6 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics A2. Etika dalam Sejarah dan Cinta Kehidupan Tujuan bab Bab ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa: 1. Konsep-konsep bioetika ditemukan dalam kesusasteraan, seni, musik, kebudayaan, filsafat, dan agama, sepanjang sejarah. 2. Bioetika termasuk baik etika kedokteran maupun etika lingkungan hidup, dan masalah dengan skala yang berbeda-beda. 3. Ada berbagai teori etika, dan hormat atau cinta kehidupan ialah benang merah di antara semua itu. A2.1. Definisi-definisi Etika dan Moral Dalam bab ini digunakan perkataan etika, walaupun beberapa penulis lain menggunakan istilah moral. Definisi-definisi diambil dari UNESCO/IUBS/Kamus Bioetika Eubios Etika ialah suatu sistem prinsip moral atau standar yang mengatur perilaku. 1. Suatu sistem prinsip yang dengannya tindakan manusia dan usulannya dapat dinilai sebagai baik atau jelek, benar atau salah; 2. Seperangkat aturan atau suatu standar yang mengatur perilaku suatu kelompok khusus tindakan manusia atau profesi; 3. Seperangkat prinsip moral yang mana saja atau nilai yang diakui oleh agama, kepercayaan atau filsafat tertentu; 4. Prinsip-prinsip perilaku benar seseorang. Perbuatan beretika memerlukan kemampuan untuk bernalar, untuk memahami konsekuensi dan untuk membuat pilihan-pilihan dari tindakannya. [Ethicus dari bahasa Latin atau ethikos dari bahasa Yunani mencakup "ethos" atau karakter]. Etika tradisional dibagi ke dalam etika substantif atau meta etika. Etika substantif mempersoalkan "apa aturannya?" dan mengandung konsep utilitarian dan Kantian, seringkali keduanya bersetuju dalam penerapan dalam praktek. Dalam Kantianisme tindakan harus ada orang lain sebagai "tujuan dalam dirinya " dan tidak sebagai alat mencapai tujuan bagi orang lain, atau untuk pemuasan-diri. Dalam tindakan utilitarianisme tindakan dinilai atas dasar konsekuensi yang diduga akan terjadi (tindakan baik memaksimumkan kebahagiaan atau meminimumkan kegundahan). Moral 1. dari atau yang berkenaan dengan penilaian kebaikan atau kejelekan tindakan dan karakter manusia; yaitu, yang prnting untuk penilaian baik dan jahat 2. Pelajaran atau prinsip yang ada dalam atau dijarkan oleh dongeng, ceritera, atau peristiwa 3. Aturan atau kebiasaan perilaku, khususnya perilaku seks, mengacu pada standar benar dan salah. Filsafat moral dirancang untuk mengajarkan kebaikan atau kebenaran karakter dan perilaku; yaitu, memberi petunjuk apa yang baik dan jelek menurut kode berperilaku yang mapan. Moralitas ialah standar yang umum diterima mengenai perilaku benar dan salah. © Eubios Ethics Institute 2006 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics < http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508> Original English by Darryl R.J. Macer translated into Bahasi Indonesian by Dr. Amru Hydari Nazif A Cross-Cultural Introduction to Bioethics A2.2. Teori Etika Satu perbedaan antara teori etika sepanjang sejarah ialah apakah teori ini berfokus pada tindakan, konsekuensi, atau motif. Teori yang didasarkan pada tindakan dapat juga merupakan teori deontologi, yang memeriksa konsep hak dan kewajiban. Sementara teori yang didasarkan pada konsekuensi ialah teori-teori teleologi, yang didasarkan pada pengaruh dan konsekuensi. Jika kita menggunakan gambaran berjalan sepanjang lintasan kehidupan, seorang ahli teleologi mencoba melihat kemana keputusan-keputusan akan menjurus, sementara seorang ahli deontologi mengikuti arah yang direncanakan. Bila dihadapkan pada pilihan moral yang tampaknya rumit untuk menganalisisnya maka kita perlu memilah dilema etika menjadi masalah-masalah yang dapat ditangani. Misalnya, jika kita memberi seseorang yang sekarat karena kanker dengan obat marijuana untuk mengurangi rasa sakitnya, kita dapat memfokuskan pada tiga aspek, tindakan memberi obat (yang di kebanyakan negara melawan-hukum), konsekuensi bahwa rasa sakit dapat berkurang sementara menggunakan obat (walaupun terdapat ketidakpastian keilmuan pada pengaruhnya), atau motif bahwa kita ingin membantu. Tetapi, kita dapat juga memfokuskan pada aspek yang mana saja dari tiga aspek itu dengan pandangan berbeda, misalnya, tindakan memberi obat yang tidak sepenuhnya dipahami (jika ada yang dapat!), konsekuensi bahwa orang lain dalam ruangan mungkin tidak menyukai baunya, atau motif menghormati pilihan orang lain. Teori di bawah ini memfokuskan pada bagian yang berbeda dari keseluruhan persamaan etika yang diperlukan untuk mendekati masalah bioetika. Dengan kata lain walaupun adanya teori yang berbeda-beda, dalam kenyataannya sebagian besar dari kita menggunakan gabungan dari ini semua saat mencoba memecahkan dilema moral. Sejumlah teori etika yang didasarkan pada agama berciri deontologi karena mengikuti prinsip-pinsip atau hukum agama. Kendati pandangan hidup keilmuan yang umum berlaku di antara para akademia, penelitian sosiologi menunjukkan bahwa hampir 90% orang di dunia ini memandang agama merupakan sumber petunjuk kehidupan yang jauh lebih penting dari ilmu pengetahuan. Dalam persoalan etika, seringkali orang mengacu pada norma dan nilai agama, atau etika deontologi. Teori bioetika yang mana saja yang akan diterapkan pada penduduk dunia harus diterima oleh kecenderungan umum pemikiran agama utama, dan harus juga toleran tehadap perbedaan-perbedaan. Teori moral yang berfokus pada tindakan dan bukan pada konsekuensi mempertimbangkan aturan. Ada berbagai aturan yang berbeda. Aturan instrumental ialah yang menentukan suatu tindakan yang dipercaya memberi sumbangan terhadap pencapaian suatu tujuan, misalnya, memastikan bahwa Anda mencuci dengan baik sayuran sebelum memakannya (sehingga Anda tidak jatuh sakit). Tetapi bila di rumah makan, rumah makan harus mengikuti aturan yang diwajibkan oleh yang berwenang, misalnya, toilet seharusnya tidak ada di dapur. Masalahnya ialah menentukan aturan apa yang harus dituruti, karena sebagian aturan tidak memberi manfaat pada siapapun. Utilitarianisme ialah teori etika konsekuensialis yang membuat kita berpikir mengenai kebaikan terbesar (kenikmatan) untuk jumlah terbanyak, dan cedera terkecil (rasa sakit) untuk jumlah terkecil. Tetapi, kadang-kadang menjadi sangat sulit untuk memberi nilai pada rasa sakit dan kenikmatan untuk orang yang berbeda. Bagaimana kita menyeimbangkan melindungi otonomi seseorang atau otonomi atau kepentingan semua orang lain? P1. Apakah Anda kira “kebaikan terbesar untuk jumlah terbanyak” dapat dicapai? © Eubios Ethics Institute 2006 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics < http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508> Original English by Darryl R.J. Macer translated into Bahasi Indonesian by Dr. Amru Hydari Nazif 7 8 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics Aristoteles dalam Nicomachean Ethics menulis bahwa moralitas ialah pencarian “kebaikan akhir” atau “kebaikan unggul”. Ini dapat diterima, tetapi pertanyaannya ialah tetap bagaimana mendefinisikan kebaikan akhir itu? Kebaikan akhir itu seringkali ditafsirkan sebagai kebahagiaan, yang membawa kita ke satu teori utama teleologi, utilitarianisme. Utilitarianisme memandang pada konsekuensi suatu tindakan, dan didasarkan pada karya Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Ada kesamaan sejarah dengan pemikir lain dalam kebudayaan yang berbeda, misalnya apa yang diajarkan oleh Mo Tzu di Cina dalam abad ke-6 SM. “Prinsip utilitas menekankan bahwa kita perlu selalu menghasilkan keseimbangan maksimum antara kesenangan/kenikmatan atas rasa sakit, atau kebaikan atas cedera, atau nilai positif atas tak-bernilai.” Awalnya ahli-ahli filsafat yang mengikuti jalan berpikir ini memfokuskan pada nilai kebahagiaan; tetapi, akhir-akhir ini nilai intrinsik termasuk persahabatan, pengetahuan, kesehatan, keindahan, otonomi, pencapian dan sukses, pemahaman, kesenangan dan hubungan pribadi yang mendalam telah ditambahkan. Utilitarianisme dapat berupa hal yang dingin dan berperhitungan, tetapi telah dinyatakan oleh para pendirinya dan orang-orang lain sebagai yang merupakan pernyataan cinta persaudaraan. Utilitarianisme secara internal koheren, sederhana dan menyeluruh dan dapat memecahkan dilema. Kita dapat juga mempersoalkan kebahagiaan untuk orang yang akan hadir (potensial), jadi menerapkannya bagi persoalan reproduksi manusia. Tetapi, mungkin tidak ada konsekuensialis murni. Jika ada sedikit perbedaan dalam konsekuensi, sebagian besar orang akan memandang salah untuk mengingkari janji, dan akan mengambil keputusan atas dasar keterikatan itu. Semua masyarakat menerima sejenis hak milik, dan sebagian besar tidak menerima mencuri dari si kaya untuk diberikan pada si miskin, walaupun ini akan menolong lebih banyak orang. Tetapi, banyak masyarakat menerima skala pajak yang berbeda, mengenakan pajak terhadap penerima penghasilan yang lebih tinggi semakin besar. Kebanyakan orang menghargai motif yang baik di atas motif jelek, walaupun konsekuensinya dapat sama. Juga pemikiran para konsekuensialis mungkin memperkenankan pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan dapat secara berlebihan membatasi otonomi. Masalah etika lain dari utilitarianisme ialah bahwa kepentingan dari mayoritas lebih penting dari kepentingan golongan minoritas, karena utilitas harus dimaksimumkan. Dengan cara ini hal ini bersesuaian dengan demokrasi, dan sistem referendum untuk menentukan kebijakan umum dan hukum. Membuat sebagian besar orang berbahagia dalam sebagian besar waktu lebih penting, walaupun sedikit orang atau organisme boleh jadi tidak berbahagia. Tetapi, untuk membuat orang berbahagia menjadi satu sasaran pokok cinta. Kebajikan etika berarti bahwa keputusan moral dinilai dari niat orangnya, misalnya, niat untuk melompat ke sungai untuk menyelamatkan seorang yang tenggelammerupakan niat baik. Sayangnya, keduanya meninggal akan menjadi konsekuensi dari tindakan itu. Konsekuensi lain dapat berupa keduanya selamat, atau upaya itu tidak berhasil. Konfusius (kira-kira 551-479 SM) ialah seorang ahli filsafat kuno Cina. Ajarannya dicatat oleh murid-muridnya, khususnya dalam buku yang dikenal sebagai Lun Yu (atau dalam bahasa Ingggris: Analects). Konfusius menekankan pentingnya mencari kebajikan dan bertindak menurut perilaku moral yang wajar. Ajarannya menempatkan penekanan khusus pada pentingnya keluarga, dan kewajiban keluarga terhadap orang tua. Hubungan ayah-anak ialah satu dari Lima Hubungan. Kelima hubungan ini ialah: hubungan antara ayah dan anaknya, penguasa dan menteri, suami dan isteri, abang dan adik, teman dan teman. Kerangka yang didefinisikan oleh Konfusius ini mempunyai dampak yang mendalam pada negara-negara dan kebudayaan-kebudayaan Asia Timur. Buddha ialah gelar dari Gautama Shakyamuni, yang dilahirkan di Nepal, kira-kira abad © Eubios Ethics Institute 2006 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics < http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508> Original English by Darryl R.J. Macer translated into Bahasi Indonesian by Dr. Amru Hydari Nazif A Cross-Cultural Introduction to Bioethics he-6 SM. Gautama dilahirkan dalam keluarga berada, dan pada mulanya orang tuanya melindunginya dari ketidaknyamanan dunia luar. Tetapi, akhirnya Gautama dihadapkan pada contoh-contoh kehidupan nyata seperti sakit, kemiskinan, masa tua dan penderitaan. Hal-hal ini mengganggunya, dan ia mengambil langkah untuk memeriksa masalah penderitaan dalam dunia dan bagaimana menghapusnya. Titik kunci dari ajarannya ialah bahwa jika seseorang tidak mampu melepaskan diri dari siklus penderitaan dalam masa hidupnya, orang ini akan dilahirkan kembali untuk melanjutkan pencarian pembebasan dari penderitaan (Karma). Ajaran Buddha berfokus pada masalah penderitaan, sebab-sebabnya, dan cara-cara untuk mengurangi dan menghapusnya. Dalam artian yang lebih umum, istilah "buddha" diterapkan ke orang lain yang telah berhasil memperoleh pembebasan dari siklus penderitaan. Kedua cabang Buddhisme ialah Theravada (sekolah bagi kaum Tua) dan Mahayana (arti sesungguhnya "Kendaraan Agung "). Etika Buddha sangat berpengaruh di Asia Timur. Ada naskah mengenai etika atau moral seperti sepuluh perintah Judaisme, lima tonggak Islam dan Lintasan lipat-delapan Buddha menuju kearifan. Untuk contoh-contoh lebih lanjut mengenai filsafat, agama Barat dan Timur dipersilahkan melihat pengantar umum mengenai Etika dan Agama. Teori etika alternatif didasarkan pada karya Immanuel Kant (1724-1804). Walaupun ia menulis dari latar belakang kristiani, seperti utilitarianisme, yang menggunakan argumen sekuler yang dapat diterapkan secara meluas. Kant berargumen dalam Critique of Practical Reason bahwa moralitas didasarkan pada penalaran murni, bukan tradisi, intuisi, nurani, emosi atau sikap seperti simpati. Kita dapat melihat ini sebagai mengikuti tradisi Francis Bacon, dalam Of Love, tempat ia menulis “Tidak mungkin mencintai dan menjadi arif”. Kant memandang manusia sebagai makhluk dengan daya rasional untuk menangkal keinginan, kebebasan untuk menangkal keinginan, dan kapasitas untuk bertindak menggunakan pertimbangan-pertimbangan rasional. Ia mengatakan kita harus bertindak demi kewajiban dan membuat tuntutan tanpa-syarat (categorical imperatives), salah satunya ialah “Saya perlu untuk tidak pernah berbuat dengan suatu cara sedemikian hingga saya dapat juga menghendaki pegangan saya itu menjadi hukum universal”. Umumnya, Kant menghadapi masalah dengan kewajiban-kewajiban yang tidak sejalan, misalnya, antara dua janji jika keduanya mutlak. Tuntutan terkenal Kant lain ialah "Kita harus memperlakukan setiap orang lain sebagai tujuan dan tidak pernah boleh hanya sebagai cara", juga dinyatakan ulang sebagai cinta. Doktrin Kebajikan yang dijadikannya pembatasan terhadap penolakan merendahkan orang lain hanya sebagai cara mencapai tujuan saya, dan memberi makna cinta sebagai tujuan orang lain sebagai tujuan saya sendiri. Tetapi, jika seseorang setuju untuk melakukan sesuatu untuk orang lain, seperti dalam kerja, secara etika dapat diterima jika orang itu diperlakukan dengan rasa hormat. Kant mempertimbangkan berbuat kebaikan itu lebih rasional dari cinta, dan dalam Foundations of the Metaphysics of Morals, ia menulis, “... cinta sebagai suatu kecenderungan tidak dapat diperintahkan. Tetapi berbuat kebaikan dari kewajiban, juga bila tidak ada kecenderungan yang mengharuskannya dan juga bila ditentang oleh suatu penyimpangan alami dan tak dapat ditaklukkan, ialah cinta praktis, bukan cinta patologis; ini bersumber dari kehendak dan bukan dari kecenderungan perasaan, dalam prinsip-pinsip tindakan dan bukan dari simpati kasih sayang; dan ini sendiri tidak dapat diperintahkan”. P2. Pernahkan Anda membaca buku klasik yang mana saja mengenai etika? Misalnya, buku J.S. Mill “Utilitarianisme” hanya sepanjang 16 halaman! Kita dapat sesungguhnya membaca buku-buku mengenai etika dari Yunani atau Cina misalnya, yang ditulis 2,500 tahun yang lalu. Mengapa menurut Anda tulisan-tulisan ini bertahan begitu lama? © Eubios Ethics Institute 2006 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics < http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508> Original English by Darryl R.J. Macer translated into Bahasi Indonesian by Dr. Amru Hydari Nazif 9 10 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics A2.3. Etika Global dan Lokal Ungkapan populer dalam gerakan lingkungan hidup ialah "Berpikir secara global, bertindak secara lokal ". Terdapat masalah-masalah besar dan kecil yang dapat kita terapkan analisis etika. Kita dapat memikirkan masalah yang melibatkan seseorang. Kita dapat memikirkan masalah global. Satu contoh ialah menipisnya lapisan ozon. Ini menghasilkan bertambahnya radiasi UV yang mempengaruhi semua makhluk hidup. Masalah ini dapat dipecahkan oleh tindakan peorangan untuk menghentikan pengunaan bahan kimia yang menyebabkan penipisan lapisan ozon, jika alternatif ini tersedia bagi konsumen. Tetapi, tindakan global diperlukan untuk mengendali masalah ini, sampai sekarang masih. Protokol Montreal, suatu konvensi internasional untuk menghentikan menghasilkan bahan kimia penyebab penipisan lapisan ozon ialah satu contoh penerapan etika lingkungan hidup universal. Masalah lain ialah pemanasan gas rumah kaca, yang dihasilkan terutama dari penggunaan energi. Walaupun kita dapat mendesak pemerintah dan industri untuk membuat kebijaksanaan yang lebih baik untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, masalah ini hanya dapat dipecahkan oleh tindakan peorangan untuk mengurangi penggunaan energi. Kita dapat melakukan hal ini dengan mengkonsumsi lebih sedikit, mematikan lampu, membangun gedung yang berefisiensi energi lebih dan menutup pintu. Ini adalah tindakan-tindakan sederhana yang harus dilakukan oleh semua orang jika kita peduli pada masa depan planet bumi kita ini. Saat ini, konsumsi energi dapat dikurangi sampai 50-80% melalui perubahan gaya hidup. Teknologi baru dapat membantu, tetapi perubahan gaya hidup dapat memberi pengaruh yang lebih langsung. Warga global seharusnya sadar mengenai cara bagaimana mereka menggunakan sumber daya. Kadang-kadang jika kita melakukan suatu tindakan, kita akan merasakan lebih mudahnya melakukan tindakan lain. Di sini ada gagasan mengenai kelandaian yang licin. Pernyataan ini membayangkan adanya kelandaian yang licin tempat yang sekali kita kehilangan pijakan kita akan tidak mungkin memperolehnya kembali. Sementara kita dapat saja tidak melakukan cedera langsung yang mana saja dalam kegiatan yang sedang kita kerjakan, sekali kita menerima satu hal dan menarik garis batas dengan orang lain, belakangan boleh jadi kita tidak berkesempatan untuk menarik garis batas ini. Mempertimbangkan batas antara perlakuan menjadikan orang yang pendek menjadi orang dengan tinggi badan rata-rata dan membuat orang yang tinggi untuk bermain bola basket lebih mudah. © Eubios Ethics Institute 2006 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics < http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508> Original English by Darryl R.J. Macer translated into Bahasi Indonesian by Dr. Amru Hydari Nazif A Cross-Cultural Introduction to Bioethics A2.4. Teori sejarah bioetika Bioetika merupakan kata dan konsep. Kata ini kita terima dari tahun 1970 saat pertama kali digunakan oleh Van R. Potter dalam bukunya Bioethics: A Bridge to the Future, namun sebagai konsep sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu sebagai warisan kemanusiaan. Warisan ini dapat dilihat di semua kebudayaan dan agama, dan dalam tulisan-tulisan kuno dari seantero dunia. Kita menurut kenyataannya tidak dapat menelusur asalnya bioetika ke awalnya, karena hubungsan antara manusia dalam masyarakatnya, dalam komunitas biologi, dan dengan alam dan Tuhan, dibentuk pada tahap lebih awal dari yang sejarah dapat memberitahukan kepada kita. Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika: 1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggungjawab dengan organisme hidup dalam kehidupan mereka. 2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain apa yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip yang paling penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan orang lain mempunyai kewajiban terhadap hak ini. 3. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas. Mengembangkan dan menjelaskan bioetika preskriptif memperkenankan kita membuat pilihan yang lebih baik, dan pilihan yang dengannya kita tentram, memperbaiki kehidupan kita dan masyarakat. Pilihan yang perlu dibuat dalam abad bioteknologi dan genetika modern ada banyak, berkisar dari sebelum pembuahan sampai setelah kematian – keseluruhan kehidupan. Saat pilihan untuk reproduksi, kontrasepsi, dan perkawinan bukan hal baru. Eutanasia, kematian yang baik, ialah juga suatu pilihan lama, disodorkan pada kita karena kefanaan kita. Untuk menjelaskan bioetika preskriptif, kita perlu menguraikan bioetika yang telah dianut orang, dan bioetika yang mereka miliki sekarang ini, misalnya mewujudkan Bioetika untuk Kita oleh Kita. Kita dapat menemukan berbagai definisi bioetika. Pertimbangan paling sederhana mengenai masalah-masalah dimunculkan melalui pertanyaan mengenai kehidupan (“bio”). Kita dapat memasukkan semua masalah etika lingkungan hidup dan etika kedokteran, dan juga pertanyaan yang saya temui setiap hari, seperti “Makan apa hari ini?”, “Bagaimana panga itu diperoleh?”, “Di mana seharusnya saya bertempat tinggal dan seberapa gangguan terhadap alam seyogianya saya perbuat?”, “Bagaimana kaitan saya dengan makhluk hidup lain termasuk manusia?”, “Bagaimana menjaga keseimbangan mutu kehidupan saya dengan pengembangan cinta kehidupan saya, kehidupan orang lain dan masyarakat?”, dan banyak lagi yang dapat Anda pikirkan. Sejarah penalaran bioetika dipengaruhi oleh gen kita, dan lingkungan hidup dan pengaruh sosial yang membentuk dan terus membentuk gen menjadi manusia, masyarakat dan kebudayaan yang kita miliki. Kita sekarang ini mempunyai daya untuk mengubah tidak hanya gen kita sendiri, tetapi gen setiap organisme, dan daya untuk memodelkan kembali seluruh ekosistem bumi, yang membuat banyak fokus bagi penerapan bioteknologi; tetapi, pertanyaan kuncinya lebih mendasar. Kita telah menghancurkan ekosistem dengan sebagian teknologi. Walaupun demikian teknologi baru telah menjadi katalisator untuk pemikiran kita mengenai bioetika, yang menjadi perangsang untuk penelitian mengenai bioetika dalam beberapa dekade terakhir ini. Di masa lalu banyak pertanyaan ini dinyatakan secara sederhananya sebagai etika, tetapi dalam debat umum © Eubios Ethics Institute 2006 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics < http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508> Original English by Darryl R.J. Macer translated into Bahasi Indonesian by Dr. Amru Hydari Nazif 11 12 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics sekarang ini istilah bioetika itu luas. A2.5. Cinta dan etika “Cinta kehidupan” ialah definisi bioetika yang paling sederhana dan serba mencakup, dan universal di antara semua orang di dunia. Cinta ialah warisan biologi yang diberikan kepada kita melalui gen kita, kapasitas yang berkembang dalam diri kita untuk memperkenankan kita untuk mengatasi keserakahan diri yang menghancurkan harmoni dalam suatu komunitas. Warisan sosial kita juga memberi kita cinta, saat masyarakat mencoba menggapai harmoni antara peorangan dan komunitas. Cinta ialah pesan warisan rohani kita, lintas setiap budaya yang menyatakan Tuhan itu cinta. Etika ialah konsep cinta, menyeimbangkan manfaat dan risiko pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan. Prinsip-prinsip yang menyeimbangkan, cinta-diri (terkait dengan prinsip atur-diri, otonomi), cinta orang lain (keadilan), mencintai kehidupan (tidak mencederai) dan mencintai yang baik (kebaikan) dapat memberi kita kendaraan untuk menyatakan nilai-nilai kita menurut keinginan kita akan cinta kehidupan. Tetapi, akhirnya, pada kita akan tersisa suatu fakta sederhana mengenai kehidupan, seringkali tidak ada jawab yang nyata-nyata hitam dan putih terhadap dilema kita. Jarang situasi kehidupan nyata dapat dilihat dalam hitam dan putih sederhana. Sebagai suatu masyarakat kita perlu memahami keragaman yang universal, dan mentoleransi dengan cinta apa sedapatnya. Akan datang waktu untuk memberi perlindungan pada orang lain, tetapi kita dapat mengingat semangat cinta yang mengatakan jangan menilai. Empedocles (yang hidup di Sisilia, abad ke-5 SM) menganggap bahwa di alam ada kekuatan-kekuatan positif yang dinamainya, Cinta dan Kebencian, atau Harmoni dan Ketidakcocokan. Kekuatan-kekuatan inilah yang menyebabkan empat unsur (tanah, udara, api dan air) untuk bercampur dan kemudian terpisah. Cinta menyebabkan unsur-unsur tertarik satu dengan lainnya dan membangun beberapa bentuk khusus atau pribadi. Film The Fifth Element, 1997 mengambil tema ini, dengan unsur kelima dan penting bagi alam raya, yaitu cinta. Empedocles mempertimbangkan bahwa cinta ialah prinsip yang mengatur benda-benda terikat dalam kesatuan. Sudah ada lebih banyak buku yang ditulis mengenai pokok bahasan cinta dan pokok bahasan lain yang mana saja. Pilihan kutipan mengenai cinta yang disajikan dalam lampiran di bawah ini, memberi petunjuk bahwa cinta pada orang lain sebagai prinsip etika dalam pustaka itu universal dalam cakupannya. © Eubios Ethics Institute 2006 A Cross-Cultural Introduction to Bioethics < http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508> Original English by Darryl R.J. Macer translated into Bahasi Indonesian by Dr. Amru Hydari Nazif