BAB I PENDAHULUAN IA Latar Belakang Kanker paru

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I. A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan salah satu dari keganasan
tersering pada pria dan wanita dengan angka mortalitas
tertinggi di dunia, yaitu sebesar 1.590.000 kematian di
tahun 2012 (WHO, 2014). Insidensi dan mortalitas kanker
paru
pada
masing-masing
region
di
dunia
sangat
bervariasi. Meskipun di Amerika mortalitas cenderung
stabil, mortalitas di Asia cenderung meningkat drastis
pada dua dekade terakhir (Zhou dan Christian, 2011).
Buruknya prognosis disebabkan banyak faktor, terutama
akibat
perjalanan
diagnosis
penyakit
ditegakkan,
yang
yaitu
telah
lanjut
stadium
IIIB
ketika
dan
IV
(Mountain, 1997).
Kanker paru dibagi menjadi dua jenis, Non-Small
Cell Lung Cancer (NSCLC) dan Small Cell Lung Cancer
(SCLC).
jenis
Sebagian
NSCLC,
(D’Addario
et
besar
kasus
yaitu
85-90%
al.,
2010).
kanker
dari
NSCLC
paru
seluruh
merupakan
kanker
terbagi
paru
menjadi
3
subtipe, yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamousa,
dan karsinoma sel besar. Dari ketiga subtipe tersebut,
adenokarsinoma
merupakan
jenis
1
kanker
paru
dengan
jumlah
kejadian
terbanyak,
yaitu
55
%
dari
seluruh
sampel NSCLC dan 38% dari seluruh kanker paru (Kumar et
al., 2014; Shankar et al., 2014).
Menurut
Subramania
dan
Govinda
(2007),
kanker
jenis ini umumnya terjadi pada wanita dan tanpa riwayat
merokok. Akan tetapi, studi terkini menyatakan jenis
kanker ini juga banyak dijumpai pada pasien perokok
(Kelsie
et
al.,
adenokarsinoma,
2012).
jenis
Berkebalikan
karsinoma
sel
dengan
skuamosa
jenis
banyak
diderita pasien laki-laki dan memiliki riwayat merokok
(Kenfield et al., 2008). Insidensi adenokarsinoma paru
meningkat
sesuai
usia
pasien,
menurut
Lam
et
al.
(2001), kejadian adenokarsinoma paru meningkat secara
signifikan setelah usia 40 tahun, yakni 87 % kasus
diderita pasien dengan usia 40 tahun keatas .
Saat
ini
ada
beberapa
pilihan
penanganan
pasien
adenokarsinoma paru berdasarkan stadium kanker, kondisi
umum pasien, hasil pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu
hasil tes laboratorium dan radiologi, serta lokasi dari
kanker
itu
sendiri
di
paru-paru.
Jika
lesi
belum
bermetastasis, yaitu stadium I & II, tindakan standar
yang dipilih adalah tindakan bedah. Apabila lesi sudah
bermetastasis,
maka
manajemen
yang
diberikan
adalah
kemoterapi (Da Cunha Santos et al., 2011). Akan tetapi,
2
prinsip kerja kemoterapi adalah menghambat perkembangan
sel dengan banyak efek samping yang merugikan pasien.
Pasien stadium akhir dengan kemoterapi rata-rata hanya
dapat bertahan hidup 2 tahun (da Cunha Santos et al.,
2011).
Pada
menemukan
Growth
era
molekular
adanya
Factor
ini,
hubungan
(EGFR),
erat
yaitu
beberapa
mutasi
15-20%
penelitian
gen
Epidermal
dari
kasus
adenokarsinoma paru. Di Asia timur, prosentasi mutasi
gen EGFR pada kasus adenokarsinoma paru lebih tinggi,
yaitu 35%, terutama pada stadium III dan IV (Siegelin
dan Borczuk, 2014). Sedangkan di India, Mutasi gen EGFR
diekspresikan
pada
89%
kasus
adenokarsinoma
paru
(Shankar et al., 2014).
Salah satu prediktor kuat adanya mutasi gen EGFR
adalah usia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Lee et
al. (2010) dari departemen penyakit dalam
Korea Cancer
Center Hospital, didapatkan adanya perbedaan signifikan
persentase mutasi gen EGFR pada usia tua dibandingkan
usia muda dengan cut off usia 57 tahun, yaitu 70% dan
39 %.
Menurut Eberhard et al. (2005) dan Lynch et al.
(2004), delapan dari Sembilan kasus mutasi gen EGFR
berada pada domain tirosin kinase dan 90% mutasi gen
3
EGFR terjadi pada ekson 18-21 terutama point mutation
pada
ekson
21
dan
delesi
pada
ekson
19.
Apabila
dibandingkan, mutasi LR858 ekson 21 memiliki persentase
terbanyak diantara mutasi ekson 18-21, yakni 43% dari
keseluruhan
mutasi
gen
EGFR,
sekaligus
memiliki
prognosis paling buruk jika dibandingkan dengan mutasi
pada
ekson
19
(Mitsudomi
besarnya
persentase
domain
tirosin
adenokarsinoma
tirosin
kinase
dan
kejadian
Yatabe,
mutasi
gen
kinase,
sekarang
lebih
diarahkan
paru
kinase
(TKI).
inhibitor
yang
Gefinitib
pertama
2010).
Karena
EGFR
ini
pada
pada
terapi
inhibisi
merupakan
tirosin
direkomendasikan
oleh
Food and Drug Administration (FDA) di Amerika serikat
dan
Jepang
diikuti
dengan
Erlotinib.
Manfaat
dari
penggunaan TKI ini sangat signifikan karena memberikan
respon pada 88,5% kejadian mutasi gen EGFR (Chang et
al., 2014; Shuai dan Zhou, 2014).
Keberhasilan
terapi
TKI
sangat
menjanjikan,
sehingga diharapkan Indonesia dapat mengadopsi terapi
ini. Namun, sejauh ini penelitian yang menitik beratkan
pada mutasi gen EGFR terutama ekson 21 terkait usia
pada pasien adenokarsinoma
belum pernah dilakukan di
Indonesia,
sehingga
terbuka
melakukan
penelitian
masih
tersebut
4
yang
kesempatan
untuk
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
terkait
penanganan
pasien
adenokarsinoma di Indonesia.
I. B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah hubungan antara usia dengan mutasi
gen
EGFR
ekson
21
pada
pasien
kanker
paru
jenis
adenokarsinoma?
I. C. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan usia dengan mutasi gen EGFR
ekson 21 pada pasien kanker paru jenis adenokarsinoma.
I. D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai beban penyakit di masyarakat.
2. Penelitian ini memberikan gambaran tentang frekuensi
mutasi gen EGFR pada kanker paru jenis adenokarsinoma.
3. Penelitian
ini
memberikan
kontribusi
pengembangan
pengobatan kanker paru jenis adenokarsinoma.
5
I. E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini dapat dibuktikan keasliannya karena
belum
pernah
ada
penelitian
dengan
subjek,
metode,
waktu dan tempat penelitian yang sama dengan penelitian
ini.
Tabel 1. Keaslian penelitian
Judul
Tujuan
Kesimpulan
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Untuk
mengetahui
distribusi
mutasi gen egfr
ekson 18-21
pada kanker
mammae sporadik
Prevalensi mutasi
EGFR paling banyak
pada ekson 20, yaitu
40 dari 42 sample ,
kemudian di ikuti
ekson 18, 21, dan 19
masing-masing 5, 4,
dan 1 dari 42 sampel.
Untuk mengetahui
keterkaitan
histogenesis
adenokarsinoma
dengan mutasi
EGFR pada small
cell lung cancer
Mutasi gen EGFR
sangat jarang pada
SCLC, namun
kemungkinan mutasi
gen EGFR meningkat
pada pasien SCLC
dengan adenokarsinoma
pada perokok ringan.
Tirosin kinase
inhibitor dapat
dijadikan pilihan
terapi apabila
ditemukan mutasi gen
EGFR.
EGFR
mutations in
exons 18–21
in sporadic
breast cancer
Epidermal
Growth Factor
Receptor
Mutation in
Small Cell
Lung Cancer
6
Download