Tulisan ini bermula di ambil dari permintaan untuk mengupload kembali tautan para sukerelawan hipnoterapi yang mengadakan "Gerakan Peduli Kesembuhan LGBT" sebagai wujud kepedulian kami terhadap kemanusiaan, secara serentak seluruh Indonesia. Hypnotherapist, Psikiater dan Sukarelawan yang tergabung dalam " Gerakan Peduli Kesembuhan LGBT " di bawah ini : 1. Arief FB, SH, CH, CHt, CI (M2S) Probolinggo 0822-9889-6969 / 2AC2C0F1 2. Faiz S, CH, CHt, CI, (Nine Leaves) Jogjakarta 0822-2508-7311 / 25E5EE51 3. Rangga Indrawan, GMH, CHEFT, CHt (BHB Community) Bandung 0813-2076-4811 / 54C31848 4. Mujahid Ash Saleh, (M2S) Pasuruan 0838-3366-0777 / 54E3568F 5. Andreamsyah, Amd.Kep, CH, CHt, CI, N.NLP (IBH) Pasuruan 0812-3492-7341 / 570D3FD0 6. Master Reed Wanadi, (JHC) Jogjakarta 0812-2771-1010 / 527D8399 7. Rendy Angga (RA Consulting) Kalimantan Tengah 0813-2775-8809 / 5A1847A7 8. Muhammad Solekhan, CH, CHt, CI (HTM) Semarang 0838-4335-3975 / 57615689 9. Abdul Kholiq Nur, S.Psi, CH, CHt, CRM, Semarang 0822-2527-1756 / 5B462073 10. Zul Kifli, CH, CHt (M2S) Probolinggo 0898-0441-231 / 52116612 11. Slamet Wahyudi Cht CI, (HTM) Semarang 0878-3461-1420 / 7E63B122 12. Ir. Mutya Dewi Pramardita, CH, CHt, CI (EMT) Jakarta 0857-1162-6362 / 53E4F45F 13. Raymond Sanjaya Adhy, CH, CHt, CI (Nine Leaves) Jogjakarta 0856-4395-9115 / 5383DBC5 14. Imron Rosyadi, (IBH, NLP) Pasuruan 085755254691 / 5B28E5FF 15. Aung Wahyudin, CH, CHt, (IBH, NGH) Klinik Hypnotherapy Bandung 0822-1900-1321 / 7F820A30 16. Agus Ikhsan, CH, CHt, M.LHC (LHC) Lumajang 0852-0491-9895 / 326AC7E1 17. Hisyam Mukti A, S.Pd, CH, CHt, CI (Hypno Motiva) Pemalang 0856-2553-716 / 5731A1D9 18. Mulyadi Syahputra, (Hypno Foundation Yogyakarta) Yogyakarta 0852-6011-2716 / 545F0E39 19. Suhartono, S.Pd, CH, CHt, CI, CHVM, Probolinggo 0813-3666-0060 / 7BFBF8E7 20. MC.s Obby, CH, CHt, CI, NLPe (HMC) Surabaya 0813-3034-8803 / 7BFD0C7B 21. Mr. R.E.M.P.O.N.G, Tangerang & Belitang OKU Timur 0857-9039-2848 / 75763E63 22. R. Ngt. Ambar Harum, CH, CHt, CI (Rumah Hypnotherapy Jogyakarta) Jogjakarta 0812-2962-959 23. M Anthon Subekhi, Klaten 0822-2045-0098 24. Dhamar Baroz, CH, Cht, CMH (GHC) Kebumen 0877-3277-8999 / 5C936182 25. Gunawan Ardiyanto, Kebumen 0812-5482-1988 / 2BF312B0 26. Askan Setiabudi, CI (School of Hypnosis) Malang 0878-5993-3862 27. Yuni M, SE, MEI, CHt, CI, CM.NNLP, CT, CMIH (Bogor) 0813-8751-3276 28. Yayuk N, CHVM (LHC) Lumajang 0822-3127-8044 29. Agus Setiawan, CH, CHt, CI (IBH) 0899-986-480 30. Syaiful, CH, CHt (IBH) Bogor 0813-1420-648 31. Roy Samudra CHt,CI,MNLP ( SSH ) JKT-BALI 0819-1969-4777 32. ABU ALDIZAID. Therapy Hidup Sehat, Kartosuro, SOLO dan Pondok Cabe, TANGSEL. 089691153260/ 2A9B58E0 33.Nurse ZHEN,(MTC)MOJOKERTO.Tlp/WA:081554142297 34. Zein, jogja-kalsel, 0818751912 35. Abah Abror, C.NNLP, C.ICT, CI CHt. Jakarta 081513000045 36. Bambang WEN Tangerang Selatan 0816779249 Sontak membuat kaget warga Forum Rembuk BK ketika bapak Profesor Sunaryo menyampaikan respon terhadap usaha para sukarelawan tersebut, Gagasan dan langkah kmanusiaan yang luar biasa. Sekedar saran sebutan LGBT kita sebut saja penyimpangan perilaku seksual. Makin sebutan LBGT diangkat terus dan semakin banyak orang yg menyebut sebutan itu secara sosiopsikologis komunitas ini semakin terasa terakui eksistensinya. Ini bukan sekedar penyakit sosial tapi sebuah moment kampanye "jati diri" untuk mmperjuangkan pengakuan. Dirasakan memang benar yang disampaikan oleh beliau, kampanye LGBT sangat gencar di tiap media, secara hukum alam semaikin di kenal maka akan semakin di sayang, sungguh mengerikan hal ini terjadi. Bisa jadi Indonesia akan menyusul negara Amerika serikat. Pendapat Prof Sunaryo, juga dukung oleh Kaprodi BK Universitas Darul Ulum, Hasby (2016) Dengan kita membincangkan LGBT maka komunitas tersebut semakin percaya diri dengan keberadaannya. Dan merasa hal itu sudah diakui, saya setuju dengan Prof. Sunaryo agar sebutan LGBT penyimpangan perilaku seksual. Ibu Retno seorang pemerhati dunia pendidikan mengulang totonan diskusi di ILC, Ketika saya mengikuti acara yang dipandu oleh Karni Ilyas di TV swasta. Saya setuju pendapat salah seorang jurnalis muda perempuan, yang pada intinya tidak turut sebarkan di media. Dan saya mencoba mengambil sikap ,dengan tidak mengatakannya .seperti yg baru saja saya kirim ke forum. Trimakasih Prof Sunaryo sudah memberikan masukan yang lebih pas, sebagai penggantian istilah semula ujar beliau. Paparan Prof Sunaryo lebih lanjut dalam diskusi mengupas lebih jauh terkait penyimpangan seksual ini, Ke empat predikat itu Lesbi, Gay, Bisexual dan Transgender, dulu terpisah-pisah. Sekarang mereka satukan dalam satu sebutan dan dipandang perilaku normal. Kalaupun ada upaya peneymbuhan, mereka tidak merasa dan menganggap dirinya sakit/ menyimpang. Oleh karena sebutan yg pas antara lain penyimpangan prilaku seksual , jelas-jelas menyimpang dan sakit. Diskusi bersambung, ada warga forum yang menyatakan setuju dengan pendapat Prof Sunaryo, memang dia (pelaku penyimpangan seksual) sakit, bisa juga sakitnya karena lingkungan dan juga bisa karena hereditas, dibawa dari lahir karena gen, kelainan hormon. Sempat di ekspos juga terkait penanganan konseli yang mengalami kelainan ini. “Beberapa bulan yang lalu saya menerima layanan konseling, konseli yang trans gender, dari permasalahan konseli saya, dia mengalami masalah itu karena dia tidak Percaya Diri dengan kelakilakiannya dan dia ingin jadi laki-laki macho akhirnya dia amat sering melihat dan membeli majalahmajalah laki-laki macho agar biar jadi macho, semakin dia melihat hal itu dia muncul rasa ketertarikan dengan dengan laki-laki. Dan sudah punya pacar laki. Alhamdulillah berkat ridho Alloh. Saya menangani dengan konseling kognitif behavior dan alhamdulillah permasalahannya sudah terentaskan”. Sehingga menurut faktor lingkungan dan Genetika ternyata ada faktor kognitif juga sahut konselor tersebut. Profesor Sunaryo, mengatakan mereka harus dibantu untuk meluruskan perilaku mnyimpang itu. Himbauan tersebut diharapkan, peran konselor sekolah harus pro aktif untuk memberikan layanan preventifnya sebelum terjadi penyimpangan. Celetuk warga forum bu Indriani semakin menghangatkan diskusi, bila penyebab atau latar belakang penyimpangan dari genitika sangat sulit sembuh, apa kita tidak bisa menerima beliau yang mempunyai kekurangan demikian? Satu pertanyaan belum terjawab, kemudian disusul penyebab yang lain menurutnya justru lebih dominan, yaitu faktor komunitas dari pergaulan bisa berpengaruh besar. Saya sekarang menangani konseli yang lesbian, namun belum selesai proses konselingnya. Masih dalam tahap assesmen. Dari hasil assesment saya simpulkan bahwa komunitas si anak adalah lesbian. Terhadap respon warga forum, Bu Indriani masih mencoba mengejar dengan mengaitkan pertanyaan di awal, maaf bila lesbi pasti satu ada yang tertular dan satu memang dari lahir. Yang dari lahir sulit untuk di sembuhkan, tetapi yang tertular mungkin bisa dengan terapi yang bagus, dengan terapi moral dan keagamaan. Baiklah ada yang menarik dalam hal ini “terapi bernafas agama dukungan agama sebagai wakil dari moral”. Menjawab pertanyaan dari bu Indriani memang tidak mudah, alhamdulillah ada warga forum yang mencoba membagikan prinsip penyembuhan dari Prof Lubis, Understanding that Heals (mengerti yang menyembuhkan). Prof lubis itu psikiater nomor wahid, namun dia tdak mengutamakan obatobatan untuk menyelesaikan masalah kliennya. Mengelitik sekali sehingga saya pribadi jadi tertarik untuk bertanya, memang ada terapi obat untuk penyimpangan seksual ini pak hasby? Beliau pribadi menjawab, Pak Dwi mohon maaf pak saya tdak bisa menjawab pertanyaan bapak, itu kode etik profesi pak. Baiklah pak Hasby barangkali ini keterbatasan ilmu yang saya miliki, memang saya sendiri belum mengenal obat-obatan dalam perilaku seksual menyimpang ini, kecuali gejala psikis yang menyertai. Bahkan malah banyak yang menyalahgunakan klinis untuk mereka merubah jati dirinya seperti penyuntikan hormon. Pak hasby melanjutkan, kata Frued tujuan terapi adalah to make the unconscious, conscious. Jadi tindakan mengerti sesungguhnya identik dengan tindakan menyadari. Maka tujuan terapi adalah menjadikan yang tidak mengerti, dimengerti. Mendengarkan uraian pak hasby jadi teringat buku Prof Ayub, penanganan dapat melalui terapi supportive, insight oriented, behaviour therapy. Justru ada yang menarik muncul pertanyaan bumerang oleh warga di forum. Maaf bu indriani, bagaimana mengetahui itu tertular dan dari lahir? Pertanyaan ini membuka hal baru dalam diskusi, benarkah ada sebab kelainan genitika yang melatar-belakangi (bawaan dari lahir). Dari fisik yang nampak ada kelainan yang menggoda itu dari lahir yang di goda itu yang tertular, jawab bu Indriani. Demikian dari lapangan yang saya terima. Mgkn ada yg bisa menambah? Memang bu Indriani adalah warga forum yang suka bertanya. Takut juga nanti ditanyai balik oleh bu Indriani, akan tetapi rasa protes tidak bisa dihilangkan ahkirnya saya memaksakan diri untuk bertanya, saya kurang setuju yah terkait keturunan, bagaimana kesan dan rasanya. Alhamdulillah ada yang mendukung saya dari kota Tulungagung, pak Yoyon, maaf saya kok tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan genetik - keturunan – bawaan. Bu Dewi Ramdhani yang ikut menyimak dalam diskusi ahkirnya terpancing juga urun rembuk, Bukan turunan tapi kelainan gen. Bisa karena gangguan pada saat dikandung, ibu kena virus atau penyakit tertentu atau kecelakaan yang mengganggu perkembangan janin. Dengan kecelakaan pun saya kurang setuju bu dewi jika dikatakan dari lahir, saat merespon manuver bu Dewi. Tidak kalah sengit, bu dewi segera menjawab “Bukan dari lahir, saya bilang gangguan perkembangan janin, misal gangguan pada otak. Jadi terjadi pada saat dikandung, sebelum lahir. Ahkirnya pak Yoyon mulai mengajak kenuansa ilmiah untuk mengurai benang kusut ini secara perlahan, maaf bu tapi saya telusuri selama beberapa tahun belakangan, saya belum menemukan dasar / penelitian yang valid terhadap hal tersebut. saya belum menemukan referensi dari gen, atau kelainan janin. dari pengalaman tampaknya pengaruh lingkungan sosial dan keluarga lebih dominan. LGBT itu hanyalah spektrum gender dan orientasi seksual. LGBT bukan hanya terjadi pada manusia saja tetapi pada hewan seperti lumba-lumba, simpanse, anjing, kucing, dan hewan-hewan lain yang memiliki syaraf otak yang kompleks. Mulai membahas kedaerahan, dan contoh khas nusantara, pak Hasby memaparkan pada suku Bugis di Sulawesi Selatan, terdapat setidaknya empat identitas gender yang diakui ditambah identitas kelima yaitu ‘para-gender’. Selain laki-laki (oroane) dan perempuan (makunrai) (kategori yang mirip dengan yang terdapat di Australia), ada pulacalalai* secara biologis ia adalah perempuan yang mengambil banyak peran dan fungsi yang diharapkan dari laki-laki; calabai secara biologis ia adalah laki-laki yang dalam banyak hal mematuhi harapan wanita, dan Bissu. Bissu adalah pendeta di tengah suku Bugis di Sulawesi Selatan. Bissu digambarkan sebagai sosok berkelamin ganda yang membawa unsur perempuan dan laki-laki Sikap kalau dia setuju dengan perilaku menyimpang maka akan lanjut, misal diwujudkan dalam perilaku menyukai sesama jenis, perilaku tersebut berulang terus sampai menjadi kebiasaan jadilah sifat. Jika dia mengambil sikap tidak setuju, akan diikuti perilaku untuk mencari kesembuhan. Profesor Furqon dalam diskusi ternyata berkenan hadir, beliau mengkutip teori terkait penyimpangan seksual ini (harap ditelaah baik-baik). Dalam sebuah pemberitaan yang dilansir BBC Indonesia berdasarkan narasumber seorang ahli bedah saraf Indonesia Dr Roslan Yusni Hassan (Ryu Hassan) mengatakan bahwa lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) itu bukanlah sebuah penyakit. Orientasi seks terhadap sesama jenis adalah sebuah perbedaan biasa di dalam hidup. Hal ini disebabkan karena para LGBT mempunyai struktur otak yang berbeda dari orang yang non homoseksual. Tidak ada yang bisa "mengotak-atik" struktur otak. Dengan kata lain, jika struktur otak LGBT berbeda dengan yang non-LGBT maka hal ini adalah sesuatu yang natural dan alamiah. Karena, itulah yang sudah didesain oleh "pabrik" otaknya (baik dalam segi struktur maupun fungsi). Terimalah LGBT untuk menjadi dirinya sendiri, begitu pernyataan Ryu Hassan. Orang awam yang tidak pernah mempelajari otak atau bahkan tidak pernah melihat langsung otak manusia seperti apa, sebaiknya tidak menerima informasi tersebut tanpa sebuah filter. Karena, filter yang terbaik itu adalah ilmu. William James, seorang psikolog Amerika, adalah orang yang pertama kali mencetuskan ide bahwa otak itu bisa mengorganisasikan (mengubah) dirinya sendiri. Hal itu dikenal untuk hari ini dalam ilmu yang mempelajari otak (neuroscience) dengan istilah neuroplasticity, istilah yang pertama kali dikenalkan oleh Jerzy Konorski, seorang neuroscientist asal Polandia pada 1948. Neuroplasticity mendobrak kebuntuan pemikiran dunia kedokteran yang terkungkung dalam konsep yang salah tentang otak selama tiga abad; otak manusia berhenti berkembang pada umur tertentu. Penemuan konsep ini menyatakan, otak manusia berubah-ubah, baik struktur maupun fungsinya sampai kapan pun bergantung pada pengalaman yang dilakukan. Pengalaman ini meliputi lingkungan, perilaku, pemikiran, persepsi, perasaan, emosi, bahkan kebiasaan berimajinasi sekali pun. Otak tak ubahnya seperti plastik yang bisa berubah bentuk dan sangat fleksibel. Lalu, apa yang menyebabkan perubahan tersebut? Jawabannya adalah perilaku dan pengalaman yang kita buat. Donald Hebb, psikolog asal Kanada, mengemukakan ungkapan yang terkenal, "Neurons fire together, wire together" (Saraf yang aktif bersamaan akan membentuk jaringan secara bersamaan pula). Pemikiran, perasaan, orientasi seksual, persepsi, termasuk sensasi fisik yang dibayangkan, mengaktifkan ribuan saraf secara bersamaan. Ketika sebuah pemikiran ataupun perasaan tersebut diulang terus-menerus, ribuan saraf tersebut akan membentuk dan menguatkan jaringan sistem saraf yang unik untuk pemikiran atau perasaan tersebut. Adanya konsep neuroplasticity ini menyampaikan bahwa perbedaan struktur otak tidak sertamerta menyebabkan seseorang mempunyai orientasi seksual LGBT. Akan tetapi, kebiasaan, pengalaman, dan gaya hidup yang dibangunlah yang bisa mengubah struktur dan fungsi otak, sehingga menghasilkan orientasi dan perasaan intim terhadap sesama jenis. Menyatakan dengan serta-merta bahwa LGBT disebabkan karena adanya faktor perbedaan dari struktur otak sangatlah naif dan hal itu tidak berdasarkan pemikiran yang mendalam dan komprehensif dengan mempertimbangkan penelitian yang mutakhir. Untuk bisa menyatakan sebab-akibat, harus melakukan serangkaian penelitian eksperimen yang sudah teruji, baik dari segi validitas maupun reliabilitasnya. Cara kerja sistem saraf amatlah rumit. Perbedaan struktur maupun fungsi otak bisa berubah karena adanya sebuah pengalaman yang terus-menerus dilakukan. Adanya perbedaan struktur dan fungsi otak para LGBT bisa disebabkan karena lingkungan dan kebiasaan yang mereka lakukan. Sebagai contoh, di mana dan dengan siapa mereka bergaul, mendiskusikan tentang seks, mempunyai pengalaman yang pahit karena dikecewakan oleh lawan jenis dan kebiasaan berimajinasi dalam keintiman dengan sesama jenis. Gerakan LGBT Banyak publik tidak mengetahui bahwa gerakan LGBT untuk bisa diterima di masyarakat luas sudah dimulai sejak 1960-an. Memang benar, homoseksual tidak lagi dicantumkan sebagai penyakit mental di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II) pada 1973. DSM adalah kitab sucinya para psikolog dan psikiater di seluruh dunia untuk menentukan kategorisasi penyakit-penyakit mental. DSM selalu direvisi tiap beberapa tahun berdasarkan hasil penelitian yang valid. Pencabutan homoseksual dari DSM pada 1973 yang berdampak pada pandangan bahwa homoseksual bukan lagi sebagai penyakit jiwa, dilakukan bukan berdasarkan hasil penelitian. Namun, berdasarkan adanya desakan politik dan demonstrasi besar-besaran. Gerakan ini merupakan rentetan dari pergerakan hak kebebasan warga Amerika kulit hitam pada 1950-an. Persamaan hak warga Amerika kulit hitam ini juga berimbas pada munculnya gerakan feminis dan juga aktivis gay yang mencapai puncaknya di Amerika pada 1970-an. Jika merujuk pada kacamata saintifik, pembenaran bahwa homoseksual bukan penyakit mental bukanlah berdasarkan fakta dan data, melainkan lebih berdasarkan gerakan politik. Penelitian pertama kali tentang LGBT, menurut kacamata neuroscience, adalah dengan membandingkan volume (ukuran) otak orang normal dan homoseksual yang sudah meninggal. Hasil penelitian itu menunjukkan adanya perbedaan antara ukuran otak orang non homoseksual dan homoseksual. Hasil penelitian ini dipublikasikan secara masif di berbagai media Barat pada saat itu. Salah satu prinsip riset adalah harus bisa diuji ulang kembali. Ketika penelitian itu ditelaah kembali, ditemukan ada tahapan awal yang tidak sama sebelum melakukan pembandingan. Untuk sampel yang homoseksual, ditemukan bahwa ia telah mengidap HIV dalam kurun waktu cukup lama sebelum meninggal. Dengan tidak adanya sistem pertahanan (immune system) di dalam tubuh akibat serangan virus HIV maka otaknya terinfeksi virus lain yang menyebabkan mengecilnya ukuran otak orang tersebut. Volume otak Jadi, perbedaan volume otak itu bukan menjadi penyebab mempunyai orientasi homoseksual, melainkan disebabkan adanya faktor eksternal. Amat disayangkan hasil penelitian yang kedua ini tidak pernah terungkap ke publik karena dapat mengancam pergerakan LGBT. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa virus HIV pertama kali ditemukan pada pasangan gay yang melakukan hubungan seks melalui anus (rectum). Rectum merupakan tempat "pembuangan" terakhir (buang air besar) yang sangat kotor dan mengandung banyak bakteri. Adanya cairan sperma di dalam rectum dan bercampur dengan bakteri yang kotor menyebabkan awal mula virus HIV. Namun, berbagai kalangan mengatakan, virus HIV ini berasal karena adanya hubungan seks antara orang Afrika dan monyet. Tentunya, hal ini tak berdasar dan mencoba untuk mengalihkan isu agar homoseksual tidak dianggap sebagai sumber kedatangan virus HIV. Penyebaran HIV begitu cepat dan berimbas tidak hanya di kalangan kaum LGBT, tapi juga memakan korban ribuan bayi tak berdosa yang baru terlahir. Mereka tertular HIV sejak masih di dalam rahim sang ibu. Pembenaran akan LGBT melalui sudut pandang neuroscience akan berdampak pada masalah lain yang lebih kompleks. Mungkin, keluarga kita akan menjadi korban pada kemudian hari, berawal dari pembenaran bahwa struktur dan fungsi otak LGBT itu alamiah. Selamatkan anak cucu kita dengan memberikan ruang lebih bagi keluarga heteroseksual, bukan keluarga homoseksual. Saya mengimbau para ilmuwan dan ahli di bidang masing-masing di negeri ini, seperti dokter ahli (bedah) saraf, psikolog, psikiater, sosiolog, ahli hukum, dan lainnya. Gunakanlah ilmu Anda untuk kemaslahatan hidup orang banyak. Berikan informasi yang benar pada publik yang tidak pernah bersentuhan secara mendalam dengan dunia medis, psikologi, saraf otak, dan bidang ilmu lainnya. Ilmu itu adalah amanah, bukan anak panah yang dengan cepat bisa melesat dan melumpuhkan siapa saja. Memberikan pernyataan bahwa LGBT adalah variasi dalam kehidupan manusia dan dibungkus atas nama ilmu pengetahuan adalah pelacuran intelektualitas dan pembodohan terhadap masyarakat awam yang tak mengenal sulitnya mempelajari otak manusia. Otak itu kecil, hanya sebesar genggaman tangan manusia. Tapi, esensi kita sebagai manusia banyak tersimpan di dalam seonggok protein itu. Semakin dipelajari semakin sulit, begitulah otak. Namun, di dalam kesulitan itulah tersimpan berbagai hikmah yang bisa bermanfaat untuk seluruh umat manusia. Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bisa bermanfaat bagi lainnya, bukan yang bisa membodohi antarsesamanya. (Ihshan Gumilar-Peneliti Psikologi Saraf/Neuropsychology). Prof esor Furqon juga mengkutip opini mbak Nunik Iswardhani untuk memahami peta sejarah kaum gay dan apa yang sedang mereka perjuangkan. Belajar dari Amerika tentang Agenda kaum Gay Seandainya masyarakat AS tetap dalam kondisi seperti tahun 1948, di mana masyarakat pasca perang dunia II itu sibuk bebenah dan tidak mudah panik secara moral, mungkin gerakan gay tidak akan sebesar dan seradikal saat ini. Pada masa itu, homoseksual adalah kata yang menunjuk pada "perbuatan", bukan "kelompok".. siapapun yang melakukan homoseksual (seks sejenis) hanya dipandang sebagai pelaku temporer dari perbuatan yang dianggap cabul dan menyimpang tersebut tapi tidak ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang menetap sehingga bisa dipandang sebagai sebuah "kelompok masyarakat dengan satu kecenderungan/preferensi seksual". Tetapi kehadiran buku "Sexual Behavior in the Human Male" yang ditulis Alfred Kinsey pada tahun 1948 telah mengubah segalanya. Masyarakat AS dibuat gempar karena dalam buku setebal 888 halaman tersebut Kinsey merilis hasil penelitian mengenai perilaku seksual sebagian masyarakat AS (termasuk masturbasi, selingkuh, premarital sex, frekuensi orgasme, hingga adanya temuan tentang 10 persen responden yang sering melakukan seks sejenis /homoseksual). Dalam bukunya tersebut, Kinsey yang mendapat sebagian dana penelitian dari Yayasan Rockefeller, untuk pertama kalinya menggunakan istilah "orientasi seksual" ..di mana disebutkan bahwa orientasi seksual sejenis adalah sebab utama dari perilaku seksual sejenis (homoseksual) . Kinsey juga membuat sebuah tabel yg terkenal dengan istilah "skala Kinsey". di mana ada kutub ekstrim seseorang itu sangat heteroseksual, dan di seberangnya ada kutub ekstrim homoseksual . Kendati wilayah penelitian dan tempat asal responden Kinsey hanya mencakup wilayah sekitar Indiana, dan metode yang digunakan Kinsey untuk ukuran masa ini sangatlah sederhana, namun masyarakat AS yang gempar lantas merasa seolah-olah hasil penelitian tersebut adalah cerminan dari "rusak"nya masyarakat AS secara keseluruhan. Karena buku Kinsey tersebut merupakan ranah bidang psikiatri, maka para psikiater AS merasa punya kewajiban moral untuk "membenahi" kelompok 10 persen ini, yaitu kelompok yang menurut Kinsey adalah warga masyarakat dengan orientasi seksual sejenis (homoseksual). Maka, pada tahun 1952 untuk pertama kalinya Asosiasi Psikiater Amerika (American Psychiatrist Association / APA) menggelar pertemuan untuk merumuskan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yaitu jenis-jenis penyakit kejiwaan. Pada pertemuan tersebut, untuk pertama kalinya homoseksual dimasukkan sebagai penyakit kejiwaan (mental illness) dalam DSM-1. Tentu saja hal ini membawa kegelisahan pada mereka yang sering melakukan aktivitas seksual sejenis. Pada masa itu belum ada kelompok gay yang resmi, namun siapapun yang ketahuan keluarga atau masyarakat melakukan aktivitas homoseksual akan terancam dibawa ke psikiater untuk mendapat terapi yang lumayan "mengerikan", antara lain disetrum penisnya dengan alat kejut listrik atau disuruh minum obat hormon yang sangat memualkan. Pada tahun 1969, sebuah bar bernama Stonewall Inn di New York digrebek polisi karena merupakan tempat kumpul para pelaku homoseksual atau biasa disebut gay, tak dinyana, para gay ini melawan. Sebagian dari mereka yang berkulit hitam terkenal sangat nekat, sehingga perlawanan terhadap polisi itu berkembang menjadi kerusuhan kota yang terkenal dengan nama "Stonewall Riots".. sebagian kota New York sempat diduduki selama sehari oleh para gay dan pendukungnya ini. Sejak itu, kaum homoseksual AS menyadari pentingnya untuk menggalang kekuatan melalui sebuah organisasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Stonewall Riots adalah cikal bakal dari gerakan gay (gay movement) di AS. Target utama gerakan gay pada tahun 1970 adalah untuk mengubah pendirian dari para psikiater APA agar kaum homoseksual tidak dikategorikan sebagai penyandang gangguan kejiwaan, karena pada pertemuan APA kedua untuk merumuskan DSM-2 pada tahun 1968, homoseksual masih dimasukkan dalam kategori kelainan seksual. Organisasi gay dan lesbian pada saat itu mulai berusaha untuk menjalin lobi dengan para psikiater APA. Namun, di sisi lain, mereka juga bersikap radikal dengan melakukan aksi-aksi provokatif dalam pertemuan tahunan APA th 1970 di San Fransisco yang membuat para psikiater merasa jerih. Selain berteriak-teriak di dalam gedung pertemuan, para aktivis NGLTF (National Gay and Lesbian Task Force) juga merebut mikropon dari peserta pertemuan yang akan mempresentasikan metode aversion (terapi dengan menggunakan alat kejut listrik) Pada tahun 1970 juga terkuak fakta bahwa sejumlah psikiater terkemuka APA seperti John Fryer, Judd Marmor dan Richard Green adalah homoseksual. Para psikiater gay ini mengaku sangat tertekan dengan sikap para sejawatnya di APA yang tidak pro homoseksual . Pada tahun 1973, ketika berlangsung pertemuan APA di Hawaii untuk merumuskan DSM-3, para aktivis NGLTF seperti Frank Kameney dan Barbara Gittings berhasil membujuk ketua gugus tugas DSM-3 yaitu Robert Spitzer, untuk menerima masukan dari mereka. Selain Bob dan Barbara, juga hadir di arena pertemuan sekitar 30 aktivis militan NGLTF dengan gaya mereka yang provokatif . Tidak jelas masukan seperti apa yang diperoleh Spitzer dari aktivis NGLTF, apakah bersifat ilmiah atau bukan, hanya disebutkan dalam buku karya Ronald Bayer, "Homosexuality and American Psychiatri: The Politics of Diagnosis" bahwa Spitzer saat itu membuat resume sebanyak 3 halaman yang diteruskan ke Majelis Kehormatan APA . Keputusan APA pada tahun 1973 tersebut sangat bersejarah, homoseksual akhirnya dihapus dari DSM, tidak lagi dianggap sebagai penyakit kejiwaan. Keputusan ini didukung oleh 58 persen angota APA yang hadir dalam pertemuan tersebut. Namun, sikap kontra oleh sebagian anggota APA akhirnya menempatkan SOD (sexual orientation disturbance) sebagai pengganti homoseksualitas dalam DSM-3 .. diagnosa SOD ini ditegakkan bagi homoseksual yang berada dalam konflik dengan orientasi seksualnya.. Penempatan SOD dalam DSM-3 itu masih belum memuaskan bagi gerakan gay. Para psikiater gay dan pendukung gerakan gay terus mengungkap adanya kontroversi terhadap hal tersebut, sehingga pada tahun 1980 dilakukan revisi terhadap DSM-3 di mana homoseksual diganti menjadi homoseksual ego distonik . Namun bukannya reda, status homoseksual ego distonik dalam DSM-3 Revisi ini malah makin memicu kontroversi yang lebih besar lagi.. sebagian para psikiater anggota APA yang mulai terbuka bahwa mereka adalah gay dan lesbian kemudian mulai memainkan peran yang lebih besar untuk membuat perubahan.. hasilnya, pada tahun 1987 komite APA setuju bahwa homoseksual ego distonik dihapuskan dari DSM-3-R . Ini adalah tonggak bersejarah di mana terjadi depatologisasi homoseksualitas .. di mana homoseksual bukan lagi dianggap sebagai penyakit kejiwaan, kelainan seksual, atau apapun yang sejenisnya.. homoseksualitas oleh psikiatri (di AS) dianggap sepenuhnya normal seperti halnya heteroseksualitas . Sejak itu, APA mulai menyatakan dukungan dan keberpihakannya yang jelas pada kaum homoseksual, dan menentang adanya diskriminasi akibat orientasi seksual kaum homoseksual.. antara lain menentang penolakan dari institusi militer terhadap homoseksual (1990), menentang semua jenis terapi oleh psikiater yang bertujuan mengubah orientasi seksual pasien (1991), mendukung hubungan sesama jenis (2000), mendukung adopsi anak untuk pasangan homoseksual (2002), dan mendukung sepenuhnya pernikahan sesama jenis (2005). Langkah APA ini diikuti oleh APsaA (American Psychoanalytic Association) dengan langkah-langkah serupa di atas yang mendukung hak2 kaum gay. Hasil lobi APA dan APsaA pada tahun 1992 WHO (World Health Organisation) juga dengan ICD-10 menyatakan menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit jiwa, dan menjadikan 17 Mei sebagai International Day Against Homophobia oleh komunitas gay di seluruh dunia. Meski demikian, sebagian psikiater anggota APA yang kecewa dengan kebijakan APA yang sangat pro kelompok gay, kemudian pada tahun 1992 mendirikan NARTH (National Association for Research and Therapy). Muncul pertanyaan, apakah perubahan sikap APA itu didasarkan pada kajian ilmiah ataukah karena akibat tekanan dari aktivis gerakan gay? Menurut para aktivis NGLTF Kay Lahusen dan Barbara Gittings, keputusan APA pada tahun 1973 tersebut sepenuhnya adalah politis, sebagai buah dari hasil kerja para aktivis yg melobi dan menekan para psikiater APA saat itu. “This was always more of a political decision than a medical decision" tandas Kay Lahusen dalam buku mereka "Making History" . Memang, gerakan gay di AS hingga saat ini dapat dikatakan sangat berhasil, mengingat fakta bahwa lembaga berpengaruh seperti APA yang semula menempatkan mereka sebagai pesakitan, kemudian bisa berubah menjadi pendukung utama gerakan mereka hingga saat ini. Bahkan gerakan gay ini juga didukung oleh WHO/PBB yang mengatasnamakan hak dan kesetaraan bagi kaum gay. Namun, bukan berarti tak ada tentangan yang kuat dari masyarakat AS terhadap gerakan gay ini. Salah satu penentang yang paling vokal adalah Anita Bryant yang pada tahun 1977 tampil meneriakkan perlawanan pada kaum gay. Bryant yang pernah menjadi finalis ratu kecantikan, bintang film iklan, dan model majalah keluarga terkenal Good Housekeeping, sering mengadakan konperensi pers untuk mengemukakan sikapnya, antara lain ia mengeritik kebijakan pemerintah wilayah Dade Florida yang saat itu mengesahkan hak kaum gay untuk menjadi guru. Menghadapi simbol moral seperti Bryant, yang menampilkan dirinya sebagai ibu rumah tangga ideal, aktivis gerakan gay bukannya mundur, mereka sering mempermalukan Bryant dengan istilah-istilah buruk di media massa, bahkan pada salah satu acara konperensi pers seorang aktivis melempatkan pie tepat ke wajah Bryant. Bryant yang sering tampil meradang akhirnya mendapat citra buruk di media massa, sehingga perusahaan jus jeruk yg menggunakan ia sebagai model di TV kemudian memutus kontrak Bryant pun bangkrut dan ia bercerai dari suaminya. Di lain pihak, kaum beragama Konservatif di AS dan kelompok pro keluarga dan perlindungan anak kemudian menunjukkan dukungan mereka kepada para psikiater yang bergabung di NARTH. Karena para psikiater yg bergabung di APA telah dilarang untuk melakukan terapi bagi pasien gay yang ingin mengubah orientasi seksualnya, maka banyak keluarga yang mengirim kerabat mereka ke psikiater NARTH . Para pasien NARTH yang berhasil beralih ke kehidupan heteroseksual (menikah dan punya anak) banyak di antaranya yang kemudian bergabung ke organisasi ex gay bernama "Exodus" , dengan ketuanya yang terkenal yaitu Alan Chambers, yang juga seorang ex gay. Exodus berafiliasi dengan organisasi keagamaan di AS, berseberangan dengan komunitas kaum gay AS dan para psikiater gay di APA yang umumnya memilih menjadi agnostik atau atheis . Selain Exodus, NARTH juga berafiliasi dengan organisasi Parents and Friends of Ex Gay (PFOX), American Family Association, Focus on Family, Voice of the Voiceless dan yang lainnya.. Sejak tahun 1992 itu pula gerakan gay merumuskan paradigma baru bahwa homoseksual sebagai orientasi seksual tidak bisa diubah dan bahwa homoseksual adalah hal yang alamiah sejak lahir, karena itu semua upaya untuk mengubah orientasi seksual itu harus dilarang.. Adalah Simon LeVay, ahli neuro sains yang berpendapat bahwa struktur otak kaum gay sudah terbentuk sejak lahir dan bersifat khusus, berbeda dari yang heteroseksual.. LeVay pada tahun 1992 mendirikan Institute of Gay and Lesbian Education. Selain itu, kaum gay juga sedang mencari dukungan dari bidang genetika, yang berusaha membuktikan adanya gen penyebab homoseksualitas (gay gene) ..sayangnya hingga hari ini belum ada bukti nyata dari teori tersebut. Pada tahun 2001 ada kejadian yang sangat menarik, ketika Prof Robert Spitzer (yang pada tahun 1973 mendorong agar homoseksualitas dihapus dari DSM-3) melakukan sebuah penelitian terhadap 200 responden ex gay. Dari penelitiannya tersebut, Spitzer menyimpulkan bahwa upaya terapi untuk mengubah orientasi seksual gay bisa berhasil pada pasien gay yang memiliki "motivasi yang tinggi" (highly motivated people).. motivasi yang tinggi di sini oleh Spitzer secara spesifik disebutkan adalah mereka yang "memiliki komitmen kuat terhadap agama (religious people)". Kontan saja para psikiater APA mengeritik hasil penelitian oleh Spitzer tersebut.. kritik paling utama adalah bahwa responden yang dipilih Spitzer adalah "tidak representatif" dan "tidak mewakili realitas komunitas kaum gay (yang umumya atheis)" karena para responden tersebut umumya (23 persen) berasal dari NARTH dan Exodus, yang menjadi "seteru" APA dalam isu homoseksual. Spitzer yang mengakui bahwa dirinya adalah "Yahudi yang atheis" berkeras di depan pers bahwa ia yakin para responden yang ditelitinya itu memang berkata jujur. Namun hingga pensiun pada tahun 2003, Spitzer tidak pernah merilis penelitian tersebut. Pada tahun 2009, APA mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti pendukung dalam intervensi psikologis untuk mengubah orientasi seksual, juga metode terapi untuk mengubah orientasi seksual itu diragukan keilmiahannya. Menurut para psikiater yang dijadikan referensi oleh APA, terjadinya problem kesehatan jiwa pada kaum gay adalah disebabkan oleh nilai2 budaya dan faktor lingkungan sosial yang menolak keberadaan mereka .. sikap homophobia dan diskriminasi oleh lingkungan adalah hal-hal yang menyebabkan gangguan kejiwaan pada kau homoseksual sehingga banyak yang mengalami depresi bahkan ingin bunuh diri. Jadi, singkatnya, kalau Spitzer melalui hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa seorang homoseksual dapat "disembuhkan" atau hidup normal secara heteroseksual dengan mengikuti nilai2 yang bisa mendorong motivasi yang kuat baginya untuk berubah, dalam hal ini adalah komitmen pada nilai-nilai agama. Sebaliknya, menurut APA, bukan si homoseksual yang mesti berubah atau berusaha mengubah diri, melainkan lingkungan lah yang harus menerima mereka apa adanya, mengakui hak-hak mereka cdan tidak mendiskriminasi mereka , konsep ini sangat cocok bagi komunitas gay yang didukung APA yang umumnya adalah atheis dan agnostik, di mana mereka tidak mengenal/meyakini konsep dosa. Jika tidak percaya bahwa homoseksual adalah dosa, mengapa mereka harus berubah?.. kirakira begitulah paradigmanya. Pada tahun 2011, muncul tulisan dari Gabriel Arana, seorang redaktur di media khusus gay, yang mengaku pernah jadi pasien Joseph Nicolosi (pendiri NARTH) saat dia remaja usia 14 tahun pada tahun 1998. Arana mengisahkan bahwa dia menjalani serangkaian terapi percakapan, baik tatap muka maupun telpon, dengan Nicolosi yang tinggal di lain kota, selama beberapa bulan.. dan terapi itu berakhir ketika orangtuanya tidak mau lagi membayar biaya terapi karena Arana kepergok sedang melakukan kegiatan homoseksual dengan seorang remaja lelaki lain di gudang sekolah.. sebelumya, Arana disuruh ikut terapi karena sang ibu memergoki email berbau porno yang dikirim Arana pada teman lelakinya. Selain mengungkapkan bahwa terapi Nicolosi telah gagal pada dirinya, Arana juga mengungkap bahwa tekanan orangtuanya yang homofobia setelah terapi yang gagal itu sempat mmbuatnya ingin bunuh diri.. namun menurut Arana, sang Ayah kemudian berkata," Aku lebih baik punya anak gay, daripada dia mati bunuh diri.." ...sikap orangtuanya ini membuat Arana sangat lega. Arana dalam artikelnya juga mengisahkan bahwa ia menemui Spitzer yang saat itu menderita Parkinson. Menurut Arana, ketika Spitzer ditanya tentang kritik-kritik terhadap hasil penelitiannya itu, sang profesor menjawab bahwa kritik-kritik itu sebagian besar benar (largely correct). Arana juga mengatakan bahwa Spitzer berniat menganulir penelitian tersebut. Jadi, dalam satu artikel Arana tidak hanya memukul Nicolosi (NARTH) tetapi juga menjatuhkan hasil penelitian Spitzer melalui kata-kata Spitzer sendiri, ibaratnya, dua orang profesor bidang psikiatri berpengaruh dari Columbia University telah dirobohkan oleh Arana dalam sekali tepukan. Banyak pihak yang meragukan niat Spitzer tersebut karena cukup aneh bahwa Spitzer membuat pernyataan akan menarik penelitiannya kepada seorang reporter muda, bukan dalam sebuah forum ilmiah. Namun, sebuah blog dari seorang bernama Zucker yang konon merupakan kolega dari Spitzer, kemudian memuat surat "permintaan maaf" oleh Spitzer yang mengaku telah mengkhianati harapan dan keyakinan kaum gay dan bahwa penelitiannya tersebut bias, lagi-lagi publik sulit mendapat konfirmasi langsung dari Spitzer, karena saat itu Spitzer terganggu kemampuan gerak dan bicaranya akibat Parkinson, hingga meninggalnya Spitzer pada 25 Desember 2015, tidak ada konfirmasi lebih lanjut dari profesor tersebut. Sejak 2009 itu, seolah semesta "berpihak" pada gerakan gay. Seperti sebuah efek domino, musuh kaum gay di AS pun roboh satu-per satu. Tanpa alasan jelas, pada tahun 2013, Alan Chambers, ketua Exodus menyatakan bahwa organisasi tersebut dibubarkan. Situs resmi Exodus ditutup tanpa ada penjelasan yang memadai dari pengelolanya. Tak hanya itu, seorang jubir dari PFOX pun "membelot" setelah membuat pernyataan publik bahwa dia tidak nyaman dengan lingkungan keagamaan tempat PFOX berafiliasi, karena orang-orangnya korup, selain itu dia juga mengungkap bahwa terapi yang ia jalani di sebuah gereja mmbuatnya pernah sangat depresi, walaupun kemudian ia menikah dengan seorang pria selama beberapa tahun. Kini, tinggal NARTH dan organisasi pendukung seperti PFOX dan organisasi pro keluarga dan perlindungan anak yang terus menyuarakan bahwa gay/homoseksual bukanlah bawaan lahir dan bisa diubah atau disembuhkan (cureable and treatable) . Namun, Nicolosi dan kawan-kawannya seolah sedang berkejaran dengan APA dan gerakan gay yang mentargetkan agar conversion therapy dilarang di seluruh AS, bahkan di seluruh dunia (melalui kebijakan WHO) . Sejumlah negara bagian di AS kini mulai melarang praktek Conversion Therapy tersebut. Jadi, paradigma bahwa homoseksual adalah sesuatu yang "given" (nature) dan bahwa itu tidak dapat diubah, seolah menancap makin kuat, bahkan sebelum ada teori di bidang genetika yang mendukung teori tersebut. Contoh keanehan lainnya, tiba-tiba "terkuak" bahwa Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisa yang tinggal di Wina, pada tahun 1935 pernah menulis surat pada seorang "ibu Amerika" yang minta pendapatnya tentang anaknya yang homoseksual . Dalam surat itu Feud menyatakan bahwa "homoseksualitas tidak dapat diubah" dan bukan merupakan hal yang memalukan, karena orang2 besar seperti Michelangelo, Plato dan Leonardo da Vinci adalah homoseksual. "surat Freud" tersebut dipamerkan di Institut Sexologi, London pada November 2014 hingga September 2015, saat di mana AS merayakan pengesahan atas pernikahan sejenis, yang dianggap kemenangan besar kaum gay.Tidak pernah sebelumnya, terbetik berita tentang karya atau pikiran Freud dalam sejarah yang mengutip tentang homoseksualitas ini, hanya surat itu sajalah yang menunjukkan hal tersebut. Pelajaran apa yang kita dapat dari kisah di atas? 1) APA dan komunitas gay AS sedang dan akan terus memperjuangkan agar resolusi APA berlaku di seluruh AS dan seluruh negara anggota PBB 2) kaum beragama dan perlindungan hak anak dan keluarga di Indonesia jangan terpancing untuk melakukan kekerasan terhadap gerakan pro homoseksual, jangan sampai ada kerusuhan seperti Stonewall Riots tahun 1969 yang mendorong kaum gay untuk bangkit dan "playing victim". Jika sampai ada korban di antara mereka, PBB bisa menekan Indonesia atas nama HAM. 3) waspada pada tanggal 17 Mei akan ada peringatan besar-saran Hari Anti Homofobia Internasional, jangan sampai ada kerusuhan seperti Stonewall Riots . 4) psikolog dan psikiater Indonesia harus mulai merumuskan apa yang terbaik bagi masyarakat Indonesia, apakah memilih untuk mengubah masyarakat agar menjadi bersikap permisif pada kampanye yang mendukung perilaku kegiatan homoseksual? ataukah merumuskan sikap mereka sesuai nilai-nilai pada Pancasila. Pada saatnya nanti, para psikiater Indonesia akan berada di persimpangan jalan seperti halnya APA.. mungkin akan terjadi pertarungan sengit antara psikiater religius dan psikiater sekuler..?? 5) para pegiat pendampingan kaum homoseksual yang atas kehendak sendiri minta bantuan terapi, mesti hati-hati agar tidak terjebak seperti Exodus yang kemudian bubar, para ex gay yang telah beralih ke kehidupan heteroseksual adalah sosok teladan yang sangat berharga, sehingga jangan sampai jadi pukulan balik bagi para psikiater yang telah melakukan terapi tersebut (seperti jurkam PFOX yang membelot itu). 6) akhirnya, karena sebagai warga negara kita harus hidup berdampingan dengan mereka, para homoseksual yang tidak ingin berubah dan ingin haknya diakui (untuk hidup sesuai norma yang diyakini tanpa tentangan dan diskiminasi dari masyarakat) mungkin kita mesti belajar untuk tidak terlalu sensi dan reaktif.. perubahan mungkin akan terjadi, tapi kalau kita sudah tahu ke mana arahnya, mungkin kita bisa lebih menyiapkan diri.. Tautan teori yang diulas oleh Prof Fuqon sangat jelas, dan memberikan kesejukan dalam berdiskusi. Menjawab pertanyaan terkait faktor gen bukan sebagai seting yang melatar belakangi. Pencerahan oleh Prof Sunaryo juga, sangat dirasa membawa manfaat dengan kesepakatan untuk memberikan sebutan sebagai perilaku seksual yang menyimpang untuk LGBT sehingga tidak ada kesan propaganda. Respon positif terhadap hasil diskusi, mulai bermunculan salahsatunya dari ketua MGBK Nasional, bahwa diskusi Penyimpangan Seksual ini akan membawa bekal untuk guru BK di lapangan dalam penanganan kasus. Seperti juga yang diungkapkan oleh bu Royen, sungguh mendapatkan ilmu baru, sekarang peran kita sbg konselor, untuk berusaha menanamkan sugesti positif kepada siswa atau termasuk langkah preventif agar penyimpangan seksual tersebut tidak terjadi pada anak didik kita. Perlunya kolaborasi dengan guru agama. Saya rasa perlu ini khususnya untuk bapak/ibu yang bertugas di kota besar, untuk memasukan programnya dalam rangka langkah preventif penyimpangan seksual itu terjadi. Karena ketika saya kuliah dulu, saya sering menjumpai siswa-siswa di kota tempat saya menimba ilmu, seperti ada tanda-tanda menyukai sesama jenis, naahh ini harus nya peran konselor yang lebih peka, berusaha mengambil tindakan preventif, bisa berkolaborasi degan guru agama, atau mereferalkan ke pihak terkait. Jangan sampai kita hanya diam, meskipun pekerjaana konselora banyak, tapi kalau kita tidak bergerak, siapa lagi?? Salam Jaya Konselor Indonesia Bu Eko dari kota gresik juga menyampaikan pengalaman di lapangan, muridku dulu ada yg bergaya dan bertingkah seperti perempuan, dengan berbagai pendekatan kerjasama dengan teman teman guru yang lain bisa berubah dan bertingkah laki-laki, sampai lulus, tapi sayang begitu lulus pindah ke kota lain, ternyata balik lagi dan tragisnya bekerja di salon dan beberapa bulan yg lalu meninggal karena HIV, sempat dirawat di Dr Sutomo beberapa bulan. Prof Sunaryo memberikan tambahan, Faktor gen bisa saja terjadi tapi saya yakin itu sangat kecil. Kelahiran anak jenis tertentu yang tidak diharapkan keluarga bisa membuat keluarga memberikan perlakuan tidak wajar. Bagaimanapun perlakuan lingkungan akan besar pengaruhnya. Memberikan pendidikan gender (bukan pendidikan seks) penting dengan menekankan kepada peran dan tanggung jawab. Saya mencoba memberanikan diri bertanya pada Prof Sunaryo, maaf Prof bukankah komunikasi antara orangtua dan anak sudah terjadi di kandungan.Andai ada kemungkinan terkecil sekalipun bisa juga kemungkinan diakibatkan oleh komunikasi ini. Dan komunikasi ini tidak lain adalah unsur lingkungan. Dan bu Eko dari kota Gresik, juga menambahkan mungkin orangtuannya mendambakan jenis tertentu, sehingga di dalam seakan seperti keinginannya, begitu lahir berbeda tapi tetap diperlakukan sama dg keinginan ortu, bukan kenyataannya, ada pak seperti itu. Prof Sunaryo menjawab secara singkat “Betul,,, itu faktor lingkungan bukan gen”. Bu Nanik dari kota Malang tiba-tiba muuncul, Setelah saya mengikuti diskusi yang sangat menarik ini, hati saya sangat tergerak untuk bercerita sedikit mengenai pengalaman pribadi sehub dengan kasus yg kita bahas ini jika anggota forum berkenan saya akan share disini. Bagi saya menarik, ketika muncul pernyataan dari pak dwi bukankah komunikasi antara orangtua dan anak sudah terjadi di kandungan. Mengingatkan saya tentang pengalaman pribadi sehubungan hal tsb. Ayah saya adalah laki-laki sejati dan Ibu saya adalah perempuan tulen, saya anak pertama dari dua bersaudara. Sejak dalam kandungan ibu saya mendambakan kehadiran seorang anak laki-laki apalagi anak pertama harus laki-laki dengan pertimbangan sebagai yang tertua bisa melindungi adiknya. Dan ketika saya lahir (perempuan) sampai saya dibesarkan dalam asuhan ibunda tersayang perlakuan, didikan beliau seolah saya ini adalah anak laki-laki. Saya adalah korban dari obsesi ibu saya. Dari lahir sampai usia remaja sebagai seorang anak perempuan saya tidak pernah merasakan yang namanya memakai gaun/ rok begitu juga dengan potongan rambut yang selalu pendek bak anak laki-laki. Dan itu saya alami sampai saya di SMA. Masa kecil saya, teman bermain saya laki-laki semua. Hal-hal semacam "gelut" (otomatis degan anak laki-laki) hampir menjadi rutinitas harian. Saya masih ingat pernah kami mengakan lomba panjat pohon kelapa. 5 orang anak (4 laki-laki dan saya satu-satunya yang berjenis kelamin perempuan) dan saya yg menang, karena motivasi dari ibu saya adalah apapun alasannya saya tidak boleh kalah sama teman laki-laki saya. "Podho maem sego e = sama-sama makan nasi nya) begitu kata ibu saya. Membantu bapak ngecat wuwung/ atap rumah adalah hal biasa dan bonus tiap tahun ketika menjelang 17 agustusan atau lebaran . Dan sampai di usia SMA itu saya tidak menyadari kl saya diperlakukan "tidak semestinya" sebagai seorang anak wanita. Di SD hampir tiap hari "gelut" di smp juga pernah melempar penghapus kapur ke ket kls krn marah, di SMA pernah menampar seorang teman laki2 dan menantang berantem juga.... Seingat saya kearogansian saya cenderung ke laki2an... Sering kali atau bahkan saya kadang tdk menyadari kl saya ini adalah wanita... Namun.... Alhamdulilah puji Tuhan.... Toh saya tidak pernah "jatuh cinta" sama wanita.... Tetap saja saya jatuh hati sama laki2.... (Alhamdulillah "normal") cenderung berda diantara wanita saya menjadi lbh "care" sama mereka... Masa kuliah saya lalui dgn biasa2 saja krn sy sdh menemukan jati diri saya yg sebenarnya... Namun kebiasaan ttg penampilan/ baju msh tomboy bgt smp sekitar 5th yll, memasuki dunia RT kebetulan suami memiliki hobby extreem (offroad) dan saya kembali terbawa arus jadi penghobby offroad juga... Sejak sekitar 5th an ini Mulai kepingin memakai gaun/ rok mulai ingin berambut panjang, dandan dan berhijab.... Itupun dengan penuh perjuangan krn lingkungan sekali lagi tdk mendukung termasuk suami sy sendiri.... Doktor M. Ramli dari Pascasarjana UM mencoba mengurai kisah nyata di atas, Bu Nanik saya bisa memahami keadaan Ibu. Alhamdulillah Ibu tumbuh dan berkembang menjadi wanita sejati meskipun lingkungan Ibu potensial "memfasilitasi" perkembangan ke arah yang lain. Berdasar pengalaman Ibu dan yang lain dapat dikemukakan bahwa lingkungan tergantung kita. Namun sering kita menyalahkan lingkungan kita. Dengan kata lain pemaparan dari Doktor Ramli Lingkungan sangat berpengaruh bagi orang yang tidak kuat memegang prinsip bahkan tidak memiliki prinsip. Lingkungan cuma bisa dipengaruhi oleh orang berprinsip kuat. Sehingga dikategorikan normal atau menjadi tidak normal itu adalah keputusan. Menurut Prof Sunaryo, Kisah tersebut menarik yang menunjukkan bahwa lingkungan berpengaruh kuat. Dalam kasus ini rasanya dipastikan bukan faktor gen. Perilaku keras yang digambarkan tadi tidak menimbulkan penyimpangan orientasi seksual dan tetap brkembang normal karena ada ketahanan diri ( self survival) dalam diri. Oleh karena itu ketahanan diri menjadi faktor penting dalam orientasi perkembangan individu. Faktor apakah yang sangat berpengaruh dlm pembentukan ketahanan diri? Penjelasan doktor M Ramli, ketahanan diri sangat penting sebagai tameng diri untuk mencapai perkembangan optimal. Bukan hanya ketahanan nasional dan ketahanan pangan yang penting untuk bangsa ini, tetapi juga ketahanan diri pribadi anak bangsa.Dan ini salah satu topik penelitian yang perlu digarap. Juga salah satu topik bimbingan yang perlu digarap melalui, a.l, layanan dasar BK. Dari sisi pendekatan religius Doktor Suhudi, yang paling berpengaruh adalah sikap dan perilaku yang baik, sedang itu timbul dari makanan dan minuman dan sejenisnya yang halal. Itu dipengaruhi oleh hidayah Allah. Hidayah Allah diturunkan pada orang yang disukai. Makanya lakukan hal hal yang disukai Allah. Beberapa warga forum mulai tertarik mengupas pengalaman masing-masing saat menjumpai fakta konseli di lapangan, antara lain “pengalaman lapangan yang saya alami dalam menangani anak yang pernah datang mengaku sebagai lesbi, sebagai akibat kebencian yg sangat terhadap perilaku ayahnya yang kasar. Ketahanan diri ybs atas kesadaran religiusnya sangat membantu pemulihan jiwanya, apalagi yang kita hadapi anak-anak remaja usia belia. Prof Naryo Sunaryo sendiri juga menambahkan “Riset Master saya tahun 1983 menunjukkan ketahanan diri bisa dipengaruhi kuat oleh iklim khidupan keluarga dan sekolah. Disamping itu figur ayah turut membentuk ketahanan diri. Ketahanan diri bisa dikembangkan sebagai perilaku jangka panjang, bagian dari layanan dasar. Menyambung pernyataan Prof Sunaryo agar warga di forum rembuk tertantang melakukan riset dan pengembangan, ibu Doktor Yeni dari Universitas Negeri padang menngatakan bahwa dirinya sedang merancang model "Konseling Modifikasi Kognitif Perilaku untuk siswa yang berpotensi LGBT" bekerjasama dengan BKKBN Propinsi Sumatera Barat, memakai basis budaya Minang. Dengan memakai tiga tahapan konseling, tahapan pertama menggunakan media-media dalam rangka menyadarkan klien terhadap masalah yang ada, tahap 2 restrukturisasi kognitif dengan beberapa teknik konseling dan terakhir memberikan keterampilan baru pada klien. Prof Nur Hidayah dari Universitas Negeri Malang menitipkan pesan agar diingatkan oleh psikoseksualnya S. Freud. 5 tahun kehidupan pertama di sela-sela penjelasan ibu Doktor Yeni. Kembali pada penjelasan terkait tiga tahapan yang dipaparkan doktor Yeni, disetiap sesi konseling memasukkan sikap, sifat dan perilaku sebagai orang minang yang banyak dilukiskan melalui pepatah petitih, misalnya adat basandi sarak, sarak basandi kitabbullah. Prof Sunaryo mendukung pengembangan tersebut dan mengatakan bahwa itu salah satu bentuk pendekatan etnokultur, bagus karena nilai-nilai kultural yang hidup mesti mengajarkan khidupan yang baik dan benar. Dan konseli merasa hidup dalam budayanya. Di Minang kehidupan orang dilandasi adat yg kuat, " adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah, jadi sy selalu mengatakan keberadaan mereka bak " kentut" aromanya terasa tapi tidak bisa dilihat secara telanjang mata Dari paparan ibu Yeni ahkirnya, Prof Sunaryo menegaskan, Disitu pentingnya pendidikan termasuk BK berbasis kultur. Etnokonseling dan etnopedagogik, Pendidikan konseling berbasis nilai khidupan dalam budaya konseli. Nilai-nilai lokal sebagai living values (konseli) dimaknai dan diterjemahkan ke dalam tujuan dan prilaku yang harus dicerna/ditanamkan pada konseli. Bisa dalam konteks terapi maupun pengmbangan perilaku jangka panjang (layanan dasar). Saya di UPI sdh tahun ke 3 riset dlm bidang ini. Cukup menarik, sbb kcnderungan di dunia saat ini orientasi nilai2 lokal lebih menarik perhatian daripada teknik-teknik umum. Saya mencoba bertanya pada beliau , apa titik tekan yg membedakan keduanya prof? Prof Sunaryo dalam kesempatan tersebut menjawab, berkaitan erat, prinsip dasar sama, yang mmbedakan terutama seting, karena konseling dalam profesi kita harus dipandang sebagai upaya pedagogis. Doktor Adi Admoko mengkutip hadist yang ada kaitanya dengan pengaruh lingkungan pada perkembangan seseorang. : ُ اننَْبَع َانَثَدَح و ا َ اننَ َبدَح َّللع َُسدَ َع، ب ُ ّللع ْ ي اِ ّللب زع، َ َة َم علَ اَنَس ا َ اننَ َبدّللأ ْ َباا َم ّللع، ب ا ـ ُ ده هللا ب ضى ـ ِ ََبُ َابعر َ اَنَح ا َ َع ََح َع َ ، ُ ان عنَ ا َ اننَ َبدَح َ ْه، َ ُّ ّلل َ ب َ ُ ان ّللعن نابَع ا ا َ َ َ َ َ َ َ ا ََح َع ا َس َع ب َمح " س َ ةم ُ ة ُه هللا ص ةى َع ل َم اس س َعن مّلل اع ُةى َُس عنَ َّّلل ع ت َ ادتَ َع َ ْهّلل َب َحدّلل ّللعه ا اعس َُدَ ّلل ز َ ْ َّللْ َبعرّلل، َص َبْدّلل ّللعه ا اعس َُ َه ز ّللسنَْدّلل ّللعه َُهنَ َسْعأ َ َُ َم ّلل زن، ن َا َمح ا َ َن امََح َعم نَ ّللهُ َم علَ ْ انَ ّللهُ َم عل، َا َ َ َ َ َ َ َ َ ا ب ُّللُ َهح تاّلل َيسبَع ِ اع ُح مّلل ع ْهّلل ُّللْ َبرَع{ ُ ده هللا ب ضى ـ ِ ََبُ َابعر َ انَس َُلس َع حو َُْ َعب ْ تّللأ َع ُة اُ َهح ْ د َع ا ع ت َ اننّللُ َع َ " َعم َن ان. ا ث َعم َ َل ا ا َ َ ّلل ز ْه ّللنَة ّللع خ }ْ لُزّلل َعم ْ نّللُبَع َ ّلللَع َع Dari abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Tiada seorang anak dilahirkan kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah;maka kedua orang tuanya (lingkungan) yang akan menjadikan anak itu apakah menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna, apakah kalian melihat ada cacat padanya (maksudnya pengaruh orang tua hampir-hampir sempurna)". Kemudian Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, (mengutip firman Allah subhanahu wata'ala QS Ar-Ruum: 30) yang artinya: 'Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus". Diskusi luar biasa, saya yang mencoba mengedit tulisan LGBT hasil diskusi di kepala pusing juga 2 hari belum selesai, materinya bagus dan sayang jika harus dihilangkan. Apalagi ada sentuhan khas minang karya bu doktor yeni, dan pengenalan teori baru dari prof sunaryo. Di awal kita telah sepakat bahwa lgbt adalah penyimpangan seksual dan termasuk mental disorder walau DSM 2 telah terhapus, dan tema diskusi semakin menghangat ,bagaimana jika kita bertemu dg siswa yg mengalami gejala tsb dan termasuk gejala atau ciri nya siswa lgbt, karena kita juga kesulitan untuk mengidentivikasi siswa yg lgbt. Hingga Doktor Donald membuka bahasan awal. Menarik isu ini. Barangkali pertama-tama perlu dipikirkan membuat instrumen untk mengidentifikasi kecenderungan orientasi seks menyimpang. Ini penting selain observasi perilaku dpt kita lakukan. Sebagai bahan pertimbangan saya mencoba mengkopas teori PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL DEVIATION oleh Dr. Suparyanto, M.Kes PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL DEVIATION Pengertian Seksual Menyimpang Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment). Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar. Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi, 2010) Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008) Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan, 2002) Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. Faktor-faktor Penyebab: a.. Masalah seksualitas remaja timbul karena faktor-faktor berikut: 1). Meningkatnya libido seksualitas Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. 2). Penundaan usia perkawinan Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain). Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti ciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut. 3). Tabu-larangan Ditinjau dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai seks tentunya disebabkan karena seks dianggap sebagai bersumber pada dorongan-dorongan naluri di dalam “id”. Dorongan-dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada dalam “super ego”, sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka. Karena remaja (dan juga banyak orang dewasa) pada umumnya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sulit diajak berdiskusi tentang seks, terutama sebelum ia bersenggama untuk yang pertama kalinya. Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya komunikasi, khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan. 4). Kurangnya informasi tentang seks Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman. 5). Pergaulan yang makin bebas Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2002). b. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai faktor yaitu: Waktu /saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang akan dialaminya. Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam. Hubungan antar mereka makin romantis. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik. Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang baik. Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya yang ekonomin lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntunan, mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu. Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering menggunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-tempat sepi. Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ngin menunjukkan penampilan diri yang salah untuk menunjukkan kemantapannya, misal mereka ingin menunjkkan bahwa mereka sudah mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksnya. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat. Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya mana yang boleh dan mana tidak boleh. Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik. Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya. Penerimaan aktifitas seksual pacarnya. Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya. Terjadi peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi/seksual (Soetjiningsih, 2007). Macam-macam penyimpangan seksual Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut: a). Gangguan identitas jenis Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya: 1. Transeksualisme Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks). 2. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja. 3. Gangguan identitas jenis tidak khas Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada perasaanperasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria). b). Parafilia Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya. Dapat dilihat dari tiga kategori : 1. Dari cara penyaluran dorongan seksualnya: Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada pasangan seksnya. Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain. Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual. Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang. Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari lawan jenisnya. Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan hubungan seksual melalui anus Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada genitilia partnernya 2. Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari hubungan dengan anak-anak. Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari binatang Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus dengan mayat. Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal. Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan jenis. g.Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya. Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu darah. Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran, faeces dan urine. Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya sendiri. 3. Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksual : Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya. Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki. Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang. Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa. c). Disfungsi Psikoseksual Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual. 1. Hambatan selera seksual Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap. 2. Hambatan gairah seksual: Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia). Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas). 3. Hambatan orgasme wanita Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual. 4. Hambatan orgasme pria Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual. 5. Ejakulasi prematur Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual. 6. Dispareunia fungsional Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun wanita. 7. Vagina fungsional Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama. d). Ganguan seksual pada remaja Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hambatan gairah seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks seperti vaginismus. Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa menghambat dorongan seksual karena status yang belum membolehkan untuk melakukan hubungan seksual. Akibat dari perilaku seksual menyimpang Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, 2001). Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan (Dianawati, 2006). Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan AIDS. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi, 2010). 1). Gonorea Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus. 2). Sifilis Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum. 3. Herpes Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes simpleks. 4). Klamidia Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing. 5). Candida Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi. 6). Chancroid Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin. 7). Granuloma inguinale Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap. 8). Lymphogranuloma venereum Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya. 9). AIDS AIDS adalah sebuah singkatan dari “Acquired Immuno Deficiency” Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. 10). HIV HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS. 11). ARC ARC merupakan singkatan dari “AIDS Related Complex”, menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal paha dan daerah lainnya. 12). Scabies Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”. Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat berkembangbiak secara cepat. 13). PID Merupakan singkatan dari “Pelvis Inflammatory Disease”, yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea atau clamydia. 14). Trichomonas infection Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas pada vagina tersebut. 15). Venereal warts Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006). Artikel di atas sepertinya menarik untuk ditinjau dan merumuskan instrumen deteksi dini terhadap penyimpangan seksual. Mulai ada paparan yang mengusik warga forum bercerita bertanya, misalnya bu Eko dari Kota Gresik, Pak dwi, kelas berapa yg sudah bisa kita ajak bahas penyimpangan sex, di tempatku kelas 7, anaknya masih lugu lugu.Adalagi usulan dari pak Subiantoro, perlu meningkatkan pemahaman peserta didik tentang reproduksi dengan materi sexual education melalui layanan klasikal. Prof.Wardjo dari Univeristas Negeri Yogyakarta yang selalu menyimak ahkirnya tertarik juga untuk berpendapat, Urun rembug sedikit teman-teman. LGBT adalah terminologi generik untuk penyimpangan sexual (salah orientasi-karena fitrohnya tidak demikian). Untuk pembahasan suatu kasus sebaiknya rujuk saja Lesbian, Gay, bisexeual ataukah trans sexual. Masing-masing punya spesifikasi yang tidak sama. Jika kasusnya laki-laki maka dia tidak mungkin lesbian, begitu juga sebaliknya kalau perempuan tidak mungkin gay. Maka sebutan LGBT untuk suatu kasus menjadi over generalisation. Kehadiran Prof Ali Imron dari Program pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Negeri malang menambah gayeng suasana diskusi, Saat saya ambil MK Kesejahteraan Jiwa (Minor BKS di UM--1983), dengan dosen Pembina Bapak Triono, saya mendapatkan materi kuliah jenis-jenis perilaku seksual menyimpang. Antara lain: homo sexual, lesbianisme, sadisme, dsb. Saat ambil mk manajemen kesiswaan, juga ada materi: penanganan student yg misbehavior ini. Terkait diskusi mulai fokus pada pemisahan definisi, maka saya tertarik untuk mengupas pengalaman saat penanganan pada konseli. (satu) Ada siswa bernama si A tubuhnya kekar selalu menang di antara temannya tp selama menjadi siswa saya tidak pernah tahu dia mendekati teman cewek. Seringkali dia merangkul teman sejenis laki2 dg sesuatu menurut insting saya tidak wajar (barangkali bisa jd instrumen) akhirnya coba saya dekati .... Saya mencoba omong tentang tindakan kekerasan di pergaulan sehari hari nya ternyata responnya luar biasa dan sangat antusias .... obrolan kami hingga sampai mendalam. Saat saya menyinggung tentang asmara dia mulai ada perubahan mimik wajah ... pertanyaan saya simple sudah punya temen pacar cewek .... ternyata dia menangis .... tidak spt di awal ber api api. Insting saya mulai terbukti ... akhir nya dia bercerita tentang panjang kali lebar kehidupan asmara nya ..... Sumber latar belakang yang jadi penyebab ternyata di lingkungan kontrakan ada komunitas banci yang hidup disana. Akhirnya mulai ada pendekatan tersendiri buat dia .... sayang hasil akhir tidak bertemu lg setelah dia lulus. (dua) Ada siswa yg bernama D dan T kedua nya cewek. Awal mula saat mereka hubungan sebatas persahabatan. T sangat peduli dan care pada D. Keduanya cantik putih dan bersih ..... T sering menginap di rumah D ..... Hingga suatu saat si D mendatangi saya .. dia ceritakan semua yg terjadi .... mataku terbelalak heran dan tidak percaya. Akhirnya saya coba lebih dekat lagi dengan mereka .... kedua nya kebetulan akrab dg baik dgn guru BK. Tapi yang lebih sering aku ajak bicara adalah si D, kemudian tidak kuat menahan diri akhirnya saya putuskan agar segera di ahkir Saya gali data dengan banyak membaca anamnesa di fb mereka (barangkali anamnesa bisa jd instrumen) .... kumpulkan data dr teman mereka (interview barangkali bisa jd instrumen) dan mengawasi mereka (observasi barangkali bisa menjadi instrumen). Di saat mereka diam di dlm kelas usai pulang sekolah .... Aku hampiri. Awalnya aku duduk di tengah menjaga jarak .... Aku bercerita tentang kehidupan manusia ... kodrat manusia ... hingga kebutuhan manusia untuk berkembang biak ...... lalu mereka mencoba menggeret kursi. .. di dekati lah diriku. Mereka ngomong ke saya dg sangat dekat .... hampir bibir menyentuh pipi. Aku diam saja .... mereka utarakan semua yg terjadi .... Aku merinding. Hingga akhirnya aku berdiri sontak dan membentak .... hentikan tindakan konyol ini .... cukup pak dwi dan kalian yg tahu. Shokterapi tsb tepat sasaran... mereka menunduk dan menangis ..... Kemudian setelah itu saya tidak pernah melihat si D dan T bersama 2 lagi ... si T memutuskan untuk pindah sekolah keluar kota. Dan si D juga pindah ke kota lain .... kadang mereka masih like statusku di fb (tiga) siswa bernama S ..... kasus yg terjadi saat bersalaman dia selalu tersenyum dan kadang dia mengodaku ... Saat bersamaan muncul instingku ... murid cowok ini pasti ada yg tidak jelas dan aku harus bertindak .... ternyata benar .... konseling terjadi .... yg lebih parah dia pernah jd korban sodomi. Kegiatan menggoda sesama jenis barangkali bisa menjadi instrumen (empat) Ada lagi si W .... gaya dan tingkah laku serta bicaranya mirip cewek .... tapi dia pemalu ..... maaf tidak saya lanjutkan hehehe ..... lgsg saja ke instrumen barangkali sikap feminis atau maskulin bukan pada peran gender sebenarnya bisa jd instrumen ..... Dari kasus tersebut yang saya papaparkan ternyata membuat warga forum ber reaksi salah satunya. Saya juga binggung saat menangani kasus yang sama dengan pak ndoro... dengan tehnik dan cara bagaimana kita bisa membantu mereka untuk bisa kembali pd kodratnya...makanya saya penasaran mungkin pak ndoro punya tehnik jitu untuk penanganan kasus tersebut....apakah untuk penyembuhan masih ranah BK...? Guru BK dari Banten Ruyatna juga memaparkan, Kalau saya menemukan kasus itu..kalau anak putri..saya serahkan ke ibu-ibu. Warga forum yang lain juga berkomentar , menarik juga ternyata banyak yang menemukan kasus seperti ini termasuk di sekolah saya. Ada yang bisa share pengalaman dr hati ke hati? siswa saya memiliki fisik yang cantik namanya skrg sebut saja delia. awalnya pria dan perasaan normal sebagai pria dari pengisian format konseli. dari pergaulan sebagai dancer modeling dengan komunitas sebagian besar isinya jadi berubah kecend . jadi h. dan setelah jadi alumni bekerja jadi modeling magazine transgender malah mau menjadi wanita. IQ tinggi, prestasi kelas masuk siswa cerdas. pergaulan super, percaya diri bagus, keluarga tidak mampu, kondisi psikologis keluarga kurang baik. Mulai muncul paradigma berbeda, ahkirnya kang Pandowo guru BK dari kota Ciamis melontarkan statement , Mungkinkah instrument penyimpangan bisa distandarkan? Disambung lagi oleh bu sufi dari Jakarta, Pembahasan yang menarik yang pernah terjadi di saya, siswa yg gaya bicara jalan dan senengnya berteman dengan teman siswi, Dia sadar betul dengan apa yang dilakukannya, kebetulan binaan guru bk yang lain. Orang tua juga menyadari sikap anaknya jadi kita sering kerja sama. Kalau pacar dia pacarnya lawan jenis cuma gayanya dan tingkah lakunya yang mengkhawatirkan. Ruyatna guru BK dibanten kembali memaparkan contoh, disekolah saya ada yang kayak gitu ...ada yang motifnya krisis kepercayaan diri...susah komunikasi tapi nyaman berteman dengan lawan jenis dan akhirnya jadi gemulai.... orientasi seksual normal. Bu Sufi berpendapat menanggapi respon pak Ruyatna, penyimpangan seksual seperti ini bisa menular dan bila ada potensi seperti itu bisa menjadi sasaran bagi yg sudah menyimpang. Seperti halnya adik saya sering cerita lingkungan temannya di MB ada yg memang sudah menyimpang bila ada yang kelihatan menyendiri dan dia suka walaupun sesama ia akan terus mendekati sampai akhirnya yang normal itu terpengaruh dan merasa nyaman dengan berbagai macam cara, misalnya sering nemenin di tempat kost, nonton bareng, jadi tempat curhat dll deh Menjawab pertanyan kang pandowo ahkirnya pak Donald berusaha merangkum dari beberapa cerita di lapanagan, Selamat sore bapak/ibu, mohon maaf td meninggalkan diskusi tanpa permisi. Saya menyimak dari tadi pagi. Cerita dari bapak/ibu luar biasa. Datanya sangat kualitatif, jadi jika dibuat logika terbalik cerita bapak/ibu dapat disusun panduan pertanyaan atau rambu-rambu mengasesement dalam sesi konseling. Banyak ragam yg dilakukan bapak/ibu dengan kekuatan masing-masing. Saya akan coba rangkum sebagai bahan diskusi lebih lanjut. Sedangkan untuk instrumen kuantitif basisnya harus teori. Artikel yang diposting bu Angraeni dpt dijadikan salah satu dasar awal. Begitu sementara hasil menyimak diskusi forum ini. Luar biasa. Berdasrkan sharing tadi, beberapa aspek yg dapat digunakan untuk melihat kecenderungan penyimpangan orientasi seks: 1. Pemahaman tentang kodrat manusia sebagai insan yg berkembang biak 2. Pengaruh lingkungan 3. Pola interaksi teman sebaya (sesama dan lawan jenis) 4. Pola perilaku dan penampilan (cara bicara, berjalan, berpakaian, minat fasion, dll) 5. Pengalaman traumatik. Itu beberapa aspek yg dpt dijadikan dasar instrumen. Jd instrumen ini baru mengkur tibgkat kecenderungan orientasi seks menyimpang. Jd bisa kita beri nama Skala Kecenderungan Penyimpangan Orientasi Seks. Mohon masukan Pak Prof ttg instrumen. Ini sekedar masukan. Monggo kita rembuk dan diskusikan lagi. Bapak doktor Tamsil dari UNESA juga menambahkan : Pak Dwi, skrg saya sedang membimbing Mahasiswa yang penelitiannya tentangg Androgini: Mhs laki yang bergaya (pisik) perempuan (di jurusan Seni) & Mahasoiswa perempuan yang bergaya laki (di jurusan OR). Jika diperkenankan, sy ingin mengenalkan dg P Dwi, agar bisa lbh bersinergis. Tks. Pernyatan dari bapak Tamsil membuat saya menjadi malu, keilmuan sebatas ala kadarnya kok saya mau dilibatkan dalam riset, akan tetapi insyallah saya siap jika diberikan kepercayaan. Ragam penyimpangan seksual meski dengan ragam pengaruh dan penyebab sepertinya lebih menarik untuk dibicarakan, dan masih meraba2 soal instrumen yang terkorelasi dengan ragam penyebab penyimpangan tersebut. Maka instrumen ini nanti baru mendeteksi kecenderungan penyimpangan orientasi sek, blm mampu mengungkap dengan pasti penyimpangannya lesby, gay, dll. Pengalamana seru juga diungkapkan oleh kandidat doktor di UPI bapak Amdani, Saya punya pengalaman, pernah di tugasi di suatu daerah di lampung selama 3 tahun. Sejak awal saya di tugasi saya melihat banyak pemuda bergaya wanita pada umumnya mereka bekerja di salon kecantikan atau pekerja seni dan merka kreatif. Bersamaan waktu berjalan saya perhatikan di kota tersebut makin banyak pemuda dengan gaya kewanitaan. Setelah saya cari tahu ternyata mereka terkena pengaruh akibat bergaul dengan pemuda yang seperti itu. Saat itu saya berkesimpulan ini "menular" tapi yang di tularkan adalah perilaku menyimpang. Dan yang saya perhatikan mereka seperti mencari teman. Dan itu saya alami saat saya di tugaskan di daerah tersebut tahun 1990... Saya pernah bertanya pada beberapa ternyata mereka banyak yg saling menyukai, kebetulan daerah tersebut daerah keras jadi bila ada cinta segi tiga diantara mereka bisa sampai berkelahi dan dendam. Yang sadisnya kalau mereka menyukai seseorang (sejenis) dan seseorang tsb (walau normal) tapi pernah dianggap php maka akan di kejar bahkan bisa di aniaya spt menggunakan silet. Ini ketika mereka sdg "kumpul" (kencan ramean) kita lewat dan menggoda, kalau mereka tidak dapat meraih kita maka mereka mahir main lempar silet yang berakibat silet nancap ke kita kalau msh dalam jangkauan lemparan tsb. Nah itu itu yang perlu dikaji, Karena di dapati kenyataan seseorang yg pernah di sodomi atau bercinta sejenis menunjukkan perilaku yg menyimpang dan sadis. Cerita diatas mengingatkan pendapat prof. Sunaryo bahwa itu adalah pengaruh/ pembentukan dari lingkungan... nah apakah selanjutnya adalah "penyakit"......? Cerita bu Gladys, Ass.wr.wb. bapak ibu yg saya hormati. Beberapa bulan lalu juga ada kasus serupa seorang remaja laki-laki di temukan tewas di proyek tol (tempat gelap dan sepi) setelah di selidiki remaja laki-laki tersebut di bunuh oleh teman gaynya. iya di bunuh karrna terus memaksa pelaku ngajak (hubungan sex) karena si pelaku sedang tidak mood maka menolak tapi korban memaksa terus akhirnya dibunuh. Korban merupakan anak rajin beribadah di musola, ngaji bahkan ikut kegiatan kumpulan (diba'an). Kebetulan tetangga saya. Kami tinggal d daerah pedesaan. Sudah sedemikian menakutkannya virus penyuka sesama jenis. Saya mohon bimbingan,tindakan pencegahan dengan layanan klasikal sajakah yang dapat kami berikan? Menarik penyimpann seksual akibat pernah di sodomi atau lainnya selalu ada korelasi terhdap prilaku sadis ini, kadang personal perilaku penyimpangan seksual terlihat religius dan cenderung menutup diri... tp mungkin tidak general. Perlu penanganan layanan dasar, layanan responsif; dengan berbagai strategi di sekolah.... Bu Fatonah dari Ponorogo, menceritakan pengalamananya : Iya, dulu juga pernah saya memergoki siswaku melakukan di sekolah, tapi sebatas saling raba dan pegang alat kelamin. Dan untungnya ketahuan temannya perempuan.Dan dilaporkan ke BK, Saya menindaklanjutinya tidak saya panggil, tapi saya datangi satu persatu anak tersebut, di kelas dan aku ajak ngobrol, lama2 obrolanku masuk lebih kedalam dan anak tersebut lebih terbuka. Akhirnya dia menceritakan kenapa dia melakukan hal terSebut pada teman sejenis. Jawabnya membuat aku kaget... katanya siswa saya adalah melakukan yang jauh dari resiko menghamili anak orang tapi tersalurkan. Jawaban itu membuat aku terperanjat dan terperangah akan norma anak sekarang... Akhirnya setiap hari anaknya aku dekati dan aku ajak ngobrol, setelah itu aku ajak sholat dhuha bareng dimasjid. Setelah itu aku minta guru agama aku minta untuk memberikan pengertian dan menceritakan kisah nabi luth... Pada saat itu itulah penanganan yg aku lakukan.. Setiap hari aku intens bertemu dan berbincang dengannya... sampai anak itu lulus.. Sesi Instrumen belum selesai dalam diskusi muncul tema tambahan yang menambah rumit, pertanyaan daru bu Gladys: Pak dwi, instrumen yang tepat untuk mendeteksi siswa yang memiliki kecenderungan menyimpang jika siswa harus mengisi sesuai dengan yg ada pada dirinya (misal dia gay) apakah iya pngisian instrumen itu bs valid. Sedangkan untuk di lingkungan skolah saya fikir tidak akan terlalu berani mengungkap dirinya, takut di keluarkan, malu, takut ortu atau dll. Kang Pandowo dalam diskusi berteriak : Guru BK harus "peka" !!!!! Setelah tahu dan jelas data dan keberadaannya lingkungan jgn di beri kesempatan untuk siswa mengembangkan "bakat" tersebut, kadang pengamatan saja blm cukup karena bs jadi panyimpngan seksual siswa seperti laten tersembunyi... karena sulitnya kita mendeteksi. Reaksi negati terhadap kehadiran instrumen mulai diragukan oleh sebagian, menurut saya kalau di instrumen untuk isian itu harus disebutkan, itu imposible terlaksana. Karena mungkin anak2 takut dikeluarkan dan malu. Karena di beberapa masyarakat kita kontrol sosialnya masih kuat juga. Hal ini di sanggah oleh pak Amdhany, Itu dia makanya diikuti dg observasi lingkungan"nya". Jawaban saya hanya sederhana, Instrumen bukan angket .... Mohon di cermati. Bu Gladys mencoba lagi bermanuver Ada siswa saya laki2 (feminim,suka main dengan anak perempuan, suka masak, gaya korea,jari2 lentik,suka gosip) tapi dia kalo suka/cinta ya cintanya sama anak perempuan tdk laki-laki .berartikan tidak lgbt. nah rambu2 yang di arah menuju ke lgbt itu yg saya gagal paham pak dan bu? Harus waspadanya itu jika di posisi anak yang seperti apa! Dengan sabar pak Amdhany menjawab, Makanya bu tidak cukup dengan pengamatan tapi perlu observasi lebih lanjut. Rasanya jadi tertawa seperti ini, kepala terasa pusing untuk edit hasil diskusi ini, yah sudahlah saya masukan saja apa adanya. Ada beberapa kasus lain yang diungkap tapi karena keterbatasan waktu saya ambil yang memiliki kemiripan saja. Kasus Geng Virginity ketika di kotaku kemarin, saya bekerja sama dengan kepolisian, karena mengungkap siswaku hilang dan orangtuanya bingung, ternyata anaknya tergabung dalam geng virginity, yang aku tahu. Di geng tersebut perempuan semua, tapi perilakunya ada yang maskulin dan ada yang feminin. Sama halnya seperti wanita yang gaulnya sm laki2... dia berotot suka naik pohon... kayak laki2 tp normal suka sm wanita. Genk virgin ini sudah meluas...bahkan di bandung paling banyak... dan anggotanya usia sekolah.... miris. Mungkin geng virginity ini malah klp penganut perilaku sek bebas.Sahut beberapa warga di forum rembuk bk. Waktu di kotaku kemarin, pernah kumpul dan aku ikut mengawasi juga, ituh kebanyakan anggotanya dari bandung dan jakarta. Dan di tahun 2013 itu siswaku kelas XI, saya hanya bisa mantau geng itu diakhir tahun 2013 aja. Karena siswaku keluar dan pergi ke jakarta. Dari pihak kepolisian di kotaku juga kaget pada saat itu, karena ndak menyangka bahwa perempuan bisa berbuat seperti itu, Mas Ruy... kata bu fatonah. Anak didik kita dalam kepungan bahaya yang mengerikan.... sekali lengah hancurlah masa depan mereka. Istrumen tersebut akan banyak turunannya kang klo diperluas apalagi di konversi dengan teori pendekatan psikoseksual dan psikopatologis. Lucu lagi respon ketakutan dari sebagian warga forum takut tetular. kmren saya sempat melihat ada peneliti yang ingin meneliti hal tersebut, tapi ternyata dia malah ikutan tercebur dalam perilaku menyimpang tersebut. Menurut pak Amdany, Ya harus ada yg di turunkan dalam pedoman pengamatan dan pedoman observasinya.... dan ini perlu kajian... kalau mau meneliti... memang harus terjun kelapangan... tapi tidak harus melakukan kali..hehehe.. Suasana diskusi kembali tegang ketika bu Betty menyampaiakan, ijin ikut share pengalaman mengatasi permasalhan penyimpangan seksual. Sy dulu th 2013 punya murid tomboy pandai tenis meja, gayanya mirip laki kalo bermain tenis meja, sering juara d kab. anggap namanya L. Ceritanya si L ini menyukai teman wanita dan temannya ini awalnya gak tahu di kira hanya sahabat. sering smsan. akhirx ketahuan kalau ia senang mau di anggap pacar sehingga sahabatnya ini kaget dan akhirx cerita ke guru bk. Pendektan kami selain meberikan konseling individu juga kerjasama dengan ortu. Ternyata memang dari pola asuh karena anaknya putri semua dan mendidik ke olahragaan yang fokus ke tenis meja karena ayahnya juga juara tenis meja sehingga L ini di biasakan pakai celana jarang di pakaikan rok. Akhirnya L ini gak suka pakai rok karena dalam latihan kebanyakan lakilaki sehingga ia cenderung bersikap layaknya laki2 suka panjat pohon dan ini di biarkan oleh ortunya. Dengan hasil wawancara ini jadi kami simpulkan pola asuh yg salah dan pengaruh lingkungan dengan berbgai pendekatan ortu ke anak dan konseling dari bk ke arah spiritual dengan kerjasama guru agama akhirnya L menyadari dan berusaha bersikap feminin tapi ya gak bisa langsung bertahap. Inipun kerjasama dengan ortu selalu intens. Intrumen Indikasi Penyimpangan Perilaku Seksual Pernyaataan dari warga forum masih juga mengejar, bagaimana kriteria untuk penentuan gejala siswa teridentifikasi mengalami penyimpangan seksual. Tentu saja hal ini masih baru untuk bimbingan dan konseling, walaupun baru bukan berarti harus terhenti. Pernyataan terus terang salah satu warga forum yang bingung harus mulai dari mana menentukan indikator untuk deteksi dini perilaku seks menyimpang ini. Ada yang meragukan, bahwa itu sulit dan banyak ragam penyebab. Tapi jika dirasakan itu harus dilakukan, karena diharapkan tidak terjadi kondisi kecolongan, dalam artian setelah perilaku itu muncul baru ketahuan. Bu Betty dari kota garam urun rembuk dalam diskusi, menurut saya melalui observasi dulu, wawancara dan di lihat permasalahannya baru menentukan indikator instrumen, tapi dr periilaku dan gayanya kadang bisa di tebak. Dengan seperti ini, instrumen bisa terdiri dari berbagai jenis. Bu Fatonah menanmbahkan, biasanya lewat konseling individu, biasanya anak-anak aku ajak ngobrol, apa aktivitasnya, lalu aku telusuri sampài ke dalam sampai ke hal-hal yang sangat pribadi. Seperti contohnya pada awalnya anak-anak mengaku kalau pernah melakukan onani. Hal inilah yang Kembali pak Yoyon dari kota Tulungagung, mempertegas, hal tersebut dilakukan setelah muncul perilaku atau sebelum muncul perilaku? Mengelitik ternyata jika kita membicarakan diskusi yang tiada ahkir ini, karena seperti ibarat dulu mana antara telur dengan ayam. Baiklah untuk yang tidak menjadi warga forum rembuk, dialog terkait instrumen ini akan saya tuliskan secara keseluruhan tanpa merubah kata-kata yang ada di dalamnya. Fatonah: Yang aku lakukan sebelum muncul masalah. Sehingga anak sangat dekat dengan saya. Dan saya juga punya group wa nya, malah anak yg tukang bolos awalnya groupnya aku kasih nama anak bagus, eh sama anak2 groupnya malah diganti leren nakal. Jadi anak2 akan sadar sendiri. Setiap ada waktu saya selalu komunikasi dgn anak, baik lewat group wa maupun di sekolah Betty: masalah yang saya temui sebenarnya terdeteksi lewat lay. klsikal dg tema permasalahanku.. nah itu kadang b bs terdeteksi .. Imam Satori: kira2 apakah instrumen tersebut bener2 sudah ada. kok rasa2nya di antara teman2 ada yang punya (dari pada mikir dari nol) maka akan lebih baik tambal sulam (jika dipelukan ditambal dan disulami) instrumen yg sudah ada. sebab ini kita ada juga siswa Laki2 yang cantik sejak SD, tanda2 itu nampak, orang tua, kyai, guru2nya sudah berusaha mengencangkan kelelakiannya, alhasil belum kelar, ini posisi SUDAH DI SMA, WALAH malah semakin cantik saja, punya KOMUNITAS lagi... Betty: dan dari gayanya sudah bisa terdeteksi kalo ia ada penyimpangan, ini kalo permslhan senang dg sesama jenis Yoyon BK TAgung: berarti bu betty dan bu siti sudah bisa dong merumuskan indikatornya, bisa tlg di share bu poin poin nya Fatonah: Paling tidak kalo ada penyimpangan kita bisa tahu, dan bisa dikomunikasikan dengan kedua orang tuanya. Kecuali yang sudah ketahuan betul kita lakukan penanganan dan bekerja sama dengan guru agama dan tim kajian di sekolah, kita minta anak tersebut untuk selalu dilibatkan dalam kegiatan keagamaan.. Betty: kalo buat indikator instrumen di lihat permslhannya dulu pak .. Subiantoro Bk: Menyusun instrumen untuk siswa yang terindikasi LGBT sungguh merupakan tantangan yang menarik bagi guru BK, tapi bukan sesuatu yang mudah karena belum tentu tampilan fisik mengindikasikan siswa termasuk LGBT, sehingga instrumen tidak bisa didasarkan pada penampilan saja atau penampilan bukan indikator kuat, perlu analisis psychologis yang mendalam antara lain kecenderungan2 atau orientasi sexual yang terpendam, fantasi, faktor gynandro,dsb.. Disela diskusi yang alot tadi, bapak Tamsil dosen dari UNESA memberikan gambaran riset terhadap salah satu sub perilaku penyimpangan seksual , ada 7 poin yang beliau sebutkan; 1. Lima thn belakangan ini sy pegang layanan BK di Unesa (setara dg kordinator BK di SM/SMK). Mhs yg hrs sy layani +_ 28 rb, tersebar di 7 Fakultas, = 78 prodi. 2. Pada kongres ABKIN di Dps Des 2013, sy Wkl Ket di Devisi IBK PT, setara dg IBKS. Ketumx Prof. Syamsu dr UPI. 3. Saya sangat terinspirasi dg kiriman tulisan Prof. Naryo, Prof. Furqon, 3 hr yll., dan model Konseling Bu Yeni, serta kiriman P Dwi mengutip tulisan Prof. Suparyanto, td pagi. 4. Saat ini saya sdg membimbing Mhs yg sdg meneliti ttg Androgini = Mhsiswa Laki yg bergaya perempuan (populasi terutama di jurusan Seni), & Mhsiswi yg bergaya laki (populasi terutama di jurusan Olah Raga, bahkan ada yg hoby boxing & sepak bola). 5. Mhs Bimbingan saya tsb, sedang mengembangkan instrumen u/ menjaring data ttg org2 yg terindikasi Androgini. 6. Tulisan2 yg sy sebut pd poin 3 di atas, adl merupakan refrensi tambahan bagi penetapan indikatorx. 7. Dari berbagai rujukan, Androgini adl merupakan slh 1 ciri plg mendasar bagi terjadix penyimpangan sexual: Lesbi, Gay & Bisex. Langkah bapak Tamsil ternyata juga di ikuti oleh bu Fatonah, ntuk poin2nya, saya tergantung dari hasil konseling individu , 1. Anak tersebut sering melakukan onani. 2. Lebih nyaman ketika bergaul dgn sejenis. (Perlu penanganan ,perhatian , pengawasan dan pendampingan) 3. Lebih tertarik dengan teman sejenis. Biasanya ini dengan teman tertentu, maka tindakan kita harus memisah dan memberikan perhatian intens pada siswa ini. 4. Lebih menyukai pada dunianya dari pada ikut kumpul2 untuk kegiatan sosial dengan teman2 sekelasnya. 5. Anaknya pendiam... atau malah mencari perhatian dari sesama jenisnya. Himbauan bapak Tamzil, selanjutx di Forum ini, mari kita sepakat pada seruan Prof Naryo & Prof. Furqon, untuk tidak lagi menggunakan istilah LBGT, krn istilah tsb berkecenderungan sbg suatu Gerakan; sementara dlm istilah tsb ada 4 komunitas yg sama sekali sukar berselaras. Mari kt kembali ke istilah yg lbh praktis & profesional, iaitu: penyimpangan seksual. Wakaprodi BK Universtas Sanatha Dharma Dr. Donald mengaris bawahi diskusi rumusan indikator instrumen ini dengan menyatakan, Bapak/ibu, menyimak intens sharing berharga ini. Terkait dgn ide menyusun instrumen: memang ada tantangan berat bias jawaban subjek. Maka perlu kita diskusikan bentuk instrumen yg dpt meminimalisir bias tdk valid. Selain itu kita akan menyusun pedoman observasi yang baku. Sampai hari ini blm ada penelitian yg luas ttg kecenderungan penyimpangan orientasi seks pd remaja kita, masih parsial daerah. Jika kita bersepakat instrumen ini jd kita lakukan penelitian serempak se indonesia. Kita butuh bimbingan bapak/ibu profesor kita. Dr diskusi yg berkembang ada isu lain yg saya kira sdh pernah diteliti (saya kurang yakin) korelasi antara penyimpangan orientasi seks dengan perilaku agresif. Ini topik yg berbeda ttp msh satu bagian dr tema diskusi kita. Perlu juga diteliti. Perkenankan saya membuat konstruk instrumen dr hasil diskusi kemudian menjadi kisi2. Saya akan share kemudian utk ditanggapi. Bgmn Pak Dwi dan forum? Dalam hati saya jawab setuju bapak. Disaat diskusi semakin panas, kehadiran Prof Sunaryo semakin menambahkan semangat warga forum untuk intens, Maaf saya tdk mngkuti intens diskusi. Ada 500 lebih wa masuk dr brbagai grup. Diskusi cukup serius. Tak perlu ragu mencoba mngmbangjan instrumen pnyimpangan prilaku seksual, karena apa yg kita buat bukan ut sekali jadi tapi untuk dikembangkan terus dlm konteks dinamika kehidupan yg terus berubah. DR Tamsil juga sepakat dg usulan Prof Sunaryo. Di Unesa, sy kembangkan instrumen hidup; namax Bimbasi (Pembimbing sebaya Mhs). Mrk kami rekrut dari 3 kriteria mendasar: 1. Kepribadian: mrk mampu menjadi model bagi Mhs lain dlm berpetilaku di kampus & di luar kampus. 2. Prestasi akademik (IPK, minimal 3). 3. Mampu & mau berbagi: apapun bentuk kelebihan yg mrk punyai, mrk sll bisa menginspirasi Mhs lainx. Salah 1 tugas mereka (setelah mendptkan kepelatihan) adalah bersedia & tangkas menjadi observer yg handal ttg berbagai permasalahan yg mrk temui. Semoga model ini bisa menginspirasi teman2 di SM/SMK. Catatan: gak blh tugas tsb (observer) diberikan pd sembarang orang. Tks. Alhamdulillah, Semakin mengerucut dan menjadi bahan pemikiran bagi ibu bapak peneliti. Demi masa depan generasi muda harapan bangsa Indonesia tercinta ini. Di group WA inilah ilmu BK selalu diasah... diasih.. dan diasuh... mulai dari Perguruan Tinggi... Dipraktekkan oleh ibu bapak guru BK... dan dibimbing oleh para pakar dan guru besar... mohon maaf kita masih rajin memantau dan menimba ilmu... seperti yang di sampaikan oleh bapak Imam Satori pengawas BK dari Kota Kediri. Diskusi masih berjalan belum terpupus, sepanjang sejarah di forum rembuk diskusi terkait penyimpangan seksual ini memang bisa dikatakan melampaui rekor yaitu berhari-hari tidak tuntas, walaupun dalam tiap hari terpenuhi sedikit demi sedikit poin berharga yang bisa menjadikan bekal dosen maupun guru BK dilapangan, diskusi pagi saya buka kembali Assalamualaikum wr wb selamat pagi semua (malang kondisi dingin saat ini) diskusi tadi malam sangat luar biasa terimakasih untuk semuanya telah membawa peradaban baru dunia BK. Memandang fenomena di masyarakat murni dari sudut pandang Bimbingan dan Konseling hingga akhir mengerucut temuan yaitu pengembangan sains instrumen siswa ter identifikasi penyimpangan seksual. Terimakasih teruntuk bapak kita tercinta Prof Sunaryo yg masih menyempatkan diri di kesibukan beliau di kota Tokyo Jepang untuk mendampingi. Begitu pula terimakasih pada bapak Prof Furqon insyaallah beliau sekarang proses menelaah diskusi dan insyaallah juga beliau akan berkenan untuk memberikan pencerahan. Untuk generasi bangsa ini, apapun harus di lakukan tentunya. Semoga pagi ini bisa mengawali sambungan dari diskusi tadi malam. Prof begawan Tri tadi malam beliau juga tidak lepas dari menyimak ... Semoga hasil pagi ini juga di dapatkan dari beliau pencerahan. Bapak Doktor Wardjo insyaallah berkenan berjanji hendak turut serta. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu menelaah kehidupan berbahaya yg mengancam generasi bangsa Mohon maaf kami berharap banyak karena menurut kami hal terpenting yg mengancam siswa telah hadir skrg ini untuk itu kami mohon pembekalan keilmuan dan pencerahan di lapangan .... Mohon kiranya bapak Prof Syamsu, bapak Prof Uman, bapak Prof Ali, bapak Prof Mardjuki, dan Ibu Prof Nur Hidayah berkenan juga mendampingi kami .... merumuskan pengembangan sains antisipasi fenomena penyimpangan seksual di antara pelajar ..... Mohon dengan sangat Dan yg paling spektakuler dg nuansa khas ..... Ibu doktor dhany mohon pencerahannya. Begitu pula nuansa kedaerahan melekatkan kesusastraan jawa bapak doktor Adi admoko bersama nuansa minang ibu doktor yeni karneli ..... bung Aan dari UNES dan bung ifdil dari UNP kok belum hadir yah berapa hari ini, semoga keduanya diberikan nikmat kesehatan .... ayoh bung tantangan dari pak Donald seru loh hehehe. Dan ini kalo tidak di panggil akan tidak akan hadir .... Bapak Doktor Ramli .... monggo pak Doktor segera diharapkan pencerahan nya Pagi yang indah tersebut ternyata Prof Nur Hidayah, bersedia menyapa diskusi : Assalamu'alaikum Bpk +ibu Forum Rembug BK. Bismillahirrohmanirrohim. Sy telah mengikuti diskusi mengenai momen penyimpangan seksuail. Sebetulnya penyakit ini sdh sejak lama ada. Klo kita simak dari teori psikoseksual Freud, maka ketidaktercapaian kenikmatan fase falix itulah salah satu penyebabnya. Silakan kita diskusikan lanjut. S. Freud terkenal dg psikoseksual terjadi pd 5 tahun kehidupan pertama. Nah salah satu fase adalah fase falik sekitar usia 3-4 tahun. Pd usia tsb anak memperoleh kenikmatan dari falix. Jika tdk/krg maksimal didapatkan maka akan direpres dan terjadilah fiksasi pd masa2 selanjutnya. Terutama muncul masa remaja, shg kita mengenal dg perilakumenyimpan lazim dikenal dg penyimpangan seksual. Saya mencoba bertanya, maaf Prof Nur apakah pada usia tersebut bisa di jadikan instrumen pengembangan siswa ter identifikasi penyimpangan seksual? Beliau menjawab Kalo teorinya jelas, tdk diragukan utk dikembangkan menjadi alat ukur. Banyak sekali penelitian level skripsi, tesis. Contoh remaja "buchi", "transgender", dll. Lagi-lagi ahli penentang freud muncul, dik Ruyatna: Tp prof penyimpangan sksual tdk selalu disebabkan tidak terpenuhinya kenikmatan pada fase2 yg di sebutkan oleh freud. Guru BK dari Banten ini memang sedikit unik, amat disayangkan ahkirnya penjelasan dari Prof Nur terhenti, andai ketemu di darat pasti aku jewer nih orang. Sepak terjang anti freud mulai tambah menggila, Saya kadang jd bertanya apakah seorang anak di fase oralnya tidak terpenuhi akan jd anak yang manja...kekanak2an...suka merokok karena knikmatan puting yg tidak maksimal ia dptkan di fase oral.. apakah itu kesimpulannya? Suasana pagi yang cerah diskusi sudah dihiasi konfrotansi, aneh juga hehe he, sehingga warga forum ada yang membuka di antara kepvakuman diskusi (pending sebentar karena ulah guru BK dari Banten ini) Selamat Pagi Bapak Ibu Forum rembug BK..semoga selalu diberikan byk keberkahan dan kesehatan. Aamiin. Semakin gayeng nggih pembicaraan ttg deviasi orientasi seksual ini..semoga jg makin membuat kita sbg konselor menyadari bhw masalah2 spt memang perlu utk dipecahkan bkn krn sdg booming isunya namun memang kepekaan bhw hal2 spt ini adlh menantang kita sbg konselor utk selalu mengupdate kemampuan dlm memberikan lay terbaik apalagi situasinya krisis spt ini. Pak Amdhany menambahkan, Perlu observasi yg panjang untuk membuktikan teori freud dg men generalkan. Karena hrs dilihat pada beberapa kasus dari sejak balita sampai dewasa dg beberapa budaya (Indonesia sebagiannya). Yang ada di hadapan kita yg kita ketahui lebih krn pengaruh lingkungan.... yg menjadikan ( kl tdk di bilang mengharuskan) penyimpangan seksual... Sifat asli dik Ruyatna mulai muncul dan seolah mendapatkan angin segar “Betul pak am.... saya pernah debat panjang sama dosen di kmpus yang freudian bgt hahahah....” Prof Ali Imron dari pascasarjana manajemen pendidikan Universitas Negeri Malang ikut memberikan masukan dengan mengupload buku berbau behavioristik, saya jadi tertarik untuk memepelajari karena buku terasa asing, saya kok merasa asing dg buku tsb ... bisakah di jelaskan dan apa kaitannya dg penyimpangan seksual. Begitu si bandel guru BK Ruyatna, Betul kang.... aq juga lg mikir buku apakh itu... mis behavior... seru kayaknya di bahhas di korelasikan dngan topik kita inih Sambil menunggu Prof ali hadir, ada warga forum yang mencoba menambahkan argumen Setelah mengikuti perdebatan panjang yg menarik, menurut saya sangat bagus & cukup bisa disimpulkan: jika deviasi itu bisa disebabkan masa lalu, masa kini & masa akan datang. Penyebab dari dalam akan lebih tinggi peningkatan deviasinya, bila ditunjang penyebab devian luar. Penyebab dari luar akan (masyarakat & sekolah) akan menjadikan potensial penyebab yg sdh ada di dlm rumah. Telaah Bapak/Ibu/Sdr sebelum ini sdh cukup tinggal menyusun dimensi2 nya dan instrumen2 nya serta uji coba dst. Secara teoritisnya insyaAlloh sdh banyak literatur, kalau kurang adl sebagian saja. Semoga sgr ada follow up keilmuan kita baik scr akademik maupun terapan. Seperti biasanya kaprodi BK UNDAR pak Hasby langsung merespon, dari beberapa kalimat yg saya baca ini lg membahas hub psikoanalisis dengan penyimpangan seksual ya. Kl boleh saya urun rembuk pada tahap palis si anak berusia sekitar 4 tahun. Anak laki2 dan perempuan senang sekali mengeksplorasi organ Kelaminnya utk memperoleh fantasi2 seksual. Ank laki2 mengembangkan fantasinya pada ibu (oedipus complex) & anak perempuan mengembangkan fantasinya kepada ayahnya.(electra complex. Jika masalah oedipus complex tdak terpecahkan anak laki2 bisa berkembang menjadi homoseksual / heteroseksual. Jika electra complex akan menjadi wanita2 genit/ lesbian. Kedua masalah palis itu dia tidak mencintai pasangannya namun hanya dijadikan sebagai objek pemuas seksualnya. Walaupun sudah di jelaskan sebelumnya dan sudah di sepakati, ternyata masih ada juga yang turut ikut memaparkan fakta di lapangan, berarti diskusi ini sungguh luar biasa. Bu Lilik dari banyuwangi, Terlepas sependapat ato tdk, murid ku yg ada penyimpangan sexual lesbi, berdasarkan bbrp data yg masuk, penyebabnya pengaruh teman pd saat di kelas 7, pernah ada perlakuan penyimpangan sexual pd nya. Terlebih lagi Doktor Donald, Baru pulang goes., Saya berpikir begini pak/ibu: instrumen inikan nanti mampu memotret kecenderungan bukan memotret penyebab. Jd sharing kemarin sdh dapat kita jadikan dasar merumuskan ciri2 individu yg memiliki kecenderungan penyimpangan orientasi seka. Saya setuju menggunakan psikoseksual frued jika tujuannya mengungkap faktor penyebab, dan itupun menurut saya baru mengungkap satu faktor. Mantap pak donald dan terimakasih telah mengarahkan proses diskusi. Setuju skrg langkah selanjutnya dan di mulai dr Prof Nur Hidayah terkait psikoanalis dan Prof Ali yg sudah menyentuh ranah behavaristik walaupun beliau skrg barangkali masih sibuk .... kita tunggu dan ada yg bagus jika bpk munif chatib berkenan memberikan tinjauan dari humanis. Disaat saya menunggu bapak Munif untuk hadir, ternyata ada berita upp mohon maaf bapak Munif dalem tidak tahu jika bapak sekarang sedang sakit dan opname di RS. Mohon doa dari teman dlm hati, masing2 sesuai dg kepercayaan. Untuk kesembuhan bapak Munif Chatib, amin. Insyaallah jika beliau kembali dlm kondisi sehat akan siap hadir mewarnai diskusi kita Kesesokan hari berselang, diskusi belum juga terhenti. Bu Retno menyapa di pagi hari, Selamat pagi bapak ibuk prof,Dr,pak didik,bunda winda,ndoro,pak ruy,bu ratna,pak donalt...diskusi masih berlanjut tapi sayangnya saya ketinggal karena banyak kesibukan,mohon maaf ndoro ada yang saya tanyakan berkaitan dengan instrumen untuk mengungkap penyimpangan seksual termasuk LGBT apakah sudah di tentukan dengan menggunakan bentuk apa?karena saya lihat ini sudah menginjak ke teori konselingnya...mohon maaf... Meenunggu Prof Ali terlalu lama, ahkirnya memutuskan untuk mencari tahu, tapi juga masih meraba-raba apa keterkaitan teori ini dengan pennyimpangan seksual. Misbehavior causes disturbances in the classroom and makes it difficult for students to enjoy the educational process.Below is a list of four possible motives for misbehavior. In addition to these causes, there are other factors to consider that may result in a student who refuses to act appropriately. Seeking Attention Being the center of attention is a common desire for students, some more than others. Acting out by making fun of others, swearing, talking out of turn or simply being uncooperative are a few ways students looking for more of the spotlight may misbehave. Desire for Power Some students who misbehave are expressing a desire for more control in the classroom, and acting inappropriately makes them feel powerful. These students are not content to go along with the general plan and make it known they want things their way. Signs of a power-seeking student include constant arguing and a refusal to follow basic rules intended for everyone. Signs of a power-seeking student include constant arguing and a refusal to follow basic rules intended for everyone. Looking for Revenge Some children lash out in the classroom as a response to hurt feelings they experience. By misbehaving, they feel they are getting back at those responsible, whether it involves the students, the teacher or both. Students who misbehave as a motive for revenge may enjoy acting cruelly or even violently towards others. Revenge seekers are likely to perform bullying acts, such as shoving and excessive teasing. Lack of Self-Confidence A general fear of failure occurs when a student feels he cannot possibly live up to any expectations. These students misbehave as a way to avoid participating in anything that may lead to failure. Although the child may seem completely confident with school-related activities outside of the classroom, he acts incapable of functioning in a learning environment. Physiological Factors Students who are misbehaving may have some kind of temporary malady contributing to their attitude. For instance, a child who is overly tired, sick, hungry or simply the victim of a sudden change in routine may demonstrate troubling classroom behavior. Students who are misbehaving may have some kind of temporary malady contributing to their attitude. Classroom Environment A classroom not designed for optimal learning may contribute to a student who refuses to behave. Poor seating arrangements, extreme temperatures or a high noise level are all distracting elements in a classroom that ultimately hinder the learning experience. The atmosphere in classrooms like these will result in behavior issues. Poor seating arrangements may result in behavior issues. Problems with Curriculum Some students may not feel challenged enough to behave properly. If the information taught is not appropriate for the learning abilities of an individual, she may mentally withdraw out of boredom or frustration, resulting in behavior problems. Additionally, a particular teacher's instruction style may cause conflicts with a student, disrupting the learning process. Silakan untuk teman-teman menerjemahkan sendiri, dan pagi ini Prof Furqon menyambut kita, pagi teman-teman seprofesi semuanya. Semoga kita semua tetap sehat dan semangat. Mohon maaf baru bisa merespons. Setelah membaca diskusi yg seru dan panjang di group WA ini, saya memahaminya sbb: 1. Setiap org yg balig memiliki kebutuhan (needs) seksual. 2. LGBT merupakan perilaku seksual menyimpang yg proses awal dan penyebabnya sangat beragam. Ada yg karena frustrasi, coba-coba, diperlakuan tidak wajar, dll yg sebagian ada pula yg bercampur dg kecenderungan biologis. 3. Saya sepakat dg Menhan(Ryamiraz Riyacudu) yg menyatakan bhw fenomena gerakan LGBT di Indonesia akhir-akhir ini merupakan proxy war yg perlu diwaspadai. Oleh karena itu, saya mengapresiasi upaya teman-teman utk senantiasa waspada terhadap proxy war ini. 4. Awal sebagian pelaku LGBT ada yg mirip pelaku Narkoba (frustrasi, coba-coba, "terpaksa", dll, tanpa ada kecenderungan biologis sama sekali). Karena itu, terus terang, saya masih mengalami kesulitan membangun konstruk kecenderungan perilakunya. Karena pengaruh lingkungan relatif dominan, bisakah dikatakan bhw setiap orang sebenarnya bisa terjerumus ke perilaku LGBT? Tidak sedikit juga org yg secara fisik tampak "beda" tapi tetap berperan sesuai dg jenis kelaminnya. Saya melihat beberapa kasus yg mendukung ini. 5. Rumusan yg diajukan Pak Donald merupakan awal yg bagus untuk dimatangkan dlm menyusun instrumen deteksi potensi perilaku lgbt sehingga upaya-upaya yg diperlukan dpt segera dilakukan, termasuk kerjasama dg orang tua. Semoga teman-teman tetap semangat untuk mengawal generasi masa depan yg lebih baik. Beliau juga menyitir berita dari media tentang pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) meminta kepada pemerintah untuk diakui keberadaannya. Bahkan, United Nations Development Programme (UNDP) menganggarkan 8 juta dolar AS atau sekitar Rp 108 miliar untuk mendukung komunitas LGBT di Indonesia, Thailand, Cina, dan Filipina. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai, fenomena kemunculan LGBT di Indonesia bagian dari proxy war atau perang proksi untuk menguasai suatu bangsa tanpa perlu mengirim pasukan militer. "Ya (LGBT) itu 15 tahun lalu, saya sudah buat (tulisan) perang modern, itu sama modelnya. Perang murah meriah," katanya di Kementerian Pertahanan, Selasa (23/2). Menurut dia, ancaman perang proksi itu berbahaya bagi Indonesia. Sebab, negara lain yang memiliki kepentingan tidak langsung berhadap-hadapan. Karena itu, fenomena pendukung LGBT yang meminta komunitasnya dilegalkan itu wajib diwaspadai. "(LGBT) bahaya dong, kita tak bisa melihat (lawan), tahu-tahu dicuci otaknya, pingin merdeka segala macam, itu bahaya," ujar Ryamizard. Menurut Ryamizard, perang proksi itu menakutkan lantaran musuh tidak diketahui. Kalau melawan militer negara lain, kata dia, musuh mudah dideteksi dan bisa dilawan. Kalau perang proksi, sambung dia, tahu-tahu musuh sudah menguasai bangsa ini. "Kalau bom atom atau nuklir ditaruh di Jakarta, Jakarta hancur, di Semarang tak hancur. Tapi, kalau perang modern semua hancur. Itu bahaya," kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu. Dia melanjutkan, perang modern tidak lagi melalui senjata, tapi menggunakan pemikiran. Karena itu, ia tidak mengganggap konflik dengan negara tetangga atau Laut Cina Selatan sebagai ancaman berbahaya bagi Indonesia. "Tidak berbahaya perang alutsista, tetapi yang berbahaya cuci otak yang membelokkan pemahaman terhadap ideologi negara," tuturnya. Dalam kesempatan itu, Ryzamizard meluncurkan portal bela negara yang dapat diakses kapan pun dan di manapun dengan menggunakan perangkat berbasis komputer ataupun ponsel pintar selama terhubung dengan internet. Hadir mendampingi Ryamizard, Kepala Badiklat Kemenhan Mayjen Hartin Asrin dan Direktur PT iBOLZ Digital Indonesia IGG Adiwijaya. Ryamizard mengatakan, dengan adanya portal bela negara Kemenhan, diharapkan publik mengenal lebih dekat tentang program bela negara. Dia menjelaskan, program bela negara bersifat soft power dalam mendayagunakan potensi pertahanan yang dimiliki bangsa Indonesia. Kalau 250 juta penduduk Indonesia ikut program bela negara, ia yakin tidak ada negara yang berani mengganggu Indonesia. "Melalui bela negara, kita bisa menangkal paham teroris atau ISIS yang bertentangan dengan Pancasila. Sekarang ini bukan perang fisik, melainkan perang pemikiran," kata Ryamizard. Ahkirnya usai Prof Furqon hadir, penampakan Prof Ali dengan nuansa khas humoris keluar juga, He he he. Mhn maaf, buku tsb memang pegangan unt Kepala Sekolah. Bukan unt konselor. Sy jg tdk mendalami konseling. Hanya pernah ambil minor BKS ketika di S1. Sehingga sudut pandang sy adalah bidang ilmu: Manajemen pend/sekolah. Prof. Nur Hidayah adalah dosen sy. Sy senang ketika ketika beliau tadi memberikan pencerahan dr perspektif teori psiko analisa. Pak Subiantoro merangkum dari pernyataan Prof Furqon, Analisis akurat dari pak Menhan, LGBT adalah sebagian dari kegiatan lain yang berusaha melemahkan Indonesia dari segala aspek, kemungkinan ada grand design untuk melemahkan Indonesia,termasuk proxy war sebagai salah satu strateginya, karena itu pemikiran ini bisa menjadi dasar pemikiran untuk menghadang LGBT tidak hanya sebagai fenomena penyimpangan perilaku sexual tetapi harus kita pandang sebagai sebuah ancaman bagi kedaulatan bangsa, saya kira pantas mensejajarkan perlakuan terhadap kelompok ini dengan penyalahgunaan narkoba. Diskusi mulai panas lagi dengan membuka tema yang lebih luas, he he he capek juga edit tulisan makannya saya tulis saja skrip temen-temen yang ada di forum Dewi R: Mohon masukan dari rekan2 materi dan metoda serta tehnik penyampaian layanan preventif untuk membentengi siswa dari berbagai perilaku menyimpang Hermin lamonga: Ketika masih kuliah,ada teman cowok yg pernah cerita sy, bahwa beberapa kali managernya mengajak mengerjakan suatu pekerjaan di rumahnya, di situlah si manager mulai pendekatan secara fisik. Berbagai trik dipake agar teman sy bisa kontak fisik dg nya. Lama2 perilaku tsb dianggap hal biasa oleh teman sy. Melalui berbagai upaya termasuk pendekatan religi n proses yg gak mudah utk berperilaku normal, Alhamdulillah teman sy tsb bisa kembali ke jalan yg benar n akhirnya menikah dg wanita pilihan nya yg keturunan Arab. Salah satu Bukti bahwa Lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku. Subiantoro Bk: Nah...ini dia, lingkungan bisa merubah perilaku,...kalau begitu lingkungan itu bisa kita transformasikan sebagai peran guru BK, bagaimana ? Dewi R: Kita jg berada di lingkungan anak didik jd hrs mampu memberi pengaruh positif bagi perkembangan kemandirian mereka Dewi R: Pemikiran kt sama p sugiantoro Royen Bk: Waaahhh....diskusi yg luar biasa bpak ibu. Intinya kita sbg konselor perlu menyiapkan program layanan BK yg bersifat preventif maupun kuratif dlm menangkal potensi terjadinya penyimpangan seksual tsb pd kalangan remaja. Kita hrz benar2 memikirkan program2 BK dgn pendekatan2 yg sesuai utk diterapkan baik secara klasikal maupun personal. Terlebih lg saya setuju dgn konsep bpk donald utk menyusun instrument kecenderungan siswa yg berpotensi terjangkit penyimpangan seksual. Agar sebelum semua terlambat lebih jauh, kita bs membantu utk berupaya menyelamatkannya. Entah itu dgn pendekatan dan teknik2 konseling kita atau bs mereferalkannya. Mari terus berupaya memikirkan konsep program BK apa yg pas utk fenomena ini. Mari kita berkonstribusi utk menyelamatkan generasi bangsa yg akan datang, bukannya apatis dan merasa jijik atau menjauhinya. Subiantoro Bk: Se 7...se 7....se 7.... monggo kita realisasikan Dewi R: Yg jls 1. Pengaruh + yg kt terapkan hrs intens, terus menerus dg berbagai cara agar tdk membuat bosan anak didik. 2. Berkolaborasi dg semua stake holder skl, terurama dg guru agama dan ortu. 3. Semua guru memiliki visi dan misi yg sama dlm mengantisipasi berbagai penyimpangan, krn kt tdk mungkin melakukannya sendirian. Kendala: 1. Masyarakat skl tdk satu pemikiran dan pemahaman dlm menyikapi berbagai mslh anak didik. 2. Skl dan ortu tdk sejalan dlm mendidik anak. Solusi: 1. Membutuhkan komunikasi dua arah yg seimbang dan terus menerus antara skl dan ortu, skl dan anak, ortu dan anak. Disini peran guru bk sangat dibutuhkan utk menciptakan kondisi dan situasi yg dibutuhkan utk menjalin komunikasi 2. Mendorong semua guru utk membagi dan mendiskusikan pemikiran2, terobosan2 baru yg diperkirakan mampu membentengi anak dari berbagai penyimpangan, baik secara lusan, tulisan, diskusi terbatas, maupun dlm seminar terbuka Fatonah: Materinya untuk anak remaja, menerima kodrat kita sebagai pria dan wanita. Metodanya, kalo diawal memakai lay. Informasi dan orientasi, dan bila dimungkinkan ada suatu gejala tertentu pada siswa kita dilakukan lay. Kons. Kelompok, atau kons. Individu. Dan bila perlu kita melakukan layanan kontens dan pendampingan pada siswa yg memang bermasalah serta pemanggilan ortu untuk pembinaan di rumah. Kira2 itu masukannya Bu Dewi.. Tambahan lagi yaitu siswa yg bermasalah diikutkan kegiatan kajian keagamaan di sekolah maupun dilingkungannya. Itu masukan untuk pencegahannya... Dewi R: � terima kasih utk masukkannya bu fatonah. Bgmn dg yg lain? Amdhany: Untuk layanan siswa dg petilaku sex menyimpang kita bisa melihat pada komponen program dan dengan strategi nya masing2. Mau preventif atau kurativ bisa komponen layanan dasar, layanan responsif atau peminatan dan perencanaan individual... Ruyatna: Pak bos am untuk siswa dengan prilaku menyimpang lbh baik kuratif... berbeda dengan siswa dikelas yg blm kit deteksi ada penyimpangan baiknya preventif.... maaf klo kliru pak bos Amdhany: Ya utk kuratifnya gunakan strategi komponen responsif... Ruyatna: Siap.... berangkaaaaat Amdhany: Masing2 komponen kan ada strateginya... Amdhany: Karena kita sdh lihat ternyata pengarus lingkungan dan intervensi dominan dlm penyimpangan perilaku sex... Ruyatna: Siap pak bos...laksanakan Dewi R: Kadang d lapangan tdk dpt dilakukan sesuai teorinya secara utuh. Kt hrs jeli mengkombinasikan berbagai strategi yg ada dan relevan dg kebutuhan Amdhany: Kita cari strategi nya dan model konselingnya... +62 821-3237-3513: Diskusinya melar lagi... Fatonah: Siap Pak Amdany...�� Dewi R: Nyarinya jgn lama2 pa am... Lilik Bk: Bu doktor Yeni UNP sdh mencoba, mengutip dr beliau, " Sy pakai tiga tahapan konseling, tahapan pertama menggunakan media2 dalam rangka menyadarkan klien thd masalah yg ada, tahap 2 restrukturisasi kognitif dgn beberapa teknik konseling dan terakhir sy memberikan keterampilan baru pada klien". Hasby: Selamat siang saudara2 sampai mana ini diskusinya Hasby: Dwi atmaja=Ndori Fruedian apa Ndori Neo Fruedian Hasby: Pelaku penyimpangan seksual dia tdak mencintai pasangannya tapi hanya digunakan utk objek pemuasan seksualnya Pandowo: Kuatkan ketahanan diri para peserta didik. Lilik Bk: Memang pendekatan dan model konseling tergantung pd penyebabnya. Klien sy ada yg lesbi dominan faktor lingkungan. Menggunakan pendekatan kognitif maupun spiritual utk biliefnya, ada perubahan tp bbrp waktu kemudian kembali. Akhirnya ada kesepakatan dg wali utk ditarik dr komunitas dan lingkunganannya. Diajak pindah luar kota dg merestruktur kondisi lingkungan. Alhamdulillah... ada hasil yg signifikan. Amdhany: Ya kang Wo dg komponen program layanab dasar dg strategi bimbingan klasikal ato kelompok dg teknik permainan, sosiodrama, powerpoin inklud film, dll. Mari di ramu materinya. Fatonah: Siiip Pak Amdany.... siaaap. Kalo kita menyampaikannya dgn apik, dan mengena pasti siswa akan memahami apa yg kita sampaikan dan ajarkan. Dan insyaalloh, siswa akan melaksanakan. Setuju bangeet.. Pak Amdany... Amdhany: Ya dr yg d sampaikan kawan2 sebelumnya banyak penyimpangan karena lingkungan dan intervensi lingkungan. Maka kita hrs jg bisa mengkondisikan (kl tdk mengatakan mengintervensi) lingkungan... terutama dalam menguatkan ketahanan diri siswa kita.... Dhani UM: Numpang lewat ... +62 822-5753-5261: Hedech dipikir mau memberikan pencerahan bu dhani eee ternyata numpang lewat saja nggih ibu Dhani Ruyatna: Diskusi sudah selesai kah? +62 822-5753-5261: Belum .... Ada lompatan tahapan ke alternatif penanganan dan pencegahan .... akan tetapi untuk setting masalah penyebab penyimpangan dr beberapa pendekatan mazhab masih psikoanalis saja yg muncul .... diharapkan juga ada pandangan mazhab lain bahkan kalo perlu ada pandangan khusus dr kaca mata BK Ruyatna: Kacamata BK seperti apa yg dimaksud Ruyatna: Pisau analisisnya khan mmg psikologi +62 822-5753-5261: Nuansa nusantara dik .... masih ingat yg di paparkan diagram bung ifdil dulu terkait paradigma konselor .... Ada pendekatan psikoanalisis ditaruh paling bawah selanjutnya behaviourustik ..... Dan puncaknya religius (kalau tidak salah) .... skrg teori yg di sampaikan bung ifdil akan di uji .... bagaimana jika muncul fenomena spt ini +62 822-5753-5261: Di pandang dr arah konselor di abad 21 Ruyatna: Oke saya cr ilmu lagi deh klo gt...sapa tahu ada pendekatan lain +62 822-5753-5261: Intinya semua kajian khan hrs global dik ... tidak hanya di ambil parsial saja ... contoh kalau pendekatan terbaru spt ini ... pakai konseling model ini dan itu .... tp khan juga hrs punya pandangan tersendiri dlm menyikapi. Yah kita tunggu bung ifdil dech .... Barangkali disini masih ada yg menyimpan gambar diagram garis ditarik oleh tahun dan pendekatan method yg dulu Prof.Wardjo: Selamat sore teman2. Mhn maaf baru bisa gabung. Identifikasi yg Bapak Ibu kembangkan adalah langkah baik. Meskipun demikian kunci utama adalah pengakuan ybs tentang pikiran dan perasaannya terkait dengan ketertarikannya secara sexual pada sejenis atau lawan sejenis. Beberapa pria tampak melambai dan sedikit feminim tetapi hasrat dan orientasi sexualnya tetap pada lawan jenis. Begitu pula sebaliknya, wanita yg tampaknya tegas dan perkasa tetapi dia tetap tertarik pada lawan jenis. Jadi pengakuan jujur konseli menjadi kunci. Untuk bisa sampai mengaku secara jujur dibutuhkan trust konseli kepada konselornya. Paling tidak saya punya 3 konseli wanita dan 2 konseli pria yg secara fisik dan perilaku tidak menampakkan gejala2 gay dan lesbian. Pada pertemuan ke 2 konseli sy baru mengaku bahwa dia sebenarnya tertarik pada sejenis. Menurutnya, teman2nya tdk sadar kalau dia memeluk dengan perasaan yg "tidak biasa". Latar belakang perilaku yg disadari konseli adalah karena pelecehan seksual yg dia terima saat main petak umpet saat kelas 5 SD. Ketika mahasiswa dia sering tdk sadar berlama2 mencuci "kewanitaannya" di kran yg mengalir di pancuran kamar mandi kosnya. Untungnya mereka belum "coming out: sehingga dorongan untuk kembali ke khitah semula sangat besar. Pada konseli saya itu sy bantu untuk menyelesaikan unfinised bussiness berupa rasa benci dan dendam, marah dan jijik yg selama ini dia pendam. Setelah 6 sesi konseling dia mengaku perlahan bisa menghilangkan ketertarikan pada sejenis dan mulai berlatih jatuh cinta pada pria. Semoga bermanfaat. 5 konseli saya memiliki ciri yg tidak sama. Paparan sy merujuk pada salah satu konseli (wanita 21 tahun) +62 822-5753-5261: Lanjut Prof Wardjo ... ilmu berharga ini karena menampilkan fakta kontradiktif dg sebelumnya Ahkirnya Prof Sunaryo mencoba mengerucutkan dari diskusi yang melebar kemana-mana, Diskusi ini sdh amat kaya dengan pemiikiran. Kita perlu sharing di darat. Kalau saya amatj diskusi ini ada bbrapa isu/topik yg perlu didalamj: 1) asesmen perilaku seksual menyimpang 2) ragam faktor yg mmpngaruhinya dan perspektif kultural thd prilaku seksl mnympang 3) strategi intervensi pncegahan dan pnymbuhan 5) layan BK mngmbangkan perilaku dan identitas jender. Bagus kalau diadakan diskusi untuk menemukan pmikiran brrsama,, dg mlibatkan brbagai ahli. Sebaiknya diskusi ini diinisiasi oleh teman2 di lapangan brkoord dg teman2 di PT. Selamat merancang. Royen Bk: Setujuuu prof sunaryo, Rasanya kalu dibahas dlm wadah WA ini kurang memadai, perlunya utk bertemu bertatap muka bersama, mendiskusikan bersam, dan merancang bersama2. Maju terus BK Indonesia Prof.Wardjo: Oh ya, di kalangan kaum gay dan lesbi, mereka bisa saling bisa membaca isyarat mata dan gerakan tubuh yg mengisyaratkan mereka "sepaham". Dari kaca mata awam kita (khususnya saya) tdk bisa peka apakah seseorang itu gay. Penampilannya sangat macho, ee ternyata kata salah satu diantara mereka orang yg sy anggap macho tadi adalah gay. Saat sy tanya apa ciri2nya? Dia sebut ada. Sampai kegiatan berakhir sy belum diberi informasi tanda kuncinya. Tdk semua gay berciri ciri seperti yg kita bayangkan dan kita jumpai di lampu merah. Begitu pula dengan lesbi. +62 822-5753-5261: Ide bagus Prof Sunaryo. Dalem berharap UNESA bisa memfasilitasi acara besar ini ... bapak Tamsil, bunda Titin, Bapak Budi, dan Ibu Retno mohon kiranya dpt terwujud di surabaya +62 822-5753-5261: Fakta yg di sampaikan oleh Prof Wardjo telah menggugurkan bahwa gesture lemah gemulai untuk cowok dan macho untuk cewek sbg instrumen identifikasi siswa mengalami penyimpangan seksual .... bukan kah spt itu maksudnya prof wardjo? Amdhany: Betul prof. Kita di bk sdh punya strategi mekanisme penanganan siswa(individu) dg berbagai masalah yg di hadapi. Tapi kita sampai saat ini masih terlalu mengandalkan terapi gaya psikologi murni. Kita seolah tdk punya teknik dan cara penembangan sendiri. Kita lupa banyak hasil penelitian kawan2 bk yg tdk di gunakan hanya sebatas hasil penelitian. Saya setuju yg prof ungkapkan diatas kita harus bisa mencari akar masalahnya dg needasesmen; ragam faktor masalah terus tentukan strayegi intervensinya... Prof.Wardjo: Ya Pak Dwi. Tidak semua ciri yg dianggap mainstream itu terjadi pada semua kasus. Bahkan sesama gay juga bisa fleksibel. Jk seorang gay ketemu gay lain yg menuntut dia berperan cewe (ada istilah khusus tp sy lupa) maka dia akan berperan seperti itu. Tetapi ketika lain waktu bertemu gay yg lebih lembut maka dia menempatkan diri sebagai cowok (ada istilah khusus pula). Ini terjadi pada pasangan yg menyebut dirinya "suka berselingkuh". Namun bagi pasangan yg menyebut dirinya "setia" biasanya identifikasi dirinya relatif menetap. Amdhany: Kl maalah dibkaitkan dg kepribadian dllnya itu mmg kita tdk meninggalkan aspek psikologis tapi ayo kita mencoba menggunakan dg cara yg telah di kembangkan bk yg dlm buku NA/ buki biru kita jg sdh ada... Prof.Wardjo: Sebaiknya kita jangan terlalu mudah membuat penilaian hanya dari tampilan luarnya saja. 62 858-6188-0637: sependapat prof dr pengalaman di lapang ada yg menjalankan peran sbg pria ada yg berperan sbg wanita. penampilan bisa mengecoh. +62 822-5753-5261: Yah Prof Wardjo saya pernah membaca hal itu terimakasih sudah di ingatkan. 2005 saya tergabung dlm menjaring sosial mig 33 hampir sama spt WA ... saya coba masuk di group mereka GAY dan group LESBI .... ternyata benar fakta itu terjadi. Hehehe saya normal loh prof tapi rasa ketertarikan untuk tahu sangat tinggi akhirnya mencoba berkawan dg mereka .... nama mig 33 saya deatma Prof.Wardjo: Betul bu Aas Ruyatna: Nyimak dulu ah +62 822-5753-5261: Pak doktor donald mohon di resum nggih hasil terbaru ini Prof.Wardjo: Iya Pak Dwi dan teman2 lain. Sangat baik jika saran Prof Sunaryo dan Prof. Furqon kita wujudkan. WA ini sangat baik namun rasanya tidak cukup untuk berbagi pengalaman dan jelajah teori secara luas dan mendalam. Kita perlu duduk semeja, di darat dalam waktu yg cukup. +62 822-5753-5261: Setuju prof tapi membahas ini (menentukan difinisi, instrumen, dan sekarang setting) bahkan tadi sudah ada yg menyinggung treatment sudah butuh waktu berhari hari .... Apakah cukup dalam sehari seminar tercakup? Ide bagus dari Prof Sunaryo tersebut harus kita rintis melalui diskusi kecil spt ini ... ketika sudah mengerucut pada fokus permasalahan mari kita bawa dlm ranah lebih besar .... yaitu simposium atau hal lainnya. Seperti usulan pak bos amdany bahwa kita lebih cenderung sbg pemakai ilmu tp bukan pembuat ilmu .... hal tsb adalah tantangan prof buat kita. Ingat kisah pembuatan DSM yg di sampaikan oleh bu nunik dan di petik ulang oleh Prof Furqon. Hal tsb bisa menjadi ilham buat kita .... psikolog/psikiater punya kitab DSM bagaimana dg bimbingan dan konseling ????? Ini lah misi dan visi kita menuju kejayaan BK Prof Naryo: Sebaiknya dimatangkan topik2 nya, dicari pmbicara yg tepat ut setiap topik. Semacam DSM bisa dan perlu dikmbngkan dlm konteks kultur Ind. Oleh karena itu perlu ada kajian kultural. Amdhany: ������ nah gitu Ndoro... kita harus menggunakan produk bk dan bangga dg produk bk.... ayo setiap penanganan dan pemberian layanan kita optimalkan ilmu ke bk an kita. Kita sdh banyak yg berkarya dan berkreasi... dan sdh banyak yg sdh d uji coba dg berhasil... Amdhany: Siiip dan siap prof... +62 822-5753-5261: Baiklah deal sepakat ... mulai rintisan di mulai skrg begitu nggih pak bos amdany dan bapak Prof Sunaryo. Selanjutnya mari kita lanjutkan diskusi ... Mohon masukan dari warga forum untuk membahas setting siswa mengalami penyimpangan seksual dari tinjauan ke BK an murni .... Dan pembanding dari teori sosial, budaya, agama, dll agar lebih luas. Bapak Doktor Ramli dari pascasarjana UM mohon penjelasannya barangkali ada yg bisa di sampaikan disini bapak Dewi R: Alhamdulillah. Bukan main forum ini benar2 bisa menelorkan hal2 baru yg sangat berguna d tmpt tgs kita. Ayo kt laksanakan amanat Prof. Sunaryo agar BK ada d garis dpn dlm menjaga anak bangsa agar tdk terbawa arus negatif sehingga ketahanan negara terjaga Prof.Wardjo: Mari Bu Dewi dan teman semua. Kita buktikan melalui kiprah nyata. Seringkali niat baik dan usaha positif kita harus berkejaran dengan niat dan usaha jahat pihak2 tertentu. Tapi kita harus yakin kebaikanlah yg pada akhirnya akan menjadi pemenangnya. Dewi R: Ayo kita wujudkan bersama-sama. Apakah UNESA siap atau ada yg mau mengajukan diri sbg penyelenggara? Kami siap membantu Fatonah: Maaf bu Dewi.. Prof. Suwarjo.. Mas Dwi...� Prof.Wardjo: Terima kasih Bu Siti Fatonah Dewi R: Tdk apa2 bu fathonah, saya sedang menunggu respon tmn2 Fatonah: Saya masih menyimak dulu Bu Dewi... tadi ketinggalan ilmu yang banyak...��☺ Amdhany: Utk bulan april sdh banyak orang jualan utk praktisi bk. Sebenarnya dalam memberi layanan dlm perkembangan siswa guru bk/sarjana S1 bk kalo bekerja dg hati dan peduli maka pengalaman lapangan dg di bantu teori yg sdh di dapat dengan mudah menjadi idola siswa dan orang tua. Tapi karena kita masih melihat rumput tetangga lebih bgs dan kita tdk pernak percaya diri dan selalu mengakui keunggulan profesi lain maka lahan bk/ kita akan selalu diambil orang dan kita selalu "jd kecil" Irianti: Setuju datuk � Amdhany: Strategi dan kinerja bk dlm mengoptomalkan anak didik lebih realistis dan manusiawi... ayo lah kita jangan merasa kecil... kadang kita dlm bertugas mencoba menggali potensi siswa tapi kita lupa untuk memperhatikan potensi kita sendiri untuk menjadi profesional... Amdhany: Yap... bu khusnul... Irianti: Sangat setuju�rasany bolh saja tdk percya diri tpi jgn sampai meniadakan sikap untuk belajar. Mohon maaf sya juga masih belajar perlu sharing dan bimbingan bpk ibu di forum rembuk ini. Trimksh pk dwi yg sudh mngijinkn bergbung Hasby: Be on the roud perfecting counselor +62 822-5753-5261: Prof Wardjo, bu retno, pak bos amdany dan kang pandowo serta ibu prof Nur Hidayah mohon di kupas asumsi setting yg melatarbelakangi penyimpangan seksual di kalangan pelajar khususnya dari sisi pendekatan bimbingan dan konseling +62 822-5753-5261: Atau kita lgsg melangkah pada bahasan implementasi layanan bk terkait penyimpangan tsb yg notabene pasti akan berguna di praktekkan di lapangan bahkan untuk kalangan peneliti spt doktor donald akan bermanfaat sbg bahan uji coba korelasi +62 822-5753-5261: Layanan klasikal, mediasi, kolaborasi, dll termasuk konseling maupun bimbingan .... Monggo kami menunggu pencerahan terkait hal ini Barangkali diskusi sementara ini yang bisa saya sampaikan terlebih dahulu, jika nanti dirasa ada perubahan hal yang baru lagi. Insyallah akan saya sampaikan.