I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontribusi perikanan laut terhadap produksi perikanan nasional mencapai 76,74 % pada tahun 1994 atau sekitar 3.796.328 ton dan meningkat sampai 80,21% pada produksi perikanan tahun 1998 atau sekitar 3.879.758 ton. Perkembangan produksi perikanan disebabkan oleh beberapa hal pendorong yakni peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penangkapan ikan. Jumlah kapal penangkapan ikan dan perahu perikanan laut bertambah dengan rata-rata 1,62% per tahun selama Pelita VI. Peningkatan sarana penangkapan bersamaan dengan motorisasi usaha penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap bahan sintesis (Dahuri, 2001). Pembangunan perikanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas SDM perikanan dan pendapatan petani nelayan melalui optimalisasi SDI (Sumber Daya Ikan) dengan penerapan Iptek berwawasan lingkungan serta peningkatan nilai tambah hasil perikanan. 2. Meningkatkan penyediaan dan distribusi bahan pangan komoditas perikanan dalam rangka meningkatkan kualitas konsumsi gizi masyarakat. 3. Mendorong dan meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang produktif. 4. Mendorong peningkatan pertumbuhan industri dalam negeri melalui penyediaan bahan baku dan penerimaan devisa. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam rangka meningkatkan produksi perikanan adalah meningkatkan hasil tangkapan dengan pengembangan teknologi penangkapan ikan, pengembangan budidaya ikan, pemanfaatan perairan umum dan tetap mempertahankan kelestarian ikan. Produksi ikan di DKI Jakarta sekitar 99 % berasal dari kegiatan penangkapan ikan di laut dan sisanya 1% berasal dari usaha budidaya ikan di kolam dan perairan umum. Untuk pemenuhan kebutuhan ikan DKI Jakarta belum terpenuhi dari produksi daerah sendiri dan masih harus dipasok dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan dan daerah lainnya. Dari komposisi produksi ikan tersebut, maka dapat dilihat pentingnya posisi kegiatan penangkapan ikan, yang berarti diperlukan dukungan armada kapal yang memadai dan kondisi yang prima. Tabel 1. Volume dan Nilai Produksi Perikanan DKI Jakarta. No. Uraian 1998 1999 2000 1. Perikanan Laut Volume (ton) Nilai (Rp 1.000,00) 75.634,70 94.723,60 105.179,20 84.437.902,00 178.833.046,00 186.192.090,00 976,70 986,47 913.30 6.163.638,00 6.163.638,00 6.688.742,00 76.611,40 95.710,07 106.092,50 90.601.540,00 184.873.411,24 192.880.832,00 2. Perikanan Darat Volume (ton) Nilai (Rp 1000,00) Jumlah Total Volume (ton) Nilai (Rp 1000,00) Sumber: Dinas Perikanan DKI Jakarta, 2000. Untuk memperoleh gambaran kebutuhan ikan DKI Jakarta per tahun diilustrasikan dengan tingkat permintaan ikan DKI Jakarta tahun 2000 berikut ini. Jika diperkirakan jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak 8,38 juta jiwa dengan tingkat konsumsi ikan 22,11 kg/kapita/tahun, maka kebutuhan konsumsi ikan adalah 185.281,80 ton/tahun. Ekspor ikan tahun 2000 sebesar 28.904.606,24 kg dan produksi ikan sebesar 106.092,50 ton, maka masih terdapat kekurangan pasokan sebesar 50.284,94 ton atau sekitar 27,14%. Upaya pengembangan penangkapan ikan melalui ekstensifikasi daerah penangkapan diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan, sehingga permintaan pasar dapat terpenuhi. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan antara lain: 1. Monitoring armada dan produksi ikan tuna 2. Pengendalian jalur-jalur penangkapan 3. Monitoring armada kapal dan produksi ikan 4. Penertiban armada penangkapan ikan 5. Monitoring pemanfaatan bantuan kapal perikanan 6. Pembinaan teknis penangkapan DKI Jakarta dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang penangkapan ikan membentuk UPT. Unit Penyuluhan Modernisasi Bertahap (UPMB) berdasarkan Perda Nomor 4 tahun 1995 dan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 564 Tahun 1996. Unit tersebut mempunyai tugas pokok yaitu: melakukan kegiatan penyuluhan, pembinaan dan bimbingan penangkapan ikan. Salah satu fungsinya adalah melakukan pembinaan dan pelayanan jasa pemeliharaan, perbaikan mesin dan docking kapal. Kegiatan pembinaan dijalankan dengan mengadakan pendidikan dan penyuluhan nelayan dalam bidang kasko kapal, mesin kapal dan palka ikan. Pembinaan dilakukan juga terhadap galangan kapal sektor swasta di lingkup UPT. UPMB Muara Angke, yaitu: PT. Karya Teknik Utama, PT. Fam Marine Ship Yard, dan Galangan kapal Koperasi Perikanan. Dalam bidang pelayanan jasa docking menurut Laporan Tahunan UPT. UPMB (2001), jumlah layanan mencapai 555 kapal atau baru sekitar 6,17% dari jumlah armada yang seharusnya melakukan docking. Pemasukan Pendapatan Pemda DKI tahun anggaran 2000 dari kegiatan UPT. UPMB di Muara Angke sebesar Rp. 131.761.500,00, yang terdiri dari: retribusi alur docking Rp 13.130.000,00, fasilitas docking Rp 5.740.000,00, sewa lahan Rp 102.150.000,00 dan retribusi lainnya Rp 10.741.500,00. Penerimaan tersebut telah mencapai target 124,60 % dari target yang ditetapkan sebesar Rp 105.750.000,00. Pemberlakuan Otonomi Daerah mengharuskan PEMDA dapat menggali sumber-sumber pendapatan daerah dan mengefisienkan pengelolaan sumber daya yang ada. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikaji kemungkinan pengelolaan Galangan Kapal Muara Angke secara profesional dengan lebih meningkatkan pemasukan pendapatan bagi Pemda DKI Jakarta dan dapat melayani publik dengan baik. Sebagai bahan pemikiran, Suratman (2000) menyampaikan kisah sukses PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) yang dalam program restrukturisasi menetapkan 80% kegiatannya di bidang jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal. Sebelumnya perusahaan tersebut mengalami kerugian sejak tahun 1992, program profitisasi telah berhasil pada akhir tahun buku 1999 dan program privatisasi diharapkan dapat dimulai akhir 2000. UPT. UPMB sebagai lembaga sektor publik mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dengan dunia bisnis. Menurut Osborne dan Gaebler (1996), pemerintahan dan bisnis adalah lembaga yang berbeda secara mendasar. Pimpinan bisnis didorong oleh motif laba, sedangkan pimpinan pemerintah didorong oleh keinginan untuk dipilih kembali. Pemerintah bersifat demokratis dan terbuka, karena itu bergerak lebih lamban dibandingkan bisnis yang para menejernya dapat mengambil keputusan segera dibalik pintu yang tertutup. Misi pokok pemerintah melakukan “kebaikan” bukan menghasilkan uang, pemerintah harus sering memperlakukan setiap orang dengan adil, tanpa memandang kemampuan mereka untuk membayar atau tuntutannya terhadap pelayanan. Kajian faktor-faktor strategis yang mempengaruhi fungsi pembinaan, pelayanan jasa perawatan kapal dan pengedokan (docking) kapal perlu dilakukan agar diketahui gambaran secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki UPT. UPMB Muara Angke. Hal tersebut sangat terkait dengan strategi apa yang harus dijalankan UPT. UPMB dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan, sehingga UPT. UPMB mempunyai keunggulan dan dapat berhasil dalam mengemban tugas dan fungsinya. B. Rumusan Masalah Perkembangan yang terjadi karena adanya desakan lingkungan eksternal membawa implikasi yang sangat besar terhadap arah dan kebijakan-kebijakan organisasi. Demikian juga pada lingkup kerja UPT. UPMB Muara Angke bidang pembinaan, pelayanan jasa perawatan dan pengedokan kapal perikanan, dirasakan perlu melakukan perubahan-perubahan mendasar, karena makin kritisnya lingkungan masyarakat maupun lembaga legislatif dalam pengawasan terhadap efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumberdaya pemerintah daerah. Disamping itu, proses demokratisasi dan reformasi yang masih berlangsung akan membawa dampak perubahan yang besar pada berbagai mekanisme kerja yang ada. Pengelolaan pelayanan jasa perawatan dan docking kapal lingkup UPT. UPMB Muara Angke harus peka dengan berbagai perubahan lingkungan agar dapat bertahan dan semakin berkembang. Dalam rangka merespon permintaan pelanggan akan jasa perawatan dan docking kapal ikan maka memungkinkan untuk dilakukan pengembangan fasilitas jasa tersebut di lingkup UPT. UPMB. Pertanyaan yang muncul, fasilitas perawatan kapal yang mana yang harus dikembangkan, dan bagaimana kelayakan finansial dari sebuah usaha pelayanan jasa docking kapal serta implikasinya terhadap peran sektor pemerintah yang harus dilakukan ? Demikian juga terhadap fungsi UPT. UPMB yang sedang dijalani, apa yang harus dilakukan oleh Manajemen agar fungsi pembinaan, pelayanan jasa perawatan dan docking kapal perikanan dapat berhasil dijalankan dan eksistensi UPT. UPMB semakin kuat. Untuk dapat menjawab tantangan permasalahan tersebut diperlukan penelitian, sebagai berikut: 1. Kondisi internal dan eksternal apa yang terkait dengan UPT. UPMB bidang pembinaan, pelayanan jasa perawatan dan docking kapal perikanan. Kajian dilakukan juga terhadap kelayakan finansial suatu usaha pelayanan jasa pengedokan kapal perikanan, sehingga dapat memberikan masukan kemungkinan sebagai peluang atau ancaman. 2. Strategi pengelolaan yang bagaimana yang sesuai untuk dilaksanakan di UPT. UPMB Muara Angke khususnya dalam mengembangkan bidang pembinaan, pelayanan jasa perawatan dan pengedokan kapal tersebut. C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Mengkaji lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman UPT. UPMB Muara Angke yang berkaitan dengan bidang pembinaan, pelayanan jasa perawatan dan docking kapal perikanan. 2. Mengkaji kelayakan finansial dibidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam menganalisis strategi UPT. UPMB. 3. Merumuskan strategi UPT. UPMB Muara Angke dalam bidang pembinaan, pelayanan jasa perawatan dan docking kapal. 4. Menyusun Rencana strategis (RENSTRA) berdasarkan alternatif strategi yang dipilih. fungsional organisasi