BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 ). Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemi mencapai lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita hiperglikemi terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI 2005).Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan meningkat dengan cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan sebesar 42 persen terjadi pada negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan pada perubahan demografi pada masyarakat, tanpa mempertimbangkan perubahan gaya hidup. Di negara berkembang angka kejadian kelebihan berat badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat karena menurunnya aktivitas fisik dan banyak makan. 1 Kejadian ini meningkat dengan cepat pada angka kejadian hiperglikemi(Glumer et al. 2003). Hiperglikemi merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan mutu sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit hiperglikemi belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem saraf, hati, mata dan ginjal (Dirjen Bina Kesmas depkes RI 2003). 1.2 Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian hiperglikemia pada neonatus? 2. Apa Penyebab dari hiperglikemia pada neonatus? 3. Bagaimna Tanda dan gejala hiperglikemia pada neonatus? 4. Apa sajakah Dampak dan komplikasi hiperglikemia pada neonatus? 5. Bagaimana Cara pengobatan hiperglikemia pada neonatus? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian hiperglikemia pada neonatus. 2. Untuk mengetahui Penyebab dari hiperglikemia pada neonatus. 3. Untuk mengetahui Tanda dan gejala hiperglikemia pada neonatus. 4. Untuk mengetahui Dampak dan komplikasi hiperglikemia pada neonatus. 5. ntuk mengetahui Cara pengobatan hiperglikemia pada neonatus. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hiperglikemia Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80–90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140–160 mg /100 ml darah (Elizabeth J. Corwin, 200). Hiperglikemia adalah kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi penyebab pada bayi yang sangat kecil, gula yang diberikan melalui infus bisa menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang berlebihan. 2.2 Etiologi Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi. Bayi yang sehat biasanya memiliki pengendalian kadar gula darah yang baik. Hormon yang berperan penting dalam mengatur gula darah didalam tubuh adalah insulin. Pada bayi yang tidak sehat, insulin tidak berfungsi dengan baik atau terdapat dalam jumlah yang rendah, sehingga menyebabkan gangguan dalam mengendalikan kadar gula darah. Akibatnya, kadar gula darah bisa menjadi tinggi (hiperglikemia), misalnya pada bayi baru lahir yang mengalami stress berat atau menderita infeksi yang berat(sepsis). Pada kasus yang jarang, bayi juga mungkin memiliki diabetes, dengan kadar insulin yang rendah, sehingga menyebabkan tingginya kadar gula darah. Kadar gula darah yang tinggi juga mungkin terjadi pada bayi yang mendapatkan gula (glukosa) tambahan melalui pembuluh darah, misalnya pada bayi-bayi prematur atau bayi yang awalnya mengalami hipo glikemia. 1. Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting. 2. Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. 3. Faktor predisposisi herediter, obesitas. 3 4. Faktor imunologi pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing. 2.3 Patofisiologi Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian. 2.4 Tanda dan gejala Bayi dengan gula darah yang tinggi (hiperglikemia) seringkali tidak memiliki gejala. Terkadang, bayi dengan kadar gula darah yang tinggi akan menghasilkan jumlah air kencing yang banyak dan bisa mengalami dehidrasi. 4 Tingginya kadar gulah darah bisa merupakan suatu tanda bahwa bayi memiliki stress pada tubuh akibat adanya gangguan tertentu, misalnya infeksi, gangguan nafas, atau gagal jantung. 1. Gejala awal umumnya yaitu (akibat tingginya kadar glukosa darah) polipagi, polidipsi, dan poliuri. 2. Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering. 3. Rasa kesemutan, kram otot. 4. Visus menurun.. 5. Penurunan berat badan. 6. Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh. 2.5 Komplikasi Hiperglikemia Komplikasi hiperglikemia dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 1. Komplikasi akut A. Komplikasi metabolic 1. Ketoasidosis diabetic 2. Koma hiperglikemik hiperosmoler non ketotik 3. Hipoglikemia 4. Asidosis laktat B. Komplikasi akut 1. Komplikasi vaskuler a. Makrovaskuler : PJK, stroke, pembuluh darah perifer b. Mikrovaskuler : retinopati, nefropati 2. Komplikasi neuropati Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare, diabetic, buli-buli neurogenik, kardiovaskuler. C. Campuran vascular neuropati a. Ulkus kaki D. Komplikasi pada kulit 5 impotensi, gangguan reflex 2.6 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg% (Plasma vena). Bila GDS 100–200 mg%, maka perlu pemeriksaan toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostic DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien DM adalah : 1. Hb 2. Gas darah arteri 3. Insulin darah 4. Elektrolit darah 5. Urinalisis 6. Ultrasonografi 2.7 Pengkajian 1. Aktivitas/istirahat 2. Sirkulasi 3. Integritas ego 4. Eliminasi 5. Makanan/cairan 6. Neurosensori 7. Nyeri/kenyamanan 8. Pernapasan 9. Keamanan 10. Seksualitas 11. Penyuluhan/pembelajaran 2.8 Pemeriksaan Diagnostik 1. Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih 2. Aseton plasma ; Positif secara mencolok. 3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat. 4. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. 5. Elektrolit. 6. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) 6 dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden. 7. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. 8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositiosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi. 9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal). 10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA. 11. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisiten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi). 12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. 13. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat. 14. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka. 2.9 Diagnosa Yang Sering Muncul 1. Kekurangan volume cairan. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 3. Risiko tinggi terhadap infeksi. 4. Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori. 5. Kelelahan. 6. Ketidakberdayaan 7. Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. 2.10 Penatalaksanaan Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan, maka pemberian glukosa pada bayi dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes transient, hiperglikemia hanya berlangsung 7 sementara dan akan membaik dengan sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa minggu. Selama waktu tersebut kadar gula darah harus dipantau dan dijaga dengan baik. Selain itu, hidrasi tubuh bayi-bayi yang mengalami hiperglikemia yang harus diperhatikan agar bayi tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan elektrolit yang hilang pada bayi harus diganti. Tetapi jika terjadi hiperglikemia menetap, maka perlu dilakukan penangananan lebih lanjut. Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati.Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia : 1. Diet A. Komposisi makanan : 1) Karbohidrat = 60–70% 2) Protein 10–15% 3) Lemak 20–25% B. Jumlah kalori perhari 1) Antara 1100–2300 kkal 2) Kebutuhan kalori basal : laki-laki : 30 kkal/kg BB, Perempuan : 25 kkal/kg BB C. Penilaian status gizi 1) BB 2) BBR = x 100 % 3) TB – 100 4) Kurus : BBR 110% 5) Obesitas bila BBRR > 110% 6) Obesitas ringan 120 – 130% 7) Obesitas sedang 130 – 140% 8) Obesitas berat 140 – 200% 9) Obesitas morbit > 200% Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah : 1) Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari 2) Normal (ideal) : BB x 30 kalori / hari 3) Gemuk : BB x 20 kalori / hari 4) Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari. 8 2. Latihan Jasmani 3. Penyuluhan Dilakukan pada kelompok resiko tinggi; umur diatas 45 tahun, kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT > 27 kg/m, hipertensi > 140/90 mmHg, riwayat keluarga DM, dislipidemia, HDL 250 mg/dl, parah TGT atau GPPT (TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl).Obat berkaitan hiperglikemia 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80–90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140–160 mg /100 ml darah (Elizabeth J. Corwin, 200). hiperglikemia adalah kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi penyebab pada bayi yang sangat kecil, gula yang diberikan melalui infus bisa menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang berlebihan. Hiperglikemia pada neonatus dapat menyebabkan kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering, rasa kesemutan, kram otot, visus menurun, penurunan berat badan, kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan, maka pemberian glukosa pada bayi dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes transient, hiperglikemia hanya berlangsung sementara dan akan membaik dengan sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa minggu. Selama waktu tersebut kadar gula darah harus dipantau dan dijaga dengan baik. Selain itu, hidrasi tubuh bayi-bayi yang mengalami hiperglikemia yang harus diperhatikan agar bayi tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan elektrolit yang hilang pada bayi harus diganti. Tetapi jika terjadi hiperglikemia menetap, maka perlu dilakukan penangananan lebih lanjut 3.2 Saran Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi bacaan dari yang lain untuk meyenmpurnakan makalah ini dan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita semua sebagai penulis dan pembaca agar dapat bermanfaat dan diterapkan didalam prakteknya. 10