Oleh : Nurul Hikmah Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum internasional (publik) keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara. Hukum perdata internasional keseluruhan kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara International law Public international law Law of nations Inter state law Transnational law istilah ini digunakan oleh pakar yang tidak setuju pada pembagian hukum internasional public dan hukum internasional perdata. Yaitu prinsip dan kaidah yang mengatur hubungan hukum antara subjek-subjek hukum dan bersifat lintas batas negara. Sifatnya koordinatif bukan sub-ordinatif Hubungan internasional yang diatur oleh hukum internasional dilandasi oleh persamaan kedudukan antar anggota masyarakat bangsa-bangsa. Tidak ada badan supranasional ataupun pemerintahan dunia (world government) yang memiliki kewenangan membuat dan memaksakan berlakunya aturan internasional. Organisasi terbesar dengan anggota hampir 200 negara Mengurus masalah politik, ekonomi, keamanan & hukum Dipimpin oleh SEKJEN Memiliki Mahkamah Internasional International Law Commission (ILC) bilateral universal multilateral trilateral regional Austin : - bukan hukum sesungguhnya - menurutnya utk dikatakan sebagai hukum harus memenuhi dua unsur : > badan legislatif > aturan yang dipaksakan - positif morality Oppenheim : - menurutnya, really law memenuhi tiga syarat: adanya aturan hukum, adanya masyarakat internsional, adanya jaminan pelaksanaan dari luar (external power). - menurutnya hukum internasional adalah hukum yang lemah (weak law) Para pakar HI modern menyatakan bahwa hukum internasional adalah hukum yang sesungguhnya bukan sekedar positive morality. Bilamana HI merupakan kaidah moral tidak ada external power kesadaran subjek hukum. Dari pendapat Dixon: 1. HI bnyk dipraktekkan oleh pejabat2 LN, foreign offices, pengadilan nasional dan organisasi internasional 2. negara2 yg melanggar HI dlm praktek tdk mengatakan bhw mrk melanggar hukum krn HI tdk mengikat mrk. 3. Mayoritas negara mematuhi HI 4. Adanya lembaga2 penyelesaian hukum sprt arbritase dan berbagai pengadilan internasional yg menggunakan argumentasi2 hukum dlm penyelesaian sengketa yg ditanganinya 5. Dlm praktek HI dpt diterima kedalam hukum nasional negara2. tidak ada satu negarapun dlm membuat hukum nasionalnya tanpa melihat kaidah HI yg ada. HI meskipun mengalami perkembangan namun masih etnosentris, berpihak pada kepentingan negara-negara barat dan negara-negara maju. Hukum bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sbg alat untuk mencapai suatu kepentingan. Pengubah konsep Sarana Intervensi urusan domestik Alat penekan Oleh: Nurul Hikmah Dalam HI ada 2 pasal yg mencantumkan sec tertulis sumber hukum dlm arti formil : 1. konvensi Den Haag XII tgl 18 okt 1907 mendirikan Makamah Internsn Perampasan kapal di laut (Internasional Prize Court). 2. pasal 38 Piagam Mahkamah Internasnl Permanen tgl 16 des 1920 yg kmd diterima berlakunya piagam PBB tgl 26 jun 1945 Pasal 38 ayat 1 : dlm mengadili perkara yg diajukan, Mahkamah Internasional akn mempergunakan: Perjanjian Internasional (treaty) Kebiasaan Internasional (Internasional Custom) Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) Sumber hukum tambahan Keputusan badan organisasi dan lembaga internasional Menurut Konvensi wina Pasal 2 1969, Perjanjian Internasional (treaty) didefinisikan sebagai: “Suatu Persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh hukum internasional, apakah terdiri dari satu instrumen atau lebih dan apapun nama yang diberikan.” Konvensi Wina 1969 dapat digunakan trhdp sengketa mengenai perjanjian yg dibentuk negara dg negara dan bentuknya tertulis. Konvensi Wina 1986 utk sengketa yg pihaknya bukan negara melainkan organisasi internasional. Men. Dixon: hukum yang berkembang dari praktek/ kebiasaan negara-negara. Merupakan HI sumber hukum tertua dalam HI tumbuh dan berkembang melalui kebiasaan negara-negara. Hukum kebiasaan internasional berbeda dengan hukum adat istidat (usage) atau kesopanan internasional (international community) ataupun persahabatan (friendship) Praktek negara-negara yang tidak diterima sebagai hukum kebiasaan mrp kesopanan internasional 1. Memenuhi dua unsur hukum kebiasaan intenasional secara kumulatif a. Unsur faktual adanya praktek umum negara, berulang-ulang dan dlm jangka waktu lama b. Unsur psikologis bersifat abstrak dan subjektif 2. Perubahan hukum kebiasaan internasional Suatu hukum kebiasaan baru (new customary law) dapat menggantikan hukum kebiasaan lama bila ada praktik negara yang bertentangan dg hukum kebiasaan yg sudah ada di dukung oleh opinio jurist 3. Hubungan antara hukum kebiasaan dengan perjanjian internasional Oleh: Nurul Hikmah HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL HI-HN MERUPAKAN SATU KESATUAN HUKUM/TERPISAH SATU SAMA LAIN? Aliran monisme • Aliran monisme primat HI • Aliran monisme primat HN Aliran Dualisme • Dua sistem hukum yg berbeda antara satu dg yg lain. MEN. ALIRAN MONISME: HI dan HN merupakan dua kesatuan hukum dari satu sistem hukum yg lebih besar yaitu hukum pada umumnya. Kemungkinan terjadinya konflik antar keduanya sangat besar sekali karena terletak dalam satu sistem hukum Muncul persoalan hirarki antara HN-HI yg melahirkan beberapa sudut pandang yang berbeda PANDANGAN MONISME DG PRIMAT HN: Aliran ini pernah kuat di Jerman dg nama madzhab Bonn yg diikuti oleh Max Wenzel HI merupakan lanjutan HN Pd hakikatnya HI bersumber pd HN oleh karena itu HN kedudukannya lebih tinggi dr pd HI PANDANGAN MONISME DG PRIMAT HI: HN bersumber pada HI men. Pandangannya mrp suatu perangkat ketentuan hukum yang hirarkis lebih tinggi Kekuatan mengikatnya HI thdp HN berdasarkan suatu pendelegasian wewenang dari HI Paham ini dikembangkan oleh madzhab Vienna dan didukung oleh aliran yg berpengaruh di Perancis Kelemahan-kelemahan: 1. ada pandangan bhw HN bergantung pd HI. Hal itu bertentangan dg sejarah bhw HN telah ada sebelum adanya HI 2. wewenang suatu negara sepenuhnya adalah wewenang HN Kesimpulan : pada hakikatnya HI mrp suatu perangkat hukum yg mengatur kehidupan antar negara dan tunduknya negara pd HI mrp persoalan hubungan subordinasi dalam arti struktural organis. ALIRAN DUALISME Pernah berpengaruh di Jerman dan Italia Pemuka aliran ini: Triepel dan Anzilotti Aliran ini mengemukakan bhw antara HI-HN mrp dua sistem hukum yg berbeda, perbedaanny pada: -sumber -subjek -HN memiliki integritas yg lebih sempurna dibandingkan dg HI PRAKTEK HN DI DEPAN PENGADILAN INTERNASIONAL: Suatu negara tidak dapat menggunakan HN nya yg bertentangan dg HI sbg alasan utk menjustifikasi pelanggaran HI yg dilakukan pada pihak lain Suatu negara tidak dapat menggunakan alasan ketiadaan HN-nya utk menjustifikasi pelanggaran HI yg dilakukan pada pihak lain Tanggung jawab internasional timbul hanya ketika negara gagal utk memenuhi kewajiban internasional HN dpt diajukan di Pengadilan Internasional apabila tidak bertentangan dg HI teori oposabilitas HN dpt diajukan di Pengadilan Internasional sbg bukti adanya praktek hukum kebiasaan internasional Pengadilan Internasional dpt memberikan putusan bahwa suatu HN tdk cukup memenuhi kewajiban HI. Demikian pula pengadilan internasional tidak berhak menyatakan bahwa HN mrp negara valid atau invalid krn menyangkut urusan domestik negara yg bersangkutan. HUKUM INTERNASIONAL DI DEPAN PENGADILAN NASIONAL Status dan perlakuan terhadap HI berbedabeda dalam praktek antara satu negara dg yg lain. Mayoritas negara memiliki konstitusi tertulis atau document sbg ketentuan yg fundamental bgmn HI di depan pengadilan nasional ADA DUA PRAKTEK YG DIIKUTI OLEH BANYAK NEGARA: Doctrine of incorporation Doctrine of transformation • HI berlaku otomatis mjd bagian HN tanpa adopsi sebelumnya • Perjanjian yg sdh diratifikasi akn mengikat lgsg pd warga negara • HI menjadi HN setelah diimplementasikan dlm HN lebih dahulu EKSISTENSI HI TERHADAP HN: 1. HI akan lebih efektif bila ditransformasikan ke dalam HN 2. HI akan menjembatani HN ketika tidak dapat diterapkan di wilayah negara lain 3. HI akan mengharmonisasikan perbedaanperbedaan dalam HN 4. HI banyak tumbuh dari praktek HN negaranegara 5. Prescription Jurisdiction negara memiliki kewenangan membuat aturan perundang2an dlm HN-ny namun tidak bisa lepas dari aturan HI WILAYAH Oleh: Nurul Hikmah Wilayah merupakan atribut yg sangat penting bagi eksistensi suatu negara. Negara memiliki hak-hak untuk melaksanakan kedaulatan atas orang, benda juga peristiwa atau perbuatan hukum yang terjadi di wilayahnya. Negara wajib mengatur wilayahnya sendiri. Di atas wilayahnya, negara wajib untuk tidak menggunakan tindakan-tindakan yang merugikan negara lain serta tidak membahayakan perdamaian dan keamanan internasional (pasal 7 Draft Deklarasi PBB tentang hak-hak dan kewajiban negara 1949). UU NO.43 TH. 2008 MENGATUR WILAYAH NEGARA INDONESIA DG TUJUAN: Menjamin keutuhan wilayah negara, kedaulatan negara dan ketertiban di kawasan perbatasan demi kepentingan kesejahteraan segenap bangsa 2. Menegakkan kedaulatan dan hak-hak berdaulat 3. Mengatur pengelolaan dan pemanfaatan wilayah negara dan kawasan perbatasan, termasuk pengawasan batas-batasnya. 1. UU No. 43 menetapkan bahwa wilayah negara Indonesia meliputi wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya termasuk wilayah sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Daratan suatu negara terdiri dari: Darat (bagian wilayah yang kering) Sungai Perairan daratan Danau DARATAN SUATU NEGARA Merupakan daratan awal suatu negara atau wilayah tambahan negara tersebut Luas daratan awal ditentukan oleh tindakan atau pernyataan sepihak suatu negara ketika memproklamirkan kemerdekaannya Atau ditentukan oleh perkembangan setelah negara itu terbentuk sbgmn terjadi pada Israel dan Polandia yg wilayah daratan awalnya belum pasti saat merdeka. Perjanjian internasional pada umumnya di buat oleh negara untuk mengatur masalah perbatasan wilayahnya di darat. Indonesia memiliki perbatasan wilayah darat dg tiga negara, yaitu Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini. Disamping daratan awal, dalam Hukum Internasional dikenal adanya wilayah tambahan yang berdasarkan teoriteori hukum internasional klasik yg dapat diperoleh suatu negara dg cara-cara berikut : 1. OKUPASI ATAU PENDUDUKAN Merupakan perolehan atau penegakan kedaulatan atas wilayah yang terra nulius Yaitu wilayah yang sebelumya belum pernah diletakkan di bawah kedaulatan suatu negara. Unsur-unsur yg harus terpenuhi oleh tindakan okupasi: Adanya penemuan terhadap wilayah terra nulius Adanya kehendak dari Harus di wujudkan dalam negara yg menemukan tindakantindakan yg wilayah baru utk ditempatkan efektif (prinsip di bawah efektivitas) kedaulatannya Unsur penemuan unsur objektif. Unsur kehendak yang diwujudkan dengan tidakan-tindakan nyata unsur subjektif. Terpenuhinya unsur penemuan merupakan unsur pendahuluan bagi keabsahan tindakan (enchoate title ). Tindakan-tindakan efektif dalam okupasi tampak dari beberapa putusan pengadilan Internasional seperti Palman Case, Clipperton Island Case Eastern Greenland Case, juga Sipadan Ligitan. Bagaimana kriteria tindakantindakan dalam pelaksanaan prinsip evektifitas ? Tindakan efektivitas dalam klaim okupasi adalah tindakan administrasi bukan tindakan kekerasan. Okupasi berasal dari bahasa Romawi Occupatio yang artinya administrasi. Bukan okupasi dari kata Occupation (bahasa Inggris) yang mengandung arti pendudukan yang di dalamanya ada unsur kekerasan militer. Besar kecilnya pulau Jauh tidaknya pulau yg diklaim Sulit tidaknya medan yg hrs ditempuh Tindakan yg dilakukan negara utk mengklaim hak okupasi: Banyak tidaknya kekayaan alam di pulau tsb. 2. ANEKSASI ATAU PENAKLUKAN penggabungan suatu wilayah negara lain dg kekerasan atau paksaan ke dalam wilayah negara yg mengaksesasi. Syarat atau unsur terjadinya perolehan wilayah dg aneksasi wilayah benar-benar telah ditaklukkan serta adanya pernyataan kehendak secara formal oleh negara penakluk utk menganeksasinya. ANEKSASI MRP TINDAKAN YG BERTENTANGAN DG HI. HAL INI DI SEBUTKAN OLEH: Kellog Briand Pact 1928 yg melarang peran sebagai instrumen kebijakan suatu negara. Pasal 2 (4) Piagam PBB melarang tindakan mengancam / menggunakan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara lain Deklarasi prinsip-prinsip HI tentang hubungan baik dan kerjasama antar negara 1974 wilayah suatu negara tidak bisa dijadikan objek perolehan oleh negara lain dg cara ancaman / penggunaan kekuatan. 3. AKRESI Merupakan cara perolehan wilayah baru dg proses alam (geografis) terhadap wilayah yg sudah ada di bawah kedaulatan suatu negara. Proses atau kejadian alam terjadi perlahanlahan, bertahap seperti endapan-endapan lumpur yg membentuk daratan, ataupun mendadak seperti pemindahan tanah. Perolehan wilayah atas alas hak akresi tidak memerlukan tindaan resmi atau formal seperti pernyataan resmi dari negara yg bersangkutan. 4. PRESKRIPSI perolehan wilayah oleh suatu negara akibat pelaksanaan secara damai kedaulatan de facto dalam jangka waktu yang lama atas wilayah yg sebenarnya de jure masuk wilayah negara lain. BEBERAPA SYARAT PRESKRIPSI MEN. FAUCHILLE & JOHNSON YG DIKUTIP OLEH IAN BROWNLIE SBB: Kepemilikan harus memperlihatkan suatu kewenangan / kekuasaan negara dan wilayah tsb, tidak ada negara lain yg mengklaimnya. Kepemilikan hrs berlangsung secara terus menerus dan damai, juga tdk ada negara lain yg mengklaimnya. Kepemilikan hrs bersifat publik hrs diumumkan dan diketahui oleh pihak lain. 5. CESSIE cara perolehan tambahan wilayah melalui proses peralihan hak dari suatu negaraa ke negara lain. Cessie dapat dilakukan dg sukarela maupun dg kekerasan Pada umumnya kekerasan dilakukan akibat kalah perang. Pihak yg kalah dipaksa untuk menyerahkan sebagian wilayahnya kepada pihak pemenang melalui perjanjian Internasional. CESSIE DAPAT DILAKUKAN DG CARA: Jual beli penjualan Alaska oleh Rusia pada AS th 1867. Denmark menjual bbrp daerahnya di West Indies pd Amerika pd th 1916. Tukar menukar penukaran Helgoland dg Zanzibar oleh Jerman dan Inggris tahun 1890. Penyewaan penyewaan oleh Cina pada Inggris selama 99 th (1898-1997) Penyerahan penyerahan Elsace-Lorraine pada 1871 oleh Perancis pada Jerman akibat kalah perang yg kmd dikembalikan pd th 1919. Pada cessie beralih semua hak-hak berdaulat yg terkandung dlm wilayah yg diserahkan. Dan suatu negara yg melakukan penyerahan wilayah tidak dpt mengalihkan lebih dr pd wilayah di mana ia telah melaksanakan kedaulatannya. 6. REFERENDUM Cara ini mrp cara perolehan tambahan wilayah yang modern. Referendum (pemungutan suara) mrp implementasi atau tindak lanjut dari keberadaan hak menentukan nasib sendiri (self determination right) dalam HI. Proses referendum yg sah dilakukan secara langsung one man one vote dg dipantau lembaga internasional yg sah. Proses jajag pendapat yg dilakukan oleh Timor timur 1999 untuk memintai pendapat rakyat apakah mau merdeka ataukah tetap berintegrasi dg Indonesia? Kasusnya dikawal oleh UNTAET. Oleh: Nurul Hikmah Wilayah laut adalah laut beserta tanah yg ada di bawahnya. Tanah di bawah laut terdiri dari dasar laut & tanah di bawah dasar laut Wilayah laut terbagi atas wilayah yg dikuasai oleh negara (negara pantai) dg laut yg tdk dikuasai oleh negara. Konvensi PBB tentang hukum laut 1982 (UNCLOS 1982) melahirkan delapan zonasi pengaturan (regime) hukum laut, yaitu: Perairan yg berada pada sisi darat (dalam) dari garis pangkal yg dipakai utk menetapkan laut teritorial suatu negara. Di kawasan ini negara memiliki kedaulatan mutlak seperti kedaulatan negara di daratan tanpa adanya pembatasan oleh HI dlm bentuk kwjbn utk memberikan jaminan hak lintas damai bg kapal asing Pada prinsipnya tidak ada hak lintas damai di kawasan ini, kecuali kawasan perairan pedalaman yg terbentuk krn penarikan garis dasar lurus. Batas terluar dari perairan pedalaman bg suatu negara pantai biasa adlh garis pangkal. Sedangkan bagi negara kepulauan berlaku suatu ketentuan khusus bhw perairan pedalaman dpt ditetapkan dg menarik suatu grs penutup pd mulut sungai, teluk, pelabuhan yg berada pd perairan kepulauannya. Laut yg terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi dari 12 mil laut. Di kawasan ini kedaulatan negara penuh trmsk atas ruang udara di atasnya. Hak lintas damai diakui bagi kapal-kapal asing yg melintas Hak lintas damai adalah menurut konvensi Hukum Laut 1982 hak untuk melintas secepat-cepatnya tanpa berhenti dan bersifat damai tidak mengganggu keamanan dan ketertiban negara pantai. Tidak menggunakan kekerasan yg melanggar integritas wilayah Tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan Kegiatan penelitian Tidak melakukan latihan militer tanpa seizin negara pantai Tdk melakukan aktifitas yg menimbulkan pencemaran Kegiatan yg mengganggu sistem komunikasi Tidak melakukan kegiatan yg melanggar keamanan ketertiban negara pantai Tidak melakukan bongkar muat komoditas, penumpang, mata uang yg melanggar aturan customs, fiscal & immigration Kapal-kapal selam hrs tampak dari permukaan serta menunjukkan bendera negaranya Tidak melakukan tindakan propaganda melanggar keamanan ketertiban negara pantai Tidak melakukan peluncuran dan pendaratan dari atas kapal tms kapal militer Selama kurang lebih setengah abad lebar laut teritorial mjd objek pertentangan antara negara, dg variasi tuntutan antara 3 sampai dg 200 mil laut. Batas terluar laut teritorial akan disesuaikan dg lebar laut teritorial yg dipilih oleh masing2 negara. Adanya perubahan lebar laut teritorial dari 3 mjd 12 mil sbgian besar dari selat yg biasa digunakan utk pelayaran internasional berubah statusnya mjd bagian laut teritorial bahkan ada yg mjd bag dari perairan pedalaman. Di luar laut teritorial, suatu jalur / zona yg berbatasan dgnya disebut jalur / zona tambahan. Laut yg terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi batas 24 mil laut dari garis pangkal. Negara pantai dpt melaksanakan pengawasan yg diperlukan utk mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangannya di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi dan perikanan. Meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya (seabed and subsoil) dari area di bawah permukaan laut yg terletak di luar laut teritorial – hingga jarak 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur. Negara pantai mpy hak-hak berdaulat utk melakukan kegiatan2 eksplorasi dan eksploitasi dari kekayaan alam yg terkandung di dalamnya. Batas terluar ZEE tidak boleh melebihi 200 mil laut, diukur dr garis pangkal yg sama yg dipakai utk mengukur lebar laut teritorial. Di zona ini negara memiliki hak-hak berdaulat yg eksklusif utk keperluan eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan alam serta yurisdiksi terhadap: - pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan - riset imiah kelautan - perlindungan & pelestarian lingkungan laut. Pasal 55 konvensi hukum laut 1982 menetapkan bhw pd suatu jalur laut yg terletak di luar dan berdampingan dg laut teritorialnya yg dinamakan zona ekonomi eksklusif, suatu negara mpy hak2 berdaulat dan yurisdiksi khusus utk memanfaatkan kekayaan alam yg berada pd jalur tsb tms pd dasar laut dan tanah dibawahnya. Setiap neg pantai memiliki hak2 berdaulat utk eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati yg terkandung dlm zona ekonomi eksklusif yg terletak di luar dan berbatasan dg laut teritorial. Di ZEE negara2 lain tetap memiliki kebebasan utk berlayar dan terbang di atasnya, serta utk memasang kabel dan pipa di dasar lautnya. Tidak dapat diletakkan di bawah kedaulatan yg dikuasai oleh suatu negara manapun Kawasan laut lepas berlaku sbg prinsip kebebasan dalam batas-batas HI. Di laut lepas, setiap negara biak neg pantai/neg tdk berpantai dpt menikmati kebebasan2 di laut lepas (freedom of the high seas) Seperti kebebasan berlayar, penerbangan, memasang kabel dan pipa, pembuatan pulau buatan, kebebasan menangkap ikan dan penelitian ilmiah. Kebebasan utk menangkap ikan di bag laut lepas dihapuskan sampai dg batas 200 mil laut dr garis pangkal yg skrg diberi status sbg zona ekonom eksklusif. kawasan dasar laut yang tidak terletak di dalam yurisdiksi negara manapun. Satu kemajuan yang sangat berarti di peroleh oleh negara-negara berkembang di kawasan ini karena diakuinya prinsip warisan bersama umat manusia (common heritage of mankind) serta terbentuknya badan otorita hukum laut internasional sbg tindak lanjutnya Oleh: Nurul Hikmah Subjek-subjek HI seharusnya memiliki kecakapan-kecakapan hukum internasional utama untuk mewujudkan kepribadian hukum internasionalnya 1. mampu menuntut hak-haknya didepan pengadilan internasional (dan nasional) 2. menjadi subjek dari beberapa atau semua kewajiban yg diberikan oleh HI 3. mampu membuat perjanjian internasional yg sah dan mengikat dlm HI 4. menikmati imunitas dari yurisdiksi pengadilan domestik subjek HI dlm arti yg klasik dan telah ada sejak lahirnya HI Hingga skrg msh ada anggapan bhw HI pd hakikatnya adlh hukum antarnegara. 1) a defined territory 2) a permanent population 3) government 4) capacity to enter into relations with other states Suatu wilayah yg pasti (fixed teritory) mrp persyaratan mendasar. Tidak ada persyaratan dlm HI bahwa semua perbatasan sdh final dan tdk memiliki sengketa perbatasan lg dg negara-negara tetangga baik pd wkt memproklamirkan diri sbg negara baru. HI tdk mensyaratkan batas minimum maupun maksimum wilyh negara. Negara tdk akn exist tanpa pnddk. Tidak ada persyaratan jumlah minimum penduduk yg hrs dimiliki suatu negara HI tdk mensyaratkan penduduknya hrs homogeneus. Persyaratan utk permanent population dimaksudkan utk stable community Kriterianya merujuk pd kelompok individu yg hidup di wilayah negara ttt. pemerintah yg berdaulat, mampu menguasai organ2 pemerintahan sec efektif, memelihara ketertiban dan stabiitas dlm negeri. Pengertian bedaulat tdk dpt ditafsirkan bhw pemerintah yg bersangkutan tdk pernah diintervensi pihak manapun dlm menentukan kebijakan. Suatu negara dikatakan merdeka jika wilayahnya tdk berada dibawah otoritas berdaulat yg sah dr neg lain. kemampuan utk melakukan hub dg neg lain adlh kemampuan dlm pengertian yuridis baik berdasarkan hukum nasional maupun internsnl bukan kemampuan sec fisik. fx 1) Negara Kesatuan 2) Negara Federasi 3) Negara Konfederasi 4) Negara Persemakmuran (Commonwealth Nations) 5) Negara Mikro 6) Negara netral ( Netralized State) 7) Negara Protektorat 8) Condominium 9) Wilayah Perwalian (trust) Mrp peninggalan atau kelanjutan sejarah jaman dahulu ktk paus bukan hanyan mrp kepala gereja Roma ttp memiliki kekuasaan duniawi. Suatu subjek hukum yg keduduakannya sejajar dg negara. disebut sbg suatu entitas yg bernama “Order of the Knights of Malta”. Entitas ini diakui sbg subjek HI oleh bbrp negara sj. Hingga skrg tahta suci mpy perwakilan diplomatik d bnyk ibu kota terpenting di dunia yg sejajar kedudukannya dg wakil diplomatik neg2 lain. Hal ini tjd stlh diadakan perjanjian antara Italia dan Tahta Suci pd tgl 11 febr 1929 yg mengembalikan sebidang tanah di Roma kpd Tahta Suci dan memungkinkan didirikannya vatikan. Orgnss ini sbg suatu subjek hukum yg lahir krn sejarah namun kedudukannya diperkuat dlm perjanjian konvensi palang merah skrg mjd konvensi Jenewa th 1949 ttg Perlindungan Korban Perang Hingga kini PMI diakui sbg organisasi internasional yg memiliki kddkn sbg subjek HI wlpn dg ruang lingkup yg sngt trbts. Kedudukan Orgnss Intrnsnl sbg subjek HI tdk diragukn lg mskpn pd mulanya blm ada kepastian mengenai ha ini. Orgnss Intrnsnl sprti PBB dan ILO mpy hak dan kwjbn yg ditetapkan dlm konvensi2 intensnl yg mrp semacam anggaran dasarnya. Individu sdh lama dianggap sbbg subjek HI, antara lain trdpt: a. Perjanjian Versailles th 1919 yg mengakhiri perang dunia I antara Jerman dg Inggris dan Perancis yg didlmny trdpt pasal-pasal yg memungknkan individu mengajukan perkara ke Mahkamah Arbitrase Internasional. b. perjanjian antara Jerman & Polandia th 1922 mengenai Upper Silesia. c. Keputusan Mahkamah Internasional Permanen dlm perkara yg menyangkut pegawai kereta api Danzig d. Keptsn organisasiregional dan transnasional sprt PBB, ILO dll. Berdsrkan peradilan Nurenberg dan Tokyo 1946, individu dpt dianggap lgsg bertanggungjwb sbg individu bg kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan perang dan kejahatan trhdp perikemanusiaan. Pemberontak men. hukum perang dpt memperoleh kedudukan dan hak sbg pihak yg bersengketa (belligerent) dlm bbrp keadaan ttt. PENGAKUAN INTERNASIONAL Munculnya teori “pengakuan” memberikan dorongan kpd bangsa2 terjajah utk memperjuangkan haknya Eksistensi suatu negara berkenaan dg kemampuannya utk menyelenggarakan hubungan internasional meskipun kepastian batas wilayah blm ditentukan. Pengakuan thdp neg baru adlh suatu pernyataan/sikap dr suatu pihak utkn mengakui eksistensi entitas politik baru sbg neg baru, subjek HI dg hak2 dan kwjbn, dimana dg pengakuan berarti bhw pihak yg mengakui bersedia mlkkn hub dg pihak yg diakui. Men. J.G. Starke dlm bukunya terdapat dua teori mengenai hakikat dan fungsi dari “pengakuan” 1. teori konstitutif : hanya tindakan pengakuan yg menciptakan status kenegaraan atau melengkapi pemerintah baru dg otoritasnya di lingkungan internasional 2. teori deklaratif : status kenegaraan tdk tergantung pd pengakuan semata, pengakuan hny pengumuman resmi semata trhdp fakta yg ada Sarjana HI lain berpendapat bhw: “Pengakuan harus dilihat sifatnya, apakah bersifat membentuk menganggap pengakuan mrp unsur penting berkenaan dg status negara dlm pergaulan internasional Atau bersifat menyatakan hny mempertegas existensi negara tsb dlm pergaulan internasional. Bantahan trhdp kedua teori tsb. Teori konstitutif : mslh pengakuan bkn mrp kewajiban, tdk adanya ketentuan yg mengatur jumlah min. Negara yg mmbri pengakuan. Teori deklaratif : pengakuan hny bersifat formalitas. Existensi negara tdk ditentukan oleh ada/tdknya pengakuan dr neg lain. Contoh: negara Transkey di Afrika bag selatan Kedua teori tsb bnyk mengandung kelemahan praktis terutama dlm kaitannya antara neg baru dg neg yg menolak memberi pengakuan teori jalan tengah Teori jalan tengah hendaknya membedakan antara negara sbg pribadi internasioanal pd satu pihak dan kemampuan negara sbg pribadi internasional dlm melaksanakan hak dan kewajiban internasional. Praktek negara dlm memberi “pengakuan” Dilakukan sec tegas (express recognition) Sec diam-diam atau tersirat (implied recognition) Sec bersyarat Secara kolektif Pengakuan sec. tegas Adanya pengakuan lewat public statement, perjanjian bilateral, nota diplomatik atau pembukaan kedutaan besar di suatu negara Pengakuan sec diam-diam didasarkan tindakan pihak yg bersangkutan, shg terdpt “niat” utk memberi pengakuan Pengakuan bersyarat Adanya kwjbn yg hrs dipenuhi oleh negara yg diakui Akibatnya: apabila kwjbn tdk dipenuhi tdk akn menghapus pengakuan ttp kemungkinan neg yg mengakui memutuskn hub diplomatik sbg sanksi Pengakuan sec. kolektif pemberian pengakuan yg diberikan sekelompok neg kpd satu neg. Contoh: - Liga Arab memberi pengakuan thdp kemerdekaan RI th. 1947 - masyrkt Eropa (kongres Belrin) mengakui Bulgaria Konskuensi adanya pengakuan Status negara yg diakui sec. de jure mpy hak penuh dlm keanggotaan di masyarakat internasional. Shg neg tsb dpt menjalin hubungan diplomatik dg neg lain. Sejak pengakuan diberikan, kedua belah pihak memikul beban hak dan kewajiban huk internasional. Pengakuan thdp pemerintah baru suatu sikap, pernyataan ata kebijakan utk menerima suatu pemerintah sbg wakil yg sah dari suatu negara dan pihak yg mengakui siap melakukan hub internasional dgnya. Teori-teori yg menjelaskan pengakuan thdp pemerintah baru: 1. Teori legitimasi (Oppenheim) Pengakuan hny suatu formalitas atau kesopanan dlm hub internasional Teori ini bs diterapkan dlm kasus pergantian pemerintah yg konstitusional Di dlm praktek, teori ini tdk bs diterapkan dg mudah ktk pergantian yg trjd sec inkonstitusional, shg pemerintah yg baru sering mengalami kesulitan manakala neg neg lain menolak utk mengetahui eksistensinya 2. Teori Defacstoism Banyaknya kudeta yg trjd di negara2 khususnya kwsn Amerika Latin, Afrika dan Asia, Thomas Jefferson mencoba utk memberikan penilaian yg obyektif thdp kriteria pemerintah yg lahir sec inkonstitusional utk layak diakui. Parameternya: - menguasai sec efektif organ2 pemerintahan yg ada - mendpt dukungan dr rakyat 3. Teori Legitimasi Konstitutif Men. Tobar ktk trjd pergantian pemerintah sec inkonstitusional sebaiknya pengakuan diberikan stlh pemerintah baru mndpt legitimasi konstitusional dlm huk Nas Neg stmpt. 4. Teori Stimson Men Stimson: pengakuan tdk perlu diberikan trhdp pemerinth baru yg lahir dr kudeta Teori ini mencegah tjd nya kudeta suatu negara krn akn menimbulkan ketidakadilan pemerintah yg berkuasa yg memiliki sifat otoriter, kejam dan membuat rakyat menderita. Tdk ada cara demokratis yg dpt digunakan rakyat utk menggulingkan rezim otoriter tsb kecuali dg kudeta.