22 BAB II METODE MENGHAFAL DAN KOSAKATA BAHASA ARAB

advertisement
22
BAB II
METODE MENGHAFAL DAN KOSAKATA BAHASA ARAB
A. Metode Menghafal
1.
Pengertian Meotode Menghafal
Pengertian metode dalam buku strategi dan metode pembelajaran
adalah jalan atau cara yang ditempuh oleh seorang guru dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat
mencapai tujuan tertentu.1 Dalam buku lain arti metode adalah rencana
menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur
atau sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan.2 Sedangkan arti
metode pengajaran itu sendiri adalah cara yang ditempuh guru dalam
menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat
berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang
maksimal. 3
Kata menghafal dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar hafal, yang berarti telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran
atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan
yang lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal, yang
1
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2011), hlm. 112
2
Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Mlang
Press, 2009), hlm. 23
3
Zaenal Mustakim, op.cit., hlm. 113
23
berarti berusaha merespakan ke dalam pikiran agar selalu ingat.4 Metode
menghafal atau mahfữẓᾱt yakni cara menyajikan materi pelajaran bahasa
Arab dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat
berupa sya’ir, cerita, kata-kata hikmah dan lain-lain yang menarik hati.5
Metode
ini
lebih
difokuskan
pada
penguasaan
kosakata
dan
memperbanyak perbendaharaan kosakata.6
2. Tujuan Metode Menghafal
Adapun tujuan metode menghafal (mahfữẓᾱt) adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan daya fantasi anak didik, serta melatih daya
ingatannya.
b. Memperkaya perbendaharaan kata dan percakapan.
c. Mempermudah anak didik dalam mempelajari sastra Arab dan uslubuslub gaya bahasa yang menarik hati, sebab telah terbiasa menghafal
bait-bait sya’ir yang panjang.
d. Mendidik jiwa kesatria dan menanamkan budi luhur.
e. Melatih anak didik agar baik ucapannya, indah perkataannya, menarik
hati para pendengar.
f. Melatih jiwa dan mental yang disiplin.7
Berdasarkan artikel milik Suparlan, tujuan metode mengingat dan
menghafal ada dua, yaitu:
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 652
5
Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab: Media dan Metode-metodenya,
(Yogyakarta: Sukses Offest, 2009), hlm. 61
6
WA Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Teras, 2011), hlm. 75
7
Ahmad Muhtadi Anshor, loc. cit.
24
1) Untuk mengingat kembali secara cepat data atau konsep yang telah
diberikan.
2) Untuk memperkuat struktur kognitif yang luas dalam pembentukan
hubungan dan pengertian baru, serta membentuk suatu konsep yang
diperlukan untuk menerima informasi baru yang lebih berarti.8
3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Menghafal
a. Tes awal dan apersepsi.
b. Hendaklah
materinya
disesuaikan
dengan
kemampuan
dan
perkembangan peserta didik, serta materinya menarik untuk dipelajari.
c. Untuk tahap awal dipilih kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang,
dan pada tahap selanjutnya dapat diberikan cerita-cerita menarik, katakata hikmah atau bait-bait sya’ir yang indah.
d. Materinya sebaiknya tertulis, dan ditulis dengan tulisan yang indah
sehingga dapat membangkitkan motivasi dan menggugah semangat
untuk belajar dan dibaca secara bersama untuk mempercepat proses
hafalan.9
Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki latihan mudah
untuk menghafal dengan cara menghubungkan sesuatu apa saja yang
mudah diingat. Teknik menghubungkannya sebagai berikut:
1. Gunakan warna dan deskripsi indra.
2. Lakukanlah pekerjaan tersebut.
3. Beri tekanan yang bersifat vulgar.
8
Suparlan, Metode Mengajar Mengingat dan Menghafal, http:// website :
www.suparlan.com, Akses pada 03 Maret 2015
9
WA Muna, loc.cit.
25
4. Libatkan emosi.
5. Bersikap berani.10
Metode meniru dan menghafal atau lebih dikenal dengan
metode Mim-Mem,
merupakan metode yang memberikan latihan
langsung kepada siswa dalam menirukan ucapan kosakata maupun
struktur kalimat dari guru. Mim-Mem adalah singkatan dari mimicry
(meniru) dan memorization (menghafal atau mengingat). Proses
pengajaran melalui metode ini yaitu, pertama, guru membaca
kosakata yang diajarkan dan struktur kalimat satu per satu yang telah
dipilih, kemudian siswa menirukan apa yang guru ucapkan, diulang
dua atau sampai tiga kali. Kedua, guru dapat beralih pada kosakata
dan struktur kalimat lain jika siswa telah dianggap menguasai dan tahu
letak tekanan intonasinya, dan seterusnya sampai pengajaran selesai.11
Meskipun
metode
tersebut
terlihat
kuno,
namun
bisa
memberikan manfaat bagi siswa. Sebab kosakata yang diucapkan guru
dan ditirukan siswa akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan
anak membaca kosakata itu sendiri. Mendengarkan kemudian
mengucapkan, itu lebih mudah diingat dibanding dengan membaca
kemudian mengucapkan. Demikian pula halnya urutan proses
pembelajaran bahasa Arab sebaiknya diawali dengan menyimak atau
10
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman & Menyenangkan, alih bahasa Alawiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm.
219
11
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. IV (Bandung: Humaniora,
2011), hlm. 103
26
mendengar (al-istima’), berbicara (al-muhadatsah), membaca (alqiro’ah), dan menulis (al-kitabah).12
B. Kosakata Bahasa Arab
1. Pengertian Kosakata Bahasa Arab
Hakikat kata menurut para bahasawan tradisional adalah satuan
bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf
yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.13 Kata menurut
mazhab tradisional adalah suatu unit bahasa yang mempunyai suatu
makasud atau arti. Sementara menurut mazhab struktural, kata
memiliki pengertian suatu wujud minimal yang bebas.14 Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata adalah rangkaian
huruf sederhana yang memiliki arti atau maksud tertentu.
Kata dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.15
Kosakata dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti perbendaharaan
kata.16
Kosakata merupakan salah satu komponen yang penting dalam
sebuah bahasa, baik penggunaan bahasa lisan maupun tulisan. Dari
12
Ibid, hlm. 74
Abdul Chaer, Linguistik Umum, Cet. III, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 162
14
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung:
CV. Pustaka Cendekia Utama, 2011), hlm. 29
15
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), hlm. 153
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), hlm. 462
13
27
kosakata dapat disusun menjadi sebuah kalimat yang luas, bermakna
serta mengandung ide atau gagasan tertentu. Kosakata adalah
keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa yang mempunyai
ragam dan jumlah yang banyak. Kosakata merupakan salah satu
komponen kebahasaan yang sangat penting karena aspek-aspek
kebahasaan atau kemampuan berbahasa dioperasikan dengan kosakata
dan struktur.17
Istilah mufradᾰt dalam bahasa Arab atau kosakata dalam bahasa
Inonesia memiliki makna yang sama dengan istilah vocabulary dalam
bahasa Inggris. Tokoh Inggris bernama Hornby AS (1974)
menguraikan; (1) kosakata adalah daftar kata-kata di suatu buku
dengan definisi-definisi atau terjemahan, (2) kosakata adalah jumlah
total dari kata-kata yang membentuk suatu bahasa. Menurut definisidefinisi ini, kosakata berarti kumpulan kata-kata.
Sedangkan menurut Kridalaksana (1999), kosakata memiliki
beberapa pengertian yaitu 1) komponen bahasa menurut semua
informasi tentang makna dan pemakaian kata, 2) kekayaan kata yang
dimiliki seorang pembicara atau penulis suatu bahasa, 3) daftar kata
yang disusun seperti kamus tetapi penjelasan singkat dan praktis.18
17
Hawwin Alayya, “Efektifitas Metode Driil dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab
Siswa MTs Yayasan Madrasah Islamiyah (YMI) Wonopringgo Pekalongan”, Skripsi,
(Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2014), hlm. 34
18
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, loc.cit.
28
2. Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang banyak
dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu dikaji
adanya pembelajaran yang tepat bagi orang-orang non Arab.
Pembelajaran bahasa asing termasuk dalam hal ini bahasa Arab bisa
dilakukan dengan beberapa cara dan metode.
Demikian halnya dengan pembelajaran kosakata bahasa Arab.
Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang dimiliki oleh
pebelajar bahasa asing termasuk bahasa Arab. Perbendaharaan kosakata
bahasa Arab yang memadai dapat menunjang seseorang mahir
berkomunikasi dan menulis dengan bahasa tersebut.
Pembelajaran
kosakata
(mufradᾰt)
bukan
hanya
sekedar
menyuruh siswa untuk menghafalkannya, akan tetapi kemampuan siswa
dalam menguasai mufradᾰt tersebut sudah sesuai dengan indikatorindikator yang ada. Indikator –indikator tersebut adalah:19
a.
Mampu menerjemahkan bentuk-bentuk mufradᾰt dengan baik.
b.
Mampu mengucapkan dan menulis kembali dengan baik dan benar.
c.
Mampu menggunakannya dalam jumlah (kalimat) dengan benar,
baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan.
Selain indikator-indikator tersebut, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan guru dalam pembelajaran kosakata, sebagai berikut:
19
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN-Maliki
Press, 2011), hlm. 60
29
1) Pembelajaran kosakata tidak berdiri sendiri, hendaknya tidak
diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.
2) Pembatasan makna, dalam pembelajaran kosakata bahasa Arab,
hendaknya makna harus dibatasi sesuai dengan konteks kalimat
saja mengingat satu kata dapat memiliki beberapa makna.
3) Kosakata dalam konteks, beberapa kosakata dalam bahasa asing
(Arab) tidak bisa dipahami tanpa pengetahuan tentang cara
pemakaiannya dalam kalimat. Kosakata seperti ini hendaknya
diajarkan dalam konteks agar tidak mengaburkan pemahaman
siswa, misalnya huruf al-jar dan af’al as-syuru’.
4) Terjemah dalam pengajaran kosakata, sebagai cara penerjemahan.
Ini direkomendasikan sebagai senjata terakhir dalam pembelajaran
kosakata, digunakan untuk kata-kata abstrak atau kata-kata yang
sulit diperagakan untuk mengetahui maknanya. Adapun teknik
yang dapat digunakan untuk menjelaskan arti kosakata dan
sekaligus dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur
kemampuan siswa dalam penguasaan makna kosakata bahasa Arab,
antara lain :
a.
Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan
sampelnya atau benda aslinya, menunjukkan pensil misalnya
didepan siswa disaat belajar menyebut kata ‫ ِم ْر َس ٌم‬.
b.
Memperagakan, guru dapat menunjukkan makna kosakata
yang hendak diajarkan dengan memperagakan. Seperti guru
30
memperagakan orang yang sedang makan untuk menjelaskan
kata ‫ َس َس َس‬.
c.
Memberi padanan kata (sinonim): guru dapat memberi
padanan pada kosa kata yang hendak diajarkan, seperti ketika
mengajarkan kata ‫ َسَق َس َس‬, guru dapat memberikan sinonimnya
yaitu
d.
‫ َس َس َس‬.
Memberi lawan kata (antonim): guru dapat memberikan kata
yang maknanya berlawanan dengan kosakata yang hendak
diajarkan, seperti guru dapat menjelaskan kata ‫ َس ِم ْر ٌم‬dengan
menyebutkan lawan katanya ‫ َس ِم ْرَقٌم‬.
e.
Memberikan asosiasi makna: guru dapat menjelaskan
kata
‫ َس ْر َس َس ٌم‬dengan memberikan asosiasi dengan menyebutkan katakata seperti ‫ َس اِم ٌم‬, ‫ ُم َس ِّر ٌم‬, ‫ َس َق ْر َسٌم‬dan lain sebagainya, sehingga
pikiran siswa akan tertuju pada satu pengertian yaitu sekolah.
f.
Menyebutkan
akar
kata
dan
derivasinya:
guru
dapat
menjelaskan kata ‫ َس ْر َس ٌم‬dengan menunjukkan akar katanya
beserta derivasinya, seperti ‫ ِمَس اَس ًة‬, ‫ َس ْر ُم ُم‬, ‫ َس َس َس‬dan seterusnya,
Hal ini bisa membantu siswa memahami kosakata sesuai
dengan perubahan kalimatnya.
31
g.
Meminta siswa membaca berulang kali: guru bisa meminta
siswa membaca kosakata baru yang didapatkan dari sebuah
teks dengan berulang kali, sehingga dia dapat menemukan
artinya setelah merangkainya dengan kata yang lain dalam teks
yang dibacanya.
h.
Membuka dan mencari makna kata dalam kamus: ketika
mengajarkan kosakata baru, guru dapat meminta siswa
langsung mencari maknanya dalam kamus.
i.
Menerjemahkan kosakata dalam bahasa ibu, cara ini
merupakan jalan terakhir ketika seluruh cara yang digunakan
tidak mampu memberi pemahaman kepada siswa. Guru tidak
dianjurkan terburu-buru menggunakan cara ini, karena cara ini
berdampak negatif terhadap perkembangan kebahasaan siswa,
seperti malas membuka kamus, berasosiasi dan sebagainya.20
5) Tingkat kesukaran, bila ditinjau dari tingkat kesukarannya,
kosakata bahasa Arab bagi pelajar di Indonesia dapat dibedakan
menjadi tiga, antara lain:
a. Kata-kata yang mudah, karena ada persamaannya dalam bahasa
‫ِم‬
Indonesia seperti ‫ا َس ُم ْر ِم ٌّى‬
‫ َس ٌم‬.
b. Kata-kata yang sedang dan tidak sukar, meskipun tidak ada
persamaannya dalam bahasa Indonesia, seperti ‫ ا ِم ْرَقَس ُم َس ال ْر ُم‬.
‫َس‬
20
M Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab,( Malang : UIN Maliki Press,
2010)hlm. 34-35.
32
c. Kata-kata
yang
sukar
karena
bentuknya
maupun
pengucapannya, seperti ‫ِم ْر َسَق ْر َس‬. .21
3. Jenis-jenis Mufradᾰt
Thu’aimah memberikan klasifikasi kosakata (mufradᾰt) menjadi
empat, yang masing-masing terbagi lagi sesuai dengan tugas dan
fungsinya sebagai berikut:
a. Pembagian kosakata dalam konteks kemahiran kebahasaan. Hal ini
meliputi; pertama, kosakata untuk memahami bahasa lisan ( ‫) حمل دث‬
maupun teks ( ‫) اق ء‬. Kedua, kosakata untuk berbicara, dalam
pembicaraan perlu penggunaan kosakata yang tepat, baik
pembicaraan informal ( ‫ )ع د‬mapun formal ( ‫) مس‬. Ketiga, kosakata
untuk menulis, ini juga membutuhkan pemilihan kosakata yang
tepat agar tidak disalah-artikan oleh pembacanya. Keempat,
kosakata potensial. Kosakata jenis ini terdiri dari kosakata context
yang diinterprestasikan sesuai dengan konteks pembahasan, dan
kosakata analisis yakni kosakata yang dapat dianalisis berdasarkan
karakteristik derivasi kata untuk selanjutnya dipersempit atau
diperluas maknanya.
b. Pembagian kosakata menurut maknanya. Pembagiannya meliputi;
pertama, kata-kata inti. Kosakata ini adalah kosakata dasar yang
21
hlm.97-98
A. Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:Misykat, 2005),
33
membentuk sebuah tulisan menjadi valid, misalnya kata benda,
kata kerja, dan lain-lain. Kedua, kata-kata fungsi. Kata-kata ini
yang mengikat dan menghubungkan kosakata dan kalimat,
sehingga membentuk paparan yang baik dalam sebuah tulisan.
Contohnya hurữf jᾰr, adawᾰt al-istifhᾰm, dan seterusnya. Ketiga,
kata-kata gabungan. Kosakata ini tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
selalu dipadukan dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti
yang berbeda. Misalnya kata ‫ َس ِم َس‬dapat berarti menyukai bila kata
tersebut digandengkan dengan ‫ ِم ْر‬menjadi ‫ َس ِم َس ِم ْر‬. Bila diikuti
dengan kata ‫ َسع ْر‬menjadi ‫َسع ْر‬
‫ِم‬
‫ َس َس‬artinya pun berubah menjadi
benci.22
c. Pembagian kosakata (mufradᾰt) menurut karakteristik kata
(takhasus)
1) Kata-kata tugas, yaitu kata-kata yang digunakan untuk
menunjukkan tugas, baik dalam lapangan kehidupan secara
informal maupun formal dan sifatnya resmi. Contoh: َّ‫تَسَق َس ْرل – َسه‬
‫( اِمَس‬kemarilah), ‫( تَسَق َس َّ ْر‬silakan), ‫( ِم ْر َسل ْر‬hapuslah).
2) Kata-kata khusus, yaitu kumpulan kata yang dapat mengalihkan
arti kepada yang spesifik dan digunakan diberbagai ulasan
tetentu. Contoh: ‫ ُمه َس‬, ‫َسْحَس ُم‬
‫ ْر‬, ‫اَس ُم ُم‬
22
Syaiful Mustofa, op.cit., hlm. 64
34
d. Pembagian kosakata menurut penggunaannya ada dua, yaitu
pertama, kosakata aktif adalah kosakata yang umumnya banyak
digunakan dalam berbagai wacana, baik pembicaraan ataupun
tulisan, contoh:
‫ َقَس ْرقَس ءُم‬- ‫ َسَقَس ءَس‬, ‫ َس َس َس – َس ْر ُم ُم‬. Kedua, kosakata pasif
adalah kosakata yang hanya menjadi perbendaharaan kata
seseorang, namun jarang digunakan. Kosakata ini dapat ditemukan
di buku-buku cetak sebagai refrensi atau karya ilmiyah.
Contoh: ‫ تُمَق ُمِّر َس – َقُمَسَق َس ِّر ُم‬,‫ ُم ِمءَس – َقُم ْرق ءُم‬.
Ada beberapa prinsip yang harus guru ketahui dalam
mengajarkan
kosakata
(mufradᾰt)
kepada
siswa
(pebelajar
asing/non-Arab). Prinsip prinsip tersebut sebagai berikut:23
1. Tawatur (frekuensi) artinya memilih mufradᾰt yang sering
digunakan. Contoh: ‫خ ُمذ‬
‫ َقَس ْرقَس ءُم – َسأْر ُم‬- ‫َقَسَسَق َس َّ ُم‬
2. Tawazzu’ (range) artinya memilih mufradᾰt yang sering digunakan
di negara Arab atau yang biasa digunakan oleh penutur aslinya.
Contoh: ‫ تَسَق َس َّ ْرل‬, ‫ تَسَق َس ْرل‬, ‫( َس ْر َسَث ٌم‬berapa harga).
3. Mataahiyah (availability) artinya memilih kata tertentu dan
bermakna tertentu pula. Yakni kata-kata yang digunakan dalam
bidang tertentu. Contoh: kata kelas memakai lafadz ‫اْر َس ْر ُم اَسَّ ُمل( اْر َس ْر ُم‬
‫ِم‬
= kelas satu) bukan ‫ل ُم‬
‫ اْرق ْر‬.
23
Ibid, hlm. 66
35
4. Ulfa (familiar) artinya memilih kata-kata yang familiar dan terkenal
serta
meninggalkan
kata-kata
yang
jarang
terdengar
penggunaannya. Seperti kata syamsun lebih dikenal daripada kata
dhuha.
5. Syumul (coverage) artinya memilih kata-kata yang dapat digunakan
dalam berbagai bidang dan tidak terbatas pada bidang tertentu.
Contohnya kata baitun lebih umum dibanding dengan kata manzil.
6. Alammiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan
penggunaanya oleh siswa.
7. ‘Uruubah, artinya memilih kata-kata Arab walaupun ada
bandingannya dalam bahasa lain. Seperti memilih kata haatif
daripada telfon.
4. Tujuan Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab (Mufradᾰt)
Secara umum, tujuan utama pembelajaran kosakata bahasa Arab
atau mufrodât adalah sebagai berikut :
a. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa, baik melalui bahan
bacaan
maupun
fahm
al-Masmu’
(memahami
melalui
pendengaran). Contoh: guru mengucapkan kata ‫ تَس َس َّ َس‬kemudian
siswa menirukan.
b. Melatih siswa untuk dapat mengucapkan atau melafalkan kosakata
itu dengan benar, karena pelafalan yang baik dan benar
mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara
baik dan benar pula.
36
c. Memahami makna kosakata, baik secara denotatif atau leksikal
(berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat
tertentu (makna konotatif dan gramatikal).
Contoh:
‫َس ْر َس ْر َستَسَق َّ ا لَس َس اْر اِمَّ ِم‬
‫َس َس‬
‫َس َس‬
‫( َسَس ُم ِم‬saya senang belajar bahasa
Arab). Kata ‫ ُما‬bila berdiri sendiri artinya senang atau cinta.
d. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradᾰt itu dalam
berekspresi lisan (berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai
dengan konteksnya yang benar.24
5. Strategi Mengajarkan Kosakata Bahasa Arab (Mufradᾰt)
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pengajar dalam
mengajarkan mufradᾰt, antara lain:25
a. Menampilkan bendanya. Contoh, pengajar mengajarkan tentang
warna, dalam hal ini buku yang berwarna biru. Pengajar
‫( َس ِم‬ini
memegang buku tersebut sambil mengucapkan ‫ا َسْر َس ٌم‬
‫هذ َس ٌم‬
buku berwarna biru).
b. Peragaan tubuh. Contoh kata ‫خ ُمذ‬
‫َسخ َسذ – َسأْر ُم‬
‫( َس‬mengambil), pengajar
mempraktikannya dengan gerak yaitu misal mengambil buku di
meja.
24
M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran, (Bandung: ITB, 1996), hlm.
25
Ibid, hlm. 78
43.
37
c. Bermain peran. Misalnya untuk kata ‫ َس ِمْر ٌم‬, pengajar bersama para
siswa berpura-pura sakit perut dan memegang perutnya.
d. Menyebutkan lawan kata. Misalnya ‫ َس ِمْرَقٌم‬X ‫ َس لِمْرَقٌم‬.
e. Menyebutkan sinonimnya. Misalnya ‫ اَقَسْر ٌم‬sinonimnya ‫ َس ْر ِمٌمل‬atau
‫ َس ْرل َس ٌم‬.
f. Menyebutkan kelompok katanya. Seperti kata ‫ َسع اِمَس ٌم‬, didalamnya
ada ‫ َس ْر ٌم‬, ‫ َس ْر َس ٌم‬, ‫ َسْرَس ٌمد‬, dan lain-lain.
g. Menyebutkan kata dasarnya dan bentuknya. Misalnya kata ‫َس ْر َس َس ٌم‬
dari kata dasar ‫ ِمد َس َس ًة‬, dari musytaq (bentuknya) adalah
‫ِم‬
‫ ْرُمد ُم ْر – َس تَس ْر ُم ْر‬- ‫ َس ْر ُم ُم – َسد ْر ًة – د َس َس ًة – فَسَق ُمه َس َسد ِم ٌم – َس َس َسا َس ْر ُم ْر ٌم‬- ‫َسد َس‬
‫ِم‬
‫ ْر َس ٌم‬- )‫( َس ْر َس َس ٌم‬2 ‫– َس ْر َس ٌم‬
h. Mengulang-ulang bacaan. Misalnya guru mengajar materi yang
berjudul ‫ ُمعْرَق َس ٌم‬, maka guru mengulang-ulang bacaan (qiro’ah)
tentang ‫ ُمعْرَق َس ٌم‬.
38
i. Mencari makna dalam kamus. Misalnya mencari kata ‫( ثَس اِم ٌم‬yang
tetap). Maka terlebih dahulu kita mencari kata dasarnya yaitu – ‫ثَقَسَس َس‬
‫( َقَسثْرُم ُم – ثَقَسَس تًة‬tetap).
j. Mendengarkan serta menirukan. Strategi ini digunakan ketika
pengajar
mengajarkan
kosakata
baru.
Misalnya
pengajar
mengucapka kata ‫ اَس ِما ُم‬, kemudian siswa menirukan.
‫َس‬
k. Meletakkan kata dalam kalimat. Contoh: kata ‫( َسَقَس ٌم‬polpen) dalam
kalimat menjadi ‫( ِم ْراَسِمقْرَس ِم َسَقَس ٌم‬di dalam tas ada polpen).
l. Memilih contoh kata yang baik. Dalam memberikan contoh katakata baru, seorang pengajar harus memperhatikan makna kata
tersebut bagi siswa. Jangan sampai contoh tersebut memberikan
efek yang tidak baik bagi siswa. Misalnya mengajarkan kata ‫ُم ْر َس ٌم‬
(sulit), lalu meletakkannya dalam kalimat ‫ ا لَس ُم اْر َس َساِمَّ ِم ُم ْر َس ٌم‬, kemudian
ia meminta siswa untuk menirukannya dan mengulang-ulang.
Maka hal tersebut akan mempengaruhi siswa dalam proses belajar
bahasa Arab, mereka akan berpikiran bahwa belajar bahasa Arab
itu memang sulit. Pilihlah kata yang baik seperti kata ‫( َس ْر ٌمل‬mudah),
letakkan kata tersebut pada kalimat ‫ ا لَس ُم اْر َس َساِمَّ َس ْره ٌم‬.
39
m. Permainan. Ketika siswa merasa jenuh dan bosan dalam
mempelajari mufradᾰt, seorang pengajar dapat mengajarkan
kosakata dengan permainan. Misalnya permainan anak tangga, di
dalamnya terdapat gambar-gambar yang kemudian siswa itu
menyebutkan mufradᾰtnya sesuai dengan jalan dadu yang
dimainkan siswa. Contoh: (papan tulis = ‫ ) َس َق ْر َسٌم‬, (tas =
‫ِم‬
‫) َس قْر ٌمَس‬,
(lemari = ‫ ) ِمخَس َسٌم‬.
6. Teknik Pengajaran Kosakata Bahasa Arab
Ada beberapa teknik-teknik yang dapat digunakan guru
dalam pengajaran mufrodât, sebagai berikut:
a. Mendengarkan Kata
Ini merupakan tahapan pertama, yaitu dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang
diucapkan guru atau media lain.
b. Mengucapkan kata
Dalam tahapan ini, guru memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk
mengucapkan
kata
yang
telah
didengarnya.
Mengucapkan kata baru membantu siswa mengingatnya dalam
waktu yang lebih lama.
c. Mendapatkan makna kata
Dalam tahapan ini guru hendaknya menghindari terjemahan
dalam memberikan arti kata kepada siswa, karena bila hal itu
40
dilakukan maka tidak akan ada komunikasi langsung dalam bahasa
yang sedang dipelajari. Sementara makna kata akan cepat
dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan
oleh guru untuk menghindari terjemahan dalam menerangkan arti
suatu kata, antara lain dengan pemberian konteks, definisi
sederhana, gambar atau foto, sinonim atau antonim dan lain
sebagainnya.
d. Membaca kata
Setelah melalui
tahap
mendengar, mengucapkan dan
memahami makna kata-kata yang baru, kemudian guru menulisnya
di papan tulis. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk
membacanya dengan suara keras.
e. Menulis kata
Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia
diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar,
ucap, paham, baca) mengingat karakteristik. Kata tersebut masih
segar dalam ingatan siswa.
f. Membuat kalimat
Tahap terakhir dalam kegiatan pembelajaran kosakata adalah
menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang
sempurna, secara lisan maupun tertulis. Guru harus kreatif dalam
memberikan contoh kalimat yang bervariasi dan siswa diminta
untuk menirukannya. Dalam menyusun kalimat-kalimat itu
41
hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan aktual agar
siswa dapat memahami dan mempergunakannya sendiri.26
Oleh karena itu, diperlukan pemilihan kata-kata tertentu
sesuai
dengan
tingkat
kesukarannya
agar
didapati
teknik
pembelajaran yang sesuai.
7. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kosakata Bahasa
Arab.
Belajar bahasa Asing bila ditunjang oleh faktor pendukung akan
membantu mempercepat kita terhadap bahasa yang dipelajari.
Sebaliknya apabila dipicu oleh hal-hal yang dapat menghambat kita
untuk memelajari bahasa Asing tersebut akan memperlambat atau
bahkan mengganggu percepatan pemahaman kita terhadap apa yang
dipelajari.
Faktor pendukung ialah beberapa faktor yang biasa membantu
dan menguntungkan dalam pelaksanaan pelajaran bahasa Arab
(khususnya kosakata) disuatu lembaga pendidikan. Faktor pendukung
yang dimaksud disini adalah hal-hal yang didapat anak didik sebelum
mereka masuk ke suatu lembaga pendidikan. Dan faktor pengahambat
ialah beberapa faktor yang menghalangi dan memperlambat
pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab.
26
Ahmad Fuad Effendy, op.cit., hlm. 100
42
a. Faktor pendukung27
1) Bahasa Arab telah dikenal oleh para siswa atau peserta didik,
karena mereka telah menggunakannya sejak kecil, baik untuk
do’a ibadah sholat maupun untuk do’a-do’a yang lain.
2) Sejak kecil siswa telah mengenal huruf Arab, yaitu yang disebut
huruf hijaiyyah, karena mereka telah belajar mengaji dirumah,
surau atau masjid, meskipun mereka tidak mengerti arti atau
maksudnya.
3) Dalam kehidupan sehari-hari siswa senantiasa menjumpai
istilah-istilah dari bahasa Arab yang diserap oleh bahasa
Indonesia, dan ini merupakan modal awal perbendaharaan
kosakata bagi siswa.
4) Siswa telah mengenal kebudayaan bangsa Arab dan latar
belakangnya, walaupun baru sedikit. Mereka juga telah
menyadari bahwa agama Islam itu datangnya dari negara Arab
atau Makkah, jadi mereka mempunyai motivasi tersendiri untuk
mempelajarinya.
5) Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama
Islam dan mempelajari bahasa Arab, dalam hal ini kosakata
bahasa Arab diharapkan mampu memahami ajaran agama yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab yang
berbahasa Arab.
27
Wa Muna, op.cit., hlm. 51-52
43
b. Faktor penghambat
1) Sebelum mempelajari bahasa Arab biasanya siswa telah
menguasai bahasa daerah atau bahasa ibu, disamping bahasa
nasional bahkan bahasa asing lainnya. Selain memiliki segi
persamaan juga memiliki perbedaan, segi tulisan misalnya,
siswa yang terbiasa menulis dari arah kiri ke kanan, sekarang
menjumpai hal yang baru dikenal bahkan harus menulis dan
berlatih dari arah kanan ke kiri. Hal ini menjadi hambatan pada
orang yang baru mempelajari bahasa Arab.
2) Permasalahan abjad Arab atau yang disebut hijaiyah, semuanya
ada 28 atau 30 yang dimulai dari huruf alif dan diakhiri dengan
huruf ya’, berbeda dengan alfabet (abjad dalam bahasa
Indonesia).
3) Adanya asumsi yang tidak mendukung pembelajaran bahasa
Arab yaitu bahwa sebagian besar anak didik yang tidak mampu
berbahasa Arab ternyata masih bisa menyelesaikan studinya dan
lulus, dengan pengertian lain berarti bahasa Arab tidak menjadi
syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh murid.28
4) Tidak adanya keseimbangan (rata) peserta didik dalam kelas
studi bahasa Arab. Siswa pebelajar bahasa Arab cukup
bervariasi, ada yang sebelumnya sudah mengenal bahasa Arab
(mengenal huruf hijaiyyah), bisa membaca, mendengar, dan
28
Wa Muna, op.cit, hlm. 53-57
44
menulis bahasa Arab. Sebaliknya ada juga yang belum bisa
membaca, apalagi menulis kosakata huruf yang berbahasa Arab.
Hal ini cukup menyulitkan guru bahasa Arab.
5) Pengulangan materi dalam pendidikan bahasa Arab menjadikan
siswa yang sudah memahami menjadi bosan mengikuti
pelajaran.29
29
Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab
Integratif Humanis. ( Yogyakarta : Pedagogia, 2010), hlm. 51
dari Pendekatan Konvensional ke
Download