Tujuan Kompetensi Umum Tujuan Kompetensi Khusus Susu dan

advertisement
11/8/2016
Tujuan Kompetensi Umum
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mahasiswa
diharapkan akan memahami sifat-sifat/properties
dari setiap bahan baku hasil ternak yang
digunakan dalam pengolahan hasil ternak seperti
daging, susu, dan telur dan kontribusinya pada
hasil pengawetan
Oleh
Max A.J. Supit, S.Pt, GDipSc, MFoodTech
Susu, THT, Kuliah
Tujuan Kompetensi Khusus
Susu dan Jenis Susu
Diharapkan setelah menyelesaikan perkuliahan ini,
mahasiswa akan mampu untuk:
1. Menyebutkan komposisi (komponen-komponen)
dan struktur susu
2. Menjelaskan proses terjadinya kerusakan susu
3. Menjelaskan cara-cara perlakuan awal pada susu
4. Menyebutkan jenis-jenis produk susu beserta ciri
khasnya
Susu, THT, Kuliah
2
 Susu merupakan sekresi dari kelenjar susu (mammary gland)




3
dari ternak/hewan betina seperti kuda, kerbau, sapi, kambing,
reindeer, unta, yaks, kambing, dan domba
Fungsi alaminya adalah sebagai bahan makanan bagi mamalia
yang baru dilahirkan
Karena memiliki kandungan gizi yang sangat baik maka
digunakan juga oleh manusia baik sebagai minuman maupun
sebagai ingredient/bahan baku produk makanan lainnya
Sebagai minuman maupun bahan baku produk makanan
lainnya, susu harus bebas dari cita rusak rusak/asam (offflavour), pigmen, dan racun (toxin)
Daya tahan/simpan (shelf life) susu yang singkat menyebabkan
pengawetan menjadi sangat penting guna memenuhi
permintaan yang selalu ada setiap saat sepanjang tahun
Susu, THT, Kuliah
4
1
11/8/2016
Komposisi Susu
Komposisi Susu
 Komponen-komponen utama daripada susu adalah:
 laktosa,
 Komposisi susu penting artinya dalam pengawetan susu karena,
 Lemak
sebagai contoh, bisa mempengaruhi flavour /cita rasa , tekstur,
warna, maupun banyaknya produk (yield) yang dihasilkan.
Contoh yang lebih jelas, misalnya total casein yang tinggi bisa
menghasilkan keju dalam jumlah yang lebih banyak, kadar
lemak bisa mempengaruhi flavour keju. Selain itu kadar lemak
yang tinggi menyebabkan tekstur butter/mentega menjadi lebih
‘keras’ (harder).
 Susu merupakan sumber fosfor dan kalsium yang sangat baik
tetapi bukan sumber vitamin D yang memadai.
 Fortifikasi susu dengan vitamin D dan A sudah merupakan
praktek yang umum sekarang (di luar negeri). Susu instan lebih
banyak difortifikasi
 Protein
 Garam-garam (salts)
 Komposisi susu bervariasi bergantung antara lain jenis spesies hewan
(misalnya antara sapi, kuda, kerbau, dlsbgnya), genetik (bahkan antara FH dari
Eropa dengan New Zealand dan Australia)
 Sifat heritabilitas (turunan) lebih mempengaruhi konsentrasi komponenkomponen susu daripada produksi komponen-komponen susu yang
merupakan pengaruh dari faktor lingkungan terhadap volume susu. Contohnya
pemberian pakan biji-bijian cenderung menghasilkan kadar laktosa yang tinggi
sedangkan sapi perah yang digembalakan cenderung menghasilkan kadar
lemak yang tinggi
 Seleksi dapat digunakan untuk mengubah perbandingan protein : lemak susu.
Perbandingan protein : lemak ini dipercaya dipengaruhi oleh faktor genetik.
Seleksi dapat menyebabkan perubahan perbandingan ini
Susu, THT, Kuliah
6
7
Komposisi Susu dari berbagai jenis mamalia
Komposisi susu komersil dari beberapa jenis sapi perah
Susu, THT, Kuliah
Susu, THT, Kuliah
8
Susu, THT, Kuliah
9
2
11/8/2016
Milk Spoilage, Kerusakan Susu
 Susu dari sapi yang sehat biasanya hanya mengandung
sedikit mikroorganisme
 Penanganan sebelum, saat sedang dan setelah
melakukan pemerahan membuka peluang terjadinya
kontaminasi, baik oleh mikroorganisme maupun
kotoran (debris)
 Kontaminasi tersebut bisa berujung pada perubahan
yang bersifat merusak.
 Kerusakan susu dapat dibagi atas 3 kelompok besar,
sbb:
Susu, THT, Kuliah
10
2.
Perubahan Fisik






Perubahan Mikrobiologi
Tanpa perlakuan awal seperti pendinginan ataupun pemanasan maka akan
terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada susu yang dibiarkan pada suhu
ruang. Hal ini dapat menyebabkan:
a.
Pengasaman dan penggumpalan sebagai akibat fermentasi laktosa
menjadi asam laktat. Penumpukan asam laktat menyebabkan terjadinya
penurunan pH serta kemungkinan penggumpalan casein juga
b.
Beberapa jenis bakteri dapat menghasilkan bahan seperti kapsul dan
bergetah sehingga menyebabkan susu mengental dan berlendir
c.
Bakteri Bacillus cereus memiliki enzim yang mampu mencerna lapisan
tipis fosfolipid disekitar butiran lemak sehingga menyebabkan terjadinya
penggumpalan susu tanpa diikuti oleh penurunan pH
d.
Pertumbuhan mikroorganisme dalam susu juga dapat menyebabkan
timbulnya bau busuk (hasil sintesa protein), tengik (hasil penguraian
lemak), pembentukan gas ataupun pembentukan pigmen
Segera setelah pemerahan suhu susu sama seperti suhu
tubuh/ambing
Lalu berangsur-angsur mendekati suhu ambient/kamar
Akibat penurunan suhu menyebabkan konsistensi lemak susu
menjadi lebih padat
Selanjutnya hal tersebut mengakibatkan berat jenis susu
meningkat dan mencapai puncaknya setelah 12 jam
Berat jenis yang meningkat juga diakibatkan oleh penguapan
gas seperti CO2 dan N2
Selain itu terbentuk lapisan lemak yang tersusun dari globulaglobula lemak yang bergerak ke permukaan
Susu, THT, Kuliah
11
Perubahan-perubahan Setelah Pemerahan
Perubahan-perubahan Susu Setelah Pemerahan
1.
Susu, THT, Kuliah
12
Susu, THT, Kuliah
13
3
11/8/2016
Perubahan-perubahan Setelah Pemerahan
Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
3. Perubahan Kimia
Perubahan kimia susu tidak lepas dari aktifitas
mikroorganisme dalam susu. Contohnya terjadi
perubahan keasaman/asiditas (pH), perubahan
komposisi kimia, pembentukan senyawa-senyawa
volatil/sederhana serta perubahan potensial oksidasireduksi
Susu, THT, Kuliah
 Komponen yang paling dipengaruhi selama
penyimpanan adalah
 Lemak, dan
 Protein
 Perubahan terjadi biasanya melalui proses
 Oksidasi
 Lipolisis
 Akibat dari perubahan tersebut bisa mengarah pada
perubahan pada rasa (off-flavour) terutama pada susu
(cair) dan mentega (butter)
14
Informasi tambahan, glossary
 Oksidasi (oxidation) adalah penambahan oksigen
pada suatu senyawa, misalnya akibat penggunaan
agen-agen peng-oksidasi (oxidizing agents). Oksidasi
termasuk pula reaksi dimana atom dalam bahan yang
bereaksi kehilangan elektron, biasanya diikuti dengan
pemindahan ion-ion hidrogen. Reaksi-reaksi oksidasireduksi selalu terjadi secara simultan, jika suatu
reaktan dioksidasi maka sebagai konsekuensi, yang
lainnya harus direduksi.
 Lipolisis (lipolysis) adalah hidrolisa (pemisahan)
lemak oleh enzim lipase untuk memperoleh gliserol
dan asam lemak.
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
15
Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
 Oksidasi lemak menyebabkan cita rasa ‘metalik’ pada susu
cair sedangkan pada butter menghasilkan rasa berminyak
(oily) dan ‘berlemak’ (tallowy).
 Lesitin merupakan bagian dari lemak yang paling rawan
mengalami oksidasi.
 Awal dari auto-oksidasi dan perkembangan off flavour
semakin mudah terjadi bila terdapat garam-garam mineral
seperti besi dan tembaga, ataupun terekspos dengan
cahaya sinar matahari langsung bahkan cahaya dari lampu
flourescent (neon).
16
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
17
4
11/8/2016
**Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
Oksidasi lemak sebagian bisa dihambat oleh
1. Mikroorganisme dalam susu
Mikroorganisme penghasil asam laktat membutuhkan
oksigen. Oksidasi juga membutuh oksigen sehingga
bisa terjadi pengurangan oksidasi (akibat
ketersediaan oksigen berkurang karena digunakan
oleh mikroorganisme ini). Padahal sebenarnya pada
suhu rendah tingkat kelarutan oksigen justru
meningkat dan oksidasi (yang menyebabkan off
flavour) lebih mudah terjadi pada suhu rendah.
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
18
Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
Oksidasi protein
 Mudah terjadi bila susu terekspor/terkenan cahaya
sinar matahari secara langsung bahkan cahaya lampu
neon
 Pada kondisi tersebut asam amino methionine
didegradasi menjadi suatu kompleks vitamin B 2
(riboflavin) dan vitamin C (asam askorbat)
 Oksidasi tersebut menimbulkan cita rasa ‘cahaya sinar
matahari’ (sunlight flavour).
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
Pasteurisasi dengan suhu di atas 80°C
Gugus –SH memiliki sifat mereduksi dan gugus –SH ini
mudah terbentuk tatkala susu dipanaskan (misalnya saat
dipasteurisasi)
2. Penambahan antioksidan (reducing agents) seperti
Dadecy gallate.
3. Musim
Sebagian disebabkan oleh toleransi pada suhu ambang
batas bawah dan sebagian akibat diet. Buktinya, pada
musim panas pakan (hijauan) lebih kaya akan vitamin A
dan C yang pada akhirnya dapat meningkatkan reducing
agents dalam susu sehingga mengurangi terjadinya
oksidasi.
2.
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
19
Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sunlight
flavour adalah:
1. Intensitas cahaya (baik cahaya matahari maupun cahaya
buatan seperti dari neon)
2. Lama terkena cahaya (makin lama makin kuat cita rasa
tersebut)
3. Kondisi tertentu dari susu (susu yang dihomogenisasi
lebih mudah teroksidasi proteinnya daripada yang
tidak dihomogenisasi)
4. Kondisi kemasan (kemasan opaque atau tidak mudah
ditembus cahaya lebih baik dalam mencegah oksidasi
protein pada penyimpanan normal dibandingkan
kemasan yang transparan)
20
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
21
5
11/8/2016
Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
Lypolisis
 Proses lemak yang dipecah menjadi gliserol dan asam
lemak bebas (free fatty acids) disebut lypolisis.
Lypolisis menghasilkan rasa dan bau tengik pada susu.
 Lypolisis hanya terjadi bila globula lemak telah
mengalami kerusakan sehingga bisa diserang oleh
enzim lipase sehingga terjadi hidrolisa atas molekulmolekul lemak
 Globula lemak bisa mengalami kerusakan akibat
perlakuan-perlakuan seperti:
 Pemompaan,
 pengadukan (stirring),
 Penumpahan
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
Perubahan pada Susu Selama Penyimpanan
 Implikasinya, pengadukan yang berlebihan pada susu yang
tidak dipasteurisasi perlu dihindari untuk mencegah
terjadinya lypolisis.
 Lypolisis juga menyebabkan terjadinya ketengikan pada
susu
 Untuk deaktivasi kerja enzim lipase dari susu tersebut
maka perlu dilakukan pasteurisasi dengan suhu tinggi
(high temperature pasteurization).
 Sedangkan enzim yang dihasilkan bakteri lebih tahan
terhadap panas. Bahkan Ultra Hight Temperature (UHT)
Pasteurization dimana suhunya mencapai 135-150 °C
selama beberapa detik pun tidak mampu menghancurkan
enzim-enzim bakterial pemecah lemak ini.
22
Mikrobiologi susu
 Susu dari sapi yang sehat biasanya hanya mengandung
sedikit mikroorganisme
 Penanganan sebelum, saat sedang dan setelah
melakukan pemerahan membuka peluang terjadinya
kontaminasi, baik oleh mikroorganisme maupun
kotoran (debris)
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
23
Bakteri dalam susu
 Ketika susu disekresikan dalam
ambing/kelenjar susu/udder, sebenarnya
susu dalam keadaan steril
 Namun begitu diperah, sekitar puluhan
hingga ratusan bakteri pada saluran puting
susu akan mengkontaminasi susu
 Umumnya bakteri-bakteri tersebut bersifat
non patogen
 Tapi bila terjadi mastitis (radang ambing)
maka susu akan terkontaminasi berat oleh
bakteri dan sapi menderita sakit
 Air susu perahan pertama biasanya
dikumpulkan untuk diamati
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
24
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
25
6
11/8/2016
Bakteri dalam susu
Kontaminasi mikroorganisme terutama bakteri banyak
dipengaruhi oleh
 Kesadaran/pengetahuan dan kebersihan petugas
(pemerah)
 Keterampilan pemerah
 Kebersihan lingkungan
 Kebersihan sapi perah itu sendiri
 Kebersihan peralatan yang kontak dengan susu, baik
pompa, kontainer, tanki, dlsbgnya
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
Jumlah bakteri dalam susu
 Kalau peternakannya bersih maka mungkin sekitar
beberapa ribu bakteri/ml susu
 Kalau standar kebersihan kurang baik, begitu pula dengan
disenfeksi dan pendinginannya maka bisa mencapai
beberapa juta bakteri/ml susu
 Susu kualitas terbaik (top quality) seharusnya
mengandung kurang dari 100.000 CFU/ml
 CFU= colony forming units
 Pendinginan yang cepat (rapid chilling) hingga kurang dari
4°C menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga
mengurangi jumlah bakteri dalam susu
26
*Pengaruh temperatur terhadap perkembangan
bakteri dalam susu segar
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
27
Bakteri dalam susu
Ada 4 kelompok utama bakteri yang umumnya dapat
ditemui dalam susu
1. Bakteri asam laktat
2. Bakteri koliform
3. Bakteri asam butirat
4. Bakteri asam propionat
5. Bakteri pembusuk
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
28
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
29
7
11/8/2016
Bakteri asam laktat
Informasi tambahan
 Banyak yang hidup pada tanaman. Lebih banyak lagi yang hidup
dan berkembang pada susu. Ada juga yang hidup dalam usus
 Ada yang berbentuk batang dan ada pula yang berbentuk bulat
 Tidak membentuk spora
 Fakultatif anaerobik (dapat bertumbuh meski tidak tersedia




oksigen tetapi akan bertumbuh dengan lebih baik bila tersedia
oksigen)
Umumnya dapat dibunuh dengan suhu 70°C namun sebagian
kecil baru dapat dibunuh dengan suhu 80°C
Lebih menyukai laktosa sebagai sumber karbon,
Mereka mem-fermentasi laktosa menjadi asam laktat
Homofermentatif (hasil fermentasi sejenis, dalam kasus ini asam
laktat) maupun heterofermentatif (selain asam laktat dihasilkan
juga asam asetat, karbon dioksida dan ethanol)
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
30
Bakteri koliform
 Faktultatif anaerobik
 Kisaran suhu optimum 30-37°C
 Hidup pada kotoran, tanah, air
terkontaminasi, tanaman dan usus
 Mereka mem-fermentasi laktosa menjadi




asam laktat dan asam organik lainnya,
karbon dioksida, hidrogen serta
Memecah protein sehingga menghasilkan
aroma dan cita rasa tidak sedap pada
keju
Lainnya penyebab mastitis atau radang
ambing.
Pasteurisasi High Temperature Short Time
(HTST) dapat membunuh bakteri ini
Uji bakteri ini dipakai sebagai uji rutin
bakteri untuk penentuan kualitas susu
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
32
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
31
Bakteri Asam Butirat
 Dapat ditemukan pada tanah, tanaman, kotoran, dlsbgnya
serta mudah mengkontaminasi susu
 Merupakan bakteri anaerobik yang menghasilkan spora
 Suhu optimumnya adalah 37°C
 Contohnya Clostridium tyrobutyricum dan Clostridium
butyricum. Keduanya dikenal juga sebagai bakteri
“penghancur keju” (the cheese destroyers)
 Sebenarnya bakteri ini tidak mudah bertumbuh pada susu
karena mengandung oksigen namun sangat mudah
tumbuh pada keju (mengapa?)
 Keju yang terkontaminasi dan terfermentasi oleh bakteri
jenis ini akan memiliki tekstur yang kasar, rasa ‘manis’ asam
butirat sertamenjadi tengik
 Sporanya tahan terhadap suhu pasteurisasi
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
33
8
11/8/2016
Bakteri Asam Butirat
 Dulu diatasi dengan menggunakan saltpetre (salpeter,
sendawa, potassium nitrate) tetapi karena isu karsinogenik
maka tidak digunakan lagi
 Garam dapur (Natrium klorida, NaCl) memiliki efek
pencegahan yang baik asalkan diberikan sedini mungkin.
Penambahan garam pada curd tidak seefektif bila dilakukan
sebelum curd terbentuk
 Namun penambahan garam tidak boleh berlebihan karena
bisa menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat yang
seharusnya terjadi dalam keju
 Cara lain atasi bakteri asam butirat ini adalah dengan:
 Teknik sentrifugasi (karena sporanya cukup berat
sehingga mudah dipisahkan dengan cara ini)
 Teknik mikrofiltrasi (penyaringan mikro)
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
Bakteri asam propionat




Tidak membentuk spora
Suhu optimumnya 30°C
Sejumlah spesies tahan terhadap pasteurisasi HTST
Mereka mem-fermentasi laktat menjadi asam propionat,
karbon dioksida, dan produk-produk lainnya
 Kultur murni dari bakteri ini digunakan (bersama
bakteri laktokokus dan laktobasil lainnya) untuk
pembuatan keju Emmenthal, Gruyère, Jarlsberg, Grevé
dan Maasdam dimana mereka berfungsi sebagai
penghasil bentuk ‘mata’ dan cita rasa khas dari keju-keju
tersebut
 Dengan demikian pertumbuhan bakteri ini dalam keju
justru diinginkan
34
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
35
Yeasts/khamir
dalam susu
Bakteri pembusuk
 Bakteri pembusuk (putrefaction bacteria) adalah bakteri yang





memiliki enzim yang bisa memecah protein (biasanya
menghasilkan amoniak)
Sejumlah kecil digunakan dalam proses fermentasi, tapi lebih
banyak yang menyebabkan kegagalan produksi keju
Brevibacterium linens adalah contoh bakteri yang digunakan
untuk menghasilkan warna merah kekuningan yang
menyelimuti keju
Pada permukaan keju Port Salut, bakteri ini memecah protein
saat pematangan keju dan berkontribusi pada cita rasa
Lebih tahan terhadap penggaraman dibanding
mikroorganisme lainnya
Sebagian menghasilkan lipase (enzim pemecah lemak)
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
36
 Selain bakteri, mikroorganisme lain yang mungkin dapat




ditemui dalam susu adalah yeasts (khamir) dan moulds
(jamur)
Yeast bisa berbentuk bulat, bulat telur, maupun silindrik
Selain untuk pembuatan Kefir, minuman berbahan baku
susu dan beralkohol dari Rusia, yeast atau khamir tidak
diinginkan dalam susu
Yeast banyak menyebabkan kegagalan produksi keju dan
butter yang juga berbahan baku utama susu
Tetapi untuk roti, anggur, dan industri penyulingan
lainnya, yeast sangat membantu
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
37
9
11/8/2016
Moulds/Molds/Jamur
dalam susu
Pemerahan dengan tangan, see videos
 Mold yang sering ditemui pada susu adalah Geotricum
candidum
 Reproduksinya hampir mirip yeast
 Pada susu yang difermentasi akan terlihat sebagai suatu
lapisan halus, berwarna putih velvet
 Mold ini berguna dalam pembuatan keju lunak dan semi
lunak, tetapi bisa menyebabkan ketengikan pada butter
 Mold yang lain bisa menyebabkan perubahan warna dan
off flavour (cita rasa yang tidak semestinya) pada keju dan
butter
 Kebersihan sangat penting artinya untuk mencegah
kontaminasi jamur/mold
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
Setelah diperah, susu diisi
dalam wadah stainless steel
untuk selanjutnya
didinginkan
38
Pemerahan dengan mesin
• Pemerahan dengan tangan masih umum dilakukan
di sebagian besar tempat di dunia
• Sapi perah biasanya mudah terangsang untuk
mengeluarkan air susu akibat prosedur yang
biasanya dilakukan (misalnya musik, bunyi ember,
sentuhan saat ambing dicuci, suara pemerah)
• Pemerah biasanya selalu orang yang sama
• Perahan pertama tidak ditampung tetapi diamati
untuk mengidentifikasi bila ada peradangan pada
ambing
• Dua puting bersebelahan (diagonal, misalnya
kedua bagian yang didepan) diperah secara
bersama secara bergantian
• Susu dDiperah hingga ambing kosong
• Susu ditampung pada ember stainless steel lalu
diisi dalam kontainer susu sambil disaring
• Susu lalu didinginkan dalam churn yang mampu
menampung sekitar 30-50 liter sambil menunggu
susu dikumpulkan oleh tanki dari pabrik
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
39
Higienitas Penanganan Susu
 Pemerahan dengan mesin memungkinkan susu
tidak berkontak dengan udara terbuka hingga
selesai diproses.
 Cara ini mengurangi resiko kontaminasi pada
susu segar.
 Lihat videos.
 Kebersihan sapi perlu diperhatikan sebelum diperah
 Kebersihan puting dan ambing juga harus dipastikan
sebelum diperah
 Kebersihan puting setelah diperah pun harus diperhatikan
untuk mencegah kuman masuk melalui lubang puting
yang masih agak terbuka setelah pemerahan
 Kebersihan pekerja/pemerah juga perlu diperhatikan
 Bila diperlukan kaki dan ekor sapi perlu diikat untuk
mencegah kecelakaan dan kibasan ekor yang menyebabkan
kotoran masuk ke dalam ember penampung
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
40
Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, Susu
41
10
11/8/2016
Sterilisasi
Cara-cara pengolahan susu
1.
2.
3.
4.
5.
Sterilisasi
Sterilisasi diartikan sebagai penghancuran mikroorganisme yang ada dalam susu tetapi istilah ini
dianggap tidak cocok digunakan untuk proses pemanasan makanan karena sebenarnya susu yang
mengalami perlakuan sterilisasi ini tidak betul-betul steril sebagaimana makna kata steril dalam arti
medis
Pausterisasi
Merupakan proses pemanasan untuk membunuh kapang, jamur, patogen-patogen lainnya dan sejumlah
bakteri serta untuk menginaktifkan enzim-enzim tertentu tanpa terlalu mengubah cita rasa/flavour
Homogenisasi
Merupakan proses mekanis untuk mencampur komponen-komponen susu hingga menjadi emulsi yang
homogen dan seragam (uniform) serta stabil
Thermisation dan Tyndallisation
Tujuan thermisation adalah untuk mengurangi pertumbuhan bakteri psychrotrophic yang mampu
melepaskan enzim protease dan lipase. Merupakan pemanasan dengan suhu yang lebih rendah daripada
pasteurisasi
Tujuan Tyndallisation adalah untuk menginaktif spora dari bakteri. Thyndallisation merupakan proses
pemanasan secara berurutan.
Dijadikan berbagai produk makanan, misalnya:
Susu cair, Susu bubuk (powder milk), Produk-produk yang berbahan baku utama susu, misalnya:
yogurt/yoghurt, Keju (cheese) dan produk fermentasi susu lainnya, serta es krim (ice cream), dan
Mentega (butter),
Susu, THT, Kuliah
42
Pausterisasi
 Cara tradisional, dipanaskan pada suhu
 Susu bisa awet untuk beberapa hari tetapi sterilisasi
menyebabkan perubahan nilai gizi dan sifat sensoris yang
cukup besar, seperti cita rasa ‘masak’ (cooked) dan karamel
serta berwarna coklat
 Sekarang, 137oC selama 2 detik (Ultra-High Temperature,
UHT)
 Susu UHT mengalami lebih sedikit perubahan daripada
cara tradisional meski cita rasa ‘matang’ (cabbagy atau
boiled) masih bisa dirasakan
Susu, THT, Kuliah
43
Homogenisasi
63oC selama
30
menit.
 Sekarang, 72oC selama 15 detik tetapi bervariasi antar
negara
 Jika setelah dipausterisasi susu didinginkan lalu diisi dalam
wadah secara higienes dan disimpan dalam kulkas maka
susu akan awet hingga sekitar 10 hari
 Ada juga metode ‘pasteurisasi’ dengan cara menambahkan
hidrogen peroksida sebanyak 0,03-0,04% pada susu yang
baru diperah, tetapi praktek ini dilarang di sejumlah
negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Inggris
Susu, THT, Kuliah
 Cara tradisional, susu diisi dalam kontainer yang tertutup
kemudian dipanaskan dengan suhu 114-120oC selama 20-30
menit.
44
 Homogenisasi menyebabkan globula lemak pecah menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil sehingga memungkinkan
terbentuknya emulsi yang lebih stabil. Hal ini terjadi sebagai
akibat tidak terjadinya pergerakan lemak ke permukaan susu
untuk membentuk krim sebagaimana terjadi pada susu yang
tidak mengalami proses homogenisasi
 Homogenisasi juga menyebabkan susu terlihat lebih putih
sebagai akibat globula lemak menyebar merata sehingga
memantulkan cahaya secara lebih efektif
 Homogenizer adalah suatu pompa bertekanan tinggi yang
memaksa susu keluar melalui suatu saluran yang sangat kecil
dibawah tekanan 14-17 Mpa (2000-2500 psi) pada kecepatan
sekitar 183-244 mil/detik.
Susu, THT, Kuliah
45
11
11/8/2016
Homogenisasi
 Globula lemak yang semula
berdiameter sekitar 1-15 µm
dikurangi ukurannya menjadi
sekitar 1-2 µm melalui
homogenisasi
 Pada pembuatan es krim
ukuran globula yang kurang
lebih 90% seragam dan sangat
kecil tersebut akan
memberikan produk (es
krim) yang seragam (ukuran
kristalnya) dan konsisten,
tekstur yang halus.
Homogenizer
Susu, THT, Kuliah
46
Thermisation dan Tyndallisation
47
Butter/mentega
 Thermisation (termisasi) dilakukan pada suhu 57-68oC
selama 15 detik diikuti dengan penyimpanan dalam kulkas.
 Pada suhu 8oC, susu yang baru di termisasi dapat bertahan
hingga 3 hari
 Bedanya dengan susu hasil pasteurisasi adalah uji
phosphatase-nya harus negatif
 Susu yang di-termisasi biasanya akan mendapat perlakuan
lanjutan berupa pasteurisasi ataupun dengan teknik
pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi
 Tyndallisation (tyndalisasi) dilakukan pada suhu 100oC
selama 3 menit dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
 Pada pemanasan di hari pertama, sel bakteri akan mati.
Namun demikian spora masih bisa bertumbuh. Spora ini
akan di-inaktifkan pada proses pemanasan di hari kedua
ataupun ketiga
Susu, THT, Kuliah
Susu, THT, Kuliah
48
 Definisi. Butter adalah produk makanan yang dibuat secara
eksklusif dari susu, krim, atau keduanya, dengan atau
tanpa kandungan garam; dengan atau tanpa bahan
pewarna.
 Susu yang digunakan tidak lebih dari 80% dari berat akhir
produk
 Krim mengacu pada krim (bagian lemak) yang dipisahkan
dari susu yang dihasilkan oleh sapi perah yang sehat.
 Krim dipasteurisasi pada suhu tidak kurang dari 73,90oC
selama paling sedikit 30 menit ataupun dengan
menggunakan metode pasteurisasi lainnya yang memberikan
hasil yang sama
 Prinsip pembuatan. Mengaduk (churning) krim hingga
menjadi butter
Susu, THT, Kuliah
49
12
11/8/2016
Whole milk atau Susu Cair
Susu Cair
 Unflavored (tanpa penambahan bahan pemberi cita
rasa tertentu)
 Mengandung tidak kurang dari 3,25% lemak susu
dan 8,25% padatan bukan lemak (solids-not-fat).
 Flavored (diberi tambahan bahan pemberi cita rasa,
misalnya strawberry, coklat, vanilli, dsbgnya)
 Penambahan vitamin A dan D (fortifikasi) bukan
suatu keharusan (optional), tapi bila ditambahkan,
kadar vitamin A tidak boleh kurang dari 2.000
internasional unit (IU) per quart (sekitar 1,14 liter UK
dan 0,95 liter di US) dan kadar vitamin D pada level
400 IU
 Evaporated (diuapkan)
 Condensed (dipadatkan)
 Sweetened (dimaniskan)
 Dry (kering)
 Penambahan cita rasa tertentu juga bisa
ditambahkan
 nonfat dry (kering tanpa lemak)
Susu, THT, Kuliah
50
Susu, THT, Kuliah
51
Skim atau notfat milk atau susu
tanpa lemak
Lowfat milk atau susu rendah berkadar
lemak rendah
 Mengandung kurang dari 0,5% lemak susu dan tidak
kurang dari 8.25% solids-not-fat
 Mengandung 0.5, 1.5, or 2.0% lemak susu dan tidak
kurang dari 8.25% solids-not-fat.
 Harus mengandung 2.000 IU vitamin A per quart
 Harus mengandung 2,000 IU vitamin A per quart
 Penambahan vitamin D adalah optional, tetapi harus
pada level of 400 IU jika ditambahkan
 Penambahan vitamin D tidak diharuskan, tetapi bila
ditambahkan maka harus pada level of 400 IU
 Penambahan bahan pemberi cita rasa juga diizinkan
 Penambahan bahan pemberi cita rasa tertentu juga
diizinkan
Susu, THT, Kuliah
52
Susu, THT, Kuliah
53
13
11/8/2016
Half-and-half/’setengah-dansetengah’
Cultured Milks/susu yang dikultur
 Diproduksi dengan mengkulturkan ketiga jenis susu di
atas dengan bakteri yang sesuai
 Penambahan bahan pemberi cita rasa tertentu dan
bakteri penghasil asam laktat (lactic-acid producing
bacteria) diijinkan
 Mengandung campuran susu dan krim yang
mengandung tidak kurang dari 10.5% lemak susu
tetapi tidak lebih dari 18% lemak susu
 Contohnya: produk yang diberi label “cultured
buttermilk,” “cultured lowfat buttermilk,” or “cultured
skim milk (nonfat) buttermilk” tergantung pada kadar
lemak susu pada produk akhir
Susu, THT, Kuliah
54
Susu, THT, Kuliah
55
Light cream/krim light (rendah)
Light Whipping cream/ krim kocok
yang ringan
 Mengandung kurang dari 18% lemak susu tetapi tidak
lebih dari 30%.
 Mengandung tidak kurang dari 30% lemak susu, tetapi
tidak lebih dari 36% lemak susu.
 Bisa juga disebut : krim kopi “coffee cream” atau krim
meja “table cream”
 Disebut juga krim kocok atau “whipping cream”
Susu, THT, Kuliah
56
Susu, THT, Kuliah
57
14
11/8/2016
Heavy cream/ krim heavy
Sour cream/krim asam
 Mengandung tidak kurang dari 36% lemak susu
 Diperoleh dari hasil penambahan bakteri penghasil
asam laktat pada krim yang telah dipasteurisasi
 Disebut juga “heavy whipping cream”
 Krim tersebut mengandung tidak lebih dari 18%
lemak susu
 Disebut juga “cultured sour cream”
Susu, THT, Kuliah
58
Sour half-and-half/
setengah dan setengah asam
Susu, THT, Kuliah
Dry curd cottage cheese
 Merupakan produk yang dihasil dari penambahan
bakteri penghasil asam laktat pada half-and-half
 Merupakan suatu keju lembut, belum matang/tua yang
 Sour half-and-half mengandung kurang dari 18%
lemak susu

 Produk akhir bisa mengandung bakteri penghasil
asam laktat tetapi bisa juga tidak




Susu, THT, Kuliah
59
60
dibuat dari susu skim dan/atau susu kering non lemak
yang dicairkan kembali (reconstituted nonfat dry milk).
Curd keju terbentuk sebagai akibat penambahan baik
bakteri penghasil asam laktat maupun bahan-bahan
pengasam (acidifiers)
Manakala menggunakan acidifier maka prosesnya disebut
pengasaman langsung (direct acidification)
Rennet dan/atau enzim-enzim yang sesuai bisa digunakan
untuk membantu pembentukan curd
Dry curd cottage cheese mengandung kurang dari 0.5%
lemak susu dan tidak lebih dari 80% kelembaban
Disebut juga “cottage cheese dry curd.”
Susu, THT, Kuliah
61
15
11/8/2016
Rennet
Cottage cheese
 Protease yang sesuai dapat diperoleh dari Endothia
parasitica, Mucor meihei and M. pusillus. Protease
mikrobial sudah umum dipakai dalam produksi keju di
dunia sekarang ini.
 Keburukannya, protease mikrobial cenderung tahan panas
(heat stable) dan menyebabkan proteolisis (pemecahan
protein) dalam produk-produk whey (whey merupakan
protein sisa setelah terjadi penggumpalan susu akibat
 Merupakan produk yang dihasilkan dari penambahan
campuran krim (dressing) ke dalam dry curd cottage
cheese
 Cottage cheese mengandung tidak kurang 4% milk fat
dan tidak lebih dari 80% kelembaban
penggunaan rennet).
 Namun demikian, kemajuan bioteknologi telah
memungkinkan digunakannya rennet mikrobial yang
memiliki tingkat kestabilan yang lebih rendah (lower heat
stable). Bahkan chymosin telah di clone dan diproduksi
oleh sejumlah mikroorganisme.
Susu, THT, Kuliah
63
Susu, THT, Kuliah
Lowfat Cottage Cheese
Yogurt
 Merupakan produk yang dihasilkan dari penambahan
suatu campuran krim (dressing) ke dalam dry curd
cottage chees
 Merupakan produk yang dihasilkan pengkulturan
suatu campuran dari susu dan krim dengan bakteri
penghasil asam laktat seperti Lactobacillus bulgaricus
and Streptococcus thermophilus.
 Lowfat cottage cheese bisa mengandung baik 0,5; 1,0;
1,5; ataupun 2% lemak susu dan tidak lebih dari 82.5%
kelembaban
64
 Pemberi cita rasa manis (pemanis/Sweeteners) dapat
ditambahkan
 Yogurt mengandung tidak kurang dari 3,25% lemak
susu dan 8,25% solids-not-fat
Susu, THT, Kuliah
65
Susu, THT, Kuliah
66
16
11/8/2016
Lowfat Yogurt/yogurt dengan kadar
lemak rendah
Nonfat Yogurt/yogurt tanpa lemak
 Komposisi sama dengan yogurt kecuali produk ini
mengandung baik 0,5; 1,0; 1,5; ataupun 2% lemak susu
 Komposisi sama dengan yogurt kecuali produk ini
mengandung kurang dari 0.5% milk fat.
Susu, THT, Kuliah
67
Susu, THT, Kuliah
68
17
Download