Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Hasil Belajar Kimia

advertisement
127
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI I SMA NEGERI 9 KENDARI
La Rudi dan La Ode Ibrahim
Jurusan PMIPA/Kimia FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma Kendari 93232
Abstrak: Salah satu permaslahan guru Kimia pada SMAN 9 Kendari adalah rendahnya
tingkat pemahaman siswa dalam mempelajari Kimia, utamanya pada materi Larutan
Penyangga. Dari masalah tersebut, peneliti berkolaborasi dengan guru kimia yang mengajar
melakukan suatu penelitian tindakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis
multimedia melalui model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar
kimia siswa kelas XI
SMAN Kendari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan media berbasis multimedia melalui penerapan model Problem Based Learning
dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan larutan penyangga di SMA
Negeri 9 Kendari, dimana dari analisis data hasil penelitian, pemberian tindakan pada siklus I,
hasil belajar siswa pada siklus I masih tergolong rendah, dimana yang memperoleh kategori
baik hanya 27,1% dan yang tergolong kategori baik sekali 25%. Pada siklus II ketuntasan
belajar mengalami peningkatan sebesar 87.5% dan rata-rata kelas sebesar 86.58 dengan
kategori baik sebesar 50% dan 12 orang tergolong kategori sangat baik 25%.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Hasil Belajar Kimia
PENDAHULUAN
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat diukur dari tingkat
pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman
dan pengusaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi
pula tingkat
keberhasilan pembelajaran. Salah satu matapelajaran yang dianggap sulit dipelajari oleh
siswa adalah matapelajaran Kimia, apalagi jika guru yang mengajar tidak mengusai
model-model pembelajarn yang membuat siswa aktif dan tertarik untuk mempelajari suatu
matapelajaran yang sifatnya abstrak dan banyak melibatkan simbol-simbol kimia atau
reaksi kimia.
Sebenarnya matapelajaran kimia tidak terlalu susah untuk dipelajari oleh siswa
karena rumus-rumus setiap jenjang kelasnya adalah sama, yang membedakan adalah
hanya pada perhitngan dan konsep-konsep dasar. Oleh karena itu disinilah peran seorang
guru sangat diperlukan bagaimana agar konsep yang diajarkan tersebut mudah dipahami
dan dimengerti oleh siswa. Dari data hasil observasi dan wawancara dengan guru
matapelajaran Kimia SMA Negeri 9 Kendari kelas XI I
, bahwa prestasi belajar kimia
yang dicapai siswa masih rendah, berdasarkan data hasil belajar kimia siswa semester 2
bahwa nilai rata-rata siswa pada pokok bahasan larutan penyangga masih susah dipelajari
dan dipahami oleh siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi I SMA Negeri 9 Kendari
(La Rudi dan La Ode Ibrahim)
128
(KKM) hasil belajar siswa pokok larutan penyangga tahun ajaran 2009/2010 yaitu 61,20
dan pada tahun ajaran 2010/2011 yaitu 64,25 sementara nilai KKM yang ditetapkan oleh
sekolah untuk pokok bahasan larutan penyangga sebesar 72,00. Berkaitan dengan data
tersebut, dari hasil wawancara dengan guru matapelajaran Kimia diperoleh informasi
bahwa masalah selama pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut: 1). keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak yaitu sebesar 65%, 2). siswa
cenderung hanya mengharapkan penjelasan dari guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu sebesar 60%, 3). keberanian siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan
pada proses pembelajaran juga masih kurang, yaitu sebesar 50%, dan 4). siswa belum bisa
mengembangkan permasalahan yang berhubungan dengan materi yang diberikan yaitu
sebesar 65%. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu adanya penelitian tindakan
kelas demi perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Perbaikan diarahkan pada cara
penyajian materi dan pola interaksi dalam kelas sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran.
Salah satu cara untuk mewujudkan keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah
pemilihan metode pembelajaran, sehingga siswa dapat menerima dan memahami materi
pelajaran dengan baik. Penerapan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran
sangatlah penting. Dengan model pembelajaran tertentu maka siswa akan tertarik dan
dapat membangkitkan daya kreatifitas dan motivasi belajarnya, mampu mengubah cara
belajar siswa kearah yang lebih baik, serta tugas guru dalam menyampaikan materi akan
lebih mudah dipahami, tujuan pembelajaran dan indikator kualitas pendidikan dapat
tercapai. Berbagai strategi dan pendekatan yang dapat digunakan oleh guru untuk
menyajikan materi pembelajaran kimia. Salah satu strategi yang diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran kimia dengan menerapkan model Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami berinisiatif untuk melakukan
suatu
penelitian
dengan judul: “Peningkatan hasil belajar kimia berbasis multimedia
materi pelajaran larutan penyangga melalui model pembelajaran berbasis masalah pada
siswa kelas XI I
SMA Negeri 9 Kendari”.
KERANGKA TEORITIK
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
MIPMIPA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2013 : 127 - 136
129
itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu (Aunurrahman, 2009).
Selain itu banyak para ahli pendidikan mendefinisikan tentang belajar. Akan
tetapi definisi tersebut satu sama lainnya tidak sama. Hal ini disebabkan karena sudut
pandang mereka yang berbeda.
Menurut Daryanto (2009) konsep tentang belajar mengandung enam unsur yaitu:
1) Belajar berkaitan dengan perubahan terjadi secara sadar, untuk mengukur seseorang
yang sedang dalam proses belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau
sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya
2) Belajar berkaitan dengan perubahan dalam bersifat Continue dan fungsional, dalam
hal ini hasil belajar mengalami perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan tidak statis.
3) Belajar berkaitan dengan perubahan dalam bersifat positif dan aktif, dalam perbuatan
belajar
perubahan-perubahan
itu
senantiasa bertambah
dan
tertuju
untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya yang mana perubahan aktif itu
tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha orang yang bersangkutan.
4) Belajar berkaitan dengan perubahan yang bukan berifat sementara, perubahan yang
bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja tetapi
perubahan yang bersifat tetap atau permanen.
5) Belajar berkaitan dengan perubahan yang bertujuan atau terarah, perbuatan belajar
terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari yang senantiasa
terarah terhadap tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6) Belajar yang berkaitan dengan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku,
perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sesuatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku
2. Pengertian Mengajar
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru
berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan
bimbingan, dan pembinaan untuk menuju kedewasaaan. Setelah mengalami proses
pendidikan dan pengajaran, siswa diharapkan telah menjadi menusia dewasa yang
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi I SMA Negeri 9 Kendari
(La Rudi dan La Ode Ibrahim)
130
tanggung jawab terhadap diri sendiri, wiraswasta, berpribadi dan bermoral. Mengingat
tugas yang berat itu, guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip
mengajar, dan harus dilaksanakan seefektif mungkin, agar guru tidak asal mengajar.
Djamarah (2) mengemukakan bahwa masalah mengajar telah menjadi persoalan para
ahli sejak dulu hingga sekarang. Pengertian mengajar mengalami perkembangan, bahkan
hingga dewasa ini belum ada definisi yang tepat bagi semua pihak mengenai mengajar itu.
Pendapat yang dilontarkan oleh para pendidik ialah untuk mendapatkan jawaban
mengenai apakah mengajar itu?. Untuk mencari jawaban pertanyaan tersebut, perlu
dikemukakan beberapa teori tentang mengajar.
Metode mengajar hendaknya membantu meresapi sifat-sifat ilmiah pada ilmu alam
dan bagaimana ilmu alam itu dapat dikembangkan. Mengajar dapat dibantu dengan topik
yang diajarkan, baik dilaboratorium maupun di lingkungan yang dapat membantu siswa
mengembangkan hasil fikir, mencari dan menemukan.
3. Pembelajaran Berbasis Multimedia
Multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video atau multimedia secara
umum merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar, dan teks atau multi-media
adalah kombinasi dari paling sedikit dua media masukan atau keluaran dari data, media
ini dapat audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar atau multimedia
merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis atau interaktif yang
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video (Wahyudin, 2010).
Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering dinamakan
pembelajaran berbantuan komputer (CAI) dikembangkan dalam beberapa format. Ada
empat bentuk atau jenis perangkat lunak pembelajaran dengan bantuan komputer, yaitu
latihan dan praktik (drill and practice), tutorial, simulasi, dan pengajaran dengan
instruksi komputer.
4. Model Pembelajaran Berbasia Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah berbagai masalah sebagai titik tolak (starting
point) pembelajaran. Masalah tersebut adalah masalah yang memenuhi konteks dunia
nyata baik yang ada didalam buku teks maupun dalam sumber lain seperti peristiwa yang
terjadi dilingkungan sekitar, peristiwa dalam keluarga atau kemasyarakatan untuk
belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
MIPMIPA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2013 : 127 - 136
131
Abbas (2000) menjelaskan bahwa pelaksanaan model PBM berbasis multimedia
terdiri dari lima langkah proses pembelajaran seperti ditunjukan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran
No
1
Indikator
Proses
orientasi
peserta didik pada
masalah
2
Mengorganisasi
peserta didik
3
Membimbing
penyelidikan individu
maupun kelompok
4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
5
Menganalisis
dan
mengevaluasi proses
dan hasil pemecahan
masalah
Kegiatan Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistic yang diperlukan, memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah dan
mengajukan masalah
Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok,
membantu
peserta
didik
mendefinisikan
dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen
dan penyekidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapakan laporan, dokumentasi atau model
dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesame
temannya
Guru menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil
pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu
peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka
lakukan.
METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang
berlangsung pada bulan Maret s/d April 2012 pada Kelas XI I
SMA Negeri 9 Kendari.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI I
semester genap SMA Negeri 9
Kendari yang terdaftar tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 48 orang. Penetapan
kelas XI I
sebagai subjek penelitian didasarkan dari hasil observasi peneliti yang
menunjukkan bahwa kelas tersebut memiliki rata-rata nilai rapor semester ganjil
terendah (KKM yang dicapai sebesar 62,50%).
3. Faktor yang Diselidiki
Adapun beberapa faktor-faktor yang diselidiki adalah sebagai berikut:
1) Faktor siswa: meliputi daya serap berupa hasil belajar kognitif yaitu hasil pelaksanaan
tugas, mengerjakan soal yang diukur dari jawaban soal tes. Rasa ingin tahu siswa
diukur dari keaktifan dalam proses belajar mengajar dan intensitas pertanyaan
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi I SMA Negeri 9 Kendari
(La Rudi dan La Ode Ibrahim)
132
sebagai hasil belajar afektif serta rasa puas dan pendapat siswa selama pembelajaran
diukur dengan pedoman wawancara dengan menggunakan angket setelah penelitian.
2) Faktor guru: meliputi sejauhmana materi pelajaran dipersiapkan dan bagaimana
teknik
yang
digunakan
oleh
guru
dalam
menerapkan
model
PBM
dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia.
3.
Desain Penelitian
Sebagaimana penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini diawali dengan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi dan seterusnya
sampai
perbaikan
atau
peningkatan
yang
diharapkan
tercapai.
Penelitian
ini
dilaksanakan dalam beberapa silkus hingga mencapai indikator penelitian yang telah
ditetapkan.
4. Data dan Teknik Pengambilan Data
Sumber data penelitian ini berasal dari guru dan siswa. Data diperoleh dan
dikumpulkan dari hasil belajar siswa yang diambil dengan memberikan tes kepada siswa.
Situasi
belajar
mengajar
pada
saat
dilaksanakannya
tindakan
diambil
dengan
menggunakan lembar observasi. Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang
digunakan diambil dari kuesioner yang disebarkan.
Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama siswa yang akan
menjadi sampel penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai mid pelajaran kimia
semester II siswa kelas XI IA1 sebagai data awal.
2) Observasi
Lembar observasi berisi tentang penilaian aspek afektif dan psikomotorik siswa
serta penilaian indikator PBM. Pada observasi aspek afektif dan psikomotorik, lembar
observasi yang disediakan oleh peneliti diisi oleh observer pada pertemuan pertama
dan kedua berlangsung, sedangkan lembar observasi penilaian indikator PBM diisi
pada saat pertemuan ketiga berlangsung.
3) Angket
Angket
digunakan
untuk
mengetahui
tanggapan
siswa
mengenai
pembelajaran berbasis multimedia pada pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa materi larutan
penyangga pada Siklus I, menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa pada Siklus I
adalah sebesar 3 yang berkategori baik. Pada siklus I beberapa aktivitas siswa tergolong
MIPMIPA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2013 : 127 - 136
133
kurang dimana siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran PBL diantaranya:
Memberikan jawaban tentang pertanyaan yang berkaitan identifikasi larutan penyangga
atau bukan larutan penyangga kepada
guru,
berdiskusi dengan kelompoknya dalam
memecahkan masalah tentang sifat dan cara kerja larutan penyangga, membaca dan
menyelesaikan masalah yang ada pada LKS yang disajikan dan Bekerjasama dalam
merencanakan dan menyiapkan karya berupa laporan. Hal ini dikarenakan siswa tidak
terbiasa berdiskusi dalam memecahkan masalah.
Dari hasil observasi terhadap aktivitas guru selama mengajar pada siklus ini,
terlihat ditemukan bahwa aktivitas guru pada siklus ini guru kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban tentang sifat dan cara kerja larutan
penyangga kepada guru, berdiskusi dengan kelompoknya dalam memecahkan masalah,
membaca dan menyelesaikan masalah yang ada pada LKS yang disajikan dan bekerjasama
dalam merencanakan dan menyiapkan karya berupa laporan. yang belum dimengerti dari
materi yang baru dipelajari; memberi contoh. Untuk mengatasi persoalan tersebut, peneliti
bersama
observer
melakukan
analisis
dan
refleksi
terhadap
faktor-faktor
yang
menyebabkan kurangnya intensitas beberapa aktivitas siswa maupun aktivitas guru
dalam model pembelajaran ini dan disepakati adanya beberapa kelemahan guru dalam
mengelola model pembelajaran PBL di kelas khususnya materi pokok larutan penyangga,
yakni dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Refleksi antara observer dan analisis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan
kurangnya intensitas beberapa aktivitas siswa maupun aktivitas guru
Kegiatan Refleksi Pembelajaran
Tindak Lanjut
Hasil Tindak Lanjut
NO
Temuan Kelemahan PBM Hasil
Perbaikan Pertemuan
Perbaikan Pertemuan
Observasi di Pertemuan ke-1
ke-2
ke-2
 Siswa kurang memberi contoh dan  Lebih
memotivasi  Memotivasi siswa pada
menjelaskan
beberapa
tentang siswa
dalam masing-masing
1.
konsep larutan penyangga
menjelaskan
konsep kelompok
dalam
larutan penyangga
menjelaskan
konsep
yang diajarkan
 Siswa kurang berdiskusi dengan  Mendorong
siswa  Mendorong seluruh
kelompoknya dalam memecahkan berdiskusi
dalam siswa dalam berdiskusi
2.
masalah mengenai identifikasi sifat kelompoknya
dalam
dan cara kerja larutan penyangga memecahkan masalah
serta prinsip larutan penyangga.
 Guru kurang memberi kesempatan  Memberi kesempatan  Guru lebih memberi
kepada siswa
untuk bertanya kepada siswa untuk kesempatan pada sisws
tentang
penyelesaikan masalah bertanya
tentang untuk bertanya tentang
3.
yang ada pada LKS yang telah penyelesaian masalah hal
yang
kurang
disajikan
yanga ada pada LKS
dimengerti

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi I SMA Negeri 9 Kendari
(La Rudi dan La Ode Ibrahim)
134
NO
4.
Kegiatan Refleksi Pembelajaran
Tindak Lanjut
Temuan Kelemahan PBM Hasil
Perbaikan Pertemuan
Observasi di Pertemuan ke-1
ke-2
 Siswa kurang Bekerjasama dalam  Lebih mendorong
merencanakan dan menyiapkan
dan memotivasi
karya berupa laporan yang belum
siswa untuk
dimengerti dari materi yang baru
berkerjasama dalam
dipelajari
menyiapkan karya
berupa laporan yang
belum dimengerti
dari materi yang
baru diajarkan
Hasil Tindak Lanjut
Perbaikan Pertemuan
ke-2
 Siswa mulai aktiv dan
berkerjasam dalam
menyiapkan hasil
diskusinya

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil analisis dan refleksi tersebut, guru memperbaiki cara
mengajarkan materi larutan penyangga yang sesuai dengan model pembelajaran PBL dan
memperbaharui aktivitas yang masih kurang, baik secara kualitas maupun kuantitasnya
pada siklus II. Sehingga diharapkan pada pertemuan selanjutnya diperoleh peningkatan di
semua satuan aktivitas pembelajaran. Hal ini berdampak positif pada siklus I pertemuan
kedua dimana, aktivitas siswa maupun aktivitas guru mengalami peningkatan pada tiap
petemuan dikarenakan guru sudah mulai memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada
pada tiap pertemuan. Sementara itu, aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke-2 terlihat
kemajuan pelaksanaan pembelajaran namun secara umum pengelolaan
waktu sudah
semakin baik dan pembelajaran mulai berpusat kepada siswa. Hal tersebut disebabkan
karena guru sudah mulai memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan
pertama. Berdasarkan analisis data, pemberian tindakan pada siklus I .menunjukkan
bahwa dari 48 orang siswa hanya 32 orang siswa yang memperoleh nilai ≥72 dengan nilai
rata-rata 80, artinya ketuntasan hanya berada pada 66.67% Nilai ini masih kurang dari
75% (ketuntasan yang ingin dicapai) walaupun secara nilai rata-rata kelas sudah mencapai
80. Hasil belajar siswa pada siklus I belum dikatakan memenuhi kriteria ketuntasan
minimal yaitu 75% siswa memperoleh nilai 72 pada saat evaluasi, dimana masih terdapat
3 orang tergolong kategori buruk (6.25%), 2 orang tergolong kategrori kurang sekali
(4.17%), 11 orang tergolong kategori kurang (22.92%), 7 orang tergolong kategori cukup
(14.58%), 13 orang tergolong kategori baik (27.1%) dan 12 orang tergolong kategori baik
sekali (25%). Hal ini disebabkan karena kurangnya intensitas beberapa aktivitas siswa
maupun aktivitas guru dalam model pembelajaran Probel Based Learning (PBL) di kelas.
Untuk mengatasi banyaknya kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan siklus
I, guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran pada siklus berikutnya dan
meningkatkan hal-hal yang dianggap kurang. Untuk itu, guru harus lebih mengaktifkan
siswa terutama dalam bertanya, berdiskusi dalam memecahkan masalah sesuai refleksi
MIPMIPA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2013 : 127 - 136
135
pada siklus I. Maka pada siklus II akan dilakukan tindakan yamg merupakan
penyempurnaan dan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul pada
siklus I. Pembelajaran pada siklus II diberikan perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus
sebelumnya.
Pada pelaksanaan siklus II, hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari
siklus sebelumnya yaitu rata-rata tiap pertemuan pada siklus II 4 atau sebesar 100%
(kategori baik sekali) dikarenakan mulai siswa aktif dalam nengikuti pembelajaran, siswa
sudah mulai memberanikan diri mengerjakan soal-soal latihan, pembelajaran sudah mulai
berpusat pada siswa dan siswa sudah mulai mengembangkan permasalahan yang
berhubungan dengan materi sehingga ketuntasan belajar mengalami peningkatan sebesar
87.5% dan rata-rata kelas sebesar 86.58 dengan kategori buruk (0 %), 2 orang tergolong
kategori kurang sekali
(4,17%), 2 orang tergolong kategori kurang (4,17%),
8 orang
tergolpong kategori cukup (16.67%), 24 orang tergolong kategori baik (50%) dan 12 orang
tergolong kategori sangat baik (25%). Artinya dari hasil tes evaluasi 48 siswa kelas XI IA1
terdapat 42 orang siswa yang telah mencapai
≥ 72 (Kriteria Ketuntasan Mininal)
sedangkan hasil belajar kimia pada materi pokok larutan penyangga yang diperoleh guru
kimia melalui model ceramah di SMA Negri 9 Kendari pada tahun 2009/2010 rata-rata
sebesar 61,20 dan tahun 2010/2011 diperoleh rata-rata sebesar 64,25. Hal ini jauh berbeda
dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dengan model PBL, dimana dengan model
PBL dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar kimia sebesar 86,58 dibandingkan ratarata hasil belajar kimia pada tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan media berbasis multimedia melalui penerapan
model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok
bahasan larutan penyangga di SMA Negeri 9 Kendari. Dengan demikian, jawaban atas
permasalahan penelitian telah terungkap yakni pembelajaran dengan media berbasis
multimedia melalui penerapan model Problem Based Learning berhasil meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa sekaligu dapat mencapai kriteria kentutasan minimum
dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi pokok larutan penyangga.
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil-hasil analisis data penelitian dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Media berbasis multimedia melalui penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan aktivitas siswa, diamana pada setiap siklus cenderung
membaik dan meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata aktivitas siswa
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi I SMA Negeri 9 Kendari
(La Rudi dan La Ode Ibrahim)
136
pada siklus I sebesar 3 atau 75% yang termasuk pada kategori baik meningkat pada
siklus II menjadi 4 atau 100% yang termasuk pada kategori baik sekali dengan besar
peningkatan 25%
2.
Hasil belajar kimia siswa kelas XI IA1 SMA Negeri 9 Kendari pada materi pokok
larutan penyangga dapat ditingkatkan dengan media berbasis multimedia melalui
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
yang diperoleh setiap individu cenderung mengalami peningkatan dari siklus I sampai
siklus II sebesar 20.83% dari 68% menjadi 84,75%
Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyampaikan
beberapa saran berikut:
1.
Bagi guru matapelajaran kimia, khususnya guru kimia SMA Negeri 9 Kendari yang
yang berkolaborasi dengan peneliti agar selalu menerapkan pembelajaran berbasis
multimedia melalui penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran
kimia untuk mengatasi banyaknya siswa –siswi yang pasif dalam pembelajaran serta
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sains.
2.
Bagi peneliti selanjutnya atau pengajar yang akan menerapkan pembelajaran berbasis
multimedia melalui penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran
kimia untuk memperhatikan setiap tahap dalam model Problem Based Learning
dengan melihat tingkat kognitif soal yang akan digunakan sehingga diharapkan hasil
yang diperoleh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2007.Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, A.2006. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Anurrahman.2009. Belajar dan Pembelajaran. Pontianakn: Alfabeta.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreati & Inovatif. Jakarta:Av Published.
Djamarah, et al.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rinekacipta.
Sudjana,N.2006.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung.
--------------- 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Wahyudin,dkk.2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa.
Jurnal. Pendidikan. Fisika. Ind., Vol. 6, No. 32 1, Januari 2010
MIPMIPA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2013 : 127 - 136
Download