LEGAL DUE DILIGENCE DALAM LINGKUP HUKUM

advertisement
Guyus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Administrasi Negara:
LEGAL DUE DILIGENCE
DALAM LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA:
(Studi Terhadap Permohonan Ijin Usaha)
T. Gayus Lumbuun
ABSTRACT
Legal due diligence in the scope of acquiring venture license is an act to
find information and fact required to obtain the said license. This writing
describes three problems related to due diligence in business license. First,
that business license due diligence is an act in its own right in order to form
a business venture. On the other hand, however, this kind of due diligence
can also be part of a general due diligence that will be used for, among
other things, merger and acquisition. Second, object of a due diligence for
business venture license is prescribed as conditions that have to be met by
applicant. This study shows that there is an overlapping and inconsistencies
in the said conditions. Third, an applicant of business venture license often
faces constraints in his/her endeavor to obtain license. This research is a
normative and empirical study with the characteristic of descriptive and
explanatory.
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lingkup Hukum
Administrasi Negara terdapat bentukbentuk putusan atau ketetapan
(beschikking) yang dapat dibedakan
sebagai tindakan hukum internal
dan tindakan hukum eksternal.
Salah satu contoh tindakan hukum
internal dapat adalah Keputusan
Kepala Dinas yang memberi ijin
4X|
kepada staf bawahannya berdasarkan
ketentuan peraturan yang berlaku
(bersifat) intern. Sedangkan tindakan
hukum eksternal adalah keputusan
yangdibuat untuk mengatur hubungan
diluarlingkungan Badan Administrasi
yang membuatnya, atau antara
Pemerintah dengan masyarakat.
Dalam praktek Administrasi Negara
yang penting adalah Tindakan Hukum
Ekstern yang sifatnya menyangkut
IMW Review, luikultas Hukum Uiiiversilas I'elilu Harapaii, Vol. V, No.2. November 2005
Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Dahun Lingkup Hukum Administrasi Negara:
pihak umum diluar Badan Administrasi
Negara.
Tindakan
administrasi
pemerintahan dalam memberikan
perijinan atau ijin usaha merupakan
salah satu bentuk dari tindakan hukum
ekstemal tersebut. Dalam pemberian
ijin usaha, seorang pejabat
administrasi pemerintahan melakukan
tindakan due diligence. Dalam hal ini
dapat dilihat dalam persyaratanpersyaratan yang dikeluarkan oleh
pejabat administrasi pemerintahan
dalam rangka pemberian ijin usaha.
Ijin usaha merupakan salah satu
kewajiban bagi setiappelaku usaha.
Ijin diberikan apabila pemohon telah
memenuhi persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pemeriksaan persyaratan-persyaratan
perijinan merupakan salah satu bentuk
due diligence khsusnya dalam bidang
administrasi pemerintahan.
Proses due diligence yang
terkait dengan masalah perijinan
merupakan salah satu tugas
administrasi pemerintahan dalam
rangka menfasilitasi kegiatan
perekonomian. Namun dalam
prakteknya, masalah perijinan ini
menjadi beban bagi masyarakat pada
satu sisi, dan sisi lain, tiijuan due
diligence untuk mendorong tertib
usaha bisa terhambat. Oleh karena
itu sangat dirasakan pentingnya
melakukan penelitian tentang due
diligence dalam bidang hukum
administrasi pemerintahan ini.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kedudukan due
diligence untuk ijin usaha dalam
due diligence pada umumnya
yang terjadi dalam praktek?
2.
B a g a i m a n a praktek
due
diligence
dalam
hukum
administrasi p e m e r i n t a h a n
k h u s u s n y a dalam rangka
pemberian ijin usaha ?
3.
Apakah yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan due diligence
untuk ijin usaha?
C. Tujuan dan
Kegunaan
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
I. Mengetahui kedudukan due
diligence ijin usaha usaha dalam
jenis-jenis due diligence
pada
IJIW Review, I'nkiiluis Hukum Universitas I'elilii Harapuii, Vol. V, No.2. November 2005
4X2
Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukum Administrasi
umumnya yang terjadi dalam
praktek.
2. Mengetahui praktek due
diligence dalam
hukum
administrasi pemerintahan,
khususnya dalam rangka
pemberian ijin usaha.
3. Mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi para pemohon ijin
dalam pelaksanaan due
diligence.
Sedangkan kegunaan dari
penelitian tentang tentang due diligence
dalam bidang hukum administrasi
pemerintahan ini adalah:
Pertama, kegunaan secara teoritis
dimaksudkan untuk mengembangkan
hukum administrasi pemerintahan.
Kedua, secara praktis, penelitian ini
berguna sebagai bahan masukan bagi
pemerintah dan praktisi dalam
melaksanakan
tugas
dan
kepentingannya dalam pengurusan
ijin usaha.
D. Kerangka Teori
dan
Konsepsional
Due diligelence didefenisikan:
"the care that reasonable person
exercises under the circuintances to
avoid harm to other persons or
4^1
Negara:
their property." (kehati-hatian yang
dilakukan seseorang pada umumnya
untuk menghindari kerugian terhadap
orang lain atau hartamiliknya).1 Istilah
due diligence dalam perkembangannya telah digunakan pada lapangan
bisnis sebagai the process of
investigation
performed
by
investors, into the details of a
potential invesment such as an
examination of operations and
management and the verification of
materialfacts (proses pemeriksaan
yang dilakukan oleh investor secara
rinci ataspotensi investasi, misalnya
pemeriksaan pengoperasian dan
manajemen dan verifikasi fakta-fakta
penting).2 Menurutpengertian umum
due diligence adalah sebuah proses
pemeriksaan atau penelitian dari
semua fakta tentang sebuah
perusahaan atau korporasi sesuai
yang
diperlukan
menurut
kepentingannya dan dapat
dipertanggungjawabkan secara
hukum terhadap pihak ketiga.
1
Rahiiyuningsih Hood, Legal Due Diligence,
Matcri Pendiclikan Khusus Prolcsi Advokat,
Angkatan XIII. Lcmhaga Pendidikan Hukum,
Jakarta Siudi Centre, Jakarta. 31 Agustus
2005. lull. I.
' Ibid..
IJIW Review, h'ukullus Hukum Universalis I'elilu Harii/uin. Vol. V, No.2. November 2005
Gayus T. Lumkuun: Legal Due Diligence Duluni Lingkup Hukuni Administrasi Negara:
Due diligence dilakukan untuk
mendapatkan suatu informasi
mengenai fakta-fakta suatu
perusahaan yang dapat dijadikan
salah satu bahan pertimbangan bagi
pihak yang berkepentingan (biasanya
investor atau kreditur) gunamengambil
keputusan dalam suatu transaksi yang
akan dilakukan, misalnya dalam
proses akuisisi, merger, konsolidasi
ataupun pemberian pinjaman dan
emisi efek.
Dengan demikian, dalam
konteks pengurusan ijin usaha, due
diligence merupakan tindakan
pejabat administrasi pemerintahan
untuk mendapatkan suatu informasi
mengenai fakta-fakta suatu
perusahaan yang dapat dijadikan
salah satu bahan pertimbangan guna
mengambil keputusan pemberian ijin
usaha kepada pemohon.
E. Motoric Penelitian
Penelitian tentang legal due
diligence dalam hukum administrasi
pemerintahan: studi terhadap
permohonan ijin usaha merupakan
suatu penelitian yuridis normatif dan
empiris. Dikatakan penelitian yuridis
normatif-empii is. karena obyek atau
penelitian ini dilakukan terhadap
kaidah-kaidah hukum, norma-norma,
serta praktek pengujian terhadap
proses tindakan administrasi
pemerintahan dalam pemberian ijin
terhadap perusahaan-perusahaan.
Penelitian yuridis normatif dan
empiris tentang due dilligence dalam
praktek hukum administrasi
pemerintahan ini bersifat deskriptif
dan eksplanatoris. Sifat deskriptif
terletak pada tujuannya melukiskan
atau menggambarkan tentang praktek
due diligence terhadap masalah
perijinan suatu perusahaan.
Sedangkan penelitian eksplanatoris
terletak pada tujuannya menerangkan
jenis, obyek dan permasalahan yang
dihadapi dalam praktek.
Sesuai dengan jenis dan sifatnya,
maka data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dan
data primer. Data sekunder meliputi
bahan hukum primer, seperti UU No.
5Tahun 1984 tentang Perindustrian,
UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan, UU No. 9 Tahun
1990 tentang Keparisiwisalaan, UU
No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenakerjaan, Peraturan Pemerintah
Nomor67 Tauhn 1996 tentang Usaha
Agen Perjalanan Wisata, Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Uiw Review, l-'iikiillu.\ Hukum Universitas I'elitii llarupiin. Vol. V. No.2. November 2IHIH
4x4
Guyus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Ailmini.sirasi
Neguru:
Ketentuan
Penyelenggaraan
Kesejahteraan Pekerja pada
Perusahaan di Wilayah DKI Jakara,
Sedangkan bahan hukum tertier
seperti kamus bahasa Indonesia.1
Data primer yang diperlukan berupa
hasil wawancara dengan beberapa
informan, yaitu aparatur pemerintah
dan anggota masyarakat yang pernah
mengajukan permohonan ijin usaha.
Pengumpulan data pertama-tama
dilakukan melalui studi kepustakaan
untuk menelusuri peraturan, teori dan
pendapat pakar mengenai due
diligence dan hukum administrasi
pemerintahan. Setelah mendapatkan
gambaran masalah melalui studi
kepustakaan, penelitian ini dilanjutkan
dengan penelitian lapangan, untuk
memperoleh data primer melalui
wawancara dengan aparatur
pemerintah. Adapun lokasi penelitian
dilakukan di Dinas Pari wisata Daerah
Ibu Kota Jakarta
Data yang terkumpul atau
diperoleh, baik data sekunder maupun
data primer disusun dan dianalisis
secara kualitatif sesuai dengan
II. Analisis
A. Jenis due diligence pada
umumnya dan kedudukan due
diligence ijin usaha
Masalah pertama yang diteliti
adalah mengenai gambaran umum
tentang Due Diligence. Dalam kaitan
itu, maka pertannyaannya adalah apa
saja jenis due diligence yang terdapat
dalam praktek? Dan Bagiamana
kedudukan due diligence ijin usaha
dalam jenis-jenis due diligence
tersebut?. Terhadap permasalahan ini,
peneliti menemukan bahwamenurut
kepentingannya, due diligence
dilakukan menurut bidangnya yang
terdiridari:
/. Legal Due Diligence 4
Legal Due Diligencebiasadikenal
sebagai pemeriksaan dari segi
hukum yang mencakup Legal
Audit atau pemeriksaan dan
penelitian dari segi hukum dan
Legal Opinion yaitu pendapat
dari segi hukum yang merupakan
!
4
Socrjono Soekanto dan Sri Maniudji.
feneliiiiin Hukum Nommlif Siuiiu Tinjaiiaii
Shigkal. PT. Raja Grafindu Pcrsada, Jakarta.
200.1. hal.. IV
4X5
permasalahan-permasalahan yang
telah dirumuskan.
Asril Sitompul, SH..LLM.. Due Dilegnece
dun Tunggungjtiwub Ltinhagti-Lemhagu
i'eiiuiijiiiiji Hilda Pluses feniiwiiidii tliniiiii.
Cilra Aditya Baku. Bandung, IWJ. hal 40
l-aw Review, l-'akultas Hukum Univer
!\ I'elitu Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
Gavus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukum Administrasi Negara:
hasil analisis dan kesimpulan atas
fakta-fakta yang diperoleh dari
Legal Audit.
Pembahasan yang lebih
terfokus pada Legal Due Diligence
secaragarisbesarmeliputiuraian :
1) Pemeriksaan dan penelitian
dari segi hukum (Legal Audit)
yang menyangkut:
(1) Anggaran
Dasar
Perusahaan
Penelitian Akta Pendirian
Perusahaan
berikut
perubahan-perubahannya
yang telah mendapat
pengesahan dari Menteri
Kehakiman, pendaftaran di
Pengadilan dan pengumuman
dalam Berita Negara. Juga
pemeriksaan pasal-pasal
dalam Anggaran Dasar yang
menyangkut kegiatan usaha,
permodalan, pemegang
saham dan ketentuanketentuan yang diatur dalam
Anggaran Dasar perusahaan
tidak bertentangan dengan
Peraluran Perundangundangan.
(2) Direksidan Komisaris
Pemeriksaan atas keabsahan
kepengurusan, Direksi dan
Komisaris atas dasar Akta
Pendirian berikut perubahanperubahan dan RUPS yang
diadakan sesuai dengan
ketentuan
tata
cara
pemanggilan, persyaratan
quorum sesuai dengan
Anggaran Dasar dan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
(3) Struktur Permodalan
Pemeriksaan jumlah modal
dasar,
modal
yang
ditempatkan atau modal yang
disetor termasukjenis saham
yang dikeluarkan dan susunan
pemegang saham serta
prosentase kepemilikan
sesuai dengan Daftar
Pemegang Saham; Riwayat
permodalan dan kepemilikan
saham meliputi setiap
perubahan / mutasi sesuai
dengan ketentuan Anggaran
Dasar dan peraturan
perundang-undangan.
(4) Perijinan
Pemeriksaan
alas
kelengkapan perijinan atau
persetujuan yang dimiliki.
antara lain : Ijin Usaha, Ijin
UUGangguan, Ijin Lokasi,
hiw Review, t'akultas Hukum Vniversiliis I'elilu Har, it. Vol. V, No.2. November 2005
4Xd
Gayus T. Lunihuun: Legal Due Diligence Dcilain Lingkup Hukum Adminislrasi
Ijin Mendirikan Bangunan
(1MB), Ijin Penggunaan
Bangunan (IPB), Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan (AMDAL), Ijin
Pengolahan
Limbah,
Pendaftaran tentang Produk,
Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) dan perijinan lain yang
diperlukan sesuai dengan
ketentuan perundangundangan.
(5) Aset Perusahaan
Meliputi pemeriksaan
keabsahan atas kepemilikan
tanah, bangunan, lisensi dan
Hak Atas Kekayaan
Intelektual atas Merek, Hak
Ciptadan Paten biladimiliki,
mesin-mesin, peralatan dan
kendaraan bermotor. Juga
termasuk kepemilikan saham
perusahaan lain bila
dimilikinya.
(6) Perjanjian-perjanjian
Penelitian
perjanjianperjanjian yang menyangkut
hutang piutang dengan bank
maupun dengan pihak lain
atau peijanjian lisensi dan
kontrak-kontrak dagang
yang dibual oleh Direksi.
4S7
Neguru:
dimana perjanjian-perjanjian
itu tidak bertentangan dengan
hukum dan telah memenuhi
legalitas.
(7) Asuransi
Perlindungan asuransi yang
dimiliki mencakup jenis
asuransi, obyek yang
diasuransikan, jumlah
pertangungan, jangka waktu
mulai dan berakhirnya
pertanggungan dan pihak
perusahaan asuransi sebagai
Penanggung.
(8) Ketenagakerjaan
Meliputi pemeriksaan atas
kelengkapan Pendaftaran
Tenaga Kerja, Peraturan
Perusahaan, Penggunaan
Tenaga Kerja Asing,
Penyertaan JAMSOSTEK,
Pemenuhan ketentuan upah
minimum, Keberadaan
Serikat Pekerja dan
pemeriksaan
atas
kelengkapan ijin-ijin khususdi
biclang ketenagakerjaan,
misalnya memperkerjakan
karyawan wanita di malam
hari dan atau penggunaan
mesin-mesin
yang
mensyaratkan sertifikasi.
Uiw Review, h'aklillas Hukum Vniversilas I'elila Hiirapun, Vol. V No.2. November 2005
Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Admiiiistrusi
(9) Proses hukum
Kepastian ada tidaknya
perusahaan
selaku
kelembagaan terlibat dalam
suatu perkara Perdata atau
Pidana di Pengadilan dan
atau
sengketa
ketenagakerjaan, perkara
perpajakan atau sengketa
dagang melalui Arbitrase,
termasuk perkara yang
menyangkut Direksi
maupun Komisaris yang
dapat mempengaruhi
jalannya perusahaan.
2) Pendapat dari segi hukum
(Legal Opinion)
Dari hasil pemeriksaan segi
hukum (Legal Audit), maka
Legal Due Diligence akan
mencapai kelengkapannyadengan
menyampaikan pendapat dari
segi hukum {Legal Opinion) yang
muatannya terdiri atas:
(1) Pernyataan atas keabsahan
perusahaan sebagai Badan
Hukum/Subyek Hukum.
(2) Pernyataan
struktur
permodalan dan keabsahan
kepemilikan saham.
Net-uru:
(3) Keabsahan pengangkatan
Direksi dan Komisaris.
(4) Pemenuhan dan kepatuhan
dalam menjalankan usaha
sesuai dengan ketentuan
perijinan dan peraturan
perundang-undangan.
(5) Keabsahan kepemilikan atau
penguasaan atas asset dan
penyertaan.
(6) Keabsahan dan ketaatan
terhadap perjanjian/perikatan
maupun dalam rangka
penawaran umum.
(7) Keabsahan perlindungan atas
asset dalam pertanggungan
asuransi.
(8) Pernyataan perkara yang
mempengaruhi kelangsungan
usaha.
5
2. Finance Due Diligence
Pemeriksaan dan penelitian dalam
masalah keuangan meliputi:
1) Laporan neraca keuangan
perusahaan.
2) Asumsi-asumsi
yang
mendasari laporan keuangan
tersebut.
" Ihitl. hal.42
Uiw Review, h'ukullas Hukum Viiiversilas I'elilu Harupan, Vol. V, No.2. Noveinher 200$ 4KS
Gayus T. Luinhuun: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukum Administrasi Negara:
3) Evaluasi tentang resiko
keuangan.
4) Nilaiasetperusahaan.
5) Kepemilikansaham.
6) Alokasi biaya.
3. Business Due Diligence6
Due Diligence masalah bisnis ini
menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
1) Latar belakang perusahaan.
2) Operasional / kegiatan
perusahaan.
3) Pasar / pemasaran.
4) Lingkungan bisnis
5) Manajemendankepegawaian.
6) Fasilitas yang dimiliki
perusahaan.
7) Perencanaan dan prospek
bisnis kedepan.
B. Due Diligencce
Dalam
Pengurusan Ijin Usaha
Legal Due Dilligence (LDL)
terhadap permohonan perijinan
dalam penelitian ini, dilakukan oleh
Pejabat Adminsitrasi Negara dalam
mengeluarkan putusan administrasi
negara, yakni perijinan kepada
masyarakat atau badan hukum swasta
sebelum menjalankan kegiatan usaha.
"Ibid, hal.4.1
4#ij
Obyek yang diteliti adalah LDL
Surat Izin Usaha Agen Perjalanan
Wisata (APW) dan Biro Perjalanan
Wisata (BPW) yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata Propinsi DKI
Jakarta.
Dari penelitian ini ditemukan
bawah obyek LDL pada Agen
Perjalanan Wisata (APW) dan Biro
Perjalanan Wisata (BPW) meliputi:
1. Surat permohonan kepada
Kepala Dinas Pariwisata Propinsi
DKI Jakarta.
2. Formulirpermohonan dengan pas
photo berwarna ukuran 4X6.
3. Copy Akta pendirian perusahaan
(FT atau Koperasi), pada akte ini
akan diketahui.
4. Maksud dan tujuan usaha sesuai
dengan Peraturan Pemerintah
No.67tahun 1996.
5. Modal dasar perusahan minimal
Rp.300 Juta untuk APW dan 500
jutauntukBPW.
6. Copy pengesahan akte.
7. Copy kartu NPWP.
8. Surat keterangan domisili dari
lurah dan camat setempat.
9. Izin tempat usaha (ULIG) dari
Pemda DKI Jakarta.
10. Akte Jual beli/ bukti sewa kantor.
11. 1MB dan IPB bangunan kantor.
hiw Review, i'tikiiluis Hukum Viiiversilns I'elilii Hiimpiiii, Vol. V, No.2, November 2005
Gttyus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukmn Adminislrasi Negaru:
12. Bukti setor modal usaha pada
rekening perusahaan minimal
Rp. 150 juta untuk APW dan 300
juta untuk BPW.
13. Referensi Bank.
14. Proyek Proposal/ hasil study
kelayakan.
15. Memiliki tenaga ahli /
berpengalaman dibidang APW
minimal 2 (dua) orang dan 3 (tiga)
orang yang ahli di bidang BPW.
16. Luas kantor minimal 30 (tiga
puluh) m2 dan 60 meter untuk
BPW.
Disamping dokumen-dokumen
tersebut juga harus dilampirkan:
1) Copy KTP pemohon .
2) Daftar riwayat hidup pemohon
dan seluruh staf.
3) Daftarriwayathidup tenaga ahli/
referensi.
4) StrukturOrganisasi perusahaan.
5) Denah Lokasi kantor.
6) Denah ruang kantor.
7) Foto kantor bagian luar dan
dalam.
Dari daftar persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan oleh pihak pejabat
administrasi pemerintahan tersebut,
terdapat beberapa hal yang tidak
konsisten dan lumpang tindih
sebagaimana yang dijelaskan di
bawah ini.
1. Keterkaitan keharusan persyaratan perijinan dengan kendala
yang dihadapi oleh masyarakat.
Keterkaitan keharusan persyaratan pemenuhan dokumen untuk
dapat dikeluarkannya Izin APW
dan BPW ini, pada bagian
tertentu dapat dipahami dan
dianggap merupakan kewajaran
yang berlaku umum sebagaimana
proses LDL yang telah
disebutkan diatas, begitu juga bagi
badan adminsitrasi negara yang
akan mengeluarkan Izin usaha
dimaksud, pemenuhan sejumlah
dokumen merupakan bagian dari
upaya pemerintah untuk
memastikan keberadaan sebuah
usaha untuk dapat diberikan
perijinan.
Bahwa namun demikian pada
beberapa bagian lain atau untuk
pemenuhan sejumlah dokumen,
terasa sangat janggal bahkan
terkesan sangat berlebihan karena
adanya keterkaitan antara
dokumen yang satu dengan
dokumen yang lainnya, dalam
pengertian bahwa dokumen X
IJIW Review, h'akltltas Hiikiiiii Lliiiversilus Pelila llartipaii. Vol. V, No.2, November
2005
-WO
(lavas I. Lmiihiiun: Legal Due Diligence Datum Lingknp lliikiini Ailniini.stru.si Negara:
tidak akan ada bilamana
sipemohon tidak menyertakan
dokumen Z, tapi dalam
prakteknya walaupun dokumen
X telah ada, badan administrasi
negara ini masih juga meminta
dokumen X. Bahkan lebih dari itu,
persyaratan yang dimintakan
bertentangan dengan perundangundangan yang ada.
Keadaan-keadaan tersebut
merupakan bagian dari kendalakendala yang dihadapi oleh
masyarakat Pemohon Izin pada
pembahasan ini. Dengan kata lain
dokumen-dokumen
atau
persyaratan atau roses LDL yang
dilakukan
oleh
Badan
Administrasi Negara terkadang
tidak logis dan cenderung
menambah rantai birokrasi,
membingungkan, dan pada
akhimya menyulitkan masyarakat
Pemohon Izin. Lebih lanjut
mengenai keterkaitan keharusan
persyaratan perijinan dengan
kendala yang dihadapi oleh
masyarakat tersebut dapat
dijelaskan padauraian berikut.
2. Pengisian formulir dengan pas
photo berwarna, setla copy akte
4m|
pendirian perusahaan dan copy
KTP Pemohon.
Pengisian formuliryangdisediakan
oleh Dinas Pariwisata ini harus
dilampirkan dengan pas photo
Pemohon. Persyaratan ini sangat
membingungkan karena Pemohon
dalam usaha ini hanya badan
hukum swasta yang berbentuk
Perusahaan Terbatas (PT) dan
koperasi. Sehingga persyaratan ini
sulit dilakukan, kecuali secara
tegas dalam formulir itu
disebutkan bahwa pasphoto yang
dimaksudkan adalah milik para
direksi PT atau pengurus
koperasi.
Ketidakjelasan
persyaratan dalam daftar
persyaratan yang dikeluarkan oleh
Dinas
Periwisata
ini,
mengakibatkan pemohon harus
kembali lagi ke Dinas Pariwisata,
karena harus melengkapi
dokumennya.
Bilamana pas photo yang
dimaksudkan adalah benar milik
para direksi atau pengurus, maka
persyaratan inipun terkesan
berlebihan karena perusahaan
yang melakukan usaha dibidang
APW dan BPW harus
Uiw Review, I akullas Hukum Universitas I'elittt Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
(Itnus T. l.uiiibuun: Legal Due Diligence Dalam l.iugkup Hukum Administrusi
memperbaharui persyaratannya,
setiap kali terjadi pergantian
direksi atau penguins pada badan
usaha itu. Kondisi ini jelas
menambah birokrasi yang tidak
perlu, apalagi mengenai maksud
persyaratan ini tidak jelas
tujuannya dan tidak ada kaitannya
dengan usaha Pemohon.
Demikian pula dengan peryaratan
mengenai copy pendirian akte
perusahaan dan copy KTP
Pemohon karena akte pendirian
hanya dimiliki oleh perusahaan
dan KTP hanya dimiliki oleh
orang perorangan, sedangkan
Pemohon dalam APW dan BPW
adalah perusahaan atau koperasi.
3. Modal dasar dan modal disetor
perusahaan.
Modal dasar untuk usaha yang
bergerak dibidang wisata ini telah
ditetapkan masing-masing
sebesar Rp.300 juta untuk APW
dan Rp.500 juta untuk BPW.
Namun Dinas Pariwisata
menetapkan bahwa modal disetor
yang hams dipenuhi adalah
Rp.150 juta untuk APW dan
Rp.300 juta untuk BPW.
Persyaratan jumlah modal disetor
ini tidak ada penjclasannya.
Ncgaru:
kenapa harus dipenuhi sampai 50
% untuk APW dan 60 % untuk
BPW. Padahal menurut Undangundang Perseroan Terbatas,
minimal modal disetor pada saat
pengesahan hanya sebesar 25 %
dari modal dasamya.
Persoalan lain adalah, bagaimana
dengan badan hukum koperasi
yang tidak mengenai modal dasar
dan modal disetor ? tidak ada
penjelasan resmi mengenai hal ini
yang penulis dapatkan. Kalau
demikian halnya, pada bagian ini
akan sangat terbuka ruang untuk
melakukan KKN antara
Pemohon dengan badan
administrasi ini.
4. Referensi Bank dan bukti modal
disetor.
Dinas Pariwisata selalu meminta
Referensi bank, dalam pengertian
bahwa perusahaan atau koperasi
sebagai Pemohon adalah nasabah
dari bank yang mengeluarkan
referensi. Persyaratan ini jelas
sangat berlebihan mengingat
dengan adanya bukti modal
disetor kepada bank yang
besangkutan, maka tanda
penyetoran modal tersebut
sekaligus akan membuktikan
IJIW Review, l-'akullas Hukum Universitas I'elila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
4«.)2
Cayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Adniinislrasi Negura:
bahwa perusahaan atau koperasi
yang bersangkutan adalah
nasabah dari bank yang
mengeluarkan referensi.
5. Keterangan domisili, Izin Tempat
Usaha (UUG) dan Akta Jual Beli/
bukti sewa kantor.
Keterangan domisili adalah
persyaratan yang umum untuk
menentukan dimana domisili
hukum perusahaan tersebut, akan
tetapi persyaratan mengenai Izin
Tempat Usaha dengan merujuk
pada Undang-undang Gangguan
menjadi berlebihan, mengingat
usaha yang dilakukan pada
bidang APW dan BPW adalah
usaha bidang jasa pariwisata,
dimana kantor sebagai domisili
hukum hanya sebatas tempat
untuk menjalankan kegiatan
administrasi saja, bukan untuk
menempatkan barang-barang
atau mesin-mesin, usaha yang
menimbulkan kebisingan atau
limbah sebagaimana layaknya
industri pada umumnya.
Sungguhpun demikian jika
persyaratan mengenai UUG
tersebut hams dipenuhi maka,
persyaratan
mengenai
493
Keterangan Domisili dan Akta Jual
Beli/Sewa kantor menjadi tidak
perlu lagi mengingat Izin
berdasarkan UUG tidak akan
dapat diperoleh jika tidak
menyertakan kedua dokumen
tersebut, atau dengan kata lain
kedua izin tersebut sudah pasti
dimiliki oleh Pemohon jika mereka
memperoleh izin UUG.
6. Bukti sewa kantor.
Bukti Jual Beli atau sewa kantor
jelas tidak ada hubungannya
dengan usaha APW atau BPW,
karenanya persyaratan ini juga
dianggap berlebihan, apalagi
status kepemilikan tempat yang
digunakan juga tidak menentukan
diberikan atau tidak diberikannya
izin.
7. Proyek proposal.
Permasalah mengenai proyek
proposal sebenarnya berkaitan
dengan latar belakang pendirian
usaha, maksud dan tujuan,
termasuk target marketing dan
atau strategi marketing atau
menjalankan usaha. Dan sesuai
dengan bentuk usahanya, yakni
industri dibidang pariwisata, tentu
saja usaha ini memerlukan kiat-
IMW Review, h'akultas Hukum Vniversilas I'elita Harapan, Vol. V No.2, November 2005
Gayux T. Lunibuuii: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukiim Ailminislmsi Negura:
kiat tersendiri. Dalam bisnis
masalah strategi ataupun kiat
berusaha tersebut merupakan
bagian pula dari rahasia
perusahaan. Oleh karenanya
persyaratan proyek proposal
sangat tidak relefan.
Bilamana Dinas Pariwisata
bermaksud untuk mengetahui
bentuk usaha dan jenis usaha yang
akan dijalankan, maka sesungguhnya hal yang demikian
sudah terdapat didalam Anggaran
Dasar atau akte pendirian
perusahaan yang menjadi salah
satu dokumen yang dipersyaratkan oleh Dinas Pariwisata.
8. Tenaga ah 1 i dan staff.
Masalah tenaga ahli dan staffjuga
tidak layak dijadikan sebagai
salah satu persyaratan, apalagi
hams dengan melampirkan daftar
riwayat hidup yang besangkutan,
karena hal yang demikian terlalu
dini dan sangat tidak logis bagi
sebuah badan administrasi yang
tugasnya hanya memberi ijin.
Pernyataan tersebut bukannya
tanpa alasan, karena perusahaan
yangdidirikan belum mempunyai
izin, sehingga pada sejumlah
perusahaan yang baru berdiri
tidak mungkin untuk melengkapi
seluruh personil yang dibutuhkan
dalam stuktur perusahaannya
karena perusahaan belum mulai
berjalan, tapi baru pada proses
pendirian.
Jika masalah kelengkapan tenaga
ahli dan staff ini hams dipaksakan
maka Pemohon harus merekrut
tenaga kerja dalam rangka
mendapatkan perizinan dengan
konsekuensi mengeluarkan biaya
dan upah untuk kepentingan
sebuah perusahaan yang belum
mulai menjalankan kegiatan
usahanya.
9. Luas Kantor, denah ruangan
kantor, photo bagian dalam dan
luar kantor serta struktur
perusahaan.
Persyaratan mengenai luas kantor,
denah ruang kantor, dan photo
bagian dalam dan luar kantor serta
struktur perusahaan, adalah
persyaratan yang sangat tidak
relefan, karena hal ini berkaitan
dengan kebutuhan usaha
(terutama target atau cakupan
usaha), strategi usaha dan
keleluasaan pemohon dalam
l/tw Review, h'akultas llukum Universalis I'elila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
w
Gayus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Dalani Lingkup Hukum Administrasi Negara:
mengatur tata ruang dan tata keija
perusahaannya.
Bila persyaratan izin ini juga
dipaksakan, maka setiap kali tata
ruang dan bertambahnya luas
ruangan kantor, serta berubahnya
struktur atau bertambahnya
karyawan, maka pemohon harus
membuat laporan kepada Dinas
Pariwisata. Hal ini jelas tidak
efektif.
Disamping dokumen LDL pada
APW dan BPW, dapat pula
dilihat LDL yang dilakukan oleh
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Propinsi DKI
Jakarta sebelum menerbitkan
Pengesahan terhadap Peraturan
Perusahaan (PP) yang dimintakan
kepadanya. Dokumen yang
diperlukan untuk LDL ini adalah:
10. Data-Data Ketenagakerjaan yang
diantaranya meliputi : status
permodalan, jumlah karyawan
menurut pengupahan dan
hubungan kerjanya, upah dan jenis
tunjangan karyawan, Jamsostek
dan AKDHK, koperasi karyawan
dan Serikat Pekerja.
Data-data ketenagakerjaan yang
dimintakan disini jelas terlihat
tidak terdapat hubungannya
495
dengan PP yang dimintakan
pengesahannya oleh Pemohon
kepada badan administrasi
negara, mengingat PP tersebut
belum ada atau baru akan
diberlakukan. Sehingga kalaupun
PP mengatur mengenai upah,
Jamsostek dan lain sebagainya, hal
yang demikian akan diberlakukan
setelah PP tersebut disahkan.
Bilamana kebutuhan data yang
demikian diperlukan oleh Dinas
Tenaga Kerja sebagai bagian dari
upaya pengawasannya terhadap
masalah ketenagakerjaan, maka
hal tersebut cukup dibuat dalam
wajib lapor ketenagakerjaan yang
harus dilakukan menurut UU
No.7Tahun 1981 tentang wajib
lapor ketenagakerjaan.
- Surat Pernyataan Pimpinan
Perusahaan mengenai proses
pembuatan PP, upah minimum,
Jamsostek dan AKDHK.
Surat Pernyataan ini kurang
efektif dan menjadi tidak ada
gunanya karena Dinas Tenaga
Kerja juga telah mensyaratkan hal
yang demikian pada angka 3, dan
5dibawahini.
- BeritaAcaraHasil Pembahasan
Penyusunan
PP
antara
IMW Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Daluni Lingkup Hukum Adniinistrasi
Perusahaan dengan karyawan.
- Foto copy SK Pengesahan dan
PP yang
lama
untuk
perpanjangan.
- Foto copy kwitansi iuran
pembayaran Program Jamsostek
dan Program AKDHK terkahir.
Persyaratan ini menjadi tidak
relefan lagi jika persyaratan
Nomor 2 diatas tetap harus
diajukan. Namun demikian
persyaratan mengenai kwitansi
pembayaran Jamsostek dan
AKDHK terakhir juga tidak ada
hubungannya dengan PP yang
akan disahkan karena hal perihal
yang demikian mendapat porsi
tersendiri bagi Dinas Tenaga
Kerja untuk melakukan LDL
khusus bilamana diperlukan.
- PP
yang
dimintakan
pengesahaannya sebanyak 2
(tiga) berkas.
C. Permasalahan-permasalahan
Dalam Pelaksanaan LDL
Hasil wawancara dengan
seorang yang sedang mengurus ijina
usahanya menggambarkan permasalahan-permasalahan, sebagai
berikut:7
1.
Neguru:
Ketersediaan
atau
Kelengkapan
dan
keabsahan Dokumen
LDL dapat dilakukan secara
menyeluruh terhadap suatu
perusahaan atau terbatas pada
satu transaksi tertentu saja.
Pada penelitian ini LDL
dilakukan
terhadap
kelengkapan
dokumen
perusahaan untuk dapat
diberikan izin usahaoleh Dinas
Pariwisata. Permasalahan yang
timbul adalah adanya dokumen
yang hilang atau tidak
lengkapnya dokumen atau
keabsahan sebuah dokumen
atau tingkat kekuatan hukum
sebuah dokumen dipandang
dari bentuknyayang merupakan
akte dibawah tangan atau akte
notaris, kekurangan dokumen
menyebabkan penilaian secara
menyeluruh terhadap suatu
badan hukum akan sulit
dilakukan, demikian pula
dengan keabsahan sebuah
dokumen akan menyebabkan
' Wawancara dengan Sdr. Yuherman, yang sedang
mengurus ijin usaha agen perjalanan dan biro
wisata di Dinas Pariwisata DK1 pada tanggal
23 September 2005.
IMW Review, Fakultas Hukum Universiln\ Pelila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
446
Gayus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Pedum Lingkup Hukum Administrusi
hasil audit yang dilakukan akan
disertai dengan catatan-catatan
tertentu. Namun pada bagian
lain kebutuhan dokumen yang
berlebihan (dalam contoh kasus
tulisan ini) menyebabkan
masyarakat atau badan hukum
yang menjadi objek LDL
disibukkan dengan penyediaan
dokumen secara berulangkali
serta menambah rantai
birokrasi.
11. Kebijakan dan Independensi
Ketidakjelasan jenis dokumen
yang diperlukan dalam kasus
ini, akan membuka peluang bagi
Dinas Pariwisata untuk
memberikan
kebijakan,
sedangkan setiap kebijakan
harus
dapat
dipertanggunjawabkan sifat
independennya, sehingga
perlakuan yang sama akan
diberikan kepada setiap
Pemohon yang menghadapi
permasalahan yang sama.
12.
497
WaktuLDL
Banyaknya dokumen yang
diperlukan atau semakin luasnya
objek
LDL,
akan
menyebabkan waktu proses
LDL semakin lama Hal ini tidak
Neguru:
efektif bagi badan administrasi
negara
yang
akan
mengeluarkan keputusannya
berdasarkan LDL tersebut,
sedangkan keputusannya itu
sangat diperlukan dan
mendesak keberadannya bagi
si Pemohon, apalagi hal
keputusan dimaksud berkaitan
dengan kegiatan sebuah usaha.
Misalnya Izin Usaha Pariwisata
dan Peraturan Perusahaan
tersebut diatas.
13. Proses Hukum Yang Sedang
Berjalan
Proses hukum yang sedang
berjalan, yang berkaitan
dengan status dokumen atau
status badan hukum yang
menjadi objek LDL akan turut
mempengaruhi pemeriksaan
yang maksimal.
14. Kebutuhan Objek LDL
Banyaknya dokumen yang
diaudit dalam rangka LDL oleh
suatu badan administrasi negara
sebelum
mengeluarkan
keputusannya, akan sangat
merugikan pihak yang diteliti,
yakni
dilakukannya
pemeriksaan
terhadap
dokumen-dokumen yang tidak
Law Review, FakuUas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
Gayus T. Lumhiiun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Administrasi
Negara:
relefan atau masih dilakukannya pemeriksaan terhadap
dokumen yang seharusnya
telah dianggap adadan absah
keberadaannya
karena
dokumen yang bersangkutan
juga diperlukan untuk memperoleh dokumen lain, dimana
dokumen lain tersebut telah
diajukan olehpihakyangditeliti.
Tindakan ini sangat merugikan
pihak yang diteliti, oleh sebab
itu dokumen yang menjadi
objek LDL haruslah sesuai
dengan kebutuhan, yakni untuk
apa LDL tersebut dilakukan.
tujuan akusisi, merger, konsolidasi
ataupun pemerian pinjaman dan
emisi efek, ijin usaha menjadi
bagian dari due
diligence
tersebut. Oleh karena itu, due
diligence di bidang ijin usaha
merupakan bagian dari due
diligence pada umumnya.
Kedua, dokumen-dokumen yang
dijadikan obyek due diligence
ditetapkan oleh aparatur
administrasi pemerintahan.
Namun penelitian ini sampai pada
kesimpulan bahwa dokumendokumen tersebut sering bersifat
duplikasi, tumpang tindih dan
tidak konsisten.
III. Penutup
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini sampai
pada kesimpulan terhadap ketiga
permasalahan yang diteliti:
Pertama, due diligence dalalam
hukum administrasi pemerintahan,
khususnya masalah pengurusan
ijin usaha, meaipakan salah satu
dari bentuk due diligence yang
biasa dilakukan dalam praktek. Di
samping itu, dalam kaitannya
dengan due diligence yang umum
dalam praktek seperti untuk
Ketiga, Dalam prakteknya,
pemohon mengalami beberapa
kendala ketika melakukan due
diligence, seperti masalah
ketersediaan atau kelengkapan
dan keabsahan dokumen,
kebijakan dan independensi,
waktu pelaksanaan.
B.Saran
Hasil penelitian ini mendorongpeneliti
untuk mengajukan beberapa saran
yang terkait dengan pelaksanaan due
diligence di bidang perijinan usaha,
yaitu:
IMW Review, Fakuttas Hukum Universitas Pelila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005
49^
Guxus T. Lumhuun: Legal Due Diligence
Pertama, aparatur pemerintah perlu
merevisi kembali persyaratanpersyaratan yang obyek due
diligence, terutama untuk menghindari
persyaratan yang tidak konsisten,
tumpangtindih.
Kedua, perlu ada pembatasan waktu
proses due diligence, untuk
menciptakan suatu tata pemerintahan
yangefektif.
Ketiga, aparatur pemerintah sebagai
pelaku due diligence harus memiliki
kapabilitas pengetahuan yang luas dan
mendalam, sehingga mampu
memberikan penjelasan kepada
pemohon tidak saja bersifat formal
legalistik.
DAFTARPUSTAKA
Opinion.
Teoritis
Empirisme,
Pokok-pokok
Hukum
Administrasi
Negara, Liberty,
Yogyakarta: 1987.
Marbun, S.F, Peradilan
dan
Upaya
Adnministrasi
Adnistratif
Indonesia.
UII
di
Press.
Yogyakarta: 2003.
Sitompul, Asril. Due Diligence dan
tanggung J a w a b L e m b a g a Lembaga Penunjang
Pada
Proses Penawaran Umum. Citra
Aditya Bakti, Bandung: 1999.
Soekanto.Soerjono,
dan
Mamudji, Sri.
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. RajaGrafindo
Persada,
Jakarta, 2003.
Modal. Keputusan H K H P M
No.KEPOl/HKM/1995 tentang
RajaGrafindo
Standar Pemeriksaan Hukum
A peldoornvan, L.J., Penganlar
dan Standar Pendapat Hukum.
limit
Hukum. Pradnya Paramita, Jakarta : 1975.
Hadjon, Phillipus M. Penganlar
Hoed,
Marbun, S.F. & Maht'ud MD., Moh.,
dan
Persada, Jakarta: 2004.
Administrasi
Negara:
Himpunan Konsultan Hukum Pasar
Amos, H.F. Abraham. Legal
Aktualisasi
mi Lingkup Hukum Administrasi
Indonesia.
Peraturan Perundang-undangan
Hukum
Gajah
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984
Mada University Press, 2002.
tentang Perindustrian.
Rahayuningsih,
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982
Diligence,
Legal
Due
Makalah, Jakarta,
2005.
tentang Wajib Daftar Perusahaan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan.
499
Law Review, Fakultas Hukum Unit
Pelita Harapan, Vol. V, No.2, November 200%
Gttvus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Dahini Lingkup Hukum Administrasi Negara:
Undang-undang Nomor . 13 Tahun
2()03 lentang Keienagakerjaan.
Peraluran Pemerintah No. 67 Tahun
1996 tentang Usaha Agen Perjalanan
Wisata.
Peraluran Daerah Nomor 7 Tahun 1989
teniang Ketentuan Penyelenggaraan
Kesejahteraan
Pekerja
pada
Perusahaan di Wilayah DKI Jakara,
IJIV Review, /•'akiillus Hukum lluiversilus I'elila llunipun. Vol. V, No.2, November 2005
5U)
Download