i JURNAL KARYA ILMIAH PRIVATISASI PT. INDOSAT MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 Oleh YUNI ASTUTI D1A012458 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2016 ii HALAMAN PENGESAHAN PRIVATISASI PT. INDOSAT MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 Oleh : YUNI ASTUTI D1A012458 Menyetujui, Pembimbing Pertama, Dr. Kurniawan SH., M.Hum NIP. 19770303 200312 1 001 iii PRIVATISASI PT. INDOSAT MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 YUNI ASTUTI D1A012458 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode privatisasi pada PT. Indosat menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan dampak yang akan ditimbulkan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan metode pendekatan perundang-undangan, konseptual dan study kasus. Program privatisasi diberlakukan pada saat dikorporasikannya perusahaan negara menjadi perusahaan umum, didorong dengan krisis keuangan pemerintah dan dikenakannya kewajiban pemerintah untuk melakukan bail out atas utang bank-bank swasta yang menyebabkan devisit APBN, metode privatisasi yang sering digunakan yaitu penawaran umum, penjualan langsung kepada investor dan penjualan saham kepada karyawan. Dengan dilakukan privatisasi secara langsung otomatis menimbulkan dampak positif dan negatif. Kata kunci : Privatisasi, perusahaan, BUMN. PRIVATIZATION PT. INDOSAT STATUTORY NUMBER 19 OF 2003 ABSTRACT This study aims to determine the method of privatization of PT. Indosat according to Acts No. 19 Of 2003 concerning State Enterprises and its impact that will be caused. This study uses normative law research method approach to legislation, conceptual and case studies. The privatization program implemented at the time corporate state company into a public company, driven by the financial crisis the government and wore the obligation of governments to bail out the debts of private banks that caused the deficit state budget, methods of privatization that is often used is the public offering, selling directly to investors and the sale of shares to employees. Bosed on the privatization done directly automatically lead to positive and negative impacts. Keywords: Privatization, company, BUMN. iv PENDAHULUAN Privatisasi sebagai bagian dari liberalisasi ekonomi di Indonesia sebenarnya diisukan secara bertahap sejak masa pemerintahan Soeharto, yakni sejak diberlakukannya deregulasi dan dikorporasikannya perusahaan negara menjadi perusahaan umum. Didorong oleh krisis keuangan pada tahun 1998, menyusul dikenakannya kewajiban pemerintah untuk melakukan bail out atas hutang bank-bank swasta yang menyebabkan devisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maka pemerintah diminta oleh International Monetary Fund (IMF) melalui letter of intent memberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi mengenai privatisasi BUMN sebagai perusahaan publik (PERSERO). UU ini kemudian diikuti Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang termasuk paling awal diprivatisasi adalah Perusahaan Negara PN. Pertamina yang diubah menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 9 Oktober 2003,1 Privatisasi sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (12) UU BUMN nomor 19 tahun 2003, adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Program privatisasi pada hakikatnya adalah melepas kontrol monopolistik Pemerintah terhadap perusahaan negara. Akibat kontrol monopolistik pemerintah 1 hlm. 26 Anggoro,Pony, Privatiasasi BUMN : Sebuah Ironi, (Jakarta: Sinar Harapan, 2008) v atas perusahaan negara menimbulkan distorsi antara lain, pola pengelolaan perusahaan negara menjadi sama seperti birokrasi pemerintah, terdapat conflict of interest antara fungsi pemerintah sebagai regulator dan penyelenggara bisnis yang menyebabkan pengelolaan perusahaan negara cenderung tidak transparan. Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) hampir tidak ditemukan pada perusahaan negara yang telah menjadi perusahaan terbuka (go public). Salah satu perusahaan persero BUMN yang diprivatisasi yakni perusahaan indosat yang dimana Penjualan saham Indosat ke perusahaan asing asal Singapore, Singapore Technologies Telemedia (STT). Dimana nilai jual saham indosat saat itu dinilai sangat murah, padahal asset Indosat saat itu sangat besar, karena sebelum dijual Indosat baru saja mengakuisisi Satelindo (dampak dari pemisahan saham indosat dan telkom di seluruh perusahaan telekomunikasi yang ada di Indonesia). Dan dana hasil penjualan juga tidak jelas alirannya kemana. Saat ini pemerintah Indonesia tidak memiliki kontrol yang kuat di Indosat, karena mayoritas saham dimiliki oleh STT, yaitu sebanyak 39,96%, JP morgan memiliki saham sebesar 8,38%, saham publik sebesar 37,37%, sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki saham sebesar 14,29%. Hal yang lebih penting lagi asset negara yang begitu besar yang ada di Indosat tidak lagi dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan nasional yang dalam hal ini pelaksanaan UU No 19 Tahun 2003 mengenai privatisasi perusahaan negara tidak sejalan dengan Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945, ayat (2) ’’cabang-cabang produksi penting bagi negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh vi negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, 2 karena berhubungan langsung dengan hajat hidup orang banyak, kepemilikan saham STT begitu banyak akan mengurangi peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya publik pada masyarakat. Semakin besar pemegang saham membeli saham suatu perusahaan maka semakin besar pula investasi yang dapat ia lakukan dalam menentukan dalam kebijakan perusahaan. 2 Fredi Purnama Adi, Analisis Kasus Penjualan Saham Telkomsel http;//fredypurnama.blogsport-kasus-penjualan-saham-telkomse diunduh pada tanggal 12 juni 20l2 vii BAB II PEMBAHASAN Metode Privatisasi Yang Mendatangakan Manfaat Bagi Pemerintah dan Masyarakat pada PT. Indosat Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Ketika melaksanakan program privatisasi, pemerintah Indonesia mengikuti model penerapan privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda ketika mentransformasikan status hukum perusahaan negara milik mereka dalam program privatisasi. Kegiatan Privatisasi termasuk juga dalam konversi dari perusahaan negara menjadi PT yang dimiliki oleh negara (persero) disebut “pseudos-privatisation”. Lebih dari pada itu perubahan dari perusahaan negara menjadi PT milik negara merupakan setengah langkah untuk menuju ke privatisasi.3 Kedua negara, baik pemerintah Indonesia maupun pemerintah Belanda mempunyai langkah yang hampir sama dengan “altering”status hukum perusahaan negaranya atau menerapkan “a pseudos privatization style”, sebelum meningkat menuju ke program privatisasi yang sesungguhnya. Di beberapa negara, privatisasi dianggap lebih sesuai ketika menerapkan “direct corporatisation”, walaupun belum tentu sesuai diterapkan di negara lain. Bentuk korporasi bertujuan untuk mengefisienkan sebelum dilakukan privatisasi 3 Rudy B Adweg dalam Safri Nugraha Management Privatisasi BUMN PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, tahun 2008. Hlm. 164 viii secara mutlak. Sebuah studi menyarankan bahwa di beberapa industri, waktu untuk menstrukturisasi disarankan/mengacu sebelum dilaksanakan privatisasi. Program korporasisasi dapat diimplementasikan dalam bentuk restrukturisasi perusahaan melalui join venture atau joint management venture atau bentuk lainnya. Dengan menerapkan atau melakukan kerja sama ‘strstegic partners’, terutama dengan perusahaan internasional (MNC’s), perusahaan negara akan mendapatkan lebih banyak suntikan dana, pangsa pasar, sumber daya manusia dan manajemen yang kompeten.4 Agar suatu privatisasi dapat berjalan dengan baik dan tepat tujuan, tentu harus diatur ketentuan menganai bentuk-bentuk privatisasi yang dapat dilakukan oleh BUMN. Bentuk-bentuk privatisasi tersebut sesungguhnya beraneka ragam, sehingga Undang-undang Badan Usaha Milik Negara memberikan batasan bentuk privatisasi yang dapat dilakukan oleh BUMN yang hendak melakukan privatisasi. Dalam Pasal 78 Undang-undang BUMN privatisasi dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a) Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal hal ini berarti privatisasi dilakukan dengan penjualan saham melalui penawaran umum, penerbitan obligasi konfersi dan efek lain yang bersifat ekuitas. Termasuk dalam pengertian ini adalah penjualan saham kepada mitra strategis bagi BUMN yang telah terdaftar di bursa. b) Penjualan saham langsung kepada investor, hal ini berarti suatu privatisasi dilakukan dengan penjualan saham kepada mitra strategis atau kepada investor 4 Safri Nugraha, Pengkajian Hukum tentang Privatisasi Perusahaan Milik Negara Ditinjau Dari UUD 1945. Jakarta: 2011,. Hlm 85 ix lainnya termasuk financial investor. Cara ini khusus berlaku bagi penjualan saham BUMN yang belum terdaftar di bursa. Hal ini berarti saham milik suatu BUMN tersebut dijual pada pihak tertentu yang hendak menjadi mitra usaha dari BUMN tersebut sehingga mitra usaha tersebut kemudian bertindak sebagai pemilik. Dengan kata lain, mitra usaha dapat juga bertindak sebagai pemegang saham mayoritas yang kemudian juga sebagai pengendali perusahaan. c) Penjualan saham kepada menejemen dan atau karyawan yang bersangkutan merupaka penjualan sebagian besar atau seluruh saham suatu perusahaan langsung kepada menejemen dan atau karyawan perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain, kepemilikan perusahaan beralih pada pihak yang terkait dengan perusahaan. Dalam Pasal 79 disebutkan bahwa untuk membahas dan memutuskan kebijakan tentang privatisasi sehubungan dengan kebijakan lintas sektoral, pemerintah mementuk komite privatisasi sebagai wadah koordinasi. Komite privatisasi dipimpin oleh Menteri Koordinator yang membidangi perekonomian dengan anggota, yaitu Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Teknis tempat persero melakukan kehgiatan usaha. dalam hal ini Menteri Teknis bertindak sebagai regulator di sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha, menjadi anggota komite privatisasi dalam privatisasi BUMN di bidangnya. Dengan kata lain, Menteri Teknis ini menjadi pengendali dalam proses privatisasi BUMN dalam rangka perannya sebagai komite privatisasi. Keanggotaan komite privatisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan keputuan presiden. Komite privatisasi bertugas untuk : x a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan umum dalam persayratan dalam pelaksanaan privatisasi. b) Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperlancar privatisasi Membahas dan memberikan jalan ke luar atas permasalahan startegis yang timbul dalam proses privatisasi, termasuk hubungan dengan kebijakan sektoral pemerintah. Beberapa metode privatisasi berikut ini dapat dijadikan suatu acuan, yaitu:5 1. Privatisasi melalui pasar modal Privatisasi melalui pasar modal Belum tentu dapat memacu pertumbuhan perekonomian. Hal ini terjadi bisa dilihat dari komposisi investor yang membeli saham BUMN di pasar modal. Apabila sebagian besar penyertaan modal dilakukan oleh investor dalam negeri, berarti tidak banyak pertambahan uang beredar di masyarakat, sehingga sulit untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Namun sebaliknya, apabila sebagian besar investor berasal dari luar negeri, maka akan menyebabkan peningkatan uang beredar, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2. Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Dalam Negeri dengan Penyertaan di bawah 50%. Pada strategi ini, pemerintah menjual sebagian kecil (kurang dari 50%) dari saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada satu atau sekelompok investor dalam negeri. Calon investor pada umumnya sudah diidentifikasi terlebih dulu, 5 Purwoko, Model Privatisasi BUMN yang Mendatangkan Manfaat Bagi Pemerintah dan Masyarakat Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.6, No.1, Maret 2002, hlm. 12 xi sehingga pemerintah dapat memilih investor mana yang paling cocok untuk dijadikan partner usahanya. 3. Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Dalam Negeri dengan Penyertaan di atas 50% Seperti halnya alternatif sebelumnya, privatisasi melalui private placement oleh investor dalam negeri dengan penyertaan di atas 50% akan menghasilkan dana bagi pemerintah untuk menutup devisit anggaran. Namun demikian alternatif ini tidak dapat mendongkrak perekonomian nasional, karena dana yang ditanamkan di BUMN berasal dari dalam negeri (sektor swasta). Penyertaan investor di atas 50% akan menyebabkan investor baru memiliki kekuatan untuk ikut menentukan kebijakan dalam menjalankan kegiatan operasional BUMN, sehingga akan terjadi pergeseran peran pemerintah dari pemilik dan pelaksana usaha menjadi regulator dan promotor kebijakan. 4. Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Luar Negeri dengan Penyertaan di bawah 50% Alternatif ini akan menyebabkan adanya aliran dana masuk ke Indonesia, yang sangat berarti untuk mempercepat perputaran perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Investor luar negeri pada umumnya menginginkan adanya good corporate government dalam mengelola BUMN. Dampak Yang Ditimbukan Akibat Privatisasi Yang Dilakukan Terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pada PT. Indosat. Dampak kebijakan privatisasi BUMN jelas terlihat pada perubahan kebijakan pemerintah dan control regulasi. Dimana dapat dikatakan sebagai xii sarana transisi menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar yang lebih kompetitif, dengan adanya jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi, baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi. kebijakan privatisasi dikaitkan dengan kebijakan eksternal yang penting seperti tariff, tiingkat nilai tukar dan regulasi bagi investor asing. Juga menyangkut kebijakan domestik, antara lain keadaan pasarkeuangan, termasuk akses modal, penerapan pajak dan regulasi yang adail dan kepastian hukum serta arbitrase untuk mengantisipasi kemungkinan muncul kasus perselisihan bisnis. Dampak lain yang sering dirasakan dari kebijakan privatisasi yaitu menyebarnya kepemilikan pemerintah kepada swasta, merugikan sentralisasi kepemilikan pada suatu kelompok atau konglomerat tertentu. Sebagai sarana transisi menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar yang lebih kompetitif, dengan jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi. Untuk itu diperlukan perombakan hambatan masuk pasardan adopsi sebuah kebijakan yang dapat membantu pembangunan dan menasik investasi swasta dengan memindahkan efek keruetan dari kepemilikan pemerintah. Seharusnya program privatisasi ditekankan pda manfaat transformasi suatu monopoli public menjadi swasta. Hal ini terbatas pada keuntungan ekonomi dan politik. Dengan pengalihan kepemilikan, salah satu alternative yaitu dengan pelepasan saham kepada rakyat dan kayawan BUMN yang bersangkutan dapat ikut melakukan kontrol dan lebih memotivasi kerja karyawan karena merasa ikut memiliki dan lebih semangat berpartisipasi dalam xiii rangka meningkatkan kinerja BUMN yang sehat. Haal ini dapat berdampak pada peningkatan produktivitas karyawan yang berjuang pada kenaikan keuntungan. Privatisasi BUMN di Indonesia mulai dilakukan pemerintah sejak tahun 1980-an BUMN yang diprivatisasi seperti, PT. TElKOM (Persero), PT. Perusahaan Gas Negara, PT. Indosat, ternyata mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap likuiditas dan pergerakan pasar modal. 6 Kondisi ini membuat semakin kuatnya dorongan untuk melakukan privatisasi secara lebih luas kepada BUMNBUMN lainnya namun demikian, diketahui pula bahwa terdapat beberapa BUMN yang tidak menunjukkan perbaikan kinerja terutama dua sampai tiga tahun pertanma setelah diprivatisasi, mislkan pada PT. Indofarma Tbk. Dan PT. Kimia Farma Tbk. Dimana target privatisasi BUMN masih belum tercapai sepenuhnya. Selain itu metode privatisasi yang dilalakukan pemerintah pun banyak yang berbentuk penjualan saham kepada swasta. Hal ini menyebabkan uang yang diperoleh dari hasil penjualan sahamsaham BUMN tersebut masuk ketangan pemerintah, bukannya masuk ke dalam BUMN yang digunakan sebagai tambahan pendanaan dalam rangka mengembangkan usahanya. Bagi pemerintah hal ini berdampak cukup menguntungkan, karena pemerintah memperoleh pendapatan penjualan sahamnya, namun sebenarnya bagi BUMN hal ini kurang menguntungkan, karena dalam pemilikan saham baru, tentunya mereka dituntut untuk melakukan berbagai perubahan, namun perubahan tersebut kurang diimbangi tambahan dana segar yang cukup, sebagian besar hanya berasal dari kegiatan-kegiatan oprasionalnya 6 Zul Piero, Privatisasi BUMN di Indonesia . http://zulpiero.wordpress.com diunduh pada tanggal 20 April 2010 xiv terdahulu yang seharusnya didapatnya kurang efesien. Dari segi politis masih banyak yang kontra terhadap kebijakan privatisasi saham kepada pihak asing ini, pasalnya, kebijakan ini dinilai tidak sesuai daengan prinsip-prinsip Nasionalisme. Privatisasi kepada pihak asing dinilai menyebabkan tidak adanya keuntungan untuk BUMN dan keuntungan tersebut akan lebih kepada pihak asing dan bukan kembali kepada rakyat Indonesia. Dampak Privatisasi PT. Indosat a. Dampak Positif Damoak positif, negara mendapat tambahan dana atau devisa dari hasil penjualan saham perusahaan tersebut, selain itu dengan masuknya kedua anak perusahaan Temsek, maka akan ada perbaikan dan baik pada manajemen maupun peningkatan teknologinya, yang tentunya akan berdampak perbaikan mutu dan pelayanan, dan juga bahwa privatisasi dapat memberikan manfaat bagi publik, termasuk untuk hak publik mendapat jasa telekomunikasi dengan harga yang kompetitif dari Telkom dan Indosat yang sudah diprivatisasi. b. Dampak negative Dampak negatifnya adalah terjadinya ekses yang mengindikasikan adanya monopoli pasar yang dilakukan oleh perusahaan induk dari sigtel dan STT Singapore yaitu PT. Temsek singapura kondisi yang tidak diinginkan lingkungan industri, yang mana akan merusak bisnis diindonesia, walaupun tidak menguasai seluruh saham kedua perusahaan tersebut, tetapi lebih dari sepertiga sahamnya dikuasainya dan secara langsung Temsek mempunyai andil yang sangat besar dalam mengintervensi kebijaksanaan, strategi dan keuntungan yang didapat oleh xv kedua perusahaan Telekomunikasi Indonesia tersebut. Selain itu pemerintah akan mengalami kesulitan untuk menginvertensi dan mengatur perusahaan-perusahaan ini secara langsung, karena selain berhadapan dengan Temsek tetapi juga akan berhadapan dengan hukun internasional. xvi PENUTUP Kesimpulan Bardasarkan uraian pada bab sebelumnya, penyusun dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan privatisasi diambil oleh pemerintah untuk mewujudkan good corporate governance, meningkatkan kinerja BUMN yang akan diprivatisasi, meningkatkan akses ke pasar internasional,dan menutup defisit APBN, tujuan ini tampaknya tidak bias tercapai karena yang terjadi justru banyaknya permasalahan yang muncul. Privatisasi sebenarnya konsep libralisme yang apabila bisa dilakukan secara ideal akan mendatangkan manfaat bagi negara dan pasar. Dalam proses privatisasi PT. Indosat pemerintah dan pasar berusaha untuk menjalankan perannya dalam kasus ini privatisasi justru menggambarkan adanya distorsi peran negara banyak terdistorsi oleh kepentingan politis dan peran pasar tidak bisa berjalan secara optimal. Hubungan antara keduanya dapat diperbaiki apabila masing-masing melaksanakan perannya dalam wilayah yang spesifik secara maksimal. 2. Dampak terhadap perusahaan milik negara yang diprivatisasi antara lain peningkatan peningkatan budaya kerja atau kinerja perusahaan, yang selanjutnya dapat meningkatkan atau mempertinggi daya saing perusahaan baik dalam sekala nasional maupun internasional sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian negara. Namun dampak lain yang tidak dapat dilupakan adalah dampak terhadap tenaga kerja. xvii Saran Pelaksanaan privatisasi harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Mengingat program privatisasi yang sudah dilakukan oleh banyak negara termasuk Indonesia guna meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakatnya, diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai metode privatisasi yang paling sesuai diterapkan di Indonesia, selain itu perlu juga dilakukan penelitian tentang tenaga kerja akibat dilakukan privatisasi terhadap perusahaan milik negara. xviii DAFTAR PUSTAKA BUKU Anggoro, Pony. Privatiasasi BUMN : Sebuah Ironi, Jakarta: Sinar Harapan, 2008 Rudy B Adweg dalam Safri Nugraha Management Privatisasi BUMN PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, tahun 2008. Safri Nugraha, Pengkajian Hukum tentang Privatisasi Perusahaan Milik Negara Ditinjau Dari UUD 1945.Badan Pembinaan Hukum Nasional Kemenkum dan HAM Jakarta: 2011 Purwoko, Model Privatisasi BUMN yang Mendatangkan Manfaat Bagi Pemerintah dan Masyarakat Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.6, No.1, Maret 2002, Undang-Undang Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milk Negara (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70) Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan perseroan (Lembar Negara Republik Indonesia 4528) Internet Fredi Purnama Adi, Analisis Kasus Penjualan Saham Telkomsel http;//fredypurnama.blogsport-kasus-penjualan-saham-telkomse/2012/06/html Zul Piero, Privatisasi BUMN di Indonesia . http://zulpiero.wordpress.com diunduh pada tanggal 20 April 2010