pengembangan modul pembelajaran berbasis pendidikan karakter

advertisement
314
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA : E-Journal Universitas Negeri Yogyakarta
http://journal.student.uny.ac.id/
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS
PENDIDIKAN KARAKTER PADA STANDAR KOMPETENSI
PENGUKURAN KOMPONEN ELEKTRONIKA UNTUK SISWA KELAS
X SMK HAMONG PUTERA II PAKEM
LEARNING MODULE DEVELOPMENT BASED ON CHARACTER
EDUCATION COMPETENCY AT STANDARD COMPONENT
SELECTRONIC MEASUREMENT FOR CLASS X SMK HAMONG
PUTERA II PAKEM
Oleh: Lisa Novitasari (10518241038), Program Studi Pendidikan Teknik Mekatronika, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengembangkan modul pembelajaran berbasis
pendidikan karakter pada Standar Kompetensi Pengukuran Komponen Elektronika di SMK Hamong
Putera II Pakem, dan (2) menguji kelayakan modul pembelajaran berbasis pendidikan karakter pada
Standar Kompetensi Pengukuran Komponen Elektronika di SMK Hamong Putera II Pakem. Penelitian
ini merupakan penelitian Research and Development (R&D) dengan menggunakan model
pengembangan Borg & Gall yang diadaptasi oleh Anik Ghufron. Prosedur pengembangan memuat
empat tahapan, yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan, tahap uji lapangan, dan tahap
diseminasi. Alat pengumpul data yang digunakan berupa angket skala empat. Hasil penilaian dari
aspek materi mendapatkan rerata skor sebesar 3,21 (persentase kualitas 80,25%) termasuk kategori
layak. Hasil penilaian dari aspek media mendapatkan rerata skor sebesar 3,34 (persentase kualitas
83,50%) termasuk kategori sangat layak. Hasil penilaian dari aspek keterbacaan mendapatkan rerata
skor sebesar 3,35 (persentase kualitas 83,75%) termasuk kategori sangat layak. Hasil penilaian dari
aspek proses pembelajaran mendapatkan rerata skor sebesar 3,38 (persentase kualitas 84,50%)
termasuk kategori sangat layak.
Kata kunci:
pendidikan karakter, pengembangan modul pembelajaran, pengukuran komponen
elektronika
Abstract
research aims to: (1) develop character education-based learning module of Competency
Standards Measurement Electronic Components, and (2) test the performance of character educationbased learning module of Competency Standards Measurement Electronic Components. The
development of character education-based learning module of Basic Electronics refers to Borg&Gall
development model Anik Ghufron has summarized. The assessment of character education-based
learning module of Competency Standards Measurement Electronic Components is done by 2 subject
metter experts, 2 media experts, 9 students of 11th grade of SMK Hamong Putera II Pakem, and 20
students of 10th grade of SMK Hamong Putera II Pakem. The product of this development research is
character education-based learning module of Measurement Electronic Components. The assessment
results of the subject metter aspects getting a mean score of 3,21 (80,25% quality percentage),
including feasible category. The assessment results of the media aspects getting a mean score of 3,34
(83,50% quality percentage), including very feasible category. The assessment results of the module
readability aspects getting a mean score of 3,35 (83,75% quality percentage), including very feasible
category. The assessment results of the use of the module in the learning process aspects getting a
mean score of 3,38 (84,50% quality percentage), including very feasible category.
Keywords: character education, learning module development, measurement electronic components
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA Vol. 4, No. 4, Januari 2015 : 314 - 321
315
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi di
Indonesia semakin pesat, namun hal ini justru
menurunkan nilai karakter siswa karena
pemanfaatan yang salah. Alif Dian Cahyaning
Tyas menyatakan dalam tulisannya yang
dimuat dalam website kemahasiswaan UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang bahwa
kemajuan teknologi informasi khususnya
internet mengakibatkan penurunan nilai-nilai
luhur yang ada di masyarakat. Sopan santun
siswa terhadap guru semakin menurun. Tindak
kriminalitas sudah menjadi hal yang biasa
dilakukan oleh siswa. Penurunan nilai karakter
siswa juga terlihat dari banyaknya aksi
tawuran antar pelajar akhir-akhir ini [1].
Menurut Arist Merdeka Sirait yang dikutip
Isnaini dalam Okezone.com menyatakan bahwa
aksi tawuran antar pelajar meningkat dari
tahun 2012 sebanyak 147 kasus menjadi 255
kasus pada tahun 2013. Aksi tawuran
sepanjang tahun 2013 menyebabkan hilangnya
nyawa 20 anak dan selebihnya luka berat dan
ringan [2]. Penurunan nilai karakter ini
diperkuat dengan hasil pengamatan peneliti di
SMK Hamong Putera II Pakem. Hasil
pengamatan menunjukkan karakter siswa
masih rendah. Nilai pembentuk karakter yang
meliputi religius, jujur, toleransi, pantang
menyerah, kerja keras, kreatifitas, mandiri,
rasa ingin tahu siswa, menghargai prestasi,
bersahabat, peduli sesama, gemar membaca,
disiplin, tanggung jawab, serta keselamatan
dan kesehatan kerja masih rendah.
Penurunan nilai karakter menjadi
keprihatinan banyak pihak, terutama bagi
lembaga pendidikan. Sekolah sebagai salah
satu lembaga pendidikan anak mempunyai
tanggung jawab dalam pembenahan nilai-nilai
karakter baik siswa. Rizal Ramli yang dikutip
Bahri Kurniawan dalam tribunnews.com
menuturkan bahwa pendidikan saat ini lebih
mengembangkan kemampuan teknis daripada
pengembangan karakter, padahal modal utama
siswa ketika lulus nanti adalah karakter yang
baik [3]. Pengembangan nilai karakter di
lingkungan sekolah sangat dibutuhkan untuk
menghasilkan lulusan yang berkarakter.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
saat ini masih dalam proses persiapan
kurikulum 2013. Belum semua SMK
menggunakan kurikulum 2013, namun
kedepannya seluruh SMK harus menggunakan
kurikulum
tersebut.
Kurikulum
2013
menekankan pada keaktifan siswa sehingga
proses pembelajaran tidak terpusat pada guru.
Dedeh Tresnawati
menuturkan
bahwa
kurikulum 2013 menuntut siswa untuk aktif,
kreatif, dan inovatif dalam pemecahan
masalah. Proses pembelajaran memerlukan
bahan ajar yang dapat digunakan secara
mandiri oleh siswa[4].
Bahan ajar penting peranannya dalam
proses pembelajaran. Guru dituntut untuk
membuat bahan ajar sendiri sesuai dengan
silabus yang ada. Penyusunan bahan ajar
merupakan salah satu kelemahan dunia
pendidikan saat ini. Muhammad menyatakan
bahwa lemahnya guru dalam bidang bahan ajar
menyebabkan proses pembelajaran terkesan
berlangsung monoton dan satu arah.
Kurikulum 2013 menuntut siswa dapat
melakukan self learning (belajar mandiri)
sesuai dengan cakupan materi dan pola
pembelajaran yang disusun guru dalam bahan
ajar. Bahan ajar mandiri disusun dengan
memperhatikan kondisi siswa sehingga
didapatkan bahan ajar yang baik dan
berkualitas [5].
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah: (1) mengembangkan
modul pembelajaran berbasis pendidikan
karakter pada Standar Kompetensi Pengukuran
Komponen Elektronika di SMK Hamong
Putera II Pakem, (2) menguji kelayakan modul
pembelajaran berbasis pendidikan karakter
pada Standar Kompetensi Pengukuran
Komponen Elektronika di SMK Hamong
Putera II Pakem.
Masnur
Muslich
mengemukakan
bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan
nilai-nilai
tersebut
[6].
Pendidikan karakter di sekolah harus
melibatkan semua komponen termasuk
komponen-komponen pendidikan, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
kualitas
hubungan,
penanganan
atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
Pengembangan Modul Pembelajaran … (Lisa Novitasari)
316
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan. Pendidikan karakter dapat
dimasukkan dalam setiap mata pelajaran.
Pengembangan nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga menyentuh pada internalisasi dan
pengalaman nyata dalam kehidupan seharihari. Ngainun Na’im menyebutkan terdapat 18
nilai pembangun karakter. Nilai-nilai tersebut
meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, cinta damai, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat, semangat
kebangsaan, gemar membaca, pantang
menyerah, peduli lingkungan, dan peduli
sesama [7]. Selain kedelapan belas nilai
tersebut, diperlukan pula nilai keselamatan dan
kesehatan kerja dalam mengembangkan
karakter. Penanaman nilai keselamatan dan
kesehatan kerja akan mendidik seseorang
untuk membiasakan diri beraktivitas dengan
selamat. Iin Solihin, Ridwan dan Kuntono
menyebutkan bahwa keselamatan kerja
merupakan usaha untuk menciptakan kondisi
sehat jasmaniah maupun rohaniah pada
lingkungan kerja [8].
Kegiatan utama yang terjadi di sekolah
ialah
pembelajaran.
Oemar
Hamalik
mendefinisikan pembelajaran adalah suatu
proses penyampaian pengetahuan dengan cara
pendidik memberikan pengetahuan kepada
siswa. Sumber pengetahuan berasal dari mata
ajaran yang disampaikan di sekolah. Sekolah
mempunyai tugas untuk menyiapkan peserta
didik agar mampu hidup dalam masyarakat
mendatang.
Penguasaan
pengetahuan
merupakan tujuan utama dari pembelajaran
[9].
Salah
satu
komponen
sistem
pembelajaran adalah tersedianya bahan ajar.
Guru dituntut untuk mampu menyediakan
bahan ajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Abdul Majid mendefinisikan
bahan ajar merupakan segala bentuk bahan
baik tertulis maupun tidak tertulis yang
digunakan untuk membantu guru atau
instruktor dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Sebuah bahan ajar
setidaknya mencakup petunjuk belajar
(petunjuk siswa atau guru, kompetensi yang
akan dicapai, informasi pendukung, latihanlatihan, petunjuk kerja dan evaluasi. Bahan
ajar dikelompokkan dalam empat bentuk,
yaitu: (1) bahan ajar cetak (printed), (2) bahan
ajar dengar (audio), (3) bahan ajar pandang
dengar (audio visual), (4) bahan ajar interaktif
(interactive teaching material) [10].
Modul pembelajaran merupakan salah
satu bentuk bahan ajar cetak. Daryanto
menyatakan bahwa modul merupakan salah
satu bentuk bahan ajar yang memuat
seperangkat
pengalaman
belajar
yang
terencana dan didesain agar peserta didik
mampu mencapai kompetensi spesifik. Modul
dikemas secara utuh dan sistematis dengan
minimal memuat tujuan pembelajaran, materi
atau substansi belajar, dan evaluasi. Modul
berfungsi sebagai sarana belajar mandiri
sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan
kecepatan
masing-masing.
Modul
pembelajaran mempunyai lima karakteristik.
Karakteristik tersebut meliputi: (1) self
instruction, modul harus bisa membuat peserta
didik belajar mandiri dan tidak bergantung
pada pihak lain, (2) self contained, modul
memuat seluruh materi pembelajaran yang
dibutuhkan, (3) berdiri sendiri (stand alone),
modul tidak tergantung pada bahan ajar/media
lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar/media lain, (4) adaptasi,
modul dapat menyesuaikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta
fleksibel/luwes
digunakan
di
berbagai
perangkat keras (hardware), dan (5)
bersahabat, modul memberikan kemudahan
dalam merespon dan mengakses sesuai dengan
keinginan peserta didik. Elemen yang
mensyaratkan agar modul pembelajaran
menjadi bahan ajar yang berkualitas adalah:
(1) format, (2) organisasi, (3) daya tarik, (4)
bentuk dan ukuran huruf, (5) ruang (spasi
kosong), dan (6) konsistensi [11].
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah sembilan
siswa kelas XI dan seluruh siswa kelas X
Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga
Listrik SMK Hamong Putera II Pakem.
Responden penelitian terdiri dari ahli materi
pengukuran komponen elektronika, ahli
karakter, dan ahli media. Penelitian ini
merupakan
penelitian
Research
and
Development (R&D) dengan merujuk model
pengembangan dari Borg & Gall yang telah
diadaptasi oleh Anik Ghufron. Tahapan dalam
pengembangan ini meliputi studi pendahuluan,
pengembangan, uji lapangan, dan diseminasi
[12]. Tahap pertama adalah studi pendahuluan,
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA Vol. 4, No. 4, Januari 2015 : 314 - 321
317
kegiatan yang dilakukan mencakup observasi
kegiatan pembelajaran, observasi penggunaan
bahan ajar dan identifikasi kompetensi pada
standar kompetensi pengukuran komponen
elektronika di SMK Hamong Putera II Pakem.
Tahap kedua adalah pengembangan, kegiatan
yang dilakukan meliputi: (1) pengumpulan
referensi, (2) penulisan draft modul
pembelajaran, (3) pemberian daya tarik pada
modul pembelajaran, (4) evaluasi modul
pembelajaran, dan (5) penyuntingan. Tahap
ketiga adalah uji lapangan. Uji lapangan
terbagi dalam tiga uji coba, yaitu uji lapangan
awal, uji lapangan utama, dan uji lapangan
operasional. Tahap keempat adalah tahap
diseminasi. Diseminasi modul pembelajaran
Pengukuran Komponen Elektronika berbasis
pendidikan karakter dilakukan secara terbatas
di SMK Hamong Putera II Pakem.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi dan penyebaran
angket.
Observasi
digunakan
untuk
mendapatkan data sebagai studi pendahuluan.
Lembar
observasi
digunakan
untuk
mendapatkan data saat observasi kegiatan
pembelajaran, penggunaan bahan ajar, dan
kompetensi yang harus dicapai. Angket
digunakan untuk mendapatkan data kelayakan
modul pembelajaran pengukuran komponen
elektronika berbasis pendidikan karakter.
Angket terdiri dari aspek materi, aspek
karakter, aspek media, aspek keterbacaan dan
proses pembelajaran. Angket diberikan kepada
ahli materi, ahli karakter, ahli media dan siswa
untuk diberikan penilaian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian telah dilakukan sesuai
prosedur pengembangan dari Borg & Gall
yang telah diadaptasi oleh Anik Ghufron. Hasil
tahap studi pendahuluan meliputi tiga aspek,
yaitu hasil observasi kegiatan pembelajaran,
hasil observasi penggunaan bahan ajar, dan
hasil identifikasi kompetensi pada standar
kompetensi pengukuran komponen elektronika
di SMK Hamong Putera II Pakem. Hasil
observasi kegiatan pembelajaran meliputi: (1)
saat bel masuk berbunyi, beberapa siswa masih
di luar kelas), (2) waktu berdo’a terdapat
beberapa siswa tidak berdo’a dengan khusuk,
(3) siswa memperhatikan guru ketika awal
pembelajaran,
setelah
beberapa
menit
kemudian sebagian besar siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru, (4) siswa
akan mencatat setelah guru menyuruh untuk
mencatat, (5) hanya beberapa siswa yang
serius mengikuti kegiatan pembelajaran, (6)
satu kali pertemuan 2x45 menit, (7) kegiatan
pembelajaran berpusat pada guru, (8) tidak ada
siswa yang bertanya materi pembelajaran
kepada guru sepanjang jam pelajaran, (9) siswa
masih mencontek ketika mengerjakan tugas,
(10) siswa belum bisa belajar secara mandiri,
(11) siswa mudah menyerah ketika
menghadapi suatu persoalan, (12) siswa
mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja,
(13) siswa takut untuk mencoba hal-hal baru,
(14) beberapa siswa saling mengejek, dan (15)
siswa belum mempunyai keinginan sendiri
untuk beribadah. Hasil observasi penggunaan
bahan ajar adalah: (1) guru memiliki dua buku
pegangan, yaitu Pengukuran dan Alat-alat
Ukur Listrik karangan DR. Soedjana Sapiie
dan DR. Osamu Nishino dan Pengukuran
Listrik karangan Drs. Djumadi,dkk, dan (2)
siswa tidak mempunyai buku pegangan
sebagai bahan belajar. Hasil identifikasi
kompetensi
pada
standar
kompetensi
pengukuran komponen elektronika adalah: (1)
memahami
peralatan
ukur
komponen
elektronika, (2) melakukan pengukuran
komponen resistor, (3) melakukan pengukuran
komponen
kapasitor,
(4)
melakukan
pengukuran komponen induktor, dan (5)
memahami hasil pengukuran.
Hasil tahap pengembangan meliputi
pengumpulan referensi, penulisan draft modul
pembelajaran, pemberian daya tarik pada
modul
pembelajaran,
evaluasi
modul
pembelajaran,
dan
penyuntingan.
Pengumpulan referensi bersumber dari buku
dan internet. Penulisan draft modul
pembelajaran meliputi: (1) penetapan judul
modul
pembelajaran
yaitu
“Modul
Pembelajaran
Pengukuran
Komponen
Elektronika”, (2) penggunaan bahasa Indonesia
yang sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa
siswa SMK, (3) nilai-nilai karakter yang
dimasukkan dalam modul pembelajaran adalah
religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif,
mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi,
bersahabat,
gemar
membaca,
pantang
menyerah, peduli sesama, disiplin, tanggung
jawab, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
Pemberian daya tarik diberikan pada bagian
sampul dan isi modul pembelajaran. Daya tarik
berupa pemilihan warna, gambar (ilustrasi),
dan pengemasan. Evaluasi modul dilaksanakan
dengan konsultasi bersama dosen pembimbing,
kemudian dilanjutkan dengan validasi modul
Pengembangan Modul Pembelajaran … (Lisa Novitasari)
318
pembelajaran oleh ahli materi, ahli karakter
dan ahli media. Penyuntingan dilakukan
setelah validasi oleh ahli materi dan ahli
media.
Penilaian ahli materi meliputi aspek
self instruction, self contained, stand alone,
adaptive, dan user friendly. Hasil penilaian
ahli materi pada aspek self instruction
mendapatkan rerata skor 3,31, aspek self
contained mendapatkan rerata skor 3,75, aspek
berdiri sendiri (stand alone) mendapatkan
rerata skor 3,00, aspek adaptive mendapatkan
rerata skor 3,00, dan aspek user friendly
mendapatkan rerata skor 3,00. Rerata skor dari
seluruh aspek materi sebesar 3,21 dari nilai
skor maksimal 4 sehingga termasuk kategori
layak. Modul pembelajaran layak digunakan
karena dari semua aspek materi memenuhi
kriteria kelayakan modul. Aspek self
instruction memenuhi kriteria sangat layak
karena modul pembelajaran memuat hal-hal
sebagai berikut: (1) modul mempunyai tujuan
yang jelas, (2) materi dikemas secara runtut,
(3) materi pembelajaran didukung dengan
contoh dan ilustrasi, (4) tersedia soal-soal dan
tugas untuk mengukur penguasaan peserta
didik, (5) materi yang disajikan terkait dengan
suasana, tugas, atau konteks kegiatan dan
lingkungan peserta didik, (6) bahasa yang
digunakan sederhana dan komunikatif, (7)
tersedia rangkuman materi pembelajaran, (8)
tersedia instrumen penilaian, dan (9) tersedia
umpan balik atas penilaian peserta didik.
Aspek self contained memenuhi kriteria sangat
layak karena modul pembelajaran memuat
seluruh materi pembelajaran secara utuh.
Aspek berdiri sendiri (stand alone) memenuhi
kriteria layak karena modul pembelajaran tidak
bergantung pada bahan ajar atau media lain.
Aspek adaptive memenuhi kriteria layak
karena
modul
pembelajaran
dapat
menyesuaikan
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dapat
digunakan secara fleksibel. Aspek user
friendly memenuhi kriteria layak karena modul
pembelajaran memuat instruksi dan informasi
yang mudah digunakan.
Penilaian ahli karakter meliputi aspek
penanaman nilai karakter dalam modul
pembelajaran dan kemampuan nilai karakter
dalam
modul
pembelajaran
untuk
mengembangkan karakter siswa. Hasil
penilaian ahli karakter terhadap nilai religius
mendapatkan rerata skor 3,5, nilai jujur
mendapatkan rerata skor 3, nilai toleransi
mendapatkan rerata skor 3, nilai kerja keras
mendapatkan rerata skor 3, nilai kreatif
mendapatkan rerata skor 3, nilai mandiri
mendapatkan rerata skor 3, nilai rasa ingin
tahu mendapatkan rerata skor 4, nilai
menghargai prestasi mendapatkan rerata skor
3, nilai bersahabat mendapatkan rerata skor 3,
nilai gemar membaca mendapatkan rerata skor
3, nilai pantang menyerah mendapatkan rerata
skor 3, nilai peduli sesama mendapatkan rerata
skor 3, nilai disiplin mendapatkan rerata skor
3, nilai tanggung jawab mendapatkan rerata
skor 3, nilai keselamatan dan kesehatan kerja
mendapatkan rerata skor 3. Rerata skor yang
diperoleh dari penilaian ahli karakter sebesar
3,10 dari nilai skor maksimal 4 sehingga
termasuk kategori layak. Modul pembelajaran
layak digunakan karena dari semua aspek
karakter yang dikembangkan memenuhi
kriteria kelayakan modul. Modul pembelajaran
yang dikembangkan memuat lima belas nilai
karakter, yaitu: religius, jujur, toleransi, kerja
keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, bersahabat, gemar
membaca, pantang menyerah, peduli sesama,
disiplin, tanggung jawab, serta keselamatan
dan kesehatan kerja. Lima belas karakter
tersebut mampu melatih siswa untuk
mengembangkan karakter setelah mempelajari
modul pembelajaran.
Penilaian ahli media meliputi aspek
format, organisasi, daya tarik, bentuk dan
ukuran huruf, ruang (spasi kosong), dan
konsistensi. Hasil penilaian ahli media pada
aspek format memperoleh rerata skor sebesar
3,63, aspek organisasi memperoleh rerata skor
sebesar 3,31, aspek daya tarik memperoleh
rerata skor sebesar 3,28, aspek bentuk dan
ukuran huruf memperoleh rerata skor sebesar
3,17, aspek ruang (spasi kosong) memperoleh
rerata skor sebesar 3,30, aspek konsistensi
memperoleh rerata skor sebesar 3,33. Rerata
skor dari seluruh aspek media sebesar 3,34 dari
nilai skor maksimal 4 sehingga termasuk
kategori sangat layak. Modul pembelajaran
layak digunakan karena dari semua aspek
media memenuhi kriteria kelayakan modul.
Aspek format memenuhi kriteria sangat layak
karena modul pembelajaran menggunakan
format kolom yang proporsional, format kertas
memperhatikan tata letak dan pengetikan, serta
penggunaan icon yang tepat. Aspek organisasi
memenuhi kriteria sangat layak karena modul
pembelajaran memuat hal-hal sebagai berikut:
(1) bagian-bagian modul disajikan dengan
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA Vol. 4, No. 4, Januari 2015 : 314 - 321
319
lengkap, runtut, dan sesuai porsinya, (2)
peta/bagan yang digunakan dalam modul
menggambarkan cakupan materi, (3) materi
pembelajaran disajikan secara runtut, (4)
naskah, gambar, dan ilustrasi disajikan sesuai
dengan porsinya, dan (5) susunan dan alur
antar bab, antar unit dan antar paragraf runtut
dan mudah dipahami. Aspek daya tarik
memenuhi kriteria layak karena kombinasi
warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran
huruf pada modul pembelajaran serasi, selain
itu tugas dan latihan di kemas secara menarik.
Aspek bentuk dan ukuran huruf memenuhi
kriteria layak karena modul pembelajaran
menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang
proporsional serta mudah dibaca. Aspek ruang
(spasi kosong) memenuhi kriteria sangat layak
karena modul pembelajaran mempunyai ruang
(spasi kosong) yang cukup serta spasi antar
teks proporsional. Konsistensi memenuhi
kriteria
sangat
layak
karena
modul
pembelajaran memuat konsistensi dalam
bentuk dan ukuran huruf dari halaman ke
halaman, konsistensi spasi, dan konsistensi tata
letak pengetikan.
Uji coba lapangan awal dan uji coba
lapangan utama digunakan untuk mengetahui
kelayakan modul pembelajaran dari aspek
keterbacaan. Kelayakan modul pembelajaran
diuji sebanyak dua kali agar menghasilkan
modul
pembelajaran
dengan
tingkat
keterbacaan baik. Uji coba lapangan awal
menghasilkan rerata skor sebesar 3,37 dan uji
coba lapangan utama menghasilkan rerata skor
sebesar 3,32. Rerata skor dari kedua uji coba
lapangan adalah 3,35 dari nilai skor maksimal
4 sehingga termasuk dalam kategori sangat
layak. Hasil yang didapatkan dari kedua uji
coba lapangan menjadi kriteria kelayakan pada
aspek keterbacaan. Modul pembelajaran layak
digunakan karena dari semua aspek
keterbacaan memenuhi kriteria kelayakan
modul. Aspek keterbacaan memenuhi kriteria
sangat layak karena hal-hal sebagai berikut: (1)
kata (isitilah) dan kalimat dalam modul
pembelajaran mudah dipahami, (2) gambar dan
ilustrasi disajikan secara menarik untuk
memperjelas materi yang dipelajari, (3) sampul
modul pembelajaran menarik dan memberikan
informasi isi modul, (4) komposisi warna
dalam modul pembelajaran proporsional, dan
(5)
pemilihan
warna
dalam
modul
pembelajaran tepat.
Uji coba lapangan operasional
meliputi penilaian aspek media, aspek materi
dan aspek pembelajaran. Aspek media
mendapatkan rerata skor sebesar 3,36, aspek
materi mendapatkan rerata skor sebesar 3,36,
dan aspek pembelajaran modul mendapatkan
rerata skor 3,44. Rerata skor uji coba lapangan
operasional dari ketiga aspek tersebut sebesar
3,38 dari nilai skor maksimal 4 sehingga
termasuk dalam kategori sangat layak. Uji
coba lapangan operasional menunjukkan
modul pembelajaran mencapai kriteria sangat
layak karena aspek materi, aspek media, dan
proses pembelajaran memenuhi kriteria
kelayakan. Aspek materi dinilai sangat layak
karena modul pembelajaran mengandung halhal sebagai berikut: (1) memuat materi yang
relevan dengan silabus dan kebutuhan siswa,
(2) bahasa yang digunakan sederhana,
komunikatif, dan mudah dipahami, dan (3)
memuat soal-soal latihan. Aspek media dinilai
sangat layak karena modul pembelajaran
memuat hal-hal sebagai berikut: (1)
keterbacaan teks (tulisan) dengan baik, (2)
mengandung gambar dan ilustrasi yang
menarik serta memperjelas materi, (3) sampul
modul pembelajaran disajikan menarik serta
memuat informasi isi modul, dan (4)
komposisi warna dalam modul pembelajaran
tepat. Aspek pembelajaran menggunakan
modul dinilai sangat layak karena dalam
proses pembelajaran modul memenuhi hal-hal
sebagai berikut: (1) modul pembelajaran
membantu siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, (2) siswa dapat belajar mandiri
menggunakan modul pembelajaran, (3) siswa
dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan belajar masing-masing, dan (4)
siswa tertarik dengan pembelajaran modul.
Produk akhir dari pengembangan ini
adalah modul pembelajaran pengukuran
komponen elektronika berbasis pendidikan
karakter. Modul pembelajaran ini berisi satu
standar kompetensi yaitu mengukur komponen
elektronika dan lima kompetensi dasar yaitu:
(1) memahami peralatan ukur komponen
elektronika, (2) melakukan pengukuran
komponen resistor, (3) melakukan pengukuran
komponen
kapasitor,
(4)
melakukan
pengukuran komponen induktor, dan (5)
memahami
hasil
pengukuran.
Kelima
kompetensi dasar tersebut dikemas dalam
empat kegiatan pembelajaran yaitu: (1)
pengenalan alat ukur elektronika, (2)
pengukuran
komponen
resistor,
(3)
pengukuran komponen kapasitor, dan (4)
pengukuran komponen induktor.
Pengembangan Modul Pembelajaran … (Lisa Novitasari)
320
Nilai karakter yang dikembangkan
dalam modul ini adalah religius, jujur,
toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat,
gemar membaca, pantang menyerah, peduli
sesama, disiplin, tanggung jawab, serta
keselamatan dan kesehatan kerja. Nilai
karakter disisipkan pada bagian awal modul
pembelajaran
dan
bagian
kegiatan
pembelajaran.
Penyisipan
karakter
disampaikan secara langsung dan tidak
langsung. Penyisipan langsung berupa ajakan
berkarakter baik yang dimuat dalam permata
ilmu dan petunjuk pengerjaan tugas.
Penyisipan nilai karakter secara tidak langsung
berupa percakapan yang dimuat dalam materi
pembelajaran.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah: (1) pengembangan modul
pembelajaran
pengukuran
komponen
elektronika berbasis pendidikan karakter pada
siswa kelas X di SMK Hamong Putera II
Pakem menghasilkan modul pembelajaran
dengan menyisipkan 15 nilai karakter, yaitu:
religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif,
mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi,
bersahabat,
gemar
membaca,
pantang
menyerah, peduli sesama, disiplin, tanggung
jawab, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
Tahapan pengembangan yang dilakukan
meliputi: (a) tahap studi pendahuluan, hasil
dari tahap ini adalah analisis kegiatan
pembelajaran, analisis penggunaan bahan ajar
dan analisis silabus di SMK Hamong Putera II
Pakem, (b) tahap pengembangan, hasil dari
tahap ini adalah draft modul pembelajaran
pengukuran komponen elektronika berbasis
pendidikan karakter dan penilaian oleh ahli
materi dan ahli media, (c) tahap uji lapangan,
hasil dari tahap ini adalah hasil uji coba
kelayakan modul pembelajaran dari segi
keterbacaan dan proses pembelajaran, (d)
diseminasi, hasil dari tahap ini adalah
penyebarluasan modul pembelajaran secara
terbatas di SMK Hamong Putera II Pakem, dan
(2) kelayakan modul pembelajaran berbasis
pendidikan karakter pada standar kompetensi
pengukuran komponen elektronika untuk siswa
kelas X SMK Hamong Putera II Pakem adalah
sebagai berikut: (a) ditinjau dari komponen
materi mendapatkan rerata skor sebesar 3,21
(kategori layak dengan persentase kualitas
80,25%), (b) ditinjau dari komponen media
mendapatkan rerata skor sebesar 3,34 (kategori
sangat layak dengan persentase kualitas
83,50%), (c) ditinjau dari komponen
keterbacaan mendapatkan rerata skor sebesar
3,35 (kategori sangat layak dengan persentase
kualitas 83,75%), (d) kelayakan ditinjau dari
komponen proses pembelajaran mendapatkan
rerata skor sebesar 3,38 (kategori sangat layak
dengan persentase kualitas 84,50%).
REKOMENDASI
Beberapa rekomendasi dari hasil penelitian ini
adalah: (1) penyebaran produk tidak hanya
terbatas pada satu sekolah, (2) penelitian
dilakukan sampai menguji keefektifan
penggunaan modul pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa, (3) penyampaian nilai
karakter dalam modul pembelajaran melalui
percakapan-percakapan lebih diperbanyak, (4)
guru melakukan inovasi terhadap bahan ajar
agar siswa tidak mudah bosan.
DAFTAR PUSTAKA
Alif Dian Cahyaning Tyas. (2014). Polemik
Peran Guru dalam Hilangnya Nilai
Luhur
Siswa.
Diakses
dari
http://kemahasiswaan.uinmalang.ac.id/percobaan/ pada tanggal 2
Mei 2014, jam 08.15 WIB.
Isnaini. (2013). Sepanjang Tahun 2013, 20
Pelajar Tewas Akibat Tawuran. Diakses
dari
http://jakarta.okezone.com/read/2013/12
/20/500/915133/sepanjang-tahun-201320-pelajar-tewas-akibat-tawuran
pada
tanggal 2 Mei 2014, jam 11.20 WIB.
Bahri Kurniawan. (2013). Pendidikan Kita
Sudah Salah Arah. Diakses dari
http://www.tribunnews.com/nasional/20
13/04/21/rizal-ramli-pendidikan-kitasudah-salah-arah pada tanggal 2 Mei
2014, jam 09.45 WIB.
Dedeh Tresnawati. (2013). Pandangan
Tentang Kurikulum 2013. Diakses dari
http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/
26/pandangan-tentang-kurikulum-2013596170.html pada tanggal 2 Mei 2014,
jam 13.35 WIB.
Muhammad. (2013). Andaikan Bahan Ajar itu
Wajib. Diakses dari
http://edukasi.kompasiana.com/2013/07/
16/andaikan-bahan-ajar-itu-wajib574031.html pada tanggal 2 Mei 2014,
jam 16.45 WIB.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA Vol. 4, No. 4, Januari 2015 : 314 - 321
321
Masnur
Muslich.
(2011).
Pendidikan
Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Ngainun Naim. (2012). Character Building:
Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu & Pembentukan
Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Iin Solihin, Ridwan, & Kuntono. (2005).
Mengikuti
Prosedur
Keselamatan,
Kesehatan Kerja, dan Lingkungan.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Kejuruan.
Oemar
Hamalik.
(2013).
Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Abdul
Majid.
(2012).
Perencanaan
Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja
rosdakarya.
Daryanto. (2013). Menyusun Modul (Bahan
Ajar untuk Persiapan Guru dalam
Mengajar). Yogyakarta: PT Gava
Media.
Anik Ghufron, Widyastuti Purbani & Sri
Sumardiningsih.
(2007).
Panduan
penelitian dan Pengembangan Bidang
Pendidikan
dan
Pembelajaran.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY.
Pengembangan Modul Pembelajaran … (Lisa Novitasari)
Download