LAPORAN HASIL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU Disusun oleh : Kelompok 3 Andreas CBS (H 0911005) Chairunnisa MN (H 0911014) Fitria Ratnasari (H 0911027) Maya Puspita (H 0911037) Nurma Retha (H 0911047) Rizky Nirmala (H 0911055) Sofinatul Ulum (H 0911058) Tri Nurhayati (H 0911063) PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 ACARA II ISOLASI KASEIN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Kasein merupakan salah satu dari contoh protein. Protein adalah produk yang dihasilkan dari ekspresi informasi genetik. Protein merupakan polimer asam amino yang terikat satu sama lainnya melalui ikatan peptida. Protein merupakan molekul yang mirip dengan molekul peptida hanya saja protein merujuk ke molekul dengan rantai asam amino yang sangat besar sehingga ukuran molekul protein jauh lebih besar dangan molekul peptida. Dari namanya protein berarti pertama, molekul ini merupakan makromolekul terbanyak dalam sel, hampir separuh dari berat kering dari sel merupakan protein. Susu sapi merupakan salah satu sumber protein. Protein yang terdapat dalam susu terdiri dari sebagian besar kasein, sampai mencapai sekitar 80 % dari protein yang ada. Oleh karena itu kasein sering disebut sebagai protein susu. Dengan teknik fraksinasi secara klasik dari protein susu yang dijalankan dengan proses sedimentasi, maka macam protein susu yang dihasilkan terdiri dari kasein, laktoglobulin, dan laktalbumin. Namun setelah ditemukan teknik yang baru, ternyata masing-masing komponen tersebut masih terdiri dari fraksi-fraksi yang lain. Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan medis, nutrisi, dan produk-produk farmasi. Selain sebagai makanan, acid casein digunakan pula dalam industri pelapisan kertas (paper coating), cat, pabrik tekstil, perekat, dan kosmetik. Pemanasan, pemberian enzim proteolitik (rennin), dan pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk memisahkan kasein. 2. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara II Isolasi Kasein ini adalah untuk mengisolasi kasein dari susu sapi skim dan full cream. 3. Tempat dan Waktu Praktikum acara II Isolasi Kasein ini dilakukan pada hari Kamis, 10 April pukul 17.00 WIB di Laboratorium Rekayasa Proses Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Tinjauan Pustaka Protein susu terdiri dari kasein 80%, laktalbumin 18% dan laktoglobulin 0,05-0,07%. Kasein merupakan suatu substansi yang berwarna putih kekuningan yang didapat dalam kombinasi dengan Ca sebagai kalsium kasein dalam bentuk partikel kecil bersifat gelatin dalam suspensi. Kasein dapat diendapkan dengan menggunakan asam-asam encer, rennin dan alkohol. Kasein yang diendapkan dengan alkohol adalah ca-caseinat, dan yang diandapkan dengan rennin terbentuk paracasein (Muchtadi, 2011). Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani. Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandunm, jagung, dan buah-buahan. Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh enzim atau asam, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, Ph, dan pelarut organik (Poedjiadi dan Titin, 2006). Modifikasi kasein dengan menggunakan CaCl2 dapat menurunkan kelarutan protein kasein tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan sifat fungsional kasein dan membentuk agregat berukuran mikro (De Souza et al, 2010 dalam Rahayu dkk, 2013). Interaksi yang tidak nyata berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara CaCl2 dan pH memiliki kekuatan yang sama besar pada kelarutan kalsium dalam pembentukan ikatan crosslink kasein modifikasi. Kalsium akan mengendap bersama kasein dan membentuk ikatan crosslink pada pH isoelektrik sehingga kalsium terlarut rendah. Susu sapi segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambah apapun. Ciri-cirinya adalah berwarna putih kekuningkuningan, tidak tembus cahaya. Kekuningan karena memiliki kandungan vitamin A yang tinggi (Puspardoyo, 1997 dalam Ginting dan Pasaribu, 2005). Menurut Potter (1986) dalam Ginting dan Pasaribu (2005), susu bubuk full krim adalah susu yang dikeringkan hingga sekitar 97% total zat padatnya. Biasanya dalam susu full krim telah ditambahkan berbagai macam vitamin dan mineral. Kasein diendapkan dengan cara pengubahan pH menjadi 4,6 dan pemanasan pada suhu 400C karena titik isoelektrik kasein diketahui dengan pasti yakni 4,6 dan tidak tahan panas (Poedjadi, 1994 dalam Copriady dkk, 2013). Protein susu dipisahkan menjadi dua kelompok protein besaryakni kasein dan whey. Supernatan sisa disebut whey berupa cairan kental berwarna hijau pucat (Copriady dkk, 2013). Kasein merupakan protein amfoterik yang mempunyai sifat asam maupun basa, tetapi biasanya menpunyai sifat asam. Bakteri memecah protein dengan menghasilkan energi dalam jumlah kecil, tetapi nitrogen dari hasil pemecahan tersebut digunakan untuk membangun protoplasma didalam sel, sedangkan energi yang dibutuhkan untuk sintesis tersebut terutama diperoleh dari hasil pemecahan karbohidrat. Semakin tinggi susu skim yang ditambahkan semakin tinggi kadar proteinnya karena susu skim sendiri merupakan sumber protein. Susu skim digunakan untuk mencapai kandungan solid non fat dan sebagai sumber protein jadi secara otomatis kadar protein semakin tinggi (Triyono, 2010). Isolasi kasein kebanyakan menggunakan susu sapi karena kandungan kasein susu sapi lebih besar dibandingkan susu kambing, selain itu susu sapi lebih mudah didapatkan. Kasein didapatkan dengan menambahkan rennet pada susu sapi sehingga terbentuk endapan. Dalam rennet terdapat enzim chymosin yang menghidrolisis ikatan spesifik pada kappa-kasein susu, sehingga terjadi pemutusan ikatan, pada susu, kappa-kasein bertindak sebagai stabilizer. Setelah aktivitas ini dirusak oleh chymosin, akan terjadi koagulasi. Sehingga kasein dapat mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara disaring (Supardi, 2011). Ketika susu dipanaskan perlahan-lahan, sekitar 80 % dari β-Ig yang terdenaturasi berkaitan dengan misel kasein. Sebaliknya, ketika susu dipanaskan dengan cepat (misalnya dalam kondisi pengolahan menggunakan sistem pemanas langsung) hanya sekitar setengah β-Ig dan α-laktalbumin yang terdenaturasi berkaitan dengan kasein misel. Sisa dari protein whey terdenaturasi tetap dalam serum susu sebagai ikatan disulfida dan hidrofobik terkait agregat menunjukkan bahwa tingkat dan derajat interaksi protein whey dengan misel kasein yang nyata tergantung pada metode perlakuan panas (Anema and Li, 2001). Protein dari misel kasein yang stabil dalam sistem aqueous, garam, laktosa, dan protein serum larut oleh sterik dan interaksi elektrosatik karena lapisan κ-kasein yang memperpanjang masa hidrofilik daerah C -terminal dari permukaan kasein misel ke dalam larutan. Stabilitas misel didasarkan pada tiga komponen integral dari sistem misel yaitu κ-kasein, koloid kalsium fosfat, dan interaksi hidrofobik. Mengubah komponen yang mempengaruhi stabilitasnya bisa mengakibatkan agregasi misel atau disosiasi ke dalam subkomponen misel (Roach and Harte, 2011). Kasein merupakan komponen protein utama susu, di mana ia menyumbang Ca 80% dari total persediaan protein. Sampai saat ini, peran fisiologis utama kasein dalam sistem susu secara luas diterima menjadi sumber asam amino yang dibutuhkan oleh pertumbuhan neonatus. Namun, fitur fisiologis yang dominan sistem kasein misel telah lebih baru-baru ini terbukti menjadi pencegahan kalsifikasi patologis dari kelenjar susu (Silva and Malcata, 2011). C. Metodologi 1. Alat a. Pipet PYREX IWAKI volume 10 ml b. Propipet c. Tabung reaksi PYREX IWAKI d. Gelas beker PYREX IWAKI volume 100 ml e. Corong kecil f. Neraca analitik g. Termometer h. Hot plate i. Oven j. Desikator 2. Bahan a. Susu Skim A b. Susu Skim B c. Susu Full cream A d. Susu Full cream B e. Aquades f. Asam Asetat 10% g. Kertas saring secukupnya h. 5 ml campuran etil etanol (1:1) i. CaCl2 3. Prosedur Kerja 5 gram susu skim Dilarutkan dalam 20 ml air hangat 20 ml susu full cream Dipanaskan diatas hot plate pada suhu kurang dari 55oC Asam Asetat 10% Ditambahkan perlahan-lahan sampai pH 4,6 Dipanaskan diatas hot plate hingga kabut susu terpisah kaseinnya Kasein diendapkan hingga terbentuk mass kasein yang kompak Air dihilangkan dengan filtrasi dan menekan padatan menggunakan spatula Endapan kasein diangkat dipindah ke beker glass lain 5 ml campuran etil dan eter (1:1) Ditambahkan dan diaduk beberapa menit Campuran etil dan eter dibuang dan diulangi dicuci dengan cempuran etil eter kembali Campuran etil dan eter dibuang kemudian difiltrasi Dibiarkan diudara terbuka 10-15 menit Dioven pada suhu 60oC selama 8 jam Dimasukan desikator Dihitung rendemen kasein D. Hasil dan Pembahasan Tabel 2.1 Data Hasil Isolasi Kasein Berat kertas No Sampel saring (gram) (A) 1 Skim A + CaCl2 0,654 0,04% 2 Skim B + CaCl2 0,635 0,04% 3 Full cream A + 0,648 CaCl2 0,04% 4 Full cream B + 0,648 CaCl2 0,04% 5 Skim A 0,672 6 Skim B 0,657 7 Full cream A 0,657 8 Full cream B 0,646 Berat kasein + kertas saring setelah dioven (gram) (B) 2,389 34,7 (w/w) 0,882 4,94 (w/w) 1,180 2,66 (w/v) 1,368 2,44 (w/v) 2,528 0,776 1,089 1,015 37,12 (w/w) 2,38 (w/w) 2,16 (w/v) 1,845 (w/v) Rendemen (%) Sumber : Laporan Sementara Protein susu dapat dikelompokkan kedalam dua golongan utama, yaitu kasein dan whey (atau serum) protein. Kasein ternyata bukan berupa satu molekul saja, tetapi memiliki beberapa varian yang berbeda karakteristiknya. Pemisahan kasein dan whey secara klasik dapat dilakukan dengan proses sedimentasi menggunakan asam pada pH 4,6. Pada pH tersebut kasein akan mengendap, sedangkan whey tetap dalam bentuk larutan/supernatan. Selanjutnya dengan sentrifugasi dan penyaringan, endapan kasein dapat dipisahkan dari whey. Pemisahan kasein penting dilakukan karena sudah sejak lama digunakan sebagai bahan dasar pembuatan keju. Namun kini kasein juga diproduksi dalam bentuk kasein kering untuk beberapa keperluan seperti farmasi, kesehatan, dan pengembangan produk pangan. Dalam industri pangan selain digunakan untuk pembuatan keju, kasein juga digunakan untuk pengolahan “whitener” kopi, “bakery”, dan “dessert topping” (Legowo, 2002). Dibawah ini merupakan karakteristik kasein susu : Tabel 2.2 Karakteristik Beberapa Jenis Kasein Jenis Protein Jumlah dalam Varian Berat Molekul Skim (g/L) Genetik (KDalton) α s1-kasein 13,6 B 23.500 C 23.500 α s2-kasein 3,4 A 25.226 β -kasein 8,2 A 24.000 B 24.000 k-kasein 4,1 A 19.000 B 19.000 pH Isoelektrik 4,6-5,1 5,1 5,3 5,3 3,7-4,2 3,7-4,2 Sumber: Brumner (1977) dalam Legowo (2002) Pada praktikum ini susu skim yang berupa bubuk dilarutkan ke dalam air hangat. Pelarutan ini berfungsi untuk memudahkan dalam isolasi kasein. Adapun air yang digunakan air hangat agar lebih mudah dan lebih cepat dalam melarutkannya. Sedangkan pada sampel susu full cream karena sudah merupakan emulsi maka tidak perlu dilarutkan ke dalam air hangat lagi. Setelah dilarutkan, sampel susu kemudian dipanaskan hingga suhu 55oC. Pemanasan ini bertujuan untuk menurunkan kelarutan protein sehingga dapat mengendapkan protein susu pada kondisi yang sesuai atau pemanasan ini dapat menyebabkan denaturasi mempercepat pengendapan protein. rusaknya struktur protein sehingga Tahap selanjutnya sampel susu ditambahkan asam asetat 10% perlahan-lahan sampai pH 4,6. Fungsi penambahan asam asetat untuk menurunkan pH hingga mencapai titik isoelektris. Menurut Poedjadi, 1994 dalam Copriady, 2011 kasein diendapkan dengan cara pengubahan pH menjadi 4,6 dan pemanasan pada suhu 400C karena titik isoelektrik kasein diketahui dengan pasti yakni 4,6 dan tidak tahan panas. pH yang rendah dapat mencegah protein larut dan menggumpal. Penurunan pH bisa dilakukan dengan menambahkan larutan asam apapun namun pada praktikum ini digunakan asam asetat. Asam asetat ditambahkan dengan terus diaduk dan dipanaskan hingga kasein benar-benar terpisah. pH dapat mempengaruhi struktur kasein. Kasein-kasein ini berkumpul membentuk kasein misel sehingga membentuk agregat kompleks dari monomer ikatan kalsium fosfat yang dapat dirubah dengan variasi pH rendah (Bouzid et al., dalam Rahayu dkk, 2013). Penambahan asam dapat menghilangkan muatan listrik dari partikel kasein karena asam akan mengikat kalsium dan kalsium kaseinat, sehingga kasein menjadi terlepas dan terbentuk endapan. Adapun reaksi pengendapan dengan cara pengasaman sebagai berikut : H2NR-COO- + H+ → + H3NR-COO Kasein misel Kasein asam (pH = 6,6) (pH = 4,6) Koloid dispersi (R, kasein protein) Partikel tidak larut Setelah mass kasein terbentuk, kasein protein dipisahkan dengan cairan susu menggunakan proses filtrasi dan ditekan dengan spatula. Mass kasein dicuci menggunakan campuran etil dan eter dengan perbandingan 1:1. Tujuan pencucian ini adalah untuk melarutkan komponen lemak yang kemungkinan masih terikut dalam mass kasein yang didapatkan. Eter merupakan pelarut polar sehingga dapat melarutkan lemak. Sehingga dapat dengan mudah mendapatkan endapan kaseinnya saja. Pada praktikum ini membandingkan 8 sampel susu dengan perlakuan yang berbeda maupun jenis dan merk susu yang berbeda. Sampel susu yang digunakan adalah susu full cream A, susu full cream B, Susu Skim A serta Susu Skim B. Adapun perlakuan yang diberikan ada yang ditambah CaCl2 dan tanpa penambahan CaCl2. Tujuan penambahan CaCl2 adalah menambah efektifitas isolasi kasein. Menurut De souza et al (2010) dalam Rahayu dkk (2013) menjelaskan bahwa modifikasi kasein dengan menggunakan CaCl2 dapat menurunkan kelarutan protein kasein tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan sifat fungsional kasein dan membentuk agregat berukuran mikro. Berdasarkan hasil praktikum sampel Susu Skim A ditambah CaCl2 0,04% memiliki rendemen kasein 34,7%, Susu Skim B ditambah CaCl2 0,04% memiliki rendemen 4,94%, Susu Full Cream A ditambah CaCl2 0,04% memiliki rendemen 2,66%, Susu Full Cream B ditambah CaCl2 0,04% memiliki rendemen 2,44%, Susu Skim A memiliki rendemen 37,12%, Susu Skim B memiliki rendemen 2,38%, Susu Full Cream A memiliki rendemen 2,16% serta Susu Full Cream B memiliki rendemen 1,845%. Sampel yang memiliki rendemen terbesar adalah Susu Skim A kemudian Susu Skim A ditambah CaCl2 0,04%. Hal ini menyimpang dari teori karena seharusnya sampel yang ditambah CaCl2 0,04% memiliki rendemen yang lebih besar karena efektifitas isolasi lebih besar. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena proses filtrasi yang dilakukan praktikan kurang tepat maupun penimbangan yang belum konstan. Namun demikian secara umum rendemen kasein pada susu skim lebih besar dari susu full cream. Hal ini sudah sesuai dengan teori. Susu skim merupakan jenis olahan susu yang proteinnya sudah dipisahkan dari emulsi susu. Menurut Triyono (2010), semakin tinggi susu skim yang ditambahkan semakin tinggi kadar proteinnya karena susu skim sendiri merupakan sumber protein. Susu skim digunakan untuk mencapai kandungan solid non fat dan sebagai sumber protein jadi secara otomatis kadar protein semakin tinggi. Selain itu susu full cream merupakan susu yang kaya akan lemak, sehingga proteinnya lebih sedikit. E. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara II. Isolasi Kasein ini adalah sebagai berikut : 1. Sampel yang memiliki rendemen terendah hingga tertinggi adalah berturut-turut susu full cream B, susu full cream A, susu skim B, susu full cream B+ CaCl2 0,04%, susu full cream A + CaCl2 0,04%, susu skim B + CaCl2 0,04%, susu skim A + CaCl2 0,04%, dan susu skim A. 2. Besarnya rendemen susu dari terendah hingga tertinggi berturut-turut yaitu 1,845 %; 2,16 %; 2,38 %; 2,44 %; 2,66 %; 4,94 %; 34,7 %; dan 37,12 %. 3. Secara keseluruhan rendemen kasein susu skim lebih besar dari susu full cream sehingga sesuai dengan teori yang ada karena susu skim lebih banyak mengandung protein dibandingkan susu full cream yang banyak mengandung lemak. DAFTAR PUSTAKA Anema, Skelte G, and Yuming Li. 2001. Association of Denatured Whey Proteins with Casein Micelles in Heated Reconstituted Skim Milk and its Effect on Casein Micelle Size. Food Science Section, Fonterra Research Cent. Copriady, Jimmi., J Azmi., Maharani. 2011. Isolasi Karakterisasi dan Penentuan Kadar Laktalbumin Susu Sapi Fries Holdstein dengan Metode Lowry. Jurnal Natur Indonesia 13 Februari 2011. Ginting, Nurzainah, dan Elsegustri Pasaribu. 2005. Pengaruh Temperatur dalam Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005. Legowo, Dr. Ir. Anang Mohammad. 2002. Sifat Kimiawi, Fisik, dan Mikrobiologis Susu. Diktat Kuliah Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Muchtadi, Tien R., Sugiyono, Fitiyono Ayustaningwarno. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan. Penerbit Alfabeta. Bandung. Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. UI-Press. Jakarta. Rahayu, Premy Puspitawati., Purwadi., I Thohari. 2013. Modifikasi Kasein dengan CaCl2 dan pH yang Berbeda Ditinjau dari Kelarutan Protein, Kelarutan Kalsium, Bobot Molekul dan Mikrostruktur. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Roach, Adrienne, and Federico Harte. 2011. Disruption and Sedimentation of Casein Micelles and Casein Micelle Isolates Under High-Pressure Homogenization. Department of Food Science and Technology, The University of Tennesse. Silva, Sofia V, and F. Xavier Malcata. 2011. Caseins as Source of Bioactive Peptides. Escola Superior de Biotecnologia, Universidade Catolica Portuguesa, Rua Dr. Antonio Bernardino de Almeid. Supardi, Tony. 2011. Pembuatan Nanofood Propolis Menggunakan Penyalut Casein Micelle. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Triyono, Agus. 2010. Mempelajari Pengaruh Maltodekstrin dan Susu Skim terhadap Karakteristik Yoghurt Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses ISSN 1411-4216. LAMPIRAN Gambar 2.1. Kasein Susu Full Cream A + CaCl2 0,04% Perhitungan % rendemen : = berat kertas saring setelah dioven – berat kertas saring awal x 100% Volume susu awal = 1,180 gram – 0,648 gram x 100% 20 ml = 2,66 % (w/v)