Etika Bisnis Dalam Berbagai Perspektif

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIKA BISNIS
DALAM BERBAGAI
PERSPEKTIF
Etika Bisnis Perspektif Islam
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnisl
Akuntansi
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
MK10230
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Abstract
Kompetensi
Etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang
balk, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis
berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, ada
beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai
tujuan umum dan studi etika bisnis, sebagai
berikut:
(1) Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi
etis dalam bisnis.
(2) Memperkenalkan argumentasi-argumentasi
moral di bidang ekonoini dan bisnis serta
cara penyusunannya.
(3) Membantu untuk menentukan sikap moral
yang tepat dalam menjalankan profesi.
.
Kemampuan komunikasi dan
argumentasi sesuai konsep teori
Etika Bisnis Dalam Berbagai Perspektif
10.1 Pendahuluan
Bahasan pada bab ini akan dibicarakan dan dua perspektif, yaitu Perspektif Ajaran Islam
dan Perspektif Ajaran Barat (non Islam). Kedua perspektif tersebut akan menyoroti dan 3
(tiga) sistem pendekatan, yaitu:
(1) Sistem Etika Teleologi, Sesuai dengan arti kata dasamya, teori ideological (telos =
tujuan) mendasarkan pengambilan keputusan moral dengan pengukuran hash atau
konsekuensi suatu perbuatan. Teori teleologi ini akan dibahas di antaranya Leon yang
dikembangkan oleh Jeremy Bentham (w. 1832) dan John Stuart Inill (w. 1873) bahwa
Etika Teleologi mendasarkan pada konsep utility (manfaat) yang kemudian disebut
Utilitarianism, dan teori Keadilan Distribusi (Distributive Justice) atau keadilan yang
berdasarkan pada konsep Fairness yang dikembangkan oleh John Rawis, seorang filsuf
kontemporer dan Harvard University.
(2) Sistem Etika Deontologi, teori deontological (deon = tugas, kewajiban) menentukan etika
dan suatu perbuatan berdasarkan aturan atau prinsip yang mengatur proses
pengambilan keputusannya. Bahasan mengenai teori Deontologi di antaranya teori-teori
yang dikembangkan oLeh Immanucl Kant (w. 1804) seorang filsuf Jerman, perspektif
againa (hukum abadi), teori Virtue (keutamaan).
(3) Teori Hybrid (turunan) merupakan kombinasi atau sesuatu yang berlainan dan teori
teleologi dan deontologi. I3ahasan akan difokuskan antara lain dan teori Kebebasan
Individu (Personal Libertarianism) yang dikembangkan oleh Robert Nozick, Etika
Egoisme (Ethical Eçoisni), dan Etika Egoisme Baru (Enlightened Ethical Egoism)
aset/interest, teori relativisme, teori hak, dan teori eksistensi.
10.2 Perspektif dan Ajaran Islam
Etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang balk, buruk, benar, dan salah dalam dunia
bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, ada beberapa hal yang dapat
dikemukakan sebagai tujuan umum dan studi etika bisnis, sebagai berikut:
(1) Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
(2) Memperkenalkan argumentasi-argumentasi moral di bidang ekonoini dan bisnis serta
cara penyusunannya.
(3) Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi.
Dengan deinikian, maka ketiga tujuan tersebut dan studi etika bisnis diharapkan dapat
membekali para stakehoiders parameter yang berkenaan dengan hak, kewajiban, dan
2012
2
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keadilan sehingga dapat bekerja secara profesional deini mencapal produktivitas dan
efisiensi kerja yang optimal.
Standar perilaku dan karakter dan suatu masyarakat tergantung dan banyak sumber,
antara lain: ajaran agama, kebiasaan/adat, model panutan, keluarga dan teman, bacaan,
dan yang terakhir adalah dan keputusan penilaian seseorang dalam menilai perilaku orang
lain termasuk dalam menilal dirinya di masa lalu, saat ini, dan di masa datang.
Filsafat moral merupakan cabang filsafat yang mempelajari balk buruknya penilaku
manusia. Refleksi peinikiran moral di mana nilai-nilai dan norma-norma yang dipraktikkan
dan/atau tidak dipraktikkan walauptin seharusnya dipraktikkan menjadi objek pengkajian.
Salah satu objek pengkajiannya adalah aspek moral dalam sistem ekonoini, dalam
organisasi. dan pelaku individu yang terlibat.
Teori etika berkontribusi sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan bisnis ketika
pelaku dihadapkan dengan situasi yang meiniliki dimensi moral.
Kemampuan atau kompetensi yang dibangun oleh etika bisnis antara Lain adalah
kemampuan analytical, yaitu kemampuan mernahaini posisi dan hubungan prinsip-prinsip
moral dengan perbuatan (actions), kemampuan positive (predictive), yaitu kemampuan
inemahaini dan menganlisipasi reaksi-reaksi pihak lain berdasarkan pertimbangan rnoralnya
memahaini dan mengantisipasi reaksi pihak lain alas perilaku kita, serta kemampuan
normative (prescriptive), yaltu kemampuan memberikan pedoman untuk keputusan,
kebijakan bisnis serta memahaini, dan meiniliki prinsip-prinsip moral dalam setiap
pengambilan keputusan sebagal manajer atau pebisnis.
Etika Bisnis merupakan ha) yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis
profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa Etika Bisnis mempunyai
fungsi substansial membekali para pelaku bisnis beberapa hal sebagai berikut ini.
(1) Membangun kode etik Islaini yang mengatur, mengembangkan, dan menancapkan
metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini juga menjadi simbol
arahan agar melindungi pelaku bisnis dan risiko.
(2) Kode etik Islam dapat menjadi dasar hukum dalam mcnetapkari tanggung jawab pelaku
bisnis, terutama bagi din mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan di
atas segalanya adalah tanggung jawab di hadapan Allah.
(3) Kode etik dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan
yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradi Ian.
(4) Kode etik dapat memberi kontnibusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi
antara sesama pelaku bisnis, antara pelaku hisnis dan masyarakat tempat mereka
bekerja. Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (fraternity) dan kerja sama
(cooperation) antara mereka semua.
2012
3
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(5) Kode etik dapat membantu mengembangkan kurikulum pendidikan, pelatihan dan
seininar yang diperuntukkan bagi pelaku bisnis yang menggabungkan nilai-nilai,moral
dan perilaku baik dengan prinsip-prinsip kontemporer
(6) Kodde etik ini dapat mempresentasikan bentuk aturan islam yang konkret dan bersifat
cultural sehingga dapat mendeskripsikan comprehensiveness 9universalitas0 dan
orisinalitas ajaran islam yang dapat diterapkan disetiap zaman dan tempat, tanpa harus
beretntangan dengan nilai-nilai ilahi.
Sistem etika islam secara umum meiniliki perbedaan mendasar disbanding system etika
Barat. Pemaparan peinikiran yang melahirkan system etika di barat cenderung
memperlihatkan perjalanan yang dinainis dengan cirinya yang berubah-ubah dan bersifat
sementara sesuai dinainika peradaban yang doininan. Lahirnya peinikiran etika biasanya
didasarkan pada pengalaman dan nilai-nilai yang diyakini para pencetusnya. Pengaruh
ajaran agama kepada model etika di Barat Justru menciptakan elektronik baru dimana
cenderung merenggut manusia dan keterlibatan duniawi di bandingkan sudut lain yang
sangat
mengemukakan
rasionalisme
dan
keduniawian.
Sedangkan
dalam
islam
mengajarkan kesatuan hubungan antar manusia dengan penciptanya. Kehidupan totalitas
duniawia dan ukhrawi dengan berdasarkan sumber utama yang jelas yaitu Al-Qura dan
Hadist.
Etika dalam peinikiran islam dimasukkan dalam filsafat praktis (al hikmal al amaliyah)
bersama politik da ekonoini. Berbicara tentang bagaimana seharusnya Etika vs Moral. Moral
= nilai baik dan buruk setoap perbuatan manusia (prkatiknya-akhlak), Etika = ilmuyang
mempelajari tentang baik dan buruknya (ilmunya Urn al akhlak). Dalam disiplin filsafat, etika
sering disamakan dengan Filsafat Moral.
Masyarakat islam adalah masyarakat yang dinainis sebagai bagian dari budaya dan
peeradaban, contoh: kasus pembunuhan utsman kasus politik (timbulkan perdebatan
tentang dosa besar). Ajaran Al-Quran penuh dengan kaitan antara keimanan dan moralitas.
Islam mengembangkan ilmu-ilmu astronoini, kiinia dan matematika. Ilmu yang lebih dekat
adalah pembahasan etika.
10.2.1 Dasar Falsafah Etika dalarn Islam
Etika bersarna agama berkaitan erat dengan manusia, tentang upaya peng aturan
kehidupan dan perilakunya. Islam meletakkan “Teks Suci” sebagai dasar kebenaran,
sedangkan Filsafat Barat meletakkan “Akal” sebagai dasar.
Teori etika Islam pasti bersumber dan prinsip keagarnaan. Teori etika yang bersumber
keagamaan tidak akan kehilangan substansi teonnya, karena teori etika Imanuel Kant
dibangun berdasarkan metafisika dan banyak orientasi etika kiasik dan modern bercorak
2012
4
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keagamaan tanpa kehilangan warna teorinya. Keimanan menentukan perbuatan; keyakinan
menentukan perilaku. Perspektif metafisika intinya tidak berbeda dengan perspektif agama.
Substansi utama penyelidikan tentang etika dalarn Islam antara lain; (1) Hakikat Benar (birr)
dan Salah; (2) Masalah Free Will dan hubungannya dengan kemahakuasaan Tuhan
tanggung jawab manusia; dan (3) Keadilan Tuhan dan realitas keadHan-Nya di han
kemudian.
Berbagal teori etika Barat dapat dihhat dan sudut Islam sebagai berikut:
(1) Teleologi Utilitarian dalam Islam: “Hak Individu dan Kelompok Penting” dan “Tanggung
Jawab adalah perseorangan”.
(2) Distributive Justice dalam Islam: Islam mengajarkan keadilan. Flak orang iniskin berada
dalani harta orang kaya. Islam mengakui kerja dan perbedaan kepeinilikan/kekayaan.
Keharusan sama rata pada kesempatan dan keadilan sosial. Bukan asal sama rata
(blind jusUce).
(3) Deontologi dalam Islam: Niat balk tidak dapat mengubah yang “haram”jadi “halal”.
Walaupun tujuan, fiat dan hasilnya balk, namun bila caranya tidak balk tetap tidak baik.
(4) Eternal Law dalam Islam: Allah mewajibkan manusia untuk mempelajari/membaca
wahyu-Nya dan ciptaan-Nya. Keduanya harus dilakukan dengan seimbang, Islam
mewajibkan manusia aktif dalam kegiatan duniawi (muamalah) sebagai proses Tazkiyah
(growth and pur fi cation).
(5) Relativisme dalam sudut pandang Islam: Perbuatan manusia dan nilainya hams sesuai
dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis. Prinsip konsultasi (shura) dengan pihak lain
sangat ditekankan dalam Islan Egoism tidak ada tempat dalam Islam. Teori hak menurut
sudut pandang IsLam: menganjurkan kebebasan meinilih sesual kepercayaannya dan
menganjurkan keseimbangan. Kebebasan tanpa tanggung jawab dan accountability
tidak dapat diterirna. Tanggung jawab kepada Allah adalah individual.
Etika
konsep
Islam
tauhid,
meiniliki
aspek
aksioma
sosekpol
(asumsi),
dan
alam,
yaitu:
(1)
sernuanya
Persatuan
inilik
Allah.
(Unity):
dimensi
vertikal, hindari diskriininasi di segala aspek, hindari kegiatan yang tidak elis; (2)
Keseimbangan (Equilibrium): konsep adil, dirnensi horizontal. jujur dalam bertransaksi, tidak
merugikan dan tidak dirugikan; (3) Kehendak Bebas (Free Will): kebebasan melakukan
kontrak namun menolak laizezfire (invisible hand), karena nafsu amarah cenderung
mendorong
pelanggaran
sistem
responsibility
(tanggung
jawab),
manusia
harus
bertanggung jawab atas perbuatannya. Bib orang lain melakukan hal yang tidak etis tidak
berarti boleh ikut-ikutan; (4) Manfaat!Kebaikan hati (Benevolence): ihsan atau perbuatan
harus yang bermanfaat.
Dalam pengkajiannya, etika dalam Islam dapat dikategorikan sesuai dengan
pendekatannya. Pendekatan-pendekatan etika dalarn Islam antara lain:
2012
5
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(1) Etika skriptural-moralitas berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis (teks sumber ajaranskriptural);
(2) Etika berdasarkan teologi (a) rasionalis (,nutazilah), (b) seini rasionalis dan voluntaris
(Asyariah-Ortodoks: tunduk kepada kitab suci), (c) anti rasionalis (interpretasi harfiah
kitab suci);
(3) Etika keagamaan (konsepsi Al-Qur’an tentang manusia dan kedudukan di alam semesta
sudah menerima pengaruh teologi dan filsafat Yunani);
(4) Etika berdasarkan filsafat (pengaruh Socrates, Plato, Aristoteles, India, Persia).
10.2.2 Etika Skriptural
Etika skriptural dapat diartikan sebagai sebuah etika yang berangkat dan interpretasi yang
melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan sungguhsungguh terhadap nash-nash AlQur’an dan Sunnah RasuLullah SAW sebagai utama etika. Menurut Majid Fakhry bahwa
mazhab’ ini cenderung kurang menggunakan rasio atau akal dalam aktivitas dialektikanya
dengan nash- nash tersebut. Sikap ini yang akhirnya memunculkan serangkaian persepsi
atau refleksi moral dan bukan teori etika dalam pengertian yang konkret.
Al-Quran dipandang mencakup tiga hal utama, yaitu hakikat henar dan salah, keadilan
dan kekuasaan Tuhan, dan kebebasan dan tanggtrng jawab. Sumber:
(1) Al-Qur’an dan Topik Analisis. Teks dan interpretasinya, kebaikan (khayr) dan kebenaran
(birr), keadilan Tuhan (divine justice), tanggung jawab manusia.
(2) l3ukti-bukti dan Tradisi Hadis Nabi: kekuasaan Tuhan, kemampuan manusia, kebaikan
ada di dalam hati, rukun iman. inti: keadilan dan tanggungjawab moral.
Karakteristiknya:
(1) Kurang menggunakan akal dan rasionalitas mui-ni.
(2) Menghasilkan pandangan-pandangan dan refleksi moral (bukan Icon etika).
(3) Inti: substraksi dan etos A1-Quran.
Kegiatannya:
Menerangkan dan menginventarisasi ayat-ayat A1-Qur’an tentang aspekaspek: (a) Benarsalah; (b) Keadilan dan kekuasaan Tuhan; dan (c) Kebebasan dan tanggungjawab manusia.
Baik-Buruk:
(1) Sesuai teks A1-Qur’an dan bukti hadis dengan anjuran berbuat baik dan hindari
keburukan;
(2) Dihubungkan dengan “balasannya”;
(3) Kebaikan sebagai “kecintaan kepada Tuhan”.
2012
6
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keadilan Tuhan:
Tuhan adil, melarang perbuatan tidak adil, cinta kepada orang yang adil, tidak member!
“petunjuk kepada orang yang tidak adil”.
Tanggungjawab Manusia:
(1) Atas “pertanyaanlpemeriksaan” Tuhan atas perbuatannya;
(2) Prakondisi: pengetahuan, kesadaran, dan kebebasan manusia;
(3) Konsep: ketaatan dan kewajiban - untuk menjadi balk, manusia harus menempatkan din
terhadap Tuhannya dan perintah-perintah-Nya.
10.2.3 Teori Etika Teologis
Rasionalisasi etika, dasar-dasar deontologi dan benar dan salah: (a) Kapasitas manusia dan
tanggung jawabnya; (b) Kebijaksanaan Tuhan dan keadilan.
Etika kebebasan (voluntarisin), ketentuan Tuhan sebagai dasar benar dan salah: (a)
(‘apacity dan acquisition (kasb); (b) Keadilan dan ketidakadilan yang diterapkan Tuhan.
Persoalan teologi, memunculkan berbagai aliran peini ki ran dalarn Islam, antara lain:
(1) Mu’tazilah berhadapan Asv’ariah, meliputi: (a) Sumber pengetahuan = akal pikiran;
(2) Sumber hukurn = Akal, Wahyu dan Agama; Syariat Balk! Buruk = Akal dan Syariat;
(3) Jabariah herhadapan Qadariah.
Persoalan Baik dan Buruk (Akal = Syariat), Mengetahui = baik, tidak mengetahui =
buruk, akal manusia dapat mengetahuinya dengan pasti. Dasar penentuan rasional =
dengan melihat faktor Maslahat dan Mafsadat. Baik = objek pujian dan pahala; Buruk =
objek celaan dan dosa-hukuman.
10.2.4 Rasionalisme (Mu ‘tazikxh)
Benar/Salah.
Terbatas
pada
hukum-hukum
etika
yang
berkaitan
dengan:
pujianlcercaan, pahala/siksa. Manusia diberi akal jadi harus berpikir. untuk menentukan
(meinilih) perbuatan. Perbuatan dan tanggungjawab bergantung pada pengetahuan (akal
pikiran). Akal menopang kehidupan etika secara kesel uruhan. Benar/Salah diketahui lewat
pengetahuan/akal (terlepas dan sebelum datangnya wahyu). Meletakkan syariat di bawah
akal.
Wahyu tidak menetapkan nilai tertentu pada perbuatan, wahyu hanya mengabarkan adanya
nilai tersebut, akal-lah yang membuktikan baikburuknya suatu perbuatan.
2012
7
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Wahyu/agama datang untuk pengujian dan pembuktian.
Fungsi wahyu: menggambarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan akal, arbitrasi terhadap
konflik antara wahyu dan lainnya, menekankan pada perbuatan-perbuatan khusus.
Tanggung jawab manusia terhadap kewajiban-kewajiban yang:
(1) Meiniliki kebaikan intrinsik (kepada sesame manusia, kepada Tuhan, kepada din sendiri);
(2) Berasal dan Tuhan;
(3) Berasal dan dalam manusia sendini;
Tidak semua perbuatan adaiah perbuatan moral (Abdul Jabar mengklasifikasi
perbuatan: mubah, sunnah, wajib-sempit, dan luas).
Hanya untuk inanusia yang sadar (aiim) dan mampu (qadir):
(1) Perbuatan,
(2) Turunan: sebab dan din sendiri, harus tanggung Jawab;
(3) Primer (dalam hati/niat) dan sekunder (dilakukan)
(4) Berkehendak
(hubungan
dengan
yang
diniatkan):
(a)
Kehendak:
menentukan terjadinya perbuatan, (b) untuk objek yang berlawanan, konstan (tidak
tambah atau turun), dalam kekuasaan manusia, (c) Keinginan: lampau, tidak hasiikan
objek, tidak punya lawan, (d) Kemauan: kesenangan.
Keadilan Tuhan: Adanya pendenitaanlketidakadilan = buruk apabila:
(1) Tidak diimbangi kemajuan yang Iebih besar.
(2) Tidak diimbangi dengan penolakan terhadap penderitaan yang lebih besar.
(3) Tidak dibalas dengan kebajikan.
(4) Bukan objek kepercayaan.
(5) Jenis penderitaan.
(6) Baik/terpuji: berupa cobaan iman sehingga ada hasilnya masih adil.
(7) Buruk: bila tak ada hash, berupa kerusakan = tidak adil.
(8) Jenis kesenangan.
(9) Langsung: puas.
(10) Tidak langsung: menderita dahulu sebelum puas.
7.2.5 Seini Rasionalis-Asyariah
(1) Dasar Penentuan Benar/Saiah: (a) Benar = apa yang dikehendaki dan dipenintah Allah,
Salah = apa yang dilarang Allah: (b) Perbuatan (benar/salah) itu ciptaan Tuhan dan
manusia; (c) Wahyu menentukan segala hal yang menjadi kewajiban secara moral dan
agama: (d) Peran wahyu (agama): mengonfirmasikan apa yang telah ditemukan oleh
2012
8
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
akal. Namun karena akal manusia terbatas/tidak sempurna, maka perlu aturan-aturan
agama sebagai pembimbingnya.
(2) Tanggungjawab Manusia: (a) Sebatas/sesuai dengan perbuatan yang berasal dan
kekuasaan yang diciptakan saja. Kekuasaan kreatif dan abadi ada di Tuhan; (b) Atas
perbuatan yang: wajib, dilarang, dianjurkan, makruh, dan dibolehkan (mubah). Semua
berasal dan wahyu.
(3) Keadilan Tuhan: Apa pun yang dilakukan/dikehendaki Tuhan itu adil.
10.2.6 Etika Filsafat
Latar belakang pendapat mayoritas ahli-ahli Islam: tidak ada mazhab etika dalam peinikiran
Islam (karena umat Islam meiniliki sumber yang cukup dan Al-Qur’an dan Hadis). Baru ada
pembahasan setelah bersinggungan dengan kebudayaan Yunani yang utamanya berhicara
tentang: (a) Konsep kebahagiaan, (b) Kekekalan jiwa, (c) Teori eksistensi dan emanasi.
Prinsip utama:
(1) Berpihak pada Leon etika yang bersifat universal dan fitri. Semua manusia pada
hakikatnya meiniliki pengetahuan fitri tentang Balk dan Buruk (pertemuan filsafat Islam
dengan filsafat Yunani).
(2) Moralitas dalam Islam didasarkan keadilan menempatkan segala sesuatu pada porsinya,
sesuai dengan teoni Moderas (hadd al-wasath) Aristoteles, A1-Qur’an: kaum muslim
sebagai umat jalan tengah, Hadis: urusan yang terbaik adalah pertengahannya.
(3) Tindakan etis akan menghasilkan kebahagiaan termasuk kebahagiaan di dunia dan fisik
(Ibnu Iniskawaih).
(4) Tindakan etis bersifat rasional (tidak sejalan dengan Kantianism).
Filsuf dan Teolog Mutazillah, percaya bahwa manusia-manusia yang qualified mampu
memperoleh pengetahuan tentang etika dan peinikiran rasional mereka.
Filsafat Etika Kant: Immanuel Kant; landasan bagi etika dan moralitas; adanya wujud
Tuhan, kebebasan berkehendak dan kekekalan jiwa (ini semua isu-isu agama); pada level
teoretis metafisika tidak berbeda dengan agama.
Menolak bahwa etika harus berbasis pengalaman; standar etika bukan berasal dan
contoh-contoh nyata, namun contoh (keteladanan) lah yang harus diuji oleh standar etika.
Hukum etika (norma) meiniliki keharusan absolute dan universal yang tidak dapat
dirusak oleh realitas parsial. Sifat keharusan bukan karena berkaitan dengari karakter
manusia saja, narnun juga karena etika adalah keharusan bagi orang yang herakal (inirip
dengan muktazilah).
2012
9
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menjauhkan kajian kebahagiaan dan wilayah etika. Kebahagiaan adalah sesuatu yang
diterima lewat realita, diuji lewat pengalaman parsial. Manusia terikat pada realita sehingga
kebahagiaan bersifat relatif (berbeda dengan sifat utama etika).
Tokoh-tokohnya adalah:
Al Farabi: sangat terpengaruh Aristoteles, memasukkan etika sebagal salah satu cabang
dalam ilmu sosial.
Al Tahanaivi: tentang teori praktik dalam etika. Etika secara teon adalali ilmu tentang
kemaslahatan individu atau pengaturan rumah tangga dan masyarakat (seperti Aristoteles),
dan secara praktis adalah etika tasawufyi. Bagian dan upaya rnengetahui keberadaan jiwa
(seperti ilmu kalam tentang keyakinan jiwa). Tidak ada hubungan etika secara teori dan
praktik.
Iniskawaih: tidak Iebih dan teori etika Plato, Anistoteles, dan Galen.
Kesimpulan Filsafat-Rasionalis: peiniki ran (teoni) mendahulu i perbuatan; keyakinan
mendahului penilaku; setiap perbuatan adalah netral nilai. Nilai suatu perbuatan bersifat
relatif terhadap konteks dan tujuannya. Penilaian dapat berbeda tergantung penerapannya.
Metafisika adalah objek bagi penalaran akal; etika harus bersandar pada metafisika
secara logis; metafisika bukan postulat yang harus diterima begitu saja (sufi: metafisika
merupakan tema pembuktian sekaligus keimanan); metode harus berbasis penyatuan dan
perilaku dan keyakinan; peinikiran (teori) mendahului perbuatan; keyakinan inendahului
perilaku; setiap perbuatan adalah netral nilai. Nilai suatu perbuatan bersifat relatif terhadap
konteks
dan
tujuannya.
Penilaian
dapat
berbeda
tergantung
penerapannya.
10.2.7 Etika Keagamaan
Ciri-cirinya antara lain:
(1) Berakar pada Al-Qur’an dan Hadis.
(2) Cenderung melepas kepelikan metodologi, langsung rnengungkapkan moralitas Islam
secara langsung.
(3) Kebaikan/perilaku yang baik menurut: al-Dunya, Iniskawaih, Hasan alBasni, Mawardi.
2012
10
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kebaikan/perilaku yang balk, Al-Dunya: ucapan yang benar, setia dan taat kepada Allah,
dermawan, membalas perbuatan balk, balk terhadap keluarga, balk terhadap tetangga,
menegakkan kebenaran, solider terhadap ternan, ramah tamah, rendah hati.
Iniskawaih: menyerang orang-orang yang asyik duniawi, tamak dan materialistis, jangan
salahkan orang lain, introspeksilah, ingat mati, jangan terlena duniawi.
Hasan al-Basri: kesederhanaan dan kesejahteraan sebagai dua kebaikan utama, sementara
penderitaan yang diberikan Allah sebagai ujian agar tidak terlena duniawi,metode: rasionalis
secara bertahap terhadap metode pembuktian silogistik dengan proses tradisional.
Mawardi: Kedudukan akal
Instingtif = tentang objek kewajiban - persepsi dan intuisi kebenaran utama
Perolehan = tumbuh
Cara melepas duniawi
(1) Ganti pikiran dan cinta dunia ke cinta han akhir.
(2) Paham bahwa pemuasan keinginan dan kehendak tidak akan pernah tercapal kecuali
dengan kedamalan pikiran.
(3) Arahkan pikiran ke kematian.
Aspek keadilan untuk persatuan politik
(1) Keaditan terhadap bawahan, penguasa, dan teman sederajat.
(2) Menahan din dan: pemaksaanlpenguasaan, sikap sombong, perbuatan yang
menyakitkan hati, menghina.
Bersikap adil = moderat, seimbang, berani, tenang, bijaksana, setia, dan bebas.
(1) Perilaku individu: 1) Rendah hati; 2) Sikap balk; 3) Sedenhana. 4) Kontrol din; 5)
Amanah; 6) Tidak in; 7) Jaga rahasia; 8) Iffah; 9) Sabar dan tabah; 10) Memberi nasihat
yang baik; 11) Jaga kepercayaan; dan 12) Kepantasan kunci moral = kemuliaan akhlak.
(2) Pemahaman tentang suasana (perbuatan) sehingga jiwa berada dalam kondisi terbaik
yang tidak mengungkapkan rasa dendam dengan sengaja dan tidak menjadi objek yang
pantas dihina. Dua disposisi akhlak: keluhuran budi, kehormatan dll.
7.2.8 Teori Keadilan Distribusi Islam
2012
11
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Para pengarnat mengatakan bahwa, tujuan distribusi dalam Islam adalah persamaan dalam
distribusi. Tapi apa yang dimaksud dengan persarnaan tersebut masih abstrak. Karena bagi
sebagian mengatakan bahwa, yang dimaksud adil itu bila setiap orang dihayar sesuai
dengan kontribusi yang ia berikan. Sebagian lagi mengatakan bahwa, keadilan itu
tergantung pada kebutuhan seseorang.
Dalam pandangan Munawar lqbal, bahwa yang dimaksud dengan distributive justice
dalam Islam adalah distribusi yang menjainin tiga hal berikut:
(1) Jaininan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua.
(2) Objektivitas atau keadilan tetapi bukan persamaan dalam pendapatan individu.
(3) Pembatasan ketidakmerataan ekstrem dalam pendapatan dan kekayaan individu.
Dan ada lagi yang berpendapat bahwa keadilan itu berarti:
(1) Kepada masing-masing pembagian yang sama.
(2) Kepada masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
(3) Kepada masing-masing sesuai dengan usahanya.
(4) Kepada masing-masing sesuai kontribusi sosialnya.
(5) Kepada masing-masing sesuai dengan kelebihannya (meritokrasi).
Dalam persoalan kebutuhan dasar dalam pandangan Islam adalah bagian terpenting
dan visi Islam dan tujuan utama dan sistem hidup yang dibangun. Islam mengizinkan
perbedaan dalam pendapatan, karena dasar keadilan bagi semua adalah adanya
kebebasan dalam melakukan pekerjaan dan ia akan mendapatkan income sesuai dengan
pekerjaannya. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa Islam menstimulasi agar terjadi disparitas
atau perbedaan yang sangat mencolok antara kaum yang punya penghasilan tinggi dan
rendah. Islam mencegah hat itu, karena persoalannya bukan karena agama ini hanya
menegakkan keadilan semata, tetapi juga mempromosikan kasih sayang resiprokal dan
kebajikan antarsesama sehingga lahirlah masyarakat adil dan makmur. Islam membangun
kohesivitas sosial, kasih sayang. dan persaudaraan. Hal itu diwujudkan dalam kewajiban
zakat, infak, dan sedekah yang merupakan bentuk nil dan kepedulian antarsesama yang
dibangun guna mewuj udkan keharmonisan sosial.
Dari semua pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan! keputusan etis
terganwng niatnya, yang dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW. berbunyi:
Bahwasannya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasannya apa yang diperoleh
oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang
berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya 1W akan diterirna oleh Allah dan
Rasulnya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena mencari dunia atau karena wanita
2012
12
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang akan dinikahinya, maka hijrahnya yaitu hanya akan memperoleh apa yang
diniatkannya.
10.3 Perspektif dan Ajaran Barat (Non Islam)
10.3.1 Teori Keadilan Distribusi
Inti dan teori ini bahwa “Perbuatan disebut etis bila menjunjung keadilan distribusi barang
dan jasa” yang berdasarkan pada konsep “fairness”. Konsep yang dikemukakan oleh John
Rawis, filsuf kontemporer dan Harvard, meiniliki nilai dasar keadilan (justice).
Di sini, suatu perbuatan adalah etikal bib berakibat pemerataanl kesamaan
kesejahteraan dan beban. Sehingga konsep ini berfokus kepada metode distribusinya.
Distribusi sesuai bagiannya, kebutuhannya, usahanya. sumbangan sosialnya dan sesuai
merit (jasa) nya, dengan ukuran hash yang dapat meningkatkan kerja sama dalam/antara
anggota masyarakat.
Walaupun berfokus pada keadilan dan pemerataan, pendekatan ini pun meiniliki
permasalahan dalam penerapannya. Mayoritas kita tidak mengetahui posisi terhadap hash
keputusan. Menguntungkan atau malah merugikan. Diperlukan informasi atau pengetahuan
tentang peran dan posisinya dalam masyarakat (Si kaya atau si iniskin, berkuasa atau tidak
punya kuasa) dan akibat dan keputusan tersebut.
10.3.2 Teori Utilitarianism
Teori etika yang paling mewakili pendekatan teleology disebut utilitarianism. Teori ini
mengarahkan kita dalam pengambilan kcputusan etika dengan pertimbangan manfaat
terbesar bagi banyak pihak sebagai hash akhirnya (the greatest good for the greatest
number). Artinya, bahwa hal yang benar didefinisi sebagai hal yang memaksimalisasi apa
yang baik atau meininimalisir apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang.
Semakin bermanfaat pada semakin banyak orang, perbuatan ilu semakin etis. Dasar
moral dan pembuatan hukurn ini bertahan paling lama dan relatif paling banyak
digunakan.(Jtilitarianism (dan kata utilis berarti manfaat) sering disebut pula dengan aliran
konsekuensialisme karena sangat berorientasi pada hash perbuatan.
Pendekatan ini dipandang liberal dan relatif paling mudah digunakan dengan bentuk
dasar analisis Biaya-Manfaat (cost-Benefit Analysis). Keputusan diambil pada manfaat
terbesar dibanding biayanya.
Bentham menciptakan prosedur mekanis untuk memperkirakan status moral dan suatu
perbuatan, metodenya disebut felific calculus. Dan kemudian S. Inill melakukan revisi dan
mengembangkan lebih lanjut konsep ini sehingga menjadi bagian penting dalam konsep
liberal dalam tujuan kebijakan negara.
2012
13
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Walaupun terlihat mudah diaplikasikan, namun terdapat kompleksitas dalam penerapan
teori pengambilan keputusan moral in Bagaimana kita membandingkan biaya dan manfaat
bagi manusia dan bukan manusia (alam, binatang, dan lain-lain) ? Bagaimana kita
mengukur kebahagiaan satu pihak dibanding kebahagiaan pihak lain? Bagaimana
menghitung cost dan benefit untuk hal-hal yang non-materi (kesehatan dan lain-lain).
Terdapat kritik pedas tentang pendekatan pengambilan keputusan moral ini karena
dianggap tidak melindungi hak ininoritas. Siapa yang menentukan apa yang balk untuk
sekelompok orang? Bagaimana nasib kelompok ininoritasnya? Hak dan keadilan individu
dapat saja terabaikan deini kelompok mayoritas, Bagaimana suara ininoritas dapat
terdengar agar perkembangan intelektual tetap berlanjut.
10.3.3 Konsep Deontologi
Deontologi berasal dan kata Deon yang berarti tugas atau kewajiban. Apabila sesuatu
dilakukan berdasarkan kewajiban, maka ia melepaskan sama
sekali moralitas dan konsekuensi perbuatannya. Jadi, kepuwsan menjadi baik karena
memang sesuai dengan “kewajiban”, dan dianggap buruk karena memang “dilarang.”
Prinsip dasar konsep ini adalah tugas (duty) individu untuk kesejahteraan sesama dan
kemanusiaan. Typical penganut pendekatan ini adalah orang-orang beragama (ikut
ketentuan/kewajiban dalam agama) dan orang hukum.
Tokoh pengembang konsep ini adalah Immanuel Kant (w. 1804). Kant mengembangkan
konsep
filosofi
moralnya
dalam
tiga
karyanya:
Fundamental Principles of the Metaphysic of Morals (1785), Critique of Practical Reason
(1788), and Metaphysics of Morals (1798). Teorinya yang disebut Kantianism Deontologi
mengatakan bahwa, keputusan moral harus berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-prinsip
universal, bukan “hasil” atau “konsekuensi” seperti dalam teleologi. Perbuatan balk hukan
karena hasilnya tapi karena mengikuti suatu prinsip yang baik berdasarkan kemauan yang
balk. ‘Kant percaya akan konsep terpentirig dalam moral, yaltu good will (fiat balk)”. Sebagai
contoh, mahasiswa dikatakan balk bila ia tidak menyontek karena tahu itu “salah” bukan
karena Ia “takut tertangkap”. Dasar dan konsep ini adalah yang disebutnya sebagai
“Kategori Imperatif’, prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang memang secara umum
(universal) dipraktikkan atau diterima. Suatu kewajiban yang tidak bersyarat atau kewajiban
yang harus dilakukan tanpa memandang kemauan atau perasaan kita. Suatu perbuatan
adalah balk karena memang harus dilakukan (= kewaj iban).
Jadi, sesuatu menjadi balk karena berdasarkan “kategori imperatif’ yang mewajibkan kita
begitu saja, tak tergantung syarat apa pun. Dasar filosofis Immanuel Kant tentang manusia
untuk Deontologi adalah “Manusia adalah suatu tujuan untuk dirinya. Sehingga manusia
2012
14
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
harus dihormati sebagal suatu tujuan tersendiri, tidak boleh dijadikan sarana untuk tujuan
lain”.
Masalah yang terjadi dalam penerapannya berada pada pengertian Kant tentang duty
(kewajiban). Bila tindakan berdasarkan perasaan atau lainnya yang tidak sesuai dengan
tugas manusia terhadap sesama dan kemanusiaan, maka menjadi tidak etis. Sebagal
contoh, “Petrus (penembak inisterius di zaman ORBA, Utilitarisme = OK, Deontologi = No;
SDSB, Judi di zaman All Sadikin, Terorisme dengan alasan Jihad.
10.3.4 Teori Keutamaan (Virtue Ethics)
Dasar teori keutamaan bukanlah “aturan atau prinsip yang secara universal benar atau
diterima”, namun “apa yang paling balk bagi manusia untuk hidup”. Dasar teori ini adalah
tidak menyoroti perbuatan manusia semata, namun seluruh manusia sebagai pelaku moral.
Memandang sikap dan akhlak seseorang: adil jujur, murah hail, dan lain-lain sebagai
keseluruhan.
Pendekatan inl menggunakan dasar peinikiran Aristoteles (384-322 SM) tentang
kebajikan/kesalehan, di mana manusia sebagal makhluk politik tak dapat lepas dan
polis/komunitasnya. Contoh nilai-nilai keutamaan di sini antara lain: Kebijaksanaan,
Keadilan, Rendah hati, Kerja Keras, Hidup yang Balk yaitu Hidup Berkeutamaan, Konteks
Kumuniter, Bisnis: Kejujuran, Fairness, Kepercayaan, dan Keuletan.
Nilai-nilai baik dan PLato, Aristoteles, dan juga St. Thomas Aquinas tentang keutamaan:
Religious (iman, sedekah, harapan) dan Intellectual (kebijaksanaan, keadilan, dan lain-lain).
10.3.5 Teori Hukum Abadi (Eternal Law)
Dasar dan teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus didasarkan ajaran kitab suci dan
alam, namun permasalahan timbul karena kemudian agama menganjurkan meninggalkan
keduniawian dengan meditasi (kegiatan spiritual saja) untuk menjadi orang sempurna.
10.3.6 Teori Personal Libertarianism
Dikembangkan oleh Robert Nozick, di mana perbuatan etikal diukur bukan dengan keadilan
distribusi kekayaan namun dengan keadilan/kesamaan kesempatan bagi semua terhadap
pilihan-pilihan yang ada (diketahul) untuk kemakmuran mereka. Teori ini percaya bahwa
moralitas akan tumbuh subur dan maksirnalisasi kebebasan individu.
Teoni ini bersifat deontologi karena melindungi hak kebebasan individu, namun bersifat
teleologi pula, karena juga melihat hasil, yaitu apakah kebebasan telah dibatasi atau tidak.
10.3.7 Teori Ethical Egoism
2012
15
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam teoni ini maksimalisasi kepentingan individu dilakukan sesuai keinginan individu yang
bersangkutan. Kepenlingan bukan harus barang!
kekayaan, bisa pula ketenaran, keluarga bahagia, pekerjaan yang balk atau apa pun yang
dianggap penting oleh pengambil keputusan.
Teori ini mengalaini pengembangan yang disebut Enlightened Ethical Egoism (self
interest), di mana berfokus pada kepentingan individu terhadap perspektif masyarakatl
kemanusiaan secara keseluruhan. Seseorang bisa meiniliki kepentingan untuk meiniliki
‘dunia yang baikH terhadap pouts1 asap mobil atau rokok dan lain-lain. Walaupun itu tidak
menguntungkannya.
10.3.8 Teori Existentialism
Tokoh yang mengernbangkan paham ini adalah Jean-Paul Sartre. Merturutnya standar
perilaku tidak dapat dirasionalisasikan. Tidak ada perbuatan yang benar-benar salah atau
benar-benar benar atau sebaliknya. Setiap oratig dapat meinilih prinsip etika yang disukai
karena manusia adalah apa yang ia inginkan dirinya menjadi.
Menurut interpretasinya eksistensi mendahului esensi. Awalnya manusia dahulu yang
ada kernudian baru Ia menentukan siapa dia atau esensi dirinya. Setiap orang adalah
makhluk bebas. Pertanggungjawaban moral berada pada setiap individu dengan caranya
sendiri-sendiri.
10.3.9 Teori Relativism
Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif. Jawaban etika terganLung dan
situasinya. Dasar peinikiran leon ini adalah bahwa tidak ada kriteria universal untuk
menentukan perbuatan etis. Setiap individu menggunakan kriterianya sendiri-sendini dan
berbeda setiap budaya/negara. Masalah yang timbul dalam praktiknya adalah self-centered
(egois), fokus pada din manusia individu mengabaikan interaksi dengan pihak luar system
dan pembuat keputusan tidak berpikir panjang, semua tergantung kriterianya sendiri.
10.3.10 Teori Hak (Right)
Teori ini cendening paling banyak digunakan dan populer untuk masa modern. Nilai dasar
yang dianut adalah liberty (kebebasan). Perbuatan etis harus berdasarkan hak individu
terhadap kebebasan meinilih. Setiap individu meiniliki hak moral yang tidak dapat ditawar.
Dalam praktiknya ditemui masalah karena seseorang biasanya ininta haknya
didahulukan, atau batasan hak sering tidak jelas (peraturan sering mengorbankan
ininoritas).
Penerapan etika yang mengadopsi nilai-nilai moralitas dapat juga diacu kepada teori hak
manusia. Teori ini menilai baik buruk sesuatu perbuatan atau tindakan seseorang adalah
2012
16
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berdasarkan perolehan dan penghargaan terhadap hak seseorang. Manusia sebagai
rnakhluk Tuhan dan makhluk sosial mempunyai hak dalam kehidupannya yaiig disebut
dengan hak manusia atau hak asasi manusia.
Hak manusia adalah hak yang dianggap melekat pada setiap manusia, sebab berkaitan
dengan realitas hidup manusia sendiri. Hak tersebut dinamakan “hak manusia” sebab
manusia harus dinilai menurut martabatnya. Menurut Abdulkadir Muhammad (2006:9) Hak
manusia mempunyai sifat dasar dan asasi (human rights ), sehingga hak manusia tersebut
merupakan hak yang : (1) Tidak dapat dicabut atau direbut karena sudah ada sejak manusia
itu ada; (2) Tidak tergantung dan persetujuan orang; (3) Merupakan bagian dan eksistensi
manusia di dunia.
Hak asasi manusia mendasari seluruh organisasi hidup bersama termasuk organisasi
bermotif profit atau bisnis, dan dapat menjadi undangundang. Makna hak asasi manusia
menjadi jelas ketika pengakuan hak tersebut dipandang sebagai bagian humanisasi hidup
yang tetah mulai digalang sejak manusia menyadari tempat dan tugasnya di dunia ini.
Diantara hak asasi manusia yang terpenting dan telah dirumuskan antara lain tercantum
dalam Magna Charta (1215) yang menyebutkan bahwa manusia berhak menghadap
pengadilan. Dalam The Virginia Bill of Rights (1776) ditegaskan bawa manusia berhak atas
4fe, liberty, the pursuit of happiness dan declaration des dro its de i “homme et du citoyen
(1791) yang menyatakan bahwa manusia berhak atas egalite,frarernite, dan liberte.
Hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah suatu hadiah dan seseorang, tetapi diperoleh
dengan perjuangan. Magna charta diperoleh setelah raja John Lackland dipaksa untuk
menandatangani piagam tersebut. sehingga kekuasaan raja dibatasi, antara lain dengan
adanya aturan pajak harus seizin Great Council (dewan tertinggi), hak-hak asasi manusia
lebih penting daripada kedaulatan raja dan warga negara yang merdeka tidak boleh di
tahan, diasingkan, di buang. di hukum mati. dirampas kekayaannya. atau diperkosa hakhaknya tanpa pertimbangan hukum dan undang-undang. Undang-undang Hak Warga
Negara (Bill of Right) merupakan hasil revolusi besar menantang raja James II dan Inggris.
Dalam undang-undang ini pengakuan akan hak-hak asasi manusia mengalaini kemajuan
besar dengan adanya: (1) Kebebasan dan kerahasiaan dalam peinilihan anggota parlemen;
(2) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat; (3) Pajak, undangundang dan
pembentukan tentara harus seizin parlemen; (4) Hak warga negara untuk memeluk dan
menjalankan agarna inenurut kepercayaan masing-masing; dan (5) ParLernen berhak untuk
mengubah keputusan raja.
Puncak pengakuan hak asasi manusia dicapal pada saat PBB memprokiamasikan
pernyataan universal tentang hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Right)
pada tanggal 10 Desember 1948 yang dalam mukadimahnya menyebutkan bahwa
sesungguhnya hak-hak kodrati manusia merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa.
2012
17
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hak-hak kodrati tersebut tidak dapat dipisahkan dan manusia itu sendiri, karena setiap
manusia berhak untuk hidup layak, bebas tanpa tekanan, selamat, dan bahagia. Dan
dekiarasi tersebut kemudian lahirnya berbagai konvensi atau kesepakatan-kesepakatan
intemasional yang membahas dan menelapkan hak-hak asasi manusia, seperti:
(I) Hak berorganisasi dan berunding (1 Juli 1949). Semua orang termasuk karyawan
perusahaan meiniliki hak untuk berorganisasi dan melakukan perundingan, baik di
lingkungan perusahaan dimana dia bekerja maupun di luar perusahaan.
(2) Pengupahan yang sama bagi buruh pria dan wanita untuk pekerjaan yang sama (29 Juni
1951); Jenis kelainin yang berbeda tidak dapat digunakan perusahaan untuk
membedakan upah, terkecuali pada pekerjaan yang berbeda. Dalam hal ini dianut
prinsip kesetaraan gender.
(3) Hak-hak politik wanita (20 Desember 1952); Dalam beberapa hal kaum perempuan
berbeda dengan para laki- laki. Wariita secara kodrati lebih lemah dan laki-laki dan
ditakdirkan sebagai ibu orang yang melahirkan. Karenanya wanita berhak untuk
dilindungi dan pekerjaan berat secara fisik dan diberi waktu untuk proses melahirkan.
(4) Hak-hak anak (20 November 1959); Pelaku bisnis tidak dibenarkan menggunakan anakanak sebagai tenaga kerja.
(5) Menentang diskriininasi dalam pendidikan (21 Desember 1961); Perusahaan tidak
dibenarkan melakukan diskriininasi dalam kesempatan pendidikan. Sernua karyawan
memperoleh hak dan peluang yang sama dalam fasilitas pendidikan. Hal ini bukan
berarti bahwa semua karyawan harus diberi fasilitas untuk melanjutkan pendidikan,
namun bila ada peluang, perusahaan tidak dibenarkan membedakan peluang
berdasarkan jenis kelainin, asal, againa. suku dan sebagainya.
(6) Hak ekonorni, sosial, dan budaya (16 Desember 1966); Termasuk dalam hak ekonoini
adalah: kebebasan atas hak inilik. hak mendapatkan pekerjaan, hak mendapatkan
kesempatan yang sama dalarn bekerja, hak terhadap produksi, hak menyangkut
konsumsi, dan hak alas pangan. Hak sosial adalah hak pelayanan kesehatan, termasuk
hak atas Iingkungan hidup yang sehat dan hak untuk mendapatkan tingkat hidup yang
menjainin kesehatan dan kesejahteraan. Hak budaya adalah hak memperoleh
pendidikan.
(7) Hak-hak sipil dan polilik (16 Desember 1966). Termasuk hak hidup, hak persarnaan,
kebebasan berpikir dan menyalakan pendapat, dan hak kebebasan berkumpul.
Karena manusia pada dasarnya adalali sama, maka hak didasarkan atas martabat
manusia itu sendiri dan martabat semua manusia itu adalah sama dan akibatnya dia tidak
boleh diperlakukan dengan cara yang berbeda. Dalam hal ini manusia individual siapapun
tidak boleh dikorbankan deini tercapainya suatu tujuan yang lain. Manusia selalu harus
2012
18
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dihormati sebagai tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai
sarana deini untuk tercapainya tujuan lain (Bertens, 2000:73).
Semua hak-hak asasi yang disebut di atas dan telah menjadi kesepakatan internasional
dan dinyatakan berlaku harus dan wajib untuk digunakan oleh pebisnis balk secara pribadi
maupun organisasinya. Selain hak- hak di alas secara personal seseorang itu meiniliki hak
privasi yang tak dapat dilanggar oleh siapapun. Hak privasi itu antara lain hak privasi untuk
tidak diganggu, hak privasi psikologis, dan hak privasi fisik. Seseorang katakanlah
konsumen meiniliki hak untuk memutuskan apa, kepada siapa, dan berapa banyak informasi
dirinya yang boleh diungkapkan kepada pihak Iainnya. Dengan dalih apapun informasi atau
data pribadi seseorang tidak dapat diberikan dalam bentuk apapun kepada pihak lain tanpa
izin dan yang bersangkulan.
Secara psikologis seseorang itu meiniliki hak privasinya, yakni hakhak yang bertalian
dengan kehidupan din seseorang, termasuk dianlaranya adalah pikiran dan rencana,
keyakinan atau kepercayaan, nilai-nilai pribadi, perasaan, dan keinginannya. Seseorang itu
meiniliki hak privasi yang berhubungan dengan fisiknya yang tidak dapat dilanggar orang
lain, inisalnya hak untuk tidak ditelanjangi di depan umum.
Terkait dengan hak privasi iiii. ada beberapa hat yang harus diperhatikan pebisnis atau
seseorang terhadap orang lainnya termasuk pelanggan. yakni relevansi, pemberitahuan,
persetuj uan, ketepatan, tujuan dan pdneri ma dan kearnanan. Data relevansi dengan tujuan
penggunaan data tet-sebut. Pengumpul informasi harus memberitahukan kepada orang
yang datanya diininta katakanlah pelanggan tentang tujuan pengumpulan atau pendataan
tersebut.
Data perorangan atau pribadi baru dapat dicatat. dikumpulkan dan dibukukan bilamana
sudah mendapatkan persetujuan (izin) dan peiniliknya dan hanya dapat dipakai untuk tujuan
yang telah disctujui pula. Informasi yang diperoleh dan dicatat dan seseorang itu secara
hukurn ini harus akurat dan meiniliki tujuan yang sah dan dapat dinikrnati pemberi informasi
(pelanggan). Selain itu informasi yang dikumpulkan pihak pelaku bisnis (penerima informasi)
dapat mengamankan dan tidak memberikannya kepada pihak- pihak yang tidak disetujui
peiniliknya. balk secara implisit maupun eksplisit.
Pelanggan dalam kacamata etika, berhak mendapatkan haknya dan ekonoini usaha
bebas (Free enterprise economy) yakni hak untuk membuat pilihan yang terinformasi dan
tidak terbatas dan suatu susunan alternatif, bila hak ini dikurangi karena penyalahgunaan
bisnis, konsensus masyarakat menegaskan bahwa pemerintah wajib mempengaruhi pilihan
konsumcn melalui pembatasan datam kelautan monopoli dan metalui pengembangan
kecurangan dan praktek dagang lain yang tidak jujur (Engel, 1994:6).
2012
19
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Erni Ernawan. 2011. Business Ethics. Penerbit Alfabeta Bandung.
2012
20
Etika Bisnis dan Profesi
Islamiah Kamil, SE., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download