Modul Kapita Selekta Ilmu Sosial [TM1]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kapita Selekta
Perspektif Ilmu Komunikasi
sebagai Ilmu Multidisiplin
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Public Relations
Abstract
Tatap Muka
01
Kode MK
Disusun Oleh
MK10230
Ispawati Asti
Kompetensi
Komunikasi ada dalam kehidupan Mahasiswa dapat mengetahui dan
manusia. Hal ini menggambarkan memahami Perspektif Ilmu Komunikasi
sebagai Ilmu multidisiplin
bahwa peristiwa komunikasi selalu
terjadi dalam berbagai konteks
kehidupan manusia. Pemahaman
terhadap peristiwa komunikasi yang
terjadi dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang mengamati peristiwa
komunikasi tersebut. Dengan kata
lain, perspektif yang menuntun kita
menafsirkan suatu peristiwa atau
perilaku seseorang yang kita temui.
Sumber Perspektif Dalam Ilmu Komunikasi
Perspektif memang membatasi pandangan kita, dan kita hanya dapat melihat
sesuatu sejauh berada dalam perspektif kita. Sepintas, perspektif itu sama
dengan persepsi. Namun Charon (1998 : 8) menyebutkan bahwa perspektif itu
bukan persepsi, melainkan pemandu persepsi kita; perspektif mempengaruhi
apa yang kita lihat dan bagaimana kita menafsirkan apa yang kita lihat.
Perspektif adalah „kacamata‟ yang kita pakai untuk melihat.
Dalam bidang
keilmuan – termasuk bidang ilmu komunikasi - perspektif akan mempengaruhi
definisi, model atau teori dan mempengaruhi cara kita melakukan penelitian.
Perspektif menentukan apa yang dianggap fenomena yang relevan. Oleh karena
setiap ilmuwan memandang bidang ilmunya secara berbeda, ia cenderung
menafsirkan fenomena yang sama dengan cara yang berbeda pula.
Oleh
karenanya tidak ada pendekatan, sudut pandang atau perspektif yang diterima
secara universal, semua interpretasi yang beranekaragam sama-sama absah.
Keragaman perspektif berguna karena hal itu memberikan berbagai perspektif
mengenai fenomena yang sama. Perbedaan perspektif ini pada dasarnya
merupakan perbedaan penafsiran tentang apa itu realitas.
Meskipun semua perspektif itu berbeda, tidak berarti perspektif yang satu benar
dan lainnya keliru. Seperti dikatakan Charon (1998), meskipun para ilmuwan
sepakat mengenai suatu perspektif, mereka berbeda pendapat mengenai aspek
yang menjadi fokus perhatian, dan akan sulit bagi mereka untuk menentukan
tolok ukur dalam menilai perspektif mana yang paling baik atau paling „ilmiah‟
dalam menangkap realitas. Namun, sebenarnya kita tidak perlu berdebat
mengenai perspektif mana yang paling baik. Yang penting kita harus
menjelaskan aspek-aspek mana dari fenomena yang dapat kita amati lewat
perspektif tersebut. Dalam pandangan Tucker et al, penggunaan berbagai
perspektif bermanfaat, setidaknya dalam arti bahwa bila hasil-hasil penelitian
yang diperoleh berbagai paradigma itu serupa, kita akan lebih yakin akan hasil
penelitian tsb.
Meskipun suatu perspektif mungkin lebih mendekati realitas yang dimaksud
daripada perspektif lainnya, semua perspektif itu mungkin menangkap
setidaknya sebagian dari realitas tsb, yakni menonjolkan aspek-aspek tertentu
dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. Tidak satu perspektifpun dapat
‘13
2
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menangkap keseluruhan realitas yang diamati. Jadi, suatu perspektif bersifat
terbatas dan mengandung bias, karena hanya memungkinkan manusia melihat
satu sisi saja dari realitas „di luar sana‟. Dengan kata lain, tidak ada perspektif
yang memungkinkan manusia dapat melihat semua aspek realitas secara
simultan. Oleh karena itu, tidak ada seorang ilmuan yang berhak mengklaim
bahwa perspektifnya yang benar atau sah, sedangkan perspektif lainnya salah.
Bagi ilmuwan sosial, keistimewaan ilmu sosial justru pada keanekaragaman
perspektifnya.
Apa yang telah dipaparkan diatas memperlihatkan bahwa ilmu komunikasi
sebagai bidang yang bersifat multidisipliner; setiap masalah, gejala dan perilaku
komunikasi yang sama seringkali bisa dijelaskan dengan cara berbeda-beda,
sebagai
akibat
dari
keanekaragaman
perspektif,
sudut
pandang
atau
pendekatan yang digunakan para ilmuwan tersebut. Tidaklah mungkin untuk
menghitung berapa jumlah perspektif untuk menangkap fenomena atau
peristiwa komunikasi yang selalu ada dalam kehidupan manusia.
Definisi Komunikasi
Bila anda ditanya apa itu ‟komunikasi‟ ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa
beragam dan berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang kompleks dan
multidisipliner, komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata komunikasi adalah
abstrak dan mengandung banyak arti. Para pakar telah berupaya mendefinisikan
komunikasi, akan tetapi untuk menetapkan sebuah definisi tunggal terbukti tidak
mungkin dan tidak berguna untuk melihat gagasan-gagasan yang ada dalam
definisi tsb.
Isu-isu tentang definisi ini penting, sebagaimana dikemukakan Andersen yang
dikutip Littlejohn (1996) bahwa “tidak ada pandangan yang benar atau salah,
pilihan-pilihan yang berdasarkan definisi-definisi tidaklah sepele. Pandanganpandangan ini menyebabkan para pakar menurunkan cara teoritis berbeda,
mempengaruhi pertanyaan yang berbeda dan membuat jenis-jenis studi
komunikasi yang berbeda. Definisi-definisi yang berbeda memiliki fungsifungsi
yang berbeda dan membuat para teoritisi dapat melakukan hal-hal yang jenisnya
berbeda.
Suatu definisi hendaklah dievaluasi berdasarkan seberapa tepat definisi tersebut
memungkinkan seorang pakar menyelesaikan tujuan suatu penelitian. Jenis
‘13
3
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
penelitian yang berbeda sering memerlukan definisi komunikasi yang berbeda
bahkan bertolak belakang. Dengan demikian, definisi merupakan alat yang
hendaknya digunakan secara fleksibel.
Untuk memperjelas arti konsep komunikasi, Littlejohn (1989) mengacu pada
Frank Dance yang telah menemukan 15 komponen konseptual yang berbeda
dalam berbagai definisi :
1. Simbol-simbol/verbal/ujaran
Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal
(Hoben, 1954)
2. Pengertian/pemahaman komunikasi adalah suatu proses dengan mana
kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi
merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai
dengan situasi yang berlaku (Anderson, 1959)
3. Interaksi/hubungan/proses social
Interaksi, juga dalam tingkatan biologis adalah salah satu perwujudan
komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan
tidak akan terjadi (Mead, 1963)
4. Pengurangan rasa ketidakpastian
Komunikasi
timbul
mengurangi
rasa
didorong
oleh
ketidakpastian,
kebutuhan-kebutuhan
bertindak
secara
untuk
efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego (Barnlund, 1964)
5. Proses
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti
katakata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain
6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran
Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya
sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang lainnya. Kata
komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa yang dialihkan, alat
apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan atau menunjuk kepada
keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang
dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karena
itu komunikasi juga menuntut adanya partisipasi (Ayer, 1955)
7. Menghubungkan/menggabungkan
Komunikasi sebagai suatu proses yang menghubungkan satu bagian
dalam kehidupan dengan bagian lainnya (Ruesch, 1957)
‘13
4
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8. Kebersamaan
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua
orang atau lebih (Gode, 1959)
9. Saluran/alat/jalur
komunikasi sebagai alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran/order dan
lain-lain seperti telegraf, radio, kurir dan lain-lain (American College
Dictionary)
10. Replikasi Memori
Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang
dengan tujuan mereplikasi memori (Cartier dan Harwood, 1953)
11. Tanggapan diskriminatif
Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme
terhadap suatu stimulus (Stevens, 1950)
12. Stimuli
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi
yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima
(Newcomb, 1966)
13. Tujuan/kesengajaan
Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari
sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku
penerima (Miller, 1966)
14. Waktu/situasi
Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan
struktur situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan (Sondel,
1956)
15. Kekuasaan/kekuatan
Komunikasi
adalah
suatu
mekanisme
yang
menimbulkan
kekuatan/kekuasaan (Schacter, 1951)
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa para pakar telah
berupaya mendefinisikan komunikasi, tetapi untuk menetapkan sebua definisi
tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak berguna untuk melihat gagasangagasan
yang ada dalam definisi tsb. Meskipun bidang komunikasi sangat kompleks dan
luas cakupannya, akan tetapi kajian komunikasi akan melibatkan sistem tanda
dan lambang dalam konteks kehidupan manusia. Berger dan Chaffee (1987)
mengemukakan bahwa:
‘13
5
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
”Ilmu Komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teoriteori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan
fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari systemsistem tanda dan lambang.”
Tiga pokok pikiran dari pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan Berger
dan Chaffee :
a. obyek pengamatan dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem lambang dan tanda dalam konteks
kehidupan manusia
b. ilmu komunikasi bersifat scientific (ilmiah empiris) dalam arti pokok-pokok
pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku
umum
c. ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan
dengan produksi, proses dan pengaruh dari system-sistem lambang dan
tanda
Perspektif Diplomatik
Secara sederhana Komunikasi Internasional adalah nama yang kita
berikan kepada suatu bentuk komunikasi antar bangsa atau antar negara.
Karena suatu bangsa adalah terdiri dari banyak orang maka komunikasi itu
adalah merupakan komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak atau lebih
tepat komunikasi dari orang banyak kepada orang banyak. Karena itu banyak
orang melihat komunikasi ini ditujukan kepada orang banyak maka sering juga
disebut atau digolongkan sebagai Komunikasi Massa. Ada juga karena dasar
komunikasi adalah bersifat politik, maka banyak penulis menyebutnya
Komunikasi Politik Internasional atau International Political Communication.
Menurut
Robert
O.
Angell,
meskipun
menganggap
Komunikasi
Internasional itu adalah komunikasi politik yang dilaksanakan oleh setiap
bangsa/negara. Ia juga menganggap bahwa kunjungan atau perpindahan
penduduk suatu negara ke negara lain misal seperti turis asing, bisnis
internasional, sekolah, tugas belajar pada hakikatnya juga termasuk (bentuk)
pelaksanaan Komunikasi Internasional.
Termasuk Wilbur Schramm dalam pengantarnya di buku karangan W.
Philips Davison dan Alexander L. George berjudul The Process and Effects of
Massa Communication menyebut juga sebagai Komunikasi Internasional,
‘13
6
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
walaupun beberapa kali menyebut dengan Komunikasi Politik Internasional.
Hanya saja kedua pengarang tersebut menyebut secara jelas sebagai
International Political Communication.
Dari penjelasan singkat di atas, walaupun ada kesulitan mendeskripsikan
pengertian Komunikasi Internasional, kita bisa memudahkan dengan kenyataan
bahwa komunikasi itu tidak selalu bersifat politik. Hal yang lain juga ada. Sedang
Komunikasi Internasional dilihat dalam hubungan dengan keseluruhan bentuk
komunikasi pada umumnya adalah salah satu bentuk spesialisasi komunikasi
yang bertujuan untuk memenangkan suatu bangsa terhadap bangsa yang lain
(M.O. Palapah).
Menurut Davison dan George yang melihat Komunikasi Internasional itu
sebagai hubungan politik antar bangsa menyebutkan sebagai “By International
Political Communication, we refer to the use by national states of
Communication to influence the politically relevent behaviour in other national
states (hal 433). Dengan ini maka dapat dimasukkan ke dalam pengertian ini
segala macam bentuk kegiatan seperti propaganda, informasi, diplomasi dan
pertahanan keamanan suatu negara. Tapi dari pengertian ini, tidak termasuk
penyebaran agama dan pendidikan.
Menurut formulasi di atas maka semua kegiatan hubungan internasional
itu ditujukan umumnya untuk memenangkan (kepentingan) bangsa-komunikator
terhadap bangsa-bangsa-komunikannya. Kenyataannya ialah, bahwa walaupun
suatu kunjungan ke negara lain itu hanya dilaksanakan oleh seseorang atau
golongan atau perorangan, tetapi efeknya selalu melihat kedua bangsa yang
bersangkutan. Termasuk bila komunikasi internasional, misalnya digunakan
untuk menyampaikan moves politik atau kegiatan-kegiatan yang berlatar
belakang politik antar negara.
Pengertian lain oleh tiga editor buku Komunikasi Internasional terbitan
Remaja Rosdakarya dijelaskan komunikasi internasional adalah komunikasi
yang dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk
menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan
negaranya kepada komunikan yang meawakili negara lain dengan tujuan untuk
memperoleh dukungan yang luas. Komunikasi internasional ini berfungsi untuk
mendinamisasikan hubungan internasional yang dijalin oleh dua megara atau
lebih.
Juga
meningkatkan
membantu
mencapai
capaian-capaian
tujuan
tujuan
hubungan
hubungan
internasional
internasional
meningkatkan capaian-capaian yang dikehendaki dari hubungan tersebut.
‘13
7
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan
dan
Dalam perspektif ini komunikasi internasional lazimnya dilakukan secara
interpersonal atau kelompok kecil. Jalur diplomatik atau komunikasi langsung
antara pejabat tinggi negara lebih banyak dipergunakan untuk memperluas
pengaruh dan mengatasi ketidak sepakatan, salah pengertian ataupun
pertentangan
dalam
masalah
tujuan
dan
kepentingan
setiap
negara,
memperteguh keyakinan dan menghindarkan konflik. Disini, terasa betapa
pentingnya teknik komunikasi diplomatik serta perlunya tradisi komunikasi
diplomatik diantara negara berdaulat dalam meletakkan jalur utama komunikasi
internasional untuk tujuan-tujuan perdamaian dunia yang lebih mantap. Dengan
demikian, komunikasi internasional diplomatik ditempuh untuk mengembangkan
dan memelihara hubungan bilateral atau multilateral atau untuk memperkuat
posisi tawar menawar ataupun untuk meningkatkan reputasi.
F. Rachmadi mengangkat konsep pemikiran bahwa hubungan politik
pada hakikatnya adalah hubungan diplomatik yang dijadikan wahana untuk
memperjuangkan kepentingan masing-masing negara nasional.
Tentang hubungan diplomatik sendiri Robert F. Delancy mendefinisikan
sebagai : Public diplomacy hjas been defined as the ways in which both
governments and private individuals and group influence directly or indirectly
those public attitudes and opinions which bear directly on other governments,
foreign policy decisions”.
Oleh sebab itu, hubungan diplomatik merupakan manifestasi kegiatan
komunikasi internasional. Disini terjadi arus komunikasi timbal balik antara
negara-negara nasional yang pada dasarnya merupakan produk transaksi dalam
sistem internasional, baik dalam bentuk antar negara nasional, bilateral,
multinasional atau internasional. Pada pelaksanaannya pengelola sumber
komunikasi diatribusikan oleh presiden kepada menteri Luar Negeri dengan
seluruh perangkatnya. Untuk efektifnya jalinan komunikasi maka pada setiap
negara mempunyai perwakilan diplomatik untuk kepentingan nasional masingmasing negara.
Menurut Syahmin AK untuk melakukan pembukaan atau pertukaran
perwakilan diplomatik maupun konsuler dengan negara-negara nasional harus
memenuhi persyaratan, yaitu :
1.
Harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak (mutual consent),
sebagaimana konvensi Wina tahun 1961 yang menyatakan pembentukan
hubungan diplomatik anatara masing-masing negara dengan persetujuan
bersama.
2.
‘13
Mentaati prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku.
8
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Konvensi Wina perwakilan diplomatik mempunyai tugas dan fungsi
yaitu:
a.
Mewakili negara pengirim di negara penerima (reprenseting the sending
state in the receiving state)
b.
Melindungi
kepentingan-kepentingan
negara
pengirim
serta
warga
negaranya di dalam wilayah dimana ia diakreditasi dalam batas-batas
ketentuan hukum internasional (protection)
c.
Mengadakan perundingan untuk atas nama rakyat dan negaranya
(negotiation)
d.
Memberi laporan kepada negara pengirim mengenai keadaan-keadaan dan
perkembangan negara penerima sesuai ketentuan hukum yang berlaku
Akhirnya kebutuhan untuk dibukanya perwakilan atau hubungan
diplomatik sebagai jaringan komunikasi antar negara nasional sangat dibutuhkan
karena terkait dengan berbagai kepentingan nasional. Bahkan sekarang ini arah
jalinan komunikasi ini dapat memicu pada berbagai kepentingan termasuk
masalah ekonomi dan kebudayaan daripada masalah-masalah ideologi.
Boutros-Boutros Ghali mengemukakan bahwa kecenderungan konflik
antar negara dikarenakan kurang mengembangkan bidang ekonomi, sosial dan
pembangunan politik. Karena itu, untuk mencapai perdamaian dan keamanan
harus memfokuskan kepada keadilan sosial, demokrasi dan mengngkat hak-hak
asasi manusia. Dalam konsepnya, Boutros tidak lagi mengandalkan kemampuan
dewan keamanan dalam memecahkan konflik-konflik negara nasional, bahkan
disarankan pergantian pendekatan ideologis dengan oleh pendekatan sosio
kultural dan humaniora yang menitik beratkan kepada nilai-nilai kepentingan
negara-negara nasional.
Perspektif Jurnalistik
Dalam perspektif ini komunikasi dilakukan melalui saluran media massa
cetak dan elektronik. Arus informasi yang bebas dan terbuka dari negara-negara
maju yang datang melalui media tersebut saat ini dinilai lebih merugikan negaranegara berkembang. Arus semacam ini tidak mencerminkan adanya mutual
respect antara kedua kubu negara tersebut. Komunikasi internasional dengan
penyebaran informasi satu arah menunjukkan betapa negara maju telah
mendominasi komunikasi internasional. Komunikasi semacam ini telah dijadikan
‘13
9
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pula oleh negara-negara maju sebagai alat kontrol terhadap kekuatan sosial
yang dikendalikan oleh kekuatan politik dam percaturan politik internasional.
Karena negara maju memiliki fasilitas komunikasi yang lengkap dan
canggih serta sistem yang terus dikembangkan secara mantap, terpaan
informasi dari mereka menjadi demikian kuat. Itulah sebabnya, sebagian negara
berkembang yang masih jauh tertinggal, mereka menghendaki pengaturan
seperti yang disebut ‘Tata Informasi Baru (New Information Order)’. Disini peran
negara stimulaltor yang netral sangat diperlukan dan bahkan menjadi begitu
penting karena ia bertibdak sebagai gatekeeper yang mengontrol arus
komunikasi yang sering berisi gagasan-gagasan baru.
Negara-negara
maju
berpendapat
bahwa
kebebasan
informasi
merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan internasional. Namun, negaranegara berkembang menganggap hal itu sebagai upaya mempengaruhi proses
penerapan kebijakan intranegara, jika tidak merupakan suatu pelanggaran
kedaulatan. Inilah yang ditakuti oleh negara-negara berkembang dan jika
mereka tidak mampu membendung arus informasi dari luar seperti itu, maka
tidak mustahil akan timbul kekuatan untuk merebut kekuasaan atau melahirkan
gangguan atau ketidakstabilan.
Perspektif Propaganda
Dalam perspektif ini kegiatan-kegiatan propaganda dengan tujuan-tujuan
untuk mengubah kebijakan dan kepentingan suatu negara atau memperlemah
posisi negara lawan digunakan. Bahkan dengan propaganda di komunikasi
internasional lebih ditujukan untuk menanamkam gagasan ke dalam benak
masyarakat negara lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi
pemikiran, perasaan serta tindakan. Tujuan ini mencakup perolehan dan
penguatan atau perluasan dukungan rakyat dan negara sahabat, mempertajam
atau mengubah sikap dan cara pandang terhadap suatu gagasan atau suatu
peristiwa atau kebijakan luar negeri tertentu, pelemahan atau peruntuhan
pemerintah negara asing atau penggagalan kebijakan serta program nasional
negara tidak bersahabat, serta netralisasi atau penghancuran propaganda tidak
bersahabat dari negara atau kelompok lain.
Selama ini, propaganda memang diakui merupakan instrumen yang
paling ampuh untuk memberikan pengaruh. Apabila terdapat kesatuan
psikologis dalam komunikasi internasional, satu opini publik dalam suatu negara
yang cocok dengan opini publik negara lain bisa saja berintegrasi menjadi opini
internasional dan selanjutnya akanmerupakan polar yang terpisahkan oleh
‘13
10
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan latar belakang ideologi, sejarah,
sosial dan faktor-faktor lain dari suatu negara.
Lebih jauh tentang propaganda akan diuraikan singkat pemahaman akan
propaganda. Dari sejarah propganda sebenarnya tidaklah negatif karena istilah
ini pertama kali digunakan oleh Paus Gregorius XV tahun 1622 dan atau oleh
Paus Urbanus VIII tahum 1633 untuk menanamkan suatu badan atau
organisasipenyebaran agama Katolik. Untuk istilah politik mula pertama
digunakan oleh Napoleon Bonaparte dan Mrs. Harriet Beecher Stove adalah
orang pertama yang menggunakan istilah ini di bidang sosial.
Lenin mengatakan bahwa propaganda adalah mengemukakan banyak
pikiran yang menrangkan masalah khusus. Leonard W. Doob berpendapat
bahwa propaganda is a systematic attempt by a interested individual individual
(or individuals) to control the attitudes of group of individuals through the use of
suggestion and consequently their actions. Sebanrnya banyak pengertian
tentang propaganda minimal kita memahami bahwa propaganda adalah suatu
spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk menanamkan pandangan,
sentimen dan atau penilaian atas dasar sugesti.
Tujuan propaganda sendiri menurut Herbert Blumer adalah hendak
menciptakan keyakinan dan mendorong diadakannya suatu aksi atas dasar
keyakinan itu. Sementara dalam operasinya ada beberapa syarat :
 Dalam rangka menanamkan pandangan atau sikap perlu upaya untuk
menarik perhatian
 Untuk menarik perhatian haruslah diberi ‘kerangka yang baik dan mengikat’
 Harus ada pengulangan secara terus menerus
 Memberikan desakan-desakan yang kukuh
Selanjutnya adanya objek propaganda yang berbeda yang saling bertentangan
atau secara teknis akan menimbulkan adanya ‘propaganda dan kontra
propaganda’, karena itu maka setiap propagand selalu ditawarkan sebagai suatu
grup propaganda yang ditujukan kepada mass audience. Untuk itu, setiap
propaganda selalu ditujukan kepada out-group dan tidak in-group. Seperti
contoh saat perang, Donovan Pedelty menyebutkan peranan utama propganda
dalam perang bukannya hendak meyakinkan lawan bahwa mereka itu salah,
akan tetapi untuk mempertahankan daya tempur mereka sendiri.
Untuk teknik Propaganda menurut George L. Bird dan Frederic E.
Merwin adalah :
1.
Name Calling yaitu memberikan nama jelek kepada pihak lain sehingga kita
menjadi benci dan menolaknya.
‘13
11
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.
Glittering Generalities yaitu mengunakan kata-kata muluk (virtue word) bagi
sesuatu yang sdang dipropagandakan. Disini, kita dirangsang agar
membenarkan atau menrima saja apa yang dipropgandakan tanpa
menolak benar salahnya. Berbeda dengan name calling.
3.
Transfer yaitu menggunakan prestise dari pada sesuatu yang kita hormati
dan autoritas daripada sangsi-sangsi.
4.
Testimonial untuk merangsang komunikan agar menerima seperti dunia
bisnis dan periklanan.
5.
Plain Folks seperti testimonial tapi untuk kalangan politik, para pemimpin
dsb.
6.
Card Stacking yaitu mengunakan emosi para komunikannya untuk
menutupi hal-hal yang sebenarnya dan menungkapkan bukti-bukti palsu
dsb.
7.
Band Wagon teknik ini merangsang komunikan untuk mengikuti setiap
orang yang telah terkena propaganda.
Perspektif Bisnis
Memasuki millenium baru, dunia usaha banyak menghadapi masalah kompleks.
Bukan saja karena cakupan bisnisnya yang semakin beragam, melainkan juga
karena skala bisnis sudah menjadi problem yang sangat luas. Sejumlah ahli
mengatakan bisnis sudah menjadi masalah global. Mengapa sampai demikian?
o
Pertama, karena semakin pesatnya kemajuan di bidang sain dan
teknologi, sehingga merangsang terciptanya sistem dan proses produksi
yang efisien. Produksi barang dan jasa sudah melampaui batas
kebutuhan pasar dalam negeri, sehingga perlu di ekspor.
o
Kedua, karena teknologi telah mempercepat pembangunan sarana dan
prasarana transportasi, sehingga mobilitas sosial menjadi semakin cepat
dan tinggi.
o
Ketiga, bersamaan dengan itu, kemajuan di bidang transformasi
informasi [komunikasi] juga berlangsung sangat pesat, sehingga
informasi tentang keadaan tertentu dapat disampaikan tanpa tergantung
pada jarak geografis. Bukan itu saja, kemajuan di bidang komunikasi
[media massa] telah mempengaruhi pola-pola bisnis antarmanusia.
Fenomena inilah yang menyadarkan banyak orang betapa pentingnya
memahami gejala komunikasi dalam rangka memahami gejala bisnis.Jika kita
‘13
12
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melihat bisnis dan komunikasi sebagai sama-sama suatu proses sosial, kita
akan sampai pada kesimpulan bahwa komunikasi adalah bisnis dan, sebaliknya,
bisnis adalah komunikasi. Artinya, pada tingkatan gejala [fenomena], antara
komunikasi dan bisnis merupakan gejala yang terintegrasi. Tidak bisa dipisahpisahkan.
Bisnis dan komunikasi sama-sama memulai kegiatannya dengan melakukan
proses produksi. Lebih jelasnya bisa dijelaskan sbb :
o
Dalam komunikasi, yang diproduksi dinamakan informasi; sedangkan
dalam bisnis, yang diproduksi adalah barang dan jasa. Dalam konteks
tertentu, informasi juga termasuk barang dan jasa. Misalnya : informasi
lewat surat kabar, majalah, televisi, dll.
o
Kemudian, bisnis dan komunikasi menyampaikan produk tsb kepada
pihak
lain.
Dalam
komunikasi,
disebut communicator,audience, destination,
pihak
dst.
lain
Sementara
bisa
dalam
kegiatan bisnis pihak lain sering disebut konsumen, klien, buyer, dst.
o
Komunikasi dan bisnis sama-sama menimbulkan reaksi tertentu dan
mempunyai hambatan-hambatan yang spesifik.
Dengan cara berpikir di atas, kita akan berusaha menjelajahi kajian-kajian yang
relevan tentang hubungan bisnis dengan komunikasi. Ada tiga kajian yang bisa
kita telaah :
o
Kajian tentang kegiatan bisnis dari perspektif komunikasi. Bagaimana
sudut pandangan komunikasi menerangkan gejala bisnis.
o
Kajian tentang kegiatan komunikasi dari perspektif bisnis. Bagaimana
sudut pandang bisnis dalam menerangkan kegiatan komunikasi. Atau,
secara sederhana, komunikasi sebagai bisnis.
o
Kajian tentang faktor-faktor eksternal dari keduanya yang turut terlibat
dalam proses komunikasi maupun bisnis.
Dalam aktivitas di suatu organisasi bisnis, komunikasi merupakan aktivitas
urgent yang memegang peranan sangat penting. Sebuah kegagalan dalam
organisasi bisnis, banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi
bisnis yang dilakukan para pelaku di organisasi tersebu.
Komunikasi bisnis ( Communication Bussines ) sejatinya adalah segala bentuk
komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis, mecakup berbagai macam
bentuk komunikasi. Baik komunikasi verbal, maupun non verbal
‘13
13
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikais bisnis yang berhasil dengan baik, adalah komunikasi yang bisa
dilakukan secara efektif sesuai dengan situasi dan kondisi di organisasi
bersangkutan. Pimpinan yang baik,tahu dan faham benar macam dan bentuk
komunikasi yang harus diterapkan saar bicara dengan bawahan misalnya. Atau
seorang salesman faham menggunakan trik-trik approach komunikasi saat akan
mempersuasi calon klien atau pembeli. Intinya, jika dilakukan dengan tepat, baik
dan efekti, komunikasi akan menjadikan salah satu item penting penentu sukses
tidaknya sebuah organisasi.perusahaan.
Perspektif Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam
dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan
faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas
budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi
juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah
suatu negara.
Apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain
atau negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut
menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk
musiman di suatu negara, agar tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat
mengakibatkan kegagalan bisnis.
Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Sudah saatnya para pengambil keputusan, khususnya manajemen puncak,
mengantisipasi era perdagangan bebas dan globalisasi sejak dini. Era yang
ditandai dengan semakin meluasnya berbagai produk dan jasa termasuk
teknologi komunikasi ini, menyebabkan pertukaran informasi dari suatu negara
ke negara lain semakin leluasa, sehingga seolah dunia tidak terikat dengan
sekat-sekat yang membatasi wilayah suatu negara.
Dalam menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaanperusahaan besar mencoba melakukan bisnis secara global. Pada umumnya,
perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di tanah air baik di bidang
manufaktur, eksplorasi, maupun jasa, menggunakan beberapa konsultan asing
untuk membantu mengembangkan perusahaan mereka, begitupun sebaliknya.
Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis
lintas budaya menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis
di antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara
dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui
tulisan maupun tulisan. Dengan semakin terbukanya peluang perusahaan
multinasional masuk ke wilayah suatu negara dan didorong dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat
itulah kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting
artinya.
‘13
14
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Memahami Budaya dan Perbedaannya
Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan,
standar, pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh
individu-individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang
bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Budaya suatu
masyarakat disampaikan dari generasi ke generasi dan aspek-aspek seperti
bahasa, kepercayaan/keyakinan, adat, dan hukum, akan saling berkaitan dan
membentuk pandangan masyarakat akan otoritas, moral, dan etika. Pada
akhirnya budaya akan bermanifestasi ke dalam bagaimana seseorang
menjalankan bisnis, menegosiasikan kontrak atau menangani hubungan bisnis
potensial.
Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa
komponen utamanya, yaitu: nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau ditolak),
norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), simbol-simbol (warna logo suatu
perusahaan), bahasa, dan pengetahuan.
Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup anatara lain: bahasa,
kepercayaan/keyakinan, sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor,
dan organisasi sosial.
Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material,
lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
Budaya material (material culture) dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu
teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan
untuk mengubah atau membentuk material menjadi suatu produk yang dapat
berguna bagi masyarakat pada umumnya. Pendududk di negara maju dan
mempunyai tingkat teknologi tinggi akan lebih mudah mengadopsi teknologi baru
dibandingkan penduduk di negara dengan tingkat teknologi rendah.
Ekonomi dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara orang menggunakan
segala kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya maupun orang lain. Termasuk di dalamnya adalah segala bentuk
kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, distribusi, konsumsi, cara
pertukaran, dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan kreasi.
Organisasi sosial (social institution) dan pendidikan adalah suatu lembaga yang
berkaitan dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain,
mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis
dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi
berikutnya. Kedudukan pria dan wanita dalam suatu masyarakat, keluarga, kelas
sosial, dan kelompok umur dapat ditafsirkan secara berbeda/berlainan dalam
setiap budaya. Pada masa lalu dalam masyarakat tertentu, kaum wanita
cenderung memiliki posisi yang relatif lemah daripada pria. Namun, kini
tanggapan seperti itu sudah tidak berlaku lagi. Pria dan wanita memiliki
kedudukan yang seimbang dalam meniti karier masing-masing.
‘13
15
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sistem kepercayaan atau keyakinan (belief system) yang dianut oleh suatu
masyarakat akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat
tersebut. Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat juga akan
mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana mereka memandang
hidup dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi dan cara
bagaimana mereka membelisuatu produk. Bahkan jenis pakaian yang
dikenakan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap
harinya, sebenarnya juga tidak lepas dari pengaruh yang kuat atas keyakinan
atau kepercayaan yang dianut seseorang.
Estetika (aesthetics) berkaitan dengan seni, dongeng, hikayat, musik, drama dan
tari-tarian. Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran
tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai
sasaran secara efektif. Contoh sederhana, di kalangan masyarakat Barat ada
yang beranggapan angka 13 adalah angka yang akan membawa kesialan
sehingga angka 13 sering dilewati dan dijadikan 14A.
Bahasa (language) adalah suatu cara yang digunakan seseorang dalam
mengungkapkan sesuatu melalui simbol-simbol tertentu kepada orang lain.
Bahasa adalah suatu komponen budaya yang paling sulit dipahami. Meskipun
demikian, bahasa sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami dengan benar
sehingga melalui bahasa orang dapat memperoleh empati dan simpati dari
orang lain. Untuk dapat memahami bahasa asing secara baik dan benar
diperukan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang cukup.
Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan
budaya, yaitu:
a. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi satu kebiasaan yang
dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi. Dalam dunia pendidikan,
tata bahasa Indonesia adalah termasuk salah satu budaya tingkat formal yang
mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari dulu hingga
sekarang. Contohnya, sebuah kalimat sebaiknya terdiri dari subjek, predikat,
objek. Dimensi waktu yang diukur dengan satuan tahun, bulan, minggu, hari,
jam, menit, dan detik juga termasuk bagian dari budaya tingkat formal.
b. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari
generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai
(digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu
dilakukan. Contoh, mengapa seseorang bersedia dipanggil dengan nama
‘13
16
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
julukan bukan nama aslinya, hal tersebut dilakukan karena dia tahu temantemannya biasa memanggil dengan nama julukan.
c. Teknis
Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturanmerupakan hal yang terpenting.
Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan
yang lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkat formal, pembelajaran dalam
budaya mencakup pembelajaran pola perilakunya, sedangkan pada tingkatan
teknis,aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat, seperti kapan suatu
kegiatan tertentu dapat diprediksi waktunya secara tepat, seperti kapan suatu
kegiatan peluncuran roket bisa dimulai. Pembelajaran secara teknis memiliki
ketergantungan sangat tinggi pada orang yang mampu memberikan alasanalasan yang logis bagi suatu tindakan tertentu.
Mengenal Perbedaan Budaya
a. Nilai-Nilai Sosial
Secara umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat
mengatasi berbagai masalah, kekayaan yang diperoleh dari usahanya sendiri
merupakan sinyal superioritas, dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada
yang tidak bekerja keras. Mereka juga benci terhadap kemiskinan dan
menghargai kerja keras. Di Indonesia, khususnya orang-orang yang tinggal di
daerah pedesaan masih memiliki nilai-nilai kebersamaan yang tinggi, sementara
ada kecenderungan bahwa nilai gotong royong mulai memudar di daerah
perkotaan, seiring dengan semakin tingginya sikap individualistis.
b. Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa
berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan
cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh, di negara-negara yang
sedang berkembang peran wanita dalam dunia bisnis marih relatif rendah.
Sementara, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, peran
wanita di dunia bisnis sudah cukup kuat.
Begitu pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status para eksekutif di
Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa materialistik. Status
sebagai seorang eksekutif ditandai dengan ruang sudut kantor yang luas, karpet
mahal, meja kerja eksekutif, dan sejumlah aksesoris yang menarik. Di Indonesia,
status seorang eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang terkesan
luks dan seberapa mewah jenis kendaraan yang digunakan.
c. Pengambilan Keputusan
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para eksekutif
selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu
keputusan penting. Umumnya, para manajer puncak berkaitan dengan suatu
keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan
kepada manajer yang lebih bawa. Lain halnya di Amerika Latin dan Jepang,
‘13
17
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer puncak umumnya
berjalan lambat dan bertele-tele.
d. Konsep Waktu
Sebagian besar penduduk negara maju sudah menyadari bahwa waktu
sangatlah berharga. Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika Serikat
dan Jerman membuat rencana bisnis secara efisien dengan memusatkan
perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu. Oleh karena waktu
sangatlah terbatas, dalam berkomunikasi mereka cenderung langsung menuju
pada pokok persoalan (to the point) dan cepat. Hal ini berbeda dengan para
eksekutif dari Amerika Latin dan Asia, yang umumnya memandang waktu relatif
luwes/fleksibel. Menurut mereka, menciptakan dasar-dasar hubungan bisnis
lebih penting daripada sekedar dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
e. Konsep Jarak Komunikasi
Sebagaimana masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga berbeda untuk
budaya yang berbeda. Ketika melakukan pembicaraan bisnis, para eksekutif
Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak sekitar 5 feet dari lawan bicara.
Namun, bagi para eksekutif Jerman atau Jepang, jarak komunikasi tersebut
dirasakan kurang dekat. Sementara itu, para eksekutif dari negara Timur Tengah
mempunyai kecenderungan untuk melakukan pembicaraan bisnis dengan jarak
komunikasi yang relatif dekat
f. Konteks Budaya
Salah satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada
orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks budaya tinggi
seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi
verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi nonverbal. Dalam
melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan-pesan secara
tidak langsung (indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun geraka-gerakan
tubuh; dalam konteks budaya rendah, seperti Amerika Serikat dan Jerman,
orang sangat tergantung pada komunikasi verbal dan bukan komunikasi
nonverbal. Jadi, dalam melakukan pembicaraan mereka cenderung langsung
pada persoalan atau disampaikan secara eksplisit tanpa basa basi.
g. Bahasa Tubuh
Perbedaan bahasa tubuh sering kali menjadi sumber kesalahpahaman
berkomunikasi lintas budaya. Sering kali orang perlu mewaspadai antara kata
yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui apa
maksud yang sebenarnya. Contohnya, sinyal ”Tidak” orang Amerika Serikat dan
Kanada dengan mengerakkan kepala ke kiri dan ke kanan namun orang
Bulgaria dengan menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah atau
membungkukkan badan yang dilakukan di Jepang dapat dipandang oleh orang
Amerika Serikat sebagai sikap menjilat.
Bantuk bahasa tubuh lainnya adalah kontak mata. Mata adalah salah satu
bagian tubuh yang sangat ekspresif. Orang-orang Mediterania menggunakan
mata untuk berbagai tujuan antara lain: membelalakkan mata (menyatakan
‘13
18
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kemarahan), mata berkedip (menyatakan persengkongkolan), bulu mata
bergetar (untuk memperkuat rayuan).
h. Perilaku Sosial
Apa yang dianggap sopan di suatu negara bisa jadi dianggap kurang sopan di
negara lain. Contohnya, di negara-negara Arab memberikan suatu hadiah
kepada istri orang lain dianggap tidak sopan, namun tidak demikian jika
diberikan kepada anak-anaknya.
i. Perilaku Etis
Perilaku yang etis dan tidak etis antarnegara pun bisa berbeda. Di beberapa
negara, perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang secara resmi untuk
persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap sebagai hal
yang rutin, namun di negara Amerika Serikat dan Swedia hal tersebut
dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan ilegal.
j. Perbedaan Budaya Perusahaan
Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu.
Dengan kata lain, budaya organisasi mempengaruhi cara orang bereaksi
dengan orang lain. Ia juga dapat melihat bagaimana pekerja melakukan
tugasnya, bagaimana mereka menafsirkan dan bereaksi satu sama lainnya, dan
bagaimana mereka memandang perubahan. Saat ini, banyak perusahaan di
Amerika Serikat mencoba membuat aliansi strategis dengan perusahaan asing
dan sebagian mengalami kegagalan. Salah satu alasan kegagalannya adalah
pertentangan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing
1. Belajar tentang Budaya
Ketika merencanakan untuk melakukanbisnis dengan orang yang memiliki
budaya berbeda, seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia
telah mempelajari budayanya. Lagipula, ketika merencanakan untuk tinggal di
negara lain, ia tentunya juga sudah mempersiapkan bahasa yang harus
dikuasainya.
Di samping itu, ketika tinggal di negara lain alangkah baiknya orang tersebut
juga sedikit banyak mengenal budaya maupun adat istiadat yang berlaku di
negara tersebut. Bahasa asing tentunya tidak bisa dipelajari dalam waktu
singkat. Namun, memulai mengenal beberapa kata bahasa asing untuk suatu
pergaulan di lingkungan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu
dikembangkan.
Selain belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang
budaya asing tersebut, dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada
mitra bisnis Anda. Usahakan agar Anda berkonsentrasi belajar pada masalahmasalah yang berkaitan dengan sejarah budaya, agama, politik, nilai-nilai, dan
adat istiadat. Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika
melakukan perjalanan ke suatu negara:
‘13
19
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai dengan
tujuh ayunan; melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk
penolakan. Di Perancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali
ayunan atau gerakan.
b. Jangan memberikan hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara
Arab.
c. Di Pakistan atau negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, jangan
heran kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta izin keluar
untuk menunaikan ibadah sholat karena setiap Muslim wajib sholat lima kali
sehari.
d. Anda dianggap menghina tuan rumah jika Anda menolak tawaran makanan,
minuman atau setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab. Namun, anda
juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk tawaran tersebut. Kalau mau
menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara-cara sopan.
e. Tekankan usia perusahaan Anda ketika berhubungan bisnis dengan
pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.
Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya
Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu
sebenarnya merupakan suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana
mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun, perlu
diingat dua hal penting, yaitu pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang
akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua,
jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap perilaku seseorang
dari budaya yang berbeda.
Mempelajari keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan
membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika
seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
Berikut ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang diperlukan seseorang ketika
berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
a. Asumsikan berbeda hingga suatu persamaan telah terbukti. Jangan
berasumsi bahwa orang lain memiliki pandangan sama sampai benar-benar
menjadi kenyataan.
b. Berani mengambil tanggung jawab saat berkomunikasi. Jangan berasumsi
bahwa ini adalah pekerjaan orang lain untuk berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tidak memberi pendapat. Belajar mendengar suatu cerita yang utuh dan
terimalah perbedaan dengan tanpa memberikan pendapat atau penilaian
tentang mereka.
‘13
20
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Tunjukkan suatu penghargaan. Belajar bagaimana suatu penghargaan itu
dikomunikasikan melalui suatu gerak isyarat, kontak mata, dan sejenisnya dalam
berbagai budaya yang berbeda.
e. Empati. Sebelum menyampaikan suatu pesan, cobalah untuk membayangkan
perasaan orang lain bagaimana dan mengapa berkomunikasi.
f. Menahan sikap ambiguitas/mendua. Belajar
kekecewaan pada situasi yang membingungkan.
untuk
mengendalikan
g. Jangan melihat sesuatu yang superfisial. Jangan diganggu dengan sesuatu
seperti pakaian, penampilan, atau ketidaknyamanan lingkungan.
h. Sabar dan tekun. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang
memiliki budaya berbeda, jangan mudah menyerah.
i. Mengenal bias budaya Anda sendiri. Belajar untuk mengidentifikasi ketika
asumsi Anda berbeda dengan orang lain.
j. Fleksibel/luwes. Siap mengubah kebiasaan atau sikap Anda ketika
berkomunikasi dengan orang yang memiliki budaya berbeda.
k. Tekankan hal-hal yang biasa. Carilah kesamaan untuk menjalin suatu kerja
sama.
l. Mengirim pesan yang jelas. Membuat sinyal verbal dan nonverbal yang jelas
dan konsisten.
m. Tingkatkan kepekaan budaya Anda. Belajar tentang berbagai kebiasaan dan
praktik, sehingga seseorang perlu waspada terhadap potensi munculnya salah
komunikasi.
n. Bersifat individual. Berkomunikasi dengan setiap orang sebagai individu
bukanlah mewakili kelompok lain.
o. Belajar secara langsung. Investigasi setiap budaya, sehingga Anda tahu
kapan mengirim suatu pesan dengan cara langsung atau tidak langsung.
p. Memperlakukan tafsiran Anda sebagai hipotesis kerja. Saat Anda memahami
budaya asing, berhati-hatilah terhadap umpan balik yang dilakukan si penerima
pesan.
Negosiasi Lintas Budaya
Moran, Stahl & Boyer Internasional, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang pelatihan lintas budaya (cross-cultural training), membedakan budaya
dalam dua kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti
makanan, liburan, gaya hidup, dan budaya tinggi (deep culture), yang terdiri atas
sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar budaya tersebut.
‘13
21
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai
pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu
ketidaksetujuan pun bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat
cenderung relatif impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan
mereka dalam sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap
unsur kepercayaan penting di antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari
Cina dan Jepang lebih suka pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil
bernegosiasi, Anda sebaiknya bersikap bersabar dan menguasai bagaimana
hubungan personal (pribadi) di Cina. Anda harus dapat menumbuhkan
hubungan personal sebagai dasar membangun kepercayaan dalam proses
negosiasi.
Di Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan menyukai suasana yang
formal dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan kepada pihak lain.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan
masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari
budaya partner Anda sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah dalam
memahami pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat,
sabar dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi proses
negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat menemukan solusi
yang menguntungkan kedua belah pihak.
‘13
22
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.Bandung.
Citra Aditya Bakti.
Littlejhon, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta. Salemba Humanika.
Morrisan, dan Andy Corry Wardhani. 2009. Teori Komunikasi Tentang
Komunikator, Pesan, Percakapan, dan Hubungan. Bandung. Ghalia
Indonesia.
Rakhmat,
Jalaluddin.
2009. Psikologi
Komunikasi. Bandung.
Remaja
Rosdakarya.
Littlejohn, Stephen W. 2005. Theories of Human Communication (7th ed),
Wadsworth Publishing, Belmont CA
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss, 2006. Theories of Human
Communication, Eighth edition. Belmont : Thompson Wadsworth
Publishing Company
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Rogers, Everett M. 1997. A History of Communication Study – A Biographical
Approach, The Free Press, New York.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2003. Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka,
Jakarta
‘13
23
Kapita Selekta Komunikasi
Ispawati Asri
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download