KESIMPULAN HASIL RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015 Pada Hari Kamis tanggal 8 bulan Mei tahun 2014 di Mercure Hotels Ancol Jakarta bahwa Rapat Koordinasi Perencanaan Program dan Anggaran Kementerian Sosial Tahun 2015 telah menghasilkan kesepakatan dan kesimpulan sebagai berikut : 1. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) dilakukan 60 (enam puluh) hari setelah terbit Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). 2. Penyesuaian indeks biaya transportasi untuk daerah-daerah dengan kategori geografi khusus/tertentu. 3. Agar daerah-daerah segera mengusulkan kebutuhan diklat terkait dengan pembinaan : a. Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan Penyuluh Sosial b. Diklat Sertifikasi Jabfung Peksos dan Penyuluh Sosial c. Diklat penjenjangan jabfung Peksos dan Penyuluh Sosial d. Diklat penilaian/perhitungan angka kredit jabfung peksos dan Penyuluh Sosial e. Bimtek perhitungan angka kredit bagi jabfung peksos dan Penyuluh Sosial 4. Perlu adanya sosialisasi, terkait dengan SIKS (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial) untuk melakukan updating data PMKS dan PSKS ke daerah-daerah. 5. Pelaksanaan KSN INDOTERA EXPO 2015, Kementerian Sosial akan menyediakan perjalanan 2 (dua) orang dinas dan penyewaan 1 (satu) stand, serta Biro Humas diwajibkan untuk membuat pedoman pelaksanaannya. Pelaksanaan yang disesuaikan dengan hari Pahlawan agar dapat ditinjau kembali. 6. Pergeseran pola penanganan PMKS bidang rehabilitasi sosial berubah dari penanganan berbasis institusi menjadi penanganan berbasis keluarga dan masyarakat. 7. Menindaklanjuti UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama-sama menyiapkan LPKSA ABH di daerah (Lahan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah untuk alokasi anggaran, sarana dan prasarana menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat). 8. Penambahan target penanganan lansia dilakukan dalam bentuk program ASLUT, home care, day care, dan family support. 9. Pelaksanaan pemulangan PMKS Tuna Sosial antar provinsi akan dialokasikan melalui dana pusat. Sedangkan pemulangan PMKS Tuna Sosial antar kabupaten/kota menjadi kewenangan dari Dinas Sosial Provinsi. 10. Adanya komitmen daerah terhadap penanganan korban penyalahgunaan Napza dalam bentuk pemberian rekomendasi dan pembinaan terhadap kegiatan pencegahan, rehabilitsi sosial pada Wajib Lapor Pencandu melalui pemberdayaan masyarakat, dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan Napza. 11. Dalam rangka exit strategi ASODKB ke arah pemberdayaan keluarga, pusat dan daerah sepakat melaksanakan reidentifikasi bersama dalam penentuan cluster ODKB. 12. Dalam kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH), Kementerian Sosial tahun 2015 tetap berupaya untuk memenuhi kabupaten/kota di 34 provinsi yang belum mendapatkan lokasi PKH apabila terdapat peserta non-eligible sehingga jumlah RTSM tetap 3 juta. 13. Penetapan lokasi keserasian sosial diprioritaskan pada daerah rawan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal yang potensi konfliknya cukup tinggi. 14. RPTC belum seluruhnya ada di semua provinsi, sementara ini baru mengalokasikan sewa di 6 titik untuk jangka waktu 2 tahun dengan kriteria lokasi yang memiliki populasi tertinggi dan bekerjasama dengan LKS. Selanjutnya, setelah 2 tahun biaya sewa dialokasikan melalui APBD. 15. Mengacu kepada PP No 6/2006 tentang pengelolaan Barang Milik Negara dan Permendagri 17/2007 tentang pedoman teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, maka alokasi pemeliharaan dan operasional kendaraan penanggulangan bencana diupayakan melalui sharing APBD. 16. Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan menggunakan Basis Data Terpadu PPLS 2011 dengan Prioritas Keluarga Fakir Miskin hasil verifikasi Daerah, Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS), dan Penerima PKH kohor 2007-2008 hasil resertifikasi yang masih berstatus fakir miskin (transisi). 17. Pendampingan KUBE dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun secara berkelanjutan dengan jumlah anggota dalam setiap kelompok dapat bervariasi antara 5 – 10 KK. Khusus untuk KUBE PKH jumlah anggotanya dimungkinkan sampai dengan 15 KK per KUBE. 18. Dalam rangka pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT), Dinas Sosial wajib melaksanakan Penjajagan Awal & Studi Kelayakan untuk penentuan calon lokasi Pemberdayaan KAT tahun 2015 dengan menyertakan hasil Pemetaan Sosial (yang dibiayai oleh APBD Provinsi dan Kabupaten) dan kejelasan status tanah calon lokasi permukiman harus clear dan clean. 19. Implementasi Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) dilaksanakan sampai tingkat desa dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat , pemerintah, dunia usaha, dan perguruan tinggi. 20. Kegiatan Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial (PKKS) diprioritaskan pada penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, pembentukan model, penetapan NSPK, penguatan jaringan kerja serta pemutakhiran data PSKS. Kesepakatan dan kesimpulan tersebut dijadikan acuan untuk penyusunan Pagu Anggaran Kementerian Sosial Tahun 2015 dan apabila terdapat perubahan kebijakan, program dan kegiatan pada Pagu Anggaran, maka akan dilakukan perbaikan atau penyesuaian sebagaimana mestinya.