PENGARUH KRISIS EROPA TERHADAP KERJASAMA INDONESIA

advertisement
1
PENGARUH KRISIS EROPA TERHADAP KERJASAMA INDONESIA –
UNI EROPA DALAM BIDANG PERDAGANGAN
SKRIPSI
Disusun oleh :
AHMAD RIDWAN R.
20070510093
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENGARUH KRISIS EROPA TERHADAP KERJASAMA
INDONESIA – UNI EROPA DALAM BIDANG PERDAGANGAN
A. Latar Belakang Masalah
Uni Eropa (UE) merupakan sebuah kemitraan ekonomi dan politik yang
unik di antara 27 negara Eropa. Selama setengah abad, UE telah memberikan
perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan, membantu meningkatkan standar
kehidupan dan menerbitkan masyarakat, barang, jasa dan modal dapat
bergerak bebas di antara negara-negara anggota-anggota (layaknya dalam satu
negara) sehingga UE menjadi pasar yang sangat menarik bagi negara-negara
lain. Dan Indonesia merupakan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan
mitra yang penting bagi UE baik untuk perdagangan maupun investasi bagi
Indonesia, UE adalah salah satu tempat perdagangan terbesar untuk ekspor
non-migas, dan selama beberapa tahun terakhir volume perdagangannya terus
menunjukkan tren pertumbuhan. Investor dari Eropa juga telah terbukti
sebagai salah satu mitra yang paling stabil dan handal bagi Indonesia. Satu
tugas utama UE di Indonesia adalah untuk memfasilitasi aliran perdagangan
dan investasi antara UE dan Indonesia, dan membantu perusahaan-perusahaan
dalam mencari solusi terhadap tantangan dan hambatan yang mereka hadapi
ketka melakukan usaha lintas negara. Pada saat yang sama, UE memfasilitasi
ekspor dari Indonesia ke UE dengan memberikan akses istimewa ke pasar UE
melalui skema Generalised System of Preference (GSP) untuk mendukung
1
2
perluasan perdagangan antara UE dan Indonesia serta UE memberikan
bantuan pada Indonesia melalui kerjasama perdagangan dan ekonomi.1
UE dan Indonesia telah menjalin hubungan dengan berbagai bidang
yang berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai
intisari hubungan ini adalah hubungan komersial yang besar dengan
Indonesia, hubungan komersial mencapai nilai total sebesar € 17 miliar dalam
bentuk perdagangan tahunan dan € 4 miliar dalam bentuk investasi dari
perusahaan Uni Eropa, dengan Uni Eropa sebagai tujuan kedua yang paling
penting untuk ekspor Indonesia (kecuali minyak dan gas). Kedua belah pihak
juga menjalin persahabatan secara politis yang dikukuhkan pada bulan
November 2009 dengan ditandatanganinya Perjanjian Kemitraan dan
Kerjasama Uni Eropa – Indonesia (PCA), yang mempererat hubungan yang
telah dijalani oleh Eropa dan Indonesia selama berabad-abad serta nilai-nilai
dan prinsip-prinsip yang dimiliki bersama oleh Indonesia – Uni Eropa.
Indonesia dan Uni Eropa sama-sama telah mengidentifikasi bidang-bidang
prioritas utama dalam PCA untuk memperkuat hubungan kedua pihak yaitu
pendidikan, lingkungan hidup, perdagangan dan investasi, serta hak asasi
manusia dan demokrasi.2
Sebagai sebuah reflreksi dari kekuatan normatif Uni Eropa, Partnership
and Cooperation Agreement (PCA) antara Uni Eropa dan Indonesia tidak
hanya memberikan keuntungan bagi Uni Eropa dan Indonesia dalam kaitannya
1
Julian Wilson, Perdagangan.
http://eeas/europa.eu/delegations/indonesia/eu|_indonesia/trade_relation/index_id.htm
2
Julian Wilson, Tentang Uni Eropa
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/about_us/welcome/index_id.htm.
3
dengan hubungan kedua belah pihak, melainkan memiliki implikasi yang lebih
jauh dalam kaitannya dengan peran Uni Eropa dan Indonesia dalam hubungan
internasional saat ini. Keduanya adalah kekuatan dunia yang berusaha
memainkan peran yang lebih aktif melalui kapasitas mereka sebagai negara
yang mendukung ide-ide dan prinsip-prinsip universal dalam hubungan
internasional seperti penghargaan seperti penghargaan terhadap HAM,
demokrasi serta good governance. PCA antara kedua belah pihak bisa
memperkuat posisi dan peran kepemimpinan mereka dalam hubungan
internasional yang berbasiskan kekuatan normatif.3
Uni Eropa (UE) dan Indonesia telah membuat kemajuan-kemajuan yang
signfikan dalam membangun sebuah kemitraan yang modern dan berorientasi
ke luar. Hal tersebut berakar pada penguatan hubungan perdagangan, suatu
keterkaitan bersama untuk memajukan demokrasi dan hak asasi manusia,aksi
terhadap perubahan iklim dan terorisme di dalam dan di luar negeri dan
memperluas mata rantai dari orang ke orang. Kepentignan-kepentingan
strategis yang menjadi ini hubungan tersebut termasuk :
1.
Indonesia adalah raksasa perdagangan dan perekonomian yang sedang
tumbuh, anggota G20 dengan pertumbuhan berkesinambungan yang
diharapkan mencapai 70% dan iklim yang semakin memikat para
investor. Indonesia diuntungkan dengan lokasi yang sangat strategis
menarik: lebih dari setengah perdagangan dunia melintasi bagian utara
perbatasan lautnya.
3
Julian Wilson, Tentang Uni Eropa
http://eeas.europa.eu/delegation/indonesia/about_us/welcome/index_id.htm
4
2.
Pemain utama di ASEAN: dengan populasi yang mencapai 40% dan
perekonomian yang mencapai 35% dari populasi dan perekonomian
negara-negara ASEAN, Indonesia sewajarnya mengambil tampuk
kepemimpinan dalam organisasi tersebut dan menjadi pelaku penting
dalam stabilisasi wilayah Asia Tenggara jangka panjang.
3.
Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim berbesar di dunia.
Indonesia adalah negara yang paling demokratis di wilayah Asia
Tenggara dengan rekam jejak dalam bidaang hak asasi manusia yang
semakin baik.4
4.
Kerjasama dengan Indonesia sangat penting untuk mengatasi perubahan
iklim. Indonesia adalah negara terbesar ketiga penghasil gas rumah kaca
dan sewajarnya menjadi mitra dalam menemukan solusi-solusi global.
Perhatian dan komitmen bersama kami untuk menjalin kolaborasi yang
lebih erat saat ini diwujudkan dalam Perjanjian Kemitraan dan
Kerjasama (PCA) UE- yang ditandatangani pada bulan November
2009. PCA ini membuka jalan menuju kerjasama yang lebih erat dalam
berbagai bidang, termasuk perdagangan, lingkungan hidup, energi,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, migrasi dan antiterorisme. Perluasan dan pendalaman kerjasama kami dilakukan
melalui:
a. Upaya-upaya untuk mendorong arus perdagangan, investasi dan
akses pasar, termasuk dengan melakukan upaya ambisius untuk
4
Universitas Gadjah Mada, PCA Indonesia-Uni Eropa,
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=5270
5
mencapai Perjanjian Kemitraan Ekonomi secara menyeluruh yang
mencakup perdagangan, investasi dan jasa.
b. Sebuah dialog Hak Asasi Manusia EU – Indonesia yang baru
diluncurkan pada tahun 2009 untuk mengintensifkan diskusi
mengenai topik-topik yang menjadi kepentingan bersama.
c. Memperat mata rantai dari orang ke orang, termasuk melalui
program beasiswa Erasmus Mundus, pembaruan akses oleh
Indonesia terhadap peluang penelitian dan pengembangan UE dan
peningkatan sektor pariwisata.
d. Pengembangan pertukaran antarbudaya dan pelibatan kelompokkelompok Islam moderat. Hal tersebut memperkuat programprogram kerjasama pembangunan UE di Indonesia yang substansial,
yang memberikan dukungan kepada proses reformasi Indonesia di
bidang demokratisasi, hak asasi manusia, tata kelola pemerintahan
yang
baik;
pengentasan
kemiskinan,termasuk
pendidikan;
peningkatan iklim perdagangan dan investasi; mengatasi masalahmasalah lingkungan dan mempromosikan kerjasama ASEAN.
Selain itu, UE telah memberikan dukungan kepada Indonesia di bidangbidang yang memberikan tantangan-tantangan politik dan spesifik. Kontribusi
UE terhadap proses perdamaian Aceh mengambarkan ikatan yang erat antara
UE dan Indonesia. UE mendanai pertemuan-pertemuan mediasi dan
mencanangkan Misi Pemantauan Aceh untuk mengawasi pelaksanaan
perjanjian perdamaian dan memberikan kontribusi besar hampir €30 juta
6
untuk membantu memastikan stabilitas proses perdamaian dalam jangka
panjang.
Kerjasama Komisi Eropa di Indonesia dirancang untuk mendukung
kebijakan-kebijakan Pemerintah Indonesia, sebagaimana yang dicerminkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah. Kerja sama
tersebut juga mengikuti kebijakan-kebijakan kerja sama pembangunan secara
keseluruhan dari Uni Eropa. Sektor-sektor fokus dalam jumlah terbatas telah
disepakati bersama dalam Counter Strategy Paper (CSP) 2007 – 2013, yaitu
sektor: 1) Pendidikan; 2) Perdagangan dan Investasi; 3) Penegakan Hukum
dan Keadilan. Alokasi indikatif yang telah disediakan untuk periode tahun
2007–2013 menempatkan Indonesia sebagai penerima bantuan pembangunan
Komisi Eropa terbesar kedua di Asia setelah Afganistan.5
Pada tanggal 23 November 2007, dengan dihadiri oleh Presiden
Indonesia dan Presiden Komisi Eropa, Pemerintah Indonesia dan Komisi
Eropa menandatangani sebuah Nota Kesepahaman untuk merumuskan
bantuan keuangan gelombang pertama sebesar € 248 juta yang mencakup
periode tahun 2007 – 2010, yaitu untuk pendidikan (€ 198 juta). Bantuan
gelombang kedua sebesar € 200 juta untuk periode tahun 2011 – 2013 telah
ditentukan pada tahun 2010. Selain kerja sama bilateral dalam kerangka CSP,
Indonesia dapat memperoleh manfaat dari kerja sama regional dan programprogram tematik. Komisi Eropa juga memberikan tanggapan yang cepat dan
substansial terhadap keadaan-keadaan darurat melalui Departemen Bantuan
5
Julian Wilson, Tentang Uni Eriopa,
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/about_us/welcome/index_id.htm
7
Kemanusiaan Komisi Eropa (ECHO) serta mendukung Rekonstruksi pasca
tsunami/gempa bumi di Aceh – Nias dan Yogyakarta (€ 246 juta) serta Proses
Perdamaian Aceh.
Untuk mendukung hubungan dengan Indonesia, Uni Eropa memberikan
bantuan hibah yang substansial – sebesar € 500 juta dalam bentuk hibah
umum kepada negara ini dalam jangka waktu lebih dari lima tahun, dan
dalam beberapa tahun terakhir ini sebagian besar sumber daya (hibah sebesar
lebih dari € 5400 juta) diberikan untuk rekonstrusi tsunami di Aceh. Selain itu
banyak program Uni Eropa – Indonesia sebagai upaya untuk mengembangkan
hubungan dalam bidang-bidang yang aneka ragam seperti kebudayaan,
pertukaran mahasiswa serta program penelitian dan tehnologi dan bank
investasi Eropa juga aktif dalam memberikan pinjaman bagi Indonesia.
Hubungan Indonesia – Uni Eropa telah berlangsung semenjak adanya
perjanjian Uni Eropa atau Masstricht pada tahun 1992 di Massricht Belanda.
Perjanjian ini mendorong pembentukan uero dan menciptakan struktur pilar
Uni Eropa, yaitu Komunitas Eropa (EC), Kebijakan Luar Negeri dan
Keamanan Bersama (CESP), dan Urusan Keadilan Dalam Negeri. Pilar
pertama adalah tempat institusi pilar supranasional UE, yaitu Komisi
Parlemen Eropa dan Mahkamah Eropa, serta memiliki kekuasaan dan
pengaruh terbesar. Dua pilar lainnya bersifat antarpemerintah dengan
keputusan yang dibuat oleh komite yang terdiri dari politisi dan pejabat
negara-negara anggota. Ketiga pilar tersebut adalah struktur perpanjangan
dari kebijakan sebelumnya, Pilar aKomunitas Eropa adalah kelanjutan
8
Komunitas Ekonomi Eropa dengan kata “Ekonomi” dihapuskan untuk
mewakili dasar kebijakan yang lebih luas sesuai perjanjian Maastricht,
Koordinasi kebijakan luar negeri dilaksanakan sejak awal 1970-an di bawah
nama kerjasama politik Eropa (EPC), yang telah dicantumkan dalam
perjanjian-perjanjian oleh undang-undang Eropa tunggal, namun bukan
sebagai bagian dari EEC. Sementara pilar Urusan Keadilan dan Dalam Negeri
memperpanjang kerjasama dalam hal penegakan hukum, keadilan, kriminal,
perlindungan, dan imigrasi dan kerjasama yudisial pada masalah-masalah
publik, sejumlah bidang tersebut telah dijadikan kerjasmaa antarpemerintah di
bawah konvensi Impelementasi Schegan 1990.
Penciptaan pilar ini adalah wujud dari keinginan berbagai negara
anggota untuk memperluas Komunitas Eropa ke bidang kebijakan luar negeri,
militer, keadilan kriminal, kerjasama hukum, dan keraguan negara
anggotalain, terutama Britania Raya, mengenai bidang tambahan yang
dianggap terlalu sensitif untuk dikelola oleh mekanisme supranatural
Komunitas Ekonomi Eropa.6
Krisis Eropa yang bermula dari kegagalan pemerintah Yunani dalam
mengelola ekonomi makro-nya, krisis berawal dari akumulasi defisit
anggaran yang setiap tahunnya rata-rata mencapai sebesar 6% dari PDB
selama 30 tahun. Yunani nampaknya tidak menerapkan prinsip kehati-hatian
(Prudent) dalam kebijakan defisitnya, sehingga defisit anggaran mencapai dua
kali lipat dari ketentuan UE yang maksimum ditetapkan sebesar 3%.
6
http:/id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian Maastricth
9
Sementara ini pasar obligasi dalam negeri masih sangat terbatas, untuk itu
Yunani menjual surat utang negara (SUN)-nya kepada investor di Prancis,
Swiss, dan Jerman sebagai dampak akumulasi defisit, saat ini defisit Yunani
mencapai 13,6% dari PDB. Tingginya defisit Yunani di atas nampaknya efek
dari lemahnya disiplin anggaran serta buruknya administrasi perpajakan.
Kewajiban pembayaran utang sebesar 30 biliun uero mengalami gagal
bayar. Pemerintah Yunani nampak sudah pasrah dan menyatakan
ketidakmampuannya untuk mencari dana segar guna melunasi kewajibannya
yang jatuh tempo. Hal ini memperparah derita Yunani, karena lembaga
peringkat hutang Standard dan Poor’s menurunkan peringkat hutang Yunani
dari B menjadi CCC sehingga berpotensi gagal bayar pada 14 Juni 2010.
Level kredit CCC hanya empat notch di atas level terendah berdasarkan
pengukuran lembaga pemeringkat yang berbasis di Amerika. Akibat turunnya
peringkat utang Yunani,membuat para investor beramai-ramai melepas Euro
dan beralih ke Dollar sehingga Euro melemah seiring ketakutan akan tidak
mampunya Yunani dalam membayar utangnya.7
Di Irlandia sendiri sedang terbelit imbal hasil (yield) surat utang
(obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah serta keadaan anggaran negara
yang mengalami defisit hingga sebesar 32 persen terhadap produk domestik
bruto tercatat sebagai defisit anggaran terbesar di kawasan Eropa. Melihat
fakta tersebut sangat wajar kalau krisis Irlanida mulai menebar kekhawatiran
7
Jey Radcliffe, Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Eropa dan Negara yang Terkena Dampak Krisis
(http://arvinradcliffe.blogspot.com/2012/01/faktor-penyebab-krisis-ekonomi-eropa.html)
10
global. Sebab posisi keuangan Irlandia yang tidak stabil tersebut berisiko
tinggi terhadap gagal bayar obligasi yang diterbitkan pemerintah.
Adapun keadaan Portugal yang tidak jauh berbeda dengan Yunani yang
terbelit hutang mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi yang berefek
terhadap kehidupan politik dan sosial di Portugal. Di langsir, akibat krisis
hutang tersebut 90% pekerja gabungan dari pekerja kantor pos, rumah sakit
dan pengajar melakukan pemogokan guna menentang perluasan langkah
penghematan pemerintah di dalam anggaran ketat 2012 dengan tujuan
membantu negeri membayar utangnya.
Selain Irlandia dan Portugal, kini perluasan krisis Eropa telah menjalar
ke Italia seiring melonjaknya tingkat imbal hasil surat utang pemerintah.
Tingkat imbal hasil surat berharga melonjak hingga 7,502 persen tertinggi
sejak euro diperkenalkan pada tahun 1999. Mengakibatkan para investor
terpaksa menjual surat-surat berharga Italia setelah kostosdian Eropa
menaikkan kolateral yang dibutuhkan untuk meminjam dengan surat utang
itu. Investor pun semakin khawatir ketidakstabilan kondisi politik setelah
mundurnya perdana menteri Italia Silvio Berlusconi bisa menyebabkan
reformasi ekonomi tertunda.
Tidak hanya pada keempat negara di atas, krisis ekonomi yang terjadi di
Eropa sekarang semakin terasa mempengaruhi negara-negara anggota Uni
Eropa lainnya seperti Spanyol hingga Prancis, kisruh ketidakstabilan ekonomi
tersebut semakin mengkhawatirkan negara-negara Eropa bagian utara
11
khususnya Jerman yang memiliki peran penting dalam mekanisme
perekonomian anggota Uni Eropa.8
Krisis Eropa ini kemudian berpengaruh pada perekonomian global,
terutama di negara-negara kawasan Asia yang banyak melakukan
perdagangan langsung dengan Uni Eropa. Misalnya Indonesia yang
menjadikan UE sebagai pasar ekspor tradisional dengan komoditas utama
yang diekspor adalah kelapa sawit, tembaga, karet, batubara. Kerjasama
perdagangan ini sangat bagus dan menguntungkan kedua negara. Menurut
data dari kementerian perdagangan kegiatan ekspor – impor antara Indonesia
dan Uni Eropa selama tahun 2011 mencapai USD 33 milyar dengan surplus
dari pihak Indonesia sebesar USD 8 milyar. Indonesia selalu mencapai
surplus dalam perdagangan antara Indonesia – Uni Eropa pada periode tahun
2007 hingga 2011 yaitu sebesar 11,49 persen.
Krisis Eropa yang sudah mengglobal ini kemudian mempengaruhi nilai
ekspor Indonesia dengan begitu cepat di beberapa sektor ekonomi. Penurunan
nilai ekspor ini bisa dilihat pada April 2012 ekspor Indonesia mencapai
U$ 15,98 milyar atau mengalami penurunan sebesar 7,36 persen dibanding
ekspor Maret 2012. Menurut sektor hasil industri periode Januari – April
2012 turun sebesar 0,74 persen dibanding periode yang sama pada tahun
2011, demikian juga ekspor hasil pertanian turun sebesar 2,97 persen.
8
Jey Radcliffe, Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Eropa dan Negara yang Terkena Dampak Krisis
(http://arvinradcliffe.blogspot.com/2012/01/faktor-penyebab-krisis-ekonomi-eropa.html).
12
B. Gambaran Umum Krisis Uni Eropa
Adanya krisis yang melanda Eropa sebenarnya baru terdeteksi pada
akhir 2009 yang dipicu oleh melonjaknya beban utang dan defisit fiskal
negara anggota Uni Eropa, utamanya Yunani. Meskipun sejak tahun 2000
hingga 2007, Yunani dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan
ekonomi tercepat di Eropa, akibat meningkatnya investasi asing yang
membanjiri Negara tersebut.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Yunani tumbuh sebesar 4,2% per
tahun dan rendahnya yield obligasi pemerintah sebagai refleksi dari
rendahnya country risk memungkinkan pemerintah Yunani berhutang dengan
menerbitkan obligasi secara terus menerus guna membiayai sektor publiknya.
Hal ini terus berlanjut setelah diluncurkannya Euro, dimana pemerintah
Yunani mempunyai kesempatan untuk melakukan pinjaman dengan mata
uang Euro yang bernilai tinggi dengan bunga yang rendah karena
rendahnya country risk Yunani. Pembiayaan yang tidak terkendali membuat
Yunani
terperangkap
pada
ratio
hutang
terhadap product domestic
bruto (GDP) yang besar yaitu diatas 100% pada saat itu.
Pada tahun 2009, krisis subprime mortgage yang melanda dunia
memberikan pukulan telak terhadap perekonomian Yunani, dua industri
terbesar di Negara tersebut yaitu industri pelayaran serta pariwisata
mengalami tekanan hebat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan
pendapatan sebesar 15% pada tahun 2009. Pemerintah Yunani kemudian
membayar beberapa bank krediturnya untuk menutupi nilai hutang Yunani
13
yang sesungguhnya sebagai upaya untuk memastikan bahwa kondisi
perekonomian Negara itu masih terkendali. Hingga pada akhirnya rekayasa
terhadap laporan keuangan Yunani terbongkar, dan pada akhir tahun 2009
pemerintah George Papandreou merevisi defisit anggaran pemerintahnya
menjadi 12.7% terhadap produk domestic bruto (GDP) dari sebelumnya 6%.9
Keterpurukan Yunani terus berlanjut, karena pada tanggal 27 April
2010, lembaga rating internasional Standard & Poor’s menurunkan rating
hutang
Yunani
menjadi
BB+
yang
merupakan
rating
untuk junk
bond dikarenakan tingginya kekhawatiran pasar terhadap ketidakmampuan
Yunani untuk membayar hutangnya dan membeli kembali obligasinya.
Penurunan rating hutang Yunani kemudian juga dilakukan oleh the Fitch dan
Moody. Setelah penurunan rating tersebut kondisi perekonomian Yunani terus
memburuk, dimana pada bulan mei 2010, defisit anggaran pemerintah yunani
melonjak menjadi 13.6%, dan merupakan defisit anggaran terbesar di dunia
dengan rasio hutang terhadap GDP sebesar 115%.
Kondisi perekonomian Yunani yang morat marit pada akhirnya
mendorong kekhawatiran pasar bahwa kondisi tersebut akan berimplikasi ke
Negara lainnya di Eropa, terutama ke Eropa Selatan atau yang sering disebut
dengan PIGS (Portugal, Italy, Greece and Spain). Perlu diketahui bahwa
kelompok Negara tersebut memiliki kondisi perekonomian yang mirip,
dimana rata-rata Negara tersebut memiliki rasio hutang terhadap PDB yang
besar, serta terperangkap oleh defisit anggaran yang tinggi dalam membiayai
9
Kampekique,2011, KerjasamaAntaraIndonesiadanUniEropa, diakses dari http://kampekique.
wordpress. com/2011/01/18/kerjasama-antara-indonesia-dan-uni-eropa/
14
sector publiknya. Kesamaan karakteristik inilah yang menjadi kekhawatiran
pasar, karena hal ini mengingatkan pasar terhadap krisis Asia 1998 dimana
krisis yang terjadi di Argentina, menjalar ke Thailand hingga ke Indonesia
akibat adanya kesamaan karakter ekonomi ketiga Negara tersebut.
Hingga akhirnya, kekhawatiran pasar terhadap implikasi krisis hutang
Yunani ke Negara lainnya di Eropa menjadi kenyataan, karena seperti
diberitakanBlommberg pada tanggal 29 Mei 2010, The fitch akhirnya
menurunkan rating hutang Spanyol menjadi AA+ dengan outlook stabil.
Penurunan rating hutang Spanyol dari AAA yang telah dipertahankan selama
7 tahun (sejak tahun 2003) menjadi AA+ pada tahun ini tentunya
menandakan bahwa kondisi perekonomian spanyol menurun.
Krisis ini ternyata juga menjalar ke Negara lain karena tepatnya pada 4
Juni 2010, Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, mengatakan bahwa
kondisi perekonomian Hungaria sedang berada pada kondisi yang sangat
kritis atauvery grave situation, akibat munculnya kekhawatiran akan
defaultnya kredit perumahan di Hungaria. Kondisi tersebut pada akhirnya
menjadi trigger utama melemahnya Euro terhadap USD menjadi US$ 1.196
yang merupakan titik terendah Euro terhadap USD dalam 4 tahun terakhir.
Krisis Yunani menimbulkan efek domino bagi Negara lain di Uni
Eropa, Negara-negara Eropa khususnya Irlandia, Yunani, Spanyol, dan
Portugal saat ini mengalami krisis defisit anggaran yang besar. Adanya krisis
ini merembet ke negara lainnya khususnya Uni Eropa, dan dikhawatirkan
mempengaruhi ekonomi dunia secara keseluruhan. Hal itu dikarenakan dari
15
sisi beban utang dalam Maastricht Benchmark sudah disepakati bahwa rasio
utang pemerintah terhadap PDB tidak boleh melampaui 60 %, namun banyak
negara Uni Eropa yang melanggar ketentuan ini, seperti Italia (115,8 %),
Yunani (115,1 %), Prancis (77,6 %), Portugal (76,8 %), Jerman (73,2 %),
Inggris (68,1 %), dan Irlandia (64 %).
Sementara dari sisi defisit fiskal dimana rasionya terhadap PDB tidak
boleh lebih dari dari 3 persen, pada 2010 ada 12 negara yang melanggar
konsensus ini, seperti Irlandia (14,3 %), Yunani (13,5 %), Inggris (11,3 %),
Spanyol (11,2 %), Portugal (9,4 %), Prancis (7,6 %), Belanda (6,1 %), Italia
(5,2 %), Belgia (4,8 %), Austria (4,7 %), Finlandia (3,6 %), dan Jerman (3,3
%). [9] Akibatnya, beberapa waktu lalu bursa saham dan pasar finansial
Eropa mengalami kejatuhan yang terindikasi dari pelarian modal (capital
flight) secara masif dari pasar Eropa ke negara-negara yang dianggap lebih
aman seperti AS. Selain itu, Krisis Eropa telah melemahkan permintaan
agregat dan produktivitas industri dalam beberapa waktu terakhir.
Dengan melihat fenomena di atas maka kemudian penulis mengambil
inisiatif untuk menganalisa dan mengamati bagaimana dampak dari krisis
Eropa bisa berpengaruh terhadap kerjasama Indonesia – Uni Eropa dalam
bidang perdagangan.
16
C. Pokok Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan penelitian “Mengapa krisis ekonomi di Eropa berpengaruh
negatif terhadap kerjasama bilateral Indonesia – Eropa dalam bidang
perdagangan?”
D. Tujuan Penelitian
1. Dengan penelitian skripsi ini diharapkan penulis menjawab tentang
mengapa krisis ekonomi di Eropa berpengaruh pada kerjasama bilateral
Indonesia – Eropa dalam bidang perdagangan.
2. Tujuan penelitian ini juga bertujuan sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana (S1) pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
E. Kerangka Berpikir
Dalam menganalisa pokok permasalahan di atas maka penulis
menggunakan teori sistem dunia menurut Immanuel Wallerstein. Teori ini
merupakan sumbangan Wallerstein pada ilmu sosial kontemporer. Gagasan ini
tertuang dalam The modern World – System: Capitalist Agriculture and
Origins of the European World – economy in the sixteenth Century (1974) dan
memberikan kontribusi besar pada pemikiran terkini tentang globalisasi.
Wallerstein berpendpat bahwa kapitalisme modern diatur pada skala global,
17
bukan lagi lokal sebagaimana sebelumnya. Sistem dunia terdiri dari pusat dan
pinggiran. Dalam sistem ini posisi negara-negara pinggiran tergantung pada
pusat. Pusat dalam sistem dunia merupakan produsen dalam dunia industri
sementara negara-negara pinggiran bertindak pemasok bahan mentah bagi
negara-negara pusat.
Di antara pusat dan pinggiran tersebut terdapat negara-negara semi
pinggiran yang menggabungkan beberapa ciri yang dimiliki negara-negara
pusat dan pinggiran. Teori sistem ini berasal dari perkembangan kapitalisme
pertanian di Eropa Barat pada abad ke-15. Menurut Wallerstein ada kontras
antara dunia pra modern dan modern. Di dunia pra modern, struktur birokrasi
dan politik mengatasi sistem keragaman dan ekonomi. Sebaliknya, yang ada
dalam dunia modern adalah keragaman sistem politik disatukan oleh ekonomi
atau kepentingan ekonomi.10
Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan
sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh
teori dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah banyak
negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein
mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu
sentral, semi pinggiran dan pinggiran. Terdapat dua alasan yang menyebabkan
sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini memerlukan kategori semi pinggiran,
yaitu :
10
Jhon Keatt, Teori sistem dunia Wallerstein, http://id/shvoong.com/socialsciences/sociology/2219833-teori-sistem-dunia-wallerstein/
18
1. Dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi
sistem dunia.
2. Dibutuhkan sarana pengembangan modal untuk industri dari negara
sentral.
Disintegrasi sistem dunia sangat mungkin terjadi sebagai akibat
“kecemburuan” negara pinggiran dengan kemajuan yang dialami oleh negara
sentral. Kekhawatiran akan timbulnya gejala disintegrasi ini dikarenakan
jumlah negara miskin yang sangat banyak harus berhadapan dengan sedikit
negara maju. Solusi yang ditawarkan adalah membentuk kelompok penengah
antara keduanya atau dengan kata lain adanya usaha mengurangi disparitas
antara negara maju dan negara miski. Secara ekonomi, negara maju akan
mengalami kejenuhan investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara
miskin. Negara ini kemudian dikenal dengan istilah negara semi pinggiran,
Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis berskala
nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh
Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan
yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan yang disampaikan olehnya,
antara lain:11
1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu
keniscayaan bagi banyak orang.
2. Keberhasilan
pembangunan
pada
beberapa
negara
menyebabkan
perubahan radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia.
11
Qnik-happy, Teori sistem dunia, http://qniek-happy.blogspot.com/2012/05/teori-sistemdunia.htim1#
19
3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen
berbeda dengan perjuangan kelas.
Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan keberhasilan
pembangunan ekonomi pada negara pinggiran dan semi pinggiran. Negaranegara Sosialis yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme
dunia, hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia. Negara
sosialis yang kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kapitalis dunia
adalah China, khususnya ketika periode pengintegrasian kembali (Penelitian
So dan Cho dalam Suwarsono dan So, 1991). Teori ini yang melakukan
analisa dunia secara global, berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat
melepaskan diri dari ekonomi kapitalisme yang mendunia, kapitalisme yang
pada awalnya hanyalah perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai
ke produksi untuk dijual, tela merambah jauh-jauh menjadi dibolehkan
pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama juga mengembangkan
individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme
tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun
bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan
masyarakat dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar
individu, sehingga itulah kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan
kapitalis tapi juga struktur masyarakat dari bentuk negara.
Teori sistem dunia juga muncul sebagai kritik atas teori modernisasi
dan teori dependensi, menurut immanuel Wallerstein dunia adalah sebuah
sistem kapitalis yang mencakup seluruh negara di dunia tanpa kecuali,
20
sehingga integritas yang terjadi lebih banyak dikarenakan pasar (ekonomi)
dari pada kepentingan politik, dimana ada dua atau lebih negara
interdependensi yang saling bekerja sama memenuhi kebutuhan seperti food,
fuel, and protection.
Indonesia dalam hal ini sebagai sebuah negara semi pinggiran turut
serta membantu pembangunan nasional negara-negara sentral melalui
kerjasama dalam berbagai bidang. Kerjasama yang berlandaskan pada
kapitalisme global mampu memberikan pengaruh positif serta negatif
terhadap negara semi pinggiran. Ini terjadi karena negara semi pinggiran
selain melakukan kerjasama dengan negara-negara sentral juga sangat
bergantung pada sistem ekonominya. Ketergantungan ini bisa disebabkan
karena kurangnya tenaga ahli yang mampu mengelola bahan mentah menjadi
barang jadi dari sumber daya alam, misalnya ekspor bahan mentah minyak
untuk diolah di luar negeri kemudian mengimpornya kembali demikian
bentuk barang jadi seperti BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam negeri.
Dalam hubungan Indonesia – Uni Eropa yang menjadi mitra dalam
perdagangan internasional. Dalam posisi ini Indonesia sebagai negara semi
pinggiran yang memasok kebutuhan-kebutuhan kepada negara sentral yaitu
Uni Eropa dan menjadikan Uni Eropa sebagai pasar tradisional yang sangat
menguntungkan Indonesia. Indonesia sebagai sebuah negara semi pinggiran
sekaligus sebagai sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi
sistem dunia serta sebagai sarana pengembangan modal untuk industri dalam
21
negeri. Ketergantungan kedua negara dalam mencapai tujuan juga menjadi
sarana terciptanya integritas ekonomi sistem dunia. Ketergantungan yang
tercipta juga menyebabkan persoalan ekonomi bagi negara semi pinggiran
seperti Indonesia, misalnya terjadi krisis ekonomi pada negara sentral seperti
Uni Eropa yang kemudian berpengaruh pada nilai ekspor Indonesia – Uni
Eropa. Krisis ini juga mematikan sektor perdagangan dalam negeri sehingga
pemerintah harus mencari pasar baru bagi komoditas Indonesia. Dengan
begitu produksi dalam negeri mengalami penurunan karena harus bergantung
pada permintaan pasar. Ketergantungan ekonomi negara semi pinggiran
terhadap negara sentral menyebabkan negara semi pinggiran harus menjadi
negara penerima resiko dari terjadinya krisis yang terjadi pada negara sentral.
Krisis ini juga berpengaruh pada persoalan politik dalam negeri serta
menurunnya
pendapatan
ekonomi
negara
secara
spontan.
Inilah
ketergantungan negara semi pinggiran terhadap negara sentral dengan
menjadikan integritas ekonomi sebagai tujuan utama.
“a world-system is a social system, one that has boundaries, structures,
member groups, rules of legitimating, and coherence. Its life is made up of
the conflicting forces which hold it together by tension and tear it apart as
each group seeks eternally to remold it its advantage. It has the characteristics
of an organisme, in that is has lifespan over which its characteristic change in
some respect and remain stable in others…life within it is largely selfcontained, and the dynamics of its development are internal”.
F. Hipotesa
Berdasarkan uraian dari kerangka berfikir, dapat ditarik kesimpulan
sementara (hipotesa) yaitu :
22
Krisis
hutang
Eropa
berdampak
negatif
terhadap
hubungan
perdagangan Indonesia – Uni Eropa, diakibatkan oleh ketergantungan
Indonesia pada sektor produksi dan komoditi ekspor Indonesia terhadap pasar
Uni Eropa.
G. Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan teknik studi kepustakaan. Sumber dan data
bersifat literatur, yang diperoleh melalui kepustakaan yaitu seperti buku-buku,
jurnal dan artikel serta menggunakan sumber-sumber artikel dari internet yang
mempunyai relevansi dengan penulisan ini.
H. Jangkauan Penelitian
Untuk membatasi masalah yang akan diteliti, maka dari segi waktu,
penelitian dilakukan terhadap kerjasmaa bilateral Indonesia – Eropa dalam
bidang perdagangan mulai tahun 2011 sampai pada 2012. Alasan pemilihan
tahun tersebut karena pada tahun itu perdagangan Indonesia – Eropa sedang
mengalami siklus naik turun dan Eropa sedang mengalami krisis ekonomi
berkepanjangan. Sedangkan pada segi materi penelitian ini dibatasi hanya
pada sektor ekonomi yaitu perdagangan Indonesia – Uni Eropa.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis
membagi dalam beberapa bab
dimana di antara bab-bab tersebut saling
berkatian sehingga menjadi satu kesatuan utuh.
23
Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pokok
Permasalahan, Kerangka Teoritik, Hipotesa, Metode Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
Bab II
Mendeskripsikan mengenai gambaran umum tentang hubungan
Indonesia – Uni Eropa. Pada bagian ini dibahas tentang hubungan
Uni Eropa, Indonesia dan Asia sebagai mitra kerjasama dalam
bidang perdagangan internasional.
Bab III
Memberikan analisa dan argumen tentang Indonesia sebagai negara
semi peri-peri dan Uni Eropa sebagai negara sentral sesuai dengan
teori sistem dunia menurut Immanuel Wallerstein.
Bab IV
Menganalisa pengaruh krisis Eropa terhadap hubungan Indonesia –
Uni Eropa dalam bidang perdagangan dengan menggunakan teori
sistem dunia Immanuel Wallerstein. Pada bagian ini juga akan
dibahas tentang langkah-langkah pemerintah Indonesia dalam
mencegah pengaruh krisis Eropa di Indonesia dengan melibatkan
mitra-mitra kerjasama Indonesia – Uni Eropa.
Bab V
Kesimpulan,
berisi
penyimpulan
yang
dapat
pembahasan-pembahasan dari bab sebelumnya
ditarik
dari
Download