau hak asasi manusia. Hak manusia adalah hak yang dianggap melekat pada setiap manusia, sebab berkaitan dengan realitas hidup manusia sendiri. Hak tersebut dinamakan “hak manusia” sebab manusia harus dinilai menurut martabatnya. Menurut Abdulkadir Muhammad (2006:9) Hak manusia mempunyai sifat dasar dan asasi (human rights ), sehingga hak manusia tersebut merupakan hak yang : (1) Tidak dapat dicabut atau direbut karena sudah ada sejak manusia itu ada; (2) Tidak tergantung dan persetujuan orang; (3) Merupakan bagian dan eksistensi manusia di dunia. Hak asasi manusia mendasari seluruh organisasi hidup bersama termasuk organisasi bermotif profit atau bisnis, dan dapat menjadi undangundang. Makna hak asasi manusia menjadi jelas ketika pengakuan hak tersebut dipandang sebagai bagian humanisasi hidup yang tetah mulai digalang sejak manusia menyadari tempat dan tugasnya di dunia ini. Diantara hak asasi manusia yang terpenting dan telah dirumuskan antara lain tercantum dalam Magna Charta (1215) yang menyebutkan bahwa manusia berhak menghadap pengadilan. Dalam The Virginia Bill of Rights (1776) ditegaskan bawa manusia berhak atas 4fe, liberty, the pursuit of happiness dan declaration des dro its de i “homme et du citoyen (1791) yang menyatakan bahwa manusia berhak atas egalite,frarernite, dan liberte. Hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah suatu hadiah dan seseorang, tetapi diperoleh dengan perjuangan. Magna charta diperoleh setelah raja John Lackland dipaksa untuk menandatangani piagam tersebut. sehingga kekuasaan raja dibatasi, antara lain dengan adanya aturan pajak harus seizin Great Council (dewan tertinggi), hak-hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja dan warga negara yang merdeka tidak boleh di tahan, diasingkan, di buang. di hukum mati. dirampas kekayaannya. atau diperkosa hakhaknya tanpa pertimbangan hukum dan undang-undang. Undang-undang Hak Warga Negara (Bill of Right) merupakan hasil revolusi besar menantang raja James II dan Inggris. Dalam undang-undang ini pengakuan akan hak-hak asasi manusia mengalaini kemajuan besar dengan adanya: (1) Kebebasan dan kerahasiaan dalam peinilihan anggota parlemen; (2) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat; (3) Pajak, undangundang dan pembentukan tentara harus seizin parlemen; (4) Hak warga negara untuk memeluk dan menjalankan agarna inenurut kepercayaan masing-masing; dan (5) ParLernen berhak untuk mengubah keputusan raja. Puncak pengakuan hak asasi manusia dicapal pada saat PBB memprokiamasikan pernyataan universal tentang hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Right) pada tanggal 10 Desember 1948 yang dalam mukadimahnya menyebutkan bahwa sesungguhnya hak-hak kodrati manusia merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa. 2012 17 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hak-hak kodrati tersebut tidak dapat dipisahkan dan manusia itu sendiri, karena setiap manusia berhak untuk hidup layak, bebas tanpa tekanan, selamat, dan bahagia. Dan dekiarasi tersebut kemudian lahirnya berbagai konvensi atau kesepakatan-kesepakatan intemasional yang membahas dan menelapkan hak-hak asasi manusia, seperti: (I) Hak berorganisasi dan berunding (1 Juli 1949). Semua orang termasuk karyawan perusahaan meiniliki hak untuk berorganisasi dan melakukan perundingan, baik di lingkungan perusahaan dimana dia bekerja maupun di luar perusahaan. (2) Pengupahan yang sama bagi buruh pria dan wanita untuk pekerjaan yang sama (29 Juni 1951); Jenis kelainin yang berbeda tidak dapat digunakan perusahaan untuk membedakan upah, terkecuali pada pekerjaan yang berbeda. Dalam hal ini dianut prinsip kesetaraan gender. (3) Hak-hak politik wanita (20 Desember 1952); Dalam beberapa hal kaum perempuan berbeda dengan para laki- laki. Wariita secara kodrati lebih lemah dan laki-laki dan ditakdirkan sebagai ibu orang yang melahirkan. Karenanya wanita berhak untuk dilindungi dan pekerjaan berat secara fisik dan diberi waktu untuk proses melahirkan. (4) Hak-hak anak (20 November 1959); Pelaku bisnis tidak dibenarkan menggunakan anakanak sebagai tenaga kerja. (5) Menentang diskriininasi dalam pendidikan (21 Desember 1961); Perusahaan tidak dibenarkan melakukan diskriininasi dalam kesempatan pendidikan. Sernua karyawan memperoleh hak dan peluang yang sama dalam fasilitas pendidikan. Hal ini bukan berarti bahwa semua karyawan harus diberi fasilitas untuk melanjutkan pendidikan, namun bila ada peluang, perusahaan tidak dibenarkan membedakan peluang berdasarkan jenis kelainin, asal, againa. suku dan sebagainya. (6) Hak ekonorni, sosial, dan budaya (16 Desember 1966); Termasuk dalam hak ekonoini adalah: kebebasan atas hak inilik. hak mendapatkan pekerjaan, hak mendapatkan kesempatan yang sama dalarn bekerja, hak terhadap produksi, hak menyangkut konsumsi, dan hak alas pangan. Hak sosial adalah hak pelayanan kesehatan, termasuk hak atas Iingkungan hidup yang sehat dan hak untuk mendapatkan tingkat hidup yang menjainin kesehatan dan kesejahteraan. Hak budaya adalah hak memperoleh pendidikan. (7) Hak-hak sipil dan polilik (16 Desember 1966). Termasuk hak hidup, hak persarnaan, kebebasan berpikir dan menyalakan pendapat, dan hak kebebasan berkumpul. Karena manusia pada dasarnya adalali sama, maka hak didasarkan atas martabat manusia itu sendiri dan martabat semua manusia itu adalah sama dan akibatnya dia tidak boleh diperlakukan dengan cara yang berbeda. Dalam hal ini manusia individual siapapun tidak boleh dikorbankan deini tercapainya suatu tujuan yang lain. Manusia selalu harus 2012 18 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dihormati sebagai tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana deini untuk tercapainya tujuan lain (Bertens, 2000:73). Semua hak-hak asasi yang disebut di atas dan telah menjadi kesepakatan internasional dan dinyatakan berlaku harus dan wajib untuk digunakan oleh pebisnis balk secara pribadi maupun organisasinya. Selain hak- hak di alas secara personal seseorang itu meiniliki hak privasi yang tak dapat dilanggar oleh siapapun. Hak privasi itu antara lain hak privasi untuk tidak diganggu, hak privasi psikologis, dan hak privasi fisik. Seseorang katakanlah konsumen meiniliki hak untuk memutuskan apa, kepada siapa, dan berapa banyak informasi dirinya yang boleh diungkapkan kepada pihak Iainnya. Dengan dalih apapun informasi atau data pribadi seseorang tidak dapat diberikan dalam bentuk apapun kepada pihak lain tanpa izin dan yang bersangkulan. Secara psikologis seseorang itu meiniliki hak privasinya, yakni hakhak yang bertalian dengan kehidupan din seseorang, termasuk dianlaranya adalah pikiran dan rencana, keyakinan atau kepercayaan, nilai-nilai pribadi, perasaan, dan keinginannya. Seseorang itu meiniliki hak privasi yang berhubungan dengan fisiknya yang tidak dapat dilanggar orang lain, inisalnya hak untuk tidak ditelanjangi di depan umum. Terkait dengan hak privasi iiii. ada beberapa hat yang harus diperhatikan pebisnis atau seseorang terhadap orang lainnya termasuk pelanggan. yakni relevansi, pemberitahuan, persetuj uan, ketepatan, tujuan dan pdneri ma dan kearnanan. Data relevansi dengan tujuan penggunaan data tet-sebut. Pengumpul informasi harus memberitahukan kepada orang yang datanya diininta katakanlah pelanggan tentang tujuan pengumpulan atau pendataan tersebut. Data perorangan atau pribadi baru dapat dicatat. dikumpulkan dan dibukukan bilamana sudah mendapatkan persetujuan (izin) dan peiniliknya dan hanya dapat dipakai untuk tujuan yang telah disctujui pula. Informasi yang diperoleh dan dicatat dan seseorang itu secara hukurn ini harus akurat dan meiniliki tujuan yang sah dan dapat dinikrnati pemberi informasi (pelanggan). Selain itu informasi yang dikumpulkan pihak pelaku bisnis (penerima informasi) dapat mengamankan dan tidak memberikannya kepada pihak- pihak yang tidak disetujui peiniliknya. balk secara implisit maupun eksplisit. Pelanggan dalam kacamata etika, berhak mendapatkan haknya dan ekonoini usaha bebas (Free enterprise economy) yakni hak untuk membuat pilihan yang terinformasi dan tidak terbatas dan suatu susunan alternatif, bila hak ini dikurangi karena penyalahgunaan bisnis, konsensus masyarakat menegaskan bahwa pemerintah wajib mempengaruhi pilihan konsumcn melalui pembatasan datam kelautan monopoli dan metalui pengembangan kecurangan dan praktek dagang lain yang tidak jujur (Engel, 1994:6). 2012 19 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Erni Ernawan. 2011. Business Ethics. Penerbit Alfabeta Bandung. 2012 20 Etika Bisnis dan Profesi Islamiah Kamil, SE., M.Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id