Kehidupan seks adalah salah satu bagian yang penting dalam

advertisement
PROSES COMING OUT PADA GAY
Siska Kartika Putri
10502236
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma
ABSTRAK
Kehidupan seks adalah salah satu
bagian yang penting dalam hidup.
Dengan kehidupan seks, manusia
mendapatkan berbagai manfaat,
yakni reproduksi, kesenangan, cinta
dan sebagainya. Sebagian orang ada
yang memiliki orientasi seksual
normal, dan adapula orang yang
memiliki orientasi seksual tidak
normal atau ganjil. Individu yang
menjalin hubungan (baik disertai
dengan hubungan seksual atau tidak)
dengan
lawan
jenis
disebut
heteroseksual. Sedangkan individu
yang menjalin hubungan (baik
disertai dengan hubungan seksual
atau tidak) dengan sesama jenis
disebut homoseksual.
Istilah homoseksual dapat
diterapkan baik pada pria maupun
pada
wanita,
tetapi
wanita
homoseksual
biasanya
disebut
lesbian dan pada pria biasa disebut
dengan gay. Lesbian adalah seorang
wanita homoseksual yang emosi
utama dan hubungan seksualnya
adalah terhadap wanita lain. Gay
adalah seorang pria homoseksual
yang emosi utama dan hubungan
seksualnya adalah terhadap pria
lain.
Homoseksual
sudah
eksis
(keberadaannya sudah ada) di
sepanjang sejarah, tetapi sikap-sikap
terhadap homoseksualitas sangat
bervariasi dalam sejumlah budaya
dan
masa.
Pada
beberapa
masyarakat,
homoseksualitas
ditoleransi atau bahkan diakui
secara terbuka. Namun, pada
sebagian
besar
masyarakat,
homoseksualitas ini dikutuk.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kehidupan seks adalah salah satu
bagian penting dalam hidup. Dengan
khidupan
seks,
manusia
dapat
memperoleh manfaat yakni reproduksi,
kesenangan, cita, dsb. Hbungan seksual
dibagi menjadi dua yaitu heteroseksual
dan
homoseksual.
Heteroseksual
adalah individu yang menjalin hubungan
dengan
lawan
jenis,
sedangkan
homoseksual adalah individu ang
menjalin hubungan denga sejenis.
Homoseksual saat ini sudah ditoleransi,
namun tetap memiliki label sendiri
dalam masyarakat. Selain itu kaum
homoseksual sering dipandang ngatif
oleh masyarakat. Oleh karena itu, ada
homoseksual yang dapat mencapai
tahap coming out dan ada pula yang
tidak dapat mencapai tahap coming out.
Keduanya memiliki konsekuensi positif
dan negatif.
B. Pertanyaan Penelitian
1) Bagaimana proses coming out pada
gay, 2) Apakah proses coming out
membawa dampak positif dan negatif?,
3) Mengapa proses coming out pada
subjek berlangsung lancer atau tidak?
C. Tujuan Penelitian
Menggali bagaimana proses coming out
dari subjek yang diteliti, ingin melihat
apakah proses coming out membawa
dampak positif atau negatif bagi subjek,
dan ingin mengetahui mengapa proses
coming out subjek berlangsung lancar
atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Coming Out
Pengertian: Proses dari penemuan
atau penerimaan diri sendiri dan
pemberitahuan tentang orientasi lesbian
atau gay seorang individu kepada orang
lain.
Tahapan-tahapan dalam Coming Out:
(Rothblum, 1983):
1. Mengetahui: Seorang individu baru
menyadari bahwa mereka berbeda
dari heteroseksual
2. Penerimaan Diri: Tahap yang
sangat sulit karena penilaian
masyarakat dan ketakutan
masyarakat terhadap homoseksual.
Namun tahapan ini merupakan
tantangan yang harus dijalani
3. Keterbukaan: Pengetahuan dan
penerimaan seseorang untuk terbuka
pada orang lain
4. Memberitahu pada Keluarga:
Tahap ini merupakan keputusan
yang sangat penting. Karena
orangtua sulit menerima bahwa
anaknya adalah sorang homoseks
5. Bergabung dalam Komunitas:
Kebutuhan dasar seorang individu
untuk data dimiliki, dan penguatan
yang tidak didapat dari keluarga.
Dampak-dampak Coming Out:
(Coleman, 1982)
1. Bagi yang dapat mencapai tahap
coming out:
a. Dampak Positif: Memiliki rasa
percaya diri yang baik, Dapat
bersosialisasi
dengan
masyarakat tanpa memandang
bahwa dirinya memiliki orientasi
seksual yang berbeda, Sehat
secara psikologis, dalam arti
mempunyai self-esteem yang
lebih
positif,
Berkurangnya
gejala-gejala kecemasan dan
berkurangnya depresi.
b. Dampak
Negatif:
Dapat
menghancurkan keluarga yang
akan berdampak bagi kaum
homoseksual itu sendiri, seperti
dibuang oleh keluarga, tidak
diakui oleh keluarga dan
sebagainya,
Dihina
oleh
masyarakat umum, Dikucilkan,
baik oleh teman maupun
lingkungan social, Dikeluarkan
dari pekerjaan, atau tidak
diterima bekerja dalam suatu
perusahaan.
2. Bagi yang tidak dapat mencapai
tahap coming out:
Faktor-faktor yang Mendasari
Terjadinya Coming Out: (Coleman,
1982)
1. Ingin berkembang menjadi individu
yang berjiwa shat dengan konsep diri
positif
2. Ingin mengubah mitos dan
stereotype yang ada di masyarakat
mengenai homoseksual
3. Ingin memiliki rasa percaya diri yang
baik
4. Ingin dapat bersosialisasi dalam
masyarakat tanpa memandang
bahwa dirinya memiliki orientas
seksual berbeda
5. Ingin mengurangi gejala-gjala
kecemasan
a. Dampak Positif:Kaum
homoseksual tersebut dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari
tanpa ada rasa takut atau malu,
Tidak merasa dikucilkan oleh
teman, keluarga, maupun
masyarakat umum.
b. Dampak Negatif: Tidak memiliki
rasa percaya diri, Tidak dapat
bersosialisasi, dan selalu
beranggapan bahwa dirinya
adalah seorang yang memiliki
kelainan sehingga tidak dapat
menerima takdirnya, Depresi,
Stress yang berkepanjangan,
Bunuh diri.
B. Gay
Pengertian: Seorang lelaki yang
menyukai lelaki sebagai mitra
seksualnya dan memiliki rasa tertarik
secara perasaan atau secara erotik baik
secara predominan atau eksklusif, dan
dengan atau tanpa hubungan fisik.
Faktor-faktor penyebab
Homoseksual: (Kertbeny & Karl,
2005)
1. Faktor Keluarga: Pengalaman
trauma pada masa kanak-kanak dan
memiliki hubungan yang renggang
dengan ibu atau bapaknya.
2. Faktor Lingkungan: Homoseksual
bukan dibawa sejak lair, namun
terbina melalui pengalaman. Seperti
keadaan pada waktu bayi-dewasa
awal.
3. Faktor Biologis: Suatu keadaan
dimana seorang lelaki menyukai
teman sejenis yang disebabkan oleh
hormon.
4. Faktor Individu (pribadi): Berasal
dari proses lanjutan pembelajaran
sewaktu kcil.
5. Faktor yang menyebabkan
individu tertarik pada
homoseksual: Karena keinginan
hawa nafsu yang menyenangkan dan
tidak dapat ditolak, harga diri tidak
boleh ddapat dari hubungan lain.
Ketakutan terhadap lawan jenis
menyebabkan respon erotic menjadi
pasif.
6. Peran utama aktivitas seksual:
Individu merasakan pengalaman
homoseksual pertama terbuka, hal ini
akan membuat individu meneruskan
aktivitas seksualnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan & Taylor, pendekatan
kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (dalam Moleong,
1990).
B. Subjek Penelitian
Pria yang memiliki orientasi seksual
sejenis (gay), berusia antara 25-30
tahun, dan telah menjadi gay selama 6
tahun
C. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan wawancara
dengan pedoman umum terfokus dan
observasi wawancara non partisipan.
D. Alat Bantu Penelitian
Alat
bantu
penelitian
yang
digunakan oleh peneliti adalah pedoman
wawancara, alat perekam, dan alat tulis.
E. Keabsahan dan Keajegan
Penelitian
Peneliti menggunakan triangulasi
data, triangulasi teori, dan triangulasi
metode.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
oleh peneliti adalah mengorganisasikan
data, mengelompokkan data dan
analisis kasus.
BAB IV
1. Analisis Intra Kasus
a. Subjek Pertama
1) Gambaran Proses Coming Out
a) Tahapan-tahapan dalam Coming
Out
(1) Mengetahui (Self
Acknowledgement)
Subjek
mulai
mengetahui
bahwa dirinya berbeda dari laki-laki
normal pada umumnya pada saat
subjek duduk di kelas dua SMU,
pada waktu itu umur subjek sekitar
tujuh belas tahun. Pada saat pertama
kali mengetahui dirinya adalah
seorang gay, perasaan subjek pada
saat itu sangat bimbang, takut, dan
sedih. Subjek berusaha berfikir positif
sebagai cara subjek mengatasi
perasaan takut dan sedihnya.
Menurut subjek “yang berbeda dari
kaum
gay
adalah
cara
berhubungannya
saja,
tetapi
kepribadiannya normal”. Pada saat
subjek mengetahui bahwa dirinya
memiliki orientasi seksual berbeda,
sahabat dan teman sangat berarti
bagi subjek untuk memberikan
motivasi bagi dirinya.
(2) Penerimaan
Diri
(Self
Acceptance)
Subjek memilih untuk menerima
keadaan tersebut dengan cara
menerima dan menjalani keadaan
yang telah diberikan Tuhan. Karena
tidak akan ada orang lain yang
mampu merubah dan menerima
kalau tidak diri subjek sendiri. Selain
itu juga keinginan subjek untuk
menerima diri dengan keadaan
subjek sebagai gay karena subjek
tidak ingin membohongi diri sendiri.
Setelah subjek menerima diri
sebagai
seorang
gay,
subjek
merasakan perasaan tenang dan
nyaman dalam menjalani hidup.
Selain itu subjek juga dapat
menjalani hidup seperti layaknya lakilaki normal (heteroseksual).
(3) Keterbukaan (Self Disclosure)
Subjek mulai terbuka pada
orang lain mengenai keadaan dirinya
sebagai gay pada saat subjek duduk
di bangku SMA. Pada saat itu subjek
mulai tertarik pada teman satu geng.
Tetapi
teman
subjek
hanya
mengaanggapnya sebagai sahabat.
Segala rahasia subjek telah diketahui
oleh sahabatnya. Walaupun saat ini
subjek dan sahabatnya jarang
bertemu, namun komunikasi jarak
jauh tetap dilakukan.
Subjek
berusaha
mulai
membuka diri kembali pada saat
duduk di bangku kuliah. Pada waktu
itu subjek sadar bahwa orientasinya
benar-benar dengan sesama jenis,
karena untuk yang kedua kali subjek
menyukai pria yang tidaklain adalah
teman
sekelas
subjek.
Orang
pertama yang subjek beritahu adalah
pria yang subjek suka. Tetapi teman
pria subjek menolak, karena dirinya
adalah seorang heteroseksual. Pada
saat itu subjek sangat sedih, namun
subjek
menanggapinya
dengan
berpikir positif. Semenjak saat itu
berita tentang orientasi seksual
subjek menyebar, sampai akhirnya
subjek memberitahu kebenarannya
kepada beberapa orang sahabat dan
teman subjek.
Alasan subjek untuk membuka
diri adalah karena subjek tidak ingin
membohongi diri sendiri. Subjek
merasakan perasaan nyaman dan
tenang setelah terbuka pada orang
lain. Saat ini subjek hanya dapat
terbuka pada sahabatnya. Pada awal
keterbukaan
perasaan
sahabat
subjek sangat kaget, namun saat ini
mereka menanggapi subjek sama
seperti orang normal.
(4) Memberitahu
Keluarga
(Telling the Family)
Subjek
belum
dapat
memberitahukan orientasi seksualnya
pada ibu dan kakak subjek. Alasan
pertama karena subjek belum siap
secara emosional. Subjek tidak ingin
membuat ibu dan kakak subjek sedih.
Alasan kedua karena faktor ekonomi,
subjek takut jika ibu dan kakak subjek
mengetahui orientasi seksual subjek
maka uang kuliah dan segala
kebutuhan subjek selama di Jakarta
akan di hentikan. Sehingga kuliah
subjekpun akan terancam putus
ditengah jalan.
(5) Bergabung dalam Komunitas
(Involvement in Homosexual
Community)
Subjek belum dapat bergabung
dengan komunitas gay Karena subjek
belum mengetahui keberadaan
komunitas gay di Jakarta. Subjek
merupakan seorang pendatang yang
dibesarkan di kota Padang. Selain itu
karena saat ini subjek belum memiliki
pasangan yang memiliki orientasi
seksual sejenis untuk menyalurkan
segala hasrat seksualnya.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Coming Out Subjek
Subjek tidak dapat terbuka pada
orang banyak, karena subjek tidak ingin
orang lain mengetahui tentang aib
dirinya. Selain itu subjek juga belum
dapat terbuka pada keluarga, karena
subjek belum siap secara emosional
dan ekonomi. Dampak yang akan
subjek dapat apabila subjek terbuka
pada keluarga adalah penghentian
finansial yang diberikan keluarga bagi
pendidikan subjek. Subjek juga belum
dapat bergabung dengan komunitas
karena subjek belum mengetahui
keberadaan komunitas kaum gay.
(3) Dampak Coming Out Subjek
a) Dampak positif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Subjek memiliki dampak positif
dari keterbukaannya pada orang lain.
Keterbukaan subjek pada orang lain,
membuat
dirinya
merasakan
ketenangan dalam menjalani hidupnya.
b) Dampak negatif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Setelah
subjek
melakukan
coming out pada orang lain, membawa
dampak tersendiri bagi subjek. Setelah
subjek melakukan coming out, orientasi
seksual subjek mulai di bicarakan oleh
orang lain. Selain itu teman-teman pria
subjek menjauh dari dirinya dan jarang
ada yang ingin berteman dengan
subjek.
b. Subjek Kedua
1) Gambaran Proses Coming Out
a) Tahapan-tahapan dalam Coming
Out
(1) Mengetahui (Self
Acknowledgement)
Subjek mengetahui orientasi
seksualnya berbeda dari orang lain
pada saat subjek berusia tujuh belas
tahun. Pertama kali yang subjek
pikirkan adalah keluarganya. Subjek
tidak ingin keluarganya kecewa
apabila mengetahui bahwa dirinya
adalah seorang gay. Perasaan
subjek pada saat sangat sedih dan
bingung. Peran teman dan sahabat
sangat berarti bagi subjek. Karena
dengan berkumpul bersama mereka,
subjek merasakan kehangatan yang
tidak di dapat dari keluarga.
Subjek menanggapi keadaan
dirinya yang berbeda dengan selalu
berpikir positif. Pada awalnya subjek
menutupi orientasi seksualnya yang
berbeda. Karena subjek belum yakin
dengan orientasi seksualnya dan
masih mencari jati diri yang
sebenarnya. Namun saat ini subjek
sudah dapat membuka diri sebagai
seorang gay pada masyarakat
umum. Hanya saja subjek belum
dapat memberitahukan orientasi
seksualnya secara langsung pada
orangtua
dan
saudara
perempuannya.
(2)
Penerimaan
Diri
(Self
acknowledgement)
Pada awalnya sangat sulit bagi
subjek untuk dapat menerima diri
bahwa orientasi seksualnya berbeda
dari orang normal. Subjek sangat
takut
jika
orang
lain
akan
mengucilkan dirinya. Selama dua
tahun subjek terus mencari jati diri
yang sebenarnya, dengan selalu
mencoba
menyakinkan
dirinya
adalah
seorang
heteroseksual.
Namun usaha subjek sia-sia, karena
subjek tetap menyukai pria dan
subjek tidak bisa merubah orientasi
seksualnya.
Rasa lelah membohongi diri
sendiri dan orang lain, menjadikan
subjek memilih untuk menerima diri
dan terbuka pada orang lain. Subjek
menerima diri sebagai gay dengan
menciptakan perasaan nyaman dari
orientasi seksualnya yang berbeda.
Kemudian subjek berusaha untuk
membuka diri pada orang lain dan
mencoba untuk menjalani hubungan
dengan orang yang subjek anggap
tepat.
Lingkungan kerja mendorong
subjek untuk dapat menerima diri.
Saat ini subjek memiliki banyak
teman gay, sehingga subjek dapat
menerima diri sendiri tanpa harus
berkamuflase. Subjek juga mulai
dapat menerima konsekuensi baik
dan buruk dari statusnya sebagai
seorang gay. Dengan perjuangan
yang subjek hadapi, kini subjek
sangat
menikmati
keadaannya
sebagai seorang gay.
(3) Keterbukaan (Disclosure)
Saat subjek berusia sembilan
belas
tahun,
subjek
mulai
memberitahukan orientasi dirinya
sebagai gay pada orang lain. Orang
pertama yang mengetahui hal ini
adalah kakak kelas subjek pada saat
kuliah. Hubungan berlanjut pada saat
subjek mengetahui bahwa kakak
kelas subjek ternyata memiliki
orientasi seksual yang sama dengan
subjek.
Subjek
sangat
menikmati
keterbukaannya.
Alasan
subjek
terbuka pada orang lain, karena rasa
lelah subjek untuk membohongi diri
sendiri dan orang lain.
Proses keterbukaan subjek
terjadi karena faktor lingkungan.
Lingkungan keluarga yang membuat
subjek membenci figur ayah dan
lingkungan kerja yang mendorong
subjek untuk menerima dan berani
membuka
orientasi
seksualnya.
Selain itu karena rasa trauma yang
sangat berbekas dalam dirinya, yaitu
tentang
pengalaman
seksual
pertama subjek dengan saudra
sepupunya. Saat ini subjek telah
menemukan
pria
yang
dapat
memberikan
kehangatan
dan
kenyamanan, oleh sebab itu saat ini
subjek
dapat
menjalani
kehidupannya dengan santai.
Setelah hubungan subjek dan
kekasih pria yang telah dijalin selama
tujuh tahun berakhir, subjek mencoba
untuk menjalin hubungan dengan
seorang wanita. Alasannya karena
subjek ingin terlepas dari “lingkaran
setan” dan ingin memiliki “kehidupan
normal” seperti layaknya pria pada
umumnya. Subjek ingin menikah,
memiliki keluarga dan anak.
(4) Memberitahu kepada Keluarga
(Telling the Family)
Subjek sudah memberitahukan
pada
orangtua
dan
saudara
perempuan subjek, namun belum
secara langsung. Saat ini subjek
menunjukkan
identitas
dirinya
sebagai
seorang
gay
dengan
membawa teman sejenisnya, dengan
harapan orangtua dan saudara
subjek peka terhadap perubahan
dirinya.
Subjek
tidak
dapat
memberitahukan
orientasi
seksualnya secara langsung pada
orangtua dan saudara perempuan
subjek, hal ini karena subjek tidak
ingin kondisi ibu subjek yang sedang
mengalami kanker payudara akan
bertambah parah.
Namun,
subjek
dapat
memberitahukan pada kakak subjek.
Hal ini terjadi karena kejadian yang
tidak di sangka. Kakak subjek
mengetahui hal ini ketika subjek
sedang membuka situs tentang gay,
dan pada saat itu juga kakak subjek
membuka situs yang sedang subjek
lihat.
Kemudian
kakak
subjek
menanyakan hal ini. Akhirnya subjek
berterus
terang
tentang
kebenarannya.
Pada saat yang sama kakak
subjek bercerita tentang masalah
yang sedang ia hadapi dengan
kekasihnya. Mereka berjanji untuk
merahasiakan dan tidak akan
membongkar
masalah
masingmasing.
(5) Bergabung dalam Komunitas
Homoseksual
(Involvement
in
Homosexual Community)
Pada awalnya subjek takut
untuk bergabung dengan komunitas
gay yang bersifat resmi. Hal ini
karena
anggota gay dalam
komunitas resmi kebanyakan berasal
dari kelas ekonomi mengah keatas.
Subjek sangat senang menghabiskan
malam minggu di Café Fet. Dari
sinilah subjek mulai berkenalan
dengan seorang gay, sampai pada
akhirnya berita tersebut tersebar dari
mulut kemulut yang membuat jumlah
kaum gay di Café Fet terus
bertambah banyak.
Subjek
dapat
bergabung
dengan komunitas gay, mereka
sering berkumpul pada hari sabtu.
Komunitas yang terdapat pada Café
Fet, tidak hanya terdiri dari kaum
gay.
Pasangan
lesbi
dan
heteroseksual juga terdapat disana.
Berkumpul
dengan
komunitas
membuat subjek sangat bahagia.
Subjek dapat terbuka dengan orang
lain dalam komunitas. Dengan
bergabung
bersama
komunitas,
subjek mendapatkan banyak teman
dan pengalaman yang tidak bisa
didapat dari lingkungan keluarga dan
masyarakat.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Coming Out subjek
Subjek memilih terbuka pada
orang lain, karena rasa lelah yang
dialami subjek. Subjek tidak ingin
membohongi diri sendiri dan orang lain.
Menurut Coleman dalam Paul. dkk.,
(1982), faktor yang mendasari terjadinya
coming out karena ingin berkembang
menjadi individu yang berjiwa sehat
dengan konsep diri yang positif dan
sehat secara psikologis, ingin memiliki
rasa percaya diri yang baik, ingin dapat
bersosialisasi dalam masyarakat tanpa
memandang bahwa dirinya memiliki
orientasi seksual yang berbeda, ingin
mengurangi gejala-gejala kecemasan
dan depresi.
Subjek
memilih
untuk
bergabung dalam komunitas, karena
berkumpul bersama teman-teman yang
memiliki orientasi seksual sejenis dapat
membuat subjek bahagia. Dengan
berkumpul bersama komunitas, subjek
dapat memiliki banyak teman dan
pengalaman yang tidak bisa subjek
dapat dari keluarga dan masyarakat.
Subjek tidak dapat terbuka pada
orangtua secara langsung karena faktor
kesehatan ibu subjek yang sedang
menderita kanker payudara. Subjek
tidak ingin kondisi ibu subjek semakin
parah, apabila mengetahui orientasi
seksual subjek. Saat ini subjek terbuka
secara
nonverbal,
yaitu
dengan
membawa teman-teman gay subjek
datang kerumah dengan harapan
orangtua dan saudara perempuan
subjek peka dengan perbedaan yang
ada pada diri subjek
3) Dampak Coming Out Subjek
a) Dampak positif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Subjek memiliki dampak positif
dari keterbukaan orientasi seksual
subjek pada orang lain. Setelah subjek
terbuka pada orang lain, subjek merasa
nyaman dan tidak membohongi diri
sendiri.
b) Dampak negatif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Selain dampak positif, subjek
juga memiliki dampak negatif. Dari
keterbukaan orientasi seksual subjek,
subjek
menjadi
dikucilkan
dari
lingkungan. Saudara subjek menjauhi
dirinya setelah mengetahui bahwa
orientasi seksual subjek berbeda dari
orang lain.
c. Subjek ketiga
1) Gambaran proses coming out
a)Tahapan-tahapan dalam coming out
(1)Mengetahui
(Self
acknowledgement)
Subjek mulai menyadari bahwa
dirinya memiliki orientasi seksual
berbeda pada saat berumur dua
puluh empat tahun. Tepatnya satu
tahun pada saat subjek berpisah
dengan kekasihnya. Selama satu
tahun
subjek
mencoba
untuk
mengobati rasa sakit hati pada
perempuan akibat perlakuan ibu dan
kekasihnya. Tetapi semakin subjek
mencoba untuk mengobati rasa sakit
hatinya, perasaan benci subjek pada
perempuan semakin mendalam.
Hal tersebut terjadi karena
perlakuan dan kesan buruk yang di
timbulkan
ibu
subjek
sebagai
orangtua, selain itu karena rasa sakit
hatinya pada kekasih yang telah
menghianati dirinya dan memilih
untuk meninggalkan subjek untuk
menikah
dengan
orang
lain.
Perasaan subjek sangat bingung
pada saat pertama kali mengetahui
bahwa dirinya lebih nyaman berada
di dekat pria dan sangat membenci
perempuan.
Subjek
selalu
menyakinkan
dirinya
apakah
perasaan ini benar atau tidak.
Pada saat subjek mengetahui
bahwa orientasi seksualnya berbeda,
subjek
mencurahkan
segala
permasalahannya pada sahabat pria
yang kini menjadi kekasihnya.
(2) Penerimaan
Diri
(Self
acknowledgement)
Pada awalnya, subjek belum
merasa yakin dengan orientasi
seksualnya. Selama satu tahun
subjek menutup diri dan berpura-pura
berperilaku sebagai heteroseksual.
Subjek dapat menerima dirinya
sebagai seorang gay, karena subjek
ingin mencari kebahagiaan yang
tidak bisa di dapat dari seorang ibu.
Subjek ingin mencari kehangatan
dari keluarga yang dapat meilindungi
subjek di saat subjek sedang merasa
susah dan sedih. Subjek memilih
untuk menerima diri karenaingin
menjadi diri sendiri tanpa ada
bayang-bayang dari orangtua dan
trauma masa lalu.
Subjek tidak merasa kesulitan
untuk menerima diri, karena dari kecil
subjek sudah membenci sosok ibu
dan membenci mamtan kekasih yang
telah menghianati subjek. Hanya saja
subjek
mengalami
kebingungan
tentang orientasi seksualnya. Setelah
subjek memilih untuk menerima diri,
subjek mengalami banyak hinaan
dari orang lain. Namun subjek
menanggapinya dengan rasa ikhlas,
karena ini adalah cara terbaik bagi
subjek
untuk
mendapatkan
kebahagiaan yang diberikan oleh
Tuhan.
(3) Keterbukaan (Disclosure)
Subjek mulai terbuka pada
orang lain pada saat berumur dua
puluh empat tahun. Orang pertama
yang subjek beritahu adalah sahabat
prianya
yang
kini
menjadi
kekasihnya. Selain pada diri sendiri,
subjek juga dapat terbuka pada
keluarga,
teman,
dan
pada
komunitas gay. Alasannya karena
subjek ingin mencari kebahagiaan
dari seorang pria yang tidak bisa
subjek dapat dari seorang ibu.
Subjek juga ingin mendapatkan
kehangatan yang tidak didapat dari
sebuah keluarga. Selain itu karena
subjek ingin menjadi diri sendiri,
tanpa harus membohongi orang lain.
Pada saat pertama kali terbuka,
subjek merasakan malu karena takut
orang lain akan menganggap subjek
sebagai orang yang aneh Namun
pada saat ini, subjek sudah terbiasa
dan meyelesaikan masalah yang di
hadapi dengan santai. Dampak yang
subjek dapat dari keterbukaannya
adalah hinaan dan cacian dari orang
lain. Selain itu subjek menjadi di
kucilkan oleh teman-teman kerja.
Mereka menganggap subjek adalah
orang
yang
berdosa
karena
menyalahi
kodrat
dengan
berhubungan sesama jenis.
(4) Memberitahu kepada Keluarga
(Telling the Family)
Subjek
memutuskan
untuk
terbuka pada keluarga karena
keluarga subjek memiliki sistem
kebebasan.
Orangtua
subjek
memberikan
kepercayaan
pada
subjek untuk memilih jalan hidupnya
sendiri.
Subjek
juga
ingin
membuktikan pada keluarga, bahwa
subjek dapat memperoleh kasih
sayang dan perhatian tidak hanya
dari orangtua saja.
Orangtua dan saudara subjek
sangat kaget, pada saat pertama kali
mengetahui
bahwa
subjek
mememiliki orientasi seksual yang
berbeda. Tapi saat ini keluarga
subjek sudah terbiasa dengan
kepribadian subjek sebagai seorang
gay. Saat ini subjek dan kekasaih
prianya tinggal bersama di rumah
orangrua subjek semenjak ayah
subjek meninggal dunia.
(5) Bergabung dalam Komunitas
Homoseksual
(Involvement
in
Homosexual Community)
Subjek
dapat
bergabung
dengan
komunitas
gay
yang
bertempat di Café De Laila. Subjek
bergabung dengan komunitas karena
ingin memiliki banyak teman yang
sejenis dengan dirinya Selain itu
subjek
ingin
mendapatkan
pengalaman dan mencari informasi
terbaru mengenai dunia gay. Subjek
sangat bahagia berkumpul bersama
komunitas gay, sehingga
semua
rasa lelah dan beban kerja subjek
menjadi berkurang apabila subjek
berkumpul dengan komunitas.
Setelah bergabung dengan
komunitas, kehidupan subjek menjadi
sangat berwarna. Apabila sesama
anggota berkumpul, tidak ada
kebohongan
dan
kemunafikkan
mereka saling terbuka satu dengan
yang lain. Solidaritas antara sesama
anggota sangat besar, mereka selalu
saling
bahu-membantu
dalam
menyelesaikan setiap permasalahan.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Coming Out subjek
Subjek memilih terbuka pada
orang lain karena subjek ingin menjadi
diri sendiri tanpa aturan dari orang lain.
Selain
itu
karena
subjek
ingin
mendapatkan kebahagiaan yang tidak
pernah di dapat dari seorang ibu, dan
subjek ingin mencari pasangan yang
menyayangi dirinya. Kebebasan yang
diberikan keluarga membuat subjek
dapat
mengaktualisasikan
dirinya
dengan baik tanpa merasa harus
terkekang. Dengan terbuka pada orang
lain, subjek dapat memiliki banyak
teman yang dapat menghilangkan
kejenuhan subjek.
3) Dampak Coming Out Subjek
a) Dampak positif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Subjek memiliki dampak positif
dari keterbukaan orientasi seksual
subjek pada orang lain. Setelah subjek
terbuka pada orang lain, subjek merasa
dapat menjadi diri sendiri tanpa harus
membohongi orang lain.
b) Dampak negatif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Selain dampak positif, subjek
juga memiliki dampak negatif dari
keterbukaannya. Setelah subjek terbuka
pada orang lain, subjek merasa
dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa
teman-teman kerja.
2. Pembahasan antar kasus
1) Mengetahui
(Self
acknowledgement)
Subjek mulai menyadari bahwa
dirinya memiliki orientasi seksual
berbeda pada saat berumur dua puluh
empat tahun. Tepatnya satu tahun pada
saat
subjek
berpisah
dengan
kekasihnya. Selama satu tahun subjek
mencoba untuk mengobati rasa sakit
hati pada perempuan akibat perlakuan
ibu dan kekasihnya. Tetapi semakin
subjek mencoba untuk mengobati rasa
sakit hatinya, perasaan benci subjek
pada perempuan semakin mendalam.
Hal tersebut terjadi karena
perlakuan dan kesan buruk yang di
timbulkan ibu subjek sebagai orangtua,
selain itu karena rasa sakit hatinya pada
kekasih yang telah menghianati dirinya
dan memilih untuk meninggalkan subjek
untuk menikah dengan orang lain.
Perasaan subjek sangat bingung pada
saat pertama kali mengetahui bahwa
dirinya lebih nyaman berada di dekat
pria dan sangat membenci perempuan.
Subjek selalu menyakinkan dirinya
apakah perasaan ini benar atau tidak.
Pada saat subjek mengetahui bahwa
orientasi seksualnya berbeda, subjek
mencurahkan segala permasalahannya
pada sahabat pria yang kini menjadi
kekasihnya.
(2)Penerimaan
Diri
(Self
acknowledgement)
Pada awalnya, subjek belum
merasa
yakin
dengan
orientasi
seksualnya. Selama satu tahun subjek
menutup
diri
dan
berpura-pura
berperilaku
sebagai
heteroseksual.
Subjek dapat menerima dirinya sebagai
seorang gay, karena subjek ingin
mencari kebahagiaan yang tidak bisa di
dapat dari seorang ibu. Subjek ingin
mencari kehangatan dari keluarga yang
dapat meilindungi subjek di saat subjek
sedang merasa susah dan sedih.
Subjek memilih untuk menerima diri
karenaingin menjadi diri sendiri tanpa
ada bayang-bayang dari orangtua dan
trauma masa lalu.
Subjek tidak merasa kesulitan
untuk menerima diri, karena dari kecil
subjek sudah membenci sosok ibu dan
membenci mamtan kekasih yang telah
menghianati subjek. Hanya saja subjek
mengalami
kebingungan
tentang
orientasi seksualnya. Setelah subjek
memilih untuk menerima diri, subjek
mengalami banyak hinaan dari orang
lain. Namun subjek menanggapinya
dengan rasa ikhlas, karena ini adalah
cara terbaik bagi subjek untuk
mendapatkan
kebahagiaan
yang
diberikan oleh Tuhan.
(3) Keterbukaan (Disclosure)
Subjek mulai terbuka pada
orang lain pada saat berumur dua puluh
empat tahun. Orang pertama yang
subjek beritahu adalah sahabat prianya
yang kini menjadi kekasihnya. Selain
pada diri sendiri, subjek juga dapat
terbuka pada keluarga, teman, dan pada
komunitas gay. Alasannya karena
subjek ingin mencari kebahagiaan dari
seorang pria yang tidak bisa subjek
dapat dari seorang ibu. Subjek juga
ingin mendapatkan kehangatan yang
tidak didapat dari sebuah keluarga.
Selain itu karena subjek ingin menjadi
diri sendiri, tanpa harus membohongi
orang lain.
Pada saat pertama kali terbuka,
subjek merasakan malu karena takut
orang lain akan menganggap subjek
sebagai orang yang aneh Namun pada
saat ini, subjek sudah terbiasa dan
meyelesaikan masalah yang di hadapi
dengan santai. Dampak yang subjek
dapat dari keterbukaannya adalah
hinaan dan cacian dari orang lain.
Selain itu subjek menjadi di kucilkan
oleh teman-teman kerja. Mereka
menganggap subjek adalah orang yang
berdosa karena menyalahi kodrat
dengan berhubungan sesama jenis.
(4) Memberitahu kepada Keluarga
(Telling the Family)
Subjek
memutuskan
untuk
terbuka pada keluarga karena keluarga
subjek memiliki sistem kebebasan.
Orangtua
subjek
memberikan
kepercayaan pada subjek untuk memilih
jalan hidupnya sendiri. Subjek juga ingin
membuktikan pada keluarga, bahwa
subjek dapat memperoleh kasih sayang
dan perhatian tidak hanya dari orangtua
saja.
Orangtua dan saudara subjek
sangat kaget, pada saat pertama kali
mengetahui bahwa subjek mememiliki
orientasi seksual yang berbeda. Tapi
saat ini keluarga subjek sudah terbiasa
dengan kepribadian subjek sebagai
seorang gay. Saat ini subjek dan
kekasaih prianya tinggal bersama di
rumah orangrua subjek semenjak ayah
subjek meninggal dunia.
(5) Bergabung dalam Komunitas
Homoseksual
(Involvement
in
Homosexual Community)
Subjek
dapat
bergabung
dengan komunitas gay yang bertempat
di Café De Laila. Subjek bergabung
dengan komunitas
karena ingin
memiliki banyak teman yang sejenis
dengan dirinya Selain itu subjek ingin
mendapatkan
pengalaman
dan
mencari informasi terbaru mengenai
dunia gay. Subjek sangat bahagia
berkumpul bersama komunitas gay,
sehingga semua rasa lelah dan beban
kerja subjek menjadi berkurang apabila
subjek berkumpul dengan komunitas.
Setelah bergabung dengan
komunitas, kehidupan subjek menjadi
sangat berwarna. Apabila sesama
anggota
berkumpul,
tidak
ada
kebohongan dan kemunafikkan mereka
saling terbuka satu dengan yang lain.
Solidaritas antara sesama anggota
sangat besar, mereka selalu saling
bahu-membantu dalam menyelesaikan
setiap permasalahan.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Coming Out subjek
Subjek memilih terbuka pada
orang lain karena subjek ingin menjadi
diri sendiri tanpa aturan dari orang lain.
Selain itu karena subjek ingin
mendapatkan kebahagiaan yang tidak
pernah di dapat dari seorang ibu, dan
subjek ingin mencari pasangan yang
menyayangi dirinya. Kebebasan yang
diberikan keluarga membuat subjek
dapat
mengaktualisasikan
dirinya
dengan baik tanpa merasa harus
terkekang. Dengan terbuka pada orang
lain, subjek dapat memiliki banyak
teman yang dapat menghilangkan
kejenuhan subjek.
3) Dampak Coming Out Subjek
a) Dampak positif dari subjek
yang dapat melakukan coming
out
Subjek
memiliki
dampak
positif dari keterbukaan orientasi
seksual subjek pada orang lain.
Setelah subjek terbuka pada orang
lain, subjek merasa dapat menjadi
diri sendiri tanpa harus membohongi
orang lain.
b) Dampak negatif dari subjek
yang dapat melakukan coming
out
Selain dampak positif, subjek
juga memiliki dampak negatif dari
keterbukaannya. Setelah subjek
terbuka pada orang lain, subjek
merasa dikucilkan dan dijauhi oleh
beberapa teman-teman kerja.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini
kesimpulan sebagai berikut :
diperoleh
1. Gambaran proses coming out
Proses coming out bisa dilihat
berdasarkan dari tahapan-tahapan yang
dilalui oleh subjek, yaitu sebagai berikut:
a) Tahapan-tahapan dalam coming
out
(1)
Mengetahui
(Self
Acknowledgement)
Pada subjek pertama, subjek kedua,
dan subjek ketiga, perasaan yang
dirasakan pada saat mengetahui bahwa
dirinya memiliki orientasi seksual
sejenis adalah perasaan bingung, sedih,
dan takut. Peran teman, sahabat, dan
keluarga sangat penting bagi ketiga
subjek.
Pada subjek pertama dan kedua,
mereka mengetahui bahwa orientasi
seksualnya berbeda dari pria normal
pada saat berusia tujuh belas tahun.
Sedangkan pada subjek ketiga, mulai
mengetahui bahwa dirinya memiliki
orientasi seksual yang berbeda dari pria
normal pada saat berusia dua puluh
empat tahun
(2) Penerimaan diri (Self acceptance)
Subjek pertama dan subjek kedua
mengalami kesulitan pada saat pertama
kali menerima diri sebagai seorang gay
karena ketakutannya pada orang lain
yang tidak akan menerima orientasi
seksualnya.
Subjek ketiga dapat menerima diri
dengan mudah tanpa merasa kesulitan.
Hal ini karena keadaan keluarga yang
memberikan kebebasan pada dirinya
untuk menentukan kehidupannya.
(3) Keterbukaan (disclosure)
Subjek pertama, subjek kedua,
dan subjek ketiga, memilih terbuka
karena rasa lelah membohongi diri
sendiri dan orang lain. Perasaan yang
mereka rasakan setelah terbuka adalah
perasaan nyaman, tenang, dan bahagia.
Subjek kedua dan ketiga dapat
terbuka pada orang lain, sahabat,
teman, dan keluarga. Hanya saja pada
subjek
kedua
tidak
dapat
memberitahukan
orientasi
seksual
secara langsung pada orangtua dan
saudara perempuannya. Alasannya
adalah karena ibu subjek sedang
mengalami kanker payudara, subjek
tidak ingin kondisi ibu subjek akan
semakin parah. Subjek memberitahukan
orientasi seksualnya dengan membawa
teman-teman gay untuk main kerumah
subjek, dengan harapan orangtua dan
saudara subjek menyadari bahwa
dirinya adalah seorang gay.
Subjek pertama hanya dapat
terbuka pada teman dekat dan
sahabatnya. Subjek memilih untuk
merahasiakan orientasi seksualnya
pada keluarga dan orang banyak karena
takut dikucilkan.
(4) Memberitahu kepada keluarga
(telling the family)
Subjek kedua dan subjek ketiga
dapat
memberitahukan
orientasi
seksualnya pada kakak. Subjek kedu
memberitahukan orientasi seksualnya
pada kakak laki-lakinya dalam peristiwa
yang tidak disengaja. Subjek ketiga
memberitahukan orientasi seksualnya
pada kakak perempuan.
Subjek pertama belum dapat
memberitahukan orientasi seksualnya
pada orangtua dan saudara subjek.
Subjek takut jika orangtua dan saudara
subjek
mengetahui
orientasi
seksualnya, maka biaya kuliah dan
kebutuhan hidup selama di Jakarta
akan diberhentikan. Sehingga kuliah
subjek akan terancan putus ditengah
jalan.
Subjek kedua tidak dapat
memberitahukan orientasi seksualnya
secara langsung pada orangtua dan
saudara perempuannya karena ibu
subjek sedang menderita kanker
payudara. Subjek tidak ingin penyakit
ibu subjek semakin parah karena
keterbukaan subjek.
Subjek ketiga tidak mengalami
kesulitan dalam proses keterbukaan.
Subjek
dapat
memberitahukan
orientasi seksualnya pada orangtua
dan kakak, karena keluarga subjek
memberikan kebebasan untuk memilih
pilihan hidup.
(5) Bergabung dengan komunitas
homoseksual
(involvement
in
homosexual community)
Subjek kedua dan subjek ketiga
dapat bergabunga dengan komunitas
gay, karena dengan bergabung dan
berkumpul
bersama
teman-teman
membuat subjek bahagia. Selain itu,
subjek dapat merasakan kehangatan
yang tidak bisa didapat dari keluarga
dan masyarakat.
Subjek pertama tidak dapat
bergabunga dalam komunitas gay,
karena subjek belum mengetahui
keberadaan komunitas gay di Jakarta.
Selain itu, karena subjek belum
memiliki pasangan yang memiliki
orientasi
seksual
sejenis
untuk
menyalurkan hasrat seksualnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Coming Out subjek
Subjek pertama dan subjek
kedua memiliki alasan yang sama untuk
terbuka pada orang lain. Mereka
memilih untuk mengungkapkan identitas
dirinya karena rasa lelah membohongi
diri sendiri dan orang lain. Mereka ingin
merubah dirinya dan mencari jati diri
yang sebenarnya.
Subjek ketiga memilih untuk
terbuka pada orang lain karena ingin
menjadi diri sendiri tanpa aturan dari
orang lain. Selain itu karena subjek ingin
mendapatkan kebahagiaan yang tidak
pernah di dapat dari seorang ibu, dan
subjek ingin mencari pasangan yang
menyayangi dirinya. Kebebasan yang
diberikan keluarga membuat subjek
dapat
mengaktualisasikan
dirinya
dengan baik tanpa merasa harus
terkekang. Dengan terbuka pada orang
lain, subjek dapat memiliki banyak
teman yang dapat menghilangkan
kejenuhan subjek.
Terdapat
perbedaan
faktor
pencapaian tahapan dalam proses
coming out antara subjek pertama,
subjek kedua, dan subjek ketiga. Subjek
pertama hanya dapat terbuka pada
sahabat dan orang-orang terdekat saja
dan memilih untuk merahasiakannya
pada orangtua dan saudaranya. Hal ini
karena subjek belum siap secara
emosional dan secara finansial. Apabila
orangtua
dan
saudara
subjek
mengetahui orientasi seksualnya, maka
biaya kuliah dan biaya hidup subjek
selama di Jakarta akan diputus.
Subjek kedua memilih untuk
tidak memberitahukan identitas dirinya
secara langsung pada orangtua dan
saudara perempuannya, karena kondisi
kesehatan ibu subjek yang sedang
mengalami kanker payudara.
Subjek ketiga dapat melewati
setiap tahapan dengan baik. Subjek
ketiga dapat memberitahukan orientasi
seksualnya pada keluarga, teman,
sahabat, lingkungan. Selain itu subjek
juga
dapat
bergabung
dengan
komunitas.
3. Dampak Coming Out Subjek
a)Dampak positif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Pada subjek pertama dampak
positif dari keterbukaannya pada orang
lain adalah dapat membuat dirinya
merasakan ketenangan dalam menjalani
hidupnya.
Dampak
positif
dari
keterbukaan pada subjek kedua, adalah
perasaan nyaman. Selain itu, dengan
terbuka subjek tidak perlu membohongi
diri sendiri.
Subjek ketiga memiliki dampak
positif dari keterbukaan orientasi
seksualnya pada orang lain. Setelah
subjek terbuka pada orang lain, subjek
merasa dapat menjadi diri sendiri tanpa
harus membohongi orang lain.
b) Dampak negatif dari subjek yang
dapat melakukan coming out
Pada subjek pertama, dampak
yang subjek alami setelah terbuka pada
orang lain adalah orientasi seksual
subjek mulai di bicarakan oleh orang
lain. Selain itu teman-teman pria subjek
menjauh dari dirinya dan jarang ada
yang ingin berteman dengan subjek.
Dampak negatif yang dirasakan
pada subjek kedua setelah terbuka pada
orang lain adalah dikucilkan dari
lingkungan
dan
saudara
subjek
menjauhi dirinya setelah mengetahui
bahwa dirinya adalah seorang gay.
Setelah subjek terbuka pada
orang lain, subjek ketiga merasa
dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa
teman-teman kerja.
4. Ciri-ciri gay
Penampilan sehari-hari pada
subjek pertama, subjek kedua, dan
subjek ketiga seperti layaknya pria
normal pada umumnya. Mereka suka
berpenampilan rapih dan formal dengan
kemeja, celana bahan, jeans dan kaos.
5. Pengaruh pasangan terhadap
proses coming out
Pasangan sangat berpengaruh
bagi subjek pertama, subjek kedua, dan
subjek ketiga, karena dengan memiliki
pasangan membuat subjek dapat
mendorong
subjek
untuk
mengungkapkan orientasi seksualnya
sebagai seorang gay tanpa memikirkan
masyarakat akan menerima dirinya atau
tidak. Selain itu, pasangan dapat
memberikan perasaan nyaman yang
tidak bisa didapat dari keluarga ataupun
masayarakat.
B. Saran
Dari hasil penelitian tentang
proses coming out pada gay, maka
saran yang diajukan peneliti terhadap
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk subjek pertama, diharapkan
dapat mencoba untuk terbuka pada
orang lain dan bergabung dengan
komunitas gay sehingga subjek dapat
menjalin hubungan pertemanan, baik
dengan pria dan wanita tanpa rasa takut
untuk dikucilkan dan dijauhi oleh orang
lain, 2. Untuk subjek kedua, diharapkan
untuk mencoba untuk berusaha berterus
terang pada orangtua dan saudara
perempuannya agar subjek dapat
tenang dalam menjalani hidup. Selain itu
apabila subjek benar-benar ingin
berubah menjadi heteroseksual, subjek
harus
berusaha
untuk
mencari
pekerjaan yang jauh dari dunia gay, 3.
Untuk subjek ketiga, diharapkan
bersabar dalam menjalani cobaan,
cobalah belajar untuk menghapus
kebencian
terhadap
wanita,
dan
belajarlah untuk memaafkan ibu, 4. Bagi
orangtua, diharapkan tidak bersikap
otoriterdan memaksakan kehendak,
karena akan membuat anak-anak
menjadi benci pada orangtua. Selain itu
perlakukan anak-anak sesuai dengan
jenis kelaminnya. Sehingga anak tidak
mengalami krisis identitas, 5. Untuk
penelitian selanjutnya, diharapkan agar
dapat
mengembangkan
penelitian
mengenai coming out secara lebih
mendalam, karena masih jarang kaum
praktisi akademis yang membahas
masalah ini, Misalnya menggali lebih
dalam faktor yang mempengaruhi
coming out, dan sebab-sebab lain
seorang
gay
memutuskan
untuk
melakukan coming out.
DAFTAR PUSTAKA
Brannon,
L.
1996.
Gender:
Psychological Perspective. Boston:
Allyn & Baron.
Chaplin, J.P. 1993. Kamus Lengkap
Psikologi. Alih bahasa: Dr. Kartini
Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perkasa.
Cynthia, T. 2005. Gambaran Kebutuhan
Afeksi (Need of Affection) dan
Proses Coming Out Pada Wanita
Lesbian. Seminar Nasional PESAT
23-25 Agustus. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Crooks, R., & Baur, K. 1983. Our
Sexuality (edisi ke-2). California:
The Benjamin/Cummings Publishing
Company.
Greenberg, J., & Baron, R.A. 1997.
Behavior In Organization (edisi ke6). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Greene, B., & Herek, G.M. 1994.
Lesbian and gay Psychology.
London: SAGE Publication, Inc.
Hadi, S. 1989. Metodologi Research
(jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset.
Halgin, R.P., & Whitbourne, S.K. 1997.
Abnormal Psychology. United
States of America: Times Mirror
Higher.
Kertbeny, M., & Karl. 2005.
Homoseksual.http://ms.wikipedia.
org/wiki/Homoseksual
Moleong,
J.L.
1990.
Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nazir, M. 1988. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Chandra Pratama.
Oetomo, D. 2001. Memberi Suara Pada
Yang Bisu. Yogyakarta: Pocket
Books.
Oetomo, D. 1999. Jumlah Gay dan
Lesbi di Indonesia.
http://www.hamline.edu/apakabar/
basisdata/1999/03/20/0077.html.
Papalia, D.E., & Olds, S.W. 1986.
Human Development. New York:
Mc.Graw-Hill Book Company.
Paul, W., Weinrich, J.D., Gonsiorek,
J.C., & Hotvedt , M.E. (Editor).
1982.
Homosexuality:Social,Psychologic
al, and Biological Issues. London:
SAGE Publication.
Plummer,
K.
1992.
Modern
Homosexsualities: Fragments of
Lesbian and Gay Experiences.
New York: Routledge.
Poerwandari, K. 1998. Pendekatan
Kualitatif
dalam
Penelitian
Psikologi.
Jakarta:
Lembaga
Pengembangan
Sarana
Pengetahuan dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3) UI.
B. 2002. Virus Gay Melanda
Eksekutif.
Male Emporium
Magazine. No. 20-September
2002.
Poerwandari, K. 2005. Pendekatan
Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku
Manusia.
Jakarta:
Lembaga
Pengembangan
Sarana
Pengetahuan dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3) UI.
Kartono, K. 1989. Psikologi Abnormal
dan
Abnormalitas
Seksual.
Bandung:Mandar Maju.
Sitoepoe. 2005. Homoseksual dalam
Perspektif
Islam.
Jakarta:
Gramedia.
J,
Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Spencer,
C.
2004.
Sejarah
Homoseksual. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Subardja, F.L. 1989. Ensiklopedia
Nasional
Indonesia
(cetakan
pertama). Jakarta: PT. Cipta Adi
Pustaka.
Sulistomo, B. 2003. Kesehatan.
http://www.kompas.co.id/kesehata
n/news/0312/04/064545.htm.
Supratiknya,
A.
1995.
Psikologi
Abnormal. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Sanata
Dharma.
Wasisto,
B.
1993.
Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III
(PPDGJ III) (cetakan pertama).
Jakarta: Deparemen Kesehatan
RI.
Wilson, M.R. 2000. Critical Incident
Analysis.
http://cad017.gcal.ac.uk/APEL/Re
sources/CIA.HTM
Yin, R.K. 1994. Case Study: Research
Design and Method. London:
SAGE Publication.
Zein.
2004. Gangguan Kepribadian.
http://forum.webgaul.com/showthr
ead.php.
Zera, D. 2005. Homoseksualkah Saya?.
http://www.detikhot.com/index,php
/tainment.read/tahun/2005/bulan/0
6/tgl/09/time/174501/idnews/3783
76/idkanal/221.
Download