22 BAB II METODE MENGHAFAL DAN KOSAKATA BAHASA ARAB A. Metode Menghafal 1. Pengertian Meotode Menghafal Pengertian metode dalam buku strategi dan metode pembelajaran adalah jalan atau cara yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.1 Dalam buku lain arti metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur atau sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan.2 Sedangkan arti metode pengajaran itu sendiri adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. 3 Kata menghafal dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata dasar hafal, yang berarti telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan yang lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal, yang 1 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 112 2 Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Mlang Press, 2009), hlm. 23 3 Zaenal Mustakim, op.cit., hlm. 113 23 berarti berusaha merespakan ke dalam pikiran agar selalu ingat.4 Metode menghafal atau mahfữẓᾱt yakni cara menyajikan materi pelajaran bahasa Arab dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa sya’ir, cerita, kata-kata hikmah dan lain-lain yang menarik hati.5 Metode ini lebih difokuskan pada penguasaan kosakata dan memperbanyak perbendaharaan kosakata.6 2. Tujuan Metode Menghafal Adapun tujuan metode menghafal (mahfữẓᾱt) adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan daya fantasi anak didik, serta melatih daya ingatannya. b. Memperkaya perbendaharaan kata dan percakapan. c. Mempermudah anak didik dalam mempelajari sastra Arab dan uslubuslub gaya bahasa yang menarik hati, sebab telah terbiasa menghafal bait-bait sya’ir yang panjang. d. Mendidik jiwa kesatria dan menanamkan budi luhur. e. Melatih anak didik agar baik ucapannya, indah perkataannya, menarik hati para pendengar. f. Melatih jiwa dan mental yang disiplin.7 Berdasarkan artikel milik Suparlan, tujuan metode mengingat dan menghafal ada dua, yaitu: 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 652 5 Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab: Media dan Metode-metodenya, (Yogyakarta: Sukses Offest, 2009), hlm. 61 6 WA Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 75 7 Ahmad Muhtadi Anshor, loc. cit. 24 1) Untuk mengingat kembali secara cepat data atau konsep yang telah diberikan. 2) Untuk memperkuat struktur kognitif yang luas dalam pembentukan hubungan dan pengertian baru, serta membentuk suatu konsep yang diperlukan untuk menerima informasi baru yang lebih berarti.8 3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Menghafal a. Tes awal dan apersepsi. b. Hendaklah materinya disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik, serta materinya menarik untuk dipelajari. c. Untuk tahap awal dipilih kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang, dan pada tahap selanjutnya dapat diberikan cerita-cerita menarik, katakata hikmah atau bait-bait sya’ir yang indah. d. Materinya sebaiknya tertulis, dan ditulis dengan tulisan yang indah sehingga dapat membangkitkan motivasi dan menggugah semangat untuk belajar dan dibaca secara bersama untuk mempercepat proses hafalan.9 Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki latihan mudah untuk menghafal dengan cara menghubungkan sesuatu apa saja yang mudah diingat. Teknik menghubungkannya sebagai berikut: 1. Gunakan warna dan deskripsi indra. 2. Lakukanlah pekerjaan tersebut. 3. Beri tekanan yang bersifat vulgar. 8 Suparlan, Metode Mengajar Mengingat dan Menghafal, http:// website : www.suparlan.com, Akses pada 03 Maret 2015 9 WA Muna, loc.cit. 25 4. Libatkan emosi. 5. Bersikap berani.10 Metode meniru dan menghafal atau lebih dikenal dengan metode Mim-Mem, merupakan metode yang memberikan latihan langsung kepada siswa dalam menirukan ucapan kosakata maupun struktur kalimat dari guru. Mim-Mem adalah singkatan dari mimicry (meniru) dan memorization (menghafal atau mengingat). Proses pengajaran melalui metode ini yaitu, pertama, guru membaca kosakata yang diajarkan dan struktur kalimat satu per satu yang telah dipilih, kemudian siswa menirukan apa yang guru ucapkan, diulang dua atau sampai tiga kali. Kedua, guru dapat beralih pada kosakata dan struktur kalimat lain jika siswa telah dianggap menguasai dan tahu letak tekanan intonasinya, dan seterusnya sampai pengajaran selesai.11 Meskipun metode tersebut terlihat kuno, namun bisa memberikan manfaat bagi siswa. Sebab kosakata yang diucapkan guru dan ditirukan siswa akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan anak membaca kosakata itu sendiri. Mendengarkan kemudian mengucapkan, itu lebih mudah diingat dibanding dengan membaca kemudian mengucapkan. Demikian pula halnya urutan proses pembelajaran bahasa Arab sebaiknya diawali dengan menyimak atau 10 Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman & Menyenangkan, alih bahasa Alawiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 219 11 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. IV (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 103 26 mendengar (al-istima’), berbicara (al-muhadatsah), membaca (alqiro’ah), dan menulis (al-kitabah).12 B. Kosakata Bahasa Arab 1. Pengertian Kosakata Bahasa Arab Hakikat kata menurut para bahasawan tradisional adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.13 Kata menurut mazhab tradisional adalah suatu unit bahasa yang mempunyai suatu makasud atau arti. Sementara menurut mazhab struktural, kata memiliki pengertian suatu wujud minimal yang bebas.14 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata adalah rangkaian huruf sederhana yang memiliki arti atau maksud tertentu. Kata dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.15 Kosakata dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti perbendaharaan kata.16 Kosakata merupakan salah satu komponen yang penting dalam sebuah bahasa, baik penggunaan bahasa lisan maupun tulisan. Dari 12 Ibid, hlm. 74 Abdul Chaer, Linguistik Umum, Cet. III, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 162 14 Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: CV. Pustaka Cendekia Utama, 2011), hlm. 29 15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 153 16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 462 13 27 kosakata dapat disusun menjadi sebuah kalimat yang luas, bermakna serta mengandung ide atau gagasan tertentu. Kosakata adalah keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa yang mempunyai ragam dan jumlah yang banyak. Kosakata merupakan salah satu komponen kebahasaan yang sangat penting karena aspek-aspek kebahasaan atau kemampuan berbahasa dioperasikan dengan kosakata dan struktur.17 Istilah mufradᾰt dalam bahasa Arab atau kosakata dalam bahasa Inonesia memiliki makna yang sama dengan istilah vocabulary dalam bahasa Inggris. Tokoh Inggris bernama Hornby AS (1974) menguraikan; (1) kosakata adalah daftar kata-kata di suatu buku dengan definisi-definisi atau terjemahan, (2) kosakata adalah jumlah total dari kata-kata yang membentuk suatu bahasa. Menurut definisidefinisi ini, kosakata berarti kumpulan kata-kata. Sedangkan menurut Kridalaksana (1999), kosakata memiliki beberapa pengertian yaitu 1) komponen bahasa menurut semua informasi tentang makna dan pemakaian kata, 2) kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara atau penulis suatu bahasa, 3) daftar kata yang disusun seperti kamus tetapi penjelasan singkat dan praktis.18 17 Hawwin Alayya, “Efektifitas Metode Driil dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab Siswa MTs Yayasan Madrasah Islamiyah (YMI) Wonopringgo Pekalongan”, Skripsi, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2014), hlm. 34 18 Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, loc.cit. 28 2. Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu dikaji adanya pembelajaran yang tepat bagi orang-orang non Arab. Pembelajaran bahasa asing termasuk dalam hal ini bahasa Arab bisa dilakukan dengan beberapa cara dan metode. Demikian halnya dengan pembelajaran kosakata bahasa Arab. Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang dimiliki oleh pebelajar bahasa asing termasuk bahasa Arab. Perbendaharaan kosakata bahasa Arab yang memadai dapat menunjang seseorang mahir berkomunikasi dan menulis dengan bahasa tersebut. Pembelajaran kosakata (mufradᾰt) bukan hanya sekedar menyuruh siswa untuk menghafalkannya, akan tetapi kemampuan siswa dalam menguasai mufradᾰt tersebut sudah sesuai dengan indikatorindikator yang ada. Indikator –indikator tersebut adalah:19 a. Mampu menerjemahkan bentuk-bentuk mufradᾰt dengan baik. b. Mampu mengucapkan dan menulis kembali dengan baik dan benar. c. Mampu menggunakannya dalam jumlah (kalimat) dengan benar, baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan. Selain indikator-indikator tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran kosakata, sebagai berikut: 19 Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hlm. 60 29 1) Pembelajaran kosakata tidak berdiri sendiri, hendaknya tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri. 2) Pembatasan makna, dalam pembelajaran kosakata bahasa Arab, hendaknya makna harus dibatasi sesuai dengan konteks kalimat saja mengingat satu kata dapat memiliki beberapa makna. 3) Kosakata dalam konteks, beberapa kosakata dalam bahasa asing (Arab) tidak bisa dipahami tanpa pengetahuan tentang cara pemakaiannya dalam kalimat. Kosakata seperti ini hendaknya diajarkan dalam konteks agar tidak mengaburkan pemahaman siswa, misalnya huruf al-jar dan af’al as-syuru’. 4) Terjemah dalam pengajaran kosakata, sebagai cara penerjemahan. Ini direkomendasikan sebagai senjata terakhir dalam pembelajaran kosakata, digunakan untuk kata-kata abstrak atau kata-kata yang sulit diperagakan untuk mengetahui maknanya. Adapun teknik yang dapat digunakan untuk menjelaskan arti kosakata dan sekaligus dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan makna kosakata bahasa Arab, antara lain : a. Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan sampelnya atau benda aslinya, menunjukkan pensil misalnya didepan siswa disaat belajar menyebut kata ِم ْر َس ٌم. b. Memperagakan, guru dapat menunjukkan makna kosakata yang hendak diajarkan dengan memperagakan. Seperti guru 30 memperagakan orang yang sedang makan untuk menjelaskan kata َس َس َس. c. Memberi padanan kata (sinonim): guru dapat memberi padanan pada kosa kata yang hendak diajarkan, seperti ketika mengajarkan kata َسَق َس َس, guru dapat memberikan sinonimnya yaitu d. َس َس َس. Memberi lawan kata (antonim): guru dapat memberikan kata yang maknanya berlawanan dengan kosakata yang hendak diajarkan, seperti guru dapat menjelaskan kata َس ِم ْر ٌمdengan menyebutkan lawan katanya َس ِم ْرَقٌم. e. Memberikan asosiasi makna: guru dapat menjelaskan kata َس ْر َس َس ٌمdengan memberikan asosiasi dengan menyebutkan katakata seperti َس اِم ٌم, ُم َس ِّر ٌم, َس َق ْر َسٌمdan lain sebagainya, sehingga pikiran siswa akan tertuju pada satu pengertian yaitu sekolah. f. Menyebutkan akar kata dan derivasinya: guru dapat menjelaskan kata َس ْر َس ٌمdengan menunjukkan akar katanya beserta derivasinya, seperti ِمَس اَس ًة, َس ْر ُم ُم, َس َس َسdan seterusnya, Hal ini bisa membantu siswa memahami kosakata sesuai dengan perubahan kalimatnya. 31 g. Meminta siswa membaca berulang kali: guru bisa meminta siswa membaca kosakata baru yang didapatkan dari sebuah teks dengan berulang kali, sehingga dia dapat menemukan artinya setelah merangkainya dengan kata yang lain dalam teks yang dibacanya. h. Membuka dan mencari makna kata dalam kamus: ketika mengajarkan kosakata baru, guru dapat meminta siswa langsung mencari maknanya dalam kamus. i. Menerjemahkan kosakata dalam bahasa ibu, cara ini merupakan jalan terakhir ketika seluruh cara yang digunakan tidak mampu memberi pemahaman kepada siswa. Guru tidak dianjurkan terburu-buru menggunakan cara ini, karena cara ini berdampak negatif terhadap perkembangan kebahasaan siswa, seperti malas membuka kamus, berasosiasi dan sebagainya.20 5) Tingkat kesukaran, bila ditinjau dari tingkat kesukarannya, kosakata bahasa Arab bagi pelajar di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain: a. Kata-kata yang mudah, karena ada persamaannya dalam bahasa ِم Indonesia seperti ا َس ُم ْر ِم ٌّى َس ٌم. b. Kata-kata yang sedang dan tidak sukar, meskipun tidak ada persamaannya dalam bahasa Indonesia, seperti ا ِم ْرَقَس ُم َس ال ْر ُم. َس 20 M Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab,( Malang : UIN Maliki Press, 2010)hlm. 34-35. 32 c. Kata-kata yang sukar karena bentuknya maupun pengucapannya, seperti ِم ْر َسَق ْر َس. .21 3. Jenis-jenis Mufradᾰt Thu’aimah memberikan klasifikasi kosakata (mufradᾰt) menjadi empat, yang masing-masing terbagi lagi sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut: a. Pembagian kosakata dalam konteks kemahiran kebahasaan. Hal ini meliputi; pertama, kosakata untuk memahami bahasa lisan ( ) حمل دث maupun teks ( ) اق ء. Kedua, kosakata untuk berbicara, dalam pembicaraan perlu penggunaan kosakata yang tepat, baik pembicaraan informal ( )ع دmapun formal ( ) مس. Ketiga, kosakata untuk menulis, ini juga membutuhkan pemilihan kosakata yang tepat agar tidak disalah-artikan oleh pembacanya. Keempat, kosakata potensial. Kosakata jenis ini terdiri dari kosakata context yang diinterprestasikan sesuai dengan konteks pembahasan, dan kosakata analisis yakni kosakata yang dapat dianalisis berdasarkan karakteristik derivasi kata untuk selanjutnya dipersempit atau diperluas maknanya. b. Pembagian kosakata menurut maknanya. Pembagiannya meliputi; pertama, kata-kata inti. Kosakata ini adalah kosakata dasar yang 21 hlm.97-98 A. Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:Misykat, 2005), 33 membentuk sebuah tulisan menjadi valid, misalnya kata benda, kata kerja, dan lain-lain. Kedua, kata-kata fungsi. Kata-kata ini yang mengikat dan menghubungkan kosakata dan kalimat, sehingga membentuk paparan yang baik dalam sebuah tulisan. Contohnya hurữf jᾰr, adawᾰt al-istifhᾰm, dan seterusnya. Ketiga, kata-kata gabungan. Kosakata ini tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu dipadukan dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti yang berbeda. Misalnya kata َس ِم َسdapat berarti menyukai bila kata tersebut digandengkan dengan ِم ْرmenjadi َس ِم َس ِم ْر. Bila diikuti dengan kata َسع ْرmenjadi َسع ْر ِم َس َسartinya pun berubah menjadi benci.22 c. Pembagian kosakata (mufradᾰt) menurut karakteristik kata (takhasus) 1) Kata-kata tugas, yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan tugas, baik dalam lapangan kehidupan secara informal maupun formal dan sifatnya resmi. Contoh: َّتَسَق َس ْرل – َسه ( اِمَسkemarilah), ( تَسَق َس َّ ْرsilakan), ( ِم ْر َسل ْرhapuslah). 2) Kata-kata khusus, yaitu kumpulan kata yang dapat mengalihkan arti kepada yang spesifik dan digunakan diberbagai ulasan tetentu. Contoh: ُمه َس, َسْحَس ُم ْر, اَس ُم ُم 22 Syaiful Mustofa, op.cit., hlm. 64 34 d. Pembagian kosakata menurut penggunaannya ada dua, yaitu pertama, kosakata aktif adalah kosakata yang umumnya banyak digunakan dalam berbagai wacana, baik pembicaraan ataupun tulisan, contoh: َقَس ْرقَس ءُم- َسَقَس ءَس, َس َس َس – َس ْر ُم ُم. Kedua, kosakata pasif adalah kosakata yang hanya menjadi perbendaharaan kata seseorang, namun jarang digunakan. Kosakata ini dapat ditemukan di buku-buku cetak sebagai refrensi atau karya ilmiyah. Contoh: تُمَق ُمِّر َس – َقُمَسَق َس ِّر ُم, ُم ِمءَس – َقُم ْرق ءُم. Ada beberapa prinsip yang harus guru ketahui dalam mengajarkan kosakata (mufradᾰt) kepada siswa (pebelajar asing/non-Arab). Prinsip prinsip tersebut sebagai berikut:23 1. Tawatur (frekuensi) artinya memilih mufradᾰt yang sering digunakan. Contoh: خ ُمذ َقَس ْرقَس ءُم – َسأْر ُم- َقَسَسَق َس َّ ُم 2. Tawazzu’ (range) artinya memilih mufradᾰt yang sering digunakan di negara Arab atau yang biasa digunakan oleh penutur aslinya. Contoh: تَسَق َس َّ ْرل, تَسَق َس ْرل, ( َس ْر َسَث ٌمberapa harga). 3. Mataahiyah (availability) artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula. Yakni kata-kata yang digunakan dalam bidang tertentu. Contoh: kata kelas memakai lafadz اْر َس ْر ُم اَسَّ ُمل( اْر َس ْر ُم ِم = kelas satu) bukan ل ُم اْرق ْر. 23 Ibid, hlm. 66 35 4. Ulfa (familiar) artinya memilih kata-kata yang familiar dan terkenal serta meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar penggunaannya. Seperti kata syamsun lebih dikenal daripada kata dhuha. 5. Syumul (coverage) artinya memilih kata-kata yang dapat digunakan dalam berbagai bidang dan tidak terbatas pada bidang tertentu. Contohnya kata baitun lebih umum dibanding dengan kata manzil. 6. Alammiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaanya oleh siswa. 7. ‘Uruubah, artinya memilih kata-kata Arab walaupun ada bandingannya dalam bahasa lain. Seperti memilih kata haatif daripada telfon. 4. Tujuan Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab (Mufradᾰt) Secara umum, tujuan utama pembelajaran kosakata bahasa Arab atau mufrodât adalah sebagai berikut : a. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa, baik melalui bahan bacaan maupun fahm al-Masmu’ (memahami melalui pendengaran). Contoh: guru mengucapkan kata تَس َس َّ َسkemudian siswa menirukan. b. Melatih siswa untuk dapat mengucapkan atau melafalkan kosakata itu dengan benar, karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula. 36 c. Memahami makna kosakata, baik secara denotatif atau leksikal (berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu (makna konotatif dan gramatikal). Contoh: َس ْر َس ْر َستَسَق َّ ا لَس َس اْر اِمَّ ِم َس َس َس َس ( َسَس ُم ِمsaya senang belajar bahasa Arab). Kata ُماbila berdiri sendiri artinya senang atau cinta. d. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradᾰt itu dalam berekspresi lisan (berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya yang benar.24 5. Strategi Mengajarkan Kosakata Bahasa Arab (Mufradᾰt) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pengajar dalam mengajarkan mufradᾰt, antara lain:25 a. Menampilkan bendanya. Contoh, pengajar mengajarkan tentang warna, dalam hal ini buku yang berwarna biru. Pengajar ( َس ِمini memegang buku tersebut sambil mengucapkan ا َسْر َس ٌم هذ َس ٌم buku berwarna biru). b. Peragaan tubuh. Contoh kata خ ُمذ َسخ َسذ – َسأْر ُم ( َسmengambil), pengajar mempraktikannya dengan gerak yaitu misal mengambil buku di meja. 24 M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran, (Bandung: ITB, 1996), hlm. 25 Ibid, hlm. 78 43. 37 c. Bermain peran. Misalnya untuk kata َس ِمْر ٌم, pengajar bersama para siswa berpura-pura sakit perut dan memegang perutnya. d. Menyebutkan lawan kata. Misalnya َس ِمْرَقٌمX َس لِمْرَقٌم. e. Menyebutkan sinonimnya. Misalnya اَقَسْر ٌمsinonimnya َس ْر ِمٌملatau َس ْرل َس ٌم. f. Menyebutkan kelompok katanya. Seperti kata َسع اِمَس ٌم, didalamnya ada َس ْر ٌم, َس ْر َس ٌم, َسْرَس ٌمد, dan lain-lain. g. Menyebutkan kata dasarnya dan bentuknya. Misalnya kata َس ْر َس َس ٌم dari kata dasar ِمد َس َس ًة, dari musytaq (bentuknya) adalah ِم ْرُمد ُم ْر – َس تَس ْر ُم ْر- َس ْر ُم ُم – َسد ْر ًة – د َس َس ًة – فَسَق ُمه َس َسد ِم ٌم – َس َس َسا َس ْر ُم ْر ٌم- َسد َس ِم ْر َس ٌم- )( َس ْر َس َس ٌم2 – َس ْر َس ٌم h. Mengulang-ulang bacaan. Misalnya guru mengajar materi yang berjudul ُمعْرَق َس ٌم, maka guru mengulang-ulang bacaan (qiro’ah) tentang ُمعْرَق َس ٌم. 38 i. Mencari makna dalam kamus. Misalnya mencari kata ( ثَس اِم ٌمyang tetap). Maka terlebih dahulu kita mencari kata dasarnya yaitu – ثَقَسَس َس ( َقَسثْرُم ُم – ثَقَسَس تًةtetap). j. Mendengarkan serta menirukan. Strategi ini digunakan ketika pengajar mengajarkan kosakata baru. Misalnya pengajar mengucapka kata اَس ِما ُم, kemudian siswa menirukan. َس k. Meletakkan kata dalam kalimat. Contoh: kata ( َسَقَس ٌمpolpen) dalam kalimat menjadi ( ِم ْراَسِمقْرَس ِم َسَقَس ٌمdi dalam tas ada polpen). l. Memilih contoh kata yang baik. Dalam memberikan contoh katakata baru, seorang pengajar harus memperhatikan makna kata tersebut bagi siswa. Jangan sampai contoh tersebut memberikan efek yang tidak baik bagi siswa. Misalnya mengajarkan kata ُم ْر َس ٌم (sulit), lalu meletakkannya dalam kalimat ا لَس ُم اْر َس َساِمَّ ِم ُم ْر َس ٌم, kemudian ia meminta siswa untuk menirukannya dan mengulang-ulang. Maka hal tersebut akan mempengaruhi siswa dalam proses belajar bahasa Arab, mereka akan berpikiran bahwa belajar bahasa Arab itu memang sulit. Pilihlah kata yang baik seperti kata ( َس ْر ٌملmudah), letakkan kata tersebut pada kalimat ا لَس ُم اْر َس َساِمَّ َس ْره ٌم. 39 m. Permainan. Ketika siswa merasa jenuh dan bosan dalam mempelajari mufradᾰt, seorang pengajar dapat mengajarkan kosakata dengan permainan. Misalnya permainan anak tangga, di dalamnya terdapat gambar-gambar yang kemudian siswa itu menyebutkan mufradᾰtnya sesuai dengan jalan dadu yang dimainkan siswa. Contoh: (papan tulis = ) َس َق ْر َسٌم, (tas = ِم ) َس قْر ٌمَس, (lemari = ) ِمخَس َسٌم. 6. Teknik Pengajaran Kosakata Bahasa Arab Ada beberapa teknik-teknik yang dapat digunakan guru dalam pengajaran mufrodât, sebagai berikut: a. Mendengarkan Kata Ini merupakan tahapan pertama, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan guru atau media lain. b. Mengucapkan kata Dalam tahapan ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru membantu siswa mengingatnya dalam waktu yang lebih lama. c. Mendapatkan makna kata Dalam tahapan ini guru hendaknya menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, karena bila hal itu 40 dilakukan maka tidak akan ada komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari. Sementara makna kata akan cepat dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru untuk menghindari terjemahan dalam menerangkan arti suatu kata, antara lain dengan pemberian konteks, definisi sederhana, gambar atau foto, sinonim atau antonim dan lain sebagainnya. d. Membaca kata Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan dan memahami makna kata-kata yang baru, kemudian guru menulisnya di papan tulis. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk membacanya dengan suara keras. e. Menulis kata Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik. Kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa. f. Membuat kalimat Tahap terakhir dalam kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, secara lisan maupun tertulis. Guru harus kreatif dalam memberikan contoh kalimat yang bervariasi dan siswa diminta untuk menirukannya. Dalam menyusun kalimat-kalimat itu 41 hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan aktual agar siswa dapat memahami dan mempergunakannya sendiri.26 Oleh karena itu, diperlukan pemilihan kata-kata tertentu sesuai dengan tingkat kesukarannya agar didapati teknik pembelajaran yang sesuai. 7. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab. Belajar bahasa Asing bila ditunjang oleh faktor pendukung akan membantu mempercepat kita terhadap bahasa yang dipelajari. Sebaliknya apabila dipicu oleh hal-hal yang dapat menghambat kita untuk memelajari bahasa Asing tersebut akan memperlambat atau bahkan mengganggu percepatan pemahaman kita terhadap apa yang dipelajari. Faktor pendukung ialah beberapa faktor yang biasa membantu dan menguntungkan dalam pelaksanaan pelajaran bahasa Arab (khususnya kosakata) disuatu lembaga pendidikan. Faktor pendukung yang dimaksud disini adalah hal-hal yang didapat anak didik sebelum mereka masuk ke suatu lembaga pendidikan. Dan faktor pengahambat ialah beberapa faktor yang menghalangi dan memperlambat pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab. 26 Ahmad Fuad Effendy, op.cit., hlm. 100 42 a. Faktor pendukung27 1) Bahasa Arab telah dikenal oleh para siswa atau peserta didik, karena mereka telah menggunakannya sejak kecil, baik untuk do’a ibadah sholat maupun untuk do’a-do’a yang lain. 2) Sejak kecil siswa telah mengenal huruf Arab, yaitu yang disebut huruf hijaiyyah, karena mereka telah belajar mengaji dirumah, surau atau masjid, meskipun mereka tidak mengerti arti atau maksudnya. 3) Dalam kehidupan sehari-hari siswa senantiasa menjumpai istilah-istilah dari bahasa Arab yang diserap oleh bahasa Indonesia, dan ini merupakan modal awal perbendaharaan kosakata bagi siswa. 4) Siswa telah mengenal kebudayaan bangsa Arab dan latar belakangnya, walaupun baru sedikit. Mereka juga telah menyadari bahwa agama Islam itu datangnya dari negara Arab atau Makkah, jadi mereka mempunyai motivasi tersendiri untuk mempelajarinya. 5) Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam dan mempelajari bahasa Arab, dalam hal ini kosakata bahasa Arab diharapkan mampu memahami ajaran agama yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab yang berbahasa Arab. 27 Wa Muna, op.cit., hlm. 51-52 43 b. Faktor penghambat 1) Sebelum mempelajari bahasa Arab biasanya siswa telah menguasai bahasa daerah atau bahasa ibu, disamping bahasa nasional bahkan bahasa asing lainnya. Selain memiliki segi persamaan juga memiliki perbedaan, segi tulisan misalnya, siswa yang terbiasa menulis dari arah kiri ke kanan, sekarang menjumpai hal yang baru dikenal bahkan harus menulis dan berlatih dari arah kanan ke kiri. Hal ini menjadi hambatan pada orang yang baru mempelajari bahasa Arab. 2) Permasalahan abjad Arab atau yang disebut hijaiyah, semuanya ada 28 atau 30 yang dimulai dari huruf alif dan diakhiri dengan huruf ya’, berbeda dengan alfabet (abjad dalam bahasa Indonesia). 3) Adanya asumsi yang tidak mendukung pembelajaran bahasa Arab yaitu bahwa sebagian besar anak didik yang tidak mampu berbahasa Arab ternyata masih bisa menyelesaikan studinya dan lulus, dengan pengertian lain berarti bahasa Arab tidak menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh murid.28 4) Tidak adanya keseimbangan (rata) peserta didik dalam kelas studi bahasa Arab. Siswa pebelajar bahasa Arab cukup bervariasi, ada yang sebelumnya sudah mengenal bahasa Arab (mengenal huruf hijaiyyah), bisa membaca, mendengar, dan 28 Wa Muna, op.cit, hlm. 53-57 44 menulis bahasa Arab. Sebaliknya ada juga yang belum bisa membaca, apalagi menulis kosakata huruf yang berbahasa Arab. Hal ini cukup menyulitkan guru bahasa Arab. 5) Pengulangan materi dalam pendidikan bahasa Arab menjadikan siswa yang sudah memahami menjadi bosan mengikuti pelajaran.29 29 Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab Integratif Humanis. ( Yogyakarta : Pedagogia, 2010), hlm. 51 dari Pendekatan Konvensional ke