PROSES COMING OUT PADA GAY Siska Kartika Putri 10502236 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kehidupan seks adalah salah satu bagian yang penting dalam hidup. Dengan kehidupan seks, manusia mendapatkan berbagai manfaat, yakni reproduksi, kesenangan, cinta dan sebagainya. Sebagian orang ada yang memiliki orientasi seksual normal, dan adapula orang yang memiliki orientasi seksual tidak normal atau ganjil. Individu yang menjalin hubungan (baik disertai dengan hubungan seksual atau tidak) dengan lawan jenis disebut heteroseksual. Sedangkan individu yang menjalin hubungan (baik disertai dengan hubungan seksual atau tidak) dengan sesama jenis disebut homoseksual. Istilah homoseksual dapat diterapkan baik pada pria maupun pada wanita, tetapi wanita homoseksual biasanya disebut lesbian dan pada pria biasa disebut dengan gay. Lesbian adalah seorang wanita homoseksual yang emosi utama dan hubungan seksualnya adalah terhadap wanita lain. Gay adalah seorang pria homoseksual yang emosi utama dan hubungan seksualnya adalah terhadap pria lain. Homoseksual sudah eksis (keberadaannya sudah ada) di sepanjang sejarah, tetapi sikap-sikap terhadap homoseksualitas sangat bervariasi dalam sejumlah budaya dan masa. Pada beberapa masyarakat, homoseksualitas ditoleransi atau bahkan diakui secara terbuka. Namun, pada sebagian besar masyarakat, homoseksualitas ini dikutuk. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kehidupan seks adalah salah satu bagian penting dalam hidup. Dengan khidupan seks, manusia dapat memperoleh manfaat yakni reproduksi, kesenangan, cita, dsb. Hbungan seksual dibagi menjadi dua yaitu heteroseksual dan homoseksual. Heteroseksual adalah individu yang menjalin hubungan dengan lawan jenis, sedangkan homoseksual adalah individu ang menjalin hubungan denga sejenis. Homoseksual saat ini sudah ditoleransi, namun tetap memiliki label sendiri dalam masyarakat. Selain itu kaum homoseksual sering dipandang ngatif oleh masyarakat. Oleh karena itu, ada homoseksual yang dapat mencapai tahap coming out dan ada pula yang tidak dapat mencapai tahap coming out. Keduanya memiliki konsekuensi positif dan negatif. B. Pertanyaan Penelitian 1) Bagaimana proses coming out pada gay, 2) Apakah proses coming out membawa dampak positif dan negatif?, 3) Mengapa proses coming out pada subjek berlangsung lancer atau tidak? C. Tujuan Penelitian Menggali bagaimana proses coming out dari subjek yang diteliti, ingin melihat apakah proses coming out membawa dampak positif atau negatif bagi subjek, dan ingin mengetahui mengapa proses coming out subjek berlangsung lancar atau tidak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coming Out Pengertian: Proses dari penemuan atau penerimaan diri sendiri dan pemberitahuan tentang orientasi lesbian atau gay seorang individu kepada orang lain. Tahapan-tahapan dalam Coming Out: (Rothblum, 1983): 1. Mengetahui: Seorang individu baru menyadari bahwa mereka berbeda dari heteroseksual 2. Penerimaan Diri: Tahap yang sangat sulit karena penilaian masyarakat dan ketakutan masyarakat terhadap homoseksual. Namun tahapan ini merupakan tantangan yang harus dijalani 3. Keterbukaan: Pengetahuan dan penerimaan seseorang untuk terbuka pada orang lain 4. Memberitahu pada Keluarga: Tahap ini merupakan keputusan yang sangat penting. Karena orangtua sulit menerima bahwa anaknya adalah sorang homoseks 5. Bergabung dalam Komunitas: Kebutuhan dasar seorang individu untuk data dimiliki, dan penguatan yang tidak didapat dari keluarga. Dampak-dampak Coming Out: (Coleman, 1982) 1. Bagi yang dapat mencapai tahap coming out: a. Dampak Positif: Memiliki rasa percaya diri yang baik, Dapat bersosialisasi dengan masyarakat tanpa memandang bahwa dirinya memiliki orientasi seksual yang berbeda, Sehat secara psikologis, dalam arti mempunyai self-esteem yang lebih positif, Berkurangnya gejala-gejala kecemasan dan berkurangnya depresi. b. Dampak Negatif: Dapat menghancurkan keluarga yang akan berdampak bagi kaum homoseksual itu sendiri, seperti dibuang oleh keluarga, tidak diakui oleh keluarga dan sebagainya, Dihina oleh masyarakat umum, Dikucilkan, baik oleh teman maupun lingkungan social, Dikeluarkan dari pekerjaan, atau tidak diterima bekerja dalam suatu perusahaan. 2. Bagi yang tidak dapat mencapai tahap coming out: Faktor-faktor yang Mendasari Terjadinya Coming Out: (Coleman, 1982) 1. Ingin berkembang menjadi individu yang berjiwa shat dengan konsep diri positif 2. Ingin mengubah mitos dan stereotype yang ada di masyarakat mengenai homoseksual 3. Ingin memiliki rasa percaya diri yang baik 4. Ingin dapat bersosialisasi dalam masyarakat tanpa memandang bahwa dirinya memiliki orientas seksual berbeda 5. Ingin mengurangi gejala-gjala kecemasan a. Dampak Positif:Kaum homoseksual tersebut dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa ada rasa takut atau malu, Tidak merasa dikucilkan oleh teman, keluarga, maupun masyarakat umum. b. Dampak Negatif: Tidak memiliki rasa percaya diri, Tidak dapat bersosialisasi, dan selalu beranggapan bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki kelainan sehingga tidak dapat menerima takdirnya, Depresi, Stress yang berkepanjangan, Bunuh diri. B. Gay Pengertian: Seorang lelaki yang menyukai lelaki sebagai mitra seksualnya dan memiliki rasa tertarik secara perasaan atau secara erotik baik secara predominan atau eksklusif, dan dengan atau tanpa hubungan fisik. Faktor-faktor penyebab Homoseksual: (Kertbeny & Karl, 2005) 1. Faktor Keluarga: Pengalaman trauma pada masa kanak-kanak dan memiliki hubungan yang renggang dengan ibu atau bapaknya. 2. Faktor Lingkungan: Homoseksual bukan dibawa sejak lair, namun terbina melalui pengalaman. Seperti keadaan pada waktu bayi-dewasa awal. 3. Faktor Biologis: Suatu keadaan dimana seorang lelaki menyukai teman sejenis yang disebabkan oleh hormon. 4. Faktor Individu (pribadi): Berasal dari proses lanjutan pembelajaran sewaktu kcil. 5. Faktor yang menyebabkan individu tertarik pada homoseksual: Karena keinginan hawa nafsu yang menyenangkan dan tidak dapat ditolak, harga diri tidak boleh ddapat dari hubungan lain. Ketakutan terhadap lawan jenis menyebabkan respon erotic menjadi pasif. 6. Peran utama aktivitas seksual: Individu merasakan pengalaman homoseksual pertama terbuka, hal ini akan membuat individu meneruskan aktivitas seksualnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dari orang-orang dan perilaku yang diamati (dalam Moleong, 1990). B. Subjek Penelitian Pria yang memiliki orientasi seksual sejenis (gay), berusia antara 25-30 tahun, dan telah menjadi gay selama 6 tahun C. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan wawancara dengan pedoman umum terfokus dan observasi wawancara non partisipan. D. Alat Bantu Penelitian Alat bantu penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman wawancara, alat perekam, dan alat tulis. E. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasi teori, dan triangulasi metode. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah mengorganisasikan data, mengelompokkan data dan analisis kasus. BAB IV 1. Analisis Intra Kasus a. Subjek Pertama 1) Gambaran Proses Coming Out a) Tahapan-tahapan dalam Coming Out (1) Mengetahui (Self Acknowledgement) Subjek mulai mengetahui bahwa dirinya berbeda dari laki-laki normal pada umumnya pada saat subjek duduk di kelas dua SMU, pada waktu itu umur subjek sekitar tujuh belas tahun. Pada saat pertama kali mengetahui dirinya adalah seorang gay, perasaan subjek pada saat itu sangat bimbang, takut, dan sedih. Subjek berusaha berfikir positif sebagai cara subjek mengatasi perasaan takut dan sedihnya. Menurut subjek “yang berbeda dari kaum gay adalah cara berhubungannya saja, tetapi kepribadiannya normal”. Pada saat subjek mengetahui bahwa dirinya memiliki orientasi seksual berbeda, sahabat dan teman sangat berarti bagi subjek untuk memberikan motivasi bagi dirinya. (2) Penerimaan Diri (Self Acceptance) Subjek memilih untuk menerima keadaan tersebut dengan cara menerima dan menjalani keadaan yang telah diberikan Tuhan. Karena tidak akan ada orang lain yang mampu merubah dan menerima kalau tidak diri subjek sendiri. Selain itu juga keinginan subjek untuk menerima diri dengan keadaan subjek sebagai gay karena subjek tidak ingin membohongi diri sendiri. Setelah subjek menerima diri sebagai seorang gay, subjek merasakan perasaan tenang dan nyaman dalam menjalani hidup. Selain itu subjek juga dapat menjalani hidup seperti layaknya lakilaki normal (heteroseksual). (3) Keterbukaan (Self Disclosure) Subjek mulai terbuka pada orang lain mengenai keadaan dirinya sebagai gay pada saat subjek duduk di bangku SMA. Pada saat itu subjek mulai tertarik pada teman satu geng. Tetapi teman subjek hanya mengaanggapnya sebagai sahabat. Segala rahasia subjek telah diketahui oleh sahabatnya. Walaupun saat ini subjek dan sahabatnya jarang bertemu, namun komunikasi jarak jauh tetap dilakukan. Subjek berusaha mulai membuka diri kembali pada saat duduk di bangku kuliah. Pada waktu itu subjek sadar bahwa orientasinya benar-benar dengan sesama jenis, karena untuk yang kedua kali subjek menyukai pria yang tidaklain adalah teman sekelas subjek. Orang pertama yang subjek beritahu adalah pria yang subjek suka. Tetapi teman pria subjek menolak, karena dirinya adalah seorang heteroseksual. Pada saat itu subjek sangat sedih, namun subjek menanggapinya dengan berpikir positif. Semenjak saat itu berita tentang orientasi seksual subjek menyebar, sampai akhirnya subjek memberitahu kebenarannya kepada beberapa orang sahabat dan teman subjek. Alasan subjek untuk membuka diri adalah karena subjek tidak ingin membohongi diri sendiri. Subjek merasakan perasaan nyaman dan tenang setelah terbuka pada orang lain. Saat ini subjek hanya dapat terbuka pada sahabatnya. Pada awal keterbukaan perasaan sahabat subjek sangat kaget, namun saat ini mereka menanggapi subjek sama seperti orang normal. (4) Memberitahu Keluarga (Telling the Family) Subjek belum dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada ibu dan kakak subjek. Alasan pertama karena subjek belum siap secara emosional. Subjek tidak ingin membuat ibu dan kakak subjek sedih. Alasan kedua karena faktor ekonomi, subjek takut jika ibu dan kakak subjek mengetahui orientasi seksual subjek maka uang kuliah dan segala kebutuhan subjek selama di Jakarta akan di hentikan. Sehingga kuliah subjekpun akan terancam putus ditengah jalan. (5) Bergabung dalam Komunitas (Involvement in Homosexual Community) Subjek belum dapat bergabung dengan komunitas gay Karena subjek belum mengetahui keberadaan komunitas gay di Jakarta. Subjek merupakan seorang pendatang yang dibesarkan di kota Padang. Selain itu karena saat ini subjek belum memiliki pasangan yang memiliki orientasi seksual sejenis untuk menyalurkan segala hasrat seksualnya. 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coming Out Subjek Subjek tidak dapat terbuka pada orang banyak, karena subjek tidak ingin orang lain mengetahui tentang aib dirinya. Selain itu subjek juga belum dapat terbuka pada keluarga, karena subjek belum siap secara emosional dan ekonomi. Dampak yang akan subjek dapat apabila subjek terbuka pada keluarga adalah penghentian finansial yang diberikan keluarga bagi pendidikan subjek. Subjek juga belum dapat bergabung dengan komunitas karena subjek belum mengetahui keberadaan komunitas kaum gay. (3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang dapat melakukan coming out Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaannya pada orang lain. Keterbukaan subjek pada orang lain, membuat dirinya merasakan ketenangan dalam menjalani hidupnya. b) Dampak negatif dari subjek yang dapat melakukan coming out Setelah subjek melakukan coming out pada orang lain, membawa dampak tersendiri bagi subjek. Setelah subjek melakukan coming out, orientasi seksual subjek mulai di bicarakan oleh orang lain. Selain itu teman-teman pria subjek menjauh dari dirinya dan jarang ada yang ingin berteman dengan subjek. b. Subjek Kedua 1) Gambaran Proses Coming Out a) Tahapan-tahapan dalam Coming Out (1) Mengetahui (Self Acknowledgement) Subjek mengetahui orientasi seksualnya berbeda dari orang lain pada saat subjek berusia tujuh belas tahun. Pertama kali yang subjek pikirkan adalah keluarganya. Subjek tidak ingin keluarganya kecewa apabila mengetahui bahwa dirinya adalah seorang gay. Perasaan subjek pada saat sangat sedih dan bingung. Peran teman dan sahabat sangat berarti bagi subjek. Karena dengan berkumpul bersama mereka, subjek merasakan kehangatan yang tidak di dapat dari keluarga. Subjek menanggapi keadaan dirinya yang berbeda dengan selalu berpikir positif. Pada awalnya subjek menutupi orientasi seksualnya yang berbeda. Karena subjek belum yakin dengan orientasi seksualnya dan masih mencari jati diri yang sebenarnya. Namun saat ini subjek sudah dapat membuka diri sebagai seorang gay pada masyarakat umum. Hanya saja subjek belum dapat memberitahukan orientasi seksualnya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya. (2) Penerimaan Diri (Self acknowledgement) Pada awalnya sangat sulit bagi subjek untuk dapat menerima diri bahwa orientasi seksualnya berbeda dari orang normal. Subjek sangat takut jika orang lain akan mengucilkan dirinya. Selama dua tahun subjek terus mencari jati diri yang sebenarnya, dengan selalu mencoba menyakinkan dirinya adalah seorang heteroseksual. Namun usaha subjek sia-sia, karena subjek tetap menyukai pria dan subjek tidak bisa merubah orientasi seksualnya. Rasa lelah membohongi diri sendiri dan orang lain, menjadikan subjek memilih untuk menerima diri dan terbuka pada orang lain. Subjek menerima diri sebagai gay dengan menciptakan perasaan nyaman dari orientasi seksualnya yang berbeda. Kemudian subjek berusaha untuk membuka diri pada orang lain dan mencoba untuk menjalani hubungan dengan orang yang subjek anggap tepat. Lingkungan kerja mendorong subjek untuk dapat menerima diri. Saat ini subjek memiliki banyak teman gay, sehingga subjek dapat menerima diri sendiri tanpa harus berkamuflase. Subjek juga mulai dapat menerima konsekuensi baik dan buruk dari statusnya sebagai seorang gay. Dengan perjuangan yang subjek hadapi, kini subjek sangat menikmati keadaannya sebagai seorang gay. (3) Keterbukaan (Disclosure) Saat subjek berusia sembilan belas tahun, subjek mulai memberitahukan orientasi dirinya sebagai gay pada orang lain. Orang pertama yang mengetahui hal ini adalah kakak kelas subjek pada saat kuliah. Hubungan berlanjut pada saat subjek mengetahui bahwa kakak kelas subjek ternyata memiliki orientasi seksual yang sama dengan subjek. Subjek sangat menikmati keterbukaannya. Alasan subjek terbuka pada orang lain, karena rasa lelah subjek untuk membohongi diri sendiri dan orang lain. Proses keterbukaan subjek terjadi karena faktor lingkungan. Lingkungan keluarga yang membuat subjek membenci figur ayah dan lingkungan kerja yang mendorong subjek untuk menerima dan berani membuka orientasi seksualnya. Selain itu karena rasa trauma yang sangat berbekas dalam dirinya, yaitu tentang pengalaman seksual pertama subjek dengan saudra sepupunya. Saat ini subjek telah menemukan pria yang dapat memberikan kehangatan dan kenyamanan, oleh sebab itu saat ini subjek dapat menjalani kehidupannya dengan santai. Setelah hubungan subjek dan kekasih pria yang telah dijalin selama tujuh tahun berakhir, subjek mencoba untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita. Alasannya karena subjek ingin terlepas dari “lingkaran setan” dan ingin memiliki “kehidupan normal” seperti layaknya pria pada umumnya. Subjek ingin menikah, memiliki keluarga dan anak. (4) Memberitahu kepada Keluarga (Telling the Family) Subjek sudah memberitahukan pada orangtua dan saudara perempuan subjek, namun belum secara langsung. Saat ini subjek menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang gay dengan membawa teman sejenisnya, dengan harapan orangtua dan saudara subjek peka terhadap perubahan dirinya. Subjek tidak dapat memberitahukan orientasi seksualnya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuan subjek, hal ini karena subjek tidak ingin kondisi ibu subjek yang sedang mengalami kanker payudara akan bertambah parah. Namun, subjek dapat memberitahukan pada kakak subjek. Hal ini terjadi karena kejadian yang tidak di sangka. Kakak subjek mengetahui hal ini ketika subjek sedang membuka situs tentang gay, dan pada saat itu juga kakak subjek membuka situs yang sedang subjek lihat. Kemudian kakak subjek menanyakan hal ini. Akhirnya subjek berterus terang tentang kebenarannya. Pada saat yang sama kakak subjek bercerita tentang masalah yang sedang ia hadapi dengan kekasihnya. Mereka berjanji untuk merahasiakan dan tidak akan membongkar masalah masingmasing. (5) Bergabung dalam Komunitas Homoseksual (Involvement in Homosexual Community) Pada awalnya subjek takut untuk bergabung dengan komunitas gay yang bersifat resmi. Hal ini karena anggota gay dalam komunitas resmi kebanyakan berasal dari kelas ekonomi mengah keatas. Subjek sangat senang menghabiskan malam minggu di Café Fet. Dari sinilah subjek mulai berkenalan dengan seorang gay, sampai pada akhirnya berita tersebut tersebar dari mulut kemulut yang membuat jumlah kaum gay di Café Fet terus bertambah banyak. Subjek dapat bergabung dengan komunitas gay, mereka sering berkumpul pada hari sabtu. Komunitas yang terdapat pada Café Fet, tidak hanya terdiri dari kaum gay. Pasangan lesbi dan heteroseksual juga terdapat disana. Berkumpul dengan komunitas membuat subjek sangat bahagia. Subjek dapat terbuka dengan orang lain dalam komunitas. Dengan bergabung bersama komunitas, subjek mendapatkan banyak teman dan pengalaman yang tidak bisa didapat dari lingkungan keluarga dan masyarakat. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek memilih terbuka pada orang lain, karena rasa lelah yang dialami subjek. Subjek tidak ingin membohongi diri sendiri dan orang lain. Menurut Coleman dalam Paul. dkk., (1982), faktor yang mendasari terjadinya coming out karena ingin berkembang menjadi individu yang berjiwa sehat dengan konsep diri yang positif dan sehat secara psikologis, ingin memiliki rasa percaya diri yang baik, ingin dapat bersosialisasi dalam masyarakat tanpa memandang bahwa dirinya memiliki orientasi seksual yang berbeda, ingin mengurangi gejala-gejala kecemasan dan depresi. Subjek memilih untuk bergabung dalam komunitas, karena berkumpul bersama teman-teman yang memiliki orientasi seksual sejenis dapat membuat subjek bahagia. Dengan berkumpul bersama komunitas, subjek dapat memiliki banyak teman dan pengalaman yang tidak bisa subjek dapat dari keluarga dan masyarakat. Subjek tidak dapat terbuka pada orangtua secara langsung karena faktor kesehatan ibu subjek yang sedang menderita kanker payudara. Subjek tidak ingin kondisi ibu subjek semakin parah, apabila mengetahui orientasi seksual subjek. Saat ini subjek terbuka secara nonverbal, yaitu dengan membawa teman-teman gay subjek datang kerumah dengan harapan orangtua dan saudara perempuan subjek peka dengan perbedaan yang ada pada diri subjek 3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang dapat melakukan coming out Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksual subjek pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa nyaman dan tidak membohongi diri sendiri. b) Dampak negatif dari subjek yang dapat melakukan coming out Selain dampak positif, subjek juga memiliki dampak negatif. Dari keterbukaan orientasi seksual subjek, subjek menjadi dikucilkan dari lingkungan. Saudara subjek menjauhi dirinya setelah mengetahui bahwa orientasi seksual subjek berbeda dari orang lain. c. Subjek ketiga 1) Gambaran proses coming out a)Tahapan-tahapan dalam coming out (1)Mengetahui (Self acknowledgement) Subjek mulai menyadari bahwa dirinya memiliki orientasi seksual berbeda pada saat berumur dua puluh empat tahun. Tepatnya satu tahun pada saat subjek berpisah dengan kekasihnya. Selama satu tahun subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hati pada perempuan akibat perlakuan ibu dan kekasihnya. Tetapi semakin subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hatinya, perasaan benci subjek pada perempuan semakin mendalam. Hal tersebut terjadi karena perlakuan dan kesan buruk yang di timbulkan ibu subjek sebagai orangtua, selain itu karena rasa sakit hatinya pada kekasih yang telah menghianati dirinya dan memilih untuk meninggalkan subjek untuk menikah dengan orang lain. Perasaan subjek sangat bingung pada saat pertama kali mengetahui bahwa dirinya lebih nyaman berada di dekat pria dan sangat membenci perempuan. Subjek selalu menyakinkan dirinya apakah perasaan ini benar atau tidak. Pada saat subjek mengetahui bahwa orientasi seksualnya berbeda, subjek mencurahkan segala permasalahannya pada sahabat pria yang kini menjadi kekasihnya. (2) Penerimaan Diri (Self acknowledgement) Pada awalnya, subjek belum merasa yakin dengan orientasi seksualnya. Selama satu tahun subjek menutup diri dan berpura-pura berperilaku sebagai heteroseksual. Subjek dapat menerima dirinya sebagai seorang gay, karena subjek ingin mencari kebahagiaan yang tidak bisa di dapat dari seorang ibu. Subjek ingin mencari kehangatan dari keluarga yang dapat meilindungi subjek di saat subjek sedang merasa susah dan sedih. Subjek memilih untuk menerima diri karenaingin menjadi diri sendiri tanpa ada bayang-bayang dari orangtua dan trauma masa lalu. Subjek tidak merasa kesulitan untuk menerima diri, karena dari kecil subjek sudah membenci sosok ibu dan membenci mamtan kekasih yang telah menghianati subjek. Hanya saja subjek mengalami kebingungan tentang orientasi seksualnya. Setelah subjek memilih untuk menerima diri, subjek mengalami banyak hinaan dari orang lain. Namun subjek menanggapinya dengan rasa ikhlas, karena ini adalah cara terbaik bagi subjek untuk mendapatkan kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan. (3) Keterbukaan (Disclosure) Subjek mulai terbuka pada orang lain pada saat berumur dua puluh empat tahun. Orang pertama yang subjek beritahu adalah sahabat prianya yang kini menjadi kekasihnya. Selain pada diri sendiri, subjek juga dapat terbuka pada keluarga, teman, dan pada komunitas gay. Alasannya karena subjek ingin mencari kebahagiaan dari seorang pria yang tidak bisa subjek dapat dari seorang ibu. Subjek juga ingin mendapatkan kehangatan yang tidak didapat dari sebuah keluarga. Selain itu karena subjek ingin menjadi diri sendiri, tanpa harus membohongi orang lain. Pada saat pertama kali terbuka, subjek merasakan malu karena takut orang lain akan menganggap subjek sebagai orang yang aneh Namun pada saat ini, subjek sudah terbiasa dan meyelesaikan masalah yang di hadapi dengan santai. Dampak yang subjek dapat dari keterbukaannya adalah hinaan dan cacian dari orang lain. Selain itu subjek menjadi di kucilkan oleh teman-teman kerja. Mereka menganggap subjek adalah orang yang berdosa karena menyalahi kodrat dengan berhubungan sesama jenis. (4) Memberitahu kepada Keluarga (Telling the Family) Subjek memutuskan untuk terbuka pada keluarga karena keluarga subjek memiliki sistem kebebasan. Orangtua subjek memberikan kepercayaan pada subjek untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Subjek juga ingin membuktikan pada keluarga, bahwa subjek dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian tidak hanya dari orangtua saja. Orangtua dan saudara subjek sangat kaget, pada saat pertama kali mengetahui bahwa subjek mememiliki orientasi seksual yang berbeda. Tapi saat ini keluarga subjek sudah terbiasa dengan kepribadian subjek sebagai seorang gay. Saat ini subjek dan kekasaih prianya tinggal bersama di rumah orangrua subjek semenjak ayah subjek meninggal dunia. (5) Bergabung dalam Komunitas Homoseksual (Involvement in Homosexual Community) Subjek dapat bergabung dengan komunitas gay yang bertempat di Café De Laila. Subjek bergabung dengan komunitas karena ingin memiliki banyak teman yang sejenis dengan dirinya Selain itu subjek ingin mendapatkan pengalaman dan mencari informasi terbaru mengenai dunia gay. Subjek sangat bahagia berkumpul bersama komunitas gay, sehingga semua rasa lelah dan beban kerja subjek menjadi berkurang apabila subjek berkumpul dengan komunitas. Setelah bergabung dengan komunitas, kehidupan subjek menjadi sangat berwarna. Apabila sesama anggota berkumpul, tidak ada kebohongan dan kemunafikkan mereka saling terbuka satu dengan yang lain. Solidaritas antara sesama anggota sangat besar, mereka selalu saling bahu-membantu dalam menyelesaikan setiap permasalahan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek memilih terbuka pada orang lain karena subjek ingin menjadi diri sendiri tanpa aturan dari orang lain. Selain itu karena subjek ingin mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah di dapat dari seorang ibu, dan subjek ingin mencari pasangan yang menyayangi dirinya. Kebebasan yang diberikan keluarga membuat subjek dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik tanpa merasa harus terkekang. Dengan terbuka pada orang lain, subjek dapat memiliki banyak teman yang dapat menghilangkan kejenuhan subjek. 3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang dapat melakukan coming out Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksual subjek pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dapat menjadi diri sendiri tanpa harus membohongi orang lain. b) Dampak negatif dari subjek yang dapat melakukan coming out Selain dampak positif, subjek juga memiliki dampak negatif dari keterbukaannya. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa teman-teman kerja. 2. Pembahasan antar kasus 1) Mengetahui (Self acknowledgement) Subjek mulai menyadari bahwa dirinya memiliki orientasi seksual berbeda pada saat berumur dua puluh empat tahun. Tepatnya satu tahun pada saat subjek berpisah dengan kekasihnya. Selama satu tahun subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hati pada perempuan akibat perlakuan ibu dan kekasihnya. Tetapi semakin subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hatinya, perasaan benci subjek pada perempuan semakin mendalam. Hal tersebut terjadi karena perlakuan dan kesan buruk yang di timbulkan ibu subjek sebagai orangtua, selain itu karena rasa sakit hatinya pada kekasih yang telah menghianati dirinya dan memilih untuk meninggalkan subjek untuk menikah dengan orang lain. Perasaan subjek sangat bingung pada saat pertama kali mengetahui bahwa dirinya lebih nyaman berada di dekat pria dan sangat membenci perempuan. Subjek selalu menyakinkan dirinya apakah perasaan ini benar atau tidak. Pada saat subjek mengetahui bahwa orientasi seksualnya berbeda, subjek mencurahkan segala permasalahannya pada sahabat pria yang kini menjadi kekasihnya. (2)Penerimaan Diri (Self acknowledgement) Pada awalnya, subjek belum merasa yakin dengan orientasi seksualnya. Selama satu tahun subjek menutup diri dan berpura-pura berperilaku sebagai heteroseksual. Subjek dapat menerima dirinya sebagai seorang gay, karena subjek ingin mencari kebahagiaan yang tidak bisa di dapat dari seorang ibu. Subjek ingin mencari kehangatan dari keluarga yang dapat meilindungi subjek di saat subjek sedang merasa susah dan sedih. Subjek memilih untuk menerima diri karenaingin menjadi diri sendiri tanpa ada bayang-bayang dari orangtua dan trauma masa lalu. Subjek tidak merasa kesulitan untuk menerima diri, karena dari kecil subjek sudah membenci sosok ibu dan membenci mamtan kekasih yang telah menghianati subjek. Hanya saja subjek mengalami kebingungan tentang orientasi seksualnya. Setelah subjek memilih untuk menerima diri, subjek mengalami banyak hinaan dari orang lain. Namun subjek menanggapinya dengan rasa ikhlas, karena ini adalah cara terbaik bagi subjek untuk mendapatkan kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan. (3) Keterbukaan (Disclosure) Subjek mulai terbuka pada orang lain pada saat berumur dua puluh empat tahun. Orang pertama yang subjek beritahu adalah sahabat prianya yang kini menjadi kekasihnya. Selain pada diri sendiri, subjek juga dapat terbuka pada keluarga, teman, dan pada komunitas gay. Alasannya karena subjek ingin mencari kebahagiaan dari seorang pria yang tidak bisa subjek dapat dari seorang ibu. Subjek juga ingin mendapatkan kehangatan yang tidak didapat dari sebuah keluarga. Selain itu karena subjek ingin menjadi diri sendiri, tanpa harus membohongi orang lain. Pada saat pertama kali terbuka, subjek merasakan malu karena takut orang lain akan menganggap subjek sebagai orang yang aneh Namun pada saat ini, subjek sudah terbiasa dan meyelesaikan masalah yang di hadapi dengan santai. Dampak yang subjek dapat dari keterbukaannya adalah hinaan dan cacian dari orang lain. Selain itu subjek menjadi di kucilkan oleh teman-teman kerja. Mereka menganggap subjek adalah orang yang berdosa karena menyalahi kodrat dengan berhubungan sesama jenis. (4) Memberitahu kepada Keluarga (Telling the Family) Subjek memutuskan untuk terbuka pada keluarga karena keluarga subjek memiliki sistem kebebasan. Orangtua subjek memberikan kepercayaan pada subjek untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Subjek juga ingin membuktikan pada keluarga, bahwa subjek dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian tidak hanya dari orangtua saja. Orangtua dan saudara subjek sangat kaget, pada saat pertama kali mengetahui bahwa subjek mememiliki orientasi seksual yang berbeda. Tapi saat ini keluarga subjek sudah terbiasa dengan kepribadian subjek sebagai seorang gay. Saat ini subjek dan kekasaih prianya tinggal bersama di rumah orangrua subjek semenjak ayah subjek meninggal dunia. (5) Bergabung dalam Komunitas Homoseksual (Involvement in Homosexual Community) Subjek dapat bergabung dengan komunitas gay yang bertempat di Café De Laila. Subjek bergabung dengan komunitas karena ingin memiliki banyak teman yang sejenis dengan dirinya Selain itu subjek ingin mendapatkan pengalaman dan mencari informasi terbaru mengenai dunia gay. Subjek sangat bahagia berkumpul bersama komunitas gay, sehingga semua rasa lelah dan beban kerja subjek menjadi berkurang apabila subjek berkumpul dengan komunitas. Setelah bergabung dengan komunitas, kehidupan subjek menjadi sangat berwarna. Apabila sesama anggota berkumpul, tidak ada kebohongan dan kemunafikkan mereka saling terbuka satu dengan yang lain. Solidaritas antara sesama anggota sangat besar, mereka selalu saling bahu-membantu dalam menyelesaikan setiap permasalahan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek memilih terbuka pada orang lain karena subjek ingin menjadi diri sendiri tanpa aturan dari orang lain. Selain itu karena subjek ingin mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah di dapat dari seorang ibu, dan subjek ingin mencari pasangan yang menyayangi dirinya. Kebebasan yang diberikan keluarga membuat subjek dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik tanpa merasa harus terkekang. Dengan terbuka pada orang lain, subjek dapat memiliki banyak teman yang dapat menghilangkan kejenuhan subjek. 3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang dapat melakukan coming out Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksual subjek pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dapat menjadi diri sendiri tanpa harus membohongi orang lain. b) Dampak negatif dari subjek yang dapat melakukan coming out Selain dampak positif, subjek juga memiliki dampak negatif dari keterbukaannya. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa teman-teman kerja. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini kesimpulan sebagai berikut : diperoleh 1. Gambaran proses coming out Proses coming out bisa dilihat berdasarkan dari tahapan-tahapan yang dilalui oleh subjek, yaitu sebagai berikut: a) Tahapan-tahapan dalam coming out (1) Mengetahui (Self Acknowledgement) Pada subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga, perasaan yang dirasakan pada saat mengetahui bahwa dirinya memiliki orientasi seksual sejenis adalah perasaan bingung, sedih, dan takut. Peran teman, sahabat, dan keluarga sangat penting bagi ketiga subjek. Pada subjek pertama dan kedua, mereka mengetahui bahwa orientasi seksualnya berbeda dari pria normal pada saat berusia tujuh belas tahun. Sedangkan pada subjek ketiga, mulai mengetahui bahwa dirinya memiliki orientasi seksual yang berbeda dari pria normal pada saat berusia dua puluh empat tahun (2) Penerimaan diri (Self acceptance) Subjek pertama dan subjek kedua mengalami kesulitan pada saat pertama kali menerima diri sebagai seorang gay karena ketakutannya pada orang lain yang tidak akan menerima orientasi seksualnya. Subjek ketiga dapat menerima diri dengan mudah tanpa merasa kesulitan. Hal ini karena keadaan keluarga yang memberikan kebebasan pada dirinya untuk menentukan kehidupannya. (3) Keterbukaan (disclosure) Subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga, memilih terbuka karena rasa lelah membohongi diri sendiri dan orang lain. Perasaan yang mereka rasakan setelah terbuka adalah perasaan nyaman, tenang, dan bahagia. Subjek kedua dan ketiga dapat terbuka pada orang lain, sahabat, teman, dan keluarga. Hanya saja pada subjek kedua tidak dapat memberitahukan orientasi seksual secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya. Alasannya adalah karena ibu subjek sedang mengalami kanker payudara, subjek tidak ingin kondisi ibu subjek akan semakin parah. Subjek memberitahukan orientasi seksualnya dengan membawa teman-teman gay untuk main kerumah subjek, dengan harapan orangtua dan saudara subjek menyadari bahwa dirinya adalah seorang gay. Subjek pertama hanya dapat terbuka pada teman dekat dan sahabatnya. Subjek memilih untuk merahasiakan orientasi seksualnya pada keluarga dan orang banyak karena takut dikucilkan. (4) Memberitahu kepada keluarga (telling the family) Subjek kedua dan subjek ketiga dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada kakak. Subjek kedu memberitahukan orientasi seksualnya pada kakak laki-lakinya dalam peristiwa yang tidak disengaja. Subjek ketiga memberitahukan orientasi seksualnya pada kakak perempuan. Subjek pertama belum dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada orangtua dan saudara subjek. Subjek takut jika orangtua dan saudara subjek mengetahui orientasi seksualnya, maka biaya kuliah dan kebutuhan hidup selama di Jakarta akan diberhentikan. Sehingga kuliah subjek akan terancan putus ditengah jalan. Subjek kedua tidak dapat memberitahukan orientasi seksualnya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya karena ibu subjek sedang menderita kanker payudara. Subjek tidak ingin penyakit ibu subjek semakin parah karena keterbukaan subjek. Subjek ketiga tidak mengalami kesulitan dalam proses keterbukaan. Subjek dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada orangtua dan kakak, karena keluarga subjek memberikan kebebasan untuk memilih pilihan hidup. (5) Bergabung dengan komunitas homoseksual (involvement in homosexual community) Subjek kedua dan subjek ketiga dapat bergabunga dengan komunitas gay, karena dengan bergabung dan berkumpul bersama teman-teman membuat subjek bahagia. Selain itu, subjek dapat merasakan kehangatan yang tidak bisa didapat dari keluarga dan masyarakat. Subjek pertama tidak dapat bergabunga dalam komunitas gay, karena subjek belum mengetahui keberadaan komunitas gay di Jakarta. Selain itu, karena subjek belum memiliki pasangan yang memiliki orientasi seksual sejenis untuk menyalurkan hasrat seksualnya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek pertama dan subjek kedua memiliki alasan yang sama untuk terbuka pada orang lain. Mereka memilih untuk mengungkapkan identitas dirinya karena rasa lelah membohongi diri sendiri dan orang lain. Mereka ingin merubah dirinya dan mencari jati diri yang sebenarnya. Subjek ketiga memilih untuk terbuka pada orang lain karena ingin menjadi diri sendiri tanpa aturan dari orang lain. Selain itu karena subjek ingin mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah di dapat dari seorang ibu, dan subjek ingin mencari pasangan yang menyayangi dirinya. Kebebasan yang diberikan keluarga membuat subjek dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik tanpa merasa harus terkekang. Dengan terbuka pada orang lain, subjek dapat memiliki banyak teman yang dapat menghilangkan kejenuhan subjek. Terdapat perbedaan faktor pencapaian tahapan dalam proses coming out antara subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga. Subjek pertama hanya dapat terbuka pada sahabat dan orang-orang terdekat saja dan memilih untuk merahasiakannya pada orangtua dan saudaranya. Hal ini karena subjek belum siap secara emosional dan secara finansial. Apabila orangtua dan saudara subjek mengetahui orientasi seksualnya, maka biaya kuliah dan biaya hidup subjek selama di Jakarta akan diputus. Subjek kedua memilih untuk tidak memberitahukan identitas dirinya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya, karena kondisi kesehatan ibu subjek yang sedang mengalami kanker payudara. Subjek ketiga dapat melewati setiap tahapan dengan baik. Subjek ketiga dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada keluarga, teman, sahabat, lingkungan. Selain itu subjek juga dapat bergabung dengan komunitas. 3. Dampak Coming Out Subjek a)Dampak positif dari subjek yang dapat melakukan coming out Pada subjek pertama dampak positif dari keterbukaannya pada orang lain adalah dapat membuat dirinya merasakan ketenangan dalam menjalani hidupnya. Dampak positif dari keterbukaan pada subjek kedua, adalah perasaan nyaman. Selain itu, dengan terbuka subjek tidak perlu membohongi diri sendiri. Subjek ketiga memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksualnya pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dapat menjadi diri sendiri tanpa harus membohongi orang lain. b) Dampak negatif dari subjek yang dapat melakukan coming out Pada subjek pertama, dampak yang subjek alami setelah terbuka pada orang lain adalah orientasi seksual subjek mulai di bicarakan oleh orang lain. Selain itu teman-teman pria subjek menjauh dari dirinya dan jarang ada yang ingin berteman dengan subjek. Dampak negatif yang dirasakan pada subjek kedua setelah terbuka pada orang lain adalah dikucilkan dari lingkungan dan saudara subjek menjauhi dirinya setelah mengetahui bahwa dirinya adalah seorang gay. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek ketiga merasa dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa teman-teman kerja. 4. Ciri-ciri gay Penampilan sehari-hari pada subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga seperti layaknya pria normal pada umumnya. Mereka suka berpenampilan rapih dan formal dengan kemeja, celana bahan, jeans dan kaos. 5. Pengaruh pasangan terhadap proses coming out Pasangan sangat berpengaruh bagi subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga, karena dengan memiliki pasangan membuat subjek dapat mendorong subjek untuk mengungkapkan orientasi seksualnya sebagai seorang gay tanpa memikirkan masyarakat akan menerima dirinya atau tidak. Selain itu, pasangan dapat memberikan perasaan nyaman yang tidak bisa didapat dari keluarga ataupun masayarakat. B. Saran Dari hasil penelitian tentang proses coming out pada gay, maka saran yang diajukan peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Untuk subjek pertama, diharapkan dapat mencoba untuk terbuka pada orang lain dan bergabung dengan komunitas gay sehingga subjek dapat menjalin hubungan pertemanan, baik dengan pria dan wanita tanpa rasa takut untuk dikucilkan dan dijauhi oleh orang lain, 2. Untuk subjek kedua, diharapkan untuk mencoba untuk berusaha berterus terang pada orangtua dan saudara perempuannya agar subjek dapat tenang dalam menjalani hidup. Selain itu apabila subjek benar-benar ingin berubah menjadi heteroseksual, subjek harus berusaha untuk mencari pekerjaan yang jauh dari dunia gay, 3. Untuk subjek ketiga, diharapkan bersabar dalam menjalani cobaan, cobalah belajar untuk menghapus kebencian terhadap wanita, dan belajarlah untuk memaafkan ibu, 4. Bagi orangtua, diharapkan tidak bersikap otoriterdan memaksakan kehendak, karena akan membuat anak-anak menjadi benci pada orangtua. Selain itu perlakukan anak-anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Sehingga anak tidak mengalami krisis identitas, 5. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan agar dapat mengembangkan penelitian mengenai coming out secara lebih mendalam, karena masih jarang kaum praktisi akademis yang membahas masalah ini, Misalnya menggali lebih dalam faktor yang mempengaruhi coming out, dan sebab-sebab lain seorang gay memutuskan untuk melakukan coming out. DAFTAR PUSTAKA Brannon, L. 1996. Gender: Psychological Perspective. Boston: Allyn & Baron. Chaplin, J.P. 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa: Dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Cynthia, T. 2005. Gambaran Kebutuhan Afeksi (Need of Affection) dan Proses Coming Out Pada Wanita Lesbian. Seminar Nasional PESAT 23-25 Agustus. Jakarta: Universitas Gunadarma. Crooks, R., & Baur, K. 1983. Our Sexuality (edisi ke-2). California: The Benjamin/Cummings Publishing Company. Greenberg, J., & Baron, R.A. 1997. Behavior In Organization (edisi ke6). New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Greene, B., & Herek, G.M. 1994. Lesbian and gay Psychology. London: SAGE Publication, Inc. Hadi, S. 1989. Metodologi Research (jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset. Halgin, R.P., & Whitbourne, S.K. 1997. Abnormal Psychology. United States of America: Times Mirror Higher. Kertbeny, M., & Karl. 2005. Homoseksual.http://ms.wikipedia. org/wiki/Homoseksual Moleong, J.L. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nazir, M. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Chandra Pratama. Oetomo, D. 2001. Memberi Suara Pada Yang Bisu. Yogyakarta: Pocket Books. Oetomo, D. 1999. Jumlah Gay dan Lesbi di Indonesia. http://www.hamline.edu/apakabar/ basisdata/1999/03/20/0077.html. Papalia, D.E., & Olds, S.W. 1986. Human Development. New York: Mc.Graw-Hill Book Company. Paul, W., Weinrich, J.D., Gonsiorek, J.C., & Hotvedt , M.E. (Editor). 1982. Homosexuality:Social,Psychologic al, and Biological Issues. London: SAGE Publication. Plummer, K. 1992. Modern Homosexsualities: Fragments of Lesbian and Gay Experiences. New York: Routledge. Poerwandari, K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengetahuan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. B. 2002. Virus Gay Melanda Eksekutif. Male Emporium Magazine. No. 20-September 2002. Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengetahuan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Kartono, K. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:Mandar Maju. Sitoepoe. 2005. Homoseksual dalam Perspektif Islam. Jakarta: Gramedia. J, Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Spencer, C. 2004. Sejarah Homoseksual. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Subardja, F.L. 1989. Ensiklopedia Nasional Indonesia (cetakan pertama). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. Sulistomo, B. 2003. Kesehatan. http://www.kompas.co.id/kesehata n/news/0312/04/064545.htm. Supratiknya, A. 1995. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma. Wasisto, B. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) (cetakan pertama). Jakarta: Deparemen Kesehatan RI. Wilson, M.R. 2000. Critical Incident Analysis. http://cad017.gcal.ac.uk/APEL/Re sources/CIA.HTM Yin, R.K. 1994. Case Study: Research Design and Method. London: SAGE Publication. Zein. 2004. Gangguan Kepribadian. http://forum.webgaul.com/showthr ead.php. Zera, D. 2005. Homoseksualkah Saya?. http://www.detikhot.com/index,php /tainment.read/tahun/2005/bulan/0 6/tgl/09/time/174501/idnews/3783 76/idkanal/221.