1 PENGARUH KRISIS EROPA TERHADAP KERJASAMA INDONESIA – UNI EROPA DALAM BIDANG PERDAGANGAN SKRIPSI Disusun oleh : AHMAD RIDWAN R. 20070510093 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013 BAB I PENGARUH KRISIS EROPA TERHADAP KERJASAMA INDONESIA – UNI EROPA DALAM BIDANG PERDAGANGAN A. Latar Belakang Masalah Uni Eropa (UE) merupakan sebuah kemitraan ekonomi dan politik yang unik di antara 27 negara Eropa. Selama setengah abad, UE telah memberikan perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan, membantu meningkatkan standar kehidupan dan menerbitkan masyarakat, barang, jasa dan modal dapat bergerak bebas di antara negara-negara anggota-anggota (layaknya dalam satu negara) sehingga UE menjadi pasar yang sangat menarik bagi negara-negara lain. Dan Indonesia merupakan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan mitra yang penting bagi UE baik untuk perdagangan maupun investasi bagi Indonesia, UE adalah salah satu tempat perdagangan terbesar untuk ekspor non-migas, dan selama beberapa tahun terakhir volume perdagangannya terus menunjukkan tren pertumbuhan. Investor dari Eropa juga telah terbukti sebagai salah satu mitra yang paling stabil dan handal bagi Indonesia. Satu tugas utama UE di Indonesia adalah untuk memfasilitasi aliran perdagangan dan investasi antara UE dan Indonesia, dan membantu perusahaan-perusahaan dalam mencari solusi terhadap tantangan dan hambatan yang mereka hadapi ketka melakukan usaha lintas negara. Pada saat yang sama, UE memfasilitasi ekspor dari Indonesia ke UE dengan memberikan akses istimewa ke pasar UE melalui skema Generalised System of Preference (GSP) untuk mendukung 1 2 perluasan perdagangan antara UE dan Indonesia serta UE memberikan bantuan pada Indonesia melalui kerjasama perdagangan dan ekonomi.1 UE dan Indonesia telah menjalin hubungan dengan berbagai bidang yang berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai intisari hubungan ini adalah hubungan komersial yang besar dengan Indonesia, hubungan komersial mencapai nilai total sebesar € 17 miliar dalam bentuk perdagangan tahunan dan € 4 miliar dalam bentuk investasi dari perusahaan Uni Eropa, dengan Uni Eropa sebagai tujuan kedua yang paling penting untuk ekspor Indonesia (kecuali minyak dan gas). Kedua belah pihak juga menjalin persahabatan secara politis yang dikukuhkan pada bulan November 2009 dengan ditandatanganinya Perjanjian Kemitraan dan Kerjasama Uni Eropa – Indonesia (PCA), yang mempererat hubungan yang telah dijalani oleh Eropa dan Indonesia selama berabad-abad serta nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dimiliki bersama oleh Indonesia – Uni Eropa. Indonesia dan Uni Eropa sama-sama telah mengidentifikasi bidang-bidang prioritas utama dalam PCA untuk memperkuat hubungan kedua pihak yaitu pendidikan, lingkungan hidup, perdagangan dan investasi, serta hak asasi manusia dan demokrasi.2 Sebagai sebuah reflreksi dari kekuatan normatif Uni Eropa, Partnership and Cooperation Agreement (PCA) antara Uni Eropa dan Indonesia tidak hanya memberikan keuntungan bagi Uni Eropa dan Indonesia dalam kaitannya 1 Julian Wilson, Perdagangan. http://eeas/europa.eu/delegations/indonesia/eu|_indonesia/trade_relation/index_id.htm 2 Julian Wilson, Tentang Uni Eropa http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/about_us/welcome/index_id.htm. 3 dengan hubungan kedua belah pihak, melainkan memiliki implikasi yang lebih jauh dalam kaitannya dengan peran Uni Eropa dan Indonesia dalam hubungan internasional saat ini. Keduanya adalah kekuatan dunia yang berusaha memainkan peran yang lebih aktif melalui kapasitas mereka sebagai negara yang mendukung ide-ide dan prinsip-prinsip universal dalam hubungan internasional seperti penghargaan seperti penghargaan terhadap HAM, demokrasi serta good governance. PCA antara kedua belah pihak bisa memperkuat posisi dan peran kepemimpinan mereka dalam hubungan internasional yang berbasiskan kekuatan normatif.3 Uni Eropa (UE) dan Indonesia telah membuat kemajuan-kemajuan yang signfikan dalam membangun sebuah kemitraan yang modern dan berorientasi ke luar. Hal tersebut berakar pada penguatan hubungan perdagangan, suatu keterkaitan bersama untuk memajukan demokrasi dan hak asasi manusia,aksi terhadap perubahan iklim dan terorisme di dalam dan di luar negeri dan memperluas mata rantai dari orang ke orang. Kepentignan-kepentingan strategis yang menjadi ini hubungan tersebut termasuk : 1. Indonesia adalah raksasa perdagangan dan perekonomian yang sedang tumbuh, anggota G20 dengan pertumbuhan berkesinambungan yang diharapkan mencapai 70% dan iklim yang semakin memikat para investor. Indonesia diuntungkan dengan lokasi yang sangat strategis menarik: lebih dari setengah perdagangan dunia melintasi bagian utara perbatasan lautnya. 3 Julian Wilson, Tentang Uni Eropa http://eeas.europa.eu/delegation/indonesia/about_us/welcome/index_id.htm 4 2. Pemain utama di ASEAN: dengan populasi yang mencapai 40% dan perekonomian yang mencapai 35% dari populasi dan perekonomian negara-negara ASEAN, Indonesia sewajarnya mengambil tampuk kepemimpinan dalam organisasi tersebut dan menjadi pelaku penting dalam stabilisasi wilayah Asia Tenggara jangka panjang. 3. Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim berbesar di dunia. Indonesia adalah negara yang paling demokratis di wilayah Asia Tenggara dengan rekam jejak dalam bidaang hak asasi manusia yang semakin baik.4 4. Kerjasama dengan Indonesia sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim. Indonesia adalah negara terbesar ketiga penghasil gas rumah kaca dan sewajarnya menjadi mitra dalam menemukan solusi-solusi global. Perhatian dan komitmen bersama kami untuk menjalin kolaborasi yang lebih erat saat ini diwujudkan dalam Perjanjian Kemitraan dan Kerjasama (PCA) UE- yang ditandatangani pada bulan November 2009. PCA ini membuka jalan menuju kerjasama yang lebih erat dalam berbagai bidang, termasuk perdagangan, lingkungan hidup, energi, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, migrasi dan antiterorisme. Perluasan dan pendalaman kerjasama kami dilakukan melalui: a. Upaya-upaya untuk mendorong arus perdagangan, investasi dan akses pasar, termasuk dengan melakukan upaya ambisius untuk 4 Universitas Gadjah Mada, PCA Indonesia-Uni Eropa, http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=5270 5 mencapai Perjanjian Kemitraan Ekonomi secara menyeluruh yang mencakup perdagangan, investasi dan jasa. b. Sebuah dialog Hak Asasi Manusia EU – Indonesia yang baru diluncurkan pada tahun 2009 untuk mengintensifkan diskusi mengenai topik-topik yang menjadi kepentingan bersama. c. Memperat mata rantai dari orang ke orang, termasuk melalui program beasiswa Erasmus Mundus, pembaruan akses oleh Indonesia terhadap peluang penelitian dan pengembangan UE dan peningkatan sektor pariwisata. d. Pengembangan pertukaran antarbudaya dan pelibatan kelompokkelompok Islam moderat. Hal tersebut memperkuat programprogram kerjasama pembangunan UE di Indonesia yang substansial, yang memberikan dukungan kepada proses reformasi Indonesia di bidang demokratisasi, hak asasi manusia, tata kelola pemerintahan yang baik; pengentasan kemiskinan,termasuk pendidikan; peningkatan iklim perdagangan dan investasi; mengatasi masalahmasalah lingkungan dan mempromosikan kerjasama ASEAN. Selain itu, UE telah memberikan dukungan kepada Indonesia di bidangbidang yang memberikan tantangan-tantangan politik dan spesifik. Kontribusi UE terhadap proses perdamaian Aceh mengambarkan ikatan yang erat antara UE dan Indonesia. UE mendanai pertemuan-pertemuan mediasi dan mencanangkan Misi Pemantauan Aceh untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian perdamaian dan memberikan kontribusi besar hampir €30 juta 6 untuk membantu memastikan stabilitas proses perdamaian dalam jangka panjang. Kerjasama Komisi Eropa di Indonesia dirancang untuk mendukung kebijakan-kebijakan Pemerintah Indonesia, sebagaimana yang dicerminkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah. Kerja sama tersebut juga mengikuti kebijakan-kebijakan kerja sama pembangunan secara keseluruhan dari Uni Eropa. Sektor-sektor fokus dalam jumlah terbatas telah disepakati bersama dalam Counter Strategy Paper (CSP) 2007 – 2013, yaitu sektor: 1) Pendidikan; 2) Perdagangan dan Investasi; 3) Penegakan Hukum dan Keadilan. Alokasi indikatif yang telah disediakan untuk periode tahun 2007–2013 menempatkan Indonesia sebagai penerima bantuan pembangunan Komisi Eropa terbesar kedua di Asia setelah Afganistan.5 Pada tanggal 23 November 2007, dengan dihadiri oleh Presiden Indonesia dan Presiden Komisi Eropa, Pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa menandatangani sebuah Nota Kesepahaman untuk merumuskan bantuan keuangan gelombang pertama sebesar € 248 juta yang mencakup periode tahun 2007 – 2010, yaitu untuk pendidikan (€ 198 juta). Bantuan gelombang kedua sebesar € 200 juta untuk periode tahun 2011 – 2013 telah ditentukan pada tahun 2010. Selain kerja sama bilateral dalam kerangka CSP, Indonesia dapat memperoleh manfaat dari kerja sama regional dan programprogram tematik. Komisi Eropa juga memberikan tanggapan yang cepat dan substansial terhadap keadaan-keadaan darurat melalui Departemen Bantuan 5 Julian Wilson, Tentang Uni Eriopa, http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/about_us/welcome/index_id.htm 7 Kemanusiaan Komisi Eropa (ECHO) serta mendukung Rekonstruksi pasca tsunami/gempa bumi di Aceh – Nias dan Yogyakarta (€ 246 juta) serta Proses Perdamaian Aceh. Untuk mendukung hubungan dengan Indonesia, Uni Eropa memberikan bantuan hibah yang substansial – sebesar € 500 juta dalam bentuk hibah umum kepada negara ini dalam jangka waktu lebih dari lima tahun, dan dalam beberapa tahun terakhir ini sebagian besar sumber daya (hibah sebesar lebih dari € 5400 juta) diberikan untuk rekonstrusi tsunami di Aceh. Selain itu banyak program Uni Eropa – Indonesia sebagai upaya untuk mengembangkan hubungan dalam bidang-bidang yang aneka ragam seperti kebudayaan, pertukaran mahasiswa serta program penelitian dan tehnologi dan bank investasi Eropa juga aktif dalam memberikan pinjaman bagi Indonesia. Hubungan Indonesia – Uni Eropa telah berlangsung semenjak adanya perjanjian Uni Eropa atau Masstricht pada tahun 1992 di Massricht Belanda. Perjanjian ini mendorong pembentukan uero dan menciptakan struktur pilar Uni Eropa, yaitu Komunitas Eropa (EC), Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama (CESP), dan Urusan Keadilan Dalam Negeri. Pilar pertama adalah tempat institusi pilar supranasional UE, yaitu Komisi Parlemen Eropa dan Mahkamah Eropa, serta memiliki kekuasaan dan pengaruh terbesar. Dua pilar lainnya bersifat antarpemerintah dengan keputusan yang dibuat oleh komite yang terdiri dari politisi dan pejabat negara-negara anggota. Ketiga pilar tersebut adalah struktur perpanjangan dari kebijakan sebelumnya, Pilar aKomunitas Eropa adalah kelanjutan 8 Komunitas Ekonomi Eropa dengan kata “Ekonomi” dihapuskan untuk mewakili dasar kebijakan yang lebih luas sesuai perjanjian Maastricht, Koordinasi kebijakan luar negeri dilaksanakan sejak awal 1970-an di bawah nama kerjasama politik Eropa (EPC), yang telah dicantumkan dalam perjanjian-perjanjian oleh undang-undang Eropa tunggal, namun bukan sebagai bagian dari EEC. Sementara pilar Urusan Keadilan dan Dalam Negeri memperpanjang kerjasama dalam hal penegakan hukum, keadilan, kriminal, perlindungan, dan imigrasi dan kerjasama yudisial pada masalah-masalah publik, sejumlah bidang tersebut telah dijadikan kerjasmaa antarpemerintah di bawah konvensi Impelementasi Schegan 1990. Penciptaan pilar ini adalah wujud dari keinginan berbagai negara anggota untuk memperluas Komunitas Eropa ke bidang kebijakan luar negeri, militer, keadilan kriminal, kerjasama hukum, dan keraguan negara anggotalain, terutama Britania Raya, mengenai bidang tambahan yang dianggap terlalu sensitif untuk dikelola oleh mekanisme supranatural Komunitas Ekonomi Eropa.6 Krisis Eropa yang bermula dari kegagalan pemerintah Yunani dalam mengelola ekonomi makro-nya, krisis berawal dari akumulasi defisit anggaran yang setiap tahunnya rata-rata mencapai sebesar 6% dari PDB selama 30 tahun. Yunani nampaknya tidak menerapkan prinsip kehati-hatian (Prudent) dalam kebijakan defisitnya, sehingga defisit anggaran mencapai dua kali lipat dari ketentuan UE yang maksimum ditetapkan sebesar 3%. 6 http:/id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian Maastricth 9 Sementara ini pasar obligasi dalam negeri masih sangat terbatas, untuk itu Yunani menjual surat utang negara (SUN)-nya kepada investor di Prancis, Swiss, dan Jerman sebagai dampak akumulasi defisit, saat ini defisit Yunani mencapai 13,6% dari PDB. Tingginya defisit Yunani di atas nampaknya efek dari lemahnya disiplin anggaran serta buruknya administrasi perpajakan. Kewajiban pembayaran utang sebesar 30 biliun uero mengalami gagal bayar. Pemerintah Yunani nampak sudah pasrah dan menyatakan ketidakmampuannya untuk mencari dana segar guna melunasi kewajibannya yang jatuh tempo. Hal ini memperparah derita Yunani, karena lembaga peringkat hutang Standard dan Poor’s menurunkan peringkat hutang Yunani dari B menjadi CCC sehingga berpotensi gagal bayar pada 14 Juni 2010. Level kredit CCC hanya empat notch di atas level terendah berdasarkan pengukuran lembaga pemeringkat yang berbasis di Amerika. Akibat turunnya peringkat utang Yunani,membuat para investor beramai-ramai melepas Euro dan beralih ke Dollar sehingga Euro melemah seiring ketakutan akan tidak mampunya Yunani dalam membayar utangnya.7 Di Irlandia sendiri sedang terbelit imbal hasil (yield) surat utang (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah serta keadaan anggaran negara yang mengalami defisit hingga sebesar 32 persen terhadap produk domestik bruto tercatat sebagai defisit anggaran terbesar di kawasan Eropa. Melihat fakta tersebut sangat wajar kalau krisis Irlanida mulai menebar kekhawatiran 7 Jey Radcliffe, Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Eropa dan Negara yang Terkena Dampak Krisis (http://arvinradcliffe.blogspot.com/2012/01/faktor-penyebab-krisis-ekonomi-eropa.html) 10 global. Sebab posisi keuangan Irlandia yang tidak stabil tersebut berisiko tinggi terhadap gagal bayar obligasi yang diterbitkan pemerintah. Adapun keadaan Portugal yang tidak jauh berbeda dengan Yunani yang terbelit hutang mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi yang berefek terhadap kehidupan politik dan sosial di Portugal. Di langsir, akibat krisis hutang tersebut 90% pekerja gabungan dari pekerja kantor pos, rumah sakit dan pengajar melakukan pemogokan guna menentang perluasan langkah penghematan pemerintah di dalam anggaran ketat 2012 dengan tujuan membantu negeri membayar utangnya. Selain Irlandia dan Portugal, kini perluasan krisis Eropa telah menjalar ke Italia seiring melonjaknya tingkat imbal hasil surat utang pemerintah. Tingkat imbal hasil surat berharga melonjak hingga 7,502 persen tertinggi sejak euro diperkenalkan pada tahun 1999. Mengakibatkan para investor terpaksa menjual surat-surat berharga Italia setelah kostosdian Eropa menaikkan kolateral yang dibutuhkan untuk meminjam dengan surat utang itu. Investor pun semakin khawatir ketidakstabilan kondisi politik setelah mundurnya perdana menteri Italia Silvio Berlusconi bisa menyebabkan reformasi ekonomi tertunda. Tidak hanya pada keempat negara di atas, krisis ekonomi yang terjadi di Eropa sekarang semakin terasa mempengaruhi negara-negara anggota Uni Eropa lainnya seperti Spanyol hingga Prancis, kisruh ketidakstabilan ekonomi tersebut semakin mengkhawatirkan negara-negara Eropa bagian utara 11 khususnya Jerman yang memiliki peran penting dalam mekanisme perekonomian anggota Uni Eropa.8 Krisis Eropa ini kemudian berpengaruh pada perekonomian global, terutama di negara-negara kawasan Asia yang banyak melakukan perdagangan langsung dengan Uni Eropa. Misalnya Indonesia yang menjadikan UE sebagai pasar ekspor tradisional dengan komoditas utama yang diekspor adalah kelapa sawit, tembaga, karet, batubara. Kerjasama perdagangan ini sangat bagus dan menguntungkan kedua negara. Menurut data dari kementerian perdagangan kegiatan ekspor – impor antara Indonesia dan Uni Eropa selama tahun 2011 mencapai USD 33 milyar dengan surplus dari pihak Indonesia sebesar USD 8 milyar. Indonesia selalu mencapai surplus dalam perdagangan antara Indonesia – Uni Eropa pada periode tahun 2007 hingga 2011 yaitu sebesar 11,49 persen. Krisis Eropa yang sudah mengglobal ini kemudian mempengaruhi nilai ekspor Indonesia dengan begitu cepat di beberapa sektor ekonomi. Penurunan nilai ekspor ini bisa dilihat pada April 2012 ekspor Indonesia mencapai U$ 15,98 milyar atau mengalami penurunan sebesar 7,36 persen dibanding ekspor Maret 2012. Menurut sektor hasil industri periode Januari – April 2012 turun sebesar 0,74 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2011, demikian juga ekspor hasil pertanian turun sebesar 2,97 persen. 8 Jey Radcliffe, Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Eropa dan Negara yang Terkena Dampak Krisis (http://arvinradcliffe.blogspot.com/2012/01/faktor-penyebab-krisis-ekonomi-eropa.html). 12 B. Gambaran Umum Krisis Uni Eropa Adanya krisis yang melanda Eropa sebenarnya baru terdeteksi pada akhir 2009 yang dipicu oleh melonjaknya beban utang dan defisit fiskal negara anggota Uni Eropa, utamanya Yunani. Meskipun sejak tahun 2000 hingga 2007, Yunani dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Eropa, akibat meningkatnya investasi asing yang membanjiri Negara tersebut. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Yunani tumbuh sebesar 4,2% per tahun dan rendahnya yield obligasi pemerintah sebagai refleksi dari rendahnya country risk memungkinkan pemerintah Yunani berhutang dengan menerbitkan obligasi secara terus menerus guna membiayai sektor publiknya. Hal ini terus berlanjut setelah diluncurkannya Euro, dimana pemerintah Yunani mempunyai kesempatan untuk melakukan pinjaman dengan mata uang Euro yang bernilai tinggi dengan bunga yang rendah karena rendahnya country risk Yunani. Pembiayaan yang tidak terkendali membuat Yunani terperangkap pada ratio hutang terhadap product domestic bruto (GDP) yang besar yaitu diatas 100% pada saat itu. Pada tahun 2009, krisis subprime mortgage yang melanda dunia memberikan pukulan telak terhadap perekonomian Yunani, dua industri terbesar di Negara tersebut yaitu industri pelayaran serta pariwisata mengalami tekanan hebat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan sebesar 15% pada tahun 2009. Pemerintah Yunani kemudian membayar beberapa bank krediturnya untuk menutupi nilai hutang Yunani 13 yang sesungguhnya sebagai upaya untuk memastikan bahwa kondisi perekonomian Negara itu masih terkendali. Hingga pada akhirnya rekayasa terhadap laporan keuangan Yunani terbongkar, dan pada akhir tahun 2009 pemerintah George Papandreou merevisi defisit anggaran pemerintahnya menjadi 12.7% terhadap produk domestic bruto (GDP) dari sebelumnya 6%.9 Keterpurukan Yunani terus berlanjut, karena pada tanggal 27 April 2010, lembaga rating internasional Standard & Poor’s menurunkan rating hutang Yunani menjadi BB+ yang merupakan rating untuk junk bond dikarenakan tingginya kekhawatiran pasar terhadap ketidakmampuan Yunani untuk membayar hutangnya dan membeli kembali obligasinya. Penurunan rating hutang Yunani kemudian juga dilakukan oleh the Fitch dan Moody. Setelah penurunan rating tersebut kondisi perekonomian Yunani terus memburuk, dimana pada bulan mei 2010, defisit anggaran pemerintah yunani melonjak menjadi 13.6%, dan merupakan defisit anggaran terbesar di dunia dengan rasio hutang terhadap GDP sebesar 115%. Kondisi perekonomian Yunani yang morat marit pada akhirnya mendorong kekhawatiran pasar bahwa kondisi tersebut akan berimplikasi ke Negara lainnya di Eropa, terutama ke Eropa Selatan atau yang sering disebut dengan PIGS (Portugal, Italy, Greece and Spain). Perlu diketahui bahwa kelompok Negara tersebut memiliki kondisi perekonomian yang mirip, dimana rata-rata Negara tersebut memiliki rasio hutang terhadap PDB yang besar, serta terperangkap oleh defisit anggaran yang tinggi dalam membiayai 9 Kampekique,2011, KerjasamaAntaraIndonesiadanUniEropa, diakses dari http://kampekique. wordpress. com/2011/01/18/kerjasama-antara-indonesia-dan-uni-eropa/ 14 sector publiknya. Kesamaan karakteristik inilah yang menjadi kekhawatiran pasar, karena hal ini mengingatkan pasar terhadap krisis Asia 1998 dimana krisis yang terjadi di Argentina, menjalar ke Thailand hingga ke Indonesia akibat adanya kesamaan karakter ekonomi ketiga Negara tersebut. Hingga akhirnya, kekhawatiran pasar terhadap implikasi krisis hutang Yunani ke Negara lainnya di Eropa menjadi kenyataan, karena seperti diberitakanBlommberg pada tanggal 29 Mei 2010, The fitch akhirnya menurunkan rating hutang Spanyol menjadi AA+ dengan outlook stabil. Penurunan rating hutang Spanyol dari AAA yang telah dipertahankan selama 7 tahun (sejak tahun 2003) menjadi AA+ pada tahun ini tentunya menandakan bahwa kondisi perekonomian spanyol menurun. Krisis ini ternyata juga menjalar ke Negara lain karena tepatnya pada 4 Juni 2010, Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, mengatakan bahwa kondisi perekonomian Hungaria sedang berada pada kondisi yang sangat kritis atauvery grave situation, akibat munculnya kekhawatiran akan defaultnya kredit perumahan di Hungaria. Kondisi tersebut pada akhirnya menjadi trigger utama melemahnya Euro terhadap USD menjadi US$ 1.196 yang merupakan titik terendah Euro terhadap USD dalam 4 tahun terakhir. Krisis Yunani menimbulkan efek domino bagi Negara lain di Uni Eropa, Negara-negara Eropa khususnya Irlandia, Yunani, Spanyol, dan Portugal saat ini mengalami krisis defisit anggaran yang besar. Adanya krisis ini merembet ke negara lainnya khususnya Uni Eropa, dan dikhawatirkan mempengaruhi ekonomi dunia secara keseluruhan. Hal itu dikarenakan dari 15 sisi beban utang dalam Maastricht Benchmark sudah disepakati bahwa rasio utang pemerintah terhadap PDB tidak boleh melampaui 60 %, namun banyak negara Uni Eropa yang melanggar ketentuan ini, seperti Italia (115,8 %), Yunani (115,1 %), Prancis (77,6 %), Portugal (76,8 %), Jerman (73,2 %), Inggris (68,1 %), dan Irlandia (64 %). Sementara dari sisi defisit fiskal dimana rasionya terhadap PDB tidak boleh lebih dari dari 3 persen, pada 2010 ada 12 negara yang melanggar konsensus ini, seperti Irlandia (14,3 %), Yunani (13,5 %), Inggris (11,3 %), Spanyol (11,2 %), Portugal (9,4 %), Prancis (7,6 %), Belanda (6,1 %), Italia (5,2 %), Belgia (4,8 %), Austria (4,7 %), Finlandia (3,6 %), dan Jerman (3,3 %). [9] Akibatnya, beberapa waktu lalu bursa saham dan pasar finansial Eropa mengalami kejatuhan yang terindikasi dari pelarian modal (capital flight) secara masif dari pasar Eropa ke negara-negara yang dianggap lebih aman seperti AS. Selain itu, Krisis Eropa telah melemahkan permintaan agregat dan produktivitas industri dalam beberapa waktu terakhir. Dengan melihat fenomena di atas maka kemudian penulis mengambil inisiatif untuk menganalisa dan mengamati bagaimana dampak dari krisis Eropa bisa berpengaruh terhadap kerjasama Indonesia – Uni Eropa dalam bidang perdagangan. 16 C. Pokok Permasalahan Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian “Mengapa krisis ekonomi di Eropa berpengaruh negatif terhadap kerjasama bilateral Indonesia – Eropa dalam bidang perdagangan?” D. Tujuan Penelitian 1. Dengan penelitian skripsi ini diharapkan penulis menjawab tentang mengapa krisis ekonomi di Eropa berpengaruh pada kerjasama bilateral Indonesia – Eropa dalam bidang perdagangan. 2. Tujuan penelitian ini juga bertujuan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. E. Kerangka Berpikir Dalam menganalisa pokok permasalahan di atas maka penulis menggunakan teori sistem dunia menurut Immanuel Wallerstein. Teori ini merupakan sumbangan Wallerstein pada ilmu sosial kontemporer. Gagasan ini tertuang dalam The modern World – System: Capitalist Agriculture and Origins of the European World – economy in the sixteenth Century (1974) dan memberikan kontribusi besar pada pemikiran terkini tentang globalisasi. Wallerstein berpendpat bahwa kapitalisme modern diatur pada skala global, 17 bukan lagi lokal sebagaimana sebelumnya. Sistem dunia terdiri dari pusat dan pinggiran. Dalam sistem ini posisi negara-negara pinggiran tergantung pada pusat. Pusat dalam sistem dunia merupakan produsen dalam dunia industri sementara negara-negara pinggiran bertindak pemasok bahan mentah bagi negara-negara pusat. Di antara pusat dan pinggiran tersebut terdapat negara-negara semi pinggiran yang menggabungkan beberapa ciri yang dimiliki negara-negara pusat dan pinggiran. Teori sistem ini berasal dari perkembangan kapitalisme pertanian di Eropa Barat pada abad ke-15. Menurut Wallerstein ada kontras antara dunia pra modern dan modern. Di dunia pra modern, struktur birokrasi dan politik mengatasi sistem keragaman dan ekonomi. Sebaliknya, yang ada dalam dunia modern adalah keragaman sistem politik disatukan oleh ekonomi atau kepentingan ekonomi.10 Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah banyak negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi pinggiran dan pinggiran. Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini memerlukan kategori semi pinggiran, yaitu : 10 Jhon Keatt, Teori sistem dunia Wallerstein, http://id/shvoong.com/socialsciences/sociology/2219833-teori-sistem-dunia-wallerstein/ 18 1. Dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi sistem dunia. 2. Dibutuhkan sarana pengembangan modal untuk industri dari negara sentral. Disintegrasi sistem dunia sangat mungkin terjadi sebagai akibat “kecemburuan” negara pinggiran dengan kemajuan yang dialami oleh negara sentral. Kekhawatiran akan timbulnya gejala disintegrasi ini dikarenakan jumlah negara miskin yang sangat banyak harus berhadapan dengan sedikit negara maju. Solusi yang ditawarkan adalah membentuk kelompok penengah antara keduanya atau dengan kata lain adanya usaha mengurangi disparitas antara negara maju dan negara miski. Secara ekonomi, negara maju akan mengalami kejenuhan investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin. Negara ini kemudian dikenal dengan istilah negara semi pinggiran, Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan yang disampaikan olehnya, antara lain:11 1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu keniscayaan bagi banyak orang. 2. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan perubahan radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia. 11 Qnik-happy, Teori sistem dunia, http://qniek-happy.blogspot.com/2012/05/teori-sistemdunia.htim1# 19 3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen berbeda dengan perjuangan kelas. Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan keberhasilan pembangunan ekonomi pada negara pinggiran dan semi pinggiran. Negaranegara Sosialis yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme dunia, hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia. Negara sosialis yang kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kapitalis dunia adalah China, khususnya ketika periode pengintegrasian kembali (Penelitian So dan Cho dalam Suwarsono dan So, 1991). Teori ini yang melakukan analisa dunia secara global, berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalisme yang mendunia, kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, tela merambah jauh-jauh menjadi dibolehkan pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama juga mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar individu, sehingga itulah kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis tapi juga struktur masyarakat dari bentuk negara. Teori sistem dunia juga muncul sebagai kritik atas teori modernisasi dan teori dependensi, menurut immanuel Wallerstein dunia adalah sebuah sistem kapitalis yang mencakup seluruh negara di dunia tanpa kecuali, 20 sehingga integritas yang terjadi lebih banyak dikarenakan pasar (ekonomi) dari pada kepentingan politik, dimana ada dua atau lebih negara interdependensi yang saling bekerja sama memenuhi kebutuhan seperti food, fuel, and protection. Indonesia dalam hal ini sebagai sebuah negara semi pinggiran turut serta membantu pembangunan nasional negara-negara sentral melalui kerjasama dalam berbagai bidang. Kerjasama yang berlandaskan pada kapitalisme global mampu memberikan pengaruh positif serta negatif terhadap negara semi pinggiran. Ini terjadi karena negara semi pinggiran selain melakukan kerjasama dengan negara-negara sentral juga sangat bergantung pada sistem ekonominya. Ketergantungan ini bisa disebabkan karena kurangnya tenaga ahli yang mampu mengelola bahan mentah menjadi barang jadi dari sumber daya alam, misalnya ekspor bahan mentah minyak untuk diolah di luar negeri kemudian mengimpornya kembali demikian bentuk barang jadi seperti BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Dalam hubungan Indonesia – Uni Eropa yang menjadi mitra dalam perdagangan internasional. Dalam posisi ini Indonesia sebagai negara semi pinggiran yang memasok kebutuhan-kebutuhan kepada negara sentral yaitu Uni Eropa dan menjadikan Uni Eropa sebagai pasar tradisional yang sangat menguntungkan Indonesia. Indonesia sebagai sebuah negara semi pinggiran sekaligus sebagai sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi sistem dunia serta sebagai sarana pengembangan modal untuk industri dalam 21 negeri. Ketergantungan kedua negara dalam mencapai tujuan juga menjadi sarana terciptanya integritas ekonomi sistem dunia. Ketergantungan yang tercipta juga menyebabkan persoalan ekonomi bagi negara semi pinggiran seperti Indonesia, misalnya terjadi krisis ekonomi pada negara sentral seperti Uni Eropa yang kemudian berpengaruh pada nilai ekspor Indonesia – Uni Eropa. Krisis ini juga mematikan sektor perdagangan dalam negeri sehingga pemerintah harus mencari pasar baru bagi komoditas Indonesia. Dengan begitu produksi dalam negeri mengalami penurunan karena harus bergantung pada permintaan pasar. Ketergantungan ekonomi negara semi pinggiran terhadap negara sentral menyebabkan negara semi pinggiran harus menjadi negara penerima resiko dari terjadinya krisis yang terjadi pada negara sentral. Krisis ini juga berpengaruh pada persoalan politik dalam negeri serta menurunnya pendapatan ekonomi negara secara spontan. Inilah ketergantungan negara semi pinggiran terhadap negara sentral dengan menjadikan integritas ekonomi sebagai tujuan utama. “a world-system is a social system, one that has boundaries, structures, member groups, rules of legitimating, and coherence. Its life is made up of the conflicting forces which hold it together by tension and tear it apart as each group seeks eternally to remold it its advantage. It has the characteristics of an organisme, in that is has lifespan over which its characteristic change in some respect and remain stable in others…life within it is largely selfcontained, and the dynamics of its development are internal”. F. Hipotesa Berdasarkan uraian dari kerangka berfikir, dapat ditarik kesimpulan sementara (hipotesa) yaitu : 22 Krisis hutang Eropa berdampak negatif terhadap hubungan perdagangan Indonesia – Uni Eropa, diakibatkan oleh ketergantungan Indonesia pada sektor produksi dan komoditi ekspor Indonesia terhadap pasar Uni Eropa. G. Metode Penelitian Penulisan ini menggunakan teknik studi kepustakaan. Sumber dan data bersifat literatur, yang diperoleh melalui kepustakaan yaitu seperti buku-buku, jurnal dan artikel serta menggunakan sumber-sumber artikel dari internet yang mempunyai relevansi dengan penulisan ini. H. Jangkauan Penelitian Untuk membatasi masalah yang akan diteliti, maka dari segi waktu, penelitian dilakukan terhadap kerjasmaa bilateral Indonesia – Eropa dalam bidang perdagangan mulai tahun 2011 sampai pada 2012. Alasan pemilihan tahun tersebut karena pada tahun itu perdagangan Indonesia – Eropa sedang mengalami siklus naik turun dan Eropa sedang mengalami krisis ekonomi berkepanjangan. Sedangkan pada segi materi penelitian ini dibatasi hanya pada sektor ekonomi yaitu perdagangan Indonesia – Uni Eropa. I. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis membagi dalam beberapa bab dimana di antara bab-bab tersebut saling berkatian sehingga menjadi satu kesatuan utuh. 23 Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pokok Permasalahan, Kerangka Teoritik, Hipotesa, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II Mendeskripsikan mengenai gambaran umum tentang hubungan Indonesia – Uni Eropa. Pada bagian ini dibahas tentang hubungan Uni Eropa, Indonesia dan Asia sebagai mitra kerjasama dalam bidang perdagangan internasional. Bab III Memberikan analisa dan argumen tentang Indonesia sebagai negara semi peri-peri dan Uni Eropa sebagai negara sentral sesuai dengan teori sistem dunia menurut Immanuel Wallerstein. Bab IV Menganalisa pengaruh krisis Eropa terhadap hubungan Indonesia – Uni Eropa dalam bidang perdagangan dengan menggunakan teori sistem dunia Immanuel Wallerstein. Pada bagian ini juga akan dibahas tentang langkah-langkah pemerintah Indonesia dalam mencegah pengaruh krisis Eropa di Indonesia dengan melibatkan mitra-mitra kerjasama Indonesia – Uni Eropa. Bab V Kesimpulan, berisi penyimpulan yang dapat pembahasan-pembahasan dari bab sebelumnya ditarik dari