Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004 Pengantar Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh pajak adalah kemampuan di dalam berhubungan dengan orang lain dengan cara-cara yang baik. Pemberian informasi pajak akan lebih mudah dilakukan bila kita dapat membina hubungan pribadi secara baik dengan wajib pajak atau calon wajib pajak. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan dasar-dasar kemampuan untuk dapat membina hubungan interpersonal yang baik. Secara lebih rinci tujuan tulisan ini adalah: 1. Memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh dalam hubungan interpersonal. 2. Memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip dalam hubungan interpersonal. 3. Memberikan gambaran tentang kemungkinan dan penyelesaian konflik. Faktor yang Berperan dalam Hubungan Interpersonal Faktor yang berpengaruh dalam hubungan interpersonal adalah bagaimana persepsi terhadap orang lain dan kemampuan menampilkan diri secara menarik. Persepsi terhadap orang lain Kualitas hubungan interpersonal kita dengan orang lain bermula dari bagaimana pandangan atau persepsi kita terhadap orang lain. Kalau kita beranggapan bahwa orang lain adalah orang yang memiliki sifat-sifat yang baik, mempunyai niat yang baik, ramah, biasanya kita akan lebih santai dan lebih antusias di dalam berkomunikasi dengan orang tersebut. Bila anggapan kita terhadap calon partner komunikasi adalah kebalikan dari anggapan tersebut, misalnya orang itu tidak ramah, sulit, tidak punya sifat yang baik, maka akan membuat kita kurang tertarik untuk berkomunikasi dengan orang tersebut. Ketika kita membuat kesan terhadap orang lain banyak hal ikut mempengaruhinya, di antaranya adalah hal-hal yang ada di dalam diri sendiri dan hal-hal yang ada pada diri orang lain, dan situasi saat hubungan dilakukan. Hal-hal di dalam diri sendiri. Keadaan di dalam yang amat berpengaruh dalam membentuk kesan terhadap orang lain adalah sifat kepribadian, pengalaman masa lalu, keadaan emosi sementara, dan peran yang tengah dimainkan. Pertama, sifat kepribadian. Tipe kepribadian seseorang akan mempengaruhi cara seseorang melihat orang lain. Ada kecenderungan orang untuk berasumsi bahwa orang lain berprilaku sama spt dirinya sendiri. Orang yang berkepribadiannya tertutup (introvert) biasanya kurang suka bergaul, lebih suka menyendiri dan perhatiannya lebih banyak diarahkan pada dunianya sendiri. Sedangkan orang yang bertipe kepribadian terbuka (extrovert) suka bergaul, perhatian lebih banyak tertuju ke luar dirinya. Oleh karena orang berkecenderungan melihat orang lain seperti orang melihat dirinya sendiri, maka orang introver berkecenderungan untuk melihat orang lain tidak suka bergaul dan orang ekstrover berkecenderungan melihat orang lain lebih suka bergaul. Kedua, pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu juga mempengaruhi kesan kita terhadap orang lain. Bila kita pernah mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan dengan orang lain yang penampilannya serupa dengan orang yang dihadapi sekarang, ada kecenderungan kita membentuk kesan negatif terhadap orang itu. Kita berkecenderungan memindahkan pengalaman masa lalu ke dalam situasi baru yang kita hadapi. Ketiga, keadaan emosi sementara, seperti marah, gembira, sedih dan benci ikut mempengaruhi kesan yang kita buat terhadap orang yang baru pertama kali kita jumpai. Keempat, peran yang tengah dimainkan. Jabatan atau fungsi yang kita pegang seringkali mempengaruhi cara kita melihat orang lain. Sebagai contoh, kalau kita menjadi seorang pimpinan, seringkali kita mencoba untuk akomodatif terhadap pandangan yang berbeda bahkan bertentangan dari seorang anggota kelompok. Contoh lainnya adalah kalau kita menjadi petugas keamanan, seringkali kita menilai kritik yang dilontarkan orang lain kepada pemerintah sebagai penghinaan terhadap pemerintah. Padahal sebenarnya tidak ada sama sekali pikiran demikian pada diri pelontar kritik. Hal-hal pada diri orang lain. Kesan kita terhadap orang lain ditentukan oleh beberapa ciri orang tersebut. Beberapa ciri tersebut adalah ciri fisik, jenis kelamin, asal suku, dan usia. Pertama, ciri fisik. Ciri fisik seperti rupa dan kelengkapan anggota tubuh mempengaruhi kesan kita terhadap orang lain. Dalam beberapa penelitian dijumpai bukti bahwa orang yang rupanya menarik akan dinilai dengan kesan yang berbeda dengan orang yang rupanya jelek. Penelitian Dion (1974) menunjukkan bahwa orang yang cantik atau ganteng dinilai memiliki sifat yang menarik: hangat, mudah bergaul, cerdas, dan beberapa ciri positif lainnya. Sedangkan orang yang secara fisik tergolong tidak menarik umumnya dinilai mempunyai ciri yang sebaliknya. Demikian pula dengan orang yang mempunyai cacat fisik. Ada kecenderungan kita menjadi hiba ketika berhadapan dengan mereka dan seringkali kita menilai dalam diri mereka ada banyak kelemahan. Kedua, jenis kelamin. Kesan kita terhadap orang lain juga ditentukan oleh jenis kelaminnya. Ada semacam stereotip bahwa wanita bersifat emosional, kurang rasional, kurang mandiri, mudah menangis, dan teliti dalam bekerja. Pada laki-laki ciri-cirinya tidak demikian. Mereka dianggap lebih mandiri, tidak mudah menangis, dan lebih rasional. Ketiga, asal suku. Asal suku seseorang ikut mewarnai persepsi kita terhadap orang lain. Stereotip (ciri-ciri yang dianggap sebagai ciri suku walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian) suatu suku seringkali digeneralisasikan kepada semua orang dari suku tersebut. Misalnya orang dari suku Batak dinilai memiliki sifat terus terang dan agak kurang halus. Sedangkan orang Jawa dinilai halus dan kurang berani berterus terang. Kesan yang kurang positif tentang seseorang dari suku tertentu akan menyebabkan kita kurang antusias melakukan hubungan interpersonal dengannya. Hal ini berarti menutup peluang bagi kita untuk dapat menyampaikan penyuluhan pajak dalam suasana yang akrab. Keempat, usia. Usia menentukan kesan kita terhadap seseorang. Orang yang sudah tua kita anggap lebih matang kepribadiannya daripada orang yang masih muda, walaupun dalam kenyataannya belum tentu demikian. Seringkali kita menganggap anak muda kurang penting dibandingkan dengan orangtua. Padahal mereka yang masih muda ini adalah calon wajib pajak di masa datang. Situasi di saat hubungan dilakukan. Dalam upaya membina hubungan baik dengan orang lain seringkali situasi saat hubungan dilakukan menjadi sangat penting artinya. Cukup banyak saat yang memudahkan kontak sosial. Misalnya, di saat ada kenduri di kampung, di saat kegiatan olahraga, atau saat rekreasi. Cukup sering dilakukan negosiasi bisnis di meja makan atau di lapangan olahraga. Suasana santai dan tidak kaku akan memudahkan tumbuhnya persahabatan. Kemampuan menampilkan diri supaya menarik Selain faktor pembentukan kesan terhadap orang lain, kemampuan membuat orang lain memiliki kesan baik terhadap kita adalah hal yang sangat menetukan kesuksesan hubungan interpersonal. Beberapa cara untuk menimbulkan kesan menarik adalah berbicara tentang kesamaan kita dengan orang lain, membicarakan hal-hal yang merupakan kesukaan orang lain, mengingat nama orang lain, tidak merasa rendah diri, berpenampilan bersih dan rapi, menggunakan komunikasi verbal yang menyenangkan, dan menyiapkan mental untuk menerima kritik. Pertama, berbicara tentang kesamaan kita dengan orang lain. Dalam buku The Attraction Paradigm, yang ditulis oleh Byrne (1973), disenutkan bahwa adanya kesamaan antara diri kita dengan orang lain akan membuat kita dan orang itu saling menyukai (liking). Kesamaan, seperti kesamaan prinsip hidup, kesamaan hobi, akan membuat diri kita menarik di mata orang lain. Dalam membina hubungan baik dengan orang lain, mempelajari kebiasaan dan kesukaan orang tersebut menjadi sangat penting. Dengan adanya informasi tentang hal-hal yang menjadi kesukaannya, maka akan mudah bagi kita membuatnya senang pada kita. Kedua, membicarakan hal-hal yang merupakan kesukaan orang lain. Orang akan merasa senang dengan kita bila kita berbicara tentang hal-hal yang disukainya. Misalnya menanyakan tentang hobinya. Atau menanyakan hal-hal yang erat kaitannya dengan kehidupannya, seperti menanyakan kabar anaknya, dan sebagainya. Ketiga, membuat orang merasa penting. Banyak cara membuat orang merasa dihargai. Misalnya mengirimkan kartu ucapan selamat lebaran, selamat ulang tahun dan selamat menempuh hidup baru. Selain itu memuji keunggulan dan prestasi seseorang adalah cara lain yang dapat dipakai. Keempat, mengingat nama orang. Setiap orang merasa bahwa nama adalah bagian penting dalam hidupnya. Mengingat nama mereka berarti mengingat seluruh diri mereka, dan merupakan wujud perhatian kepadanya. Di saat kita berjumpa dengan seseorang dan menyapanya dengan nama panggilan sehari-harinya, hal itu akan mendekatkan hubungan kita dengannya. Ada orang yang daya ingatnya terhadap nama orang lain begitu besar. Tapi banyak juga orang yang sulit sekali mengingat nama orang. Ada cara yang dapat dilakukan untuk membantu kita mengingat nama seseorang. Salah satu caranya adalah dengan mengasosiasi rupa seseorang dengan orang lain yang kita kenal. Misalnya ada seseorang yang mirip rupanya dengan Maradona, namanya Ali. Dalam pikiran kita simpan ingatan, di Argentina ada Diego Maradona, di Indonesia ada Ali Maradona. Kelima, tidak merasa rendah diri (minder). Salah satu hal yang mempersulit kita di dalam membangun hubungan interpersonal yang baik adalah rasa kurang yakin akan diri sendiri. Perasaan rendah diri ini akan membuat orang lain tidak santai berhubungan dengan kita. Perasaan rendah diri dapat diatasi dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengingat sebanyak mungkin pengalaman hidup dan kurang memperhatikan kisah sukses mereka. Keenam, berpenampilan bersih dan rapi. Pada umumnya orang menyukai kebersihan dan kerapian. Bau badan dan bau mulut yang kurang enak seringkali mengganggu teman bicara. Upaya untuk mengatasi bau badan dengan deodoran, dan parfum akan sangat membantu kesuksesan hubungan interpersonal. Bau wangi tertentu ternyata berkaitan dengan status seseorang, apakah dia berasal dari golongan sosial rendah, menengah atau golongan atas. Ketujuh, menggunakan komunikasi verbal yang menyenangkan. Dalam interaksi sosial dengan orang lain seringkali komunikasi verbal yang kita lakukan menyebabkan orang tidak menyukai kita. Misalnya dalam hal mengkritik orang lain, kita tidak melakukan kritik dengan cara yang membuat orang lain merasa diserang. Cara mengkritik yang baik adalah dengan menyiapkan mental orang yang akan dikritik, misalnya dengan mengutarakan segi positif dari pikiran yang diajukan. Kemudian kita mengajukan kritik sambil mengatakan mungkin kritik ini hanya karena kesalahan interpretasi dari apa yang dikatakan oleh orang lain. Kedelapan, menyiapkan mental untuk menerima kritik. Sebagai seorang penyuluh pajak kita akan banyak menerima komentar orang yang tidak mengenakkan kita dalam hubungan dengan pajak. Bila kita mudah tersinggung dan cepat putus asa maka akan sulit bagi kita untuk berhasil dalam pekerjaan. Ada berbagai cara untuk menghadapi orang yang suka mengkritik dan menyepelekan kita. Salah satunya adalah dengan menjadikan dia sebagai teman bertanya tentang hal-hal lain yang bukan masalah pajak. Pada umumnya orang akan suka kepada kita, bila kita minta pendapat atau nasihat darinya. Dia merasa dirinya dihormati. Prinsip Hubungan Interpersonal Apa yang dikemukakan di atas adalah upaya awal untuk membina hubungan interpersonal yang baik. Apakah hubungan yang telah terbentuk akan berlangsung dengan baik, sangat tergantung pada interaksi berikutnya dengan orang tersebut. Walster & Walster (1973) mengatakan bahwa suatu hubungan interpersonal akan berlangsung lama apabila dalam interaksi antara kedua orang tersebut terjadi transaksi yang adil. Transaksi yang adil adalah transaksi yang mengikuti prinsip keadilan (equity). Dalam prinsip equity, keadilan akan terjadi apabila kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi sosial sama-sama memberi dan menerima dalam proporsi yang seimbang. Formulasi prinsip equity dapat digambarkan sebagai berikut: Ia Oa = = Ib Ob I = Input, adalah hal-hal yang diberikan oleh si Akan kepada si B dalam interaksi sosial, baik yang berupa materi atau non-materi, seperti perhatian dan kasih sayang. O = Output, yaitu hal-hal yang diperoleh dari interaksi sosial, berupa materi atau nonmateri. Dalam hubungan interpersonal intensitas pemberian input akan menyebabkan pihak lain menjadi merasa berhutang budi. Sering mengunjungi rumah orang di desa akan menyebabkan mereka merasa diperhatikan. Perhatian yang diperoleh ini ibarat hutang yang harus dia bayar. Untuk membalas budi karena mendapat perhatian ini, biasanya dia mau mendengar penyuluhan yang kita sampaikan. Penyelesaian Konflik Dalam berhubungan dengan orang lain seringkali ketidakserasian terjadi. Konflik adalah salah satu bentuk ketidakserasian yang disebabkan oleh tidak sejalannya pikiran antara kedua belah pihak yang terlibat dalm hubungan interpersonal. Bila tidak terselesaikan dengan baik konflik akan mengancam kelangsungan hubungan. Ada beberapa strategi penyelesaian konflik yang dapat dipakai, yaitu strategi menangkalah, strategi kalah-kalah, dan strategi menang-menang. Pertama, strategi menang-kalah (win-lose strategy). Dalam strategi ini masing-masing pihak ingin mengalahkan pihak lain dengan mengambil tindakan yang menguntungkan dirinya dan merugikan pihak lain. Penyelesaian konflik dengan pendekatan ini tidak akan menumbuhkan perdamaian. Pihak yang lain merasa dirugikan, dan akan menaruh kebencian untuk seterusnya. Kedua, strategi kalah-kalah (lose-lose strategy). Penyelesaian konflik dengan cara ini didasari oleh perasaan untuk melampiaskan kemarahan. Masing-masing pihak melakukan tindakan yang merugikan pihak lain. Dalam penyelesaian konflik yang seperti ini, kedua belah pihak menjadi orang yang kalah. Ketiga, strategi menang-menang (win-win strategy). Dalam strategi menang-menang, pihak yang terlibat dalam konflik berusaha untuk menciptakan suasana yang memberikan kesan bahwa tidak ada pihak yang kalah. Masing-masing pihak berusaha menyelamatkan muka pihak lain (face saving strategy). Penyelesaian konflik seperti ini menumbuhkan suasana yang melegakan semua pihak. Tiga strategi di atas hendaknya diperhatikan secara khusus dari penyuluh pajak.•