I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi perdagangan dan investasi dunia, yang ditunjang dengan kemajuan di bidang ilmu, pengetahuan, dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang komunikasi dan informasi, membuat dunia menjadi seperti tanpa batas teritorial. Dampak lain dari era globalisasi antara lain berbentuk meningkatnya tuntutan masyarakat dunia, termasuk Indonesia, akan transparansi pengelolaan (manajemen), kualitas produk dan jasa (pelayanan), serta terbentuknya badan-badan dunia seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF) dan ISO (International Standardization Organization) yang mengawasi dan mengendalikan perekonomian, proses produksi dan standar kualitas produk dan jasa/pelayanan dari negara-negara di dunia. Industri perhotelan nasional dalam era globalisasi ini menghadapi persaingan yang sangat berat dan ketat dari pengusaha perhotelan multinasional seperti Hilton, Accor, Hyatt dan JW Marriot. Salah satu keunggulan yang dimiliki perusahaan-perusahaan multinasional tersebut adalah mempunyai dasar pengetahuan konsumen yang sangat luas dan telah membangun suatu kesetiaan konsumen terhadap perusahaan mereka. Untuk dapat bersaing dalam industri perhotelan nasional yang semakin ketat, perusahaan perhotelan nasional harus dapat memperluas dasar pengetahuan konsumen dan membangun kesetiaan mereka. Untuk itu masalah standar mutu produk dan jasa/layanan memegang peranan penting. Khusus untuk mutu produk dan jasa (pelayanan) yang diberikan atau ditawarkan oleh organisasi (swasta maupun pemerintah) kepada masyarakat saat ini, dianggap menjadi salah satu competitive advantage (keunggulan kompetitif) yang penting bagi kelangsungan dan perkembangan organisasi. Pengertian mutu itu sendiri menurut Deming dan Juran (1991), terbagi dalam dua dimensi, yaitu mutu produk (product quality) dan mutu pelayanan (service quality). Dalam organisasi yang bergerak di bidang jasa, misalnya bidang perhotelan, mutu produk antara lain dapat berbentuk fasilitas olah raga seperti fitness center, swimming pool, fasilitas ruang pertemuan yang memadai, ruang kamar yang nyaman, fasilitas hiburan, mutu makanan yang disajikan dan lain-lain. Mutu produk bersifat tangible (dapat dibuktikan secara nyata) dan quantifiable (dapat dihitung), namun mutu pelayanan lebih bersifat intangible (tidak dapat dibuktikan secara nyata) dan relatif lebih sulit diukur. Mutu pelayanan merupakan pengalaman dan kualitas interaksi antara produsen dengan konsumennya/pelanggannya. Jika dikaitkan dengan organisasi di bidang jasa perhotelan, maka mutu pelayanan hotel dapat ditengarai dari seberapa responsif para pegawai/staf hotel dalam memenuhi kebutuhan tamu/pelanggannya, keramahan para pegawai, cekatan dalam merespon semua permintaan tamu, dan lain-lain. Upaya menjaga atau meningkatkankan mutu layanan tersebut merupakan suatu hal yang harus 2 mendapat perhatian penuh oleh para pengusaha agar dapat memenangkan persaingan dalam bisnis perhotelan. Bisnis perhotelan dewasa ini semakin berkembang termasuk juga di kota Bogor. Hotel tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk berekreasi namun juga sebagai sarana penunjang kegiatan bisnis dan perkantoran. Menurut data PHRI (Persatuan Hotel dan Restaurant Indonesia) tahun 2003 terdapat beberapa pemain utama dalam bisnis hotel berbintang di kota Bogor, yaitu Novotel Coralia, Hotel Salak, Hotel Pangrango, Hotel Mirah dan Lido Lake Hotel. Apabila ditelaah kondisi pasar di kota Bogor dalam bisnis perhotelan, maka Hotel Salak menduduki urutan ke-2 dengan persentase pasar 21.76 persen, setelah Novotel Coralia Bogor yang memilik pangsa pasar paling besar yaitu 31.55 persen (Gambar 1). Diurutan kedua yaitu Lido Lake Hotel dengan pangsa pasar 16.27 persen, Hotel Pangrango II menguasai pangsa pasar sebesar 15.83 persen dan diurutan terakhir yaitu Hotel New Mirah dengan pangsa pasar 14.58 persen. Menurut data tersebut, saat ini pemimpin pasar dalam bisnis perhotelan di kota Bogor adalah Novotel Coralia. Mengingat bisnis perhotelan yang dewasa ini semakin berkembang di kota Bogor, para pengelola jasa perhotelan di kota Bogor perlu melakukan upaya-upaya lebih lanjut untuk memberikan fasilitas dan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggannya dan menanamkan kesetiaan para konsumennya. 3 Lido Lake Hotel 16.27% Hotel Salak 21.76% Hotel New Mirah 14.59% Hotel Pangrango II 15.83% Novotel Bogor 31.55% Gambar 1. Pangsa Pasar Bisnis Perhotelan di Bogor (Hotel Salak The Heritage, 2004) Para pengusaha perhotelan pada umumnya termasuk juga Hotel Salak biasanya melakukan upaya promosi dengan memberikan paketpaket menginap sesuai dengan kebutuhan para konsumen, menekankan pada upaya memberikan harga yang lebih ekonomis kepada pelanggannya. Adanya paket-paket di atas diharapkan dapat mengubah sikap konsumen, yaitu membangkitkan minat dan ketertarikan khalayak untuk menginap dan juga mendorong khalayak untuk lebih sering menginap di hotel. Dengan adanya program di atas pihak pengusaha menawarkan pada khalayak untuk dapat menginap dengan harga yang relatif murah dan dapat lebih sering menginap di hotel dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Menurut Kotler (1991), promosi adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mengkomunikasikan fungsi dan kegunaan produk dan berusaha mempengaruhi konsumen untuk membeli produk tersebut. Inti 4 dari kegiatan promosi adalah manfaat, atau alasan mengapa calon pembeli harus membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Kalau pemasar sendiri tidak dapat melihat adanya manfaat, calon pembeli pun tidak akan melihatnya dan oleh karenanya mereka tidak akan membelinya. Manfaat yang dimiliki setiap produk atau jasa dapat dikelompokkan menjadi tiga (Kotler, 1993) sebagai berikut: 1. Fungsi. Apa yang dapat dilakukan oleh produk atau jasa tersebut. Dalam kasus jasa perhotelan fungsi yang diberikan yaitu kepuasan menginap di hotel tersebut. 2. Citra. Gaya, prestise, dan nilai emosional dari produk atau jasa tersebut. Hal ini menyangkut permasalahan apakah kegiatan seseorang menginap di hotel dapat memberikan prestise tertentu kepada orang tersebut. 3. Manfaat ekstra. Manfaat lain yang bukan bagian utama dari produk atau jasa tersebut. Dengan adanya promosi tertentu, seseorang akan mendapat keuntungan lain disamping tujuan lain yang dicapai. Dengan pemberian paket-paket menginap (meeting package, Long week end package atau holliday package) dan menyelenggarakan berbagai acara keluarga atau anak-anak untuk para tamu selama menginap di Hotel Salak, maka seseorang dapat menginap di hotel dengan biaya lebih murah sekaligus menikmati sejumlah fasilitas tambahan yang disediakan oleh hotel tersebut. Dalam strategi pemasarannya, Hotel Salak memberikan manfaatmanfaat fungsi, citra dan manfaat ekstra, disamping mengandalkan 5 fasilitas dan kualitas pelayanan (service) yang dimiliki untuk meningkatkan angka huniannya. Hotel Salak berupaya memperkuat citra melalui iklan di koran dan radio, penyebaran brosur, liflet serta pemasangan spanduk serta melakukan berbagai promosi penjualan (memberikan potongan harga atau paket-paket khusus). Rata-rata tingkat hunian Hotel Salak Bogor pada tahun 2003 berada di urutan ke dua (56.14 persen) dibandingkan tingkat hunian hotelhotel lain di Bogor seperti yang terlihat pada Tabel 1, dimana rata-rata angka hunian hotel di Bogor yaitu 53.98 persen. Untuk itu perlu adanya suatu strategi pemasaran dan peningkatan mutu pelayanan untuk dapat meningkatkan angka hunian sehingga dapat mencapai angka lebih dari 60 persen. Tabel 1. Rata-rata Tingkat Hunian Lima Hotel di Bogor Tahun 2003 Nama Hotel Persentase Tingkat Hunian (%) Hotel Salak Hotel Pangrango II Novotel Bogor Hotel New Mirah Lido Lake Hotel Rata – rata 56.14 50.59 54.92 60.30 47.96 53.98 Sumber : Hotel Salak The Heritage, 2004. 1.2. Identifikasi Masalah Saat ini bisnis perhotelan semakin ramai dengan semakin berkembangnya hotel-hotel berbintang yang menawarkan berbagai 6 fasilitas dan pelayanan untuk memuaskan konsumen. Persaingan yang ketat menuntut pengusaha hotel harus memikirkan jurus-jurus baru untuk menarik pelanggan dan mempertahankan loyalitas konsumennya. Untuk dapat memenangkan persaingan tersebut, Hotel Salak The Heritage perlu menciptakan loyalitas konsumen. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu parameter jaminan produk/layanan yang dapat mendorong konsumen menjadi loyal. Namun demikian kepuasan pelanggan di atas bersifat relatif pelanggannya. mengidentifikasi dan selalu Dengan berubah demikian, kebutuhan sesuai perlu konsumen dengan adanya agar Hotel kebutuhan upaya untuk Salak dapat memberikan suatu produk dan layanan yang dapat memuaskan konsumen Fasilitas hotel dan mutu pelayanan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat hunian dan kepuasan pelanggan. Sejauh ini, manajemen Hotel Salak telah berupaya melakukan survei melalui penyebaran sejumlah guest comment kepada para tamu untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan atas fasilitas dan mutu pelayanan Hotel Salak. Berdasarkan 50 buah guest comment yang telah terkumpul, gambaran yang diperoleh mengenai mutu layanan dan fasilitas secara umum yang diberikan di Hotel Salak (layanan penerima tamu/front office, layanan kamar, pelayanan secara umum, fasilitas kamar dan restaurant) sudah cukup baik, namun masih terdapat responden yang memiliki penilaian buruk atau kurang baik terhadap mutu layanan dan fasilitas Hotel Salak (Gambar 2). Dengan demikian manajemen Hotel 7 Salak perlu lebih meningkatkan fasilitas dan mutu layanan Hotel Salak serta senantiasa mengevaluasi perkembangan dan perubahan kebutuhan konsumen agar dapat tetap memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para pengunjungnya. Jumlah Responden (Orang) 35 30 25 Penerima Tamu 20 Layanan Kamar 15 Pelayanan 10 Fasilitas pendukung Restaurant 5 0 Baik Cukup Buruk Penilaian responden Gambar 2. Rata-rata Penilaian Kinerja Konsumen atas Layanan Hotel Salak (Hotel Salak The Heritage, 2004) Konsumen sebagai individu memiliki pandangan yang mungkin berbeda-beda mengenai mutu pelayanan jasa perhotelan yang dianggap memuaskan ataupun tidak memuaskan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kebutuhan, pengalaman, latar belakang pengetahuan dan informasi yang dimiliki konsumen (Zeithaml, 1990). Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi juga oleh perbedaan demografi dan karakteristik konsumen (Rangkuti, 2003). Oleh sebab itu, dalam mengkaji kepuasan konsumen perlu dianalisa mengenai karakteristik konsumen serta faktor-faktor internal atau eksternal dari konsumen yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen tersebut. 8 1.3. Rumusan Masalah Suatu organisasi perhotelan perlu mengenali dan memahami konsumennya agar sedapat mungkin menyediakan produk serta pelayanan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumennya sehingga dapat menimbulkan kepuasan konsumen. Oleh sebab itu permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah konsumen merasa puas dengan pelayanan dan fasilitas yang telah diberikan di Hotel Salak? Apakah fasilitas dan pelayanan di Hotel Salak telah sesuai dengan harapan konsumen dan sesuai dengan kebutuhan konsumen tersebut? 2. Apakah ada faktor-faktor internal maupun eksternal dari konsumen yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan harapan konsumen atas atribut – atribut mutu pelayanan hotel dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat kepuasan dalam mengkonsumsi jasa Hotel Salak? 3. Bagaimana kaitan antara kepuasan yang diperoleh dengan frekuensi konsumen menginap di Hotel Salak? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Menganalisa tingkat kepuasan konsumen atas fasilitas dan pelayanan Hotel Salak 9 2. Menganalisa faktor-faktor internal maupun eksternal yang mungkin berkontribusi terhadap harapan konsumen atas fasilitas dan layanan jasa perhotelan. 3. Menganalisa korelasi tingkat kepuasan dalam mengkonsumsi jasa Hotel Salak dengan frekuensi menginap di Hotel Salak. 10 UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB 11