Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung Beban Pencemaran

advertisement
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung
Beban Pencemaran Air Sungai Metro
Endro yuwono1, Hery Setyobudiarso1
1 Institut Teknologi Nasional Malang, Malang
Abstrak. Pembuangan limbah yang belum dikelola dengan baik mengakibatkan pencemaran sungai
yang berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat. Pembuatan jaringan pembuangan limbah batik
dan permodelan secara berfungsi sebagai basis data distribusi pembuangan limbah untuk mengetahui
luasan area yang terkena pencemaran limbah cair yang berasal dari pabrik tersebut. Untuk mengetahui
klasifikasi pencemaran yang terjadi digunakan Metode Indeks Pencemaran berdasarkan Kep-MENLH
N0.115 tahun 2003. Selanjutnya untuk menganalisis area yang tercemar digunakan software ArcGIS
sehingga mendapatkan area yang mengalami pencemaran. Data yang digunakan antara lain nilai BOD
(Biochemical Oksigen Demand), dan COD (Chemical Oksigen Demand) insitu. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui klasifikasi tingkat pencemaran yang terjadi dan memetakan sebaran
spasial daerah yang mengalami pencemaran pada tahun 2015 disajikan sebagai model spasial dalam
SIG (Sistem Informasi Geografis). Metode penelitian adalah observasi lapangan dan pengukuran
kualitas air sungai metro dan air limbah industri sekitar lokasi penelitian, Analisis Status Mutu Air
Sungai, Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai, Interpolasi Metode Invers Distance
Weighted. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang
dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya
dengan data sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel. Dari hasil penelitian
ini diketahui bahwa daya tampung beban pencemaran paling besar Sungai Metro adalah pada lokasi
sungai yang mendapatkan input material pencemar ditandai dengan tingginya kadar BOD, kadar COD
Untuk mendapatkan daya tampung beban pencemaran sungai yang ideal, maka perlu dilakukan
penurunan beban pencemaran.
Kata kunci: Jaringan Pembuangan Limbah, Nilai Indeks, Pencemaran, SIG
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Pembangunan dapat pula
berarti pertumbuhan ekonomi yang berfokus pada jumlah (kuantitas) produksi dan penggunaan
sumber-sumber (Hadi, 2005). Pembangunan yang menitik beratkan pada pemanfaatan sumber daya
alam akan menyebabkan tekanan pada lingkungan. Sumber daya alam baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya terbatas, sedangkan kebutuhan manusia akan sumberdaya tersebut makin meningkat
sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk serta kebutuhannya. Kegiatan pembangunan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan manusia akan menimbulkan dampak terhadap perubahan beberapa
komponen lingkungan, namun besarnya perubahan tersebut tergantung pada tingkat dan intensitas
pembangunan yang dilaksanakan (Monoarfa, 2002).
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu
dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Air
sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya.
Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga
akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Sungai Metro adalah salah satu sungai yang merupakan anak Sungai Brantas yang melalui Kecamatan
Pakisaji, serta bermuara di daerah paling selatan dari Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dengan
panjang sungai sepanjang 54,55 km. Sungai Metro sendiri merupakan golongan air kelas II yaitu air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PERGUB Jatim No.61/2010). Keberadaan aliran
SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang
A. 41
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
sungai ini sangat diharapkan oleh masyarakat di sekitar daerah aliran sungai tersebut untuk menunjang
kebutuhan air yang utamanya guna keperluan pertanian, permukiman dan industri.
Hasil pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta tahun 2001, Sungai Metro telah
mengalami penurunan kualitas air terutama disebabkan limbah organik yang dihasilkan oleh industri.
Terdapat dua industri yang beroperasi di sepanjang Sungai Metro yakni industri gula dan industri
tapioka. Dalam kegiatannya industri-industri ini menghasilkan limbah cair yang dibuang ke Sungai
Metro (Puslit Sumberdaya Air dan Perum Jasa Tirta I 2002). Sungai Metro di daerah Talangangung
memiliki karakteristik nilai BOD yang tinggi (seluruhnya diatas baku mutu) sedangkan nilai COD
yang tertinggi terdapat di Sungai Metro di daerah Mojosari Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang
(Yetti,2007)
Pada Tahun 2011, terjadi kasus pencemaran air yang diakibatkan oleh buangan air limbah dari salah
satu kegiatan industri yang biasa membuang air limbahnya ke Sungai Metro. Industri tersebut
mengeluarkan air limbah bersuhu panas dan mencemari sungai. Berdasarkan pengakuan masyarakat,
akibat air limbah tersebut masyarakat tidak bisa lagi memanfaatkan Sungai Metro karena warnanya
berubah menjadi coklat dan keruh serta berbau menyegat. Selain itu suhu sungai meningkat menjadi
sekitar 70 0C, sehingga masyarakat merasa tidak nyaman lagi (Surabaya Post,2011).
Pada dasarnya sungai mempunyai kemampuan dalam memperbaiki dirinya dari unsur pencemar.
Namun kemampuan ini terbatas sehingga apabila masuk sejumlah bahan pencemar dalam jumlah yang
besar maka kemampuan tersebut menjadi tidak terlalu berarti dalam mengembalikan sungai dalam
kondisi semula. Menurut Vagnetti (2003), lingkungan perairan bereaksi terhadap masuknya bahan
pencemar sebagai mekanisme alami untuk kembali pada kualitas air semula, proses ini disebut self
purification. Kemampuan alamiah sungai inilah yang membatasi daya tampung sungai terhadap
pencemar. Perhitungan daya tampung beban pencemaran diperlukan untuk mengendalikan zat
pencemar yang berasal dari sumber pencemar yang masuk ke dalam sungai dengan
mempertimbangkan kondisi intinsik sungai dan baku mutu air yang ditetapkan.
Suatu perairan atau sungai dikatakan tercemar jika air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan
status mutu air secara normal. Status mutu air merupakan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan
kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan
dengan baku mutu air yang ditetapkan. Sedangkan Mutu air merupakan kondisi kualitas air yang
diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode Indeks Pencemaran dapat
memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu
peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas
akibat kehadiran senyawa pencemar.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kondisi kualitas air di Sungai Metro.
2. Menganalisis status mutu air dan daya tampung beban pencemaran air sungai di Sungai Metro.
2. Tinjauan pustaka
2.1. Definisi dan Klasifikasi Sungai
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, pengertian
sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di
dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sepandan. Menurut
Sunaryo (2001), suatu sungai dalam artian daerah pengaliran sungai merupakan suatu kesatuan
wilayah hidrologis yang dapat mencakup beberapa wilayah administratif yang ditetapkan sebagai satu
kesatuan wilayah pembinaan yang tidak dapat dipisahkan.
Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat
yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah
tangkapan air atau daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktifitas
dan perilaku penghuninya. Pada umumnya daerah hulu mempunyai kualitas air yang lebih baik
daripada daerah hilir. Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat akumulasi dari proses
pembuangan limbah cair yang dimulai dari hulu (Wiwoho, 2005)
A. 42
Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
Jenis-jenis sungai berdasarkan debit airnya diklasifikasikan menjadi (Mulyanto, 2007) :
1. Sungai Permanen/Perennial, yaitu sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun dengan debit
yang relatif tetap. Dengan demikian antara musim penghujan dan musim kemarau tidak terdapat
perbedaan aliran yang mencolok.
2. Sungai Musiman/Periodik/Intermitten : yaitu sungai yang aliran airnya tergantung pada musim.
Pada musim penghujan ada alirannya dan musim kemarau sungai kering. Berdasarkan sumber
airnya sungai intermitten dibedakan : a) Spring fed intermitten river yaitu sungai intermitten
yang sumber airnya berasal dari air tanah dan b) Surface fed intermitten river yaitu sungai
intermitten yang sumber airnya berasal dari curah hujan atau penciran es.
3. Sungai episodik, sungai yang pada musim kemarau kering dan pada waktu musim penghujan
airnya banyak.
4. Sungai Tidak Permanen/Ephemeral : yaitu sungai tadah hujan yang mengalirkan airnya sesaat
setelah terjadi hujan. Karena sumber airnya berasal dari curah hujan maka pada waktu tidak
hujan sungai tersebut tidak mengalirkan air.
2.2.Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, daerah
aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anakanak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas
di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Daerah aliran sungai
adalah suatu luasan dimana aliran permukaan mengalir menuju ke suatu titik konsentrasi tertentu yang
dibatasi oleh garis imajiner dan dapat ditentukan di peta topografi dengan cara menghubungkan titiktitik tertinggi disekeliling daerah tersebut.
2.3.Kualitas Air Sungai
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air
(Effendi, 2003). Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan
air untuk peruntukan tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan
sebagainya. Kualitas air sungai dapat dinyatakan dengan parameter yang menggambarkan kualitas air
tersebut yang meliputi derajat keasaman (pH), oksigen terlarut DO, BOD, COD, kandungan logam,
kesadahan dan sebagainya. Parameter biologi meliputi kandungan mikroorganisme dalam air.
Parameter tersebut meliputi parameter fisika, kimia dan biologi (Asdak, 2010 dan Effendi, 2003).
2.4. Debit Air
Debit adalah volume aliran yang mengalir melalui sungai per satuan waktu. Besarnya biasanya
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik) (Soewarno, 1991). Menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI) tentang Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan, titik pengambilan
contoh air sungai ditentukan berdasarkan debit air sungai yang diatur dengan ketentutan sebagai
berikut :
a) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada suatu titik di tengah sungai
pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan (gambar 2.1).
b) Sungai dengan debit antara 5 m3/detik – 1503/detik, contoh diambil pada dua titik masingmasing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari
permukaan (gambar 2.1) kemudian dicampurkan.
c) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada enam titik
masing-masing pada jarak 1/4,1/2 dan 3/4 lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,8 kali
kedalaman dari permukaan (gambar 2.1) lalu dicampurkan.
Menurut Arsyad (2010), laju aliran permukaan dikenal juga dengan istilah debit. Besarnya debit
ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya, yang dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Q = A × v (1)
SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang
A. 43
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
Dimana :
Q
: Debit air (m3/dtk)
A
: Luas penampang sungai (m2)
v
: Kecepatan aliran (m/dtk)
Dengan meningkatnya debit, kadar bahan-bahan alam yang terlarut ke suatu badan air akibat erosi
meningkatkan secara eksponensial dan konsentrasi bahan-bahan antropogenik yang memasuki badan
air tersebut mengalami penurunan karena terjadi proses pengenceran. Jika suatu bahan pencemar
masuk ke badan air dengan kecepatan konstan, kadar bahan pencemar dapat ditentukan dengan
membagi jumlah bahan pencemar yang masuk dengan debit badan air (Effendi, 2003).
2.5.Mutu Air dan Baku Mutu Air
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Klasifikasi mutu air berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 2 Tahun 2008 ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang
dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
2.6.Sumber Pencemaran Air
Menurut Sastrawijaya (2009), sumber pencemaran dapat dibedakan menjadi sumber domestik (rumah
tangga) yaitu dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit dan sebagainya. Serta
sumber nondomestik yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi dan
sumber-sumber lainnya.
Sedangkan menurut Davis dan Cornwell (1991), sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan
dapat berasal dari buangan yang diklasifikasikan :
1. Point source discharges (sumber titik), yaitu sumber titik atau sumber pencemar yang dapat
diketahui secara pasti dapat berupa suatu lokasi seperti air limbah industri maupun domestik
serta saluran drainase.
2. Non point source (sebaran menyebar), berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti.
Pencemar masuk ke perairan melalui run off (limpasan) dari wilayah pertanian, pemukiman
dan perkotaan.
2.7.Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang
dapat diamati melalui (Wardhana, 2004) :
1. Adanya perubahan suhu air.
2. Adanya perubahan pH atau kosentrasi ion hidrogen.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut.
5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
Pada umumnya limbah cair industri lebih sulit dalam pengolahannya, hal ini disebabkan karena zat-zat
yang terkandung di dalamnya yang berupa bahan atau zat pelarut, mineral, logam berat, zat-zat
organik, lemak, garam-garam, zat warna, nitrogen, sulfida, amoniak, dan lain-lain yang bersifat toksik
(Mudarisin, 2004).
2.8.Beban Pencemaran Sungai
Perhitungan beban pencemar dilakukan adalah sebagai kontrol terhadap industri apakah industri
tersebut mengolah limbahnya dengan baik atau tidak. Beban pencemaran air limbah industri dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kepgub Jatim no 45 thn 2002) :
A. 44
Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
1. Beban Pencemaran Maksimum
BPM = (CM)j × Vm
Keterangan :
BPM
: Beban pencemaran maksimumper satuan produk (kg/ton)
(CM)j
: Kadar maksimum unsur pencemar j (mg/l)
Vm
: Volume limbah cair maksimum (m3/ton)
2. Beban Pencemaran sebenarnya
BPA = (CA)j × Va
Keterangan :
BPA
: Beban pencemaran sebenarnya (kg/ton)
(CA)j
: Kadar sebenarnya unsur pencemar j (mg/l)
Va
: Volume limbah cair sebenarnya (m3/ton)
Perhitungan beban pencemaran dapat sebagai kontrol terhadap industri, apakah industry tersebut
mengolah limbahnya dengan baik atau tidak, dan menurut ketentuan BPA tidak boleh lebih besar dari
BPM.
2.9.Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai
Pada dasarnya sungai mempunyai kemampuan sungai dalam memperbaiki dirinya dari unsur
pencemar (self purifikasi). Namun kemampuan terbatas sehingga apabila masuk sejumlah bahan
pencemar dalam jumlah banyak maka kemampuan tersebut menjadi tidak terlalu berarti
mengembalikan sungai dalam kondisi lebih baik hal ini yang membatasi daya tampung sungai
terhadap pencemar (Rahmawati, 2011).
Penentuan daya tampung beban pencemaran sungai dapat dihitung dengan cara sederhana yaitu
dengan persamaan neraca massa yang digunakan untuk menentukan konsentrasi yang berasal dari
sumber pencemar point sources dan non point sources. (Wiwoho,2005).
2.10. Indeks Pencemaran Sungai
Penentuan status mutu air dapat dilakukan dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran
dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Pengelolaan kualitas air atas dasar
Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai
kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika
terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar.
Definisi indeks pencemaran yaitu jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang
dicantumkandalam baku peruntukan air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameterkualitas air (i)
yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatulokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur
sungai, maka Pij adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij.
Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh parameter kualitas air. Nisbah
ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0 adalah nilai yang kritik, karena nilai ini diharapkan
untuk dipenuhi bagi suatu baku mutu peruntukan air. Jika Ci/Lij > 1,0 untuk suatu parameter, maka
konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan air digunakan untuk peruntukan
(j). Jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak
harus dilakukan bagi air itu.
Pada model Indeks Pencemaran (IP) digunakan berbagai parameter kualitas air, maka pada
penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolak ukur pencemaran,
tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai lebih besar dari 1. Jadi indeks ini
harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum. Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan
(j) jika nilai (Ci/Lij)R dan atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau
nilai rata-rata Ci/Lij makin besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan makin besar pula.
Rumus yang digunakan dalam Metode Indeks Pencemaran (IP) untuk mengetahui kualitas air perairan
sungai adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang
A. 45
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
PIj =
dimana :
Lij
: Kosentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (j)
Ci
: Konsentrasi parameter kualitas air (i)
PIj
: Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)
(Ci/Lij)M : Nilai Ci/Lijmaksimum
(Ci/Lij)R : Nilai Ci/Lijrata-rata
Metode ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat tidaknya suatu
perairan dipakai untuk peruntukan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter tertentu. Evaluasi
terhadap nilai Pollution Index (PI) dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Evaluasi terhadap nilai PI
Nilai PI
Mutu Perairan
Memenuhi baku mutu
0 – 1,0
(kondisi baik)
Cemar ringan
1,1 – 5,0
Cemar
sedang
5,0 – 10,0
Cemar Berat
>10,0
Sumber : Keputusan Menteri Negara LH No. 115 Tahun 2003
3. Materi dan metode pelaksanaan
3.1.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama dalam kurun waktu musim kemarau dan musin hujan. Penelitian ini
dilakukan di Sungai Metro yang berada di wilayah Kecamatan Pakisaji dan Kecamatan Kepanjen.
Kabupaten Malang.
3.2.Peralatan dan Bahan Penelitian
3.1.1. Peralatan Penelitian
1. pH meter dan thermometer, sebagai alat untuk mengukur pH dan suhu air di lokasi
penelitian.
2. Wadah sampel, sebagai tempat sampel.
3. Ice box, sebagai tempat pengawetan sampel.
4. Meteran, stopwatch, bola tenis sebagai pengapung dan tongkat kayu digunakan sebagai
alat pengukur debit air.
5. GPS (Global Positioning System) sebagai alat bantu identifikasi titik koordinat lokasi
pengambilan sampel (lintang, bujur dan elevasi).
6. Alat tulis, digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
3.1.2. Bahan Penelitian
1. Peta lokasi penelitian.
2. Bahan pengambilan sampel kualitas air.
3.3.Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendukung menyusunan laporan penelitian. Pengumpulan data
dilakukan terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari objek yang diteliti dan diolah sendiri oleh
peneliti. Data primer meliputi :
a. Observasi lapangan dan pengukuran kualitas air sungai metro dan air limbah industri gula dan
tapioka.
b. Foto-foto tentang lokasi penelitian.
A. 46
Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti untuk mendukung laporan penelitian. Data
sekunder didapatkan dengan meminta informasi berupa literatur, laporan, Peraturan, dokumen
lingkungan, dari studi pustaka, media internet maupun dari instasi terkait dengan penelitian ini seperti
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang.
3.4.Pengambilan Sampel Air
Penentuan Titik Pengambilan Sampel
Penentuan titik pengambilan sampel air menggunakan metode purposif sampling, yaitu cara penentuan
titik pengambilan sampel air dengan melihat pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh
peneliti. Adapun pertimbangan adalah pertimbangan sumber kegiatan yang diduga memberikan beban
pencemaran. Penentuan titik pengambilan sampel air Sungai Metro didasarkan karakteristik
pemanfaatan lahan dan aktivitas masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kemudahan askes, biaya
maupun waktu sehingga ditentukan titik-titik yang di anggap mewakili kualitas air limbah industri dan
kualitas air Sungai Metro.
Berikut merupakan lokasi pengambilan sampel, titik pengambilan sampel yang dibagi menjadi
beberapa stasiun dan outlet dalam penelitian ini adalah :
· Stasiun 1 (ST1)
Stasiun 1 merupakan daerah hulu Sungai Metro dan sebelum outlet saluran pembungan air limbah
industri.
· Outlet (OT1)
Outlet 1 merupakan titik outlet IPAL industri. Diambil untuk mengetahui karakteristik air limbah
sebelum masuk ke badan Sungai Metro.
· Stasiun 2 (ST2)
Stasiun 2 merupakan titik pengambilan air sampel sungai setalah outlet IPAL industri. Disekitar
sungai terdapat pemukiman penduduk, pertanian dan banyak vegetasi hijau.
· Stasiun 3 (ST3)
Stasiun 3 merupakan titik pengambilan air sampel sungai setelah anak Sungai Metro. Disekitar sungai
terdapat pemukiman penduduk dan banyak ditumbuhi vegetasi hijau yang didominasi pohon bambu.
· Stasiun 4 (ST4)
Stasiun 4 merupakan titik pengambilan air sampel sungai sebelum outlet saluran pembungan air
limbah industri. Disekitar sungai banyak ditumbuhi vegetasi hijau yang didominasi pohon bambu.
· Outlet 2 (OT2)
Outlet 2 merupakan titik outlet saluran pembuangan air limbah industri. Diambil untuk mengetahui
karakteristik air limbah sebelum masuk ke badan Sungai Metro.
· Stasiun 5 (ST5)
Stasiun 5 terletak di Kelurahan Cempokomulyo Kec Kepanjen. Dearah ini merupakan daerah hilir
Sungai Metro. Tujuannya untuk mengetahui kualitas air sungai secara keseluruhan sehingga data hasil
pengujian di daerah hilir dapat dibandingkan dengan data untuk daerah hulu.
Khususnya untuk pertemuan dua sungai atau masuknya anak sungai, lokasi pengambilan sampel
adalah di mana daerah air kedua itu telah tercampur secara sempurna.
Pengukuran Debit Air, Sampling Air dan Pengawetan Sampel Air
a. Pengukuran Debit Air Sungai
Metode yang digunakan dalam pengukuran debit air sungai yaitu metode cross section (profil sungai).
Dengan metode ini debit air sungai di dapat dari hasil perkalian antara luas penampang sungai dan
kecepatan aliran air sungai. (Agustiningsih, 2012)
Perhitungan debit menggunakan rumus sebagai berikut :
Q
=v×A
Keterangan :
Q : Debit air (m3/dtk)
v : Kecepatan arus (m/dtk)
A : Luas penampang sungai (m2)
(Arsyad, 2010)
SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang
A. 47
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
b. Pengambilan Sampel Air
Pengambilan sampel air pada outlet saluran pembuangan industri dan sampel air sungai diambil
dengan cara pengambilan sampel sesaat (grab sample) dan Menurut Effendi (2003), sampel sesaat
atau grab sample yaitu sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang sedang dipantau.
Langkah-langkah pengambilan sampel air Sungai Metro dengan tahap sebagai berikut:
1. Persiapan peralatan pengambilan sampel.
2. Pelaksanaan Pengambilan Sampel Air.
c. Pengawetan Sampel Air
Setelah dilakukan pengambilan sampel air pada setiap stasiun, penting untuk tetap memelihara
keutuhannya dan memastikannya tidak terkontaminasi, atau mencegah terjadinya perubahan sebelum
dianalisa di laboratorium. Pengawetan sampel dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan secara fisika
dan kimia.
3.5. Metode Analisis
Analisis Beban Pencemaran Air Limbah Industri
Beban pencemaran air limbah industri dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1. Beban Pencemaran Maksimum
BPM = (CM)j × Vm
Keterangan :
BPM : Beban pencemaran maksimum per satuan produk (kg/ton)
(CM)j : Kadar maksimum unsur pencemar j (mg/l)
Vm
: Volume limbah cair maksimum (m3/ton)
2. Beban Pencemaran sebenarnya
BPA = (CA)j × Va
Keterangan :
BPA
: Beban pencemaran sebenarnya (kg/ton)
(CA)j
: Kadar sebenarnya unsur pencemar j (mg/l)
Va
: Volume limbah cair sebenarnya (m3/ton)
Perhitungan beban pencemaran dapat sebagai kontrol terhadap industri, apakah industry tersebut
mengolah limbahnya dengan baik atau tidak, dan menurut ketentuan BPA tidak boleh lebih besar dari
BPM (Kepgup Jatim No 45 Thn 2002).
Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai
Daya tampung beban cemaran Sungai Metro terhadap kelas sungai berdasarkan lampiran Peraturan
Pemerintah No. 82/ 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dapat
dicari dengan menggunakan metode persamaan neraca massa, yaitu : Daya tampung beban
pencemaran adalah jumlah beban pencemaran yang diijinkan untuk dibuang berdasarkan baku mutu
lingkungan (Kelas Sungai) dikurangi beban pencemaran yang terukur (Wiwoho,2005), sebagai
berikut:
Dimana :
DTBP = Daya tampung beban pencemaran, dinyatakan dalam kg/hari
BPM = Beban pencemaran maksimum, dinyatakan dalam kg/hari
BPA = Beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg/hari
Analisis Kualitas Air
Analisis kualitas air dilakukan jika sampel air limbah pada outlet saluran pembuangan industri dan
sampel air sungai telah diambil. Untuk parameter pH dan suhu pengujian dilakukan langsung di lokasi
penelitian. Sedangkan untuk parameter TSS, COD dan BOD dilakukan pengujian di laboratorium.
Analisa dilakukan dengan metode sesuai ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI). Metode analisa
dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :
A. 48
Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
Tabel 3.1. Metode Analisis Sampel
Parameter
Fisika
·
Suhu
·
TSS
Kimia
·
pH
·
COD
·
BOD
Satuan
Metode
Keterangan
0
C
mg/ltr
Pemuaian
Gravimetri
SNI 6989.57 :2008
SNI 06-6989.3-2004
mg/ltr
mg/ltr
Potensiometer
Reflux tertutup
Titrimetri
SNI 6989.57 :2008
SNI 6989.2:2009
2.14/IK-4.1/2008
Analisis Status Mutu Air Sungai
Penentuan status mutu air dilakukan dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran. Rumus
perhitungan dengan metode Indeks Pencemaran adalah sebagai berikut :
PIj =
dimana :
Lij
: Kosentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (j)
Ci
: Konsentrasi parameter kualitas air (i)
PIj
: Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)
(Ci/Lij)M
: Nilai Ci/Lij maksimum
(Ci/Lij)R : Nilai Ci/Lij rata-rata
Metode ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat tidaknya suatu
perairan dipakai untuk peruntukan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter tertentu. Evaluasi
terhadap nilai Pollution Index (PI) :
- 0 ≤ PIj ≤ 1,0 = memenuhi baku mutu (kondisi baik)
- 1,0 < PIj ≤ 5,0 = cemar ringan
- 5,0 < PIj ≤ 10 = cemar sedang
- PIj > 10
= cemar berat
Hasil perhitungan PI ini dapat menunjukan tingkat ketercemaran Sungai Metro dengan
membandingkannya dengan baku mutu sesuai kelas air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008.
Langkah-Langkah dalam penentuan status mutu air sungai dengan menggunakan metode Indeks
Pencemaran sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air adalah sebagai berikut :
Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu suatu
peruntukan air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil
analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah
Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Harga PIj ini dapat
ditentukan dengan cara :
1. Pilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik.
2. Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang.
3. Hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan cuplikan.
a. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat,
misal COD. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk COD, maka Cim
merupakan nilai COD jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh
nilai Ci/Lij hasil perhitungan, yaitu :
(Ci/Lij)baru =
b. bJika nilai baku Lij memiliki rentang
- Untuk Ci ≤ Lijrata-rata
(Ci/Lij)baru =
SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang
A. 49
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
-
Untuk Ci> Lij rata-rata
(Ci/Lij)baru =
c. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9
dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0.
Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan
ini adalah :
- Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0.
- Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0.
(Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran
P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil
pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan
(biasanya digunakan nilai 5).
4. Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M).
5. Tentukan harga PIj (sesuai dengan persamaan 2 diatas).
PIj =
(Kepmen LH No 115 Thn 2003)
Interpolasi Metode Invers Distance Weighted
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik yang sederhana dengan
mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip
pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah secara linear
sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data
sampel.
Untuk mengolah dan menganalisa data secara spasial, Sistem Informasi Geografis (SIG) biasanya
digunakan. Didalam analisa spasial baik dalam format vektor maupun raster, diperlukan data yang
meliputi seluruh studi area. Oleh sebab itu, proses interpolasi perlu dilaksanakan untuk mendapatkan
nilai diantara titik sampel. Hal ini bertujuan agar dalam perbandingan nilai dari titik observasi dan titik
model bisa berimbang.
A. 50
Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
4. Hasil penelitian dan pembahasan
Air Limbah Industri
Pada segmen ini, potensi beban pencemaran adalah berasal dari point sources yaitu titik atau sumber
pencemar yang dapat diketahui secara pasti yaitu suatu lokasi seperti air buangan industri – industri
yang menggunakan Sungai Metro sebagai badan penerima air limbah.Jenis kapasitas produksi serta
debit air limbah yang dihasilkan industri gula dan tapioka disajikan pada Tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1.Jenis Industri di Wilayah Sungai Metro yang Membuang Air Limbah ke Sungai Metro
No
Nama Industri
PG. Kebon
Agung
CV Singkong
Artha Mas
1
2
Jenis Industri
Kapasitas
Produksi
(ton/thn)
Debit air
limbah
(m3/hari)
Gula
120,000 ton /thn
1,92
Tapioka
50,000 ton/thn
16,8
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, 2013
Berdasarkan tabel 5.1.CV Singkong Artha Mas mempunyai debit limbah yang dibuang ke Sungai
Metro paling besar yaitu mencapai 16,8m3/hari. Jenis bahan pencemar yang terkandung dalam air
limbah industri tapioka adalah BOD, COD dan TSS.Tingginya konsentrasi BOD, COD dan TSS
dalam air dari hasil nira yang terbawa air jatuhan dan bocoran nira yang ikut terbuang bersama aliran
air limbah.
Kegiatan industri gula dan industri tapioka yang menghasilkan buangan air limbah dengan
karakteristik TSS, BOD, dan COD tinggi apabila tidak dilakukan pengolahan air limbah sebelum
dibuang ke lingkungan dapat berdampak terhadap lingkungan. Menurut Agustiningsih (2012), dampak
lingkungan yang ditimbulkan antara lain terjadinya pencemaran air yang dapat menganggu ekosistem
sungai dan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Sungai yang telah tercemar
menimbulkan bau busuk akibat hasil dekomposisi senyawa organik secara anaerob, mengganggu
estetika dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia.
Oleh karena itu, air limbah yang dihasilkan dari sisa kegiatan produksi harus diolah terlebih dahulu
dalam sistem IPAL dan mempunyai IPAL yang berfungsi dengan baik sebelum dibuang ke sungai.
Menurut Agustiningsih (2012), limbah yang dihasilkan dari sisa kegiatan produksi harus diolah
terlebih dahulu dalam sistem IPAL sebelum dibuang ke sumber air. Hal ini ditandai dengan air limbah
yang dikeluarkan di saluran pembuangan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
Kondisi Kualitas Air Sungai Metro
Kualitas air meliputi sifat-sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang
ada di dalam air (Effendi, 2003). Kualitas air dilakukan untuk mengetahui kesesuaian air bagi
peruntukan tertentu, dibandingkan dengan baku mutu air sesuai kelas air.
Berdasarkan peruntukannya, Sungai Metro merupakan golongan air kelas II (Pergub Jatim No.
61/2010), sehingga hasil pengujian kualitas air untuk parameter fisika (suhu dan TSS) dan kimia (pH,
BOD dan COD) pada masing-masing stasiun pengamatan dalam penelitian inidibandingkan dengan
baku mutu air kelas II dan Kelas III menurut Perda Provinsi Jatim No. 2 Tahun 2008.
Tabel 4.2. Kondidi DO dan BOD5
DO
DO5
titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I
II
4.5
3.4
3.5
3.7
3.8
3.5
2.2
2.1
3
4.1
4.2
3.9
4.0
4.0
3.8
3.1
2.2
2.2
TOTAL
8.6
7.6
7.4
7.7
7.8
7.3
5.3
4.3
5.2
HASIL
13.871
12.258
11.935
12.419
12.581
11.774
17.236
13.984
16.911
I
II
TOTAL
HASIL
2.4
2.8
2.4
2.2
2.3
2.0
1.9
1.7
1.9
2.9
2.7
2.7
3.1
2.9
2.6
2.2
1.6
1.5
5.3
5.5
5.1
5.3
5.2
4.6
4.1
3.3
3.4
8.548
8.871
8.226
8.548
8.387
7.419
13.333
10.732
11.057
BOD
(MG/L)
5.323
3.387
3.710
3.871
4.194
4.355
3.902
3.252
5.854
SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang
A. 51
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
Tabel 4.3. Kondisi Kekeruhan
titik
KEKERUHAN
(NTU)
KEKERUHAN
(MG/L)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0.5
0.4
0.5
0.6
0.8
1.1
1.6
1.8
1.1
1.175
0.94
1.175
1.41
1.88
2.585
3.76
4.23
2.585
Tabel. 4.4. Kondisi pH dan Suhu
titik
pH
Suhu (C)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
7.6
7.7
7.6
7.8
7.7
7.6
7
6.7
7.5
26
26
26
26
26
26
26
26
26
Pemodelan Dengan Qual 2K
Langkah pemodelan mempunyai tujuan untuk mendapatkan nilai konsentrasi parameter BOD dan
COD. Nilai konsentrasi parameter BOD dan COD kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai
daya tampung beban pencemar sungai. Dalam pemodelan ini, digunakan lima skenario untuk
mendapatkan besar beban daya tampung beban pencemar sungai. Skenario-skenario yang digunakan
dalam pemodelan ini dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini :
Tabel 4.5
Skenario Simulasi Penentuan Daya Tampung Beban Pencemar Sungai
Skenario
Kualitas Hulu
Data Sungai
1
Kondisi Sebenarnya
Kondisi
Sebenarnya
2
Memenuhi Baku Mutu Air
Kelas II
Kondisi
Sebenarnya
3
Memenuhi Baku Mutu Air
Kelas II
4
Kondisi Sebenarnya
Hasil Skenario
2
Kondisi
Sebenarnya
Gambar 4.1. sebaran Konduktivitas
A. 52
Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016
Sumber
Pencemar
Memenuhi
Baku Mutu
Air Limbah
Memenuhi
Baku Mutu
Air Limbah
Estimasi
Tahun 2018
Estimasi
Tahun 2018
Gambar 4.2 Suspended Solid
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
Gambar 4.3 Sebaran DO
Gambar 4.4. Detritus
Gambar 4.6. Sebaran BOD
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Nilai daya tampung beban pencemaran paling besar adalah pada saat skenario 2 (kondisi hulu
dan kualitas air sungai telah memenuhi baku mutu air kelas II dan kondisi sumber pencemar
telah memenuhi baku mutu air limbah),
2. Kualitas air hulu dan sungai yang baik dapat dilakukan melalui pengelolaan kualitas air secara
terpadu dengan cara pengendalian kualitas air di hulu, penurunan konsentrasi sumber
pencemar sesuai baku mutu air limbah, penetapan kelas air sungai
3. Penurunan beban pencemaran parameter BOD yang harus dilakukan pada semua segmen
untuk mendapatkan sungai dengan kondisi memiliki daya tampung beban pencemaran
4. Kadar parameter COD dan diversitas biota air masih dalam proses analisis dengan demikian
belum bisa memberikan gambaran keseluruhan parameter kimia air sungai Metro yang
selanjutnya disinkronisasikan dengan keadaan ideal kualitas air sungai.
Saran
1. Kadar COD dan diversitas biota air yang masih dalam proses analisis dikarenakan
kesulitannya mendapatkan bahan kimia uji dan terjadinya kesalahan dalam penanganan
dan pengamanan sampel sehingga perlu pengujian ulang namun pemenuhan data dan
kelengkapan analisis dan pembahasan akan dilakukan dalam penulisan laporan akhir.
2. Hasil Penelitian ini adalah gambaran kualitas air Sungai Metro disaat musim kemarau dan
direncanakan penelitian lanjutan untuk mengetahui kondisi kualitas air di musim
penghujan akan dilakukan pada tahap ke II tahun depan. Harapan dari penelitian ini
adalah didapatkannya gambaran kualitas air sungai di dua musim dan dikonstruksikannya
pola sinkronisasi sungai Metro.
6. Daftar Pustaka
[1] Ariyanto (2006). Efisiensi Penggunaan Anaerob Baffled Reactor dan Rotating Biological
Contactor Dalam Pengolahan Limbah Batik Solo. Tidak Dipublikasikan.
[2] Chandra (2002). Pemanfaatn Biji Kelor Dalam Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil.
(http://hom.unpar.ac.id/-andyc/research. htm).
SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang
A. 53
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI
TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016
ISSN : 2085-4218
[3] Chariton, AP dan Wahyono Hadi. 2000. Studi Pertumbuhan Bed Lumpur Kaitannya dengan
Produksi Biogas pada Pengolahan Limbah Pabrik Tahu dengan Reaktor Aliran Horizontal.
Jurnal Purifikasi Vol.1 No.5 September 2000. Surabaya.
[4] Dama dkk. (2002). Pilot-Scale Study of An Anaerob Baffled Reactor for The Treatment
Domestic Wastewater. Water Science and Technology 46 (6): 263-270.
[5] Khoiriyah, A.,dkk.,”Studi Reaktor Plasma DBD Planar to Planar untuk Pretreatment Limbah
Plastik Polipropilen menjadi Bahan Bakar Cair”, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Vol 1, No
1, 2012.
[6] Latifah, HS. Setyobudiarso H, Hendriarianti E (2011). Penggunaan Biji Asam Jawa (Tamarindus
Indica L) sebagai Biokoagulan dalam Proses Pengolahan Limbah Industri Penyamakan Kulit.
Skripsi. Institut Teknologi Nasional Malang.
[7] Linsty Ray, K. & Franzini, JB., (1989). Teknik Sumber Daya Air. Jakarta . Erlangga.
[8] Setiadi & Hasibuan (1998).Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil dengan Bioreaktor Penyekat
Anaerop (BIOPAN) sebagai Bagian Dari Pengolahan Gabungan Anaerob-Aerob. Makalah Dalam
Seminar “Teknologi Tepat Guna Untuk Pengolahan Limbah Cair”. PUSTEKLIM. Yogyakarta
26-28 Oktober.
[9] Siahaan (2001). Prospek pengembangan pestisida nabati dalam rangka meminimalkan
penggunaan sintetis dalam Notosoedarmo,S, Meitirniati, I. Basuki S (eds) Prosiding Seminar
Nasional “Peranan Fungi Ekologis dalam Pengelolaan Lingkungan” 211-217.
[10] Sutrisno,C Totok ( 2000) Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :Rineka Cipta.
[11] Suriawiria, (1993). Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengelolaan Secara Biologis. Alumni
Bandung 329 p ISBN 979-141-003-1.
A. 54
Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016
Download