LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI III DPR RI DENGAN AM.FATWA ------------------------------------(BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Sifat Jenis Rapat Hari/tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir Ijin : : : : : : : : : : : 2009-2010 III Terbuka Rapat Dengar Pendapat Umum Selasa, 20 April 2010 Pukul 10.13 – 11.35 WIB Ruang Rapat Komisi III DPR RI Ir. Tjatur Sapto Edy, MT / Wakil Ketua Komisi III DPR RI I.B Rudyanto, SH, MH / Kepala Bagian Set.Komisi III DPR-RI Membicarakan kasus dugaan mafia hukum yang terjadi di wilayah DKI Jakarta. : 38 orang Anggota dari 55 Anggota Komisi III DPR RI. : 1 orang anggota Komisi III DPR RI. KESIMPULAN/KEPUTUSAN I. PENDAHULUAN Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi III DPR RI dibuka pukul 10.15 WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ir. Tjatur Sapto Edy, MT dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas. II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN 1. Penyampaian beberapa kasus yang diduga adanya mafia hukum dalam penanganan perkara, sebagai berikut : - Kasus tanah taman BMW di Jakarta Utara. - Kasus kepemilikan tanah (tanah masyarakat Meruya Selatan). - Kasus eks Kantor Walikota Jakarta Barat dan Asset Kejaksaan negeri Jakarta Barat. 2. Laporan tentang kasus-kasus yang merugikan negara triliunan rupiah dan menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian hukum di lingkungan masyarakat dan beberapa keluarga serta beberapa orang yang terzalimi dijebloskan masuk penjara. D:\317474817.doc 1 3. Telah dilakukan konfirmasi keberbagai pihak terkait, termasuk menemui para calon korban terzalimi yang dijebloskan masuk penjara di Rutan Salemba dan Rutan Cipinang. 4. Mengenai kasus tanah BMW pertama kali pengaduan ini diantar oleh Ketua Umum MUI DKI Jakarta dan Tokoh Masyarakat Betawi yang juga penasehat NU DKI Jakarta. 5. Pada tahun 1984 terjadi kasus pidana antara PT. Porta Nigra dengan H. Djuhri cs, dimana materinya adalah masalah penipuan yang menyangkut pembelian tanah di Meruya Selatan. 6. Dalam hal ini H. Djuhri cs. dinyatakan bersalah serta harus mengembalikan uang yang telah diterima dan menjalani hukuman penjara. 7. Pada tahun 1996, PT. Porta Nigra melakukan gugatan perdata terhadap H. Djuhri dan diadili tanpa sepengetahuan H. Djuhri di PN Jakarta Barat, dan keputusannya adalah tidak dapat diadili (NO) karena sudah ada kepemilikan pihak ketiga (padat penghuni yang bersertifikat). 8. Pada tahun 1997, keputusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menguatkan putusan dari PN Jakarta Selatan. Sedangkan pada tahun 2001, Mahkamah Agung memenangkan PT. Porta Nigra. 9. Pada tahun 2007, pihak PT. Porta Nigra akan melakukan eksekusi lahan seluas + 78 Ha, tanpa sepengetahuan masyarakat pemilik lahan, dengan perkiraan nilai harga + Rp. 2,6 triliun. 10. Terhadap permasalahan masyarakat kelurahan Meruya Selatan, telah juga disampaikan kepada Komisi Ombudsman Nasional dan dinyatakan bahwa putusan Mahkamah Agung itu tidak dapat ditindaklanjuti. 11. Dari putusan kasasi oleh Mahkamah Agung yang dimenangkan pihak PT. Porta Nigra, ditemukan kejanggalan, dimana pada putusan sebelumnya (putusan PN Jakarta Selatan dan putusan PT DKI. Jakarta) yang dibatalkan oleh Mahkamah Agung, disebutkan bahwa lahan sengketa tersebut padat bangunan, sedangkan dalam putusan kasasi oleh Mahkamah Agung disebutkan bahwa lahan sengketa tersebut kosong bangunan. 12. Komisi III DPR RI merespon dan ikut prihatin atas permasalahan ini, tetapi data yang diberikan masih bersifat informasi. Oleh karenanya, Komisi III DPR RI meminta agar berkas laporan kasus sengketa tanah meruya selatan dapat dilengkapi. Selain itu, Komisi III DPR RI juga akan mengusulkan kepada mitra kerja terkait baik Mahkamah Agung ataupun Komisi Yudisial, agar putusan Mahkamah Agung tersebut segera dieksaminasi. 13. Bahwa kasus persengketaan antara ahli waris tanah di taman B.M.W Jakarta Utara dengan PT. Agung Podomoro, dimana dalam sengketa tersebut diduga ada rekayasa oleh PT. Agung Podomoro, sehingga dapat diduga kuat adanya mafia kasus hukum atas permasalahan ini. 14. Kasus ini timbul dikarenakan PT. Agung Podomoro berhasil mendapat ijin lokasi dari Gubernur DKI Jakarta seluas 301 Ha di wilayah DKI Jakarta atau sebagai kewajibannya PT. Agung Podomoro harus menyerahkan Fasum dan Fasos sebanyak 7% atau kurang lebih 26,5 Ha yang mestinya harus sudah bersertifikat, tapi ternyata hingga kini tidak berhasil mensertifikatkan. Untuk itu, PT. Agung Podomoro melakukan rekayasa terhadap surat-surat kepemilikan hak atas tanah dan berhasil mempengaruhi oknum aparat Pemda DKI Jakarta yang memungkinkan Gubernur DKI Jakarta melakukan serah terima Berita Acara Serah Terima Tanah (BAST). 15. Dalam hal ini, Kejaksaan telah memeriksa pihak-pihak terkait yaitu ahli waris, PT. Agung Podomoro dan beberapa pejabat Pemda DKI Jakarta. Untuk sementara Pemda DKI Jakarta memberi kesempatan menyelesaikan kewajiban PT. Agung D:\317474817.doc 2 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. Podomoro untuk mensertifikatkan tanah tersebut dengan batas waktu tanggal 8 Juli 2009, karena PT. Agung Podomoro kesulitan dalam mengurus sertifikat tanah tersebut, PT. Agung Podomoro berupaya memenjarakan ahli waris pemilik tanah dengan tuduhan pemalsuan surat-surat kepemilikan tanah. Saat ini telah terjadi pemenjaraan/penahanan terhadap 6 (enam) orang yang difitnah sebagai pemalsu surat kepemilikan tanah PT.Agung Podomoro, padahal sesungguhnya mereka ini adalah pihak ahli waris yang sah bersama orangorang yang membantu membela haknya. Kasus ini terjadi diduga kuat karena permainan PT. Agung Podomoro dengan oknum aparat penegak hukum di wilayah Jakarta Utara dari unsur Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Akibat dari perbuatan PT. Agung Podomoro, apabila persertifikatan gagal, maka negara (Pemda DKI. Jakarta) dirugikan senilai Rp. 737 milyar lebih dan apabila sebaliknya PT. Agung Podomoro berhasil mensertifikatkan dengan cara rekayasa, ahli waris yang dirugikan disamping telah menderita karena dipenjarakan. Perihal lepasnya eks tanah kantor walikota dan Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, sedangkan tanah tersebut telah dibayar oleh Gubernur dan Jaksa Agung. Pengaduan dari 3 (tiga) Tim atas kasus-kasus yang diduga kuat adanya Mafia Hukum di wilayah DKI Jakarta yang diduga kuat adanya Mafia Hukum di wilayah DKI Jakarta yang telah sekian lama terkatung-katung, yaitu kasus tanah taman BMW di Jakarta Utara, kasus kepemilikan tanah masyarakat Meruya Selatan, dan kasus asset eks kantor Walikota Jakarta Barat dan asset Kejaksaaan Negeri Jakarta Barat. Selain kasus-kasus tersebut merugikan negara triliunan rupiah dan menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian hukum di lingkungan masyarakat dan beberapa keluarga juga beberapa orang yang terzalimi dijebloskan ke penjara. Terdapat inkonsistensi antara perihal dan tuntutan dalan kasus tanah BMW Jakarta Utara. Disinyalir adanya mafia hukum dan kekalahan Pemprov DKI itu juga dijadikan dasar atas perkara dengan Kejaksaan Negeri Jakarta Barat. Sedang Kodim 0503 Jakarta Barat tidak tersentuh hukum sama sekali sampai saat ini. Instansi yang telah memiliki sertifikat yakni Walikota Jakarta Barat harus membayar ganti rugi sewa atas gedungnya sendiri sebesar Rp.40.000.000.000,dan Kejaksaan Negeri Jakarta Barat juga harus membayar uang sebesar Rp.9.000.000.000,- kepada Sudharma yang tidak memiliki bukti apapun. Bahwa Sudharma tidak pernah bertindak sebagai kuasa khusus dari yayasan Saweri Gading Jakarta. Dari bukti-bukti yang diajukan oleh Sudharma, tidak ada satupun bukti yang menunjukan bahwa dia sebagai pemilik tanah garapan. Terdapat hal-hal yang sangat sulit untuk diterima akal sehat adalah dimana Ketua DPRD mengeluarkan Keputusan DPRD Provinsi DKI Jakarta No.67 pada tahun 2007 Surat Penghapusan Tanah dan Bangunan Gedung Eks.Komplek Kantor Walikota Madya Jakarta Barat. Menurut informasi yang layak dipercaya bahwa dalam mengeluarkan keputsuan tersebut tidak pernah dilakukan Rapat Paripurna DPRD DKI. Mengapa Pemda DKI Jakarta dan Kejaksaan Negeri Jakarta Barat tidak menempuh jalur pidana untuk menyelamatkan assetnya sejak awal Terkait kasus di Meruya, diindikasi adanya mafia pertanahan dan perlu penjelasan mengapa masyarakat tidak merasakan usaha perdamaian yang telah dilakukan. Perlu ada eksaminasi terhadap putusan-putusan ini, dan terhadap kasus-kasus diatas, Komisi III meminta data yang lebih lengkap dan akurat. D:\317474817.doc 3 30. Melihat permasalahan yang disampaikan oleh AM.Fatwa, diusulkan Komisi III DPR RI untuk segera membentuk Tim terkait kasus pertanahan dan reformasi agraria. 31. Panja Pengawasan Komisi III DPR RI dapat mendalami dan menindaklanjuti kasus-kasus yang telah disampaikan AM Fatwa terkait dengan dugaan adanya mafia hukum dalam penanganan perkara. III. PENUTUP Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi III DPR RI dengan AM Fatwa tidak mengambil kesimpulan, namun semua pendapat dan saran yang menjadi pokokpokok pembahasan akan menjadi masukan bagi rapat-rapat Komisi III DPR RI dengan mitra kerja terkait. Rapat ditutup tepat pukul 11.35 WIB PIMPINAN KOMISI III DPR RI WAKIL KETUA, IR. TJATUR SAPTO EDY D:\317474817.doc 4 D:\317474817.doc 5 D:\317474817.doc 6 D:\317474817.doc 7