Topik 8b.Privatization 689.50KB 2017-01-17 13:57:35

advertisement
Yusman Syaukat
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Definisi Privatisasi
 Privatisasi adalah transfer aset publik ke privat
atau kebijakan peningkatan peran privat dalam
ekonomi (Gray, 1998)
 Privatisasi adalah transfer suatu fungsi, aktivitas
atau organisasi dari publik ke privat atau
pengurangan peran publik atau peningkatan peran
privat dalam aktivitas atau pemilikan aset (Rais,
2002)
Latar Belakang Perlunya Privatisasi
1. Defisit anggaran akibat akumulasi biaya subsidi
2. Sumber penghasilan tambahan dari penjualan aset
perusahaan negara
3. Menghindari atau setidaknya mereduksi kenaikan
rasio pajak
4.Reduksi tekanan eksternal atas sektor publik
5. Ketidakpuasan menyeluruh terhadap kinerja
perusahaan negara
Tujuan Swastanisasi
 Tujuan Swastanisasi biasanya untuk meningkatkan efisiensi
ekonomi, tetapi terkadang (seringkali) juga mempertimbangkan
aspek keuangan, politik dan sosial.
 Tujuan swastanisasi [Guislain, 1997] adalah:

efisiensi dan pembangunan ekonomi,

efisiensi dan pengembangan perusahaan,

perbaikan budget dan keuangan,

distribusi dan re-distribusi,

pertimbangan politik.
 Tujuan-tujuan seperti di atas seringkali menimbulkan konflik.
Misalnya untuk menutup masalah defisit anggaran dalam jangka
pendek, namun akhirnya mengorbankan kepentingan yang lebih
besar dalam jangka panjang  merugikan ekonomi nasional
Metode Penentuan Perusahaan yang akan
Diswastakan
Perusahaan yang akan diswastakan biasanya dilihat berdasarkan:
• Tingkat keuntungan
• Tingkat kompetisi di dalam industri
Competitive
Monopolistic
Profitable
Competitive &
Profitable
Monopolistic &
Profitable
Un-profitable
Competitive &
Un-profitable
Monopolistic &
Un-Profitable
• Perusahaan mana yang paling menarik investor? Tentu perusahaan
yang ada di Kuadran I – competitive & profitable
• Bagaimana dengan perusahaan yang ada di Kuadran III: Kompetitif tetapi
menderita kerugian?
• Bagaimana dengan perusahaan yang ada di Kuadran IV: Monopoli tetapi
menderita kerugian?
Metode Swastanisasi
 Metode swastanisasi secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi dua:
 Divestiture – proses pengalihan kepemilikan dari milik
negara menjadi milik swasta
 Public-private partnerships atau private sector
participation.
Metode Divestiture
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Direct sale
Public Stock Offering
Joint Venture
Liquidation and Asset Sale
Voucher Privatization
Management/Employment Buy-out
Direct Sale
 Direct sales menjadi cara swastanisasi yang paling
umum, terutama bagi perusahaan-perusahaan kecilmenengah
 Merupakan cara swastanisasi yang paling mudah bagi
investor
 Pemerintah juga bisa menentukan “future owner”,
yakni perusahaan yang memiliki komitmen terbesar
dalam mengembangkan perusahaan
 The most effective way of finding the best suited
investor and to maximize government revenues from
the sale is through competitive tender.
Public Stock Offering
 A public offering dari SOE merupakan cara penjualan
seluruh atau sebagian saham negara kepada publik melalui
domestic or international stock markets
 Harga saham bisa fixed dan diback-up oleh underwriter
atau pemerintah secara langsung
 Tiga persyaratan yang harus dipenuhi agar sukses:
 Perusahaan harus dikenal oleh publik dan memiliki kondisi
keuangan yang bagus
 Terdapat sistem/jaringan distribusi aset, diiringi dengan
adanya strategi pemasaran yang bagus sehingga mampu
membangkitkan keinginan masyarakat untuk membeli
saham
 Harga saham harus menggambarkan nilai pasar dari
perusahaan
Joint Venture
 Dalam suatu joint venture, sebagian/seluruh SOE
membentuk perusahaan baru bersama dengan
investor luar (yang memiliki track record bagus)
 Investor luar biasanya membawa kapital dan teknologi
baru, sementara SOE menyertakan aset fisik yang
telah ada (existing physical assets).
 Pemerintah lebih menyukai tipe swastanisasi ini
karena ia bisa mempertahankan kontrol (pengaruh)
terhadap perusahaan, sementara perusahaan
mendapatkan dana dan expertise yang dibutuhkan
untuk modernisasi.
Liquidation and Asset Sale
 Ketika SOE memiliki kondisi finansial yang buruk,
memiliki hutang banyak, penjualan perusahan secara
langsung tidaklah mungkin
 Dalam kondisi tersebut, negara dapat melakukan
likuidasi perusahaan dan menjual asset-nya
 Opsi ini memberikan keuntungan bagi investor,
karena ia tidak lagi dibebani dengan hutang-hutang
perusahaan
 Namun, harus hati-hati karena bisa terjadi, ada
sebagian aset perusahaan yang tidak laku dijual
setelah komponen-komponen yang bernilai
dilikuidasi
Voucher Privatization
 Voucher privatization banyak terjadi di Negara-negara Eropa Timur (ex




socialist countries) dimana privatisasi dilakukan dengan membagi
saham perusahaan kepada masyarakat (atau kepada pegawai
perusahaan) secara gratis
Vouchers ini kemudian dapat diperjual-belikan di special auctions
(suatu pelelangan khusus).
Keuntungan utama dari sistem ini adalah: proses swastanisasi berjalan
cepat dengan melakukan penyederhanaan sistem penglepasan saham,
dapat meningkatkan equity dalam pemilikan saham, dan mendorong
tumbuhnya pasar modal lokal (local capital markets).
Namun, sistem ini tidak menghasilkan penerimaan negara sama sekali,
dan ditengarai akan memperlambat pencapaian efisiensi dan
profitability perusahaan karena kepemilikan saham oleh pemilikpemilik kecil (masyarakat) tidak akan banyak merubah sistem
operasionalisasi dan manajemen perusahaan
It is irony since this mode of privatization provides a way of
implementing the socialist ideal of ownership of major industry by the
people.
Management/Employment Buy-out
 Management/employment buy-out scheme merupakan suatu situasi




dimana management and employees perusahaan memiliki hak untuk
melakukan penawaran (make an offer) terhadap perusahaan sebelum
dilakukan swastanisasi
Ini merupakan sistem penjualan khusus, karena pemenangnya adalah
perusahaan penawar yang sebagian besar sahamnya dikuasi oleh
management and employees.
Sebagian negara melakukan hal ini, karena untuk mendukung
investasi publik dan menghindari kritik atas penjualan saham ke pihak
asing (“selling out” assets to foreign interests).
Namun, sistem ini terkadang counterproductive karena management
and workers biasanya meminta potongan harga atau dihutang karena
ketiadaan dana
Ketika hal ini terjadi, kembali perusahaan dihadapkan kepada masalah
karena restrukturisasi dan investasi tidak terjadi, sehingga tidak ada
perubahan yang signifikan pada efisiensi perusahaan
Public-private partnerships atau
Private sector participation
Metode:
1) Service and Management Contracts
2) Concession and Lease Contracts
3) Build, Own, Operate and Transfer
Service and Management Contracts
 Service contract (or contracting-out service) merupakan




metode private sector participation (PSP) paling sederhana
di dalam bisnis air minum perpipaan, but this is not really
privatization.
Dalam skema ini, PDAM membayar biaya layanan yang
dilakukan oleh pihak ketiga, misalnya: pencatatan meter
air, pencetakan dan penagihan tagihan air, perawatan dan
operasionalisasi instalasi/jaringan, dsb
Kontrak semacam ini tidak menghasilkan perbaikan yang
signifikan kepada operasionalisasi PDAM.
Dalam sistem ini, kontraktor harus menyediakan assets
yang diperlukan dan kontrak berlaku untuk suatu periode
jangka pendek (1-5 tahun)
Kontrak dilakukan dengan cara lelang terbuka kepada
perusahaan-perusahaan yang memiliki kualifikasi
Concession and Lease Contracts
Concession
 Pemberian konsesi kepada operator swasta telah banyak
dilakukan di sektor air minum dan sanitasi
 Operator (concessionaire) memiliki tanggung jawab penuh
dalam mengoperasikan, perawatan dan penggantian dari
fasilitas yang ada (existing facilities), pembiayaan dan
pembangunan fasilitas baru, serta pencetakan dan
penagihan tagihan kepada pelanggan
 Konsesi umumnya diberikan selama 20-40 tahun. Setelah
konsesi berakhir, seluruh asset perusahaan (baik asset lama
maupun baru) harus dikembalikan kepada negara
 Penerimaan concessionaire berasal dari penerimaan
tagihan air dari para pelanggan
 Skema kerjasama seperti ini disebut contract full-utility
concession.
Concession and Lease Contracts
Lease contract
 Lease contract (kontrak sewa) merupakan suatu konsesi dimana the granting
public authority (negara) masih bertanggungjawab atas pembiayaan
perusahaan untuk peningkatan kapasitas produksi dan distribusi air
 Dalam hal ini, kontraktor menyewa fasilitas produksi dan distribusi air serta
mengoperasikannya sesuai dengan kesepakatan
 Penyewa (lessee) bertanggungjawab penuh atas pekerjaan yang telah
diserahkan kepadanya (sesuai kontrak)
 Pada akhir periode kontrak, seluruh asset perusahaan harus dikembalikan
kepada negara (PDAM) dalam kondisi baik
 Sistem seperti ini telah banyak dilakukan di Perancis, dimana pemerintah
masih bertanggung jawab atas pembiayaan dan pembangunan fasilitas baru,
dan lessee bertanggung jawa untuk menjalankan, mengelola, dan
mendapatkan fees atas jasa yang diberikan
 Tarif air (water rates) menggambarkan biaya produksi plus pendapatan serta
biaya program investasi , yang kesemuanya ditransfer (dikelola) oleh
perusahaan utilitas (PDAM)
 Opsi ini mungkin tidak menarik di LDCs dimana negara umumnya mencari
PSP untuk mendanai program investasi yang dibutuhkan (perusahaan yang
menyediakan dana untuk investasi)
Build, Own, Operate and Transfer
 BOOT contract merupakan konsesi yang diberikan untuk
membangun suatu fasilitas baru, bukan rehabilitasi fasilitas yang
ada
 Sistem kontrak ini memiliki dua variasi:
 build, operation and transfer (BOT) contract, dimana kepemilikan
fasilitas langsung ditransfer ketika pembangunan fasilitas selesai
 build, own and operate (BOO) contract, dimana kepemilikan
fasilitas tetap dipegang oleh perusahaan swasta yang
membangunkan fasilitas tersebut
 Dengan BOOT contracts tanggung jawab untuk membiayai,
membangun dan mengoperasionalkan fasilitas (misalnya
instalasi penjernihan air) beralih dari pemerintah ke perusahaan
swasta.
 Kontrak semacam ini menarik bagi negara yang sedang
membutuhkan pasokan air bersih namun ketiadaan modal
untuk membangun fasilitas tersebut.
Six advantages of the BOOT approach
1)
2)
3)
4)
5)
6)
new source of capital – pemerintah tidak lagi harus membiayai
pembangunan fasilitas baru, namun kontraktor lah yang mendanai.
Kontraktor ini dapat memperoleh dana dari berbagai sumber
reduced risks of bad investments – kontraktor swasta sangat cermat
dalam menganalisis kelayakan proyek. Hal ini akan meningkatkan
keamanan dana yang diinvestasikan
time saving – Kontraktor swasta sangat cermat dalam pelaksanaan
proyek, sehingga pembangunan fasilitas dapat lebih singkat
cost savings – suatu perusahaan yang melakukan desain dan
membangun suatu fasilitas untuk dimiliki dan dioperasikan sendiri
memiliki insentif untuk mendesain fasilitas tsb agar bisa
diooperasikan dengan biaya rendah
innovation – suatu organisasi yang berorientasi profit memiliki
insentif kuat untuk menemukan efficiency-enhancing and userfriendly innovations;
new tax revenues – di beberapa negara SOE tidak dikenakan pajak.
Ketika kepemilikan perusahaan oleh swasta, maka akan ada
kewajiban untuk membayar pajak.
Download