Guyus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Administrasi Negara: LEGAL DUE DILIGENCE DALAM LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA: (Studi Terhadap Permohonan Ijin Usaha) T. Gayus Lumbuun ABSTRACT Legal due diligence in the scope of acquiring venture license is an act to find information and fact required to obtain the said license. This writing describes three problems related to due diligence in business license. First, that business license due diligence is an act in its own right in order to form a business venture. On the other hand, however, this kind of due diligence can also be part of a general due diligence that will be used for, among other things, merger and acquisition. Second, object of a due diligence for business venture license is prescribed as conditions that have to be met by applicant. This study shows that there is an overlapping and inconsistencies in the said conditions. Third, an applicant of business venture license often faces constraints in his/her endeavor to obtain license. This research is a normative and empirical study with the characteristic of descriptive and explanatory. I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkup Hukum Administrasi Negara terdapat bentukbentuk putusan atau ketetapan (beschikking) yang dapat dibedakan sebagai tindakan hukum internal dan tindakan hukum eksternal. Salah satu contoh tindakan hukum internal dapat adalah Keputusan Kepala Dinas yang memberi ijin 4X| kepada staf bawahannya berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku (bersifat) intern. Sedangkan tindakan hukum eksternal adalah keputusan yangdibuat untuk mengatur hubungan diluarlingkungan Badan Administrasi yang membuatnya, atau antara Pemerintah dengan masyarakat. Dalam praktek Administrasi Negara yang penting adalah Tindakan Hukum Ekstern yang sifatnya menyangkut IMW Review, luikultas Hukum Uiiiversilas I'elilu Harapaii, Vol. V, No.2. November 2005 Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Dahun Lingkup Hukum Administrasi Negara: pihak umum diluar Badan Administrasi Negara. Tindakan administrasi pemerintahan dalam memberikan perijinan atau ijin usaha merupakan salah satu bentuk dari tindakan hukum ekstemal tersebut. Dalam pemberian ijin usaha, seorang pejabat administrasi pemerintahan melakukan tindakan due diligence. Dalam hal ini dapat dilihat dalam persyaratanpersyaratan yang dikeluarkan oleh pejabat administrasi pemerintahan dalam rangka pemberian ijin usaha. Ijin usaha merupakan salah satu kewajiban bagi setiappelaku usaha. Ijin diberikan apabila pemohon telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemeriksaan persyaratan-persyaratan perijinan merupakan salah satu bentuk due diligence khsusnya dalam bidang administrasi pemerintahan. Proses due diligence yang terkait dengan masalah perijinan merupakan salah satu tugas administrasi pemerintahan dalam rangka menfasilitasi kegiatan perekonomian. Namun dalam prakteknya, masalah perijinan ini menjadi beban bagi masyarakat pada satu sisi, dan sisi lain, tiijuan due diligence untuk mendorong tertib usaha bisa terhambat. Oleh karena itu sangat dirasakan pentingnya melakukan penelitian tentang due diligence dalam bidang hukum administrasi pemerintahan ini. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kedudukan due diligence untuk ijin usaha dalam due diligence pada umumnya yang terjadi dalam praktek? 2. B a g a i m a n a praktek due diligence dalam hukum administrasi p e m e r i n t a h a n k h u s u s n y a dalam rangka pemberian ijin usaha ? 3. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan due diligence untuk ijin usaha? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: I. Mengetahui kedudukan due diligence ijin usaha usaha dalam jenis-jenis due diligence pada IJIW Review, I'nkiiluis Hukum Universitas I'elilii Harapuii, Vol. V, No.2. November 2005 4X2 Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukum Administrasi umumnya yang terjadi dalam praktek. 2. Mengetahui praktek due diligence dalam hukum administrasi pemerintahan, khususnya dalam rangka pemberian ijin usaha. 3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi para pemohon ijin dalam pelaksanaan due diligence. Sedangkan kegunaan dari penelitian tentang tentang due diligence dalam bidang hukum administrasi pemerintahan ini adalah: Pertama, kegunaan secara teoritis dimaksudkan untuk mengembangkan hukum administrasi pemerintahan. Kedua, secara praktis, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan praktisi dalam melaksanakan tugas dan kepentingannya dalam pengurusan ijin usaha. D. Kerangka Teori dan Konsepsional Due diligelence didefenisikan: "the care that reasonable person exercises under the circuintances to avoid harm to other persons or 4^1 Negara: their property." (kehati-hatian yang dilakukan seseorang pada umumnya untuk menghindari kerugian terhadap orang lain atau hartamiliknya).1 Istilah due diligence dalam perkembangannya telah digunakan pada lapangan bisnis sebagai the process of investigation performed by investors, into the details of a potential invesment such as an examination of operations and management and the verification of materialfacts (proses pemeriksaan yang dilakukan oleh investor secara rinci ataspotensi investasi, misalnya pemeriksaan pengoperasian dan manajemen dan verifikasi fakta-fakta penting).2 Menurutpengertian umum due diligence adalah sebuah proses pemeriksaan atau penelitian dari semua fakta tentang sebuah perusahaan atau korporasi sesuai yang diperlukan menurut kepentingannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum terhadap pihak ketiga. 1 Rahiiyuningsih Hood, Legal Due Diligence, Matcri Pendiclikan Khusus Prolcsi Advokat, Angkatan XIII. Lcmhaga Pendidikan Hukum, Jakarta Siudi Centre, Jakarta. 31 Agustus 2005. lull. I. ' Ibid.. IJIW Review, h'ukullus Hukum Universalis I'elilu Harii/uin. Vol. V, No.2. November 2005 Gayus T. Lumkuun: Legal Due Diligence Duluni Lingkup Hukuni Administrasi Negara: Due diligence dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi mengenai fakta-fakta suatu perusahaan yang dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan (biasanya investor atau kreditur) gunamengambil keputusan dalam suatu transaksi yang akan dilakukan, misalnya dalam proses akuisisi, merger, konsolidasi ataupun pemberian pinjaman dan emisi efek. Dengan demikian, dalam konteks pengurusan ijin usaha, due diligence merupakan tindakan pejabat administrasi pemerintahan untuk mendapatkan suatu informasi mengenai fakta-fakta suatu perusahaan yang dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan guna mengambil keputusan pemberian ijin usaha kepada pemohon. E. Motoric Penelitian Penelitian tentang legal due diligence dalam hukum administrasi pemerintahan: studi terhadap permohonan ijin usaha merupakan suatu penelitian yuridis normatif dan empiris. Dikatakan penelitian yuridis normatif-empii is. karena obyek atau penelitian ini dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum, norma-norma, serta praktek pengujian terhadap proses tindakan administrasi pemerintahan dalam pemberian ijin terhadap perusahaan-perusahaan. Penelitian yuridis normatif dan empiris tentang due dilligence dalam praktek hukum administrasi pemerintahan ini bersifat deskriptif dan eksplanatoris. Sifat deskriptif terletak pada tujuannya melukiskan atau menggambarkan tentang praktek due diligence terhadap masalah perijinan suatu perusahaan. Sedangkan penelitian eksplanatoris terletak pada tujuannya menerangkan jenis, obyek dan permasalahan yang dihadapi dalam praktek. Sesuai dengan jenis dan sifatnya, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi bahan hukum primer, seperti UU No. 5Tahun 1984 tentang Perindustrian, UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, UU No. 9 Tahun 1990 tentang Keparisiwisalaan, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenakerjaan, Peraturan Pemerintah Nomor67 Tauhn 1996 tentang Usaha Agen Perjalanan Wisata, Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1989 tentang Uiw Review, l-'iikiillu.\ Hukum Universitas I'elitii llarupiin. Vol. V. No.2. November 2IHIH 4x4 Guyus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Ailmini.sirasi Neguru: Ketentuan Penyelenggaraan Kesejahteraan Pekerja pada Perusahaan di Wilayah DKI Jakara, Sedangkan bahan hukum tertier seperti kamus bahasa Indonesia.1 Data primer yang diperlukan berupa hasil wawancara dengan beberapa informan, yaitu aparatur pemerintah dan anggota masyarakat yang pernah mengajukan permohonan ijin usaha. Pengumpulan data pertama-tama dilakukan melalui studi kepustakaan untuk menelusuri peraturan, teori dan pendapat pakar mengenai due diligence dan hukum administrasi pemerintahan. Setelah mendapatkan gambaran masalah melalui studi kepustakaan, penelitian ini dilanjutkan dengan penelitian lapangan, untuk memperoleh data primer melalui wawancara dengan aparatur pemerintah. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pari wisata Daerah Ibu Kota Jakarta Data yang terkumpul atau diperoleh, baik data sekunder maupun data primer disusun dan dianalisis secara kualitatif sesuai dengan II. Analisis A. Jenis due diligence pada umumnya dan kedudukan due diligence ijin usaha Masalah pertama yang diteliti adalah mengenai gambaran umum tentang Due Diligence. Dalam kaitan itu, maka pertannyaannya adalah apa saja jenis due diligence yang terdapat dalam praktek? Dan Bagiamana kedudukan due diligence ijin usaha dalam jenis-jenis due diligence tersebut?. Terhadap permasalahan ini, peneliti menemukan bahwamenurut kepentingannya, due diligence dilakukan menurut bidangnya yang terdiridari: /. Legal Due Diligence 4 Legal Due Diligencebiasadikenal sebagai pemeriksaan dari segi hukum yang mencakup Legal Audit atau pemeriksaan dan penelitian dari segi hukum dan Legal Opinion yaitu pendapat dari segi hukum yang merupakan ! 4 Socrjono Soekanto dan Sri Maniudji. feneliiiiin Hukum Nommlif Siuiiu Tinjaiiaii Shigkal. PT. Raja Grafindu Pcrsada, Jakarta. 200.1. hal.. IV 4X5 permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Asril Sitompul, SH..LLM.. Due Dilegnece dun Tunggungjtiwub Ltinhagti-Lemhagu i'eiiuiijiiiiji Hilda Pluses feniiwiiidii tliniiiii. Cilra Aditya Baku. Bandung, IWJ. hal 40 l-aw Review, l-'akultas Hukum Univer !\ I'elitu Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 Gavus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukum Administrasi Negara: hasil analisis dan kesimpulan atas fakta-fakta yang diperoleh dari Legal Audit. Pembahasan yang lebih terfokus pada Legal Due Diligence secaragarisbesarmeliputiuraian : 1) Pemeriksaan dan penelitian dari segi hukum (Legal Audit) yang menyangkut: (1) Anggaran Dasar Perusahaan Penelitian Akta Pendirian Perusahaan berikut perubahan-perubahannya yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman, pendaftaran di Pengadilan dan pengumuman dalam Berita Negara. Juga pemeriksaan pasal-pasal dalam Anggaran Dasar yang menyangkut kegiatan usaha, permodalan, pemegang saham dan ketentuanketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar perusahaan tidak bertentangan dengan Peraluran Perundangundangan. (2) Direksidan Komisaris Pemeriksaan atas keabsahan kepengurusan, Direksi dan Komisaris atas dasar Akta Pendirian berikut perubahanperubahan dan RUPS yang diadakan sesuai dengan ketentuan tata cara pemanggilan, persyaratan quorum sesuai dengan Anggaran Dasar dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Struktur Permodalan Pemeriksaan jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan atau modal yang disetor termasukjenis saham yang dikeluarkan dan susunan pemegang saham serta prosentase kepemilikan sesuai dengan Daftar Pemegang Saham; Riwayat permodalan dan kepemilikan saham meliputi setiap perubahan / mutasi sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. (4) Perijinan Pemeriksaan alas kelengkapan perijinan atau persetujuan yang dimiliki. antara lain : Ijin Usaha, Ijin UUGangguan, Ijin Lokasi, hiw Review, t'akultas Hukum Vniversiliis I'elilu Har, it. Vol. V, No.2. November 2005 4Xd Gayus T. Lunihuun: Legal Due Diligence Dcilain Lingkup Hukum Adminislrasi Ijin Mendirikan Bangunan (1MB), Ijin Penggunaan Bangunan (IPB), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Ijin Pengolahan Limbah, Pendaftaran tentang Produk, Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan perijinan lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan perundangundangan. (5) Aset Perusahaan Meliputi pemeriksaan keabsahan atas kepemilikan tanah, bangunan, lisensi dan Hak Atas Kekayaan Intelektual atas Merek, Hak Ciptadan Paten biladimiliki, mesin-mesin, peralatan dan kendaraan bermotor. Juga termasuk kepemilikan saham perusahaan lain bila dimilikinya. (6) Perjanjian-perjanjian Penelitian perjanjianperjanjian yang menyangkut hutang piutang dengan bank maupun dengan pihak lain atau peijanjian lisensi dan kontrak-kontrak dagang yang dibual oleh Direksi. 4S7 Neguru: dimana perjanjian-perjanjian itu tidak bertentangan dengan hukum dan telah memenuhi legalitas. (7) Asuransi Perlindungan asuransi yang dimiliki mencakup jenis asuransi, obyek yang diasuransikan, jumlah pertangungan, jangka waktu mulai dan berakhirnya pertanggungan dan pihak perusahaan asuransi sebagai Penanggung. (8) Ketenagakerjaan Meliputi pemeriksaan atas kelengkapan Pendaftaran Tenaga Kerja, Peraturan Perusahaan, Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Penyertaan JAMSOSTEK, Pemenuhan ketentuan upah minimum, Keberadaan Serikat Pekerja dan pemeriksaan atas kelengkapan ijin-ijin khususdi biclang ketenagakerjaan, misalnya memperkerjakan karyawan wanita di malam hari dan atau penggunaan mesin-mesin yang mensyaratkan sertifikasi. Uiw Review, h'aklillas Hukum Vniversilas I'elila Hiirapun, Vol. V No.2. November 2005 Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Admiiiistrusi (9) Proses hukum Kepastian ada tidaknya perusahaan selaku kelembagaan terlibat dalam suatu perkara Perdata atau Pidana di Pengadilan dan atau sengketa ketenagakerjaan, perkara perpajakan atau sengketa dagang melalui Arbitrase, termasuk perkara yang menyangkut Direksi maupun Komisaris yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan. 2) Pendapat dari segi hukum (Legal Opinion) Dari hasil pemeriksaan segi hukum (Legal Audit), maka Legal Due Diligence akan mencapai kelengkapannyadengan menyampaikan pendapat dari segi hukum {Legal Opinion) yang muatannya terdiri atas: (1) Pernyataan atas keabsahan perusahaan sebagai Badan Hukum/Subyek Hukum. (2) Pernyataan struktur permodalan dan keabsahan kepemilikan saham. Net-uru: (3) Keabsahan pengangkatan Direksi dan Komisaris. (4) Pemenuhan dan kepatuhan dalam menjalankan usaha sesuai dengan ketentuan perijinan dan peraturan perundang-undangan. (5) Keabsahan kepemilikan atau penguasaan atas asset dan penyertaan. (6) Keabsahan dan ketaatan terhadap perjanjian/perikatan maupun dalam rangka penawaran umum. (7) Keabsahan perlindungan atas asset dalam pertanggungan asuransi. (8) Pernyataan perkara yang mempengaruhi kelangsungan usaha. 5 2. Finance Due Diligence Pemeriksaan dan penelitian dalam masalah keuangan meliputi: 1) Laporan neraca keuangan perusahaan. 2) Asumsi-asumsi yang mendasari laporan keuangan tersebut. " Ihitl. hal.42 Uiw Review, h'ukullas Hukum Viiiversilas I'elilu Harupan, Vol. V, No.2. Noveinher 200$ 4KS Gayus T. Luinhuun: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukum Administrasi Negara: 3) Evaluasi tentang resiko keuangan. 4) Nilaiasetperusahaan. 5) Kepemilikansaham. 6) Alokasi biaya. 3. Business Due Diligence6 Due Diligence masalah bisnis ini menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1) Latar belakang perusahaan. 2) Operasional / kegiatan perusahaan. 3) Pasar / pemasaran. 4) Lingkungan bisnis 5) Manajemendankepegawaian. 6) Fasilitas yang dimiliki perusahaan. 7) Perencanaan dan prospek bisnis kedepan. B. Due Diligencce Dalam Pengurusan Ijin Usaha Legal Due Dilligence (LDL) terhadap permohonan perijinan dalam penelitian ini, dilakukan oleh Pejabat Adminsitrasi Negara dalam mengeluarkan putusan administrasi negara, yakni perijinan kepada masyarakat atau badan hukum swasta sebelum menjalankan kegiatan usaha. "Ibid, hal.4.1 4#ij Obyek yang diteliti adalah LDL Surat Izin Usaha Agen Perjalanan Wisata (APW) dan Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Propinsi DKI Jakarta. Dari penelitian ini ditemukan bawah obyek LDL pada Agen Perjalanan Wisata (APW) dan Biro Perjalanan Wisata (BPW) meliputi: 1. Surat permohonan kepada Kepala Dinas Pariwisata Propinsi DKI Jakarta. 2. Formulirpermohonan dengan pas photo berwarna ukuran 4X6. 3. Copy Akta pendirian perusahaan (FT atau Koperasi), pada akte ini akan diketahui. 4. Maksud dan tujuan usaha sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.67tahun 1996. 5. Modal dasar perusahan minimal Rp.300 Juta untuk APW dan 500 jutauntukBPW. 6. Copy pengesahan akte. 7. Copy kartu NPWP. 8. Surat keterangan domisili dari lurah dan camat setempat. 9. Izin tempat usaha (ULIG) dari Pemda DKI Jakarta. 10. Akte Jual beli/ bukti sewa kantor. 11. 1MB dan IPB bangunan kantor. hiw Review, i'tikiiluis Hukum Viiiversilns I'elilii Hiimpiiii, Vol. V, No.2, November 2005 Gttyus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukmn Adminislrasi Negaru: 12. Bukti setor modal usaha pada rekening perusahaan minimal Rp. 150 juta untuk APW dan 300 juta untuk BPW. 13. Referensi Bank. 14. Proyek Proposal/ hasil study kelayakan. 15. Memiliki tenaga ahli / berpengalaman dibidang APW minimal 2 (dua) orang dan 3 (tiga) orang yang ahli di bidang BPW. 16. Luas kantor minimal 30 (tiga puluh) m2 dan 60 meter untuk BPW. Disamping dokumen-dokumen tersebut juga harus dilampirkan: 1) Copy KTP pemohon . 2) Daftar riwayat hidup pemohon dan seluruh staf. 3) Daftarriwayathidup tenaga ahli/ referensi. 4) StrukturOrganisasi perusahaan. 5) Denah Lokasi kantor. 6) Denah ruang kantor. 7) Foto kantor bagian luar dan dalam. Dari daftar persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh pihak pejabat administrasi pemerintahan tersebut, terdapat beberapa hal yang tidak konsisten dan lumpang tindih sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini. 1. Keterkaitan keharusan persyaratan perijinan dengan kendala yang dihadapi oleh masyarakat. Keterkaitan keharusan persyaratan pemenuhan dokumen untuk dapat dikeluarkannya Izin APW dan BPW ini, pada bagian tertentu dapat dipahami dan dianggap merupakan kewajaran yang berlaku umum sebagaimana proses LDL yang telah disebutkan diatas, begitu juga bagi badan adminsitrasi negara yang akan mengeluarkan Izin usaha dimaksud, pemenuhan sejumlah dokumen merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memastikan keberadaan sebuah usaha untuk dapat diberikan perijinan. Bahwa namun demikian pada beberapa bagian lain atau untuk pemenuhan sejumlah dokumen, terasa sangat janggal bahkan terkesan sangat berlebihan karena adanya keterkaitan antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lainnya, dalam pengertian bahwa dokumen X IJIW Review, h'akltltas Hiikiiiii Lliiiversilus Pelila llartipaii. Vol. V, No.2, November 2005 -WO (lavas I. Lmiihiiun: Legal Due Diligence Datum Lingknp lliikiini Ailniini.stru.si Negara: tidak akan ada bilamana sipemohon tidak menyertakan dokumen Z, tapi dalam prakteknya walaupun dokumen X telah ada, badan administrasi negara ini masih juga meminta dokumen X. Bahkan lebih dari itu, persyaratan yang dimintakan bertentangan dengan perundangundangan yang ada. Keadaan-keadaan tersebut merupakan bagian dari kendalakendala yang dihadapi oleh masyarakat Pemohon Izin pada pembahasan ini. Dengan kata lain dokumen-dokumen atau persyaratan atau roses LDL yang dilakukan oleh Badan Administrasi Negara terkadang tidak logis dan cenderung menambah rantai birokrasi, membingungkan, dan pada akhimya menyulitkan masyarakat Pemohon Izin. Lebih lanjut mengenai keterkaitan keharusan persyaratan perijinan dengan kendala yang dihadapi oleh masyarakat tersebut dapat dijelaskan padauraian berikut. 2. Pengisian formulir dengan pas photo berwarna, setla copy akte 4m| pendirian perusahaan dan copy KTP Pemohon. Pengisian formuliryangdisediakan oleh Dinas Pariwisata ini harus dilampirkan dengan pas photo Pemohon. Persyaratan ini sangat membingungkan karena Pemohon dalam usaha ini hanya badan hukum swasta yang berbentuk Perusahaan Terbatas (PT) dan koperasi. Sehingga persyaratan ini sulit dilakukan, kecuali secara tegas dalam formulir itu disebutkan bahwa pasphoto yang dimaksudkan adalah milik para direksi PT atau pengurus koperasi. Ketidakjelasan persyaratan dalam daftar persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Periwisata ini, mengakibatkan pemohon harus kembali lagi ke Dinas Pariwisata, karena harus melengkapi dokumennya. Bilamana pas photo yang dimaksudkan adalah benar milik para direksi atau pengurus, maka persyaratan inipun terkesan berlebihan karena perusahaan yang melakukan usaha dibidang APW dan BPW harus Uiw Review, I akullas Hukum Universitas I'elittt Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 (Itnus T. l.uiiibuun: Legal Due Diligence Dalam l.iugkup Hukum Administrusi memperbaharui persyaratannya, setiap kali terjadi pergantian direksi atau penguins pada badan usaha itu. Kondisi ini jelas menambah birokrasi yang tidak perlu, apalagi mengenai maksud persyaratan ini tidak jelas tujuannya dan tidak ada kaitannya dengan usaha Pemohon. Demikian pula dengan peryaratan mengenai copy pendirian akte perusahaan dan copy KTP Pemohon karena akte pendirian hanya dimiliki oleh perusahaan dan KTP hanya dimiliki oleh orang perorangan, sedangkan Pemohon dalam APW dan BPW adalah perusahaan atau koperasi. 3. Modal dasar dan modal disetor perusahaan. Modal dasar untuk usaha yang bergerak dibidang wisata ini telah ditetapkan masing-masing sebesar Rp.300 juta untuk APW dan Rp.500 juta untuk BPW. Namun Dinas Pariwisata menetapkan bahwa modal disetor yang hams dipenuhi adalah Rp.150 juta untuk APW dan Rp.300 juta untuk BPW. Persyaratan jumlah modal disetor ini tidak ada penjclasannya. Ncgaru: kenapa harus dipenuhi sampai 50 % untuk APW dan 60 % untuk BPW. Padahal menurut Undangundang Perseroan Terbatas, minimal modal disetor pada saat pengesahan hanya sebesar 25 % dari modal dasamya. Persoalan lain adalah, bagaimana dengan badan hukum koperasi yang tidak mengenai modal dasar dan modal disetor ? tidak ada penjelasan resmi mengenai hal ini yang penulis dapatkan. Kalau demikian halnya, pada bagian ini akan sangat terbuka ruang untuk melakukan KKN antara Pemohon dengan badan administrasi ini. 4. Referensi Bank dan bukti modal disetor. Dinas Pariwisata selalu meminta Referensi bank, dalam pengertian bahwa perusahaan atau koperasi sebagai Pemohon adalah nasabah dari bank yang mengeluarkan referensi. Persyaratan ini jelas sangat berlebihan mengingat dengan adanya bukti modal disetor kepada bank yang besangkutan, maka tanda penyetoran modal tersebut sekaligus akan membuktikan IJIW Review, l-'akullas Hukum Universitas I'elila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 4«.)2 Cayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Adniinislrasi Negura: bahwa perusahaan atau koperasi yang bersangkutan adalah nasabah dari bank yang mengeluarkan referensi. 5. Keterangan domisili, Izin Tempat Usaha (UUG) dan Akta Jual Beli/ bukti sewa kantor. Keterangan domisili adalah persyaratan yang umum untuk menentukan dimana domisili hukum perusahaan tersebut, akan tetapi persyaratan mengenai Izin Tempat Usaha dengan merujuk pada Undang-undang Gangguan menjadi berlebihan, mengingat usaha yang dilakukan pada bidang APW dan BPW adalah usaha bidang jasa pariwisata, dimana kantor sebagai domisili hukum hanya sebatas tempat untuk menjalankan kegiatan administrasi saja, bukan untuk menempatkan barang-barang atau mesin-mesin, usaha yang menimbulkan kebisingan atau limbah sebagaimana layaknya industri pada umumnya. Sungguhpun demikian jika persyaratan mengenai UUG tersebut hams dipenuhi maka, persyaratan mengenai 493 Keterangan Domisili dan Akta Jual Beli/Sewa kantor menjadi tidak perlu lagi mengingat Izin berdasarkan UUG tidak akan dapat diperoleh jika tidak menyertakan kedua dokumen tersebut, atau dengan kata lain kedua izin tersebut sudah pasti dimiliki oleh Pemohon jika mereka memperoleh izin UUG. 6. Bukti sewa kantor. Bukti Jual Beli atau sewa kantor jelas tidak ada hubungannya dengan usaha APW atau BPW, karenanya persyaratan ini juga dianggap berlebihan, apalagi status kepemilikan tempat yang digunakan juga tidak menentukan diberikan atau tidak diberikannya izin. 7. Proyek proposal. Permasalah mengenai proyek proposal sebenarnya berkaitan dengan latar belakang pendirian usaha, maksud dan tujuan, termasuk target marketing dan atau strategi marketing atau menjalankan usaha. Dan sesuai dengan bentuk usahanya, yakni industri dibidang pariwisata, tentu saja usaha ini memerlukan kiat- IMW Review, h'akultas Hukum Vniversilas I'elita Harapan, Vol. V No.2, November 2005 Gayux T. Lunibuuii: Legal Due Diligence Dalam Lingkup Hukiim Ailminislmsi Negura: kiat tersendiri. Dalam bisnis masalah strategi ataupun kiat berusaha tersebut merupakan bagian pula dari rahasia perusahaan. Oleh karenanya persyaratan proyek proposal sangat tidak relefan. Bilamana Dinas Pariwisata bermaksud untuk mengetahui bentuk usaha dan jenis usaha yang akan dijalankan, maka sesungguhnya hal yang demikian sudah terdapat didalam Anggaran Dasar atau akte pendirian perusahaan yang menjadi salah satu dokumen yang dipersyaratkan oleh Dinas Pariwisata. 8. Tenaga ah 1 i dan staff. Masalah tenaga ahli dan staffjuga tidak layak dijadikan sebagai salah satu persyaratan, apalagi hams dengan melampirkan daftar riwayat hidup yang besangkutan, karena hal yang demikian terlalu dini dan sangat tidak logis bagi sebuah badan administrasi yang tugasnya hanya memberi ijin. Pernyataan tersebut bukannya tanpa alasan, karena perusahaan yangdidirikan belum mempunyai izin, sehingga pada sejumlah perusahaan yang baru berdiri tidak mungkin untuk melengkapi seluruh personil yang dibutuhkan dalam stuktur perusahaannya karena perusahaan belum mulai berjalan, tapi baru pada proses pendirian. Jika masalah kelengkapan tenaga ahli dan staff ini hams dipaksakan maka Pemohon harus merekrut tenaga kerja dalam rangka mendapatkan perizinan dengan konsekuensi mengeluarkan biaya dan upah untuk kepentingan sebuah perusahaan yang belum mulai menjalankan kegiatan usahanya. 9. Luas Kantor, denah ruangan kantor, photo bagian dalam dan luar kantor serta struktur perusahaan. Persyaratan mengenai luas kantor, denah ruang kantor, dan photo bagian dalam dan luar kantor serta struktur perusahaan, adalah persyaratan yang sangat tidak relefan, karena hal ini berkaitan dengan kebutuhan usaha (terutama target atau cakupan usaha), strategi usaha dan keleluasaan pemohon dalam l/tw Review, h'akultas llukum Universalis I'elila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 w Gayus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Dalani Lingkup Hukum Administrasi Negara: mengatur tata ruang dan tata keija perusahaannya. Bila persyaratan izin ini juga dipaksakan, maka setiap kali tata ruang dan bertambahnya luas ruangan kantor, serta berubahnya struktur atau bertambahnya karyawan, maka pemohon harus membuat laporan kepada Dinas Pariwisata. Hal ini jelas tidak efektif. Disamping dokumen LDL pada APW dan BPW, dapat pula dilihat LDL yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi DKI Jakarta sebelum menerbitkan Pengesahan terhadap Peraturan Perusahaan (PP) yang dimintakan kepadanya. Dokumen yang diperlukan untuk LDL ini adalah: 10. Data-Data Ketenagakerjaan yang diantaranya meliputi : status permodalan, jumlah karyawan menurut pengupahan dan hubungan kerjanya, upah dan jenis tunjangan karyawan, Jamsostek dan AKDHK, koperasi karyawan dan Serikat Pekerja. Data-data ketenagakerjaan yang dimintakan disini jelas terlihat tidak terdapat hubungannya 495 dengan PP yang dimintakan pengesahannya oleh Pemohon kepada badan administrasi negara, mengingat PP tersebut belum ada atau baru akan diberlakukan. Sehingga kalaupun PP mengatur mengenai upah, Jamsostek dan lain sebagainya, hal yang demikian akan diberlakukan setelah PP tersebut disahkan. Bilamana kebutuhan data yang demikian diperlukan oleh Dinas Tenaga Kerja sebagai bagian dari upaya pengawasannya terhadap masalah ketenagakerjaan, maka hal tersebut cukup dibuat dalam wajib lapor ketenagakerjaan yang harus dilakukan menurut UU No.7Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan. - Surat Pernyataan Pimpinan Perusahaan mengenai proses pembuatan PP, upah minimum, Jamsostek dan AKDHK. Surat Pernyataan ini kurang efektif dan menjadi tidak ada gunanya karena Dinas Tenaga Kerja juga telah mensyaratkan hal yang demikian pada angka 3, dan 5dibawahini. - BeritaAcaraHasil Pembahasan Penyusunan PP antara IMW Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 Gayus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Daluni Lingkup Hukum Adniinistrasi Perusahaan dengan karyawan. - Foto copy SK Pengesahan dan PP yang lama untuk perpanjangan. - Foto copy kwitansi iuran pembayaran Program Jamsostek dan Program AKDHK terkahir. Persyaratan ini menjadi tidak relefan lagi jika persyaratan Nomor 2 diatas tetap harus diajukan. Namun demikian persyaratan mengenai kwitansi pembayaran Jamsostek dan AKDHK terakhir juga tidak ada hubungannya dengan PP yang akan disahkan karena hal perihal yang demikian mendapat porsi tersendiri bagi Dinas Tenaga Kerja untuk melakukan LDL khusus bilamana diperlukan. - PP yang dimintakan pengesahaannya sebanyak 2 (tiga) berkas. C. Permasalahan-permasalahan Dalam Pelaksanaan LDL Hasil wawancara dengan seorang yang sedang mengurus ijina usahanya menggambarkan permasalahan-permasalahan, sebagai berikut:7 1. Neguru: Ketersediaan atau Kelengkapan dan keabsahan Dokumen LDL dapat dilakukan secara menyeluruh terhadap suatu perusahaan atau terbatas pada satu transaksi tertentu saja. Pada penelitian ini LDL dilakukan terhadap kelengkapan dokumen perusahaan untuk dapat diberikan izin usahaoleh Dinas Pariwisata. Permasalahan yang timbul adalah adanya dokumen yang hilang atau tidak lengkapnya dokumen atau keabsahan sebuah dokumen atau tingkat kekuatan hukum sebuah dokumen dipandang dari bentuknyayang merupakan akte dibawah tangan atau akte notaris, kekurangan dokumen menyebabkan penilaian secara menyeluruh terhadap suatu badan hukum akan sulit dilakukan, demikian pula dengan keabsahan sebuah dokumen akan menyebabkan ' Wawancara dengan Sdr. Yuherman, yang sedang mengurus ijin usaha agen perjalanan dan biro wisata di Dinas Pariwisata DK1 pada tanggal 23 September 2005. IMW Review, Fakultas Hukum Universiln\ Pelila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 446 Gayus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Pedum Lingkup Hukum Administrusi hasil audit yang dilakukan akan disertai dengan catatan-catatan tertentu. Namun pada bagian lain kebutuhan dokumen yang berlebihan (dalam contoh kasus tulisan ini) menyebabkan masyarakat atau badan hukum yang menjadi objek LDL disibukkan dengan penyediaan dokumen secara berulangkali serta menambah rantai birokrasi. 11. Kebijakan dan Independensi Ketidakjelasan jenis dokumen yang diperlukan dalam kasus ini, akan membuka peluang bagi Dinas Pariwisata untuk memberikan kebijakan, sedangkan setiap kebijakan harus dapat dipertanggunjawabkan sifat independennya, sehingga perlakuan yang sama akan diberikan kepada setiap Pemohon yang menghadapi permasalahan yang sama. 12. 497 WaktuLDL Banyaknya dokumen yang diperlukan atau semakin luasnya objek LDL, akan menyebabkan waktu proses LDL semakin lama Hal ini tidak Neguru: efektif bagi badan administrasi negara yang akan mengeluarkan keputusannya berdasarkan LDL tersebut, sedangkan keputusannya itu sangat diperlukan dan mendesak keberadannya bagi si Pemohon, apalagi hal keputusan dimaksud berkaitan dengan kegiatan sebuah usaha. Misalnya Izin Usaha Pariwisata dan Peraturan Perusahaan tersebut diatas. 13. Proses Hukum Yang Sedang Berjalan Proses hukum yang sedang berjalan, yang berkaitan dengan status dokumen atau status badan hukum yang menjadi objek LDL akan turut mempengaruhi pemeriksaan yang maksimal. 14. Kebutuhan Objek LDL Banyaknya dokumen yang diaudit dalam rangka LDL oleh suatu badan administrasi negara sebelum mengeluarkan keputusannya, akan sangat merugikan pihak yang diteliti, yakni dilakukannya pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang tidak Law Review, FakuUas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 Gayus T. Lumhiiun: Legal Due Diligence Datum Lingkup Hukum Administrasi Negara: relefan atau masih dilakukannya pemeriksaan terhadap dokumen yang seharusnya telah dianggap adadan absah keberadaannya karena dokumen yang bersangkutan juga diperlukan untuk memperoleh dokumen lain, dimana dokumen lain tersebut telah diajukan olehpihakyangditeliti. Tindakan ini sangat merugikan pihak yang diteliti, oleh sebab itu dokumen yang menjadi objek LDL haruslah sesuai dengan kebutuhan, yakni untuk apa LDL tersebut dilakukan. tujuan akusisi, merger, konsolidasi ataupun pemerian pinjaman dan emisi efek, ijin usaha menjadi bagian dari due diligence tersebut. Oleh karena itu, due diligence di bidang ijin usaha merupakan bagian dari due diligence pada umumnya. Kedua, dokumen-dokumen yang dijadikan obyek due diligence ditetapkan oleh aparatur administrasi pemerintahan. Namun penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa dokumendokumen tersebut sering bersifat duplikasi, tumpang tindih dan tidak konsisten. III. Penutup A. Kesimpulan Hasil penelitian ini sampai pada kesimpulan terhadap ketiga permasalahan yang diteliti: Pertama, due diligence dalalam hukum administrasi pemerintahan, khususnya masalah pengurusan ijin usaha, meaipakan salah satu dari bentuk due diligence yang biasa dilakukan dalam praktek. Di samping itu, dalam kaitannya dengan due diligence yang umum dalam praktek seperti untuk Ketiga, Dalam prakteknya, pemohon mengalami beberapa kendala ketika melakukan due diligence, seperti masalah ketersediaan atau kelengkapan dan keabsahan dokumen, kebijakan dan independensi, waktu pelaksanaan. B.Saran Hasil penelitian ini mendorongpeneliti untuk mengajukan beberapa saran yang terkait dengan pelaksanaan due diligence di bidang perijinan usaha, yaitu: IMW Review, Fakuttas Hukum Universitas Pelila Harapan, Vol. V, No.2, November 2005 49^ Guxus T. Lumhuun: Legal Due Diligence Pertama, aparatur pemerintah perlu merevisi kembali persyaratanpersyaratan yang obyek due diligence, terutama untuk menghindari persyaratan yang tidak konsisten, tumpangtindih. Kedua, perlu ada pembatasan waktu proses due diligence, untuk menciptakan suatu tata pemerintahan yangefektif. Ketiga, aparatur pemerintah sebagai pelaku due diligence harus memiliki kapabilitas pengetahuan yang luas dan mendalam, sehingga mampu memberikan penjelasan kepada pemohon tidak saja bersifat formal legalistik. DAFTARPUSTAKA Opinion. Teoritis Empirisme, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta: 1987. Marbun, S.F, Peradilan dan Upaya Adnministrasi Adnistratif Indonesia. UII di Press. Yogyakarta: 2003. Sitompul, Asril. Due Diligence dan tanggung J a w a b L e m b a g a Lembaga Penunjang Pada Proses Penawaran Umum. Citra Aditya Bakti, Bandung: 1999. Soekanto.Soerjono, dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003. Modal. Keputusan H K H P M No.KEPOl/HKM/1995 tentang RajaGrafindo Standar Pemeriksaan Hukum A peldoornvan, L.J., Penganlar dan Standar Pendapat Hukum. limit Hukum. Pradnya Paramita, Jakarta : 1975. Hadjon, Phillipus M. Penganlar Hoed, Marbun, S.F. & Maht'ud MD., Moh., dan Persada, Jakarta: 2004. Administrasi Negara: Himpunan Konsultan Hukum Pasar Amos, H.F. Abraham. Legal Aktualisasi mi Lingkup Hukum Administrasi Indonesia. Peraturan Perundang-undangan Hukum Gajah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 Mada University Press, 2002. tentang Perindustrian. Rahayuningsih, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Diligence, Legal Due Makalah, Jakarta, 2005. tentang Wajib Daftar Perusahaan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. 499 Law Review, Fakultas Hukum Unit Pelita Harapan, Vol. V, No.2, November 200% Gttvus T. Lumbuun: Legal Due Diligence Dahini Lingkup Hukum Administrasi Negara: Undang-undang Nomor . 13 Tahun 2()03 lentang Keienagakerjaan. Peraluran Pemerintah No. 67 Tahun 1996 tentang Usaha Agen Perjalanan Wisata. Peraluran Daerah Nomor 7 Tahun 1989 teniang Ketentuan Penyelenggaraan Kesejahteraan Pekerja pada Perusahaan di Wilayah DKI Jakara, IJIV Review, /•'akiillus Hukum lluiversilus I'elila llunipun. Vol. V, No.2, November 2005 5U)