Kel.9 Teknologi pembelajaran - Civitas UNS

advertisement
MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN MODERN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pembelajaran
Dosen pengampu: Dr. Sri Yamtinah S.Pd., M.Pd
Disusun oleh:
Nama
Kelas
: 1. Ardhia Putri Sabrina
(K3315009)
2. Fitri Nadziroh
(K3315023)
3. Lukman Huda Wijaya
(K3315033)
4. Taufik Ihsan
(K3315057)
5. Tri Prianti
(K3315059)
:A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan MAKALAH MEDIA
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN MODERN dengan lancar dan tepat
pada waktunya.
Dalam membuat makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Sri Yamtinah S.Pd., M.Pd sebagai Dosen mata kuliah Teknologi
Pembelajaran yang senantiasa membimbing penulis.
2. Orang tua penulis yang senantiasa mendukung dan memberikan
kepercayaan kepada penulis.
3. Teman-teman penulis yang memberi semangat untuk menyelesaikan
makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para
pembaca. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna dengan demikian penulis menerima kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata penulis haturkan terima kasih.
Surakarta,28 Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
MEDIA PEMBELAJARAN MODERN ............................................................... 14
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 14
A. Latar Belakang ........................................................................................... 14
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14
C. Tujuan ........................................................................................................ 14
BAB II LATAR BELAKANG ............................................................................. 15
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................ 19
B. Saran ........................................................................................................... 19
MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu pembelajaran yang dilakukan secara konvensional oleh guru
yang dilakukan di dalam kelas terkadang membuat siswa-siswi akan merasa
bosan dan terkadang susah untuk memahami materi yang disampaikan oleh
guru yang dapat dikarenakan oleh kekhasan para siswa yaitu siswa memiliki
sifat-sifat berbeda-beda yang mana dari siswa satu dengan siswa yang lain
memiliki sifat yang tidak sama. Hal ini termasuk juga pada kemampuan daya
tangkap siswa terhadap materi yang telah diajarkan, sehingga daya tangkap
siswa untuk menerima dan memahami suatu materi yang telah diajarkan oleh
guru berbeda-beda.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima
dan memahami suatu materi digunakan berbagai cara, salah satunya yaitu
dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran akan
membantu guru supaya para siswa dapat memahami dengan mudah materi yang
diajarkan oleh guru. Media pembelajaran ada dua yaitu media pembelajaran
secara konvensional dan secara modern. Dalam hal ini penulis akan membuat
dua media pembelajaran tersebut, yaitu pada media pembelajaran secara
konvensional penulis membuat bianglala hidrolisis garam dan media
pembelajaran secara modern penulis membuat peta stoikiometri.
1.2 Rumusan Masalah
Pada menulisan ini adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran dan apa fungsi dari
media pembelajaran ?
1.2.2 Bagaimana cara membuat media pembelajaran bianglala hidrolisis asam
basa?
1.2.3 Bagaimana cara menggunakan media pembelajaran bianglala hidrolisis
asam basa?
1.2.4 Metode pembelajaran apa yang digunakan dengan media pembelajaran
bianglala hidrolisis asam basa?
1.2.5 Apa keuntungan dan kelemahan dari media pembelajaran bianglala
hidrolisis asam basa?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Dapat merealisasikan media pembelajaran berupa bianglala hidrolisis
garam dengan memilih model pembelajaran yang sesuai
1.3.2 Mengetahui pelaksanaan atau penerapan media pembelajaran yang
dibuat dengan model pembelajaran yang telah dipilih
1.3.3 Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari media pembelajaran beserta
model pembelajaran yang dipilih
BAB II
PEMBAHASAN
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara
harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai
sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik.
Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media
Pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun
Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesa. Schramm
(1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa
media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada
mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar
yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha
pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat
bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media
pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari
faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan
buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat
mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek
langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek
dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar –
gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak
mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang
suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu
kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu
cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f)
obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang
tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak
 Media Pembelajaran Konvensional dengan Bianglala Hidrolisis Garam
Media pembelajaran dengan bianglala hidrolisis garam ini digunakan untuk
mempermudah pemehaman siswa terhadap materi hidrolisis garam, yaitu jenis jenis garam
yang terbentuk dari asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah.
Hidrolisis garam sendiri merupakan penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion
garam oleh air. Garam-garam yang mengalami hidrolisis adalah garam yang mengandung
ion dari asam lemah atau basa lemah. Sedangkan garam yang berasal dari asam kuat atau
basa kuat tidak bisa mengalami reaksi hidrolisis.
Hidrolisis garam di bedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
o
Hidrolisis garam sebagian (parsial)
Hidrolisis garam sebagian adalah reaksi garam dengan air dimana yang bisa
bereaksi hanya anion nya saja atau kation nya saja. Garam yang mengalami hidrolisis
sebagian yaitu:
a. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
b. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah.
o
Hidrolisis garam total
Hidrolisis garam total adalah reaksi garam dengan air dimana semua ion garam dapat
bereaksi dengan air, baik kation maupun anion nya. Garam yang mengalami hidrolisis total,
yaitu garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah.
Ada macam-macam garam yang di hasilkan dari reaksi asam dan basa, yaitu sebagai
berikut:
1. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dalam air mengalami hidrolisis
sebagian. Komponen garam (anion asam lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan ion
OH-, maka pH > 7 sehingga larutan garam bersifat basa. Contoh CH3COOK,
CH3COONa, KCN, CaS, dan sebagainya.
2.Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis
sebagian karena salah satu komponen garam (kation basa lemah) mengalami hidrolisis
menghasilkan ion H+,maka pH < 7 sehingga larutan garam bersifat asam. Contoh
(NH4)2SO4, AgNO3, NH4CI, CuSO4 dan sebagainya.
3.Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dalam air mengalami
hidrolisis total, karena kedua komponen garam (anion asam lemah dan kation basa
lemah) terhidrolisis menghasilkan ion H+ dan ion OH-, sehingga harga pH larutan ini
tergantung harga Ka dan Kb. Contoh: NH4CN, (NH4)2S, CH3COONH4, dan
sebagainya.
4. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat dalam air tidak mengalami
hidrolisis. Karena kedua komponen garam tidak terhidrolisis sehingga pH larutan sama
dengan air, yaitu pH = 7 bersifat netral.
Kebanyakan dari siswa saat menerima materi ini kesulitan dalam menentukan garam
yang terbentuk apakah termasuk dalam garam terhidrolisis sebagaian, terhidrolisis total
atau terhidrolisis sempurna.
Oleh karena itu dibuat bianglala hidrolisis garam ini guna mempermudah siswa dalam
mengklasifikasikan jenis jenis garam yang terbentuk dari reaksi asam dan basa.
Prinsip dari bianglala hidrolisis garam ini sendiri adalah permainan bianglala putar
yang didalam daun bianglala nya terdapat jenis jenis asam kuat maupun lemah dan basa
kuat dan lemah yang nantinya akan dijodohkan secara acak sehingga membentuk berbagai
macam garam , kemudian garam garam tersebut dapat disesuaikan jenisnya sehingga
akhirnya dapat disimpulkan garam garam tersebut masuk dalam jenis garam apa.
Cara pembuatan bianglala hidrolisis garam
 Membuat lingkaran berdiameter 20 cm
 Membuat bintang segi banyak berdiameter 35 cm
 Memotong kertas lipat berbentuk segitiga berwarna warni
 Menempel segitiga segitiga tersebut dalam lingkaran yang kecil
 Memotong kertas lipat berbentuk layang – layang berwarna warni
 Menempel layang- layang tersebut dalam lingkaran yang besar
 Menulis nama- nama asam lemah maupun kuat dala m segitiga kecil
 Menuliskan nama nama basa kuat maupun lemah maupun kuat dalam layang layang
 Menghubungkan bintang segi banyak dan lingkaran menggunakan paku sehingga
dapat diputar.
Cara menggunakan bianglala
 Menentukan warna yang digunakan sebagai patokan ; misal asam kuat= kuning dan
oranye sedangkan asam lemah ungu dan biru.
Kemudian pada basa ; untuk basa kuat= hijau dan biru dan basa lemah = merah muda
dan jingga
 Memutar lingkaran yang berupa nama-nama asam, setelah berhenti cocokkan dengan
basa yang terdapat dalam segi banyak sesuai dalam warna awal yang dipilih
 Menuliskan hasil dari gabungan asam dan basa yang terbentuk dalam suatu kolom
 Menyusun sesuai jenis garam
 Menyimpulkan
Contoh:
Satu kelas terdiri dari 3 kelompok, masing masing kelompok menunjuk satu orang sebagai
ketua yang bertugas untuk memutar biang lala , kelompok A memilih warna kuning (asam
klorida, asam sulfat dan asam iodide) ternyata saat diputar kuning berjodoh dengan 3 warna
biru basa yaitu magnesium hidroksida , stronsium hidroksida dan kalsium
hidroksida.kemudian dalam waktu 30 detik kelompok a menentukan garam yang terbentuk,
yaitu Magnesium Sulfat, kalsium klorida dan stronsium iodide. Kemudian diberi waktu 30
detik lagi utnuk menentukan jenis garamnya
Terhidrolisis sempurna
Terhidrolisis parsial
Tidak terhidrolisis
Kalsium Klorida
Stronsium iodide
Magnesium sulfat
Ketiganya masuk dalam garam terhidrolisis sempurna sehingga kelompok A dapat
menyimpulkan bahwa apabila asam kuat direaksikan dengan basa kuat akan membentuk
garam terhidrolisis sempurna.
Metode pembelajaran apa yang digunakan dengan media pembelajaran bianglala
hidrolisis asam basa yaitu dengan menggunakan metode games dan diskusi. Dengan
menggunakan metode games ini akan membuat suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan dengan permainan yang menggunakan permainan yang bernama bianglala
hidrolisis garam. Metode diskusi digunakan pada saat penentuan kesimpulan setelah
memutar lingkaran bianglala. Dengan diskusi ini akan menimbulkan kerjasama yang akan
membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Adapun aturan-aturan dalam games
bianglala hidrolisis garam ini yaitu:
1. Siswa dikelas dibentuk menjadi beberapa kelompok
2. Kelompok tersebut menentukan satu perwakilan yang akan memutar lingkaran
bianglala
3. Kelompok mendiskusikan dalam menentukan warna yang ada di lingkaran
bianglala yang akan dicocokan dengan larutan basanya
4. Perwakilan kelompok tersebut memutar lingkaran bianglala dengan kesempatan
satu kali memutar
5. Kelompok mendiskusikan hasil dari mencocokan antara lingkaran yang berisi
larutan asam dan larutan basa
6. Kolompok diberi waktu 30 detik untuk menjawab kesimpulan dari pencocokan
antara larutan dan larutan basa tersebut
7. Apabila dalam waktu 30 detik kelompok tersebut tidak bisa menjawab, maka
pencocokan yang pertama dari yang ketiga telah gagal dan langsung dilanjutkan
dengan pencocokan larutan asam dan basa pada warna yang sama.
8. Setiap kelompok dihitung skor terkecil
9. Kelompok dengan skor terkecil tersebut akan mendapatkan konsekuensi yang telah
disepakati.
Kelebihan dan kekurangan dalam media pembelajaran bianglala hidrolisis garam:
Kelebihan dalam media pembelajaran bianglala hidrolisis garam:
1. Dapat membuat siswa menjadi aktif
2. Meningkatkan kerjasama siswa
3. Siswa tidak cepat merasa bosan
4. Terjadi pembelajaran yang kreatif
5. Meningkatkan kemampuan analisis siswa
Kekurangan dalam media pembelajaran bianglala hidrolisis garam:
1. Suasana didalam kelas ramai
2. Terlalu lama diskusi sehingga akan memperlama waktu dan lama dalam
memberikan jawaban
3. Membingungkan siswa jika tidak mengerti aturan mainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada penggunaan media pembelajaran bianglala hidrolisis garam ini akan
memudahkan siswa dalam mempelajari materi mengenai hidrolisis garam. Media
pembelajaran ini menggunakan metode pembelajaran games dan diskusi yang dapat
memacu para siswa akan menjadi lebih aktif selama pembelajaran. Cara menggunakan
media pembelajaran bianglala hidrolisis garam ini dengan memutar lingkran yang ada di
bianglala hidrolisis garam tersebut oleh perwakilan kelompok yang telah ditunjuk oleh
kelompoknya. Setelah itu menjawab kesimpulan dari hasil yang diperoleh. Kelompok yang
dapat jawaban paling sedikit akan diberikan konsekuensi sesuai kesepakatan.
Keuntungan dari media pembelajaran bianglala hidrolisis garam yaitu, dapat
membuat para siswa menjadi lebih aktif, tidak mudah bosan, dan dapat menangkap
pelajaran yang diajarkan dengan lebih mudah. Sedangkan kekurangan dari media
pembelajaran ini yaitu, suasana di dalam kelas menjadi ramai, dan akan memakan waktu
sehingga ada kelompok yang tidak sempat menjawab kesimpulan tersebut.
MEDIA PEMBELAJARAN MODERN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan realita yang ada, kebanyakan siswa belajar dengan cara
menghafal, yang mana dengan cara tersebut siswa akan mudah lupa dan siswa akan
cenderung kesulitan mengerjakan soal-soal yang kompleks (menggabungkan
beberapa teori/konsep). Untuk mengatasi
masalah tersebut
guru dapat
menggunakan media peta konsep sebagai media pendamping pembelajaran, artinya
media peta konsep ini sebagai fasilitas untuk membantu siswa yang sulit memahami
materi. Sebenarnya peta konsep ini sebaiknya dibuat oleh siswa sendiri, namun
kembali ke permasalahan awal sehingga guru memfasilitasi siswa dengan membuat
peta konsep. Dengan media ini bukan berarti guru hendak menurunkan kualitas
pembelajaran namun guru hendak menyelesaikan realita masalah yang terdapat di
kelas. Sehingga diharapkan pada akhirnya output pembelajaran akan lebih
berkualitas.
Peta konsep yang umum ditemui di buku-buku pelajaran sebatas memuat
keyword dari materi, sedangkan digital peta konsep plus-plus ini akan menyajikan
alur dari materi disertai alur untuk memperoleh rumus. Sehingga model peta konsep
ini memerlukan ruang yang banyak sehingga peta konsep ini lebih praktis dibuat
berbasis digital.
Materi asam basa merupakan materi yang mempunyai alur yang panjang dan
banyak terdapat rumus. Untuk menambah pemahaman siswa, materi tersebut cocok
dikemas dalam media digital peta konsep plus-plus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana design digital peta konsep plus-plus ?
2. Bagaimana penggunaan digital peta konsep plus-plus dalam pembelajaran
di kelas ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan design digital peta konsep plus-plus
2. Menjelaskan penggunaan digital peta konsep plus-plus dalam pembelajaran
di kelas
D. Manfaat
1. Sebagai sumber referensi tentang media pembelajaran peta konsep
2. Sebagai inovasi media pembelajaran peta konsep
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Media Peta Konsep
Peta konsep dapat memenuhi semua persyaratan sebagai media pembelajaran
sekaligus dapat mewujudkan tujuan-tujuan pembelajaran sebagaimana yang
diutarakan Kemp (1994) di atas. Lebih daripada itu, peta konsep dapat pula
memberikan wawasan baru kepada siswa dan guru. Sebagaimana diungkapkan
DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita
mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi,
membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Peta konsep
dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan teknik memetakan
konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak
memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis
(bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih
mudah diingat.
Beberapa prinsip penggunaan media dalam pembelajaran dapat dipenuhi ketika
menggunakan peta konsep. Mengacu kepada Yusuf Hadi (dalam Nasrun, 2001),
media peta konsep memenuhi prinsip:
1) merupakan bagian integral dari pelajaran;
2) memberikan peluang kepada mahasiswa untuk menanggapinya dalam
rangka melatih perkembangan bahasa baik lisan maupun tulisan;
3) pemakaian peta konsep tidak menuntut persiapan khusus;
4) peta konsep sangat simpel, sehingga tidak membingungkan, bahkan
berpotensi memperjelas pelajaran;
5) mengikutsertakan tanggung jawab mahasiswa pada saat menggunakannya.
Istimewanya lagi, pemakaian media peta konsep :
1) berhubungan erat dengan aspek-aspek pembelajaran yang lain;
2) cocok dipakai untuk menyajikan semua unit pelajaran;
3) Dapat digunakan atau sesuai untuk segala kegiatan belajar.
Peta konsep dapat digunakan untuk beberapa keperluan dalam pembelajaran
dengan tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang tinggi. Peta konsep dapat
mengongkritkan
konsep-konsep
abstrak
dan
mengaktifkan
mahasiswa.
Pembuatannya tidak membutuhkan waktu yang lama, tidak membutuhkan biaya
yang tinggi, sebagaimana menulis ringkasan secara konvensional atau dengan
pengetikan dengan komputer. Bahkan, peta konsep dapat dibuat dimana saja dan
kapan saja. Teknik peta konsep yang mensyaratkan dibuat dengan bentuk huruf
yang bervariasi dan menggunakan warna aneka ragam dapat menjadi daya tarik
tersendiri dan memenuhi kebutuhan estetik pembuatnya. Svantesson (2004)
mengatakan teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan
ringkasan pelajaran serta ketika membutuhkan struktur.
B. Materi Larutan Asam Basa
Pada materi larutan asam basa ini di terapkan dalam model pembelajaran peta
konsep karena berdasarkan alurnya, dengan media peta konsep dapat menjelaskan
dengan baik dan sesuai dengan alur dari materi larutan asam basa. Alur dari
pembuatan peta konsep ini sendiri yaitu ionisasi air mendasari penentuan
konsentrasi asam/basa yaitu melalui adanya kesetimbangan asam-basa dalam
larutan air. Selanjutnya kekuatan asam/basa sebanding dengan konsentrasinya yang
dinyatakan dengan derajat keasaman (pH) atau derajat kebasaan (pOH). Serta
kekuatan asam/basa dinyatakan dalam satuan lain yaitu tetapan ionisasi asam/basa
dan derajat ionisasi asam/basa.
Dalam sebuah praktik di laboratorium, konsentrasi asam/basa bisa saja belum
diketahui. Cara mengetahuinya yaitu dengan cara titrasi. Titik akhir titrasi
ditentukan dengan adanya indikator asam/basa. Indikator asam basa memiliki
banyak jenisnya, ada indikator alam maupun buatan. Dalam perkembangannya
terdapat teori-teori dari asam basa yaitu teori arhenius, teori asam-basa bronsted
lowry, teori asam basa lewis. Teori asam basa bronsted lowry ini mendasari
kesetimbangan asam basa dalam larutan air atau disebut juga kesetimbangan asambasa konjugasi dalam larutan air.
Media peta konsep ini di harapkan bisa menjelaskan secara jelas dan
memberikan kelancaran dalam memahami materi larutan asam basa sehingga siswa
dapat memahami serta mendalami materi larutan asam basa secara terkonsep sesuai
dengan alur yang ada sebenarnya. Ini bertujuan agar siswa dapat lebih memahami
dengan jelas dan paham betul dengan materi larutan asam basa dengan
menggunakan media peta konsep plus-plus ini.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Design Peta Konsep Plus-Plus
Peta Konsep Plus-Plus ini dibuat berbasis digital yaitu berupa power point.
Peta konsep plus-plus didesign dengan memadukan alur materi dan alur
memperoleh rumus menjadi satu alur sehingga diharapkan siswa dapat
memahami materi dengan sejelas-jelasnya.
Peta konsep secara keseluruhan (peta konsep utama) disajikan pada slide
pertama. Pada peta konsep utama telah disajikan alur materi melalui keteranganketerangan yang terdapat di atas tanda panah. Untuk mengetahui penurunan
rumus dan alur rumus lebih detilnya terdapat pada slide lain yang dihubungkan
dengan peta konsep utama melalui hyperlink.
Peta konsep plus-plus ini disertai kolom kosong dimana guru dapat
menuliskan jawaban dari siswa terkait materi.
Berikut ini beberapa gambar peta konsep plus-plus :
Ket: Gambar Peta Konsep Utama
Kotak Kosong untuk
menuliskan jawaban
siswa
Gambar alur materi dan alur ` memperoleh rumus
2. Penggunaan Peta Konsep Plus-Plus
Peta Konsep Plus-Plus ini digunakan sebagai media pendamping
pembelajaran bukan sebagai media utama pembelajaran karena peta konsep ini
berisi alur materi, tidak berisi penjelasan seluruh materi. Model pembelajaran
yang cocok menggunakan media peta konsep plus-plus ini adalah presentasi
guru, dimana terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Peta konsep
plus-plus ini dapat digunakan di awal pembelajaran yaitu saat menyampaikan
garis besar materi. Kemudian ditengah pembelajaran untuk menunjukan alur
materi dan alur memperoleh rumus, serta juga dapat digunakan di akhir
pembelajaran untuk mengulas materi yang telah disampaikan.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Media peta konsep plus-plus diharapkan dapat membantu siswa memahami
alur materi dan alur memperoleh rumus sehinpgga siswa dapat memahami
materi dengan alur, tidak sekedar menghafal materi.
b. Media peta konsep plus-plus ini cocok digunakan untuk materi yang
mempunyai alur panjang dan banyak rumus seperti materi larutan asam
basa.
c. Media peta konsep plus-plus ini cocok digunakan dengan model
pembelajaran presentasi guru.
2. SARAN
a. Media peta konsep plus-plus dapat didesign lebih praktis lagi agar lebih
memudahkan siswa dalam belajar
b. Untuk membuat media peta konsep plus-plus diperlukan pemahaman
materi hingga mendalam sehingga dapat menyampaikan alur dengan
benar.
c. Media peta konsep plus-plus dapat modifikasi agar dapat memuat lebih
banyak materi.
Download