11 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Experiential Marketing
1. Pengertian Experiential Marketing
Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan untuk memberikan
informasi yang lebih dari sekedar informasi mengenai sebuah produk atau jasa.
Adaptasi
dari
Marketing
Aesthetics
(Veronika, 2012) experiential
marketing adalah pendekatan baru dalam bidang disiplin ilmu pemasaran yang
mengacu pada peristiwa individual yang terjadi, baik bersifat rasional maupun
emosional, dikarenakan adanya stimulasi tertentu atau rangsangan dari luar yang
membentuk suatu persepsi dan mempunyai dampak terjadap perilaku individu
tersebut dimasa yang akan datang.
Menurut
definisi
Schmitt
dalam
Jatmiko
dan
Andharini
(2012:130)experience adalah kejadian-kejadian yang terjadi sebagai tanggapan
stimulasi atau rangsangan, contohnya sebagaimana diciptakan oleh usaha-usaha
sebelum dan sesudah pembelian.
Menurut Kartajaya 2004 dalam Idelle 2012, experential marketing adalah
suatu konsep pemasaran yang bertujuanuntuk membentuk pelanggan-pelanggan
yang loyal dengan menyentuh emosi mereka dan memberikan suatu feeling yang
positif terhadap produk dan service.
11
12
Sedangkan experiential marketing didefinisikan oleh Schmitt sebagai suatu
pendekatan pemasaran yang melibatkan emosi dan perasaan konsumen dengan
menciptakan pengalaman-pengalaman yang positif dan tak terlupakan sehingga
konsumen mengkonsumsi dan fanatik terhadap produk tertentu (Putri dan Astuti,
2010:193). Lebih lanjut Schmitt menyatakan bahwa pemasar menawarkan produk
dan jasanya dengan merangsang unsur-unsur emosi konsumen yang menghasilkan
berbagai pengalaman bagi konsumen.
Menurut Smilansky (2009:72) experiential
marketing adalah proses
mengidentifikasi dan memuaskan kebutuhan dan aspirasi pelanggan yang
menguntungkan, melibatkan mereka melalui komunikasi dua arah yang membawa
kepribadian merek untuk hidup dan menambah nilai target audiens. Sedangkan
menurut Tatum (dalam Dewanti, 2011:88) experiential marketing adalah konsep
pemasaran yang mengkombinasikan elemen dari emosi, logika dan seluruh proses
berpikir konsumen yang akhirnya terhubung dengan konsumen
Kertajaya dalam Putri dan Astuti (2010:193) mendefinisikan experiential
marketing sebagai suatu konsep pemasaran yang bertujuan membentuk pelanggan
yang loyal dengan cara menyentuh emosi pelanggan dengan menciptakan
pengalaman-pengalaman positif dan memberikan suatu Feeling yang positif
terhadap jasa dan produk mereka. Hal ini diperkuat dengan pendapat Kotler dan
Keller, (2009) yang mengemukakan bahwa experiential marketing adalah bukan
hanya sekedar mengkomunikasikan fitur dan manfaat dari suatu produk saja,
tetapi juga menghubungkan suatu produk atau jasa dengan pengalaman yang unik
dan menarik.
13
Pada experiential marketing perusahaan tidak hanya berorientasi pada fitur
dan benefit tetapi juga mengutamakan emosi pelanggan dengan memberikan
fasilitas-fasilitas yang biasa memberikan kepuasan bagi pelanggan sehingga
tercapai memorable experience (Putri dan Astuti, 2010). Selain itu, konsep
experiential
marketing ini juga mendorong perusahaan semakin kreatif
memikirkan bagaimana langkah pemasaran menarik minat konsumen untuk
membeli dan menjadi loyal terhadap produk tersebut.
Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa experiential
marketing merujuk pada pengalaman nyata pelanggan terhadapbrand/product atau
service untuk meningkatkan penjualan dan Brand Image/awareness. Experiential
marketing lebih dari sekedar memberikan informasi namun juga peluang pada
pelanggan untuk memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat dari
produk atau jasa itu sendiri serta membangkitkan emosi dan perasaan yang akan
berdampak positif terhadap pemasaran khususnya penjualan.
2. Elemen Experiential Marketing
Schmitt mengeksplorasi bagaimana perusahaan-perusahaan
experiential
marketing
menciptakan
dengan mempertimbangkan lima elemen dasar yaitu
sense, Feel, think, Act, and relate (Jatmiko dan Andharini, 2012). Kelima dimensi
tersebut merupakan modul yang digunakan untuk menciptakan berbagai
pengalaman bagi konsumen atau yang umum disebut sebagai SEMs (Strategic
Experiential Modules) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
14
a. Sense
Sense adalah aspek- aspek yang berwujud dan dapat dirasakan dari suatu
produk yang dapat ditangkap oleh kelima indera manusia,meliputi pandangan,
suara, bau, rasa, dan sentuhan. Sense ini, bagi konsumen, berfungsi untuk
mendiferensiasikan suatu produk dari produk yang lain, untuk memotivasi
pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk value pada produk atau jasa
dalam benak pembeli. Indera manusia dapat digunakan selama fase
pengalaman (pra pembelian, pembelian dan sesudah pembelian) dalam
mengkonsumsi sebuah produk atau jasa.
b. Feel
Feel berhubungan dengan perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan.
Iklan yang bersifat Feelgood biasanya digunakan untuk membuat hubungan
dengan pelanggan, menghubungkan pengalaman emosional mereka dengan
produk atau jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi terhadap pesan.
c. Think
Perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara memberikan
problem-solvingexperiences, dan mendorong pelanggan untuk berinteraksi
secara kognitif atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk.
d. Act
Act marketing merupakan tipe experience yang bertujuan untuk mempengaruhi
perilaku, gaya hidup dan interaksi dengan konsumen. Act Marketing adalah
salah satu cara untuk membentuk persepsi pelanggan terhadap produk dan jasa
yang bersangkutan.
15
e. Relate
Relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan masyarakat, atau
budaya. Relate menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi pelanggan
untuk pembentukan self-improvement, status socio-economic, dan image.
3. Kunci Pokok Experiental Marketing
Terdapat beberapa tiga kunci pokok yang terfokus dalam experiential
marketing (Tauli dan Marhadi, 2012). Tiga kunci pokok tersebut terdiri dari:
a. Pengalaman Pelanggan
Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati dan pikiran yang dapat
menempatkan pembelian produk atau jasa di antara konteks yang lebih besar
dalam kehidupan.
b. Pola Konsumsi
Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk menciptakan
sinergi yang lebih besar. Produk dan jasa tidak lagi dievaluasi secara terpisah
tetapi dapat dievaluasi sebagai bagian dari keseluruhan pola penggunaan yang
sesuai dengan kehidupan konsumen. Hal yang terpenting, pengalaman setelah
pembelian diukur melalui kepuasan dan loyalitas.
c. Keputusan rasional dan emosional.
Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi, perasaan
dan kesenangan. Banyak keputusan dibuat dengan menuruti kata hati dan tidak
rasional. Experiential marketing membuat pelanggan merasa senang dengan
keputusan pembelian yang telah dibuat.
16
4. Manfaat Experiential Marketing
Fokus utama dari suatu Experiential Marketing adalah pada tanggapan
panca indra, pengaruh, tindakan serta hubungan. Oleh karena itu suatu badan
usaha harus dapat menciptakan experiential brands yang dihubungkan dengan
kehidupan nyata dari konsumen. Dan Experiential Marketing dapat dimanfaatkan
secara efektif apabila diterapkan pada beberapa situasi tertentu.
2.1.2 Brand Image
1. Pengertian Brand Image
Produk mudah sekali ditiru tetapi merek khususnya citra merek yang
terekam dibenak konsumen, tidak dapat ditiru. Tanpa citra yang kuat dan positif
sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru,mempertahankan
pelanggan yang sudah ada, serta meminta mereka membayardengan harga yang
lebih tinggi.
Citra merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan
persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu
terhadap merek itu. Menurut Keller (2009:3) citra merek adalah anggapan tentang
merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen.
Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan
prefensi terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan melakukan pembelian.
Citra merekseperangkat keyakinan ide dan kesan yang terbentuk oleh seseorang
terhadap suatu objek.
17
Menurut Kotler (2007:259), “Identitas dalah berbagai cara yang diarahkan
perusahaan untuk mengidentifikasikan dirinya atau memposisikan produknya”.
Sedangkan citra / image, yaitu : “Citra adalah persepsi masyarakat
terhadapperusahaan atau produknya”. Maka jelas jika, “ Brand Image” atau citra
merek
adalah
bagaimana
suatu
merek
mempengaruhi
persepsi,
pandangan
masyarakat atau konsumen terhadap perusahaan atau produknya.
Menurut Susanto(dalam Dyah, 2012:18), citra merek adalah apa yang
dipersepsikan oleh konsumen mengenai sebuah merek. Dimana hal ini
menyangkut bagaimana seorang konsumen menggambarkan apa yang mereka
rasakan mengenai merek tersebut ketika mereka memikirkannya. Selain itu,
dalam konsep pemasaran, citra merek sering direferensikan sebagai aspek
psikologis, yaitu citra yang dibangun dalam alam bawah sadar konsumen melalui
informasi dan ekspektasi yang diharapkan melalui produk atau jasa. Untuk itulah
pembangunan sebuah citra merek, terutama citra yang positif menjadi salah satu
hal yang penting. Sebab tanpa citra kuat dan positif, sangatlah sulit bagi
perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah
ada, dan pada saat yang sama meminta mereka membayar harga yang tinggi.
Citra merek dibentuk melalui kepuasan konsumen, penjualan dengan
sendirinya diperoleh melalui kepuasan konsumen, sebab konsumen yang puas
selain akan kembali membeli, juga akan mengajak calon pembeli lainnya. Merek
yang kuat adalah merek yang jelas, berbeda, dan unggul secara relevatif
dibanding pesaingnya.
18
Citra merek bisa dikatakan sebagai persepsi dan kepercayaan konsumen
terhadap merek barang atau jasa yang memperkuat loyalitas merek dan
meningkatkan suatuimage yang baik, tepat dan sesuai dengan selera konsumen
terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya. Image atau citra adalah suatu
gambaran, penyerupaan kesan utama atau garis besar, bahkan bayangan yang
dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu, oleh karena itu citra atau image dapat
dipertahankan.
Kotler(2007:259)
mendefinisikan
citra
merek
sebagai
seperangkat
keyakinan, ide,dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek,
karena itu sikapdan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan
oleh citramerek tersebut. Citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat.
Simamora(dalam Sulistian, 2011:33) mengatakan citra adalah persepsi yang
relative konsisten dalam jangka waktu panjang. Sehingga tidak mudah untuk
membentukcitra, citra sekali terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang
dibentukharus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan
pesaingnya, saatperbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain.
Citra merek dibentuk melalui kepuasan pelanggan, penjualan dengan
sendirinya diperoleh melalui kepuasan pelanggan, sebab pelanggan yang puas
selain ingin kembali membeli, juga akan mengajak calon pembeli lainnya (Aaker
dalam Nugroho, 2011:10). Merek yang kuat adalah merek yangjelas dan unggul
secara relevatif dibanding pesaingnya.
19
Disini pemasar harus mengetahui strategi yang akan dilakukan agar produk
atau jasanya biasanya memperoleh image yang baik atau secara berkala mensurvei
publiknya untuk mengetahui apakah aktivitas-aktivitas perusahaan memperbaiki
citranya.
Harga juga merupakan bagian yangterpenting dalam menciptakan kepuasan
pelanggan karena harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan
merek yang berkaitan dengan keputusan pembelian karena ketika memilih di
antara merek-merek yang ada, pelangganakan mengevaluasi harga secara tidak
absoluteakan tetapi membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi
untuk melakukan transaksi pembelian.Harga yang sesuai dengan jasa yang
diberikan akan membuat pelanggan menjadi percaya terhadap jasa tersebut
sehingga menimbulkan Brand Imagepada diri pelanggan. Brand Imagediperoleh
apabila pelanggan puas terhadap harga yang ditetapkan pada suatu layanan jasa.
2. Faktor-faktorPembentuk Citra Merek
Schiffman dan Kanuk (dalam Dyah, 2012:20) menyebutkan faktor-faktor
pembentuk citra merek sebagai berikut:
a. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang atau jasa
yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat ataukesepakatan
yang dibentuk oleh masyarakat tentang produk yangdikonsumsi.
20
c. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produkbarang
atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
d. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani.
e. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat atau untung-rugi yang
mungkin dialami oleh konsumen.
f. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendahnya ataubanyaksedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untukmempengaruhi suatu
produk, juga dapat mempengaruhi citra jangkapanjang.
g. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,
kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari
produk tertentu.
Faktor-faktor pendukung terbentuknya Brand Image dalamketerkaitannya
dengan asosiasi merek: (Keller, 2009)
a. Keunggulan asosiasi merek (Favorability of brand association)
Salah satu faktor pembentuk Brand Imageadalah keunggulan produk,
dimana produk tersebut unggul dalam persaingan. Karena keunggulan kualitas
(model dan kenyamanan) dan ciri khas itulah yang menyebabkan suatu produk
mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen.
b. Kekuatan asosiasi merek (Strength of brand association)
21
Strength of brand association adalah kekuatan asosiasi merek tergantung
pada bagaimana informasi masuk kedalam ingatan konsumen dan bagaimana
proses bertahan sebagai bagian dari citra merek. Kekuatan asosiasi merek
inimerupakan fungsi dari jumlah pengolahan informasi yang diterima pada
proses
ecoding. Ketika seorang konsumen secara aktif menguraikan arti informasi
suatuproduk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada
ingatankonsumen. Pentingnya asosiasi merek pada ingatan konsumen
tergantung padabagaimana suatu merek tersebut dipertimbangkan.
c. Keunikan asosiasi merek (Uniqueness of brand association)
Uniqueness of brand association adalah asosiasi terhadap suatu merek
mau tidak mau harus terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus
diciptakan
keunggulan
bersaing
yang
dapat
dijadikan
alasan
bagi
konsumenuntuk memilih suatu merek tertentu. Dengan memposisikan merek
lebih
mengarah kepada pengalaman atau keuntungan diri dari image produk tersebut.
Dari perbedaan yang ada, baik dari produk , pelayanan, personil, dan saluran
yang diharapkan memberikan perbedaan dari pesaingnya. Yang dapat
memberikan keuntungan bagi produsen dan konsumen. Atau dengan kata lain
merupakan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh produk/merek tersebut.
22
Dalam
membuat
keunikan
asosiasi
merek
dapat
dilakukan
dengan
melakukan diferensiasimerek dengan merek lain. Menurut Kotler (2007,
251) diferensiasiadalah tindakan merancang satu set perbedaan yang berarti
untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing. Suatu
perusahaan harus mencoba mengidentifikasi cara-cara spesifik yang dapat
mendiferensiasikan produknya untuk mencapai keunggulan kompetitif.
3. Manfaat Pemberian Merek
Pada tingkat persaingan yang rendah, merek hanya sekedar membedakan
antara satu produk dengan produk lainnya atau merek sekedar nama (just a name).
Sedangkan pada tingkat persaingan yang tinggi, merek memberikan konstribusi
dalam menciptakan dan menjaga daya saing sebuah produk. Merek akan
dihubungkan dengan citra khusus yang mampu memberikan asosiasi tertentu
dalam benak konsumen. Dalam perkembangannya, perusahaan semakin
menyadari merek sebagai aset perusahaan yang paling bernilai.
2.1.3 Diferensiasi Produk
1. Pengertian Diferensiasi Produk
Sebelum menjelaskan lebih jauh diferensiasi produk, maka terlebih dahulu
menjelaskan pengertian diferensiasi. Menurut Kartajaya (2010) diferensiasi adalah
semua upaya yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan perbedaan diantara
pesaing dengan tujuan memberikan nilai yang terbaik untuk konsumen.
23
Selanjutnya Kotler (2007: 137) mendefinisikan diferensiasi adalah cara
merancang perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari
penawaran pesaingnya. Strategi diferensiasi adalah suatu strategi yang dapat
memelihara
loyalitas
pelanggan
dimana
dengan
menggunakan
strategi
diferensiasi, pelanggan mendapat nilai lebih dibandingkan dengan produk lainnya.
Arti diferensiasi lebih dari penetapan posisi yang mengikat perbedaanperbedaan rumit yang mewarnai entitas.Pengertian diferensiasi menurut Kotler
(2009) sebagai proses menambahakan serangkaian perbedaan yang penting
bernilai, guna menambahkan penawaran perusahaan itu dari tawaran pesaing.
Pengertian diferensiasi menurut Kotler (2009) adalah tindakan merancang satu set
perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran
pesaing.
Aaker dalam Ferdinand (2003) menyatakan bahwa strategi diferensiasi yang
sukses haruslah strategi yang mampu: (a) menghasilkan nilai pelanggan, (b)
memunculkan persepsi yang bernilai khas dan baik serta (c) tampil sebagai wujud
berbeda yang sulit untuk ditiru.
Dalam diferensiasi produk, produk memiliki arti atau nilai bahwa
perusahaan menciptakan suatu produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan
pelanggan sebagai produk yang unik dan berbeda. Dalam hal ini, produk yang
dimaksud adalah mutu produk yang akan mendukung posisi produk dipasaran.
Mutu dapat didefinisikan sebagai pembanding dengan alternatif pesaing dari
pandangan pasar. Mutu dapat dikatakan sebagai bagaimana produk itu disesuaikan
24
dengan baik dan sesuai dengan yang digunakan, dan juga dipercaya selama
berakhirnya waktu. Suatu penentu terpenting pada kesuksesan produk baru dan
keuntungan adalah pada mutu Budiyono (2000).
Produk fisik merupakan hal yang potensial untuk dijadikan pembeda.
Perusahaan dapat membedakan produknya berdasarkan keistimewaan, kualitas
kinerja kualitas kesesuaian, daya tahan,keandalan, mudah diperbaiki, gaya dan
rancangan. Pemilihan produk di antara banyaknya tawaran yang ada di pasar
selalu didasarkan pada adanya perbedaan, baik secara implisit maupun eksplisit.
Literatur Psikologi merujuk kepada fakta bahwa perbedaan mencolok yang terkait
dengan suatu produk akan merangsang daya ingat karena perbedaan tersebut akan
diapresiasikan secara intelektual (Hasan, 2009).
Keunggulan bersaing menurut Porter (2000) adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih
oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusahaan yang memiliki
keunggulan kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memahami
perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif.
Menurut Tjiptono (2008), strategi pemasaran yang dapat dipilih oleh
perusahaan yang menerapkan strategi produk diferensiasi agar senantiasa
memiliki keunggulan bersaing di pasar dapat dilakukan dengan melakukan pilihan
terhadap strategi diferensiasi.
Apabila suatu produk ingin bertahan di pasar, produk tersebut harus
memiliki ciri khusus yang membedakan dengan produk sejenis lainnya. Ciri khas
25
tersebut dapat menjadi kelebihan yang akan membuat produk tersebut terus
bertahan dan terus menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian.
2. Jenis Diferensiasi
Menurut Rapliansyah (2012) Diferensiasi secara umum dibagi menjadi dua
bagian:
a. Diferensiasi psikologis, yaitu diferensiasi yang dibuat dengan pesaingnya
melalui penciptaan kreasi yang dapat diasumsikan oleh konsumen bahwa
produk tersebut sesuai dengan harapan konsumen. Misalnya, AMD Athlon
dibuat dengan design yang tipis dan kecil menambah asumsi pada konsumen
bahwa mikroprosessor itu tahan terhadap panas karena ditopang oleh Heatsink
yang besar.
b. Diferensiasi fisik, yaitu diferensiasi ulang dibuat sedemikian rupa sehingga
dibentuk melalui suatu perbedaan secara fisik atau tangible. Misalnya,
Mikroprosessor AMD Athlon dibuat setipis dan sekecil mungkin dengan
teknologi yang canggih dan dapat menghasilkan kerja yang maksimal.
3. Unsur-unsur Diferensiasi Produk
Menurut Kotler (2009) bahwa diferensiasi produk dapat dilakukan melalui
beberapa parameter rancangan diantaranya melalui bentuk, keunikan, kualitas
kinerja, kualitas kesesuaian, daya tahan, keandalan, mudah diperbaiki, gaya,
rancangan (design). Berdasarkan penelitian di lapangan penulis hanya meneliti
26
sebagian unsur diferensiasi produk, mengingat di perusahaan terdapat lima unsur
diferensiasai produk, antara lain:
a. Bentuk. Banyak bentuk yang didiferensiasikan berdasarkan bentuk, ukuran,
model, atau struktur fisik sebuah produk. Selain itu dapat pula didasarkan pada
ukuran dosis, lapisan luar, maupun masa fungsi. Sebuah produk harus memiliki
struktur atau bentuk fisik sehingga dapat dirasakan oleh panca indra konsumen.
Dengan adanya bentuk fisik dari produk ini diharapkan dapat menarik minat
konsumen. Selain itu produk tersebut dapat dibedakan dengan produk pesaing.
b. Rancangan (design). Rancangan dapat dijadikan salah satu cara untuk
mendiferensiasikan dan memposisikan produk dan jasa perusahaan dengan
produk pesaing. Melalui rancangan (design) ini pula perusahaan dapat
menyesuaikan produknya dengan kebutuhan konsumen. Rancangan (design)
ini diharapkan dapat sesuai dengan harapan atau tarikan pasar. Rancangan dari
produk perusahaan ini dimaksudkan agar sesuai dengan kondisi dari konsumen.
c. Gaya. Gaya dapat menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan
oleh produk bagi konsumen. Gaya juga dapat dijadikan oleh perusahaan agar
produknya tidak mudah ditiru. Gaya yang ditentukan perusahaan terhadap
produknya ini dapat dijadikan ciri khas dari produk perusahaan sehingga tidak
mudah ditiru dengan pesaing. Dengan ciri khas ini konsumen dapat
membedakan produk perusahaan kita dengan produk pesaing.
d. Daya Tahan. Ketahanan produk ataupun lamanya waktu usia manfaat dari
produk yang diperoleh konsumen atas sebuah produk. Produk yang tahan lama
27
atau tidak mudah rusak harus diperhatikan perusahaan sehingga konsumen
tidak perlu berfikir kembali dalam memutuskan untuk membeli produk tersebut
karena memiliki jaminan ketahanan dari produk yang dibelinya.
e. Keunikan. Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan berbagai keunikan,
yakni karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk. Upaya untuk menjadi
yang pertama dalam memperkenalkan keunikan baru yang berharga merupakan
salah satu dari cara yang paling efektif untuk bersaing. Keunikan disini
dimaksudkan guna memuaskan konsumen yang telah menggunakan produk
perusahaan. Selain itu, keunikan lain perlu ditambahkan lagi dari produk
tersebut sehingga konsumen tidak berpaling kepada pesaing seiring
keistimewaan lain yang ditawarkan oleh pesaing.
Menurut Kotler (2008:8), agar dapat dijadikan merek suatu produk harus
didiferensiasikan. Produk fisik memiliki potensi diferensiasi yang beragam. Pada
salah satu titik ekstrem, kita menemukan produk yang memungkinkan sedikit
variasi akan tetapi disini penjual menghadapi sejumlah kemungkinan diferensiasi
antara lain :
a. Bentuk. Bentuk produk dapat didiferensiasikan berdasarkan ukuran, bentuk
atau struktur fisik produk.
b. Fitur. Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan menvariasikan fitur
(feature)
yang
melengkapi
fungsi
dasar
mereka.
Perusahaan
dapat
mengidentifikasi dan memilih fitur baru yang tepat dengan mensurvei pembeli
terbaru kemudian menghitung perbandingan nilai pelanggan dengan biaya
28
perusahaan
untuk
setiap
fitur
potensial.
Perusahaan
juga
harus
mempertimbangkan berapa banyak orang yang menginginkan setiap fitur,
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperkenalkannya dan apakah
pesaing dapat dengan mudah menirunya. Untuk menghindari “kelelahan fitur”,
perusahaan juga harus cermat dalam memprioritaskan fitur- fitur yang tercakup
danmenemukan cara yang jelas untuk memberikan informasi tentang
bagaimana konsumen dapat menggunakan dan memanfaatkan fitur tersebut.
c. Penyesuaian. Pemasar dapat mendiferensiasikan produk dengan menyesuaikan
produk tersebut dengan keinginginan perorangan. Ketika perusahaan semakin
pandai mengumpulkan informasi tentang pelanggan perorangan dan mitra
bisnis (pemasok, distributor, pengecer), dan ketika pabrik mereka dirancang
lebih fleksibel, mereka telah meningkatkan kemampuan mereka untuk
mengindividualisasikan penawaran pasar, pesan dan media.Penyesuaisan
massal (mass customization) adalah kemampuan perusahaan untuk memenihi
kebutuhan setiap pelanggan seperti menyiapkan produk, jasa, program dan
komunikasi berbasis massal yang dirancang secara individual.
d. Kualitas kinerja. Sebagian besar produk ditetapkan pada satu dari empat
tingkat kinerja: rendah, rata- rata, tinggi atau unggul. Kualitas kinerja
(performancequality) adalah tingkat dimana karakteristik utama produk
beroperasi. Kualitas menjadi dimensi yang semakin penting untuk diferensiasi
ketika perusahaan menerapkan sebuah model nilai dan memberikan kualitas
yang lebih tinggi dengan uang yang lebih rendah. Meskipun demikian,
perusahaan tidak harus merancang tingkat kinerja yang setinggi mungkin.
29
Produsen harus merancang tingkat kinerja yang tepat bagi pasar sasaran dan
tingkat kinerja pesaing. Perusahaan harus mengelola kualitas kinerja sepanjang
waktu. Dengan terus memperbaiki produk, perusahaan dapat menghasilkan
tingkat pengembalian dan pangsa pasar yang tinggi, kegagalan melakukannya
akan memberikan konsekuensi negatif.
e. Kualitas kesesuaian. Pembeli mengharapkan produk mempunyai kualitas
kesesuaian (conformance quality) yang tinggi, yaitu tingkat dimana semua unit
yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi yang dijanjikan.
f. Ketahanan. Ketahanan (durability), ukuran umur operasi harapan produk dalam
kondisi biasa atau penuh tekanan, merupakan atribut berharaga untuk produkproduk tertentu.
g. Keandalan. Pembeli biasanya akan membayar lebih untuk produk yang lebih
dapat diandalkan. Keandalan (reliability) adalah ukuran probabilitas bahwa
produk tidak akan mengalami malfungsi atau gagal dalam periode waktu
tertentu.
h. Kemudahan perbaikan. Perbaikan (repairability) adalah ukuran kemudahan
perbaikan produk ketika produk itu tidak berfungsi atau gagal. Kemudahan
perbaikan yang ideal terjadi jika pengguna dapat memperbaiki sendiri produk
tersebut dengan sedikit biaya dan waktu. Beberapa produk meliputi fitur
diagnostik yang memungkinkan orang bagian pelayanan memperbaiki masalah
lewat telepon atau memberi nasihat kepada pengguna tentang cara
memperbaikinya.
30
i. Gaya. Gaya (style) menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada
pembeli. Gaya adalah kelebihan dalam menciptakan perbedaan yang sulit
ditiru. Pada sisi negatifnya, gaya yang kuat tidak selalu berarti kinerja tinggi.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan diferensiasi adalah suatu strategi
perusahaan dalam membedakan produknya dengan produk pesaing melalui
berbagai macam variasi pada produk agar produk tersebut dapat dijadikan oleh
perusahaan untuk membedakan produknya dengan produk dari perusahaan lain
yang sejenis dalam persaingan di pasar.
2.1.4 Keputusan Pembelian
1. Pengertian Keputusan Pembelian
Pengertian keputusan pembelian menurut Swasta (2003: 251) adalah
mengidentifikasikansemua pilihan yang mungkin untuk memecahkanpersoalan
dan menilai pilihan secara sistematis danobyektif serta sasaran yang
menentukankerugiannya masing-masing. Assel (2002: 28), mengemukakan
interaksiantara pemasar dengan konsumennya menimbulkanadanya proses
merasakan, mengevaluasi produk,mempertimbangkan bagaimana alternative
produkdapat memenuhi kebutuhan konsumen, danakhirnya memutuskan membeli.
Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan
pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan
pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Keputusan pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada
31
kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi
keinginan dan kebutuhanya yang terdiri dari pengenaan kebutuhan dan keinginan,
pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian,
dan tingkah laku setelah (Kotler, 2007:250).
Menurut Suharno (2010:96), menyatakan bahwa keputusan pembelian
Konsumen adalah tahap di mana pembeli telah menentukan pilihannya dan
melakukan pembelian produk, serta mengkonsumsinya. Pengambilan keputusan
oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya
kesadaran atas kebutuhan dan keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari adanya
kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi mengenai
keberadaan produk yang diinginkannya. Proses pencarian informasi ini akan
dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan
produk yang diinginkan, dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen
melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia.
Pengertian lain ntentang keputusan pembelian menurut Schiffman dan
Kanuk (2007:485) keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih.
Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika
ketika pengambilan keputusan. Keputusan pembelian konsumen akan terwujud
untuk membeli produk yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa muncul diantara
niat pembelian dan keputusan pembelian. Konsumen berniat membeliberdasarkan
penghasilan, harga yang ditetapkan, dan juga manfaat dari produk tersebut. Akan
tetapi mungkin terjadi hal-hal yang dapat merubah niat konsumen untuk membeli
produk, misalnya konsumen merasa bahwa ia ingin membeli barang lain yang
32
lebih penting atau juga ada pesaing yang menawarkan barang dengan harga yang
lebih murah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen
secara amat rinci untuk menyatakan pertanyaan mengenai apa yang
dibeli
konsumen, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa
mereka membeli. Salah satu cara untuk membentuk hal tersebut adalah
dengan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pembelian.
Menurut Kotler dan Amstrong dalam Hurriyati (2008:94), faktor – faktor
yang mempengaruhi tingkah laku konsumen itu sendiri dari budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis.
Budaya
Kebudayaan
Subbudaya
Kelas sosial
sosial
Kelompok
acuan
keluarga
Kelas sosial
Pribadi
Umur dan tahap
daur hidup
Pekerjaan
Situsi ekonomi
Gaya hidup
kepribadian
Psikologis
Motivasi
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan
sikap
Pembeli
Gambar 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen
Sumber : Kotler dan Amstrong dalam Hurriyati (2008:94).
a. Budaya
1) Budaya, adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah
laku pembelian. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi,
keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota
masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
33
2) Subbudaya, membentuk segmen pasar penting, dan pemasar seringkali
merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan mereka, subbudaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok
ras, dan wilayah geografi.
3) Kelas sosial, adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan
teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan
tingkah laku yang serupa.
b. Sosial
1) Kelompok, terdiri dua macam: pertama, kelompok keangotaan yaitu
kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Yang mempunyai
interaksi reguler tapi informal seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan
sekerja.
Kedua,
perbandingan
atau
kelompok
acuan
acuan
langsung
yang
atau
berfungsi
tidak
sebagai
langsung
titik
dalam
membentuk sikap atau tingkah laku seseorang.
2) Keluarga, adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, seperti suami, istri, dan anak-anak.
3) Peran dan status, peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan
seseorang yang ada di sekitarnya. Setiap peran membawa status yang
mencerminkan penghargan yang diberikan oleh masyarakat.
c. Pribadi
1) Umur dan tahap daur hidup, membeli juga dibentuk oleh tahap daur
hidup keluarga tahap-tahap yang mungkin dilalui keluarga sesuai
kedewasaannya. Dari muda, umur pertengahan, dan tua.
34
2) Pekerjaan, seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
3) Situasi ekonomi,mempengaruhi pilihan produk. Pemasaran produk yang
peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan
pribadi, tabungan dan tingkat minat.
4) Gaya hidup, adalah pola kehidupan sesorang yang diwujudkan dalam
psikografinya,
gaya
hidup
termasuk
aktivitas
(pekerjaan,
hobi,
berbelanja, olah raga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga,
rekreasi), opini (isu sosial, bisnis, produk).
5) Kepribadian, kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis unik
yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama.
d. Psikologis
1) Motivasi, kebutuhan psikologis
pengakuan,
penghargaan,
atau
yang muncul dari kebutuhan akan
rasa
memiliki.
Kebanyakan
dari
kebutuhan ini tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang supaya
bertindak pada suatu saat.
2) Persepsi, adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk
gambaran berarti mengenai dunia.
3) Pengetahuan, pentingnya praktik dan teori pengetahuan bagi pemasar
adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk dengan
menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk
yang membangkitkan motivasi.
35
4) Keyakinan dan sikap, keyakinan adalah pemikiran deskriptif yamg dimilki
seseorang mengenai sesuatu. Pemasar tertarik pada seseorang bahwa
orang
merumuskan
mengenai
produk
dan
jasa spesifik, karena
keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi
tingkah laku pembeli.
3. Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2012:88) mengemukakan bahwa proses keputusan
pembelian konsumen terdiri dari lima tahapan.Proses pembelian konsumen
tersebuut antara lain:
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
pasca
pembelia
Gambar 2
Proses Keputusan Pembelian Konsumen Model Lima Tahap
Berikut
penjelasan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen:
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau
kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal dan eksternal. Dengan
rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang, seperti rasa
lapar, haus, naik ketingkat maksimum, dan menjadi dorongan atau kebutuhan
bisa timbul akibat rangsangan eksternal.
b. Pencarian Informasi Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih
representative terhadap informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat
berikutnya, seseorang dapat memasuki „pencarian informasi aktif‟, seperti
36
mencari bahan bacaan, menelpon teman, melakukan kegiatan online dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut. Sumber informasi
utama dimana konsumen dibagi menjadi empat kelompok:
1) Pribadi, yaitu keluarga, teman, tetangga, rekan.
2) Komersial, yaitu iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.
3) Publik, yaitu media massa, organisasi pemeringkat konsumen.
4) Eksperimental, yaitu penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
c. Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar yang akan membantu konsumen dalam memahami
proses evaluasi : pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan.
Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari produk tersebut. Ketiga,
konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan
berbagai kemampuan untuk memuaskan kebutuhan ini.
Contoh:
1) Hotel; Lokasi, kebersihan, atmosfer, harga.
2) Obat kumur; Warna, efektifitas, kapasitas pembunuh kuman, rasa, harga.
3) Ban; Keamanan, umur alur ban, kualitas pengendaraan, harga.
d. Keputusan Membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk rujukan antar merek dalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek
yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat
membentuk lima sub keputusan; merek (merek A), penyalur (penyalur 2),
37
kuantitas (satu komputer), waktu (akhir minggu), dan metode pembayaran
(kartu kredit).
e. Perilaku Pasca Pembelian secara umum, apabila individu merasakan
ketertarikan dan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan setelah melakukan
pembelian. Kebutuhan, biasanya mereka akan terus mengingat hal tersebut.
Perilaku pasca pembelian meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca
pembelian, dan pemakaian dan pembuangan produk pasca pembelian.
1) Kepuasan Pasca Pembelian
Kepuasan membeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan membeli
atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk
tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, konsumen akan
kecewa, jika kinerja ternyata sesuai harapan, konsumen akan puas, jika
melebihi harapan, konsumen akan sangat puas. Perasaan itu akan
membedakan apakah pembeli akan membeli produk tersebut dan
membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
tentang produk tersebut kepada orang lain. Konsumen membentuk harapan
mereka berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan informasiinformasi lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja,
semakin besar ketidakpuasan konsumen.
2) Tindakan Pasca Pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap
suatu produk akan meempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen
puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli
38
kembali produk tersebut. Para konsumen yang tidak puas akan berperilaku
sebaliknya.
3) Pemakaian dan Pembuangan Produk Pasca Pembelian Jika konsumen
menyimpan produk ke dalam lemari, produk tersebut mungkin tidak begitu
memuaskan, dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar. Jika
konsumen menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan baru
akan menurun.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka
terima dari penjual, lingkungan sosial dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual
melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan
hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan
prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa
pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya
sehingga pembeli akan puas.
2.1.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh:
Tabel 3
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Variabel
Penelitian
Metode Analisis
Hasil Penelitian
Jummaini (2013)
Pengaruh
Strategi
Diferensiasi
Diferensiasi
Produk,
Diferensiasi
Regresi Linier
Berganda
Faktor diferensiasi
produk, diferensiasi
pelayanan,
39
Terhadap
Keunggulan
Bersaing pada
Distro dan Butik
di Kota
Lhokseumawe
Pelayanan,
Diferensiasi
Merek,
Diferensiasi
Harga,
Keunggulan
Bersaing.
Rizki Nurafdal
Mustikarillah
(2011)
Pengaruh
Brand Image
Terhadap
Pengambilan
Keputusan
Pembelian Mobil
Toyota Rush
Pada PT. Hadji
Kalla di
Makassar
Brand Image (X)
Keputusan
Pembelian (Y)
Regresi Linier
Sederhana
Hasil perhitungan
koefisien korelasi
menunjukkan nilai rsquare
= 0,608 berarti
menunjukkan bahwa
sebesar 60,8%
pengambilan keputusan
pembelian mobil Toyota
Rush dipengaruhi
olehBrand Image,
sedangkan sisanya 39,2%
dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diketahui
Divo Aldillah
Soecharno Van
Northee
Analisis
Pengaruh
Elemen
Experiential
Marketing
Terhadap
Keputusan
Pembelian Mobil
Suzuki UMC
Surabaya
Experiential
Marketing,
Keputusan
Pembelian
Regresi Linier
Berganda
Secara simultan
Experiential
Marketingberpengaruh
terhadap keputusan
pembelian Mobil
Suzuki UMC
Analisis
Pengaruh
Experiential
Marketing
Terhadap
Keputusan
Pembelian (Studi
pada Derajat
Celcius)
Experiential
Marketing,
Keputusan
Pembelian
Regresi Linier
Berganda
variabel think, Act dan
relate terbukti
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
keputusan pembelian.
Sedangkan dua variabel
independen lainnya yaitu
sense dan Feel
berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap
keputusan pembelian
(2015)
Wardani (2011)
2.2 Rerangka Pemikiran
diferensiasimerek dan
diferensiasi harga
berpengaruh terhadap
keunggulan bersaing pada
distro dan butik.
40
Dari uraian pemikiran tersebut diatas dapat diperjelas melalui variabel
Pengaruh Experiental Marketing, Brand Imagedan Differentiation Product
terhadap Keputusan Pembelian, secara skematis digambarkan seperti pada gambar
dibawah ini:
Experiental Marketing(EM)
Keputusan Pembelian (KP)
Brand Image(BI)
Differentiation Product (DP)
Gambar 3
Rerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
Perumusan hipotesis merupakan bagian dari langkah dalam suatu
penelitian.Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan
hipotesisi. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pernyataan (Sugiyono, 2009:64) seperti dibawah ini yaitu :
41
H1: Experiental Marketing berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian
Mobil Toyota pada PT Astra International Tbk Auto 2000 Kertajaya.
H2: Brand Imageberpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian Mobil
Toyota pada PT Astra International Tbk Auto 2000 Kertajaya.
H3: Differentiation
Productberpengaruh
signifikan
terhadap
Keputusan
Pembelian Mobil Toyota pada PT Astra International Tbk Auto 2000
Kertajaya.
H4: Experiental Marketingberpengaruh dominan terhadap Keputusan Pembelian
Mobil Toyota pada PT Astra International Tbk Auto 2000 Kertajaya.
Download