File - Gurat Institute

advertisement
Pameran Tunggal & Peluncuran Buku
Nyoman Erawan E®MOTIVE
Reconstructing Visual Thought
Pembukaan Jumat, 27 Februari 2015
diresmikan oleh: Jean Couteau
bertempat di Griya Santrian Gallery Sanur
Pameran berlangsung sampai tgl. 17 April 2015
Penulis Buku
I Wayan Seriyoga Parta
I Made Susanta Dwitanaya
Dewa Gede Purwita
diterbitkan oleh Penerbit Arti Denpasar
bekerjasama dengan Eer-221 Studi & Gurat Institute
Jumlah karya- karya yang dipamerkan 32 karya terdiri dari:
7 karya tiga dimensi, 25 karya dua dimensi cat akrilit dan tinta di kertas
Dan 1 karya Instalasi video art performance ditampilkan pada saat pembukaan
merupakan kolaborasNyoman Erawan dan Asok Negara
Pengantar Singkat
Membahas sosok Nyoman Erawan dengan bentangan proses kreasi yang panjang dan juga melebar
melampaui batas-batas konvensi seni, lintas medium dan lintas disiplin, sungguh merupakan hal yang
tidak mudah.Terlebih kreativitasnya yang begitu kompleks dan pembacaan terhadap dirinya juga sudah
cukup komprehensif, lapis demi lapis ruang-ruang kreativitasnya sudah dikaji dan diungkap. Sebagai
sosok yang selalu gelisah, tangannya tak pernah tenang dalam diam, ide dan pikirannya terus bergejolak.
Kreativitasnya begitu khusuk pada konsep yang berpusat pada sirkulasi kosmoslogi-filsafat Hindu Bali,
yang senantiasa memberinya ruang kreativitas tak pernah pupus.
Perupa, seperti halnya Erawan sebetulnya adalah sosok-sosok yang senantiasa melakukan time traveler,
pada lapisan-lapisan ruang dan waktu yang menyelubungi sejarah kreativitasnya. Seperti teori relativitas,
ruang dan waktu yang telah dilalui bagi perupa adalah lapisan (layers) yang senantiasa dapat diakses
kembali. Di ranah kreativitas ruang dan waktu tidaklah linier membentang bak horizon.
Jika terobosan dinamika modern telah memisahkan ruang dan waktu, sehingga kehadiran dan
ketakhadiran menjadi penanda penting kebermaknaan. Maka dalam dunia kreasi ruang dan waktu tak
terpisah, sebagaimana halnya kosmologi manusia Bali mengenal sesuatu yang kosong, gerak, ruang,
waktu semuanya memiliki dimensi makna dan filosofi. Maka dari itu ketakhadiran wujud representasional
dalam abstraksi karya Erawan tidak serta merta menjadikannya nir makna.
Maka jika kali ini Erawan kembali menampilkan karya-karya abstrak, yang dipadukan dengan ornamen.
Hal tersebut dapat terbaca dari rute traveler kreativitas Erawan yang selama hampir empat dasawarsa
tersebut. Apa yang ia tampilkan kali ini sesunguhnya adalah sebuah penegasan capaian kreatif yang telah
terbentang dalam perjalanan kreativitasnya. Ornamen ala kamasan yang kini hadir pada karyanya,
sesunguhnya sudah dapat terlacak dari nilai ornamentik yang sudah hadir pada seri seri karya
sebelumnya.
Karya-karya mutakhir Nyoman Erawan yang menggabungkan secara eklektis namun harmonis antara
unsur-unsur rupa abstraktif dengan ornamen ini, seolah-olah berselancar diantara riak riak sejarah
khususnya sejarah seni rupa modern. Yang mana keberadaan seni ornamen dalam sejarah seni rupa barat
kerap mengalami pasang surut pembacaan, sering kali dituduhkan hanya sebagai seni yang semata-mata
menghias. "Ornament is a crime" begitu jargon yang kerap kita dengar dari para arsitek modernis.
Demikian juga dengan istilah form follow funtion yang mencerabut sisi ornament dari struktur
kegunaannya (functionalism).
Namun Erawan bukanlah seniman yang lahir di Barat, Ia lahir di dunia Timur, khususnya di Indonesia
yang menempatkan ornamen pada posisi yang luhur. Ornamen kaya akan nilai nilai simbolik yang
filosofis. Sehingga membedah kesenilukisan Erawan, tak cukup dengan membedahnya dari sisi estetika
semata. Epistimologi seni lukis Erawan, memiliki relavansi dibedah secara ikonografis, guna menelisik
dan mengurai nilai-nilai kosmologi Hindu Bali dalam karya-karyanya. Sebab kesenian bagi Erawan
adalah ritus.
Dalam pembacaan ikonologi potret mental suatu ikon dan motif dalam keseluruhan komposisi memiliki
asosiasi antara satu dengan yang lainnya, membentuk hubungan bisosiatif. Karya-karyanya sering
menghadirkan motif; api, batu, daun, bunga, angin, air, dan garis melingkar-lingkar. Kesemuanya adalah
symbol ikonografi yang lekat dengan nilai-nilai kosmologis Hindu Bali. Semuanya mengacu pada Panca
Maha Buta, lima unsur pembentuk makrokosmos dan mikrokosmos.
Seni lukis Nyoman Erawan adalah refleksi atas dirinya yang hidup ditengah-tengah kebudayaan Bali dan
kebudayaan Global. Ia memproses ingatan-ingatan atas pengalaman estetiknya sebagai untaian jejak
langkahnya dalam berproses kreatif. Catatan perjalanan kerupaannya selalu ditandai oleh ikonografi yang
bernafaskan nilai filosofis. Ornamen bagi dan oleh Erawan bukanlah sekedar “superficial form“
(Kandinsky) tetapi “dimensional form“. Sebuah wujud dengan lapisan-lapisan dimensi nilai dan makna.
Deskripsi Singkat Tentang Buku
Buku yang berjudul E®Motive ; Reconstructing Visual Thought ini adalah sebuah buku yang berpijak
dari pembacaan terhadap karya – karya mutakhir Perupa Nyoman Erawan yang dibuat pada periode 2014
hingga awal 2015. Dalam buku ini akan coba disajikan fragmen – fragmen pembacaan dari tiga orang
penulis yang tergabung dalam payung Gurat Institut, sebuah lembaga independen yang bergerak pada
pendokumentasian, riset, serta kuaratorial yang berpijak pada berbagai potensi yang terdapat dalam
budaya visual Bali, dengan basis visual studies sebagai lapang kajiannya.
I Wayan Sriyoga Parta akan mengurai dan mengelaborasi sisi sisi biografi kreatif, hingga pembacaan atas
proses kreatif seorang Nyoman Erawan berikut berbagai sisi sisi konseptual yang melandasi kekaryaanya.
I Made Susanta Dwitanaya akan mengurai pergulatan wacana yang melingkupi proses kreatif Nyoman
Erawan dalam menciptakan karya mutakhirnya yang ekletis antara ornamen dan abstrak, terutama jika
dilihat dalam konteks seni rupa barat dan timur (Indonesia). Sedangkan Dewa Gede Purwita akan
menelisik dan membedah karya – karya mutakhir Erawan secara mendalam, dengan basis kajian
ikonografi dan kosmologi Hindu Bali.
Buku ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk mempresentasikan secara tertulis buah – buah gagasan
Nyoman Erawan yang dikenal dengan letupan – letupan energy kreatif yang tak pernah surut, walaupun
dalam tiga dasawarsa perjalanannya mengarungi jalan kesenimananya. Lewat buku ini, diharapkan
menjadi rute – rute perjalanan dalam rangka mengapresiasi karya – karya mutakhir seorang Nyoman
Erawan yang sarat akan nilai – nilai artistik dan juga filosofis yang tergali dari rahim kosmologi Hindu
Bali.
Tim Gurat Institute
Download