KAPITA SELEKTA EKONOMI KEBIJAKAN EKONOMI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh - Sofia Aunul, M.Si Abstract Kompetensi Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat: 1. Memahami kebijakan moneter. 2. Memahami instrumen kebijakan moneter. 3. memahami kebijakan fiskal. KEBIJAKAN MONETER Tujuan pokok kebijakan moneter yang juga merupakan tujuan tunggal Bank Indonesia berdasarkan Undang-undang No.23 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No. 3 tahun 2004 adalah mencapai dan Memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam undang-undang ini dilakukan formulasi ulang dna perubahan fundamental mengenai tujuan kebijakan moneter yang lebih fokus dibandingkan dengan Undang-undang Bank Indonesia sebelumnya (UU No. 13 Tahun 1968). Dasar pemikiran dari tujuan tunggal Bank Indonesia tersebut adalah bahwa kestabilan harga melalui upaya mempertahankan tingkat inflasi yang rendah merupakan dasar pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam jangka panjang. Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER Dalam upaya mempengaruhi jumlah uang beredar bank sentral umunya menggunakan beberapa instrumen kebijakan moneter yang dapat digolongkan ke dalam dua jenis instrumen: A. instrumen kebijakan moneter langsung (direct monetary policy instruments), dan B. intrumen kebijakan moneter tidak langsung (indirect monetary policy instruments). A. Instrumen Kebijakan Moneter Langsung Instrumen kebijakan moneter langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang digunakan bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar secara langsung. Pengertian lainnya adalah instrumen pengendalian moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Sasaran yang dimaksud adalah target monetary base yaitu uang primer dan reserve bank. 10 2 Kapita Selekta Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengendalian moneter yang dilakukan secara langsung tersebut memiliki kemampuan yang langsung mempengaruhi neraca bank-bank umum, misalnya dengan menetapkan tingkat bunga, baik tingkat bunga simpanan maupun tingkat bunga pinjaman (interest rate ceiling) atau menetapkan jumlah maksimal kredit yang dapat disalurkan oleh setiap bank disebut credit ceiling. Dengan menetapkan pagu kredit, perbankan memiliki keterbatasan menyalurkan dananya yang pada gilirannya akan berdampak pada berkurangnya jumlah uang yang beredar. Dari sisi otoritas moneter, instrumen langsung ini merupakan instrumen yang efektif untuk mencapai sasaran pengurangan jumlah uang beredar dalam rangka pengendalian harga (tingkat bunga). Namun dari sisi pasar instrumen ini merupakan instrumen yang tidak berorientasi pasar (non market based) karena pencapaian target operasional dilakukan tidak melalui mekanisme pasar. Instrumen kebijakan moneter langsung biasa digunakan oleh bank sentral atau otoritas moneter terutama di negara-negara berkembang terdiri dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut: a. Credit ceiling Credit ceiling atau pagu kredit adalah oenentuan jumlah batas maksimal kredit yag diperbolehkan untuk disalurkan oleh masing-masing bank yang ditetapkan oleh bank sentral. b. Penetapan tingkat bunga. Penetapan tingkat bunga dilakukan dengan menentukan besarnya tingkat bunga yang diberikan atau dikenakan oleh bank kepada nasabahnya, baik nasabah deposan atau penabung maupun nasabah debiturnya. c. Penurunan nilai uang Nilai penurunan uang biasanya dilakukan dengan persentase tertentu, misalnya25% atau 50% dari nilai nominal uang, tergantung kebijakan pemerintah atau bank sentral. Pada tahun 1950an pemerintah pernah melakukan hal ini dengan menurunkan 50% dari nominal uang, yang kemudian dikenal dengan istilah “gunting Syafruddin” yang diambil dari nama menteri keuangan saat Purwanegara. d. Kredit langsung 10 3 Kapita Selekta Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id itu Syafruddin Kredit langsung dimaksudkan untuk mrmbantu pembiayaan sektor-sektor usaha tertentu yang merupakan sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan telah diprogram oleh pemerintah. Kredit ini juga dikenal sebagai kredit program. Pada tahun 1980an, pemerintah menyalurkan kredit ini untuk memacu perkembangan sektor usaha kecil menengah, yaitu kredit modal kerja permanen dan kredit investasi kecil. Pada tahun 1990an, pemerintah menyalurkan kredit langsung dalam bentuk dana bergulir yang diberikan kepada sektor usaha kecil-menengah. B. Instrumen Kebijakan Moneter Tidak Langsung Instrumen kebijakan moneter tidak langsug adalah instrumen pengendalian moneter yang secara tidak langsung mempengaruhi sasaran operasional ke arah yang ditargetkan oleh bank sentral sebagai otoritas moneter. Instrumen tidak langsung yang digunakan bank sentral dalam rangka mengendalikan variabel moneter antara lain sebagai berikut: a. Likuiditas Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirements) LIkuiditas Wajib Minimum adalah ketentuan yang mewajibkan setiap bank memelihara sejumlah mínimum alat likuid yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun atau kewajiban lancar bank. Likuiditas Wajib disebut juga cadangan wajib seringkali dibedakan menjadi dua jenis, yaitu cadangan primer (primary reserves) dan cadangan sekunder (secondary reserves). b. Fasilitas Diskonto (Discount facility) Yaitu fasilitas yang diberikan kepada perbankan dalam bentuk pinjaman dengan menggunakan surat-surat berharga yang dimiliki sebagai jaminan. Tingkat diskonto (discount rate) untuk fasilitas pinjaman ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Tingkat diskonto yang dikenakan oleh bank sentral ini akan menajdi benchmark (patokan) tingkat bungan kredit perbankan. c. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia melaksanakan Operasi Pasar Terbuka (OPT) atau Open Market Operation sebagai salah satu cara poengendalian moneter 10 4 Kapita Selekta Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagaimana diamanatkan dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 yang juga telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Istilah-istilah yang sering digunakan untuk perlu dipahami secara benar adalah sebagai berikut: i. Operasi Pasar Terbuka adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. ii. Kontraksi Moneter adalah pengurangan likuiditas perbankan melalui kegiatan OPT. iii. Ekspansi Moneter adalah penambahan likuiditas perbankan melalui kegiatan OPT. iv. Sertifikat Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SBI, adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. v. Surat Utang Negara adalah surat berharga berupa surat pengakuan dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang berlaku. Tujuan OPT. OPT bertujuan mencapai target operasoinal kebijakan moneter dalam rangka mendukung pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia. Target operasional kebijakan moneter dimaksud dapat berupa target kuantitas uang primer atau kompponennya, atau target suku bunga pasar jangka pendek. Pencapaian target operasional kebijakan moneter dilakukan dengan cara mempengaruhi likuiditas perbankan melalui kontraksi moneter atau ekspansi moneter. Kegiatan OPT. OPT dilakukan melalui kegiatan: a. Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI); b. Jual beli surat berharga dalam Rupiah yang meliputi SBI, Surat Utang Negara dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan; 10 5 Kapita Selekta Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Penyediaan fasilitas Simpanan Bank Indonesia dalam Rupiah (FASBI). d. Jual beli valuta asing terhadap Rupiah. Peserta OPT. Peserta OPT terdiri dari bank, lembaga perantara, dan pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Peserta OPT dibedakan menjadi peserta langsung dan peserta tidak langsung. Pelaksanaan OPT. OPT dilaksanakan secara berkala dan dalam hal diperlukan, OPT dapat dilakukan sewaktu- waktu. Pelaksanaan OPT dilakukan melalui mekanisme lelang dan atau non lelang. Peserta tidak dapat mengajukan penawaran melalui peserta langsung kepada Bank Indonesia. Peserta OPT yang telah mengajukan penawaran dilarang membatalkan penawarannya. d. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) Di samping SBI sebagai instrumen OPT dalam rangka kontraksi seperti yang dijelaskan di atas, Bank Indonesia juga menggunakan instrumen pengendalian moneter lain yang berdampak kontraktif yang dikenal dengan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) , yaitu fasilits yang diberikan BI kepada bank untuk menempatkan dananya (rupiah) di Bank Indonesia. Jangka waktu FASBI maksimal 7 hari ditransaksi dengan sistem diskonto. Nilai tunai transaksi menggunakan perhitungan diskonto murni (true discount). Bank Indonesia menyediakan fasilitas kepada bank-bank yang memiliki ekses likuiditas pada akhir hari operasi. Suku bunga (discount rate) FASBI.lebih rendah dari tingkat bunga SBI atau pasar. Berbeda dengan SBI, FASBI bukanlah instrumen pasar uang sehingga tidak dapat diperdagangkan atau diagunkan dan tidak dapat dicairkan sebelum jatuh waktu temponya. e. Fasilitas Diskonto Ulang (Rediscount Facility) Fasilitas diskonto ulang sebagai instrumen kebijakan moneter langsung pada dasarnya adalah fasilitas pendanaan yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi bank yang membutuhkan dana dengan cara mendiskonto ulang surat-surat berharga yang dimilikinya. Fasilitas Rediskonto bukan surat berharga yang diterbitkan oleh bank sentral atau surat utang pemerintah, melainkan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) berupa wesel dan promes yang diterbitkan oleh perbankan maupu oleh nasabah 10 6 Kapita Selekta Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bank. Fasilitas ini tidak digunakan lagi oleh Bank Indonesia oleh Bank Indonesia sebagai instrumen dalam rangka pemberian fasilitas rediskonto kepada perbankan sejalan dengan tidak diterbitkannya lagi SBPU sejak tahun 1998. f. Persuasi Moral (Moral Persuasion) Persuasi moral dapat menjadi instrumen pengendalian moneter oleh Bank Indonesia untuk mencapai sasaran operasionalnya. Cara kerja instrumen ini pada dasarnya adalah Bank Indonesia memberikan himbauan kepada bank-bank, biasanya trutama kepada bank-bank utama saja (leading Banks), agar menjalankan himbauan atau permintaan Bank Indonesia sesuai dengan kebijakan moneter yang dijalankannya. Biasanya Bank Indonesia akan menambah jumlah uang beredar, Bank-bank diminta untuk menurunkan tingkat bunganya dan mulai menyalurkan kreditnya kepada sektor riil. Dengan himbauan ini bank-bank secara moral bersedia mengikutinya dalam rangka mendorong kegiatan sektor produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy) Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. • Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. • Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. 10 7 Kapita Selekta Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran : 1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif. 2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. 3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget) Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin. Daftar Pustaka Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan moneter dan Perbankan. Edisi Kelima.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005. 10 8 Kapita Selekta Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id