MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN MODERN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pembelajaran Dosen pengampu: Dr. Sri Yamtinah S.Pd., M.Pd Disusun oleh: Nama Kelas : 1. Ardhia Putri Sabrina (K3315009) 2. Fitri Nadziroh (K3315023) 3. Lukman Huda Wijaya (K3315033) 4. Taufik Ihsan (K3315057) 5. Tri Prianti (K3315059) :A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN MODERN dengan lancar dan tepat pada waktunya. Dalam membuat makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Sri Yamtinah S.Pd., M.Pd sebagai Dosen mata kuliah Teknologi Pembelajaran yang senantiasa membimbing penulis. 2. Orang tua penulis yang senantiasa mendukung dan memberikan kepercayaan kepada penulis. 3. Teman-teman penulis yang memberi semangat untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dengan demikian penulis menerima kritik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis haturkan terima kasih. Surakarta,28 Desember 2016 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined. MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan .......................................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12 A. Kesimpulan ................................................................................................ 12 MEDIA PEMBELAJARAN MODERN ............................................................... 14 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 14 A. Latar Belakang ........................................................................................... 14 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14 C. Tujuan ........................................................................................................ 14 BAB II LATAR BELAKANG ............................................................................. 15 BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 18 BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 19 A. Kesimpulan ................................................................................................ 19 B. Saran ........................................................................................................... 19 MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu pembelajaran yang dilakukan secara konvensional oleh guru yang dilakukan di dalam kelas terkadang membuat siswa-siswi akan merasa bosan dan terkadang susah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru yang dapat dikarenakan oleh kekhasan para siswa yaitu siswa memiliki sifat-sifat berbeda-beda yang mana dari siswa satu dengan siswa yang lain memiliki sifat yang tidak sama. Hal ini termasuk juga pada kemampuan daya tangkap siswa terhadap materi yang telah diajarkan, sehingga daya tangkap siswa untuk menerima dan memahami suatu materi yang telah diajarkan oleh guru berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima dan memahami suatu materi digunakan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran akan membantu guru supaya para siswa dapat memahami dengan mudah materi yang diajarkan oleh guru. Media pembelajaran ada dua yaitu media pembelajaran secara konvensional dan secara modern. Dalam hal ini penulis akan membuat dua media pembelajaran tersebut, yaitu pada media pembelajaran secara konvensional penulis membuat bianglala hidrolisis garam dan media pembelajaran secara modern penulis membuat peta stoikiometri. 1.2 Rumusan Masalah Pada menulisan ini adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu: 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran dan apa fungsi dari media pembelajaran ? 1.2.2 Bagaimana cara membuat media pembelajaran bianglala hidrolisis asam basa? 1.2.3 Bagaimana cara menggunakan media pembelajaran bianglala hidrolisis asam basa? 1.2.4 Metode pembelajaran apa yang digunakan dengan media pembelajaran bianglala hidrolisis asam basa? 1.2.5 Apa keuntungan dan kelemahan dari media pembelajaran bianglala hidrolisis asam basa? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Dapat merealisasikan media pembelajaran berupa bianglala hidrolisis garam dengan memilih model pembelajaran yang sesuai 1.3.2 Mengetahui pelaksanaan atau penerapan media pembelajaran yang dibuat dengan model pembelajaran yang telah dipilih 1.3.3 Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari media pembelajaran beserta model pembelajaran yang dipilih BAB II PEMBAHASAN Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media Pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesa. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak Media Pembelajaran Konvensional dengan Bianglala Hidrolisis Garam Media pembelajaran dengan bianglala hidrolisis garam ini digunakan untuk mempermudah pemehaman siswa terhadap materi hidrolisis garam, yaitu jenis jenis garam yang terbentuk dari asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah. Hidrolisis garam sendiri merupakan penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam oleh air. Garam-garam yang mengalami hidrolisis adalah garam yang mengandung ion dari asam lemah atau basa lemah. Sedangkan garam yang berasal dari asam kuat atau basa kuat tidak bisa mengalami reaksi hidrolisis. Hidrolisis garam di bedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut: o Hidrolisis garam sebagian (parsial) Hidrolisis garam sebagian adalah reaksi garam dengan air dimana yang bisa bereaksi hanya anion nya saja atau kation nya saja. Garam yang mengalami hidrolisis sebagian yaitu: a. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat b. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah. o Hidrolisis garam total Hidrolisis garam total adalah reaksi garam dengan air dimana semua ion garam dapat bereaksi dengan air, baik kation maupun anion nya. Garam yang mengalami hidrolisis total, yaitu garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah. Ada macam-macam garam yang di hasilkan dari reaksi asam dan basa, yaitu sebagai berikut: 1. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dalam air mengalami hidrolisis sebagian. Komponen garam (anion asam lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan ion OH-, maka pH > 7 sehingga larutan garam bersifat basa. Contoh CH3COOK, CH3COONa, KCN, CaS, dan sebagainya. 2.Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis sebagian karena salah satu komponen garam (kation basa lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan ion H+,maka pH < 7 sehingga larutan garam bersifat asam. Contoh (NH4)2SO4, AgNO3, NH4CI, CuSO4 dan sebagainya. 3.Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis total, karena kedua komponen garam (anion asam lemah dan kation basa lemah) terhidrolisis menghasilkan ion H+ dan ion OH-, sehingga harga pH larutan ini tergantung harga Ka dan Kb. Contoh: NH4CN, (NH4)2S, CH3COONH4, dan sebagainya. 4. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat dalam air tidak mengalami hidrolisis. Karena kedua komponen garam tidak terhidrolisis sehingga pH larutan sama dengan air, yaitu pH = 7 bersifat netral. Kebanyakan dari siswa saat menerima materi ini kesulitan dalam menentukan garam yang terbentuk apakah termasuk dalam garam terhidrolisis sebagaian, terhidrolisis total atau terhidrolisis sempurna. Oleh karena itu dibuat bianglala hidrolisis garam ini guna mempermudah siswa dalam mengklasifikasikan jenis jenis garam yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Prinsip dari bianglala hidrolisis garam ini sendiri adalah permainan bianglala putar yang didalam daun bianglala nya terdapat jenis jenis asam kuat maupun lemah dan basa kuat dan lemah yang nantinya akan dijodohkan secara acak sehingga membentuk berbagai macam garam , kemudian garam garam tersebut dapat disesuaikan jenisnya sehingga akhirnya dapat disimpulkan garam garam tersebut masuk dalam jenis garam apa. Cara pembuatan bianglala hidrolisis garam Membuat lingkaran berdiameter 20 cm Membuat bintang segi banyak berdiameter 35 cm Memotong kertas lipat berbentuk segitiga berwarna warni Menempel segitiga segitiga tersebut dalam lingkaran yang kecil Memotong kertas lipat berbentuk layang – layang berwarna warni Menempel layang- layang tersebut dalam lingkaran yang besar Menulis nama- nama asam lemah maupun kuat dala m segitiga kecil Menuliskan nama nama basa kuat maupun lemah maupun kuat dalam layang layang Menghubungkan bintang segi banyak dan lingkaran menggunakan paku sehingga dapat diputar. Cara menggunakan bianglala Menentukan warna yang digunakan sebagai patokan ; misal asam kuat= kuning dan oranye sedangkan asam lemah ungu dan biru. Kemudian pada basa ; untuk basa kuat= hijau dan biru dan basa lemah = merah muda dan jingga Memutar lingkaran yang berupa nama-nama asam, setelah berhenti cocokkan dengan basa yang terdapat dalam segi banyak sesuai dalam warna awal yang dipilih Menuliskan hasil dari gabungan asam dan basa yang terbentuk dalam suatu kolom Menyusun sesuai jenis garam Menyimpulkan Contoh: Satu kelas terdiri dari 3 kelompok, masing masing kelompok menunjuk satu orang sebagai ketua yang bertugas untuk memutar biang lala , kelompok A memilih warna kuning (asam klorida, asam sulfat dan asam iodide) ternyata saat diputar kuning berjodoh dengan 3 warna biru basa yaitu magnesium hidroksida , stronsium hidroksida dan kalsium hidroksida.kemudian dalam waktu 30 detik kelompok a menentukan garam yang terbentuk, yaitu Magnesium Sulfat, kalsium klorida dan stronsium iodide. Kemudian diberi waktu 30 detik lagi utnuk menentukan jenis garamnya Terhidrolisis sempurna Terhidrolisis parsial Tidak terhidrolisis Kalsium Klorida Stronsium iodide Magnesium sulfat Ketiganya masuk dalam garam terhidrolisis sempurna sehingga kelompok A dapat menyimpulkan bahwa apabila asam kuat direaksikan dengan basa kuat akan membentuk garam terhidrolisis sempurna. Metode pembelajaran apa yang digunakan dengan media pembelajaran bianglala hidrolisis asam basa yaitu dengan menggunakan metode games dan diskusi. Dengan menggunakan metode games ini akan membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dengan permainan yang menggunakan permainan yang bernama bianglala hidrolisis garam. Metode diskusi digunakan pada saat penentuan kesimpulan setelah memutar lingkaran bianglala. Dengan diskusi ini akan menimbulkan kerjasama yang akan membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Adapun aturan-aturan dalam games bianglala hidrolisis garam ini yaitu: 1. Siswa dikelas dibentuk menjadi beberapa kelompok 2. Kelompok tersebut menentukan satu perwakilan yang akan memutar lingkaran bianglala 3. Kelompok mendiskusikan dalam menentukan warna yang ada di lingkaran bianglala yang akan dicocokan dengan larutan basanya 4. Perwakilan kelompok tersebut memutar lingkaran bianglala dengan kesempatan satu kali memutar 5. Kelompok mendiskusikan hasil dari mencocokan antara lingkaran yang berisi larutan asam dan larutan basa 6. Kolompok diberi waktu 30 detik untuk menjawab kesimpulan dari pencocokan antara larutan dan larutan basa tersebut 7. Apabila dalam waktu 30 detik kelompok tersebut tidak bisa menjawab, maka pencocokan yang pertama dari yang ketiga telah gagal dan langsung dilanjutkan dengan pencocokan larutan asam dan basa pada warna yang sama. 8. Setiap kelompok dihitung skor terkecil 9. Kelompok dengan skor terkecil tersebut akan mendapatkan konsekuensi yang telah disepakati. Kelebihan dan kekurangan dalam media pembelajaran bianglala hidrolisis garam: Kelebihan dalam media pembelajaran bianglala hidrolisis garam: 1. Dapat membuat siswa menjadi aktif 2. Meningkatkan kerjasama siswa 3. Siswa tidak cepat merasa bosan 4. Terjadi pembelajaran yang kreatif 5. Meningkatkan kemampuan analisis siswa Kekurangan dalam media pembelajaran bianglala hidrolisis garam: 1. Suasana didalam kelas ramai 2. Terlalu lama diskusi sehingga akan memperlama waktu dan lama dalam memberikan jawaban 3. Membingungkan siswa jika tidak mengerti aturan mainnya. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Pada penggunaan media pembelajaran bianglala hidrolisis garam ini akan memudahkan siswa dalam mempelajari materi mengenai hidrolisis garam. Media pembelajaran ini menggunakan metode pembelajaran games dan diskusi yang dapat memacu para siswa akan menjadi lebih aktif selama pembelajaran. Cara menggunakan media pembelajaran bianglala hidrolisis garam ini dengan memutar lingkran yang ada di bianglala hidrolisis garam tersebut oleh perwakilan kelompok yang telah ditunjuk oleh kelompoknya. Setelah itu menjawab kesimpulan dari hasil yang diperoleh. Kelompok yang dapat jawaban paling sedikit akan diberikan konsekuensi sesuai kesepakatan. Keuntungan dari media pembelajaran bianglala hidrolisis garam yaitu, dapat membuat para siswa menjadi lebih aktif, tidak mudah bosan, dan dapat menangkap pelajaran yang diajarkan dengan lebih mudah. Sedangkan kekurangan dari media pembelajaran ini yaitu, suasana di dalam kelas menjadi ramai, dan akan memakan waktu sehingga ada kelompok yang tidak sempat menjawab kesimpulan tersebut. MEDIA PEMBELAJARAN MODERN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan realita yang ada, kebanyakan siswa belajar dengan cara menghafal, yang mana dengan cara tersebut siswa akan mudah lupa dan siswa akan cenderung kesulitan mengerjakan soal-soal yang kompleks (menggabungkan beberapa teori/konsep). Untuk mengatasi masalah tersebut guru dapat menggunakan media peta konsep sebagai media pendamping pembelajaran, artinya media peta konsep ini sebagai fasilitas untuk membantu siswa yang sulit memahami materi. Sebenarnya peta konsep ini sebaiknya dibuat oleh siswa sendiri, namun kembali ke permasalahan awal sehingga guru memfasilitasi siswa dengan membuat peta konsep. Dengan media ini bukan berarti guru hendak menurunkan kualitas pembelajaran namun guru hendak menyelesaikan realita masalah yang terdapat di kelas. Sehingga diharapkan pada akhirnya output pembelajaran akan lebih berkualitas. Peta konsep yang umum ditemui di buku-buku pelajaran sebatas memuat keyword dari materi, sedangkan digital peta konsep plus-plus ini akan menyajikan alur dari materi disertai alur untuk memperoleh rumus. Sehingga model peta konsep ini memerlukan ruang yang banyak sehingga peta konsep ini lebih praktis dibuat berbasis digital. Materi asam basa merupakan materi yang mempunyai alur yang panjang dan banyak terdapat rumus. Untuk menambah pemahaman siswa, materi tersebut cocok dikemas dalam media digital peta konsep plus-plus. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana design digital peta konsep plus-plus ? 2. Bagaimana penggunaan digital peta konsep plus-plus dalam pembelajaran di kelas ? C. Tujuan 1. Menjelaskan design digital peta konsep plus-plus 2. Menjelaskan penggunaan digital peta konsep plus-plus dalam pembelajaran di kelas D. Manfaat 1. Sebagai sumber referensi tentang media pembelajaran peta konsep 2. Sebagai inovasi media pembelajaran peta konsep BAB II LANDASAN TEORI A. Media Peta Konsep Peta konsep dapat memenuhi semua persyaratan sebagai media pembelajaran sekaligus dapat mewujudkan tujuan-tujuan pembelajaran sebagaimana yang diutarakan Kemp (1994) di atas. Lebih daripada itu, peta konsep dapat pula memberikan wawasan baru kepada siswa dan guru. Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat. Beberapa prinsip penggunaan media dalam pembelajaran dapat dipenuhi ketika menggunakan peta konsep. Mengacu kepada Yusuf Hadi (dalam Nasrun, 2001), media peta konsep memenuhi prinsip: 1) merupakan bagian integral dari pelajaran; 2) memberikan peluang kepada mahasiswa untuk menanggapinya dalam rangka melatih perkembangan bahasa baik lisan maupun tulisan; 3) pemakaian peta konsep tidak menuntut persiapan khusus; 4) peta konsep sangat simpel, sehingga tidak membingungkan, bahkan berpotensi memperjelas pelajaran; 5) mengikutsertakan tanggung jawab mahasiswa pada saat menggunakannya. Istimewanya lagi, pemakaian media peta konsep : 1) berhubungan erat dengan aspek-aspek pembelajaran yang lain; 2) cocok dipakai untuk menyajikan semua unit pelajaran; 3) Dapat digunakan atau sesuai untuk segala kegiatan belajar. Peta konsep dapat digunakan untuk beberapa keperluan dalam pembelajaran dengan tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang tinggi. Peta konsep dapat mengongkritkan konsep-konsep abstrak dan mengaktifkan mahasiswa. Pembuatannya tidak membutuhkan waktu yang lama, tidak membutuhkan biaya yang tinggi, sebagaimana menulis ringkasan secara konvensional atau dengan pengetikan dengan komputer. Bahkan, peta konsep dapat dibuat dimana saja dan kapan saja. Teknik peta konsep yang mensyaratkan dibuat dengan bentuk huruf yang bervariasi dan menggunakan warna aneka ragam dapat menjadi daya tarik tersendiri dan memenuhi kebutuhan estetik pembuatnya. Svantesson (2004) mengatakan teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan pelajaran serta ketika membutuhkan struktur. B. Materi Larutan Asam Basa Pada materi larutan asam basa ini di terapkan dalam model pembelajaran peta konsep karena berdasarkan alurnya, dengan media peta konsep dapat menjelaskan dengan baik dan sesuai dengan alur dari materi larutan asam basa. Alur dari pembuatan peta konsep ini sendiri yaitu ionisasi air mendasari penentuan konsentrasi asam/basa yaitu melalui adanya kesetimbangan asam-basa dalam larutan air. Selanjutnya kekuatan asam/basa sebanding dengan konsentrasinya yang dinyatakan dengan derajat keasaman (pH) atau derajat kebasaan (pOH). Serta kekuatan asam/basa dinyatakan dalam satuan lain yaitu tetapan ionisasi asam/basa dan derajat ionisasi asam/basa. Dalam sebuah praktik di laboratorium, konsentrasi asam/basa bisa saja belum diketahui. Cara mengetahuinya yaitu dengan cara titrasi. Titik akhir titrasi ditentukan dengan adanya indikator asam/basa. Indikator asam basa memiliki banyak jenisnya, ada indikator alam maupun buatan. Dalam perkembangannya terdapat teori-teori dari asam basa yaitu teori arhenius, teori asam-basa bronsted lowry, teori asam basa lewis. Teori asam basa bronsted lowry ini mendasari kesetimbangan asam basa dalam larutan air atau disebut juga kesetimbangan asambasa konjugasi dalam larutan air. Media peta konsep ini di harapkan bisa menjelaskan secara jelas dan memberikan kelancaran dalam memahami materi larutan asam basa sehingga siswa dapat memahami serta mendalami materi larutan asam basa secara terkonsep sesuai dengan alur yang ada sebenarnya. Ini bertujuan agar siswa dapat lebih memahami dengan jelas dan paham betul dengan materi larutan asam basa dengan menggunakan media peta konsep plus-plus ini. BAB III PEMBAHASAN 1. Design Peta Konsep Plus-Plus Peta Konsep Plus-Plus ini dibuat berbasis digital yaitu berupa power point. Peta konsep plus-plus didesign dengan memadukan alur materi dan alur memperoleh rumus menjadi satu alur sehingga diharapkan siswa dapat memahami materi dengan sejelas-jelasnya. Peta konsep secara keseluruhan (peta konsep utama) disajikan pada slide pertama. Pada peta konsep utama telah disajikan alur materi melalui keteranganketerangan yang terdapat di atas tanda panah. Untuk mengetahui penurunan rumus dan alur rumus lebih detilnya terdapat pada slide lain yang dihubungkan dengan peta konsep utama melalui hyperlink. Peta konsep plus-plus ini disertai kolom kosong dimana guru dapat menuliskan jawaban dari siswa terkait materi. Berikut ini beberapa gambar peta konsep plus-plus : Ket: Gambar Peta Konsep Utama Kotak Kosong untuk menuliskan jawaban siswa Gambar alur materi dan alur ` memperoleh rumus 2. Penggunaan Peta Konsep Plus-Plus Peta Konsep Plus-Plus ini digunakan sebagai media pendamping pembelajaran bukan sebagai media utama pembelajaran karena peta konsep ini berisi alur materi, tidak berisi penjelasan seluruh materi. Model pembelajaran yang cocok menggunakan media peta konsep plus-plus ini adalah presentasi guru, dimana terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Peta konsep plus-plus ini dapat digunakan di awal pembelajaran yaitu saat menyampaikan garis besar materi. Kemudian ditengah pembelajaran untuk menunjukan alur materi dan alur memperoleh rumus, serta juga dapat digunakan di akhir pembelajaran untuk mengulas materi yang telah disampaikan. BAB IV PENUTUP 1. KESIMPULAN a. Media peta konsep plus-plus diharapkan dapat membantu siswa memahami alur materi dan alur memperoleh rumus sehinpgga siswa dapat memahami materi dengan alur, tidak sekedar menghafal materi. b. Media peta konsep plus-plus ini cocok digunakan untuk materi yang mempunyai alur panjang dan banyak rumus seperti materi larutan asam basa. c. Media peta konsep plus-plus ini cocok digunakan dengan model pembelajaran presentasi guru. 2. SARAN a. Media peta konsep plus-plus dapat didesign lebih praktis lagi agar lebih memudahkan siswa dalam belajar b. Untuk membuat media peta konsep plus-plus diperlukan pemahaman materi hingga mendalam sehingga dapat menyampaikan alur dengan benar. c. Media peta konsep plus-plus dapat modifikasi agar dapat memuat lebih banyak materi.